Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN DRAMA 

Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat’, ‘berlaku’,


atau ‘bertindak’. 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa
pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang
khusus disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian lain, drama adalah kisah
kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah,
menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias,
lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton. 

B. TOKOH DAN LATAR DRAMA


  
Drama dibangun oleh beragam unsur, yaitu: 

1. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah
drama. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama,
seperti di rumah, medan perang, di meja makan. Latar waktu, yaitu penggambaran
waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus
1945. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang
melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya, dalam
budaya Jawa, dalam kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, dan Papua. 

2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama dikalisifikasikan sebagai berikut. 

a) Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil), yaitu tokoh yang mempunyai
pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain.
b) Tokoh idaman (the type character), yaitu tokoh yang berperan sebagai
pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
c) Tokoh statis (the static character), yaitu tokoh yang memiliki peran yang tetap
sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.
d) Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke
karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari
yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan
budiman.

C. UNSUR KEBAHASAAN TEKS DRAMA 

Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat
yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para
tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula bagian prolog dan epilognya.
Fitur-fitur kebahasaan dalam drama memiliki banyak kesamaan dengan drama.
Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya.
Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan
adalah mereka.
  
Lain halnya dengan dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan
kedua, seperti saya, kami, kita, Anda. Mungkin juga digunakan kata
sapaan penembahan.
  
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali
menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong.Mungkin di
dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari
kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan (seperti: Ah,ya!, Ampun seribu ampun!,
Bagus! Bagus!, Atas dasar kekuatan!, Jangan khawatir, Jangan sampai mereka
menjadi korban dari pancaroba perubahan, Sri…. Ratu Dara?, Bagaimanakah
keadaan mereka?).

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut. 

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi


kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang
terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap,
beristirahat.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan
atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan,
mengharapkan, mendambakan, mengalami.
4. Menggunakan kata-kata sifat (descritive language) untuk menggambarkan
tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud misalnya, rapi, bersih,
baik, gagah, kuat.

 
Contoh teks drama lingkungan

NASKAH DRAMA FOTOGRAFI


Tema Lingkungan
Crew
Penulis naskah : Ade Noor Azizah
Sutradara : Citra Devi
DOP : Loren Awalda
Cameraman : Shofia Masrurotur Rifqi
Talent : 1. Ningsih Setiawati
2. Siti Masitoh
3. Refiana Dewi Eka Putri
4. Nurul Komariya
5. Atika Dian Iva
Naskah
Harus Pada Tempatnya
Refi dan sita adalah siswa yang sangat peduli akan lingkungan. Berbeda
dengan Tia yang cuek akan lingkungan, bahkan sering membuang sampah
sembarangan.
(SCENE 1)
Suatu hari Refi dan Sita sedang berbincang.
Sita : “Ref gimana ini..., teman-teman kita banyak yang tak sadar dengan lingkungan,
aku jadi prihatin dengan sekolah ini.”
Refi :“ Aku juga prihatin Sit.., mau jadi apa sekolah tercinta kita nanti. Jika siswa-
siswanya tak sadar akan kebersihan lingkungan sekolah , banyak sampah-sampah
yang berserakan.”
Saat refi dan sita sedang membicarakan lingkungan sekolah, tiba-tiba Tia
datang sambil minum air .
Tia:“Hai,kalian lagi apa?”tanya tia sambil mengunnyah makanannya.
Refi : “Lagi ngobrol masalah kebersihan sekolah, terutama kebersihan kelas kita.”
Tia : “Halaah sok sok an deh!” (sambil cemberut)
Atika : “Ya ada berita penting nih, kamu dipanggil kepsek sekarang juga.”
Tia terkejut dan tanpa menghiraukan minumannya ia melemparkan botol
minumannya sebarangan dan ia segera menuju ruang kepsek bersama Atika.
(SCENE 2)
Sita: “Tia ini giman sih? Buang sampah sembarangan. Kalo mau buang sampah
botol, airnya mesti dibuang dulu.”
Refi : “ Iya Sit, siram di tanaman deket Nurul itu aja”
Sita membuang air ke pot tanaman tak sengaja mengenai Nurul yang sedang berada
di samping pot.
Nurul : “Astaghfiirullaaaaah. Sita tadi kan udh aku kasih tau jangan sampai kena
aku.”
Sita : “Sorry rul, aku gak sengaja.”
Nurul: “Sorry sorry!”
Sita : “Apa? Sori?”
Sita pun mengguyurkan air ke Nurul.
(SCENE 3)
Ningsih pun kembali ke kelas atas.
Refi: “Laah ini biangnya, kenapa kamu tadi buang sampah sembarangan?”
Sita : “Kita itu harus menjaga kebersihan lingkungan.”
Tia : “Sorry Sit, aku buru2 tadi. Maaf banget sit”
Sita : “Ya sudah, terus seharusnya sampah ini dimana?” (menyodorkan sampah
botol pada Ningsih)
Tia: “Iya maaf sit. Aku akan buang botol ini di tempat sampah.”
Refi : “Jangan diulang lagi ya sih. Kalobuang sampah harus pada tempatnya. Di
tempat sampah.”
Tia : “Iya Ref. Maaf.”
Dengan wajah bersalah Tiya pun mengambil dan meremas botol tersebut dan
membuang di tempat sampah. 

