Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

Kliping Kasus Korupsi dan Penyelesainnya


Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Dosen Pengampu:
1. Sunarto, S.Kep., Ns., MMKes.
2. Budi Joko Santosa, S.Km, M.Kes

Disusun oleh

Nadya Alfira Oktavia P27824216048

TINGKAT REGULER III-B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2019
KASUS 1

“Korupsi Pembangunan IRNA RSUD dr. Sayidiman,


Mantan Kadinkes Magetan Dieksekusi Ke Lapas II-B
Magetan”
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Magetan, Ehud Alawy (berkacamata), setelah menjalani sidang di
Pengadilan Tipikor, Surabaya, Senin, (19/3/2018). 

I ni berdasarkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pengadilan


Negeri Surabaya, terkait kasus korupsi pembangunan ruang rawat inap (IRNA)
VI RSUD dr Sayidiman Magetan 2010 senilai Rp 1, 5 miliar.
"Terpidana divonis satu tahun hukuman badan karena terbukti
melakukan korupsi sesuai Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
Pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri (PN) Surabaya," kata Kepala Kejari Magetan,
Atang Pujiyanto, kepada Surya, Kamis (26/4-2018).
"Terpidana divonis satu tahun hukuman badan karena terbukti
melakukan korupsi sesuai Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
Pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri menghuni kamar pengap itu tiga bulan
(PN) Surabaya," kata Kepala saja.
Kejari Magetan, Atang Pujiyanto,
kepada Surya, Kamis (26/4-2018).

Sejak ditetapkan tersangka (TSK) di


Polres Magetan, bersama tersangka
lainnya yaitu Direktur PT Awan
Megah Suyitno.
Namun, Ehud Alawy tidak sehari pun
pernah menghuni ruang tahanan
Polres, begitu juga saat dilimpahkan
ke Kejaksaan Negeri, juga ke
Pengadilan Tipikor.

Seperti diberitakan, kelima terdakwa


kasus proyek pembangunan ruang
IRNA VI tahun 2010, senilai Rp 1,3
miliar masing masing, Ningrum Palupi
Widiasari Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), Rohmad Pejabat
Pengadaan Barang, keduanya PNS
RSUD dr Sayidiman Magetan.
Kemudian ketiga tersangka lain,
Konsultan Dirut CV Enggal Daya
Prima dan Perencana proyek Cahyo
Beda dengan TSK Suyitno yang
Renggo Putro warga Desa Manisrejo,
diduga kuat sebagai Direktur PT
Kecamatan Karangrejo, Kabupaten
Awan Megah "boneka" ini, sejak
Magetan dan Dirut CV Jaya sekaligus
ditetapkan TSK di Polisi sudah
pengawas proyek Suharti (33) warga
menjalani penahanan, begitu juga saat
Desa Tamanarum Kecamatan Parang,
dilimpahkan di Kejari dan Pengadilan
Kabupaten Magetan serta Titik
Tipikor.
Mulyatin (35) kontraktor warga
Ini beda dengan terpidana Ehud
Desa/Kecamatan Kebonsari,
Alawy, begitu di vonis, hanya
Kabupaten Madiun, rencananya Selasa
(24/10) mendatang akan di vonis

Analisis Kasus:
Munurut majelis hakim, kedua terdakwa telah melanggar pasal 2 ayat 1 dan pasal 3
junto pasal 18 Undang- undang Nomer 20 tahun 2001, tentang perubahan atas
undang- undang nomer 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi.
Seperti yang telah diajarkan dalam pembelajaran PBAK bahwa “Tindak pidana
terhadap penyalahgunaan wewenang, khususnya korupsi salah satunya pada
pengadaan barang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap
pembangunan bangsa”. Untuk menciptakan sistem yang baik, diperlukan peran
pengawasan untuk tegaknya peraturan pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang
dan jasa dilaksanakan untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Namun pada pelaksanaannya, banyak menimbulkan permasalahan hukum dan
menyebabkan kerugian negara yang tidak sedikit salah satu contoh kasusnya seperti
yang sudah dipaparkan diatas. Pengadaan yang dilakukan oleh orang yang benar,
artinya pengadaan dilakukan dengan proses yang tepat, oleh pegawai yang memiliki
keahlian sesuai kualifikasi yang ditentukan agar dapat meminimalisir penyelewengan
kasus seperti contoh.
KASUS 2

