Anda di halaman 1dari 12

PROSPEK DAN PROBLEM PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

BERBASIS GADGET BAGI ANAK KELAS 4 SD NEGERI 2


KALIBUKBUK KABUPATEN BULELENG

I Nyoman Untung Eka Hariawan1, I Made Sedana2, I Nyoman Raka3


123
STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja
1
ekachiska2@gmail.com, 2made_sedana23@yahoo.com,

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang pesat di
Indonesia tanpa terkecuali dalam dunia Pendidikan. Produk teknologi informasi sudah
menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan
internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun baru lagi, khususnya di kota-kota
besar bahkan sudah menjadi media paling penting dalam media pemasaran (Dewi
Irmawati, 2011). Gadget merupakan suatu perangkat atau instrumen elektronik yang
memiliki tujuan dan fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia dalam
segala bidang. Perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus, diantaranya
smartphone serta notebook (perpaduan antara komputer portable seperti notebook dan
internet (Widiawati, 2014). Menurut Puji Asmaul Khusna (2017) gadget merupakan sebuah
istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai
macam fungsi khusus dan bisa dimanfaatkan dalam bidang kehidupan. Gadget merupakan
istilah yang berasal dari bahasa Inggris untuk merujuk suatu alat peranti atau instrumen
yang memiliki tujuan dan fungsi praktis dan spesifik yang berguna umumnya diberikan
terhadap suatu yang baru.
SD Negeri 2 Kalibukbuk merupakan lembaga pendidikan formal di bawah naungan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng memiliki peranan penting
dalam membentuk siswa-siswinya menjadi generasi masa depan bangsa yang mampu
bersaing dalam beradaptasi menghadapi perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan.
Salah satu aspek yang dapat terpengaruh oleh perkembangan teknologi adalah gairah atau
motivasi belajar siswa. Tidak terlepas juga terkait pembelajaran pendidikan agama Hindu
juga terus mengalami perkembangan dan perubahan terus menerus. Pemanfaatan teknologi
informasi untuk pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu: 1) Media
Pembelajaran mandiri/klasikal; 2) Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk alat bantu
pembelajaran; 3) Teknologi Informasi yang terkait sebagai sumber belajar (learning
resurces).
Pada proses pembelajaran tentu akan berhubungan erat dengan pembahasan yang
akan disampaikan agar proses pembelajaran dapat berjalan seperti apa yang diharapkan
sangat diperlukan perencanaan yang efektif dan efisien (Wahyudin Nur Nasution, 2017).
Penggunaan Gadget merupakan solusi dalam pembelajaran tersebut akan membantu peserta
didik dalam memahami pembelajaran dengan mengakses internet sehingga memudahkan
mereka dalam mencari materi yang berkaitan dengan pelajaran (Mirna Intan Sari, 2018).
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (PAH) yang dilakukan disekolah, akan lebih
mudah untuk dilaksanakan jika menggunakan gadget sebagai media pembelajaran. Salah
satu yang dapat memudahkan guru dalam proses belajar dengan menggunakan gadget yakni
memudahkan dalam berinteraksi dengan siswa, baik dalam hal diskusi terkait materi
pembelajaran. Namun, Penggunaan gadget pada peserta didik terkadang juga sering
menimbulkan masalah pada proses belajar, diantaranya terbatasnya jumlah media gadget
yang dipergunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Hindu dan kemampuan
guru agama Hindu menggunakan gadget dalam proses pembelajaran. Dari hal tersebut tentu
akan berpengaruh pada keberlangsungan dalam kelas tersebut.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai media
pembelajaran antara lain: Farhan Aldino Santoso (2020), Anisa Uroiva (2022), Gin Gin
Ginanjar (2018). Farhan Aldino Santoso (2020) menyimpulkan dalam penggunaan gawai
perlu adanya pemantauan pada siswa saat proses kegiatan pembelajaran berbasis android
seperti handphone, laptop, dan lain-lain. Disebabkan dalam upaya untuk mengoptimalkan
penggunaan gawai agar lebih bermanfaat dalam penggunaannya. Namun dengan demikian
tidak menutup kemungkinan adanya dampak positif dan negatif yang ada pada siswa.
Seperti contoh dampak positif bagi siswa adalah mempemudah untuk mendapaktan
informasi dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan dampak negatif bagi siswa adalah
keseringan bermain game online terus-menerus akan menjadikan siswa malas belajar. Hasil
pengamatan oleh Anisa Uroiva (2022), penerapan media video animasi yang didorong
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki dampak yang signifikan
terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas V tema 5 subtema 2 pembelajaran 1. Gin Gin
Ginanjar (2018) menyimpulkan bahwa: 1) Frekuensi penggunaan gadget pada rata-rata
tergolong sedang. 2) Proses pembelajaran IPS antara guru dan siswa rata-rata
mengindikasikan sangat baik. 3) Upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajaran IPS
dengan menggunakan gadget adalah melalui peningkatan personal sosial siswa,
optimalisasi pengaruh teman dekat, memberikan gambaran positif dan negatif, menyusun
langkah dan Jadwal kegiatan.