Contoh Naskah Drama Anak Sekolah

Judul: Teman Sekolah Baru

Tema: Sekolah

Tokoh: Nadya, Elvira, Bu Novi

Sinopsis:

Nadya adalah siswi pindahan dari SMA lain yang pindah ke SMAN 77. Nadya pindah
dari sekolah lamanya karena tidka nyaman dengan kelakuan siswa-siswi di sekolah
lamanya tersebut. Nadya sebetulnya ingin homeschooling saja. Namun, orang
tuanya tidak mengizinkan, karena orang tua Nadya ingin Nadya bisa sekolah sambil
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Nadya pun akhirnya memutuskan untuk
mengikuti keinginan orang tuanya itu. Karena trauma, Nadya pun menjadi siswi yang
tertutup di sekolah barunya. Namun, kehadiran Elvira dan Bu Novi yang merupakan
wali kelasnya, telah merubah diri Nadya.
Dialog:

Suatu hari di kelas XI IPS SMAN 77, Bu Novi yang merupakan wali kelas dari kelas
XI IPS memperkenalkan kepada murid-muridnya seorang siswi baru bernama
Nadya.

Bu Novi: “Anak-anak, hari ini Ibu akan memperkenalkan siswi baru pindahan dari
SMAN lain. Ayo, Nadya, perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu.”

Nadya (dengan nada datar): “Hai semua, nama saya Nadya. Saya pindahan dari
SMAN lain. terima kasih.”

(murid-murid lain tidak bereaksi apapun, selain menatap heran Nadya yang
memperkenalkan dirinya dengan nada suara yang datar)

Bu Novi: “Terima kasih, Nadya. Oke, mulai hari ini dan seterusnya, Nadya akan
menjadi bagian dari kelas kita. Ibu mohon kepada kalian supaya kalian
memperlakukan Nadya dengan baik. Mengerti?”

Murid-murid: “Iya, Bu Guru.”

Bu Novi: ” Nah, Nadya, ayo silakan duduk. Kamu duduk di sebelah Elvira ya (sambil
menunjuk bangku Elvira yag ada di sebelah kanan Bu Novi)”

Nadya: “Iya, Bu.”

(Nadya pun duduk di bangku yang dimaksud Bu Novi tersebut)

Elvira: “Hai, Nadya, namaku Elvira.”

