Anda di halaman 1dari 67

i

HUBUNGAN KETERLIBATAN AYAH DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
TODDLER DI KELURAHAN MAMPANG PRAPATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

NOVA POIBE DELITA HASIBUAN

204201446069

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
JAKARTA
2022

i
ii

HUBUNGAN KETERLIBATAN AYAH DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
TODDLER DI KELURAHAN MAMPANG PRAPATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional
Jakarta

Oleh:
NOVA POIBE DELITA HASIBUAN
204201446069

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
JAKARTA
2021

ii
iii

SKRIPSI

HUBUNGAN KETERLIBATAN AYAH DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
TODDLER DI KELURAHAN MAMPANG PRAPATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

Oleh:
NOVA POIBE DELITA HASIBUAN
204201446069

Telah dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi Program Studi llmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
Pada tanggal Februari 2022

Pembimbing1 Pembimbing2

(Ns. Diah Argarini, M.Kep) (Ns. Nita Sukamti, M.Kep)

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

(Dr.RetnoWidowati,M.Si)

iii
iv

Lembar Persetujuan Skripsi Sebelum Maju Sidang

Judul Skripsi : Hubungan Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan
Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Nama Mahasiswa : Nova Poibe Delita Hasibuan
NPM : 204201446069

Menyetujui

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Ns. Diah Argarini, M.Kep Ns. Nita Sukamti, M.Kep

iv
v

Lembar Persetujuan Skripsi Setelah Maju Sidang Skripsi

Judul Skripsi : Hubungan Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan
Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Nama Mahasiswa : Nova Poibe Delita Hasibuan
NPM : 204201446069

Menyetujui,

Penguji 1 : ( )

Penguji 2 : Ns. Diah Argarini, M.Kep ( )

Penguji 3 : Ns. Nita Sukamti, M.Kep ( )

v
vi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan Dibawah ini saya :

Nama : Nova Poibe Delita Hasibuan


NPM : 204201446069
Judul Penelitian : Hubungan Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan
Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Menyalakan bahwa dalam skipsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain. Sepanjang
pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah diitulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.

Jakarta, Februari 2022

(Nova Poibe Delita Hasibuan)

vi
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak
Toddler Di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan”.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya dukugan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hotmat yang besar penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati, M.Si.
2. Ns. Dayan Hisni, MNS,selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Nasional.
3. Ns. Diah Argarini, M.Kep, selaku Pembimbing 1yang telah memberikan bantuan
dan pengarahan dalam pembuatan skripsi saya
4. Ns. Nita Sukamti, M.Kep, selaku Pembimbing 2 yang telah memberikan
dukungan penuh dalam pembuatan skripsi saya.
5. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Kesehatan Universitas
Nasional yang telah mendidik dan memfasilitasi proses pembelajaran di kampus.
6. Kepada Orang Tua yang mempunyai anak Toddler Di Kelurahan Mampang
Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan
untuk saya dalam melakukan penelitian.
7. Orang Tua saya yang selalu mensupport dan memberikan do‟a serta dukungan
selama proses pembuatan skripsi ini.
8. Teman-teman Anggota Biddokes Polda Metro Jaya yang memberikan semangat
dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
9. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu.

vii
viii

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan. Amin.

Jakarta, Februari 2022

Nova Poibe Delita Hasibuan

viii
ix

ABSTRAK

HUBUNGAN KETERLIBATAN AYAH DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
TODDLER DI KELURAHAN MAMPANG PRAPATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

Nova Poibe Delita Hasibuan, Diah Argarini, Nita Sukamti

Latar Belakang :Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia
12-36 bulan masa ini juga merupakan masa golden age/masa keemasan untuk
kecerdasan dan perkembangan anak. Keterlibatan ayah merupakan bentuk kegiatandan
perhatian yang dilakukan secara langsung oleh ayah terhadap anak-anaknya, sehingga
menciptakan pengaruh yang positif terhadap tumbuh kembang anak. Pola asuh ibu
dalam memberi pengasuhan dipengaruhi oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara,
membimbing, dan mengarahkan anaknya. Sikap tersebut tercermin dalam pola
pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda. Pola pengasuhan yang diterapkan ibu
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Keterlibatan Ayah dan
Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan
Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan Cross Sectional (potong silang). Sampel penelitian ini berjumlah 96
orang dengan menggunakan rumus slovin. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik Probability Sampling. Data dianalisis dengan
menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan keterlibatan ayah
terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan Mampang
Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan (p=0,000), Ada hubungan pola asuh ibu
terhadap perkembangan personal sosial anak toddler Di Kelurahan Mampang Prapatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan (p=0,000).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan pola
asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler Di Kelurahan Mampang
Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Kata Kunci : Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan Personal
Sosial Anak Toddler
Kepustakaan : 20 Kepustakaan (2016-2022)

ix
x

Abstract

THE RELATIONSHIP OF FATHER'S INVOLVEMENT AND MOTHER'S


PARTICIPATION TO THE PERSONAL SOCIAL DEVELOPMENT OF
TODDLER CHILDREN IN MAMPANG PRAPATAN SHIELD
CITY ADMINISTRATION JAKARTA SELATAN

Nova Poibe Delita Hasibuan, Diah Argarini, Nita Sukamti

Background: Toddler age children are children who are between the age range of 12-
36 months, this period is also a golden age for children's intelligence and development.
Father involvement is a form of activity and attention carried out directly by fathers for
their children, thereby creating a positive influence on children's growth and
development. Mother's parenting pattern in providing care is influenced by attitudes in
nurturing, guiding, and directing their children. This attitude is reflected in the different
parenting patterns for their children. The parenting style applied by the mother has its
own advantages and disadvantages.
Objective: This study aims to determine the relationship between father's involvement
and mother's parenting style on the social development of toddlers in Mampang
Prapatan, South Jakarta Administration.
Methodology: This study uses a descriptive correlational research design with a cross
sectional approach. The sample of this study amounted to 96 people using the slovin
formula. Sampling in this study was carried out using the Probability Sampling
technique. Data were analyzed using chi square test to determine the relationship
between variables.
Research results: The results showed that there was a relationship between father's
involvement in the Personal Social Development of Toddler Children in the Mampang
Prapatan Village, South Jakarta Administration City (p = 0.000), There was a
relationship between mother's parenting style and the social personal development of
toddlers in Mampang Prapatan Village, South Jakarta Administration City ( p=0.000).
Conclusion: From the results of the study, there is a relationship between the
involvement of fathers and mother's parenting patterns on the personal social
development of toddlers in Mampang Prapatan Village, South Jakarta Administration.

Keyword : Father's Involvement and Mother's Parenting Pattern on Toddler Children's


Personal Social Development
Literature : 20 Literature (2016-2022)

x
xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ix
ABSTRACT ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang .................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2. Perumusan Masalah
............................................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian……. ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 9
2.1 Konsep Perkembangan Anak Usia Toddler......... ............................................... 9
2.1.1 DefinisiAnak Usia Toddler ............................................................................... 9
2.1.2 Perkembangan Anak Usia Toddler ..................................................................10
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak................... .............. 12
2.2.1. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak ...................................................... 12
2.3. Konsep Pola Asuh........ ..................................................................................... 13
2.3.1. Pengertian Pola Asuh ..................................................................................... 13
2.3.2. Jenis Pola Asuh ............................................................................................ 13
2.3.3. Macam-Macam Pola Asuh ............................................................................. 13
2.4. Kerangka Teori. .................................................................................................14
2.5. Kerangka Konsep .............................................................................................. 15

xi
xii

2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 37


BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 41
3.1. Jenis Penelitian. ......................................................................................................... 41
3.2. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 41
3.3.Lokasi Penelitian. ............................................................................................... 41
3.4.Waktu Penelitian. ............................................................................................... 41
3.5. Variabel Penelitian ............................................................................................ 43
3.6. Definisi Operasional .......................................................................................... 44
3.7. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 44
3.8. Validitas dan Reliabilitas................................................................................... 44
3.9.Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 44
3.10.Analisa Data.. .................................................................................................46
3.11.Etika Penelitian.................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional ............................................................................... 32

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 44
2.2. Kerangka Konsep.......... .......................................................................... 44

xiv
xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


UNICEF : United Nations International Children's Emergency Fund
DVI : Disaster Victim Investigation
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

xv
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1


Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data dari Universitas
Lampiran 4 : Surat Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Kuesioner
Lampiran 7 : Hasil Output SPSS
Lampiran 8 : Hasil Output Cek Plagiarisme
Lampiran 9 : Biodata Penulis

xvi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12-36

bulan masa ini juga merupakan masa golden age/masa keemasan untuk

kecerdasan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 2017). Keberhasilan

menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang

kuat selama masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain

terutama orang tua (Wong, Eaton, Wilson & Winkelstein, 2017).

