Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

“Teks Tanggapan Novel Bumi Manusia”

Kelompok 4
Aisyah Luthfiyyah Irfan 9E/03
Hammam Maulana Arijudin 9E/14
Layli Nurul Fatimah Zahra 9E/18
Rizqi Syahrul Mubarok 9E/30
Salsabilla Larasati 9E/33
Konteks
Judul : Bumi Manusia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Kota terbit : Jakarta
Cetakan I : 25 Agustus 1980
Judul : Bumi Manusia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Kota terbit : Jakarta
Cetakan I : 25 Agustus 1980

Deskripsi
Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya
Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980.
Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau
Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 telah diceritakan ulang
kepada teman-temannya.
Setelah diterbitkan, Bumi Manusia kemudian dilarang beredar setahun
kemudian atas perintah Jaksa Agung. Sebelum dilarang, buku ini sukses dengan 10
kali cetak ulang dalam setahun pada 1980-1981. Sampai tahun 2005, buku ini
telah diterbitkan dalam 33 bahasa. Pada September 2005, buku ini diterbitkan
kembali di Indonesia oleh Lentera Dipantara.
Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918,
masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal
periode Kebangkitan Nasional. Masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran
rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi
modern yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Prancis.
Beberapa waktu lalu, buku ini diangkat menjadi film layar lebar yang cukup
sukses dan dikenal di masyarakat. Kesuksesan film bumi Manusia ini, tidak luput
dari cerita novelnya yang melegenda.

Sinopsis
Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke.
Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang
dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah
seorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat
orang sampai terkagum-kagum dan dimuat di berbagai Koran Belanda pada saat
itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropa lainnya.
Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini. Ia berani melawan
ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap
kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.
Suatu hari, Minke diajak oleh Robert Suurhof , temannya di Sekolah
Belanda H.B.S. Surabaya, untuk memenuhi undangan Robert Mellema di
Wonokromo, tepatnya di rumah Boerderij Buitenzorg (Perusahaan Pertanian
Buitenzorg). Minke bertemu dengan Annelies Mellema, adik Robert Mellema,
yang memiliki kecantikan luar biasa. Ketika kedua Robert sedang asyik berdiskusi
tentang bola, Minke dan Annelies yang tidak menyukai bola memisahkan diri
untuk mengerjakan hal lain. Minke berkenalan dengan Nyai Ontosoroh, ibu
Annelies.
Seharian itu mereka berdua mengerjakan tugas mandor di pabrik raksasa
itu. Saat pulang, Nyai Ontosoroh menawarkan Minke untuk berkunjung lagi
karena nampaknya Annelies senang memiliki teman, serta menyukainya.
Kisah berlanjut, Minke jadi sering dijemput oleh Darsam (penjaga rumah Nyai
Ontosoroh) untuk berkunjung ke rumah, bahkan lama-kelamaan jadi tinggal
disana karena Annelies tidak bisa berada jauh dari Minke.
Lalu, berbagai masalah datang, mulai dari teman – temannya yang mulai
menjauh, pikiran barunya mengenai perjuangan hak asasi manusia bagi pribumi,
ancaman pembunuhan, sidang pembunuhan, dikeluarkan dari sekolah, dan lain -
lain. Dalam perjalanannya Minke selalu berbagi cerita dengan Jean Marais,
seorang seniman dari Prancis, Juffrouw Magda Peters, guru Bahasa dan Sastra
Belanda, serta Ibunya. Akhir cerita, Annelies dibawa paksa ke Netherland, setelah
menikah enam bulan dengan Minke.

Tanggapan
• Penggambaran suasana mudah dimengerti
Penggambaran suasana, keadaan dan masalah masyarakat indonesia pada zaman
kolonialisme penjajahan pemerintah Hindia Belanda dijabarkan dengan jelas, rinci
dan teliti sehingga pembaca dapat memahami dalam membayangkan keadaan
sebenarnya
• Buku ini banyak menggunakan bahasa puitis
Beragamnya umur pembaca novel ini menjadi salah satu problem penggunaan
kalimat puitis karena tidak semua pembaca dapat memahami yang disampaikan
dengan mudah sehingga pembaca harus memerlukan pemikiran yang terbuka
terhadap hal-hal. Salah satu contohnya adalah “Kan baik belum tentu benar juga
belum tentu tepat. Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok.”

Anda mungkin juga menyukai