Nadya: “Iya, aku tahu. Kan tadi Bu Novi sudah bilang. ” (berbicara dalam hati: Ih, sok
ramah sekali anak ini. Nanti juga ujung-ujungnya dia bakal mejahili dan menggosipi
aku seperti sisw-siswi lain di sekolahku yang dulu)

Elvira: Huh, kenapa sih perempuan ini? Diajak kenalan malah ketus jawabannya.

Nadya, Elvira, dan mrid-murid lainnya pun kemudian belajar seperti biasa. Singkat
cerita, bel pulang pun berbunyi. Itu artinya, pelajaran pun telah usai, dan murid-murid
pun dipersilakan untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat bel pulang tersebut
berbunyi, Elvira pun mengajak Nadya untuk pulang bersama.

Elvira: “Nad, rumah kamu dimana? Kita pulang bareng, yuk.”

Nadya: “Kamu nggak usah tahu di mana rumahku. Lagian, aku bisa pulang sendiri.”

Nadya pun kemudian bergegas pergi dari hadapan Elvira.

Elvira: Huh, menyebalkan sekali anak itu. Apa dia aku gampar saja ya, supaya dia
tidak begitu padaku? Ah, nggak usahlah! Nanti ujung-ujungnya ada masalah!
Mending aku ceritakan saja kelakuannya pada Bu Novi, sekaligus aku tanya beliau
soal kelakuannya itu. Kali aja Bu Novi tahu dari orang tua Nadya soal kelakuan
anaknya tersebut.

Novi pun lalu bergegas ke ruang guru untuk mencari Bu Novi.

Di ruang guru

Elvira: “Assalamualaikum.”

Bu Novi: “Waalaikumsalam. Eh, Elvira. Ada apa datang ke sini?”

Elvira: “Eh, Ibu, kebetulan Ibu di sini. Begini Bu, saya ingin cerita soal perlakuan
Nadya ke saya.”

Bu Novi: “Loh, memangnya apa yang Nadya lakukan ke kamu sampai kamu
mengadu ke Ibu?”

Elvira pun menceritakan semua perlakuan Nadya tersebut kepada Bu Novi.

Bu Novi: “Oh, jadi begitu. Kebetulan, sebelum Nadya Ibu perkenalkan ke kelas, Ibu
sempat berbincang sebentar dengan orang tuanya. Kata orang tuanya, Nadya itu
pindah ke sini karena di sekolah sebelumnya dia sering diperlakukan tidak baik oleh
teman-temannya. Oleh karena itu, dia jadi tertutup dan trauma atas kejadian
tersebut. Tadinya Nadya ingin di-himeschooling-kan leh orang tuanya. Tapi, orang
tuanya tidak mau karena mereka ingin Nadya punya teman dan bisa berbaur dengan
lingkungan di sekitarnya. Jadi, saran Ibu buat kamu, kamu jangan marah atau benci
sama Nadya. Tapi, kamu justru harus membuat Nadya nyaman di sekolah kita. OK?”

Elvira: “Oke, Bu.”

Keesokan harinya di kelas pada waktu istirahat.

Elvira: “Nad, aku mau bicara sesuatu sama kamu. Bolah kan?”

Nadya: “Kamu mau bicara apa?”

Elvira: “Nad, maaf kalau aku lancang. Nad, aku tahu dari Bu Novi soal alasan kamu
pindah ke sekolah ini. Aku tahu bahwa apa yang kamu alami di sekolah bikin kamu
jadi waspada dan enggan bergaul sama aku dan yang lain. Tapi Nad, murid-murid di
sini tidak sama seperti di sekolah kamu dulu. Insya Allah aku dan teman-teman
lainnya tidak akan melakukan apa yang dilakukan oleh murid-murid di sekolah kamu
yang dulu. Aku tahu mungkin kamu nggak bakal langsung terbuka sama kami. Tapi,
kalau kamu ada apa-apa, Insya Allah kami akan bantu kamu sebisa kami.”

