Anda di halaman 1dari 4

Nama : Leonhard Kesawa Bolly Ledjap

Abasen : XI KUL 3

Judul : 180°

Bercerita tentang seorang bapak paruh baya, yang bernama Budi Santoso, ber-umur
50 tahun. Yang bekerja sebagai guru di suatu sekolah negri di daerah bandung. Pak
Budi ini mempunyai sifat yang sangat santai, dan selalu mempunyai solusi untuk
suatu masalah.

Suatu hari ia dan keluarganya sedang dirumah menikmati sarapan di pagi hari, pak
Budi mempunyai istri yang bernama Fitri dan satu anak tunggal yang bernama
Wahyu. Wahyu bersekolah sama di tempat bapanya mengajar juga sebagai guru
kimia di SMA Negeri 5 Bandung. Di pagi itu itu pak Budi tidak bisa sarapan bersama
keluarganya dikarenakan ingin pergi keluar sebentar. Ia pun menaiki motor dan pergi
ke suatu bukit dan ingin merenungkan hidupnya yang biasa-biasa saja dan ia
bertekat untuk merubahnya.

Pak Budi pun kembali kerumahnya dan tidak disangka saat ingin membuka pintu
dari rumahnya tiba-tiba ia batuk darah dan terjatuh lemas. Singkat cerita ia langsung
di bawa ke rumah sakit oleh istrinya dan anaknya. Setelah diperiksa oleh dokter ia di
diagnosa memiliki kanker paru-paru stadium 3, tentunya kabar ini membuat kaget
dari keluar pak budi dari istrinya, anaknya, dan saudara dekatnya yaitu Mas hamid
dan istrinya marie. Mas hamid yang ber-profesi sebagai agen dari bnn (Badan
Narkotika Nasional).

Dari sini pak budi terlihat terjatuh dalam depresi, mengetahui dia hanyak memiliki
beberapa bulan atau tahun untuk hidup. Disini pun pak budi tidak tahu di harus ingin
berbuat apa, ia memikirkan bagaimana keluarga dia hidup tanpa dia sedangankan
yang bekerja di keluarganya hanya dia sedangkan istrinya sudah lama tidak bekerja
setelah melahirkan wahyu. Sedangkan gajinya sebagai guru pun tidak seberapa,
apalagi ia harus menangung biaya medis yang akan dia jalani.

Di malam hari Budi dan Fitri pun berdebat mengenai Budi itu sendiri, Budi pun
mengatakan ke istrinya bahwa dia tidak memerlukan perwatan medis dia tidak mau
menghabiskan sisa hidupnya hanyak mendekam di ruangan rumah sakit. Pak Budi
ingin menhabiskan sisa-sisa hidupnya bersama keluarganya dan ber-senang-senag
bersama untuk terakir kalinya. Fitri dan Wahyu yang mendengerkan percakapan
kedua orang tuanya mengartikan ucapan Pak Budi bawah ia sudah menyerah
dengan keadaannya. Mereka berdua pun tetap bersikeras untuk tetap melanjutkan
perwatannya dari yang dokter anjurkan untuk kemoterapi. Pak Budi pun menentang
lagi “Dapat dari mana kita duit seperti itu!”.

Istrinya pun diam dan berpikir sejenak, dan memiliki ide untuk meminjam duit dari
bank untuk pengobatan pak budi. Pak Budi pun marah dan langsung keluar rumah
dalam kesesalanya, ia pun menaiki motornya dan keliling kota pak budi pun berenti
di suatu taman dan duduk disana.

Ia memikirkan apa yang harus dia lakukan di waktu yang sebentar ini untuk keluarga
dia, di berpikir saat dia sudah tiada berapa uang yang cukup untuk kebutuhan
keluarga, dan menyekolahkan anaknya sampai selesai.

Dan terbesutlah suatu ide gila yang ia pikirkan, yaitu membuat narkoba dengan jenis
Metamfetamina sejinis kristal.

Pak Budi mengingat satu alumni ia, yang sekarang menjadi pengedar narkoba di
kawasan Bandung. Ia pun menghubungi dia dan berkomunikasi lah.

