Anda di halaman 1dari 4

Kemalasan!

, Jadilah Lawanmu
By Sayed Sultan Maghrifatullah (30)

Semua ini dimulai di Sekolah SMP, langit begitu suram dan pudar yang ditutupi dengan
jatuhnya air hujan yang begitu kacau. Terlihatlah seorang bocah SMP kelas 9 yang dengan
lembut hati dan penuh antusiasi serta semangat yang diselimuti oleh keculasan untuk belajar.
Dia bernama Aldi dan ia selalu mencari cara untuk memakan waktu belajar, dengan
mempunyai kepala yang sekeras beton yang tertutup semen dan dengan hati yang sekuat
kaca, dengan orang tua yang selalu kerja dan tidak punya waktu untuknya.
Waktunya adalah pagi dan Aldi sedang di kelasnya mengganggu temannya di kelas
dikarenakan dia ingin mencari cara untuk menghibur diri sendiri sesampai temannya tidak
tahan lagi dan melapor tindakan Aldi ke guru dimanah gurunya juga melapornya ke BK.
Potong waktu ke jam istirahat di mana Aldi habis melakukan keributan di kelasnya dan di
bawa ke ruang BK, dia sedang berduduk di ruang hampa suara, lalu terdengarlah suara kaki
bergerak mendekati pintu.
nyeeeeat....bruk..
Suara pintu terbuka
“assalamualaikum, Ibu. Latifah” Adli bicara dengan ekspresi gugup
Bu. Latifah pun berkata “waalaikumsalam, nak kamu itu sudah ibu bilang tiap kali
untuk mencoba menahan tingkah lakumu, apakah kamu pernah memikir-mikiri teman
kamu di kelas yang selalu ada kendala belajar yang disebabkan tingkah laku kamu?”
Aldi berdiri “selalu, Aku sih memang memikiri teman-teman saya, tetapi saya sih
tidak ada cara lain untuk melewati waktu ku dan sudah terlambat tidak untuk aku
berminta maaf dan mereka tak akan mungkin memaafi aku yah kal...”
“Ih, kamu nih” Bu. Latifah ketuk kelapa Aldi dengan pelan
“Aduh!” Adli kena ketuk
“jangan begitu sebenarnya tidak ada kata terlambat ibu pastikan temanmu akan maafi
kamu, yang penting kamu tidak membuat tingkah atau keributan seperti tadi. Oke?”
Bu. Latifah jawab
“oke bu, yah sudah terima kasih atas nasehatnya.” Aldi dengan muka yang penuh
harapan
Aldi langsung pergi kembali ke kelasnya dengan nasehat ibu gurunya yang ia serap penuh-
penuh ke dalam hatinya, tetapi sesaat ia bertemu dengan teman kelasnya mereka mempunyai
muka yang kesel dan lelah Aldi berpikir ‘wajar sih kalau mereka kesel kepada aku apakah
mereka akan terima ucapan maaf gua?’.
Adli berkata “maafkan aku yah atas hal yang aku lakukan hari in....bukan selama aku di
SMP ini ” ke pada temannya yang memiliki muka yang kesel sesampai bisa keluar asap dan
dengan ini Aldi mendengar hal yang dia takuti. “ngapain gue maaf in lu, elu itu marah melulu
kerjanya dan membuat banyak masalah kamu paling akan membuat tindakan itu lagi besok
gua yakin”.
Dikarenakan itu Aldi kembali ke sifat yang temannya sudah kenali dan yang temannya
mengetahui. Pagi pun berjumpa lagi dimanah Adli sedang menggambar hal unik saat guru
sedang menjelaskan materi sesampai pak guru membesar suara dan berkata “Aldi kamu
dengar enggak apa yang bapak jelaskan?” Adli melepaskan pulpennya dengan antengnya dan
ke tidak pedulinya menjawab “tidak pak” bapaknya pun mengasih muka yang memberi
banyak ekspresi dan berkata “kamu tau tidak minggu depan akan ada Ujian Nasional lebih
baik kamu belajar dari pada sibuk gambar apaan tau.” Bapak gurunya pun kembali mengajar
tetapi dengan ucapan dari bapak gurunya Aldi memasuki kata-kata dari gurunya dengan
penuh hati walaupun itu Aldi masih memiliki rasa putus asa.
Satu minggu berlalu ke hari minggu yaitu hari sebelum Ujian Nasional dimanah Aldi sedang
bermain di luar rumahnya tidak memikiri Ujian yang akan datang. Lalu datanglah teman
lamanya dari sekolah TK dulunya bernama Kris.
Teng...teng....teng
Suara bola basket di dribel
Kris datang menaiki sepeda dan berhenti
“Woi Aldi kamu kok enggak belajar?, bukannya besok akan ada Ujian Nasional?”
Kris berkata
Aldi berhenti dan menangkap bola “sudahlah buat apa gue belajar tiap ulangan juga
aku selalu mendapati nilai yang buruk percuma gue belajar nanti juga hilang dari otak
karena gue itu kalau belajar ribet sekali.”
”hmmmm....sebentar...” Kris berpikir.
“Coba kalau aku membantu lu belajar kalau nilainya jelek yang penting kita sudah
mencoba” Kris jawab
“hmm.. ide bagus juga sih, baiklah oke aku setuju tetapi aku hanya punya satu hari
buat belajar bagaimana tuh?”
