Anda di halaman 1dari 4

Ketidakpedulian Masyarakat terhadap Keberadaan Sampah

Oleh Fradiska Muayana Zulfa

“Sampah”, satu kata yang pastinya sudah tidak asing lagi bagi semua
orang. Sampah merupakan salah satu topik yang sering diperbincangkan dan
menjadi masalah utama di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah
daerah Pucakwangi. Pucakwangi adalah sebuah daerah kecil terpencil di
Kabupaten Pati. Daerah ini terletak di sebelah Tenggara Kabupaten Pati, dengan
luas 12.383 hektar. Sebagian besar masyarakat Pucakwangi menganggap bahwa
sampah adalah suatu hal kecil yang harus disepelekan.

Masyarakat masih memandang bahwa sampah merupakan sisa


penggunaan dari suatu barang, baik organik maupun anorganik yang tidak dapat
dimanfaatkan dan tidak memiliki nilai jual. Oleh karena itu, mereka lebih memilih
membiarkan sampah sampai tertimbun dan menggunung di tempat pembuangan
akhir, bahkan di sembarang tempat. Misalnya di tepi sungai, di tepi jalan kecil,
bahkan di lahan kosong. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar,
berpotensi melepas gas metana yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca
dan memperburuk pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan suatu
penyelesaian mengenai masalah sampah di daerah Pucakwangi.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, masyarakat Pucakwangi masih


menganggap bahwa sampah merupakan sisa penggunaan dari suatu barang yang
tidak dapat dimanfaatkan, bahkan tidak memiliki nilai jual. Padahal, di zaman
sekarang, di era teknologi yang sudah maju sampah bisa dimanfaatkan bahkan
bernilai jual tinggi. Lalu permasalahannya, mengapa masyarakat Pucakwangi
masih tidak peduli dengan keberadaan sampah?

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang (2020), Sampah


menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat global. National Geographic
melaporkan masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan sampah
hingga 1,3 miliar ton setiap bulan. Diperkirakan oleh bank dunia pada tahun 2025,
jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Jika hal ini dibiarkan, apa yang akan
terjadi? Harus ada solusi dari permasalahan yang setiap tahun semakin bertambah.
Masih menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang (2020), Sampah
merupakan salah satu bagian dari kebersihan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
langkah pertama yang dilakukan untuk terlepas dari masalah sampah adalah
menjaga kebersihan diri sendiri. Misalnya, mandi setidaknya dua kali dalam
sehari, mengenakan pakaian bersih, mencuci tangan sebelum makan atau
menyentuh makanan, dan jangan membuang bungkus makanan dengan kemasan
yang kecil (misalnya bungkus permen, plastik es) di sembarang tempat, karena hal
itu dapat menjadi suatu kebiasaan ketika di luar rumah.

Kedua, menjaga kebersihan di lingkungan keluarga. Setiap anggota


keluarga berperan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan masing-masing
anggota keluarga, serta saling mengingatkan satu sama lain. Ketiga, menjaga
kebersihan di lingkungan masyarakat, misalnya dengan membiasakan membuang
sampah pada tempatnya.

Ketiga langkah di atas masih perlu ditambahkan langkah lainnya apabila


diterapkan di Pucakwangi. Peran keluarga saja tidak cukup, maka dari itu
diperlukan juga peran dari masyarakat itu sendiri. Tokoh-tokoh masyarakat di
Pucakwangi mulai dari Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW, serta
Komunitas Pemuda misalnya Karang Taruna harus aktif terlibat dalam
kebersihan lingkungan terutama masalah sampah. Mereka harus menjadi contoh
bagi warganya untuk menjaga kebersihan lingkungan dan bersatu padu
mengadakan sosialisasi mengenai kebersihan lingkungan terutama masalah
sampah.

Tokoh-tokoh masyarakat setempat bisa membuat program, selain program


untuk kemajuan desa, mereka dapat bekerja sama dengan instansi terkait tentang
pengelolaan sampah di Pucakwangi. Jika program ini terlaksana dengan baik,
tidak mustahil di Pucakwangi akan mempunyai kegiatan pengelolaan sampah
yang memiliki nilai jual tinggi, di samping itu wilayah Pucakwangi menjadi
bersih dari sampah.

Masalah sampah memang tidak akan pernah ada habisnya, diperlukan


kesadaran dari masing-masing individu maupun masyarakat yang ada di sekitar.
Kesadaran dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Apalagi dalam
hadis Nabi disebutkan bahwa “Kebersihan adalah sebagian dari iman” .

Namun, ketiga langkah tersebut harus dibarengi dengan adanya sosialisasi,


penyuluhan secara terus-menerus atau berkesinambungan sehingga terwujud
masyarakat yang bebas dari sampah karena peduli terhadap sampah. Jika
masyarakat Pucakwangi bisa menerapkan langkah-langkah tersebut niscaya
Pucakwangi akan menjadi wilayah yang terhindar dari sampah dan peduli
terhadap sampah.
Daftar Pustaka

Webmaster, 2020. Pentingnya Kesadaran Masyarakat Akan Kebersihan,


https://dlh.semarangkota.go.id/pentingnya-kesadaran-masyarakat-akan-
kebersihan/, diunduh tanggal 7 Agustus 2022 pukul 14.02 WIB.

Admin Dinas, 2021. Event Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional,


https://dlh.semarangkota.go.id/event-peringatan-hari-peduli-sampah-nasional/,
diunduh tanggal 7 Agustus 2022 pukul 15.13 WIB.

Anda mungkin juga menyukai