Nadya: “Vir, maafkan aku kalau aku belum bisa terbuka sama kamu dan yang lain.
Aku memang masih trauma sama apa yang aku alami di sekolahku yang dulu. Aku
takut kalau kalian itu hanya baik di awal sama aku, terus kalian akan nge-bully aku
dan ngegosipin aku di belakang. Mungkin aku butuh banyak waktu supaya aku bisa
terbuka dan percaya sama kalian.”
Elvira: “Ya, gapapa kok Nad, santai aja.”

Dan Elvira pun memeluk Nadya. Semenjak itu, Nadya pun mulai membuka dirinya
kepada Elvira dan teman-teman lainnya.

Contoh Teks Drama Tentang Kehidupan

Tema: Kehidupan
Judul:Hidup itu Komedi
Karakter:

1. Haikal
2. Gio
3. Keyla
4. Fifi

SINOPSIS DRAMA

Keyla bersekolah di sekolah elit dan bergengsi, di mana para siswa nya adalah anak
para konglomerat. Keyla sendiri bisa sekolah karena disekolahkan majikan tempat
mamanya bekerja. Tak ayal, Keyla menjadi siswi yang kerap dibully, termasuk oleh
Haikal. Tapi Keyla sama sekali tak bergeming. Karena yang ia inginkan hanyalah
bersekolah dengan baik dan benar. Meski berprestasi dalam bidang puisi, Keyla
tetap dibully. Suatu hari, Haikal bersyukur atas hidupnya seorang Keyla. Apa yang
terjadi?

Dialog Naskah Drama

Terlihat suasana kelas yang nampak ramai karena jam kosong. Keyla sendiri sibuk
tenggelam dalam buku tulis dan pensilnya. Ia menulis puisi. Tanpa disadarinya,
Haikal merebut buku Keyla lalu membaca puisi itu keras-keras di dalam kelas.
Haikal : “Tidak butuh waktu lama untuk mematri namamu dalam otakku.”
Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Kembalikan!”

Keyla berusaha mengejar Haikal, tapi laki-laki itu justru berlari sambil terus
membacakannya. Diikuti dengan teriakan para siswa yang terkesan mem-bully.

Haikal : “Aku tidak percaya, tapi ini terjadi.”


Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Apa yang kau lakukan, kembalikan!”
Haikal : “Rebut saja kalau bisa, kau pasti punya otot yang kuat untuk berlari, kau kan
punya betis yang besar. Jangan sia-siakan kelebihanmu itu. Hahaha...”
Para siswa : “Hahaha...”
Fifi : “Kalian ini tidak punya perasaan. Keyla itu teman kita juga, sama seperti siswi
yang lain!”
Haikal : “Enggak, dia beda! Dia punya betis besar!”
Fifi : “Haikal! Kamu pikir betismu itu tida besar?”
Para siswa : “Hahaha....”

Para siswa berbalik menertawakan Haikal. Fifi tersenyum puas. Keyla sendiri tidak
berekspresi apa-apa.

Sementara itu, Gio terus memperhatikan Keyla. Sejak pertama bertemu, Gio tertarik
dengan Keyla karena gadis itu unik. Ia terlihat cantik meskipun berdandan seadanya.
Kebaikan Keyla juga perlahan membuat perasaan Gio berubah suka.

Malam harinya, Gio keluar tanpa Haikal dengan motor pribadinya. Ia ingin menikmati
jajanan malam yang dijual di sekitaran monas. Lamat-lamat ia memperhatikan
seorang gadis mengayuh sepeda, seperti menjajakan sesuatu. Setelah dilihat
sungguh-sungguh, gadis itu adalah Keyla.

Keyla : “Bakpau...bakpau...! Bakpau-nya Bu, hanya lima ribuan. Masih hangat.


Bakpau...!”

Gio tetap memperhatikan Keyla dari jauh, sampai gadis itu benar-benar mendekat ke
arahnya. Keyla tidak menyadarinya, karena Gio berada di cahaya yang remang.