“Dah, liat saja pasti bisa yok sini ke rumah ku” Kris dengan muka penuh antusiasi.
Berjalan pun mereka ke rumah Kris dimanah mereka sedang belajar di kamar Kris, lanjut
dimanah mereka sedang belajar sekeras mungkin dari siang, sore, dan malam Aldi sungguh
terpesona dengan apa yang ia halangi atau dengan kata lain hindari dari materi yang di kasih
oleh sekolah tetapi dengan imbalan menjadi cape.
Berlalulah ke pagi esok dimanah ujian pertama adalah Matematika. ”Hah!?” Aldi pun kaget
dengan diri sendirinya karena dia lumayan mengerti dengan jelas soal yang di kasih gurunya
dan dengan ini ia mendapati semangat yang setara dengan pejuang dan semangat ini ia bawa
ke ujian ke dua dan ke tiga seterusnya. Hari demi hari ia belajar bareng bersama Kris sampai
malam di rumahnya.
Hari ke dua datang, teman kelasnya menjadi heran “tumben itu sih Aldi semangat mengerjai
soal tampa ada tingkah laku”. Aldi masih dengan semangatnya mengerjai seluruh ujian di
hari itu tidak ada mengeluh sama sekali. Hari demi hari Ujian Nasional berlalu sampai
waktunya untuk Hari terakhir sebelum ujian akhir datang Adli dengan biasa datang ke rumah
Kris tetapi yang datang bukanlah si Kris tetapi Ibunya yang mengasih tau “ Kris tidak bisa
belajar bareng yah.. dikarenakan Kris sekarang sedang sakit”.
Dengan Temannya Kris yang sedang sakit dan kedua orang tuanya yang bekerja sampai
malam Aldi terpaksa harus belajar hanya dengan diri sendirinya, dengan muka penuh
khawatir ia langsung mulai belajar. Hari terakhir datang Aldi merasa gugup dan khawatir
kalau dia tidak akan bisa tetapi tampa memikirinya lagi dia langsung mengerjai ujiannya
sambil berkata hal paling membuat orang bermotivasi yaitu “gas”, jam demi jam berlalu
sampai akhirnya Aldi selesai melewati Ujian Nasional dengan otak yang telah meminta
mohon untuk diistirahatkan.
Tiga hari telah lewa dimanah ini hari Selasa yaitu hari terakhir di sekolah sebelum
pengambilan rapot, Aldi sedang bersiap-siap untuk berfoto-foto dengan teman kelasnya untuk
kemungkinan yang terakhir kali. Tiba-tiba seorang teman kelasnya datang dan mengucapkan
“woi Aldi lu di minggu-minggu ini sanggat berubah sekali kamu tidak membuat masalah
sama sekali atau hal-hal yang buruk lain, kok bisa sih Aldi?” Aldi senyum “itu sih karena gue
ada teman yang membantu gua menjadi rajin, sudah tidak usah di pikir in ayok foto dah pada
menunggu tuh.” Kata Aldi sambil memegang bahu temannya.
Satu minggu lewat dimanah ini adalah hari pengambilan rapot, terlihatlah si Andi dan
ibunya ibu Afri yang sedang di dalam kelasnya dan berduduk di depan meja guru berhadapan
dengan Bu. Latifah.
DRUK
Suara buku rapot di tempati di meja
“ibu Afri, saya ini mau mengatakan kalau saya terkejut dengan perubahan sifat Aldi di
minggu-minggu ini dia tidak membikin tingkah laku sama sekali dan nilai Ujian
Nasionalnya lumayan bagus....” Bu. Latifah dengan ekspresi bangga.
“Benaran bu?, yah alhamdullilah”. Bu. Afri berasa lega
“iya, Tetapi.” Bu. Latifah jawab
“Hah!...tetapi apa bu?” Aldi kaget
“Kamu masih tidak mengerjai tugas-tugas yang di kasih guru, kamu lulus tetapi
sekolah akan masih mengasih nilai rapot kamu akan tetap kecil.”
“....Owh, yah sudah bu nanti di SMA aku akan pasti mencoba mengubah sifat ku, aku
akan menjamin Ibu kalau aku akan menjadi anak yang rajin.”
Tiba-tiba pas Aldi sedang keluar dari kelas terdengar suara
“Woi, Aldi kesini lah“
Suara Kris yang sedang berteriak dan sambil lari
“Gimanah kamu bisa tidak belajar di hari terakhir UN tampa aku?” Kris nanya sambil
bernafas cepat
“Lumayan sih, oh iya terima kasih yah Kris sudah membantu aku belajar jadi gue bisa
ke SMA.” Aldi menjawab
“Yah namanya juga teman, teman apa aku kalau gue tidak membantu satu sama
teman.” Kris ucapkan sambil ketawa
Satu bulan lewat sesampai hari pertama di SMA kelas 10 dimanah pagi hari ini langit begitu
cerah dan dengan suasana yang hangat terlihat Aldi telah berubah menjadi anak yang rajin
dalam mencari ilmu dan penuh semangat untuk berjuang bagi masa depan, dia tidak lagi
membuat masalah-masalah ke temannya, dia memang telah berubah dengan sekolah yang
beda dengan kebanyakan teman yang baru dan lain-lain, Aldi Memang sudah Berubah
menjadi kebalikan dari kemalasan. Dengan harapan yang besar di masa depannya.

Anda mungkin juga menyukai