Menurut World Health Organization lebih dari 200 juta anak usia dibawah 5

tahun di dunia tidak memenuhi potensi perkembangan mereka dan sebagian besar

diantaranya adalah anak-anak yang tinggal di Benua Asia dan Afrika (World

Health Organization, 2017). Berapa tahun terakhir ini, terjadi berbagai masalah

perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme,

dan hiperaktif yang semakin meningkat. Angka kejadian keterlambatan

perkembangan di Amerika Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, dan Argentina

22% (Hidayat 2017).

Menurut UNICEF didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan

perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan

(UNICEF (Bappenas), 2017). Data Kemenkes RI mengemukakan bahwa

sebanyak 56.4% anak yang berusia di bawah lima tahun menderita

gangguan tumbuh kembang (Kemenkes RI, 2016).

Hingga saat ini masalah keterlambatan perkembangan anak masih menjadi

1
2

persoalan baik di negara maju maupun negara berkembang (Juranja, 2017). Pada

pasangan suami istri, terdapat fase dimana akan memiliki seorang anak. Ketika

anak mereka berada pada masa toddler yaitu dalam rentang usia 12-36 bulan akan

muncul perasaan autonomi (Subroto 2017).

Dimasa pandemic Covid-19 seperti ini peran keterlibatan seorang ayah sangat

dibutuhkandalam pembagian peran tugas rumah tangga, terutama dalam hal

pengasuhan anak guna untukmengurangi pekerjaan dari ibu.Keterlibatan ayah

merupakan bentuk kegiatandan perhatian yang dilakukan secara langsung oleh

ayah terhadap anak-anaknya, sehinggamenciptakan pengaruh yang positif

terhadap tumbuh kembang anak (Lamb et al., 2016). Saat ini peran ayah bukan

hanya sebagai pencari nafkah, namun juga dituntut untuk terlibat dalam

pengasuhan anak. Keikutsertaan ayah dalam mengasuh anak mampu membuat ibu

menjadi lebih senang dan bangga, karena ayah masih meluangkan waktu untuk

mengasuh anak mereka disela-sela kesibukan bekerja.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak pada masa toddler selain penting

untuk perkembangan anak ternyata juga akan berperan positif terhadap

pasangannya. Selain itu pola asuh ibu merupakan hal yang sangat mempengaruhi

perkembangan pada anak usia toddler (Soetjiningsih, 2017).

Pola asuh ibu dalam memberi pengasuhan dipengaruhi oleh sikap-sikap

tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan anaknya.Sikap

tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yangberbeda-beda.

Pola pengasuhan yang diterapkan ibu mempunyai kelebihan dan kekurangan

masing-masing. Pola asuh ibu yang baik membuatanak akan merasa aman dan

merasa dicintai serta menjadi mandiri. Di sisi lain pola asuh ibu yang kurang
3

baikdapat mengakibatkan anak menaji kurang baik dalam perkembangannya

(Aryanti, Oktavianto & Suryati, 2019).

Beberapa aspek yang harus diketahui ibu dalam perkembangan anak usia dini

agar bisa lebih maksimal diantaranya adalah aspek agama dan moral berfokus

pada nilai-nilai dasar, kesadaran, dan norma-norma lainya yang diajarkan. Dalam

hal ini, peran ibu sangat penting untuk mendidik karakter anak sejak kecil, aspek

fisik dan motorik lebih berfokus pada perkembangan atau perubahan fisik terjadi

dari tubuhnya,fungsi kognitif berkaitan bagaimana anak mulai belajar

memecahkan masalah yang ada, bisa memahami sesuatu dengan mudah, mampu

mengidentifikasi suatu pola, dapat mengingat dengan baik, dan juga bisa

memahami aspek sebab-akibat dari suatu hal (Subroto 2017).

Perkembangan personal sosial anak adalah proses saat anak belajar

berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

Perkembangan personal sosial anak biasanya merujuk pada bagaimana seorang

anak mengenal dan bersahabat dengan teman-temannya.

Menurut Hurlock (2018) menyatakan bahwa pada umumnya masalah

perkembangan personal sosial anak terbentuk karena pola asuhorang tua yang

terlalumemanjakan anak dengan cara melayani anaksampai melewati batas

usianya, ketika anak seharusnya sudah mulai dapatmengurus dirinya sendiri dan

belajar memenuhi kebutuhannya sendiri

Perkembangan sosial anak merupakan hasil dinamika pengaruh dari sistem

yang melingkupinya secara menyeluruh, terutama dalam lingkup terkecil dan

terdekat yaitu orang tua. Orang tua, yang terdiri dari ayah dan ibu, memiliki peran
4

yang sama pentingnya dalam menentukan keberhasilan proses perkembangan

anak periode usia toddler.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatanyang dilaksanakan pada, bulan

Oktober tahun 2021 dengan wawancara dan observasi kepada 5 orang tua.

didapatkan sebanyak 3 orang tua terlibat dalam pola asuh pada perkembangan

personal social anak usia toddler. Berdasarkan latar belakang dan studi

pendahuluan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan

Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis ingin

mengetahui fakto-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan keterlibatan ayah

dan pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di

Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterlibatan ayah dan

pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan

Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.


5

1.3.1. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi keterlibatan ayah terhadap perkembangan personal

sosial anak usia toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

2. Mengidentifikasi pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial

anak usia toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan.

3. Mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dengan perkembangan

personal sosial anak usia toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

4. Mengetahui hubungan antara pola asuh ibudengan perkembangan

personal sosial anak usia toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Orang Tua di Kelurahan Mampang Prapatan Kota


Administrasi Jakarta Selatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan mengenai hubungan keterlibatan

ayah dan pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di

Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.4.2. Bagi Institusi Universitas Nasional

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi tentang hubungan keterlibatan

ayah dan pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler.
6

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan acuan bagi penelitian

selanjutnya mengenai hubungan keterlibatan ayah dan pola asuh ibu terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler.


7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Perkembangan Anak Usia Toddler

2.1.1. Definisi Anak Usia Toddler

Anak usia toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun, dimana pada usia

tersebut dapat dilihat pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung

cepat (Potter & Perry, 2017). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan

mengekplorasi rumah dan sekelilingnya, menyusun 6 balok, mulai cemburu pada

ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar dalam mengontrol buang air kecil,

mulai mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa, dapat menunjuk mata dan

hidung, memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain dengan teman-

temannya (Soetjiningsih 2017).

Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan menganjurkan anak

untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi untuk berbicara,

memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan berperan

aktif dalam perawatan anak (Hidayat 2017).

2.1.2. Perkembangan Anak Usia Toddler

1. Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar utama pada toddler ialah

perkembangan lokomosi. Toddler mampu berjalan sendiri dengan jarak

kaki yang melebar pada jarak tertentu. Selanjutnya toddler mulai berlari

akan tetapi masih mudah jatuh pada usia 18 bulan. Di usia dua tahun,

koordinasi dan keseimbangan meningkat ditunjukkan dengan mampu

7
8

berdiri dengan sempurna. Pada usia ini anak mampu menaiki dan

menuruni tangga. Kemudian pada usia 30 bulan toddler mampu

melompat dengan dua kaki, berdiri dengan satu kaki selama satu hingga

dua detik, dan berjalan jinjit beberapa langkah. Memasuki akhir tahun

kedua, toddler mampu berdiri dengan satu kaki, berjalan jinjit, dan

menaiki tangga dengan kaki kanan dan kiri bergantian (Sembiring, 2017).

2. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus toddler pun berkembang. Hal ini

dilihat dari meningkatnya kemampuan pada usia 12 bulan mampu

menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai

keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda

kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap

bola.

Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler mampu melempar bola tanpa

kehilangan keseimbangan. Perkembangan motorik halus anak pada usia

ini dapat ditunjukan dengan adanya kememapuan dalam mencoba,

menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler juga dapat

menggambar dua atau tiga bagian, melambaikan tangan, minum dengan

cangkir dengan bantuan dan mampu menggunakan sendok dengan

bantuan (Sembiring, 2017).

3. Perkembangan Kognitif

Ketika anak memasuki usia 2-7 tahun, anak akan berada di tahap

praoperasional. Anak yang berada pada tahap ini egosentrisnya telah

berkembang. Pada tahap ini anak belum mampu untuk menempatkan diri
9

pada kondisi orang lain. Anak pun baru bisa memandang suatu hal dari

sudut pandang mereka sendiri. Pola berpikir intuitif dan transduktif

berkembangpada tahap ini dan imaginative thinking juga merupakan ciri

khas dari perkembangan ini.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Sama seperti perkembangan-perkembangan lain pada umumnya yang

memiliki faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi proses

perkembangannya. Menurut Hurlock (2018) menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan sosial anak bisa berasal dari faktor keluarga

dan faktor dari luar keluarga:

a. Faktor Keluarga

1) Hubungan antara anak dengan anggota keluarga

Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara yang terjalin dengan

baik dan dilandasi kasih sayang akan menimbulkan perasaan nyaman,

dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena

terjalinnya hubungan baik yang ditunjang oleh komunikasi yang tepat.

Peran orangtua akan membimbing anak untuk mengenal lingkungan

sekitar tempat tinggalnya.

2) Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)

Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya

anak tersebut merupakan anak terakhir maka dipastikan anak akan selalu

bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi dalam jangka

waktu yang lama maka akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak
10

tersebut.

3) Jumlah Keluarga

Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah

anggota yang sedikit. Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang

sedikit, maka perhatian, waktu, kasih sayang akan lebih banyak tercurahkan,

dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani ataupun dibantu, hal ini pasti

akan berbeda dengan anak dengan jumlah keluarga yang besar.

4) Perlakuan keluarga terhadap anak

Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung

memengaruhi pribadi dan gerakan anak, dimana dalam keluarga tertanam

rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak,

maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan

terarah.

5) Harapan orangtua terhadap anak

Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas,

dan terarah masa depannya. Harapan orangtua adalah mempunyai anak

dengan perkembangan yang sesuai dengan pertumbuhannya.

b. Faktor dari luar keluarga

1) Interaksi dengan teman sebaya

Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami

dapat berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau ditemani

keluarga karena anak memiliki arahan yang jelas.

2) Hubungan dengan orang dewasa di luar rumah Jika seorang anak selalu

diperkenalkan dengan lingkungan luar dan diberi arahan bergaul dengan siapa
11

saja maka anak dapat menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak

tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa darinya.

2.2.1. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Perkembangan sosial anak dapat pula diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan

tradisi.Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja

sama. Sebagaimana dinyatakan oleh Susanto (2017) bahwa Perkembangan sosial

anak sebagai pencapaian kematangan anak dalam hubungan sosial.

Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri

terhadapnorma-norma kelompok, moral, dan tradisi,meleburkandiri menjadi

suatukesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Abdullah (2017) mendefinisikan keterampilan sosial yaitu kemampuan

untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu situasi sosial, keterampilan

untuk merasa dan dengan tepat mengintepretasikan tindakan dankebutuhan dari

anak-anak dikelompok bermainny kemampuan untukmembayangkan bermacam-

macam tindakan yang memungkinkan danmemilih salah satunya yang paling

sesuai.

2.3. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan

2.3.1. Definisi Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan

Dalam pandangan tradisional, pengertian ayah lebih menekankan pada

konteks biologis. Menurut Dinh (2016) ayah didefinisikan sebagai orang yang
12

menikah dengan ibu, yang secara biologis mendapatkan anak dari hasil

perkawinannya, dan tinggal dengan ibu dan anak-anaknya. Menurut Lamb (2016)

juga mendefinisikan ayah dipandang sebagai kekuatan leluhur yang memegang

kekuasaan sangat besar di dalam keluarga. Pengertian ini kemudian berkembang

bahwa ayah sebagai guru moral.

Ayah juga sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk memastikan agar

anakanaknya dibesarkan dengan nilai-nilai yang tepat. Keterlibatan ayah dalam

pengasuhan umumnya dikenal dengan istilah paternal involvement atau father

involvement.

Lamb (2016) menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan

merupakan keikutsertaan positif ayah dalam kegiatan yang berupa interaksi

langsung dengan anak-anaknya, memberikan kehangatan, melakukan pemantauan

dan kontrol terhadap aktivitas anak, serta bertanggungjawab terhadap keperluan

dan kebutuhan anak. Keterlibatan ayah dapat memberikan pengaruh positif

langsung bagi perkembangan anak. Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian

dalam pengasuhan ayah yaitu dalam perkembangan kognitif, emosional, sosial,

dan moral anak, gaya interaksi dan juga kelekatan anak.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak juga didefinisikan oleh

Purwindarini & Deliana (2017) adalah suatu partisipasi aktif melibatkan fisik,

afektif, dan kognitif dalam proses interaksi antara ayah dan anak yang memiliki

fungsi endowment (mengakui anak sebagai pribadi), protection (melindungi anak

dari sumber-sumber bahaya potensial dan berkontribusi pada pengambilan

keputusan yang berpengaruh terhadap kesejahteraan anak), provinsion

(memastikan kebutuhan material anak), formation (aktivitas bersosialisasi seperti


13

pendisiplinan, pengajaran, dan perhatian) yang merepresentasikan peran ayah

sebagai pelaksana dan pendorong bagi pembentukan dalam perkembangan anak.

Dinh (2016) menyimpulkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak

memiliki beberapa definisi diantaranya :

a. Terlibat dengan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh anak.

b. Melakukan kontak dengan anak.

c. Dukungan finansial

d. Banyaknya aktivitas bermain dilakukan bersama-sama.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga diartikan sebagai seberapa besar

usaha yang dilakukan oleh seorang ayah dalam berpikir, merencanakan,

merasakan, memperhatikan, memantau, mengevaluasi, mengkhawatirkan serta

berdoa bagi anaknya. Menilik dari perspektif anak, keterlibatan ayah diasosiasikan

dengan ketersediaan kesempatan bagi anak untuk melakukan sesuatu, kepedulian,

dukungan dan rasa aman. Anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan dirinya

akan memiliki kemampuan sosial dan kognitif yang baik, serta kepercayaan diri

yang tinggi.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah keikutsertaan aktif ayah dalam

pengasuhan anak yang direpresentasikan dalam bentuk interaksi langsung dengan

anak, memberi kehangatan, melakukan pemantauan dan kontrol terhadap aktivitas

anak, serta bertanggung jawab terhadap keperluan anak.

2.3.2. Dimensi Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan

Lamb (2016) mengemukakan dimensi-dimensi keterlibatan ayah dalam


14

pengasuhan diantaranya :

a. Engagement, yaitu pengalaman ayah berinteraksi langsung dan melakukan

aktivitas bersama misalnya bermain-main, meluangkan waktu bersama, dan

seterusnya.

b. Accessibility, kehadiran atau kesediaan ayah untuk anak. Orang tua ada di

dekat anak tetapi tidak berinteraksi secara langsung dengan anak.

c. Responsibility, sejauhmana ayah memahami dan memenuhi kebutuhan anak,

termasuk memberikan nafkah dan merencanakan masa depan anak.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah dalam


Pengasuhan

Menurut Lamb (2016) menyatakan empat faktor yang mempengaruhi

keterlibatan ayah dalam keluarga, yaitu :

a. Motivasi

Segala hal yang membuat ayah ingin selalu terlibat dalam aktivitas bersama

anaknya. Faktor motivasi ayah ini dapat dilihat dari komitmen dan identifikasi

pada peran ayah. Faktor lain yang mempengaruhi motivasi ayah untuk terlibat

dengan anaknya adalah career saliency. Pria yang secara emosional kurang

lekat dengan pekerjaannya dapat meluangkan waktu lebih banyak waktunya

untuk anak mereka. Job salience yang rendah memprediksi partisipasi yang

besar dalam perawatan/pengasuhan anak.

b. Keterampilan dan kepercayaan diri (efikasi ayah)

Keterampilan fisik aktual yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan

dan kepedulian pada anaknya. Penelitian telah menunjukkan bahwa efikasi diri

dalam mengasuh berhubungan dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan.