Singkat cerita mereka janjian untuk bertemu di rumah ia, orang yang pak Budi
hubungi adalah alumni SMA 5 Negeri Bandung yang bernama jefri. Ia dikenal
sebagai individual yang berantakan menurut pak Budi dikarenakan dari usia 16
tahun saja sudah mencoba hal-hal yang berbau haram, seperti menghisap ganja
dan lain-lain.

Setelah pemikiran itu pak budi langsung mengubungi jefri dari year book yang lama
disimpan. Singkat cerita mereka janjian untuk bertemu, mereka pun bertemu di
suatu minimarket dan membicarakan rencana pak budi tersebut.

Pak Budi membicarakan cara-cara dia membuat barang tersebut dengan teliti
kepada jefri, tapi jefri menolak dengan alasan “Dengan ya pria tua, ini adalah seni
jangan seenak-enaknya membuat dengan perhitungan yang sulit” tetapi pak Budi
tetap memaksa, akhirnya jefri pun menyetujui perihal tersebut
Setelah pertemuan tersebut mereka pun langsung menyiapkan alat-alat dan bahan
apa saja yang dibutuhkan. Mereka berencana untuk membuat/memasak di hutan
belantar agar tidak terlacak oleh pihak berawajib.

Rencana pun sudah matang tinggal mengesekusikan, rencana tersebut.


Langsunglah mereka berdua memasak di tengah hutan, singkat cerita pak budi
selesai memasak dan menunjukkan hasilnya ke jefri. Jefri pun terkaget-kaget karna
melihat bahwa barang tersebut sangan murni seperti kristal, dan itu membuat jefri
lebih semangat.

Setelah memasak sekarang tugasnya jefri menjual hasil tersebut. Setelah beberapa
hari pun barang tersebut telah dijual, mereka berjanjian lagi untuk membagi upah
yang sudah disepakati yaitu 50/50.

Bertemulah mereka, dengan muka jefri yang tersenang senang ia memberitahukan


hasil yang mereka per-oleh dari penjualan barang itu, dengan hasilnya sebesar 400
Juta per-orang, mereka pun berlompat-lompat kesenangan.

Setelah membagi upah tersebut mereka pun terus melanjutkan kegiatan memasak
tersebut sampai 4 kali memasak barang tersebut. Pak Budi memberitahukan ini ke
jefri bahwa dia akan berhenti memasak karna tujuan dia adalah hanya untuk
menghasilkan uang yang cukup untuk pendidikan anaknya dan biaya pengobatan
dia. Jefri pun marah tetapi dia tidak bisa membantah hal tersebut dari Pak Budi, ia
menasehati jefri untuk berhenti juga dari kegiatan ini tetapi jefri sudah tidak berhenti
setelah melihat duit yang dihasilkan.

Pertengkaran pun berlanjut hingga mereka berdua lost kontak. Pak budi pun
memberitahu bahwa dia sudah mempunya cukup duit untuk biaya pengobatan,
istrinya terheran-heran bagaimana seorang guru yang gajinya hanya umr
menghasilkan duit yang banyak dalam waktu yang singkat.

Istrinya pun curiga pada sang suami bahwa dia melakukan pesugihan, ia pun
berbicara ke Pak Budi, dan sampai sini pak budi berangapan bahwa aksi yang telah
ia lakukan telah diketahui oleh istrinya. Ia pun memberitahu apa yang dilakukan
selama ini untuk menghasilkan duit tersebut.

Dalam keada shock berat istrinya pun keluar rumah, dan tanpa sengaja menelepon
pak hamid saudaranya dan memberitahu kan berita ini, pak hamid juga kaget
mengdengar berita tersebut, pak hamid juga bercerita ke Fitri dalam beberapa bulan
terakir ia sedang mencari gebong narkoba yang sedang besar di Bandung.

Setelah Peristiwa tersebut Pak Budi pun ditangkap oleh pihak berwajib dan cerita
dari seorang yang melakukan aksi kriminal tapi sendirinya bukan seorang kriminal.

Ada wartawan yang menhampiri pak budi dan bertanya tanggapan Anda dengan
kasus ini yang mengcangkuk bapak, ia pun berkata

“Semua orang bisa berpaling dari mu meskipun itu anak mu sekalipun”

Anda mungkin juga menyukai