Keyla : “Bakpau hangat mas... ada isi strawberry, blueberry, atau cokelat...”
Gio : “Bakpau dua, blueberry.”
Keyla : “Siap dilayani.”

Keyla baru akan menyerahkan dua bakpau isi bluberry itu ketika tiba-tiba ia
menyadari, orang di hadapannya itu adalah Gio. Buru-buru Keyla meletakkan lagi
bakpaunya dan terlihat tergesa-gesa akan pergi.

Gio : “Jadi aku tidak beli?”

Keyla diam menatap Gio.

Gio : “Aku sama seperti pembeli yang lain, aku ingin makan bakpau.”
Dengan pelan akhirnya Keyla menyerahkan kembali dua bakpau yang beberapa saat
lalu ia keluarkan dari keranjang. Diikuti dengan pemberian uang sepuluh ribuan oleh
Gio.

Keyla : “Tidak perlu, makan saja.”

Keyla tersenyum tipis. Tapi Gio tetap menyerahkan uang itu.

Gio : “Aku bilang, aku seperti pembeli yang lain, aku juga ingin membayar
bakpaunya.”

Keyla akhirnya menerimanya. Tapi setelah itu, Gio juga menyerahkan satu bakpau
kepada Keyla. Dibalas tatapan bingung oleh Keyla.

Gio : “Makanlah, sekarang aku bukan pembeli lagi. Aku temanmu.”

Keyla menerimanya dengan wajah yang amat bingung. Lalu mengikuti Gio duduk di
trotoar.

Gio : “Haikal memang seperti itu. Dia agak kekanakan. Suka jahil. Tapi sebenarnya
dia anak yang baik, dan penurut pada orang tua.”

Keyla manggut pelan, lalu melotot ke arah Gio cepat.

Keyla : “Apakah ini sebuah perbaikan nama buruk?”


Gio : “Hahaha yang ada tuh pencemaran nama baik, bukan perbaikan nama buruk.”
Keyla : “Habisnya kamu terdengar seperti promosi Haikal.”
Gio : “Hahaha biar kamu tahu sisi lain dia.”

Keyla justru mengalihkan pembicaraannya.


Keyla : “Jangan bilang anak-anak kalau aku jadi penjual Bakpau.”

Keyla tersenyum sebentar.


Keyla : “Mereka sudah cukup membully ku karena aku anak pembantu, apa jadinya
kalau mereka tahu aku juga penjual bakpau?”
Gio : “Aku tidak janji.”
Keyla : “Haha lucu sekali. Oke kalau gitu aku lanjutkan dulu, keburu bakpaunya
dingin.”

Keyla beranjak dan mulai mengayuh sepedanya.

Home » Contoh Drama » Naskah Drama » Teks Drama » Contoh Naskah Drama
Tentang Kehidupan
Contoh Drama Naskah Drama Teks Drama

Contoh Naskah Drama Tentang Kehidupan

Naskah Drama Tentang Kehidupan - Banyak hal yang dapat dipetik dalam
kehidupan ini. Kita tidak boleh menilai kehidupan seseorang dari satu sisi saja.
Karena sudah pasti ia memiliki sisi lain yang tidak kita tahu. Tugas kita adalah
menyukuri hidup itu sendiri. Sekalipun ujian dan cobaan terus menerus datang silih
berganti. Semoga contoh naskah drama tentang kehidupan berikut ini dapat
memberikan inspirasi.

Contoh Teks Drama Tentang Kehidupan

Tema: Kehidupan
Judul:Hidup itu Komedi
Karakter:

1. Haikal
2. Gio
3. Keyla
4. Fifi

SINOPSIS DRAMA

Keyla bersekolah di sekolah elit dan bergengsi, di mana para siswa nya adalah anak
para konglomerat. Keyla sendiri bisa sekolah karena disekolahkan majikan tempat
mamanya bekerja. Tak ayal, Keyla menjadi siswi yang kerap dibully, termasuk oleh
Haikal. Tapi Keyla sama sekali tak bergeming. Karena yang ia inginkan hanyalah
bersekolah dengan baik dan benar. Meski berprestasi dalam bidang puisi, Keyla
tetap dibully. Suatu hari, Haikal bersyukur atas hidupnya seorang Keyla. Apa yang
terjadi?