Rumusan penelitian yang didasarkan pada uraian di atas adalah dapat mengetahui
prospek dan problem yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Hindu (PAH) menggunakan gadget dikelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk
antara guru dan siswa. Penggunaan gadget dalam pembelajaran Pendidikan agama Hindu
yang diterapkan melalui media pebelajaran diharapkan dapat memudahkan guru dalam
proses belajar dengan menggunakan gadget yakni memudahkan dalam berinteraksi dengan
siswa dalam penyampaian materi pembelajaran dan sebagai media informasi dalam
penggalian materi.

Metode
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
artinya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya tingkah laku, cara pandang, motivasi dan
sebagainya secara menyeluruh dan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
kejadian-kejadian khusus yang alamiah. Artinya pendekatan dalam penelitian ini tidak
menggunakan angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin
penelitian dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1
bulan pengolahan di SD Negeri 2 Kalibukbuk kabupaten Buleleng. Jenis data dalam
penelitian ini ada dua yaitu jenis data primer yaitu: data yang berkaitan langsung dalam
penelitian, dalam hal ini adalah pelaksanaan pembelajaran agama hindu berbasis gadget
bagi anak kelas 4 di SD Negeri 2 kalibukbuk kabupaten Buleleng, sedangkan data sekunder
diperoleh dari sumber lain seperti buku, dan Jurnal dan Artikel ilmiah yang berhubungan
dengan obyek penelitian. Penentuan informan dilakukan secara purposive. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi kepustakaan dan
dokumentasi. Instrumen pengumpulan data berupa kertas, alat tulis, laptop, dan teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskritif kualitatif. Data yang telah
terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, klasifikasi data, display data, dan
memberikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


1. Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (Pah) Berbasis Gadget Di
Kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk
Dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah, SD Negeri 2 Kalibukbuk sebagai
salah satu satuan pendidikan dasar di Kabupaten Buleleng berkewajiban ikut serta ambil
bagian dalam menyukseskan visi pendidikan Indonesia yaitu untuk mewujudkan Indonesia
maju dan berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.
Untuk mewujudkan visi tersebut pemerintah sudah banyak mengeluarkan kebijakan dan
program yang disalurkan melalui sekolah, salah satunya Merdeka Belajar. Merdeka Belajar
memberikan kebebasan dalam hal belajar yaitu bisa di mana saja, kapan saja, bahkan dari
sumber mana saja. penerapan metode belajar dengan berbagai sumber belajar merupakan
rujukan belajar melalui teknologi digital. Tentunya ini menjadi perhatian bersama baik
pemerintah, guru, orang tua maupun masyarakat untuk memberikan pengawasan dan
bimbingan agar anak-anak tetap dapat mengakses pembelajaran. Perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi di SD Negeri 2 Kalibukbuk Kabupaten Buleleng sudah
berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan hampir seluruh guru dan siswa SD Negeri 2
Kalibukbuk Kabupaten Buleleng sudah bisa menggunakan gadget ketika pembelajaran
Pendidikan agama Hindu di sekolah. Pada proses pembelajaran tentu akan berhubungan
erat dengan pembahasan yang akan disampaikan agar proses pembelajaran dapat berjalan
seperti apa yang diharapkan sangat diperlukan perencanaan yang efektif dan efisien
(Wahyudin Nur Nasution, 2017). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya dalam
membelajarkan peserta didik dan perancangan pembelajaran diartikan sebagai penataan
upaya dalam melaksanakan proses belajar dengan menyiapkan sejumlah perangkat yang
tepat guna. Oleh karena itu pendidik juga harus mengupayakan terciptanya pembelajaran
yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah proses mengajar yang bukan hanya terfokus
kepada hasil yang dicapai oleh peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang
efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan serta
memberikan perubahan pada tingka laku sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidapan
sehari-hari (Fakhrurrazi, 2018).
Kebijakan sekolah sebagai pernyataan tentang tujuan atau suatu petunjuk
mengenai bagaimana sasaran yang bisa dicapai dan bisa dilaksanakan secara bersama dan
memberikan kerangka kerja untuk pelaksanaan program sekolah. Berikut telah dinyatakan
dalam bukunya Caldwell dan Spinks (1989) dalam Beare, Sebuah lembaga sekolah sudah
tentu memiliki kebijakan yang berfungsi sebagai sarana tata aturan yang menjadikan
sekolah itu tetap eksis di kalangan lembaga serta diakui dan dipercaya oleh masyarakat
untuk dapat menjadikan siswa-siswinya menjadi lebih baik dalam segi intelektual baik
dalam segi kognitif, afektif maupun dalam segi psikomotorik. Demi mewujudkan hal
tersebut sebuah lembaga sekolah perlu adanya untuk mengikuti suatu perkembangan dalam
bidang teknologi untuk pendidikan. Dalam kajian pembahasan ini teknologi dalam dunia
pendidikan sangat berpengaruh bagi siswa-siswi yang tentunya membutuhkan wawasan
pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas. Digitalisasi di SD Negeri 2 Kalibukbuk
merupakan implementasi dari new learning yang disiapkan untuk menghadapi revolusi
industri. Karakteristik new learning tersebut yaitu: student center, multimedia,
collaborative work, information exchange dan critical thinking in an information making.
