(MTA) PUSAT
http://www.mta.or.id email : humas@mta.or.id Fax : 0271663977
Jl. Ronggowarsito 111A, Timuran, Banjarsari, Surakarta, Kode Pos 57131, Telp. 0271663299
UJIAN KEIMANAN
Banyak orang merasa cukup ketika menyatakan diri sebagai mukmin.
Seolah pengakuan iman tidak mengandung konsekuensi bagi
pelakunya. Padahal, pengakuan iman itu masih harus dibuktikan dalam
bentuk sikap dan tindakan ketika menghadapi ujian dan cobaan.
Al Qur’an telah menegaskan bahwa setiap orang yang beriman
(mukmin) senantiasa akan mendapat ujian dari Allah SWT. Dengan
diberikannya ujian tersebut akan tampak nyata siapa yang benar-benar
beriman dan siapa yang munafiq, siapa yang bersyukur dan siapa yang
kufur, siapa yang shabar dan siapa yang pemarah, dan siapa yang siap
berjihad atau yang lari dari medan jihad/pengecut.
Allah SWT berfirman:
َ)ولق ْد2(ََّاسَا ْنَ يُّْْتُكْْٓواَا ْنَيَّ ُق ْولُْْٓواَ اٰمنَّاَوُه ْمََلَيُ ْفت نُ ْون
نَالب س ِ َاح
ُ
َاّللَُ الَّ ِذيْنَ صدقُ ْواَ ولي ْعلم َّن
ٰٰ َف ت نَّاَ الَّ ِذيْنَ ِم ْنَ ق ْبلِ ِه ْمَ ف لي ْعلم َّن
َ َ3-َ 2َ:َت َ )َاَلَعنكبَو3(َ الْ ٰك ِذبِ ْْي
2. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya
dengan) berkata: “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak
diuji?
3. Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum
mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti
mengetahui para pendusta.[QS. Al Ankabuut: 2-3]
ََاْلبِْيث َِمن ْ َاّللَُلِيذرَالْ ُم ْؤِمنِ ْْيَع ٰلىَمآَْانْتُ ْمَعلْي ِهَح ّٰٰتََيِْي ز ٰٰ ماَكان
ََم ْنِ َاّللََيتِِب
ْ ٰ بَوٰل ِك َّن
ٰ ِ َاّللَُلِيُطْلِع ُك ْمَعلىَالْغْي ٰ ب َۗ َوماَكان
ٰ َِ ِٰالطَّي
ْ
ِ ِ َۚ ِ ِ ٰ ِ ِ ٰ َۖ ۤ
َّللَ َو ُر ُس هٖل َوا َْنَتُ ْؤمنُ ْوَاَوت تَّ ُق ْوَاَف ل ُك َْمَا ْج َر
َٰ ُّر ُس ِ هٖلَم َْنَيَّشا َءُ َفامنُ ْوَاَِب
َ 179َ:ََالَعمران.ع َِظْي َم
Allah tidak akan membiarkan orang-orang mukmin dalam keadaan
sebagaimana kamu sekarang ini, (tetapi Allah akan mengujinya)
sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan
memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib, tetapi Allah memilih
siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu,
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan
bertaqwa, kamu akan mendapat pahala yang sangat besar. [QS. Ali
‘Imraan : 179]
Kata hasiba dalam ayat ini bermakna dhanna (menduga, mengira).
Sedangkan huruf hamzah di depannya merupakan istifhaam (kata
tanya). Ibnu Katsir mengatakan: ”Istifhaam dalam ayat tersebut adalah
istifhaamu inkaarin (pertanyaan pengingkaran), Syihabuddin Al-Alusiy
menyimpulkan bahwa istifhaam dalam ayat ini merupakan lil inkaari
(untuk pengingkaran). Bisa juga, sebagaimana dinyatakan Asy-
Syaukani, bermakna lit taqrii’ wat taubiikh (teguran dan celaan). Artinya,
mereka tidak dibiarkan begitu saja mengatakan telah beriman tanpa diuji
dan dicoba seperti yang mereka kira. Mereka benar-benar akan diuji
untuk membuktikan kebenaran pengakuan iman mereka.
Kata yuftanuun berasal dari kata al-fitnah. Ada beberapa pengertian
yang diberikan oleh para mufassir mengenai kata tersebut. Mujahid,
sebagaimana dikutip Ibnu Jarir, memaknainya laa yuftanuun sebagai laa
yubtaluun (mereka tidak diuji). Menurut Al-Nasafi, pengertian al-fitnah di
sini adalah al-imtihaan (ujian) yang berupa taklif-taklif hukum yang berat,
seperti kewajiban meninggalkan tanah air dan berjihad melawan musuh;
melaksanakan seluruh kethaatan dan meninggalkan syahwat; ditimpa
2
kemiskinan, paceklik, dan berbagai mushibah yang melibatkan jiwa dan
harta, dan bershabar menghadapi kaum kafir dengan berbagai
gangguan dan makar mereka.