15

Dalam penelitian lain, ayah melaporkan mempunyai tingkat efikasi yang lebih

rendah daripada ibu. Ayah yang mempersepsi diri mereka mempunyai

ketrampilan mengasuh yang lebih besar melaporkan keterlibatan dan

tanggungjawab yang lebih besar untuk tugas merawat anak.

c. Dukungan sosial dan stres

Keyakinan ibu terhadap pengasuhan oleh ayah, kepuasan perkawinan,

konflik pekerjaan-keluarga merupakan dukungan sosial dan stres yang telah

ditemukan mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Interaksi

emosional yang positif dengan pasangan dapat mempengaruhi pikiran pria dan

menguatkan ketertarikan untuk terlibat dalam semua aspek kehidupan

keluarga, salah satunya keterlibatan dalam mengasuh anak.

d. Faktor institusional

Kebijakan di tempat kerja dalam memfasilitasi upaya keterlibatan ayah.

Semakin banyak jam kerja ayah, keterlibatan dengan anak akan berkurang.

Makin banyak jam kerja wanita, semakin besar keterlibatan ayah dalam

pengasuhan

2.3. Konsep Pola Asuh

2.3.1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh menurut Gunarsa (2018) merupakan pola interaksi antara anak

dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis

tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar dapat hidup selaras

dengan lingkungan. Menurut Wahyuningrum (2017) pola asuh adalah seluruh cara

perlakuan orang tua yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting
16

dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik.

Pengasuhan anak menunjuk pada pendidikan umum yang ditetapkan

pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi orang tua (sebagai

pengasuh) dan anak (sebagai yang diasuh) yang mencakup perawatan, yang

mendorong keberhasilan dan melindungi maupun sosialisasi yang mengajarkan

tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.

2.3.2. Jenis Pola Asuh

Menurut Hourlock (2018) ada tiga jenis pola asuh, yaitu:

1. Otoriter

Ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang sangat

ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku dan bersikap seperti dirinya

(orang tua). Kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri sangat

dibatasi.Anak sangat jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan

orang tua, orang tua tipe ini menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar

sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.Pola asuh bersifat otoriter

juga ditandai dengan penggunaan hukuman-hukuman yang keras, lebih banyak

menggunakan hukuman fisik, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan

yang ketat meskipun sudah menginjak usia dewasa.Anak yang dibesarkan

dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat ragu-ragu, lemah

kepribadiannya dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.


17

2. Demokratis

Ditandai dengan adanya pengakuan dari orang tua terhadap kemampuan

anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung pada orang

tua.Orang tua sedikit memberikan kebebasan kepada anak apa yang terbaik

bagi dirinya sendiri, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam beberapa

pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.

Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol diri internalnya

sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab terhadap diri

sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi untuk

mengatur hidupnya.

3. Permisif

Ditandai dengan cara orang tua mendidik anak dengan bebas, anak

dianggap sebagai orang yang sudah dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran

seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang ia dikehendaki.Kontrol orang

tua terhadap anak dalam pola ini sangat lemah..

2.3.3. Macam-Macam Pola Asuh

Menurut Hurlock (2018) terdapat 7 (tujuh) pola sikap atau perlakuan orang

tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengarah tersendiri terhadap

kepribadian anak, yaitu:

a) Overprotection (terlalu melindungi)

Ciri pola ini adalah orang tua melakukan kontak yang berlebihan dengan

anak, perawatan/pemberian bantuan kepada anak yang terus menerus meskipun

anak sudah mampu merawat dirinya sendiri, mengawasi kegiatan anak secara
18

berlebihan, dan memecahkan masalah anak.

b) Permissiveness (pembolehan)

Ciri dari pola asuh ini adalah memberikan kebebesan untuk berfikir atau

berusaha, menerima gagasan/pendapat, membuat anak merasa diterima dan

merasa kuat, toleran dan memahami kelemahaan anak, dan cenderung lebih

suka memberi yang diminta anak dari pada menerima.

c) Rejection (Penolakan)

Ciri dari pola asuh ini adalah bersikap masa bodoh, bersikap kaku, kurang

mempedulikan kesejahtraan anak, dan menampilkan sikap permusuhan atau

dominasi terhadap anak.

d) Acceptance (Penerimaan)

Ciri dari pola asuh ini adalah memberikan perhatian dan cinta kasih yang

tulus kepada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting di rumah,

mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, bersikap respek terhadap

anak, mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya, dan

berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan

masalahnya.

e) Domination (dominasi)

Ciri pola asuh ini adalah mendominasi anak.

f) Submission (penyerahan)

Ciri pola asuh ini adalah senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak

dan membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah.

g) Puntiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin)

Ciri pola asuh ini adalah mudah memberikan hukuman dan menanamkan
19

kedisiplinan secara keras.

2.4. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori diatas, diperoleh kerangka teori sebagai berikut :

Orang tua adalah komponen


keluarga yang terdiri dari ayah
danibu, dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang
sah (Surayin, 2017)

Keterlibatan Ayah Perkembangan Personal


Tinggi Sosial Anak Toddler
Rendah

Pola Asuh Ibu


1. Baik
2. Tidak Baik

Sumber : Adapun kerangka teori dalam penelitian ini dimodifikasi dari (Yusuf,

2017), (Widyastuti, 2019).

Gambar 2.1
Kerangka Teori
20

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Hubungan Keterlibatan Ayah Perkembangan Personal Sosial


Anak Toddler Di Kelurahan
Pola Asuh Ibu
Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban atau dugaan sementara

terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2019). Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu :

1. Ada hubungan antara keterlibatan ayah dan pola asuh ibu terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2. Tidak ada hubungan antara keterlibatan ayah dan pola asuh ibu terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan.


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Desain penelitian didefinisikan mengenai keseluruhan proses yang diperlukan

dalam perencanaan dan pelaksaan penelitian. Menurut Silaen (2018) Desain

penelitian didefinisikan mengenai keseluruhan proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksaan penelitian. Penelitian ini menggunakan desian

penelitian korelasional yang mengidentifikasi hubungan keterlibatan ayah dan

pola asuh ibu terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan

Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan pendekatan

Cross Sectional (potong silang) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach).

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Iman 2015). Populasi penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia

toddler yang berada di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan yang berjulah 125 orang.

21
22

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Iman 2015). Sampel dalam penelitian ini adalahorang tua yang memiliki

anak usia toddler yang berada di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling.

Teknik Probability Sampling adalah teknik sampling atau pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dilih menjadi sampel.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 125orang, sehingga

presentase kelonggaran yang digunakan adalah 5% dan hasil perhitungan dapat

dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Metode yang digunakan dalam untuk

menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2019)

sebagai berikut :

Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
e : Batas toleransi kesalahan 5%
Berdasarkan rumus tersebut maka sampel yang akan diteliti yaitu :
125
n=
2
1 + 125 0.05

125
n=
1.3125

n = 95.2380952dibulatkan (96)
23

Besarnya sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi hingga

terpenuhinya jumlah sebanyak 96 sampel pada orang tua yang memiliki anak usia

toddler yang berada di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan. Kriteria sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk diteliti

dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Adapun

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Orang tua yang memiliki anak usia toddler yang berada di Kelurahan

Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Adapun

kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Orang tua yang memiliki anak usia toddler yang berada di Kelurahan

Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang sedang

keluar kota saat penelitian berlangsung.

b. Orang tua yang memiliki anak usia toddler yang berada di Kelurahan

Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang tidak mau

menjadi responden.
24

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan.