Dialog Naskah Drama

Terlihat suasana kelas yang nampak ramai karena jam kosong. Keyla sendiri sibuk
tenggelam dalam buku tulis dan pensilnya. Ia menulis puisi. Tanpa disadarinya,
Haikal merebut buku Keyla lalu membaca puisi itu keras-keras di dalam kelas.

Haikal : “Tidak butuh waktu lama untuk mematri namamu dalam otakku.”
Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Kembalikan!”

Keyla berusaha mengejar Haikal, tapi laki-laki itu justru berlari sambil terus
membacakannya. Diikuti dengan teriakan para siswa yang terkesan mem-bully.

Haikal : “Aku tidak percaya, tapi ini terjadi.”


Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Apa yang kau lakukan, kembalikan!”
Haikal : “Rebut saja kalau bisa, kau pasti punya otot yang kuat untuk berlari, kau kan
punya betis yang besar. Jangan sia-siakan kelebihanmu itu. Hahaha...”
Para siswa : “Hahaha...”
Fifi : “Kalian ini tidak punya perasaan. Keyla itu teman kita juga, sama seperti siswi
yang lain!”
Haikal : “Enggak, dia beda! Dia punya betis besar!”
Fifi : “Haikal! Kamu pikir betismu itu tida besar?”
Para siswa : “Hahaha....”

Para siswa berbalik menertawakan Haikal. Fifi tersenyum puas. Keyla sendiri tidak
berekspresi apa-apa.

Sementara itu, Gio terus memperhatikan Keyla. Sejak pertama bertemu, Gio tertarik
dengan Keyla karena gadis itu unik. Ia terlihat cantik meskipun berdandan seadanya.
Kebaikan Keyla juga perlahan membuat perasaan Gio berubah suka.

Malam harinya, Gio keluar tanpa Haikal dengan motor pribadinya. Ia ingin menikmati
jajanan malam yang dijual di sekitaran monas. Lamat-lamat ia memperhatikan
seorang gadis mengayuh sepeda, seperti menjajakan sesuatu. Setelah dilihat
sungguh-sungguh, gadis itu adalah Keyla.

Keyla : “Bakpau...bakpau...! Bakpau-nya Bu, hanya lima ribuan. Masih hangat.


Bakpau...!”

Gio tetap memperhatikan Keyla dari jauh, sampai gadis itu benar-benar mendekat ke
arahnya. Keyla tidak menyadarinya, karena Gio berada di cahaya yang remang.

Keyla : “Bakpau hangat mas... ada isi strawberry, blueberry, atau cokelat...”
Gio : “Bakpau dua, blueberry.”
Keyla : “Siap dilayani.”

Keyla baru akan menyerahkan dua bakpau isi bluberry itu ketika tiba-tiba ia
menyadari, orang di hadapannya itu adalah Gio. Buru-buru Keyla meletakkan lagi
bakpaunya dan terlihat tergesa-gesa akan pergi.

Gio : “Jadi aku tidak beli?”

Keyla diam menatap Gio.

Gio : “Aku sama seperti pembeli yang lain, aku ingin makan bakpau.”

Dengan pelan akhirnya Keyla menyerahkan kembali dua bakpau yang beberapa saat
lalu ia keluarkan dari keranjang. Diikuti dengan pemberian uang sepuluh ribuan oleh
Gio.

Keyla : “Tidak perlu, makan saja.”

Keyla tersenyum tipis. Tapi Gio tetap menyerahkan uang itu.

Gio : “Aku bilang, aku seperti pembeli yang lain, aku juga ingin membayar
bakpaunya.”