Secara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum muslimin itu dengan
dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku
dalam kehidupan di dunia yaitu ujian kesenangan/keni’matan dan ujian
ۗ ۤ
kesusahan/kesengsaraan.
ِ َۗ ِ ِ
َ.اْل ْْيَفْت نَة والْي ناَتُْرج ُع ْو َن ِ ِ ِ ٍ ُك ُّلَن ْف
ْ سَذا ِٕىقةَُالْم ْوتَون ْب لُ ْوُك ْمَِبلشَّٰرَو
َ َ35َ:َاَلنبياء
Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kami-lah
ۚ
kamu akan dikembalikan. [QS. Al Anbiyaa’ : 35]
ِ ِ ٍ
ََاّللَع ٰلىَحْرفَفا ْنَا َصابَ ٖهَخ َْْيُ َۨاطْمئ ََّنَ ِب هٖهَوا َْن
َ ٰٰ َّاسَم ْنَيَّ ْعبُ ُد ِ وِمنَالن
ِ ۗ ِ
َكََ ُه َو ٰ
َ اَلخرَةََذل َ اصاب ْتَهََُفِْت نَةُ َۨانْقل
ٰ ْ بََع ٰل َىََ َو ه ِْج هٖهََخ ِس َرََالدُّنْيَاََو
َ 11َ:ََاحلج.ْي َُ ْ ِاْلُ ْسرا َُنَالْ ُمَب
ْ
Di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak
dengan penuh keyakinan). Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang.
Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang (kembali
kufur). Dia merugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata. [QS.
Al Hajj : 11]
ِ َاّللَجعلَفِْت نةَالن
ََّاس ِ ٰ ّللَفِاذآَْاُوِذي َِِف
ٰ ْ
ِ ٰ َّاَِب
ٰ ِ نم ٰ
ا َ ل
ُ وقُ
ْ ْ َي
َّ ن َم ِ
َّاسن َالن ِو
م
ۗ ۤ
َصر َِٰم ْن ََّربِٰكَلي ُق ْولُ َّنَاَِّنََّ ُكنَّاَمع ُك ْمَاولْيسْ َن ء ا َج نْ اّلل
ىِٕ لو ََۗ ِ ٰ ِ
َٰ َكعذاب
َ 10َ:َت َ َاَل َعنكبَو.ْيَ ْ َص ُد ْوِرَالْ ٰعل ِم
ُ ْ اَِف ِ ِبََِِب ْعلم
ِ اّلل
ُٰٰ
3
Di antara manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah,”
tetapi apabila dia disakiti karena (dia beriman kepada) Allah, dia
menganggap cobaan manusia itu seperti siksaan Allah. Akan tetapi, jika
datang pertolongan dari Tuhanmu, pasti mereka akan berkata:
“Sesungguhnya kami bersama kamu.” Bukankah Allah paling
mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia?. [QS. Al
Ankabuut : 10]
6
Kita mengetahui bahwa setiap orang yang mendapat keni’matan
akan ada orang lain yang tidak menyukainya (dengki). Dalam
maqolah disebutkan:
َ:ََقالَر ُس ْو ُلَهللاَِﷺ:هللاَُعََْن َهَُقال َ ََعي َِ َالزب ِْْيَبْ ِنَالْع َّو ِام ََر
ُّ ع َِن
َ،َُاحلالِقة ِ َا ْحلس ُدَواَلْب ْغراء.َاَلُم ِمَق ب ل ُكم
َْ َهي، َ ِبَا
ُ ْ ْ ْ ُ ْ ْ َّ د
اء َد م ك
ُ ي ل
َََل،َُِم َّم ٍدَبِي ِده
ُس ُ ف
ْ َن ي
ْ
ِ ََّوال.َالش ع ِر
ذ ْ َّ ة
ُ ق ِحالِقةَُال ِٰدي ِنََلَحال
ْ
ََافَلَ اُنبِٰئُ ُك ْمَ ِِب ْم ٍرَاِذاَف ع ْلتُ ُم ْوهََُ اب ْب تُ ْم؟،تُ ْؤِمنُ ْواَح َّّتََ ابُّ ْوا
َ232َ:10ََالبيهقى.ك ْم ُ اَالسَلمَب ْي نَّ افْ ُشو
Dari Zubair bin 'Awwam RA, ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda: “Akan menjalar kepadamu sekalian penyakit ummat-
ummat sebelum kalian, yaitu dengki dan kebencian yang sangat.
Kebencian yang sangat itu adalah pencukur, yaitu pencukur
agama, bukan pencukur rambut. Demi Tuhan yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya, tidaklah kalian beriman sehingga kalian
saling berkasih sayang. Maukah aku beritahukan kepada kalian
suatu perkara, apabila kalian melakukannya niscaya kalian saling
berkasih sayang ? Tebarkanlah salam diantara kalian”. [HR.
