Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI AKHIR RAMADHAN & MOTIVASI SYAWWAL

*Ade Robi Islami, S.Ag, M.Pd

‫ ونص ر‬، ‫ ص دق وع ده‬، ‫ ال ال ه إال هللا وح ده‬، ً‫ وسبحان هللا بكرة وأص يال‬، ً‫ والحمد هلل كثيرا‬، ً‫ هللا أكبر كبيرا‬،9× ‫هللَا ُ أكبر‬
‫ ول و ك ره‬،‫ ال اله إال هللا وال نعبد إال إياه مخلصين له ال دين ول و ك ره الك افرون‬، ‫ وهزم األحزاب وحده‬، ‫ وأعز جنده‬، ‫عبده‬
.‫ هللا اكبر وهلل الحمد‬،‫ ال إله إال هللا هو هللا اكبر‬.‫ ولو كره المنافقون‬،‫المشركون‬

....... ،‫إن الحمد هلل نحمده‬

Di pagi nan cerah ini, di tempat yang mulia ini, pada hari pertama bulan syawal
ini, marilah kita selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah ta’ala, dengan berusaha
menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah SWT
berfirman dalam Al Qur’an:
ُ ‫) َو َيرْ ُز ْق ُه ِمنْ َحي‬٢( ‫َو َمنْ َي َّت ِق هَّللا َ َيجْ َع ْل َل ُه َم ْخ َرجً ا‬
... ُ‫ْث ال َيحْ َتسِ ب‬
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan membukakan jalan
keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Shalawat beserta Salam marilah terus kita sampaikan kepada junjungan kita,
baginda Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Di antara fadilah dari shalawat kepada Rasulullah yaitu Allah
akan menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh
keburukan dan meninggikannya sebanyak sepuluh derajat.

‫ و ُرف َِعت َل ُه عش ُر‬، ‫ت‬ َّ ‫ وح‬، ‫ت‬


ٍ ‫ُطت عن ُه عش ُر خطيئا‬ ٍ ‫عشر ص َلوا‬
َ ‫َمن صلَّى عليَّ صال ًة واحد ًة صلَّى هَّللا ُ علي ِه‬
ٍ ‫درجا‬
‫ت‬
“Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah
menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan,
meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh
derajat pula'." (HR Ahmad).

Maka, mari perbanyak sholawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Semoga


kita termasuk di antara kaumnya yang akan mendapatkan hidayah dan syafaatnya di
yaumil akhir kelak. Amin Ya Rabbal ‘aalamiin.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat hafidhakumullah,  


Pada saat ini kita semua patut bersyukur kepada Allah SWT, bahwa bulan suci
Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik, dengan husnul khotimah
insyaAllah. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah
puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at.

Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil


menambah pundi-pundi pahala selama Ramadhan, insyaAllah juga dosa-dosa kita
diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

  ‫ان ِإي َما ًنا َواحْ ِت َسابًا ُغف َِر َل ُه َما َت َق َّد َم ِمنْ َذ ْن ِب ِه‬
َ ‫ض‬ َ ْ‫ َمن‬ 
َ ‫صا َم َر َم‬
Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala,
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Jamaah Rahimani wa Rahimakumullah!

Perjuangan di Bulan Ramadhan adalah sebuah perjuangan keimanan. Iman kita


diuji apakah lebih berat mengikuti ajakan hawa nafsu untuk tidak berpuasa atau
melakukan hal yang membatalkan puasa ataukah mengikuti perintah Allah SWT untuk
mendapatkan predikat orang-orang yang bertaqwa. kita semua menyadari bahwa
Ramadhan adalah Bulan yang Suci. Bulan untuk berupaya meningkatkan keimanan
dan ketakwaan, menambah ibadah kita. Kita harus mampu mengalahkan rasa lapar,
kita harus mampu menahan rasa haus, kita harus mampu menahan amarah, kita
harus mampu menahan lisan untuk tidak berkata jelek, kita harus mampu menahan
hawa nafsu kita, dari hal-hal yang dapat menggugurkan ibada puasa kita. Ramadhan
adalah waktu untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas dan kuantitas amal
ibadah. Bulan di mana seorang hamba berlomba-lomba membaca dan
mengkhatamkan al quran, bersedekah dan berbagi untuk yang membutuhkan,
menghidupkan malam dengan shalat malam, i’tikaf, dan amalan-amalan sunnah
lainnya.