Keyla akhirnya menerimanya. Tapi setelah itu, Gio juga menyerahkan satu bakpau
kepada Keyla. Dibalas tatapan bingung oleh Keyla.

Gio : “Makanlah, sekarang aku bukan pembeli lagi. Aku temanmu.”


Keyla menerimanya dengan wajah yang amat bingung. Lalu mengikuti Gio duduk di
trotoar.

Gio : “Haikal memang seperti itu. Dia agak kekanakan. Suka jahil. Tapi sebenarnya
dia anak yang baik, dan penurut pada orang tua.”

Keyla manggut pelan, lalu melotot ke arah Gio cepat.

Keyla : “Apakah ini sebuah perbaikan nama buruk?”


Gio : “Hahaha yang ada tuh pencemaran nama baik, bukan perbaikan nama buruk.”
Keyla : “Habisnya kamu terdengar seperti promosi Haikal.”
Gio : “Hahaha biar kamu tahu sisi lain dia.”

Keyla justru mengalihkan pembicaraannya.


Keyla : “Jangan bilang anak-anak kalau aku jadi penjual Bakpau.”

Keyla tersenyum sebentar.


Keyla : “Mereka sudah cukup membully ku karena aku anak pembantu, apa jadinya
kalau mereka tahu aku juga penjual bakpau?”
Gio : “Aku tidak janji.”
Keyla : “Haha lucu sekali. Oke kalau gitu aku lanjutkan dulu, keburu bakpaunya
dingin.”

Keyla beranjak dan mulai mengayuh sepedanya.

Keyla : “Makasih bakpaunya!”

Keesokan paginya, masih seperti biasa, Keyla memanfaatkan waktu luang untuk
menulis puisi. Tapi lagi-lagi, Haikal merebut buku Keyla dan membaca puisi itu
keras-keras.

Haikal : “Cahaya mentari memang terang. Saking terangnya, aku silau


memperhatikannya. Tapi...”

Ternyata puisi tersebut terhenti, karena Keyla belum selesai menuliskannya.


Haikal : “Tapi apa ini?  Tapi aku tidak dapat melihatnya? Tapi apa?”
Para siswa : “Hahaha huuuu...”
Keyla : “Haikal, serahkan!”

Haikal tidak bergeming.

Keyla : “Haikal, jangan keterlaluan!”

Kali ini Keyla berani membentak Haikal untuk pertama kalinya.


Keyla : “Apa yang ingin kamu tertawakan dari hidup seseorang? Kamu pikir kamu
puas setelah menertawakanku?”

Haikal diam mematung. Buku yang ia rebut dari Keyla tak sadar sudah ada di tangan
Fifi. Ia memperhatikan Keyla yang kini meninggalkan ruang kelas.
Beberapa hari berikutnya, Keyla tak masuk sekolah. Berulang kali Haikal melirik
bangku Keyla. Entah mengapa sejak kejadian kemarin itu, Haikal merasa sangat
bersalah. Gio menyadarinya, ia kemudian berbisik pelan pada Haikal.

Gio : “Nanti malam, datanglah ke monas jika kau ingin menemuinya.”


Haikal : “Apa maksudmu?”
Gio : “Temui Keyla di sana jika kau ingin minta maaf.”
Haikal : “Kenapa harus di sana? Lagipula siapa yang ingin minta maaf?”

Gio tidak menanggapi. Ia justru sibuk mengeluarkan gadgetnya.

Malam itu pun tiba. Pada awalnya Gio mengacuhkannya, tapi kemudian ia berangkat
juga ke monas.
Haikal : “Apa yang dilakukan gadis itu di monas?”

Tidak lebih dari satu jam, Haikal menemukannya. Keyla dengan semangat
menjajakan bakpaunya. Ia mondar-mandir menawarkan kepada pengunjung. Haikal
melotot.

Keyla : “Bakpau... bakpau...!”

