Anda di halaman 1dari 18

Kuliah ke – 11

RISIKO REPUTASI BANK

Oleh : Drs. Syahru Syarif, MM.


STIE Bank BPD Jateng
2023
Definisi Risiko Reputasi
Saat memulai sebuah bisnis, banyak
orang yang tidak mempertimbangkan
risiko reputasi atau reputational
risk sampai ada hal buruk yang
menimpa mereka.
Padahal, risiko ini dapat
mempengaruhi keuntungan yang
didapatkan atau bahkan keberlanjutan
bisnis yang dijalankan.
Reputational risk adalah ancaman yang
bisa merusak nama baik sebuah bisnis
atau perusahaan.
Terdapat tiga “jalur” ancaman ini bisa menyerang perusahaan, yaitu secara
langsung, tidak langsung, dan tangensial.
1. Kategori secara langsung misalnya tindakan merugikan yang dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri. Misalnya, perusahaan tersebut melakukan penipuan
kepada pelanggannya.
2. Kategori secara tidak langsung, biasanya merupakan hasil dari tindakan
pegawai di perusahaan tersebut.
Contohnya adalah seorang petinggi di perusahaan meng-upload post di Twitter
yang berisikan ujaran kebencian terhadap suatu golongan masyarakat.
3. Reputasi tangensial, maksudnya adalah ancaman dari pihak lain yang
diasosiasikan dengan perusahaan.
Contohnya adalah perusahaan A dikenal bekerja sama dengan perusahaan B.
Suatu hari, perusahaan A menjadi tersangka kasus pencemaran lingkungan.
Secara otomatis, brand image dari perusahaan B ikut tercemar karena
terasosiasikan dengan perusahaan A.
Jenis Ancaman dalam Risiko Reputasi
1. Data breach
Data breach adalah kondisi ketika data-data berisikan informasi sensitif
atau rahasia diakses oleh orang dari luar perusahaan.
Tak hanya merusak reputasi, kejadian ini bisa semakin membahayakan
kalau oknum menjual informasi tersebut di black market.
Beberapa tahun belakangan, insiden ini beberapa kali terjadi di Indonesia.
Dampaknya?
Image perusahaan jadi kurang bagus, pelanggan pun memutuskan untuk
pindah ke kompetitor yang dirasa lebih aman, dan merugikan perusahaan
secara finansial.
2. Produk bermasalah
Pihak perusahaan memangbisa memberikan opsi kepada pelanggan untuk
retur dan menggantikannya dengan produk baru.
Namun, bagaimana jadinya kalau produk tersebut tak hanya rusak biasa,
tapi juga membahayakan penggunanya?
Dapat dipastikan heboh dan bisa saja berakhir di ranah hukum!

3. Ulasan buruk dari pelanggan


Seseorang mencari sebuah restoran yang ingin dikunjungi, lalu tidak jadi
karena ulasannya buruk atau bintang satu.
Ini adalah salah satu risiko reputasi yang harus diawasi, apalagi di era yang
memudahkan semua orang untuk mencari segala sesuatunya
secara online terlebih dahulu.
Walau memang terkadang tidak semua yang dituliskan benar adanya,
tetap saja hal tersebut dapat mengancam reputasi bisnis.
Cara Mengurangi Reputational Risk
Salah satu alasan bisnis terpapar risiko reputasi adalah koordinasi
internal yang lemah dan tidak terstruktur. Misalnya, ada produk baru
yang ingin dikeluarkan tetapi sebenarnya belum benar-benar siap
untuk digunakan.
Lemahnya koordinasi ini menyebabkan tim marketing mengumumkan
tanggal peluncuran, meskipun quality control belum dijalankan.
Risikonya?
Perusahaan harus mengundur peluncuran atau justru tetap
mengeluarkannya tepat waktu, tetapi meningkatkan risiko ada cacat
dalam produk.
Untuk menghindari kejadian serupa dan mengurangi reputational risk,
kamu bisa mengikuti cara-cara di bawah ini.
Untuk menghindari kejadian serupa dan mengurangi reputational risk, hal-
hal yang perlu diperhatikan aalah :
1. Buat Manajemen Reputasi
Misalnya, membuat postingan agar nama baik perusahaan terlihat bagus,
diasosiasikan dengan hal positif, dan memiliki persona yang bagus di mata
masyarakat.
Apabila ada yang memposting atau negative cara mengcover adalah :
a) Dibuat panduan untuk merespons ulasan buruk terkait dengan
perusahaan.
b) Buat SOP bila ada yang menjelek-jelekkan tanpa fakta harus dibalas
dengan apa, kalau ada yang protes terkait dengan pelayanan bagaimana
solusinya, dan lain-lain.
c) Customer adalah raja, karena merekalah yang menjadi penentu
keberlangsungan bisnis.
2. Membuat cybersecurity
Data breach merupakan salah satu ancaman yang bisa saja dihadapi oleh
perusahaan. Untuk menghadapi data breach ini, dirasa penting untuk
membuat rencana mendetail terkait dengan cybersecurity.
Diharapkan pelanggan akan merasa aman menggunakan jasa perusahaan
melakukan pembayaran secara online, atau mungkin memasukkan data
pribadi mereka.
Dapat disimpulkan bahwa risiko reputasi atau reputational risk bukanlah
hal yang main-main. Tak hanya mempengaruhi image, keberlangsungan
bisnis juga bisa terganggu kalau sampai terkena salah satu jenis ancaman
yang ada.
3. Pemerintah membuat daftar Pengusaha Hitam
Perilaku Pengusaha hitam sangat merugikan negara dan masyarakat.
Pengusaha hitam hanya memikirkan bagaimana keuntungan dengan
berlipat ganda dengan berbagai cara. Ini yang merusak perekonomian
negara.
Apa yang dimaksud dengan Risiko Reputasi Bank

Risiko Reputasi adalah risiko yang terjadi akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder (pemangku kepentingan) yang bersumber dari persepsi negative
terhadap bank.
(Institut Bankir Indonesia, PT Gremedia Jakarta , 2016).