3.4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2021.

3.5. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari oang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Varibel terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Varibel

bebas dalam penelitian ini adalah hubungan ketrelibatan ayah, dan pola asuh ibu.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah anak usia toddler yang

berada di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

3.6. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2019) definisi Operasional merupakan penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat

diukur. Definisi Operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
25

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur/Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Dependen
1 Perkembangan Pengukuran Kuesioner tentang 0. Tidak Ordinal
Personal kemampuan Perkembangan Personal Baik, bila
Sosial Anak perkembangan Sosial Anak skor <
Toddler anak usia Toddlermenggunakan skala mean/medi
toddler saat Likert. Terdiri dari 10 item an
dilakukan 1. Baik, bila
penelitian. skor ≥
mean/medi
an
Independen
1 Keterlibatan Proses Mengisi 10 Kuesioner 0. Rendah, Ordinal
Ayah interaksi ayah bila skor
dengan anak <
yang terjadi mean/med
terus-menerus ian
untuk 1. Tinggi,
mendorong bila skor ≥
pertumbuhan mean/med
dan ian
perkembangan
anak secara
optimal.
2 Pola Asuh Ibu Cara ibu Mengisi 10 Kuesioner 0. Tidak Ordinal
dalam Baik, bila
merawat dan skor <
mendidik mean/med
anak. ian
26

1. Baik, bila
skor ≥
mean/medi
an

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2019).

Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data primer dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Adapun skala yang digunakan adalah skala nominal dan ordinal.

Kuesioner diisi oleh responden yaitu orang tua yang memiliki anak usia toddler

yang berada di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan. Adapun isi dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Lembar penjelasan penelitian

Berisi penjelasan peneliti tentang judul penelitian, penjaminan kerahasiaan data

responden dan permohonan pengisian kuesioner kepada responden.

2. Lembar persetujuan responden

berisi pernyataan kesediaan responden untuk mengisi kuesioner penelitian

3. Kuesioner penelitian

Terdiri dari judul penelitian, petunjuk pengisian kuesioner, identitas responden

dan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing variable yang diteliti.


27

3.7.1. Anak Usia Toddler

Anak usia toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun, dimana pada usia

tersebut dapat dilihat pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung

cepat (Potter dan Perry, 2017).

Skala yang digunakan untuk mengukur Anak usia toddler dengan

menggunakan alat ukur yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

yangterdiri dari 10 pertanyaan yang diajukankepada responden dengan skor 0

untuk jawaban dimana responden menjawab tidak baik, 1 untukjawaban dimana

responden menjawab baik. Skala pengukuran yang digunakanadalah skala ordinal.

Anak usia toddlerdikategorikan sebagai berikut:

0. Tidak Baik, bila skor < mean/median

1. Baik, bila skor ≥ mean/median

3.7.2. Keterlibatan Ayah

Keterlibatan ayah merupakan suatu peran yang dijalankan oleh seorang ayah

dalam kaitannya adalah tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa

dewasanya, baik secara fisik dan biologis (Yuniardi, 2017).

Instrumen keterlibatan ayah pada penelitian ini berupa kuesioner

keterlibatan ayah yang diadopsi dan dimodifikasi dari instrumen penelitian

Maulidya (2018) terdiri dari 10 item pernyataan dalam bentuk skala Likert.

Model skala Likert yang digunakan yaitu Rendahbila skor < mean/median

dan Tinggibila skor ≥ mean/median. Skala pengukuran yang digunakan adalah

skala ordinal. Keterlibatan ayah dikategorikan sebagai berikut:

0. Rendah, bila skor < mean/median


28

1. Tinggi, bila skor ≥ mean/median

3.7.3. Pola Asuh Ibu

Pola Asuh ibu merupakan interaksi anatara ibu dana anak, yangdidalamnya

ibu menjalankan perannya dalam membesarkan anak dan memberikan kasih

sayang pada anak, yang dapat digunakan anak untuk mempertahankan hidupnya

(Yahdinil, 2019)

Instrumen pola asuh ibu pada penelitian ini berupa kuesioner pola asuh ibu

yang diadopsi dan dimodifikasi dari instrumen penelitian Maulidya (2018) terdiri

dari 10 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Model skala Likert yang

digunakan yaitu Rendahbila skor < mean/median dan Tinggibila skor ≥

mean/median. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

Keterlibatan ayah dikategorikan sebagai berikut:

0. Tidak Baik, bila skor < mean/median

1. Baik, bila skor ≥ mean/median

3.8. Validitas dan Reliabilitas

3.8.1. Validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan kecermatan

alat ukur untuk mengukur apa saja yang harusnya diukur (Notoadmodjo, 2018).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengukur buitir soal dimana skor

yang ada pada setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Kuesioner ini di
29

uji cobakan kepada responden kemudian dihitung korelasinya untuk mengetahui

kevaliditasan dari setiap butir pertanyaan (Purnamasari, 2016).

Menurut Arikunto (2016) jumlah ideal untuk pengujian validitas dan

reliabilitas sebuah instrumen adalah 30 orang. Uji validitas dilakukan pada Orang

tua yang memiliki anak usia toddler yang berada di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan 30 responden.

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-peryataan

pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena tidak relevan.

3.8.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Sugiyono (2019) menyatakan bahwa uji

reliabilitas adalahsejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang

sama, akanmenghasilkan data yang sama.Variabel dikatakan baik apabila

memiliki nilai Cronbach‟s Alpha > dari0,6 (Priyatno, 2017).

Untuk mengetahui tiap instrument pernyataan reliabel atau tidak, maka

nilai koefisien reliabilitas (Alpha) tersebut dibandingkan dengan 0,6 dimana jika

nilai Alpha lebih besar dari 0,6 maka instrumen tersebut diyatakan reliabel, begitu

pula sebaliknya.

Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah; membandingkan nilai r hasil

dengan r tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai “Alpha”
30

(terletak di akhir output). Ketentuannya bila r hitung> r tabel, maka pertanyaan

tersebut reliabel.

3.8.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Peneliti telah melakukan uji validitas pada instrument pola asuh ibu

dengan jumlah 10 pertanyaan pada 30 responden. Peneliti menggunakan uji

validitas Product Moment, yaitu uji validitas = r hitung (Corrected Item-Total

Correlation) > r tabel. r tabel dapat diketahui dari df = n-2 = 30-2=28. Pada

tingkat kemaknaan 5%, didapat angka r tabel yaitu 0,3610. Dari hasil uji validitas

instrument pola asuh ibu, semua data r hitung > r tabel, maka data tersebut sudah

valid. Kuesioner dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasnya dengan

menggunakan uji Alpha Cronbach’s dengan nilai r = 0,878. Nilai uji reliabilitas

dikatakan reliable apabila nilai Koefisien Alpha Cronbach‟s ≥ 0,6. (Polit et al.,

2017).

3.9. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data menjelaskan tentang tahapan yang akan

dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari persiapan, pengumpulan data

sampai analisis data. Peneliti menjelaskan jalannya penelitian antara lain :

1. Mempersiapkan materi dan konsep teori yang mendukung.

2. Melakukan studi pendahuluan.

3. Melakukan konsultasi dengan pembimbing.

4. Mengurus perijinan untuk mengambil data.

5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.


31

6. Melakukan pengambilan data yang didahului dengan pemilihan sampel.

7. Mengumpulkan data dari sampel

8. Mengolah data hasil penelitian dengan melakukan editing dan coding.

3.10. Analisa Data

Data yang diolah kemudian di Analisisis, sehingga hasil Analisis data dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah

(Setiadi 2007). Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat.

3.10.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo 2018). Dalam penelitian ini

analisis univariat dilakukan dengan menggambarkan distribusi dan frekuensi

antara kedua variabel.