Keyla mendekat ke arah Haikal. Tidak untuk menjual, tapi memberikan satu bakpau
hangat isi cokelat yang baru ia keluarkan dari keranjang. Dari tempatnya duduk,
Haikal masih terdiam.

Keyla : “Ayo makanlah...”


Haikal : “Kau... kau...”
Keyla : “Penjual bakpau juga?”

Keyla tersenyum sebentar.


Keyla : “ Iya. Dan aku siap jika kau ingin menertawakanku lagi.”

Haikal buru-buru menyanggah dengan mengibaskan kedua telapak tangannya.


Haikal : “Bukan... maksudku, kau tidak marah padaku?”

Keyla tersenyum lagi.


Keyla : “Lupakanlah... dan cepat makan, keburu dingin! Oiya, bagaimana sekolah?
Apakah Pak Surya masih sering tidur di kelas? Hahaha dimaklumin aja, kali aja
malam harinya beliau lagi repot.”

Haikal diam, tidak ikut tertawa. Karena ia masih bingung dengan suasana itu. Ia
bahkan tak pernah bicara selembut dan sesopan itu pada Keyla. Tapi malam ini,
Keyla justru mengajaknya bercanda.

Keyla : “Kau tidak tertawa?”

Mata Keyla menerawang.

Keyla : “Hidup kadang memang harus ditertawakan. Aku tidak akan bisa seceria ini,
jika tidak berusaha menertawakan hidupku sendiri.”
Haikal : “Maafkan aku Key...”
Keyla : “Tenang saja, aku juga belajar banyak darimu. Jika hidup melulu adalah
tregedi, maka sama sekali tidak ada celah untuk bisa disenyumin.”
Haikal : “Lalu?”
Keyla : “Hidup itu seperti komedi putar.”

Keyla berucap sambil menangis. Haikal memperhatikannya, tapi tak tahu bagaimana
harus menghiburnya.
Haikal : “Aku minta maaf Key.”

Keyla menatap Haikal lekat, matanya masih berair.

Keyla : “Aku tidak menangis karena kamu. Aku menangis karena tidak bisa sekolah
sementara ini.”
Haikal : “Kenapa?”
Keyla : “Karena aku harus menunggu mamaku di rumah sakit setiap hari. Selesi
berjualan malam ini, aku juga harus kembali ke sana.”

Haikal memandang Keyla iba. Keyla sendiri mengusap air matanya kemudian
tersenyum sebentar.
Keyla : “Jadi, apa kau ingin membeli semua bakpauku?”
Haikal : “Ha?”

Keyla tersenyum sambil menangis lagi.


Keyla : “Mana uangmu, aku yakin uangmu banyak. Borong semua bakpauku, dan
bagikan ke seluruh keluargamu.”

Haikal tertawa mengiyakan, sambil mengeluarkan dompetnya. Tapi Keyla justru


merebut dompetnya dan mengambil beberapa uang. Haikal tidak marah. Ia yakin,
bahwa Keyla hanya butuh hiburan untuk menikmati komedi putarnya. Lagipula, ia
juga tidak rugi apapun.

Keyla buru-buru meninggalkan tempat itu ketika selesai mengambil uangnya.


Keyla : “Makasih Kal.”
Haikal : “Oke... oiya Key...”

Haikal setengah berteriak, karena Keyla terus berjalan meninggalkannya.


Haikal : “Cahaya mentari memang terang. Saking terangnya, aku silau
memperhatikannya. Tapi... tapi apa?”

Keyla juga membalas dengan berteriak.


Keyla : “Tapi, ada kalanya mentari juga meredup.”

Haikal memandangi punggung Keyla dengan ribuan kalimat di otaknya. Bersyukur


karena ia hidup sangat layak, tidak seperti Keyla. Mengagumi Keyla karena kekuatan
hatinya. Juga kalimat-kalimat menghujat dirinya sendiri, menyesal karena sudah
membuat hari-hari Keyla redup.

Anda mungkin juga menyukai