Menurut Hamalik (Hamalik, 1984) menjelaskan bahwa media pendidikan adalah
alat, metode, dan teknik yang digunakan untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Secara
etimologi, gadget adalah berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yang berarti perangkat
elektronik kecil atau pirati kecil yang memiliki fungsi khusus. Gadget juga merupakan alat
elektronik kecil yang memiliki pembaharuan dari waktu ke waktu sehingga memberi
manfaat hidup manusia lebih praktis. Gadget juga merupakan suatu obyek alat atau barang
elektronik, teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus sesuai kegunaannya, tetapi sering
diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru yang bisa dipergunakan untuk
membantu manusia dalam setiap kehidupannya. Gadget secara khusus diartikan lebih tidak
biasa atau didesain secara lebih pintar dibandingkan dengan teknologi normal pada masa
penemuan sebelumnya.
Penerapan pembelajaran Pendidikan agama Hindu di kelas 4, SD Negeri 2
Kalibukbuk kabupaten Buleleng terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan guru menyiapkan bahan
ajar/Panduan Rencana Pembelajaran (RPP), guru menentukan jadwal dan rencana
pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan guru membuka kelas pembelajaran dengan salam,
menyiapkan peralatan yang diperlukan begitupun siswa dibuatkan kelompok-kelompok
kecil dalam pemakaian gadget yang dipergunakan. Penggunaan gadget berupa notebook
oleh siswa yang dilakukan secara berkelompok dilakukan secara bergantian dengan
mengikuti perintah dari guru pendidikan agama Hindu. Guru menyampaikan materi
menggunakan pembelajaran dengan media gadget berupa notebook dilengkapi dengan
LCD, dengan media pemutaran video serta penayangan power point (PPT). Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyimak dan memberikan rumusan
atas pertanyaan yang diberikan. Pada aspek penutup guru memberikan latihan soal atau
tugas kepada peserta didik, guru menutup pembelajaran. Pada tahap evaluasi guru
memeriksa tugas yang disampaikan peserta didik. Dalam proses pembelajaran dengan
notebook, secara umum ada beberapa langkah-langkah dalam penggunaan media notebook
yang harus dilakukan, yaitu: a) Persiapan, pertama-tama guru pendidikan agama Hindu
harus menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru pemilihan materi ajar
yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, b) Mempersiapkan kelas,
dalam hal ini siswa terlebih dahulu dipersiapkan dengan menjelaskan maksud pembuatan
modul ajar berbasis power point, menjelaskan secara ringkas isi materi agama Hindu,
menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menyimak
materi tersebut, c) Penyajian, berupa menampilakan materi berbentuk power point dengan
memperhatikan kelengkapan alat yang akan digunakan (layar proyektor, dan tempat
proyektor), serta guru harus memperhatikan intensitas cahaya dalam ruangan, d) Aktifitas
lanjutan, tindakan lanjutan yaitu: tanya jawab guna mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi yang disajikan, mencari pemecahan masalah dalam pembelajaran agama Hindu
secara berkelompok dengan menggunakan peralatan notebook yang telah disiapkan
dimasing-masing kelompok. Berdasarkan penjelasan diatas,
Langkah-langkah dalam penggunaan gadget berupa notebook secara umum hampir
sama dengan proses penggunaan di SD Negeri 2 Kalibukbuk. Seperti yang dijelaskan oleh
ibu Ni Made Indrawati selaku guru Agama Hindu dalam wawancara menyatakan sebagai
berikut: “Dalam proses pembelajaran dengan notebook, ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yang pertama tahap persiapan yaitu menyiapkan materi, RPP, dan pemilihan
media yang digunakan. Yang kedua, tahap mempersiapkan kelas yaitu: diawali dengan
salam, guru mengabsen siswa, mengajak langsung siswa untuk persiapan peralatan gadget
berupa notebook, menjelaskan maksud pembuatan materi Pendidikan agama Hindu dan
menjelaskannya secara ringkas isi materi dalam bentuk power point. Yang ketiga, tahap
penyajian yaitu proses pembelajaran dengan penyajian materi Pendidikan agama Hindu
dengan memperhatikan kelengkapan seperti proyektor dan notebook untuk guru dan siswa
secara berkelompok. Yang terakhir yaitu aktivitas lanjutan seperti menjelaskan kembali jika
ada siswa yang bertanya tentang materi yang disajikan dan memberikan tugas di rumah
untuk merangsang agar siswa mau belajar dirumah tidak hanya di sekolah saja”.