“Kejaksaan agung Tangkap Gayus Tmbunan dalam


Hal Penggelapan Pajak”
JAKARTA,KOMPAS.com. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gayus
Divonis Tujuh Tahun”

M enurut hakim, Gayus terbukti melakukan korupsi saat menangani


keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (PT SAT). Sebagai pelaksana
di Direktorat Keberatan dan Banding Ditjen Pajak, Gayus tidak teliti,
tidak tepat, tidak cermat, serta tidak menyeluruh sebelum mengusulkan menerima
keberatan pajak. Selain itu, hakim menilai Gayus telah menyalahgunakan wewenang.
Akibat diterimanya keberatan pajak itu, hakim menilai negara dirugikan sebesar Rp
570 juta.

Terkait kasus itu, hakim menjerat menyuap penyidik Bareskrim Polri


Gayus Pasal 3 Jo pasal 18 UU Nomor sekitar 760.000 dollar AS melalui
31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Haposan Hutagalung selama proses
Korupsi. Terkait perkara kedua, penyidikan tahun 2009. Suap itu agar
menurut hakim, Gayus terbukti dirinya
tidak ditahan, rumahnya di kawasan janji uang sebesar 40.000 dollar AS
Kepala Gading, Jakarta Utara, tidak kepada Muhtadi Asnun, ketua majelis
disita, uangnya di rekening di Bank hakim yang menyidangkan perkara di
Mandiri tidak diblokir, serta agar Pengadilan Negeri Tangerang. Dari
diperbolehkan diperiksa di luar uang itu, sebesar 10.000 dollar AS
Gedung Bareskrim Polri. akan diserahkan kepada dua hakim
anggota. "Uang itu untuk
memengaruhi putusan," ucap
Albertina. Terkait perkara itu, hakim
menjerat Gayus dengan Pasal 6 Ayat
(1) huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Tipikor.
Dalam perkara keempat, menurut
hakim, Gayus terbukti memberikan
Dalam pertimbangan, hakim menilai
keterangan palsu terkait asal usul
pencabutan keterangan di berita acara
hartanya senilai Rp 28 miliar di
pemeriksaan saksi-saksi terkait suap
rekening yang diblokir penyidik. Uang
itu tidak beralasan hukum. Terkait
itu diklaim hasil pengadaan tanah di
kasus itu, majelis menjerat Gayus
daerah Jakarta Utara, antara Gayus
dengan Pasal 5 Ayat (1) huruf a UU
dan Andy Kosasih. Menurut hakim,
Nomor 31 Tahun 1999 tentang
uang Rp 28 miliar itu patut diduga
Tipikor. Dalam perkara tiga, menurut
hasil dari tindak pidana korupsi
hakim, Gayus terbukti memberikan
selama berkerja di Direktorat Jenderal
Pajak. Terkait perkara itu, hakim Tahun 1999 tentang Tipikor.
menjerat Pasal 22 Jo 28 UU Nomor 31

Analisis:
Dalam hal ini sudah menjadi pelajaran bagi Indonesia bahwa lemahnya perhatian
yang dilakukan pihak yang berwenang terhadap kasus pajak sebelumnya. Kasus
pajak ini bisa mencoret nama baik pegawai pajak lain yang tidak melakukan
penggelapan pajak seperti yang dilakukan Gayus Tambunan. Penggelapan pajak dan
penghindaran Pajak merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini harus menjadi perhatian lebih bagi Kantor
Pelayanan Pajak dikarenakan Pajak Pertambahan Nilai merupakan penerimaan
negara yang cukup besar. Untuk meminimalisir terjadinya hal serupa maka penulis
menyarankan pemerintah harus tegas dalam menghukum pelaku korupsi dan dalam
memberantas korupsi yang tidak hanya berfokus pada intansi atau jabatan tinggi
tetapi juga harus fokus memberantas korupsi yang mungkin dapat dilakukan oleh
pegawai biasa.

Anda mungkin juga menyukai