Hanya di bulan Ramadhanlah, Allah memberikan kesempatan kepada


hambanya untuk beribadah yang nilainya sama dengan seribu bulan, yaitu Malam
Lailatul Qadar.

Masyiral Muslimin wal Muslimat

Kini, Ramadhan telah pergi, dan kita memasuki Idul Fitri, dengan harapan
semua amal ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT,
puasa kita diterima oleh Allah SWT. Karena para jamaah sekalian, ibadah puasa
berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain. Semua ibadah yang lain terlihat amalannya,
seperti sholat, haji/umroh, sedekah dan atau zakat, dll. Jika kita melakukannya, sebut
saja seperti zakat atau sedekah, bisa jadi pasca kita menunaikan atau melakukannya,
kita akan disenangi orang, mendapat pujian dll. Tapi, berbeda dengan puasa hadirin,
puasa ini adalah amalan yang tidak terlihat kasat mata, kita tidak tahu siapa di antara
kita yang tidak berpuasa, kita tidak bisa menebak. Maka, demikian Allah menjadikan
puasa sebagai salah satu ibadah yang paling disukainya, dan bahkan Allah sendiri
mengkhususkannya dan memberikan pahala/ganjaran bagi siapa yang
melaksanakannya.

‫عن أبي هري رة ﺭﺿﻲ ﻪﻠﻟا ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟا ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟا ﻋلي ه ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻪﻠﻟا ﻛﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ‬
_ ‫ﺁﺩﻡ ﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻱ ﺑﻪ _ الحديث‬
Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda:
“Allah SWT berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali
puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia!

Setelah berpuasa sebulan penuh, tibalah kita di Idul Fitri di Bulan Syawwal. Idul
Fitri dalam konteks bahasa tidak hanya bermakna Hari Raya setelah berakhirnya
Ramadhan, tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita
baru terlahir ke dunia. Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”,
secara budaya telah diterima umat Islam dari generasi ke generasi dengan merujuk
pada maksud hadits di atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada
Allah dan semoga dikabulkan agar kita kembali suci dari segala dosa-dosa yang
pernah kita lakukan. Amin.

Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci”
dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala
saja karena hanya menyangkut hablum minallah (hubungan dengan Allah).
Sedangkan “kembali suci” dari kesalahan atau kekhilafan kepada manusia tidak
otomatis terjadi, karena hal ini menyangkut hablum minannas (hubungan dengan
manusia).

Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia harus diselesaikan


sendiri antar sesama manusia. Perselisihan dengan sesama, Tidak Akur, Tidak saling
bertegur sapa, bahkan saling bermusuhan, haruslah benar-benar diselesaikan.
Sehingga di Bulan Syawal ini betul-betul kita kembali suci, dengan saling merelakan
dan memaafkan kesalahan atau kehilafan yang pernah terjadi antar sesama.
Sebagaimana ditegaskan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 134 tentang ciri-ciri
orang yang bertakwa, yaitu:
َ ‫ــاس َوهَّللا ُ ُيحِبُّ ْالمُـحْ سِ ن‬
‫ِــين‬ َ ‫ِين ْال َغ ْي َظ َو ْال َعـــاف‬
ِ ‫ِين َع ِن ال َّن‬ َ ‫ون فِي السَّرَّ ا ِء َوالضَّرَّ ا ِء َو ْال َكاظِ م‬ َ ‫الَّذ‬
َ ُ‫ِين ُي ْنفِق‬
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ (senang)
dan pada saat dlarrâ’ (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS Ali Imran: 134)

Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan
sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan
sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki amarah, dendam, rasa
dengki, iri, akibat konflik yang pernah terjadi antar sesama, dengan keluarga, rekan
kerja, tetangga dsb. Naudzubillahi min Dzalik

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia!

Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana
telah diuraikan di atas. Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah kita menyikapi hari-
hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini?

Setidaknya ada dua jawaban berikut ini yang bisa kita petik hikmah dan jadikan
pelajaran darinya, yaitu:
Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama
Ramadhan.

Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan
salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul
Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah
Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.
Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti
menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna -
apalagi perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf,
mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti
kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita. Peningkatan semacam itu
sejalan dengan makna kata “Syawal” (ُ‫ ) َش َّوال‬yang secara etimologis berasal dari kata
َ yang berarti “irtafaá” (‫فَع‬
“Syala” (‫)ش ا َل‬ َ ‫ )اِرْ َت‬yang dalam bahasa Indonesia berarti
“meningkatkan”. Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan
apa yang kita lakukan selama Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena
berbagai alasan seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya.
Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu.
Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan
pendidikan, di mana umat Islam digembleng selama sebulan penuh agar menjadi
orang-orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita
raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain.

Dalam hal ini Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang


kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah hadits
yang berbunyi:

‫“َأ َت ْدر ُْو َن َما ْال ُم ْفلِسُ ؟” َقا َل‬


Artinya, “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan amal?
Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab:

َ ‫ اَ ْل ُم ْفلِسُ فِ ْي َنا َمنْ الَ ِدرْ َه َم َل ُه َوالَ َم َت‬:‫َقالُ ْوا‬


‫اع‬
Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah
mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.” ‫َف َقال‬
Artinya, “Maka Nabi menjawab”:

،‫ َوَأكَ َل مَا َل ٰه َذا‬،‫ف ٰه َذا‬ َ ‫ َو َق َذ‬،‫ َو َيْأتِي َق ْد َش َت َم ٰه َذا‬،ٍ‫صالَ ٍة َوصِ َي ٍام َو َز َكاة‬ َ ‫ َيْأتِي َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِب‬،‫ِس ِمنْ ُأ َّمتِي‬ َ ‫ِإنَّ ْال ُم ْفل‬
‫ض ى مَا‬ َ ‫ َق ْب َل َأنْ َي ْق‬،ُ‫ت َح َس َنا ُته‬ ْ ‫ َفِإنْ َف ِن َي‬.ِ‫ َفيُعْ طِ ى ٰه َذا ِمنْ َح َس َنا ِت ِه َو ٰه َذا م ِٰن َح َس َنا ِته‬.‫ب ٰه َذا‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ َو‬،‫ك دَ َم ٰه َذا‬ َ ‫َو َس َف‬
ُ ُ ُ ‫ ُأخ َِذ ِمنْ َخ َطا َيا ُه ْم َف‬،ِ‫َع َل ْيه‬
”‫ار‬ِ ‫ ث َّم ط ِر َح فِي ال َّن‬.ِ‫ت َع َل ْيه‬ ْ ‫ط ِر َح‬
Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada
hari kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka
dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik)
orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul
orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik
mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila
amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan
orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka
mencaci, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan
memukul orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Jamaah Sholat Idul Fitri Sekalian!,


Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama, karena memberikan
kesadaran kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama
manusia. Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita
bangkrut secara agama, yakni habisnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita
kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita.

Untuk itu apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal
baik kita bisa kita rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia,
diantaranya dengan cara kita harus bisa mengendalikan diri kita sehingga selamat dari
perbuatan mendzalimi orang lain seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki,
memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak seperti mencuri dan korupsi,
membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.

Mudah-mudahan kita semua terus diberkan keistiqomahan dalam beribadah


kepada Allah, terus berupaya rajin dan ikhlas dalam melakukan amal-amal sholeh,
seperti yang biasa kita lakukan saat di bulan Ramadhan. Semoga Allah swt juga
menerima segala amalan kita, puasa kita di bulan Ramadhan, sehingga kita semua
mendapat rahmat dan maghfirohNya, kelak terbebas dari api neraka dan dimasukkan
ke dalam Surga-Nya. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
‫ك ُه َو‬ ‫ك َوا ْن َحرْ ِإنَّ َش ا ِنَئ َ‬ ‫ك ْال َك ْو َث َر َف َ‬
‫ص ِّل ل َِر ِّب َ‬ ‫ِيم‪ِ .‬إ َّنا َأعْ َط ْي َنا َ‬
‫من الرَّ ح ِ‬ ‫هللا الرَّ حْ ِ‬ ‫ْطن الرَّ ِجي ِْم‪ِ .‬بسْ ِم ِ‬ ‫هلل م َِن ال َّشي ِ‬ ‫أع ُْو ُذ ِبا ِ‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬و َت َق َّب ْل ِم ِّنيْ‬ ‫آن ْال َعظِ ي ِْم َو َن َف َعنِي َو ِايِّا ُك ْم بم ا في ه م َِن اآليَا ِ‬ ‫ك هللاُ لِي َو َل ُك ْم فِي ْالقُ رْ ِ‬ ‫االَبْتَ رُ‪َ .‬‬
‫بَار َ‬
‫َو ِم ْن ُك ْم ت َ‬
‫ِالو َت ُه ِا ّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪َ ..‬فاسْ َت ْغفِر ُْوا ِا َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬
‫الخطبة الثاني‬