(Wawancara, 25 Juli 2022). Hal senada juga disampaikan oleh Gede Adi Putra Wiguna
salah satu siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk dengan mengatakan sebagai berikut:
“Ada beberapa hal yang dipersiapkan dalam proses pembelajaran dengan notebook oleh
guru agamanya, misalnya seperti persiapan materi dan alat berupa notebook yang
digunakan, mempersiapkan kelas dan penyampaian tujuan pembelajaran, penyajian materi
serta tanya jawab tentang materi yang dijelaskan dan memberikan tugas sesua dengan
materi yang sudah dijelaskan”. (Wawancara, 25 Juli 2022)
Berdasarkan hasil kedua wawancara dan observasi di lapangan, dapat dijelaskan
bahwa dalam proses pembelajaran dengan notebook dan LCD, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh guru. Seperti tahap persiapan materi, RPP dan pemilihan media, yang
kedua tahap mempersiapkan kelas baik dari siswa maupun kelengkapan diruang kelas, yang
ketiga, tahap penyajian materi Pendidikan agama Hindu dalam proses pembelajaran dengan
memperhatikan kelengkapan seperti LCD proyektor dan notebook. Dan yang terakhir, tahap
aktifitas lanjutan seperti tanya jawab antara guru dan siswa serta pemberian tugas dirumah
kepada siswa agar mau belajar dirumah.

2. Prospek Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (Pah)


Menggunakan Gadget Dikelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk
Secara umum hampir di seluruh lembaga sekolah dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi sangat diperlukannya media pendidikan dalam proses pembelajaran yang
hakikatnya sebagai proses komunikasi penyampaian pesan dari pengantar ke penerima
(Daryanto 2016, 5). Pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Kalibukbuk
memiliki kemampuan penguasaan bidang teknologi informasi yang baik. Hal ini
berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran paradigma baru dan kegiatan digitalisasi
sekolah. Semua pendidik dan tenaga pendidik sebagian besar merupakan penduduk lokal
desa Kalibukbuk. Ini sangat mendukung dalam membangun kedekatan emosional dan
komunikasi dengan peserta didik. Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelaran pada
proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan bahan ajar yang baik yaitu bahan
ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak menyimpang dari
kurikulum. Pemanfaatan media pembelajaran berupa gadget dilingkungan sekolah sangat
perlu mengingat beberapa pertimbangan baik positif maupun negatif. Sesuai dengan fungsi
dan manfaatnya penggunaan gadget dalam pembelajaran adalah akan memudahkan siswa
memperoleh informasi dengan cepat dan simpel. Penggunanaan teknologi ini telah
berdampak langsung dan tidak langsung terhadap cara penyelenggaraan pendidikan
yang mengarah pada peningkatan mutu sumberdaya manusia (Soesianto dan Indrajit,
2004:33)
Dilihat dari peneliian sebelumnya Farhan Aldino Santoso (2020) menyimpulkan
upaya untuk mengoptimalkan penggunaan gawai agar bermanfaat dalam penggunaannya,
seperti contoh mempemudah untuk mendapaktan informasi dalam mengerjakan tugas-tugas
tersebut. Hasil pengamatan oleh Anisa Uroiva (2022), penerapan media video animasi yang
didorong dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki dampak yang
signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas V tema 5 subtema 2 pembelajaran 1.
Gin Gin Ginanjar (2018) menyimpulkan bahwa: 1) Frekuensi penggunaan gadget pada rata-
rata tergolong sedang. 2) Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Soaial dikelas rata-rata
tergolong sangat baik. 3) Upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajaran IPS dengan
menggunakan gadget adalah melalui peningkatan personal sosial siswa, optimalisasi
pengaruh teman dekat, memberikan gambaran positif dalam menyusun langkah dan jadwal
kegiatan.
Pada proses pembelajaran tentu akan berhubungan erat dengan pembahasan yang
akan disampaikan agar proses pembelajaran dapat berjalan seperti apa yang diharapkan
sangat diperlukan perencanaan yang efektif dan efisien (Wahyudin Nur Nasution,
2017:185). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya dalam membelajarkan peserta
didik dan perancangan pembelajaran diartikan sebagai penataan upaya dalam melaksanakan
proses belajar dengan menyiapkan sejumlah perangkat yang tepat guna. Oleh karena itu
pendidik juga harus mengupayakan terciptanya pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
yang efektif adalah proses mengajar yang bukan hanya terfokus kepada hasil yang dicapai
oleh peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan serta memberikan perubahan
pada tingka laku sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidapan sehari-hari (Fakhrurrazi,
2018:87).
Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan media dan teknologi berkelanjutan
dalam upaya membangun kualitas pendidikan. Dengan teknologi pembelajaran gadget
dalam pembelajaran Pendidikan agama Hindu yang digunakan oleh pendidik dan siswa
kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk dalam pembelajaran berupaya meningkatkan kualitas
pendidikan agama Hindu. Berbagai komponen yang ingin dilihat seperti seperti apa
komponen kunci pembelajarannya, pendidik, peserta didik, model pembelajaran
menggunakan media gadget, diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yang
dirasakan cukup sulit saat ini dengan menyiapkan platform, masterplan, ataupun persiapan
materi pembelajaran, dan flipped seorang guru menyiapkan materi dengan menggunakan
gadget kepada peserta didiknya untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan yang spesifik dari
pemanfaatan gadget itu sendiri, pengetahuan dan sikap serta merupakan pembelajaran yang
disenangi siswa. Kesimpulannya pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan-
perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Reiser Robert, 1996).
Pembelajaran pendidikan agama Hindu yang efektif juga akan melatih dan menanamkan
sikap demokratis bagi siswa. Pembelajaran efektif dalam prosesnya juga dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas
siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan
memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajar sendiri
menggunakan gadget. Di dalam proses mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan
agama Hindu yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran
yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar
yang efektif perlu adanya bimbingan dari guru agama Hindu yang terampil menggunakan
media gadget berupa notebook dalam suatu proses pembelajaran pendidikan agama Hindu.

3. Problem Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (Pah)


Menggunakan Gadget Dikelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk
SD Negeri 2 Kalibukbuk memanfaatkan Gadget berupa notebook sebagai suatu alat
yang menjadikan perantara antara guru agama Hindu (komunikator) dengan siswa-siswi
kelas 4 (komunikan) dalam suatu pembelajaran agama Hindu, baik searah maupun dua
arah. Contohnya, seorang guru agama Hindu ceramah di depan kelas 4 maka media yang
dipakai adalah media audio. Guru memaparkan melalui LCD Proyektor dan notebook maka
media yang ia gunakan adalah media visual/grafis. Guru memberikan contoh sebuah
peristiwa melalui pemutaran video yang disertai suara maka ia menggunakan media audio
visual. Banyak permasalahan yang menyebabkan guru kurang berminat memakai media
yang efektif untuk pembelajaran, yang menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Adapun permasalahan tersebut di antaranya adalah: a) Guru merasa repot, b) Mahal,
c) Tidak bisa, d) Tidak tersedia, e) Kurang penghargaan. Indrawati (wawancara, 27 Juli
2022) mengemukakan bahwa “masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.”
(Sadiman: 2005). Sedangkan menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan belajar ialah “sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” (Ahmad Syafi’I Ma’arif,
2009).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Indrawati yang merupakan guru agama Hindu
di kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk menyatakan bahwa Problematika yang dihadapi guru
dalam pengembangan media gadget berupa notebook dan LCD proyektor yaitu: masih
kurangnya alat-alat media pembelajaran yang ada disekolah dan kemampuan guru dalam
menggunakan alat-alat media pembelajaran masih kurang. Upaya untuk mengatasi
problematika guru dalam pengembangan media pembelajaran yaitu memanfaatkan
semaksimal mungkin terhadap media pembelajaran yang ada dengan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan, dilain sisi kepala sekolah mengusulkan pengadaan kelengkapan
media pembelajaran kepada pihak dinas pendidikan dan membuat pelatihan-pelatihan
kepada guru-guru tentang cara penggunaan media pembelajaran (wawancara, 27 Juli 2022).
Berdasarkan hasil penelitian, maka diindikasikan sebagai berikut.a) Masalah
penggunaan gadget berupa notebook di SD Negeri 2 Kalibukbuk Berdasarkan data yang
diperoleh di sekolah yang menjadi subjek penelitian terdapat alat gadget masih berdiri
sendiri artinya media yang ada belum terintegrasi seperti pada materi-materi tematik dalam
kurikulum 2013 sehingga guru agama Hindu belum terbiasa menggali materi agama Hindu
sebagai bahan ajar menampilkannya kedalam gadget berupa notebook. Salah satu contoh
hasil observasi media yang Masalah kedua yang ditemukan yaitu tempat penyimpanan
notebook dan LCD Proyektor di sekolah menjadi masalah, karena tidak tersedianya tempat
khusus untuk meletakkan alat sehingga notebook masih dibawa oleh guru yang lain. Media
yang dibawa oleh guru lain menyebabkan guru merasa kesulitan mengumpulkan untuk di
bagikan ke kelompok siswa yang tergabung dalam beberapa kelompok didalam kelas.
Notebook yang yang dibawa oleh guru yang lain tidak terawat sehingga banyak notebook
yang terkena virus dan menyebabkan error. Masalah ketiga yang ditemukan di sekolah,
notebook yang diperlukan keberadaannya sangat terbatas yaitu: hanya berjumlah 6 unit
notebook. Masalah keempat yaitu: factor guru, guru agama Hindu yang terdapat di SD
Negeri 2 Kalibukbuk yang diwawancarai peneliti menyatakan belum pernah mendapatkan
pelatihan tentang media pembelajaran. Mereka mengetahui pentingnya penggunaan media
dalam pembelajaran tetapi mereka merasa kesulitan dalam penggunaan media keterbatasan
wawasan dalam penggunaannya.