3.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo 2018). Uji statistik yang digunakan

adalah Chi Square (Kai Kuadrat).Uji Chi Square digunakan untuk menguji

perbedaan persentase antara dua atau lebih kelompok (sampel),dengan ketentuan

sampel/kelompok bersifat independen dan jenis data yang dihubungkan adalah

kategorik dengan kategorik.(Hastono 2016). Rumus dasar Chi Square seperti

dibawah ini (Sugiyono, 2019)


2
∑ 𝑓𝑜 − 𝑓𝑒
𝑋2 =
𝑓𝑒
Keterangan :
32

X 2 = nilai chi square


fo= frekuensi yang diobservasi
fe= frekuensi yang diharapkan
Taraf signifikansi menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan nilai

kemaknaan 5% (α=0,05)

a. Apabila Pvalue (nilai Probabilitas/Sign) ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti bahwa

variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependen.

b. Apabila Pvalue (nilai Probabilitas/Sign) > 0,05% = Ho diterima, berarti

bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh individual terhadap

variabel dependen.

Uji chi square hanya dapat digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya

hubungan dua vareiabel, sehingga uji ini tidak dapat untuk mengetahui kekuatan

hubungan dua variabel. Untuk mengetahui derajat/kekuatan hubungan banyak

metodenya tergantung latar belakang disiplin ilmu, untuk bidang ksehatan di

gunakan nilai OR (Odds Ratio). OR membandungkan Odds (peluang) pada

kelompok terekspose dengan Odds (peluang) kelompok tidak terekspose.

3.11. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah hubungan timbal balik antara peneliti dan orang

yang diteliti sesuai dengan prinsip etika (Notoatmodjo, 2018). Masalah etika yang

harus diperhatikan oleh peneliti antara lain adalah sebagai berikut :


33

3.11.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human


dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut, dan

peneliti juga mempersiapkan lembar formulir persetujuan (informed concent)

kepada responden.

3.11.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for


privacy and confidentiality)

Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi, maka dari itu seorang peneliti

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

responden.

3.11.3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an


inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

prosedur penelitian.

3.11.4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan


(balancing harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.


34

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Komponen variabel dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan

analisis univariat untuk menjelaskan masing-masing variabel yang di teliti dan

analisis bivariat untuk melihat hubungan keterlibatan ayah dan pola asuh ibu

terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

4.1.1 Analisis Univariat

Menurut Notoatmodjo (2018) analisis univariat digunakan dengan

distribusi frekuensi. Analisis tersebut di gunakan untuk memperoleh gambaran

variabel bebas dan variabel terikat sesuai dengan definisi operasional variabel

penelitian.

Tabel 4.1
Karakteristik Distribusi Frekuensi Keterlibatan Ayah Terhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang
Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

Keterlibatan Ayah Frekuensi Persentase (%)


Rendah 19 19,8
Tinggi 77 80,2
Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa keterlibatan ayah terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria rendah sebanyak 19 orang

(19,8%), kriteria tinggi sebanyak 77 orang (80,2%)

34
35

Tabel 4.2
Karakteristik Distribusi Frekuensi Pola Asuh IbuTerhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang
Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

Pola Asuh Ibu Frekuensi Persentase (%)


Tidak Baik 36 37,5
Baik 60 62,5
Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa pola asuh ibu terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria tidak baik sebanyak 36 orang

(37,5%), kriteria baik sebanyak 60 orang (62,5%)

Tabel 4.3
Karakteristik Distribusi Frekuensi Perkembangan Personal Sosial Anak
Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan

Perkembangan Personal
Frekuensi Persentase (%)
Sosial Anak Toddler
Tidak Baik 21 21,9
Baik 75 78,1
Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa perkembangan personal sosial anak

toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

dengan kriteria tidak baik sebanyak 21 orang (21,9%), kriteria baik sebanyak 75

orang (78,1%)
36

4.1.2. Analisa Bivariat


Tabel 4.4
Hubungan Antara Keterlibatan Ayah Terhadap Perkembangan Personal
Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan
Perkembangan Personal
Keterlibatan Ayah Sosial Anak Toddler
Tidak Baik Baik Total P Value
N % N % N %
Rendah 12 63,2 7 36,8 19 100 0,000
Tinggi 9 11,7 68 88,3 77 100
Total 21 21,9 75 78,1 96 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa keterlibatan ayah dengan dengan

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria rendah sebanyak 12 orang

(63,2%) menyatakan tidak baik,sedangkan dari kriteria rendah sebanyak 7 orang

(36,8%) menyatakan baik. Sedangkan dari kriteria tinggisebanyak 9 orang

(11,7%) menyatakan tidak baik dan 68 orang (88,3%) menyatakan baik.

Hasil analisis uji Chi-square memperoleh nilai p value 0,000 < 0,05

sehingga menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

hubungan antara keterlibatan ayah dengan dengan perkembangan personal sosial

anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan.
37

Tabel 4.5
Hubungan Antara Pola Asuh IbuTerhadap Perkembangan Personal
Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan

Perkembangan Personal
Pola Asuh Ibu Sosial Anak Toddler
Tidak Baik Baik Total P Value
N % N % N %
Tidak Baik 16 44,4 20 55,6 36 100 0,000
Baik 5 8,3 55 91,7 60 100
Total 21 21,9 75 78,1 96 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pola asuh ibu terhadapperkembangan

personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatandari kriteria tidak baik sebanyak 16 orang (44,4%)

menyatakan tidak baik,sedangkan sebanyak 20 orang (55,6%) menyatakan baik.

Sedangkan dari kriteria baik sebanyak 5 orang (8,3%) menyatakan tidak baik

dan 55 orang (91,7%) menyatakan baik.

Hasil analisis uji Chi-square memperoleh nilai p value 0,000 < 0,05

sehingga menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

hubungan antara pola asuh ibudengan perkembangan personal sosial anak toddler

di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Univariat
4.2.1.1. Keterlibatan Ayah Terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak
Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa keterlibatan ayah

terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria rendah sebanyak 19


38

orang (19,8%), kriteria tinggi sebanyak 77 orang (80,2%).

Ayah memiliki pengaruh yang sangat penting dalam proses

perkembangan kemampuan Personal Sosial Anak Toddler. Seiring dengan

interaksi antara ayah dan anak toddler, menjadikan suatu modal bagi anak dalam

menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya. Keterlibatan ayah dengan anak

memiliki efek positif dalam perkembangan perilaku, sosial, dan kognitif pada

anak toddler (Lamb, 2016).

Secara detail, pengaruh keterlibatan ayah dalam perkembangan anaknya

meliputi banyak hal, seperti kognitif, emosional, sosial, bahkan juga bisa

mempengaruhi kesehatan fisik (Allen & Daly, 2017). Dari segi kognitif,

keterlibatan ayah dalam kegiatan bermain maupun pengasuhan dan perawatan

anak akan membuat anaknya lebih kompeten dan menjadi pemecah masalah yang

lebih baik jika dibandingkan dengan anak sebayanya yang ayahnya tidak memiliki

keterlibatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai keterlibatan ayah

terhadap perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dari 96 responden diperoleh hasil

kriteria rendah sebanyak 19 orang (19,8%), kriteria tinggi sebanyak 77 orang

(80,2%).

Keterlibatan ayah terhadap perkembangan personal sosial anak toddler

di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan akan

membawa dampak positif untuk perkembangan kehidupan anak toddler.Secara

detail peran ayah dalam perkembangan anaknya meliputi banyak hal, seperti

kognitif, emosional, sosial bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik.


39

4.2.1.2. Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak


Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwapola asuh ibu terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan kriteria tidak baik sebanyak 36 orang

(37,5%), kriteria baik sebanyak 60 orang (62,5%).

Ibu merupakan tokoh sentral dalam perkembangan anak terutama dalam

pola pengasuhan anak sikap positif sangat diperlukan dalam membimbing tumbuh

kembang anak agar sesuai tahapan perkembangan anak, jadi dari dasar ini dapat

diteladani bahwa peran ibu pola pengasuhan sangat bisa menentukan aktifitas

sosial anak seperti kemandirian, membantu kegiatan dirumah dan lingkungan

sekitar. Apabila anak mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik, anak

akan mudah diterima sebagai anggota kelompok sosial ditempat mereka

mengembangkan diri (Suherman, 2017).