‫ان هللا ُب ْك َر ًة َو َأصْ ْيالً الَ ِالَ َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْك َبرْ هللاُ اَ ْك َبرْ َو ِ‬
‫هلل‬ ‫هلل َك ِثيْرً ا َو ُسب َْح َ‬ ‫هللاُ اَ ْك َبرْ (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْك َبرْ (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْك َبرْ كبيرا َو ْا َ‬
‫لح ْم ُد ِ‬
‫لحمْ ُد‪.‬‬ ‫ْا َ‬
‫ْك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد أنَّ َس يِّدَ َنا م َُح َّم ًدا‬
‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َواِمْ ِت َنا ِنهِ‪َ .‬وَأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِالَ َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬
‫لى ِإحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر لَ ُه َع َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ‬
‫هلل َع َ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا‪.‬‬
‫إلى ِرضْ َوا ِنهِ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى َ‬
‫مْر َبدَ َأ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل‬
‫هللا َأ َم َر ُك ْم ِبَأ ٍ‬
‫واهللا فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ لَم ُْوا َأنَّ َ‬ ‫َأمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّتقُ َ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْو َن َع َ‬ ‫َتعاَلَى ِإنَّ هللاَ َومَآلِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن َأ ِبى َب ْك ٍر َوعُمَر‬ ‫ك َومَآلِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْن ِبيآِئ َ‬
‫ك َو ُر ُسلِ َ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم‬ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم ِت َ‬ ‫ْن َوارْ َ‬ ‫تَابعِي ال َّت ِاب ِعي َْن لَ ُه ْم ِباِحْ َس ٍ‬
‫ان اِلَى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫َوع ُْث َمان َو َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة َّ‬
‫الص َحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو ِ‬
‫الرَّ ا ِح ِمي َْن‪.‬‬

‫الش رْ َ‬
‫ك‬ ‫ت الل ُه َّم َأعِ َّز ْاِإل ْس الَ َم َو ْالم ُْس لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ِّ‬ ‫ت اَالَحْ ي آ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالم ُْس لِ َما ِ‬‫اغفِرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ك ِإلَى‬ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َما ِت َ‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو َدمِّرْ َأعْ دَ ا َء ال ِّدي ِ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬
‫ك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َبا َد َ‬
‫هَر ِم ْنهَا َومَا َب َط َن َعنْ َبلَ ِد َنا ِا ْن ُدو ِني ِْس يَّا‬ ‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِح َن مَا َظ َ‬ ‫ْن‪ .‬الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬‫َي ْو َم ال ِّدي ِ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا‬ ‫ان ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َلعالَ ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِن ا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َس َن ًة َوقِنَا َ‬
‫عَذ َ‬ ‫خآص ًَّة َو َس ِ‬
‫اِئر ْالب ُْلدَ ِ‬
‫لخاسِ ِري َْن‪.‬‬ ‫َظلَ ْم َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ لَ ْم َت ْغفِرْ لَ َنا َو َترْ َحمْ َنا لَ َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬

‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُك رُوا‬


‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ذِي ْالقُرْ َ‬ ‫ْأ‬
‫ِ‬ ‫هللا ! ِإنَّ هللاَ َي ُم ُر ِباْل َع ْد ِل َو ْاِإلحْ َس ِ‬
‫عِ َبا َد ِ‬
‫َأ‬
‫هللا ْك َبرْ‬ ‫لى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬ ‫ْ‬
‫هللا ْالعَظِ ْي َم َيذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬
‫َ‬

Anda mungkin juga menyukai