Berdasarkan hasil kedua wawancara dengan ibu Indrawati dan observasi di
lapangan, dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran dengan notebook dan LCD,
ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru agama Hindu. Seperti tahap
persiapan materi, RPP agama Hindu dan pemilihan media, yang kedua tahap
mempersiapkan kelas baik dari siswa kelas 4, yang ketiga, tahap penyajian materi
Pendidikan agama Hindu dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan kelengkapan
seperti LCD proyektor dan notebook. Dan yang terakhir, tahap aktifitas lanjutan seperti
tanya jawab antara guru dan siswa serta pemberian tugas dirumah kepada siswa agar mau
belajar dirumah. Selain itu, guru agama Hindu dalam proses pembelajaran dengan notebook
dan LCD Proyektor di SD Negeri 2 Kalibukbuk lebih sering menggunakan tembok
daripada layar proyektor karena jumlahnya yang terbatas. Meskipun dalam pembelajaran
ini bermanfaat bukan berarti tidak ada kendala. Adapun beberapa kendala yang dihadapi
guru Agama Hindu dalam proses pembelajaran dengan notebook dan LCD Proyektor. Pada
anak kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk, yang terdiri dari beberapa faktor yaitu, faktor peserta
didik, faktor keluarga, faktor guru, dan faktor sekolah. Berikut penjelasan beberapa faktor
sebagai kendala dalam proses pembelajaran pendidikan agama Hindu pada anak kelas 4 SD
Negeri 2 Kalibukbuk, sebagai berikut:
a. Faktor Peserta Didik
Menurut Suparno (2001:45) mengatakan bahwa kesulitan belajar dalam diri siswa
terdiri dari beberapa faktor sebagai berikut: a) Kelemahan secara fisik, kelemahan ini biasa
terjadi karena ada kelainan pada pusat susunan saraf, cacat, panca indera (mata, telinga, alat
bicara, dan sebagainya) yang tidak berkembang dengan baik. Perkembangan yang kurang
sempurna serta penyakit yang dapat menghambat usaha-usaha belajar secara optimal, b)
Kelemahan secara mental baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun tidak yang
sukar diatasi oleh individu bersangkutan dan juga pendidikan. c) Kelamahan secara
emosional yakni adanya rasa tidak nyaman, penyesuaian yang kurang, rasa bosan, dan
bahkan rasa takut yang berlebihan. d) Kelamahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan
sikap-sikap yang salah, seperti malas belajar, kurang percaya diri, sering bolos dan
menghindari tanggung jawab. e) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan dasar yang diperlukan seperti membaca, berhitung, dan memiliki cara belajar
yang salah. Kendala-kendala tersebut juga dimiliki siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk.
Menurut Ni Made Indrawati selaku guru Agama Hindu dalam wawancara menyatakan
sebagai berikut: “kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran agama Hindu dengan
media gadget pada siswa kelas 4 secara berkelompok, tentu faktor utamanya adalah siswa
itu sendiri. Karena siswa cenderung susah diatur, mengikuti keinginannya sendiri, cepat
bosan, sibuk dengan dunianya sendiri dan penguasaan kosa-kata yang dimiliki tidak
banyak, contohnya seperti pada saat proses pembelajaran pendidikan agama Hindu lewat
dari jam 10:00, diatas jam itu siswa sudah mulai bosan, pandangan selalu keluar kelas, ribut
dan susah diatur”. (wawancara tanggal 27 Juli 2022) Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi lapangan, menyatakan bahwa faktor utama sebagai kendala dalam proses
pembelajaran agama Hindu pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk adalah dari kondisi
siswa itu sendiri. Komunikasi juga mempengaruhi proses pembelajaran seperti kosa-kata
yang dimiliki tidak banyak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan dan
tata bahasanya yang kurang teratur.
b. Faktor Keluarga
Keluarga adalah komunitas pertama yang menjadi tempat bagi seseorang, sejak usia
dini belajar konsep baik dan buruk,benar dan salah, pantas dan tidak pantas. Dengan kata
lain keluarga adalah lingkungan belajar pertama bagi seseorang untuk belajar tata nilai atau
moral. Karena tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya maka
proses pembentukan karakter moral berawal dari keluarga sebagai lingkungan pertama dan
utama. Di keluarga pula seseorang mengembangkan konsep awal mengenai keberhasilan
dalam hidup ini atau pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan hidup yang berhasil
dan wawasan mengenai masa depan (Raka, 2010:45). Menurut Ni Made Indrawati selaku
guru Agama Hindu di kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk dalam wawancara menyatakan
sebagai berikut: “Selain dari siswa itu sendiri, faktor kendala dalam proses pembelajaran
pendidikan agam Hindu yaitu orang tua dari siswa kelas 4 itu sendiri. Contohnya, anak-
anak siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk harus sampai disekolah tepat waktu ke sekolah
namun masih banyak yang datang terlambat karena masih ada orang tua mengantarkan
tidak tepat waktu. Serta masih banyak siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk yang tidak
mengerjakan tugas di rumah karena kesibukan dan kurangnya perhatian dari orang tua”
(wawancara tanggal 27 Juli 2022). Berdasarkan wawancara di atas dan observasi lapangan,
memang benar selain dari peserta didik, faktor kendala yang mempengaruhi proses
pembelajaran pendidikan agama Hindu adalah faktor keluarga. Perhatian dan kepedulian
orang tua sangat dibutuhkan oleh para siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk, terutama
dalam membantu mengoptimalkan perkembangan belajar anak tersebut. Namun masih ada
orang tua yang kurang memperhatikan anaknya. Hal ini terbukti masih ada saja beberapa
siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk yang sering absen karena alasan kesibukan orang
tua sehingga tidak bisa mengantar anaknya ke sekolah.