Pola asuh ibu adalah hubungan antara ibu dan anak dalam mempengaruhi

kecerdasan seorang anak. Pemberian pola asuh yang benar, dapat mengupayakan

anak menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi. Tugas dan tanggung jawab ibu

adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengoptimalkan tumbuh

kembang balita (Jarot, 2016).

Menurut Soetjiningsih (2017) menyebutkan bahwa pola asuh ibu adalah

merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik

anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan mengenai pola asuh ibu terhadap perkembangan

personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota


40

Administrasi Jakarta Selatan dari 96 responden diperoleh hasildengan kriteria

tidak baik sebanyak 36 orang (37,5%), kriteria baik sebanyak 60 orang (62,5%).

4.2.1.3. Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan


Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwaperkembangan personal

sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan dengan kriteria tidak baik sebanyak 21 orang (21,9%), kriteria baik

sebanyak 75 orang (78,1%).

Pada perkembangan personal sosial anak toddlermengalami peningkatan

perkembangan yang pesat (Suhartanti et al., 2019). Kualitas perkembangan

anaktoddler ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor bawaan sejak lahir dan

faktor eksternal yaitu faktor sekeliling (lingkungan), faktor lingkungan

mikrosistem/Ibu merupakan yang paling berpengaruh karena yang paling dekat

dengan anak (Soetjiningnsih & Ranuh, 2016). Anak usia toddler merupakan anak

yang berada antara rentang usia 12-36 bulan. Masa ini juga merupakan masa

golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan perkembangan anak (Loeziana,

2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perkembangan

personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan diperoleh hasildengan kriteria tidak baik sebanyak

21 orang (21,9%), kriteria baik sebanyak 75 orang (78,1%).


41

4.2.2. Pembahasan Bivariat


4.2.2.1. Hubungan Antara Keterlibatan Ayah Terhadap Perkembangan
Personal Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai keterlibatan ayah terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatandidapatkan bahwa keterlibatan ayah dengan

dengan perkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatandengan kriteria rendah sebanyak 12

orang (63,2%) menyatakan tidak baik,sedangkan dari kriteria rendah sebanyak 7

orang (36,8%) menyatakan baik. Sedangkan dari kriteria tinggi sebanyak 9 orang

(11,7%) menyatakan tidak baik dan 68 orang (88,3%) menyatakan baik.

Hasil analisis uji Chi-square memperoleh nilai p value 0,000 < 0,05

sehingga menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

hubungan antara keterlibatan ayah dengan dengan perkembangan personal sosial

anak toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan.

Hasil penelitian peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aryanti, Oktavianto, & Suryati (2019) tentang hubungan antara keterlibatan

ayahdengan perkembangan personal sosial anak toddler di Dusun Balong Lor,

Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dimana hasil yang didapatkan

dengan menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan

nilai p = 0,005 (nilai p<0,05). Hal tersebut menunjukkan ada hubungan dengan

perkembangan personal sosial anak toddler.

Penelitian ini juga didukung oleh Maulida (2018) mengenai hubungan

antara keterlibatan ayah dengan perkembangan personal sosial anak toddlerdi


42

wilayah kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan diketahui nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,01),

Hal tersebut menunjukkan ada hubungan dengan perkembangan personal

sosial anak toddler.

Dari hasil penelitian yang dilakukandi Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan bahwa keterlibatan ayah terhadap

perkembangan personal sosial anak toddler dengan kriteria rendah sebanyak 12

orang (63,2%) menyatakan tidak baik, sedangkan dari kriteria rendah sebanyak 7

orang (36,8%) menyatakan baik. Sedangkan dari kriteria tinggi sebanyak 9 orang

(11,7%) menyatakan tidak baik dan 68 orang (88,3%) menyatakan baik.

4.2.2.1. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan Personal


Sosial Anak Toddler di Kelurahan Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan

Hasil penelitian yang dilakukan mengenaipola asuh ibu

terhadapperkembangan personal sosial anak toddler di Kelurahan Mampang

Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatandari kriteria tidak baik sebanyak 16

orang (44,4%) menyatakan tidak baik,sedangkan sebanyak 20 orang (55,6%)

menyatakan baik. Sedangkan dari kriteria baik sebanyak 5 orang (8,3%)

menyatakan tidak baik dan 55 orang (91,7%) menyatakan baik.

Hasil analisis uji Chi-square memperoleh nilai p value 0,000 < 0,05

sehingga menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada

hubungan antara pola asuh ibu dengan perkembangan personal sosial anak toddler

di Kelurahan Mampang Prapatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.


43

Hasil penelitian peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ningsih & Bela (2020) tentang hubungan antara pola asuh ibu dengan

perkembangan personal sosial anak toddler di Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil

uji directional measures diperoleh koefisien lambda sebesar 0,600 dengan p =

0,022 < 0,05, jadi signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada

hubungan antara pola asuh ibu dengan perkembangan personal sosial anak

toddler.

Penelitian ini juga didukung oleh Malik (2017) mengenai hubungan

antara pola asuh ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia toddler

didesa Sumber Mulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Hasil analisis uji

statistik uji statistik diperoleh ρ value sebesar 0,000 menunjukkan ada hubungan

antara pola asuh ibu dengan perkembangan anak usia toddler. Pola asuh ibu sangat

penting dalam peroses perkembangan anak usia toddler untuk meminimalisasikan

terjadinya perkembangan anak yang tidak sesuai. Karena dengan pola asuh yang

baik maka perkembangana anak juga akan baik. Maka diharapkan orang tua

hendaknya memberikan pola asuh yang sebaik mungkin sehingga perkembangana

anak sesuai dengan usianya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mampang Prapatan

Kota Administrasi Jakarta Selatan bahwa hubungan pola asuh ibuterhadap

perkembangan personal sosial anak toddler dari kriteria tidak baik sebanyak 16

orang (44,4%) menyatakan tidak baik, sedangkan sebanyak 20 orang (55,6%)

menyatakan baik. Sedangkan dari kriteria baik sebanyak 5 orang (8,3%)

menyatakan tidak baik dan 55 orang (91,7%) menyatakan baik.


44

DAFTAR PUSTAKA

Allen, S., & Daly, K. (2017). “The Effect of Father Involvement: An Updated
Research Summary of The Evidence.” Guelph: Father Involvement Research
Alliance.

Abdullah, S. M. (2017). Jurnal Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak


(Paternal Involvement). Universitas Mercu Buana: Yogyakarta.

Arikunto, S. (2016). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Aryanti, P. H., Oktavianto, E. & Suryati. (2019). Hubungan keterlibatan ayah


dalam pengasuhan dengan keterlekatan anak usia prasekolah. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad. Vol. 12 (2). p83-94.

Dinh, H. H. (2016). Father Involvement in An Early Childhood Education


Program Utilizing a Continuity of Care Approach (Master). San Diego State
University

Gunarsa, S. D. & Yulia S. D. G. (2018). Psikologi Perkembangan Anak dan


Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Edisi 1. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hidayat, A.A. (2017). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. ed. Salemba Medika.
Jakarta.

Hurlock, E. B. (2018). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (Terjemahan). ed. Erlangga. Jakarta.

Iman, M. (2015). Karya Tulis Di Bidang Kesehatan. Bandung: Citapustaka Media


Perintis. Bandung.

Jarot. (2016). Ayah Baik Ibu Baik Parenting Era Digital. Jakarta Selatan:
Keluarga Indonesia Bahagia.

Juranja J. (2017). “Perkembangan Motorik Kasar Dan Halus Pada Anak Usia 1-3
Tahun (Toddler) Di Kelurahan Mamboro Barat Wilayah Kerja Puskesmas
Mamboro.” Medika Tadulako Volume 4.
45

Kemenkes RI. (2016). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes


RI

Lamb, M. E. (2016). The role of the father in child development (5th ed.).
Hoboken, N.J.: John Wiley & Sons, Inc

Loeziana, U. (2015). The golden age: Masa efektif merancang kualitas anak.
Jurnal Pendidikan Anak Bunayya. Vol. 1 (2).