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkatagorikan sumber risiko


reputasi adalah:
 Risiko Reputasi yang bersifat tidak langsung (below the line).
 Risiko Reputasi yang bersifat langsung (above the line)
Parameter dalam Menilai Risiko Inheren – Risiko Reputasi

Reputasi Pemilik & Perusahaan


terkait

Parameter Penilaian Inhern Risk –


Rissiko Reputasi
Pelanggaran Etika Bisnis

Referensi Risiko Inheren - Reputasi


yang dinilai Rendah
Reputasi Pemilik & Perusahaan terkait

Kredibilitas pemilik bank dan kejadian terkait reputasi


dari pemilik dalam beberapa hal dapat mempengaruhi
risiko reputasi bank, demikian juga perusahaan terkait
bank.

Daftar Orang Tercela (DOT) adalah daftar orang yang


memenuhi kriteria perbuatan tercela di bidang
perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
dilarang menjadi pemegang saham dan atau pengurus
bank.
Pelanggaran Etika Bisnis

Beberapa pelanggaran etika bisnis yang dapat berpengaruh terhadap Risiko Reputasi
adalah :
• Transparansi informasi bisnis keuangan dan kerjasama bisnis dengan stakeholder
lainnya.
• Kompleksitas Produk dan kerjasama bisnis bank, jumlah dan tingkat penggunaan
nasabah atas produk atas produk bank dengan katagori kompleks.
• Frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negative bank, serta jenis
media dan ruang lingkup pemberitaan.
• Frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.
Contoh pelanggaran Etika Bisnis Bank

1. Bidang operasional
Fraud (penipuan) yang dilakukan oleh karyawan bank pada bidang
operasional perbankan seperti pada 2011 lalu.
Malinda melakukan 117 transaksi pemindahan dana tanpa izin dan
sepengetahuan pemilik rekening mencapai Rp 46,1 miliar lebih.
Selain itu juga terjadi pembobolan tabungan Atlet eSport Winda
Lunardi dan ibunya, Floleta sebesar Rp 20 miliar dan berbagai kasus
lainnya yang dilakukan oleh pegawai bank
2. Bidang perkreditan
Fraud (penipuan) dilakukan dengan merealisasi rekening kredit menggunakan
dokumen dan jaminan fiktif dengan contoh kasus terjadi pada Bank
Internasional Indonesia (BII) pada 31 Januari 2011. Melibatkan account officer
BII Cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp 3,6 miliar .
3. Bidang teknologi dan informasi
Pencurian data nasabah dengan menggunakan teknologi, penyalahgunaan debit
maupun credit card nasabah seperti pada kasus pembobolan kartu kredit senilai
Rp 80 miliar lebih.
Pada bulan September 2011 yang dilakukan oleh mantan pegawai bank swasta
Tindakan fraud yang dilakukan oleh pegawai bank tersebut membuat bank
kehilangan kepercayaan dari nasabahnya dan masyarakat.
Kasus Bank Syariah Indonesia (BSI)
Senin, 8 Mei 2023 nasabah BSI mengeluhkan sejumlah layanan yang tidak dapat
berfungsi dan tidak dapat digunakan yang antara lain BSI mobile dan ATM,
sehingga nasabah melakukan transaksi melalui Teller.
Sabtu, 13 Mei 2023 jagat media sosial dihebohkan dengan tweet dari akun
@darktracer_int yang menyebutkan adanya kelompok peretas spesialis
ransomware LockBit 3.0 yang mengaku sebagai pihak yang telah melakukan
serangan ke sistem layanan perbankan BSI.
LoctBit juga memberikan ancaman kepada BSI agar segera menghubunginya
untuk melakukan negosiasi terkait 1,5 TB data nasabah yang terancam akan
disebarluaskan jika tidak memenuhi permintaannya hingga batas waktu yang
diberikan yakni Selasa 16 Mei pukul 4 pagi.
Karena ancamannya tidak digubris, media sosial kembali dihebohkan terkait
postingan LockBit yang memperlihatkan daftar link yang terhubung dengan
data-data perbankan.
Tweet @RochmatPurwanto yang
mengaku sebagai nasabah BSI dan
telah kehilangan uangnya dari
rekening sebesar Rp 378,25 juta dan
setelah dilakukannya cek mutasi
ternyata uang tersebut telah
berpindah ke 3 rekening asing.

Beberapa netizen yang merupakan


nasabah dari BSI mengancam akan
memindahkan dananya ke bank
yang lebih aman.
Referensi Risiko Inheren Reputasi Yang Dinilai Rendah

 Selama periode penilaian tidak terdapat pengaruh reputasi negative dari pemilik
bank dan perusahaan terkait.
 Potensi pelanggaran etika bisnis bank dinilai minim.
 Produk bank relative sederhana dan mudah difahami oleh nasabah sehingga kecil
kemungkinan menimbulkan risiko reputasi.
 Kerjasama dengan mitra bisnis tidak banyak sehingga kecil kemungkinan terjadi
dispute.
 Frekuensi pemberitaan negative jumlahnya sedikit dan tidak materiil.

Anda mungkin juga menyukai