Baihaqi juz 10, hal. 232]
8
B. Munculnya kaum munafiq yang selalu membencinya.
Sifat munafiq lebih berbahaya dari kufur. Sebab, orang yang munafiq
itu sering menampakkan wajah keislaman (seakan-akan baik),
padahal dirinya menyimpan permusuhan dalam hatinya.
َواِذاَل ُقواَالَّ ِذيْنَاٰمنُ ْواَقالُْْٓواَاٰمنََّا ََۚواِذاَخل ْواَاِ َِٰشٰي ِطْينِ ِه َْم ََۙقالُْْٓواَاِ ََّّن
َ 14َ:ََالبقرة.َم ْست ْه ِزءُْو َن ن اََن َّ
َّنِمع ُك َم ََۙا
ُ ُْ ْ
Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka berkata: “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka
kembali kepada syetan-syetan (para pemimpin) mereka, mereka
berkata: “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-
olok.” [QS. Al Baqarah : 14]
ََِالص ٰلوة ِ ِ ۚ ِ ِ ُ اِ َّنَالْمن ِٰف ِقْي
ٰٰ ََيٰد ُع ْون
َّ َِاّللَوُهوَخاد َُع ُه ْمَواذاَق ُامْْٓواَا ْ ُ
ِ َِّ ۤ ٰۙ
َ:َ َالنساء.َل ٰ
َ َاّللَاَلَقلْي
ٰ ق ُام ْواَ ُكساَِيُراءُْونَالنَّاسَوَلَي ْذ ُكُرْون
َ 142
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu hendak menipu Allah, Allah
membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam
kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk shalat,
mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya’ di
hadapan manusia. Mereka tidak mengingat Allah, kecuali sedikit
sekali. [QS. An Nisaa’ : 142]
َّ َِِاّللَُوا
ََالر ُس ْوِلَرايْتَالْ ُمن ِٰف ِق ْْي ٰٰ واِذاَقِْيلََلُْمَت عال ْواَاِ َِٰمآَْانْزل
َ 61َ:ََالنساء.َص ُد ْودَاُ صد ُّْونَعْنك ُي
Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah (patuh) pada apa yang
telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” niscaya engkau
9
lihat orang-orang munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-
kuatnya dari (mendekati) kamu. [QS. An Nisaa’ : 61]
Salah satu contoh yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah peristiwa
munculnya hadiitsul ifki (berita dusta/bohong). Peristiwa itu
merupakan contoh makar kaum munafiq di Madinah terhadap
keluarga Nabi SAW.
ۗ ۗ ِ ِ ِ ِ ۤ ِ َّاِ َّنَال
َََسبُ ْوهَُشًّراَلَّ ُك ْمَب ْل ََلم
ْ ْ ٰ ُْ ك
ُ ن
ْ َمة ب ص َع ك ف
ْ َلْ َِبو ءا
ُْ ْ َجن ي ذ
ۗ َّ
ََاَل ُِْۚثَوالَّ ِذ ْي
ِْ َمن ِ َماَا ْكتسب ه ن ِ
َم ٍ
ئ ِ
ر َام ل ِ ك ِ
َّ ْ ُ ْ ٰ ْ ٰ ُ ْ ُهوَخ ْْيَ ل ُك
م َل م
َِ ابَع
َ 11َ:ََالنور.ظْي َم َ ت وَِٰٰ ِك ه َْبٖهَِمْن ُه َْمَ ََلٖعذ
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah
kelompok di antara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa
peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang
dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya.
Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia
mendapat adzab yang sangat berat. [QS. An Nuur : 11]
Untuk melindungi diri dari kaum munafiq ini, kita wajib bersandar
kepada Allah dan berusaha menyingkap tipu daya dan rencana
busuk mereka. Orang-orang munafiq itu sangat pandai bersilat lidah
dan membolak-balikkan kata-kata untuk mempertahankan maksud
11
3. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir, lalu hati mereka dikunci mati sehingga
mereka tidak dapat mengerti.
4. Apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu.
Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya
(dengan saksama karena kefasihannya). Mereka bagaikan
(seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap
teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh
(yang sebenarnya). Maka waspadalah terhadap mereka. Semoga
Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari kebenaran)?
5. Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah (beriman) agar
Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang
muka dan engkau lihat mereka menolak (ajakan itu) sambil
menyombongkan diri.
6. Sama saja bagi mereka apakah engkau memohonkan ampun untuk
mereka atau tidak, Allah tidak akan mengampuni mereka.
Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasiq.
7. Merekalah orang-orang yang berkata (kepada kaum Anshar):
“Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang
ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan
Rasulullah),” padahal milik Allahlah perbendaharaan langit dan
bumi. Akan tetapi, orang-orang munafiq itu tidak mengerti.
8. Mereka berkata: “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari
perang Bani Musthaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu
hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan
tetapi, orang-orang munafiq itu tidak mengetahui. [QS. Al
Munaafiquun: 1- 8]
Bersambung
12