c. Faktor Guru
Proses pembelajaran di dalam pendidikan tidak terlepas dari komponen pendidik
atau guru. Pendidik pada dasarnya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan, kepribadian, dan kemampuan
anak didik baik jasmani dan rohani. Seorang pendidik dalam pembelajaran harus memiliki
kemampuan guna mencapai apa yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan.
Menurut Ni Made Indrawati selaku guru Agama Hindu dalam wawancara menyatakan
sebagai berikut: “Dalam membiasakan siswa agar mereka tidak ribut dan mau
mendengarkan apa yang diajarkan oleh gurunya di kelas adalah dengan menggunakan
media pembelajaran misalnya seperti gambar, video, atau bahkan alat peraga setiap dalam
proses belajar. Bagi saya selaku guru Agama Hindu, kendala yang dihadapi yaitu
mempersiapkan media yang berbeda-beda setiap pertemuan dan ada jam pembelajaran
Agama Hindu yang jadwalnya bersamaan dengan kelas lain”. (Wawancara tanggal 27 Juli
2022)
Berdasarkan wawancara di atas, dapat ditegaskan bahwa kendala dari guru tersebut
lebih banyak dilihat dari segi kesiapan guru dalam mempersiapkan media pembelajaran
yang menarik dan sekreatif mungkin agar menarik minat belajar siswa, kurangnya guru
Agama Hindu serta jam pembelajaran yang waktunya bersamaan dengan kelas lainnya.
d. Faktor Sekolah
SD Negeri 2 Kalibukbuk merupakan instansi dimana siswa menerima proses
pembelajaran pendidikan agama Hindu, namun tak jarang kendala yang mereka alami
datang dari tempat mereka menerima pendidikan. Menurut Ni Made Indrawati selaku guru
Agama Hindu dalam wawancara mengatakan sebagai berikut: “Kendala di SD Negeri 2
Kalibukbuk yakni tenaga pendidik, sarana, dan prasarana yang kurang lengkap dan
memadai. Tenaga pendidik di sekolah khususnya guru agama Hindu disini sedikit,
mewajibkan satu guru bisa harus mengajar lebih dari satu kelas dengan jenjang pendidikan
yang berbeda, yang mengakibatkan guru agama Hindu sangat sulit menangani siswa kelas 4
SD Negeri 2 Kalibukbuk yang memiliki karakter yang berbeda. Selain itu, mengenai sarana
dan prasarana di sekolah ini juga kekurangan seiring meningkatnya jumlah siswa serta
kurang adanya notebook dan LCD proyektor di dalam kelas dalam penggunaan media
pembelajaran menggunakan gadget” (Wawancara tanggal 27 Juli 2022). Berdasarkan
wawancara di atas dan observasi lapangan, dapat ditegaskan bahwa kendala yang dihadapi
guru di sekolah dilihat dari jumlah tenaga pendidik yang sangat minim seiring dengan
jumlah siswa yang bertambah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai misalnya
ruang kelas, LCD proyektor, dan lain sebagainya.

Kesimpulan
SD Negeri 2 Kalibukbuk dalam proses pembelajaran pendidikan agama Hindu di
kelas 4 menggunakan gadget berupa notebook dan LCD, beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh guru. Seperti tahap persiapan materi, RPP dan pemilihan media, yang kedua
tahap mempersiapkan kelas baik dari siswa maupun kelengkapan diruang kelas, yang
ketiga, tahap penyajian materi Pendidikan agama Hindu dalam proses pembelajaran dengan
memperhatikan kelengkapan seperti LCD proyektor dan notebook. Dan yang terakhir, tahap
aktifitas lanjutan seperti tanya jawab antara guru dan siswa serta pemberian tugas dirumah
kepada siswa agar mau belajar dirumah. Sesuai dengan dalam pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah, SD Negeri 2 Kalibukbuk sebagai salah satu satuan pendidikan dasar di
Kabupaten Buleleng berkewajiban ikut serta ambil bagian dalam menyukseskan visi
pendidikan Indonesia yaitu untuk mewujudkan Indonesia maju dan berdaulat, mandiri dan
berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.