Malik, A. I. (2017). Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. ed. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

Maulida, E. A. (2018). Pengaruh Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak


Terhadap Strategy Problem Focused Coping Pada Ibu Yang Bekerja Di
Masa Pandemi Covid 19. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

Maulidya, A. (2018). Berpikir dan Problem Solving. Jurnal Pendidikan Bahasa


dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 4 (1) : 13.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka


Cipta. Jakarta.

Ningsih, D. A. & Bela, S. A. (2020). Hubungan pengetahuan ibu balita dengan


cakupan stimulasi deteksi intervensi dini (sdidtk) anak balita di wilayah kerja
puskesmas jembatan kecil Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat
An-Nadaa. Vol. 6 (1).

Potter, P. A & Perry, A. G. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi Keempat. Edisi Ke 4. ed. EGC. Jakarta.

Priyatno, D. (2017). Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS. Jakarta:


Andi Publisher.

Purnamasari, R. R. (2016) „Perbedaan Dukungan Sosial Dari Ibu Mertua Pada Ibu
Menyusui Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja‟, Jurnal Psikologi Undip, 15(1),
Pp. 21–35

Purwindarini, H. & Deliana. (2017). Pengaruh keterlibatan ayah dalam


pengasuhan terhadap prestasi belajar anak usia sekolah. Jurnal
Developmental and Clinical Psychology. 3 (1).

Putri, F. E., Aisyah, D. S. & Riana, N. (2018). Peran Ayah (Fathering) Dalam
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Anak Usia 5-6
Tahun Di RA Nurhalim Tahun Pelajaran 2018). Jurnal Wahana Karay
46

Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 3, no. 1 (2018): 294–304.

Setiadi. (2007). Konsep Dan Riset Keperawatan. Cetakan Pe. Yogyakarta: Graha
Ilmu.Yogyakarta.

Sembiring, J. (2017). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Prasekolah (Pertama).


Sleman: CV Budi Utama.

Silaen, S. (2018). Metodologi Penelitian Sosial untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Bogor: In Media.

Soetjiningsih. (2017). Tumbuh Kembang Anak. Edisi Ceta. ed. EGC. Jakarta.

Soetjiningsih, I.G. & Ranuh, G. (2016). Tumbuh Kembang Anak Ed. 2. Jakarta:
EGC.

Subroto, M.A. (2017). Real Food True Health. Edisi Terb. ed. Agro Media.
Jakarta.

Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D. Edisi


kedu. Bandung: Alfabeta. Bandung.

Suhartanti, L. (2019). Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Narcissistic Personality


Disorder Pada Pengguna Instagram di SMA N 1 Seyegan. E- Journal
Bimbingan dan Konseling Edisi 8. Vol 13 No 2 Hal 185

Suherman, A. (2017). Penelitian pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia

Susanto. (2017). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada.


Media Group

UNICEF (Bappenas). (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di


Indonesia. Jakarta: Bappenas dan UNICEF.

Wahyuningrum, E. (2017). Peran ayah pada pengasuhan anak usia dini (Sebuah
Kajian Teoritis). Jurnal Psikowacana. 10 (1).

Widyastuti, A. & Munthe, R. A. (2019). Analisis psikologi indijinus pada pelajar


sekolah menengah atas di Provinsi Riau. Jurnal UIN Sultan Syarif Kasim
Riau. Vol. 18 (2)

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., and M.L Winkelstein. (2017). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Edisi Ke 1. ed. EGC. Jakarta.
47

World Health Organization (WHO). (2017). “Health Promotion Is the Process of


Enabling People to Increase Control over, and to Improve, Their Health.”

Yahdinil, F. N. (2019). Ragam Bahasa Komunikasi dan Perkembangan Anak.


Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Bahasa Arab . Volume 1 Nomor 2
Halaman 138-148.

Yuniardi, S. (2017). Psikologi Lintas Budaya. Universitas Muhammadiyah:


Malang.

Yusuf, S. (2017). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
48

SURAT PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nova Poibe Delita Hasibuan


NPM :204201446069
Instansi : Universitas Nasional
Jurusan : Keperawatan

Saya bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul


“HubunganKeterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan
Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan”. Memohon kesediaan bapak/ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dan diharapkan mengisi kuesioner dan
menjawab pertanyaan yang disediakan dengan sebenar-benarnya. Saya menjamin
bahwa peneliti tidak akan merugikan bapak/ibu dan saya akan menjaga
kerahasiaan dan tidak akan digunakan diluar kepentingan penelitian ini.

Atas kesediaanbapak/ibu saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2021

Nova Poibe Delita Hasibuan


49

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tanggan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Dengan ini saya menyatakan bersedia dan tidak keberatan untuk berperan serta
menjadi responden penelitian yang dilakukan olehNova Poibe Delita Hasibuan,
Mahasiswa Program Studi Keperawatan, Universitas Nasional dengan judul
“Hubungan Keterlibatan Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perkembangan
Personal Sosial Anak Toddler Di Kelurahan Mampang Prapatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan”. Demikian surat persetujuan ini dibuat dengan
sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun. Saya juga memperkenankan
kepada peneliti untuk menggunakan data yang saya berikan untuk dipergunakan
sesuai tujun kepentingan penelitian. Saya menyadari dan memahami bahwa data
yang saya berikan adalah data yang sebenarnya sesuai apa yang saya alami dan
sesuai pendapat saya.

Jakarta, Desember 2021

(Responden)
50

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KETERLIBATAN AYAH DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP PERKEBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
TODDLER DI KELURAHAN MAMPANG PRAPATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

KUESIONER : PERKEBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER

Petunjuk Pengisian :

A. Mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjawab kuesioner dibawah ini


dengan cara memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang tersedia.
B. Berilah tanda silang ( x ) pada kotak dan pernyataan jawaban pada kolom
yang anda pilih sesuai dengan keadaan sebenarnya.

I. Keterlibatan Ayah

NO PERTANYAAN JAWABAN
Rendah Tinggi
1 Mengajarkan anak untuk mengambil
makananan sendiri
2 Memberi perhatian dan kasih sayang kepada
anak
3 Menyisihkan waktu untuk bermain bersama
anak
4 Mengajarkan anak untuk menjaga
kebersihan
5 Menjaga dan mengawasi anak ketika
bermain di luar rumah
6 Membantu membereskan mainan ketika selesai
bermain
7 Mengawasi anak ketika bermain dengan
temannya
8 Memperhatikan dalam kerapian berpakaian
anak
9 Selalu menjaga kebersihan anak
10 Memperhatikan anak ketika sedang sakit
51

II. Pola Asuh Ibu

NO PERTANYAAN JAWABAN

Baik Tidak Baik


1 memberikan makanan kesukaan anak
supaya anak mau makan
2 Menemani anak pada saat anak sedang makan
3 Mengawasi asupan makan pada anak
4 Memberikan porsi makanan anak yang baik
5 Memberikan perhatian ketika anak sedang sakit
6 Mengantar anak ketika akan di imunisasi
7 Selalu memberi atau menyuapi makan anak
8 selalu memperhatikan dan menjaga
kebersihananak
9 selalu mencuci bahan makanan sebelum
dimasak(sayuran, buah, ikan, daging)
10 Selalu memberikan 4 sehat 5 sempurna
(Nasi+ikan+sayur+susu+buah) sebagai salah
satu menumakanan untuk anak

III. Perkembangan Personal Sosial Anak Toddler


NO PERTANYAAN JAWABAN
Baik Tidak baik
1 Mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
2 Mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa
yang sudah dikenal
3 Mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa
menangis
4 Mampu mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu
5 Mampu minum dari cangkir dengan dua tangan
6 Mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan
7 Ada perasaan takut ketika baru mengenal orang
lain
8 Membungkuk untuk memungut permainannya
kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri
9 Mampu melakukan tepuk tangan dan
melambaikan tangan
10 Menunjuk bagian tubuh atau mampu memahami
kata-kata

Anda mungkin juga menyukai