Pembelajaran pendidikan agama Hindu yang efektif juga akan melatih dan
menanamkan sikap demokratis bagi siswa. Pembelajaran efektif dalam prosesnya juga
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan
kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu
dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajar
sendiri menggunakan gadget. Di dalam proses mewujudkan tujuan pembelajaran
pendidikan agama Hindu yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses
pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk
meningkatkan cara belajar yang efektif perlu adanya bimbingan dari guru agama Hindu
yang terampil menggunakan media gadget berupa notebook dalam suatu proses
pembelajaran pendidikan agama Hindu. Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran
pada proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan bahan ajar yang baik yaitu
bahan ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak menyimpang
dari kurikulum. Pemanfaatan media pembelajaran berupa gadget dilingkungan sekolah
sangat perlu mengingat beberapa pertimbangan baik positif maupun negatif. Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan manfaat penggunaan gadget dalam
pembelajaran adalah akan memudahkan siswa memperoleh informasi dengan cepat dan
simpel. Penggunanaan teknologi ini telah berdampak langsung dan tidak langsung
terhadap cara penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan mutu
sumberdaya manusia.
Problem pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (PAH) menggunakan
gadget dikelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk dalam proses pembelajaran dengan notebook dan
LCD Proyektor. Pada anak kelas 4 SD Negeri 2 Kalibukbuk, yang terdiri dari beberapa
faktor yaitu, faktor peserta didik, faktor keluarga, faktor guru, dan faktor sekolah. Kendala
yang dihadapi dalam proses pembelajaran agama Hindu dengan media gadget pada siswa
kelas 4 secara berkelompok, tentu faktor utamanya adalah siswa itu sendiri. Karena siswa
cenderung susah diatur, mengikuti keinginannya sendiri, cepat bosan, sibuk dengan
dunianya sendiri dan penguasaan kosa kata yang dimiliki tidak banyak. Dari faktor
keluarga, kurangnya perhatian terhadap anaknya dalam disiplin sebagai siswa. Dari faktor
guru agama Hindu kurangnya kesiapan guru dalam mempersiapkan media pembelajaran
yang menarik dan sekreatif mungkin agar menarik minat belajar siswa, kurangnya guru
Agama Hindu serta jam pembelajaran yang waktunya bersamaan dengan kelas lainnya,
kemampuan guru dalam menggunakan alat-alat media pembelajaran masih kurang. Dari
faktor sekolah diantaranya kurangnya fasilitas sarana yang mendukung dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Hindu contohnya peralatan gadget berupa notebook dan
LCD masih kurang dan sering terjadi masala error dikarenakan terkena virus.

Daftar Pustaka
Anisa Uroiva. 2022. Pengaruh Media Video Animasi Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa. Volume 5 Nomor 2 (2022). ISSN :
2615-0891 (Media Online). Universitas Jember, Jawa Timur. Diakses pada 21 Juli
2022.
Chusna, Puji, Asmaul, 2017. Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak.
Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Volume 17 Nomor 2.
Beare, Hedley, Brian J Caldwell dan Ross H Milikan. 1989. Creating Excellent School:
Some New Management. London: Rotledge New in Paperback.
Daryanto. 2016. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Dick Reiser. 1989. Planning Effektive Instructions, Engglewood Cliffs, NJ : Prentice Hall.
Fakhrurrazi. 2018. Hakikat Pembelajaran Yang Efektif. Jurnal At-Tafkir, 11, 86.
Farhan Aldino Santoso. 2020. Dampak Penggunaan Gawai Terhadap Pembelajaran Siswa
SD. Universitas Kristen Satya Wacana. Jurnal Ilmu Pendidikan 2020. Diakses pada
21 Juli 2022.
Hamalik, Oemar. 1984. Mengajar Azas Metode Dan Teknik. Bandung. Pustaka Martana.
Gin Gin Ginanjar, K. dan E. (2018). Penggunaan Gadget dalam Proses Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Siswa Sekolah Dasar. Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Penggunaan, 5(2), 372–379. Diakses pada 21 Juli 2022.
Indrajit, Richardus Eko. 2004. Electronic Government (Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi).
Yogyakarta: Andi.
Irmawati, Dewi. 2011. Pemanfaatan E-Commerce Dalam Dunia Bisnis. Edisi ke-VI. Jurnal
Ilmiah Orasi Bisnis-ISSN: 2085-1375. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya,
h.95. Tersedia:
https://orasibisnis.files.wordpress.com/2012/05/dewiimarwati_pemanfaatan-e-
commerce-dalam-dunia-bisnis.pdf. mDiakses pada 21 Juli 2022.
Nasution, Wahyudin Nur. 2017. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana
Publishing.Widiawati, I, Sugiman, H & Edy. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Daya Kembang Anak. Jakarta: Universitas Budi Luhur. E-journal
Keperawatan, 6, 1-6
Sadiman, Arief S. dkk . 2005. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada
Widiawati, I, Sugiman, H & Edy. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya
Kembang Anak. Jakarta: Universitas Budi Luhur. E-journal Keperawatan, 6, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai