PROFESI KEPENDIDIKAN
H:
NAMA : DESI ADIANA MALEKOSA
NIM : 197111012
KUPANG
2022
KOMPETENSI GURU DAN 4 KOMPOTENSI YANG HARUS DIMILIKI
GURU
A. Kompetensi Guru
Guru merupakan komponen paling utama dalam sistem pendidikan secara keseluruhan
yang harus mendapatkan perhatian yang maksimal. Figur ini akan mendapat sorotan
strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan
komponen manapun dalam sistem pendidikan.[1] Guru mempunyai peran yang sangat
strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan
profesional.
B. Kompetensi Pedagonik
Pengertian kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan atau keterampilan guru untuk
mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan siswa. 7
aspek dalam kompetensi Pedagogik yang wajib dikuasai Guru Pintar adalah:
Pemahaman akan karakteristik siswa yang diajar, Guru Pintar dapat merancang
strategi pembelajaran yang tepat bagi setiap siswa untuk membantu keberhasilan
sebuah proses pembelajaran. Karakteristik siswa yang wajib diperhatikan meliputi
aspek intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dan lingkungan.
Guru Pintar harus dapat menjelaskan teori pelajaran dengan jelas terhadap siswa
dengan menerapkan pendekatan, strategi, teknik, dan metode kreatif yang mampu
membuat siswa mudah memahami pelajaran.
Guru Pintar tidak boleh hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran. Kegiatan
pendampingan untuk mengoptimalkan tingkat pemahaman siswa pada pelajaran
atau konsep yang diajarkan harus dilakukan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran akan dapat dicapai.
Siswa memiliki potensi yang tidak sama. Guru Pintar harus mampu menganalisis
hal tersebut sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Hal ini
memiliki tujuan supaya setiap siswa dapat melejitkan potensinya.
Penilaian pembelajaran tidak hanya untuk mengukur hasil belajar tetapi juga
untuk proses belajar. Sedangkan evaluasi terhadap efektivitas pembelajaran juga
harus dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar sudah berada pada jalur yang
tepat dan melakukan perbaikan-perbaikan jika ada hal yang perlu diperbaiki.
C. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru sangat berkaitan dengan karakter personal. Indikator yang
mencerminkan kepribadian positif seorang guru adalah supel, sabar, disiplin, jujur,
rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, dan selalu bertindak
sesuai norma sosial & hukum.
Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru juga berpengaruh pada kepribadian siswa.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan oleh Guru Pintar harus dapat menjadi jadi
teladan bagi para siswa supaya mereka juga memiliki kepribadian yang baik dan positif.
D. Kompetensi profesional
Mampu menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Hal ini meliputi struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuannya.
Seorang guru yang menguasai kemampuan dan keahlian khusus seperti yang sudah
dijelaskan di atas, akan dapat menjalankan fungsi dan tugas guru dengan baik. Sehingga
guru dapat membimbing seluruh siswanya untuk mencapai standar kompetensi yang
sudah ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan.
E. Kompetensi Sosial
bersikap inklusif, objektif, dan tidak mendiskriminasikan siswa karena latar belakangnya
baik itu yang berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin, ras, latar
belakang keluarga, dan agama.
Tujuan meliputi pengetahuan,keterampilan,sikap,nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil
kegiatan.
Keputusan situasional berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dibuat oleh guru sebelum
pelajaran dimulai sedangkan keputusan transaksional lebih menekankan pada tindakan selama pelajaran
berlangsung yang merupakan penyesuaian terhadap situasi yang muncul dalam PBM dengan mengaitkan
pada persiapan pelajaran-pelajaran yang telah dibuat guru.
A. Rancangan Pembelajaran/Pengajaran
Cara kita memandang esensi pembelajaran/pengajaran akan bergantung kepada bagaimana kita
memandang pendidikan. Sebagai proses inkuiri reflektif,pembelajaran/pengajaran mengandung makna
sebagai”proses sintesis dan analisis,inkuiri di dalam pembelajaran/pengajaran mengandung makna
mempertanyakan,menjelajajahi lebih jauh,dan memperluas pemahaman tentang situasi”. Sedangkan
refleksi,mengiplikasikan adanya dugaan,penilaian dan pertimbangan faktor-faktor yang signifikan
terhadap pencapaian tujuan. Dengan kata lain proses pembelajaran/pengajaran sebagai proses inkuiri
refleksi sangat menekankan unsur aktifitas dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru.
a. Individu yang secara terus-menerus aktif berpengajaran,anda juga berperan sebagai siswa
b. Seorang guru yang menentang siswanya untuk menjadi berpengajaran yang reflektif
c. Seorang profesional yang secara terus-menenerus merefleksikan keefektifannya sebagai
guru,serta
d. Seorang profesional yan selalu meningkatkan kemampuan keprofesionalan
Tatkala seorang guru dinyatakan tentang tujuan apa yang ingin dengan pengajaran
bahasa,IPA,IPS,dan juga bidang studi atau pelajaran lain mungkin dia menjawab bahwa dia bertujuan
mengembangkan manusia terdidik,dan untuk mencapaiitu dia mengajarkan bahasa,IPA,IPS atau bidang
studi lain karena bidang studi itu merupakan bidang esensial untuk berlangsungnya pendidikan secara
mulus.
Tujuan pembelajaran/pengajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan pengajaran,merancang isi
pembelajaran/pengajaran,mengembangkan prosedur pembelajaran/pengajaran,dan mempersiapkan tes dan
ujian. Semua aspek program pembelajran/pengajaran secara nyata merupakan instument untuk mencapai
tujuan. Artinya jika menelaah program pembelajaran/pengajaran secara sistematis dan cermat,maka
pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang hendak dicapai.
C. Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Analisi kurikulum
Penyiapan tujuan intruksional
Kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan
Perencanaan evaluasi
1. Analisis kurikulum
Secara fisik kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan
cakupan bahan pengajaran yang harus di pengajaran dalam tingkatan kelas dan kurun waktu
tertentu. Kuriklum dalam bentuk dokumen semacamam ini merupakan kurikulum ideal atau
kurikulum yang diharapkan.
Didalam praktik seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum kedalam ragam dan
rentang pengalaman berpengajaran peserta didik. Artikulasi dan implementasi yang ideal
tadi,akan sangat bersifat kontekstual dan tergantung pada kondisi obyektif guru maupun peserta
didik. Oleh karena itu,akan sangat mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktik tidak
sepenuhnya mewujudkan hal-hal ideal yang terkandung dalam kurikulum tersebut. Dengan kata
lain kurikulum yang terlaksana tidak selalu identik dengan kurikulum ideal.
Persoalan yang muncul ialah bagaimana agar kurikulum yang terlaksana tadi tidak menyimpang
dari kurikulum yang ideal. Dalam hal inilah seorang guru perlu melakukan analisis kurikulum
yang dimaksudkan untuk merumuskan rencana dan bahan pengajaran yang lebih bermakna sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
analisis kurikulum,yaitu sebagai berikut:
Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus di
pengajaran
Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta
didik untuk memulai mempelajari pengajaran topik-topik baru.
Tujuan umum berpengajaran yang dirumuskan untuk siswa.
2. Racangan Kegiatan Pembelajaran
Secara operasional,kegiatan pembelajaran/pengajaran yang tertuang didalam satuan
pembelajaran/pengajaran,diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari
siswa suatu topik sederhana,bisa berupa konsep,keterampilan,proses diskusi singkat tantang cerita
pendek,atau suatu bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa setiap satuan
pengajaran adalah hanya satu dari rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dan
saling bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebih komplek. Sebagai
contoh,sebelum siswa menguasai konsep tentang sejarah rakyat Aceh dalam melawan dan
mengusir penjajah Belanda,terlebih dulu perlu tahu dan paham tentang hubungan Aceh dan
negara Republik Indonesia dan letak Aceh secara geografis.
Setia kegiatan pembelajaran/pengajaran dapat dibagi kedalam tiga bagian,yaitu: kegiatan
awal,kegiatan inti,dan penutup.
a. Kegiatan Awal
Pada saat anda memperkenalkan topik baru kepada siswa,perlu di ingat bahwa siswa
harus dibantu memahami topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran. Bagian
pengantar dari suatu pelajaran dapat membantu siswa dalam hal-hal berikut:
Mengaitkan hal-hal yang sudah di pengajaran dengan hal-hal baru. Pengantar
suatu pengajaran dapat di isi dengan mengingatkan kembali pengetahuan awal
dan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal itu dapat
menjadi alat yang bermakna bagi proses berpengajaran baru.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan
sebelum memberi pengajaran hal-hal yang terkandung dalam topik secara detail
pemahaman ini di kembangkan.
Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan meransang perhatian dan hasrat
berpengajaran siswa secara berkelanjutan.
Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau selama
pembahasan topik tersebut,disamping menyampaikan tujuan
pembelajaran/pengajaran.
b. Rancangan untuk Kegiatan Inti Pembelajaran/Pengajaran
Kegiatan pembelajaran/pengajaran dikehendaki mampu menumbuhkan dan
mengembangkan hal-hal berikut:
Mengantarkan siswa kepada informasi atau keterampilan baru.
Mendorong siswa untuk mengkaji ulang atau menafsirkan ulang informasi atau
keterampilan yang sudah diberi pengajaran sebelumnya.
Memungkinkan siswa mampu melihat kekurangan pada proses berpengajaran
sebelumnya dan mengisi kekurangan itu.
Mendorong siswa untuk mengembangkan atau memperkuat proses-proses
fisik,kognitif,sosial,maupun afektif.
Mendorong siswa untuk menghasilkan,mengorganisasikan dan menyatakan
informasi baru itu dalam cara-cara yang kreatif.
Mendorong siswa untuk memikirkan dan memperkirakan gagasan yang belum
dikembangkan serta masalah yang belum terpecahkan.
c. Kegiatan Akhir
Pada tahap akhir,guru membimbing sisw untuk merumuskan ikhtisar yang bertujuan
untuk:
Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi dari kegiatan pembelajaran/pengajaran
Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran/pengajaran dan menggambarkan
kumpulan dari pengalaman pembelajaran/pengajaran;serta
Memberikan gambaran pembelajaran/pengajaran tentang pembelajaran/pengajaran yang
akan datang.
3. Perencanaan Evaluasi
Salah satu komponen penting dari keseluruhan perencanaan pembelajaran/pengajaran adalah
perencanaan untuk mengetahui apakah selama kurun waktu tertenu siswa anda memperoleh
kemajuan sesuai dengan tujuan yang talah ditetapkan atau apakah siswa anda siap mencapai
tujuan yang lebih kompleks.
Evaluasi lain yang perlu dirancang adalah evaluasi formatif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
melihat hasil kemajuan siswa pada saat kegiatan pembelajaran/pengajaran berlangsung. Kegiatan
monitoring yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran/pengajaran seperti yang didiskusikan
diatas,merupakan contoh evaluasi yang terjadi selama siswa berpengajaran dan memberikan
latihan kepada siswa tentang bagaimana dia tumbuh dan berubah kearah perbaikan.
D. Rancangan Unit Pembelajaran
Jika guru akan mengajarkan kesusasteraan indonesia dengan tema roman, Ia tentu mempunyai banyak
topik yang ingin di ajarkan dan dikuasai oleh siswa. Tentunya siswa tidak akan mungkin mennguasai
seluruh tujuan yang berkaitan dengan topik-topik itu dalam satu hari. Satuan-satuan pelajaran akan
terbangun dalam suatu kesatuan yang tertata kedalam suatu unit yang kohesif.
Setelah satuan-satuan pelajaran itu ditata,hal penting yang pelu dicek ulang adalah konsistensi antara
tujuan,kegiatan dan evaluasi. Penting juga untuk dilakukan pengecekan konsistensi silang antar satuan
pelajaran untuk meyakinkan bahwa satuan-satuan pelajaran yang sudah dirancang itu memungkinkan
siswa mencapai tujuan unit.
Penguasaan Materi
Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai
bahan pelajaran serta konsep-konsep dasar keilmuannya (Depdikbud,1980). Menurut Johnson (1980)
penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan
dari bahan yang akan di ajarkannya itu. Dengan demikian untuk menguasai materi pelajaran diperlukan
penguasaan materinya itu sendiri.
b. Konsep
Konsep adalah bahan bidang studi yang isinya berupa gagasan,ide,pendapat,teori atau
dalil. Konsep itu bersifat abstrak,namun akan menjadi nyata jika diwujudkan dalam
bentuk benda tau perbuatan. Misalnya konsep tentang bilangan bulat dan ganjil yang
dilambangkan dalam angka 2,4,6 dan 1,3,5 dan seterusnya.
c. Prinsip
Prinsip adalah tuntutan praktis bagi terselenggaranya perbuatan tertentu seperti dalam
berpengajaran dan mengajar. Bahan bidang studi prinsip merupakan bahan yang
memberi landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan sehinggga setiap
tindakan yang dilakukan dapat dikontrol dengan baik. Contohnya prinsip berpengajaran
dan mengajar.
d. Keterampilan
Keterampilan terdiri dari keterampilan-keterampilan tertentu yang harus
dikuasai,terutama yang menyangkut keterampilan motorik,seperti keterampilan
mengetik,mengatur spasi,memukul bola dan lari cepat. Bahan bidang studi keterampilan
banyak terdapat dalam bidang studi kejuruan. Cara memberi pengajarannya pada
umumnya dengan tugas dan latihan.
e. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan
masalah. Misalnya dalam pelajaran IPA,Ibu Ina memberikan tugas kelompok kepada para
siswa untuk membuat kesimpulan mengenai bagaimana cara untuk memanfaatkan
sampah. Pokok bahasan ini di pengajaran dengan metode pemecahan masalah. Peserta
didik ditugasi untuk berfikir dan berbuat dan kemudian diakhiri oleh kesimpulan.
f. Proses
Proses adalah bahan yang melukiskan prose terjadinya sesuatu seperti proses terjadinya
perubahan warna,proses terjadinya hujan,proses pengendapan,atau penguapan. Cara
memberi pengajarannya adalan dengan praktikum di laboratorium atau studi lapangan.
2) Berdasarkan cara Pengorganisasiannya
a. Bahan Bidang Studi Linier
Karakteristik bahan bidang studi linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada
yang sukar atau dari yang sederhana kepada yang kompleks. Peran sistematiknya cukup
tinggi,di pengajarankan secara berangsur-angsur sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Misalnya dalam pelajaran mataematika,bahan itu disusun dari himpunan benda-
benda nyata yang kemudian dilambangkan dalam bentuk bilangan.
b. Bahan Bidang Studi Kumulatif
Bahan bidang studi ini tidak disusun dalam serangkaian tingkatan yang berseri seperti
pada bahah bidang studi linier. Pendekatan metodelogisnya adalah child-centered, yaitu
pengajaran itu seluruhnys berpusat pada kebutuhsn,minat dan perhatian siswa.
c. Bahan Bidang Studi Praktikal
Pendekatan untuk memberi pengajaran bahan bidang studi partikal adalah dengan drill
atau pelatihan. Dapat pula cara menyajikannya dengan damonstrasi,tugas,resitasi.
d. Bahan Bidang Studi Eksperiential
Erat kaitannya dengan bahan bidang studi praktikal,hanya disini lebih menekankan unsur
kreativitas.
E. Kemampuan Mengajar
Ada beberapa kemampuan yang perlu dibentuk dalam diri siswa antara lain yang berkaitan dengan
kemampuan kognitifnya, hal ini dapat dicapai dengan memberikan bahan pengajaran yang berupa
konsep-konsep. Kemampuan psikomotor yang berhubungan dengan aktivitas siswa dapat dicapai dengan
memberikan materi yang dapat membangkitkan kreativitas, dalam bentuk latihan olahraga, pertukangan
dan lain-lain yang bersifat praktik serta memberikan pemahaman yang mendalam mengenai etika dan
norma kehidupan yang menunjang pembentukan aspek afektif. Kemampuan afektif ini dapat diproleh
melalui pelajaran agama, kebudayaan dan ideologi negara.
Untuk memberikan kejelasan dalam menyampaikan bahan pengajaran perlu dipahami tujuan
pengajaran siswa dan secara lebih luas lagi memahami betul tujuan pendidikan baik yang bersifat
nasional, kelembagaan, kurikuler maupun tujuan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab seorang
guru. Dalam hal ini kemampuan merumuskan tujuan pengajaran menjadi bekal bagi guru dalam
menjabarkan komponen pengajaran /pembelajaran saling berkait dalam suatu sistem
pengajaran/pembelajaran.
Untuk memproleh keterampilan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Hubungan antara penguasaan materi pengajaran dengan kemampuan mengajar sebagai berikut:
1) Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar
2) Guru yang memiliki wawasan yang mendalam terhadap materi pengajaran akan lebih yakin di
dalam merumuskan tujuan pembelajaran di kelas
3) Guru yang sudah menguasai betul materi pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa akan
berusaha memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa yang dihadapinya dengan lebh
bijaksana
4) Guru yang menguasai materi dengan baik senantiasa mencoba berbagai metode untuk diterapkan
sesuai dengan perkembangan situasi di kelas dan tidak terlalu terikat dengan patokan persiapan
mengajar yang sudah dirumuskan sebelum memasuki kelas
5) Guru yang menguasai betul materi pengajaran akan lebih kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan materi pengajarannya.
a) Pengembangan bahan pengajaran
Pengembangan bahan pengajaran didasarkan atas pengamatan dan catatan guru
atas minat dan kemajuan perkembangan setiap anak
Pengembangan bahan pengajaran menekankan kepada berpengajaran sebagai
proses interaktif
Kegiatan berpengajaran dan bahan pengajaran harus harus konkrit, riil dan
relevan denagan kehidupan anak
Bahan pengajaran yang disiapkan harus terakomondasikan rentang
perkembangan dan minat
Bahan pengajaran dan kegiatan berpengajaran dikembangkan secara bervariasi
Bahan pengajaran dikembangkan dengan memperlihatkan konteks budaya anak
b) Pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas
c) Interaksi Guru-Siswa
Guru secara cepat dan langsung merespon kebutuhan, keinginanbdan pesan
menyesesuaikan responnya dengan keragaman gaya dan kecakapan individual
Guru mengembangkan berbagai kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi
Guru memberikan kemudahan bagi pencapaian tugas perkembangan melalui
pemberian dukungan, perhatian, sentuhan fisik,, dorongan-dorongan verbal yang
berupa pujian dan sanjungan
Guru memahami sumber-sumber stres yang terjadi pada siswa dan secara sadar
berupaya mengembangkan kegiatan dan tekhnik untuk mengurangi stres tersebut
Guru dapat membuat strategi sehingga seluruh siswa mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapat
Guru mengembangan kemudahan bagi harga diri anak dengan cara menghargai
dan penerimaan anak dengan baik.
G. Manajemen Kelas
Manajemen berasal dari bahasa inggris management yang berarti pengelolaan yaitu proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Maksud manajemen kelas adalah
mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut
dapat berpengajaran efektif.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan berpengajaran maupun sebagai
kelompok berpengajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran/pengajaran
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot berpengajaran yang mendukung dan
memungkinkan siswa berpengajaran sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual
siswa dalam kelas.
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996:2)
C. Aspek, Fungsi, dan Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, memberi doeongan kekuatan kelas,
situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif (Lois V. Johson dan Mary A. Bany. 1970)
Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas
yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu
kelompok dalam pembagian tugas, pembentukan kelopok, kerjasama dalam menentukan
tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok
atau kelas, membantu prosedur kerja, dan merubah kondisi kelas.
Memelihara agar tugas-tugas dapat berjalan lancar. Masalah manajemen kelas dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah kelompok.
D. Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas
Prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan
bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses
pembelajaran/pengajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas yaitu pencegahan dan penyembuhan. Adapun langkah-
langkah pencegahan sebagai berikut:
Mengidentifikasi masalah
Menganalisis masalah
Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Mendapatkan balikkan
Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat manajemen kelas
Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi
Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang
dilakukan peserta didik
Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas
Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas.
Guru mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan manajemen kelas maupun
manajemen pembelajaran/pengajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk
berpengajaran sangat diperlukan karena hanya dengan situasi berpengajaran seperti itulah tujuan akan
tercapai.
H. Evaluasi Pembelajaran
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi yaitu tes, pengukuran dan penilaian. (test,
measurement and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pernyataan
(Djemari Mardapi, 2008:67) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.
Pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau penetapan angka
tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa
berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luar dari
tes, misalnya dengan pengamatan, skaala rating atau cara lain untuk memproleh informasi dalam bentuk
kuantitatif.
Penilaian memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham (1995:3) mendefinisikan assement
dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara forml untuk menentukan status siswa berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan penilaian sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, kurikulum atau program, institusi atau segala sesuatu
yang berkaitan dengan institusi. Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assesment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan evaluasi merupakan suatu proses atau
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh
mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai sehingga
bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk
program selanjutnya. Tujuan evaluasi adalah untuuk memproleh informasi yang akurat dan objektif
tentang suatu program.
2) Program pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Saparudin (2008:3-4) ada dua kepentingan untuk dua
istilah program yaitu pengertian secara khusus dan umum. Secara umum “program” dapat diartikan
sebagai rencana yaitu rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Dalam buku yang lain
suharsimi (2008:291) mendefinisikan program sebagai suatu kegiatan yang rancang secara seksama
sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000:9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba
diharapkan dengan harapan akan mendatangkan hasil/pengaruh.
3) Kegunaan mengevaluasi
Mengkomunikasikan program kepada publik
Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Penyempurnaan program yang ada
Meningkatkan partisipasi
Objek evaluasi pembelajaran/pengajaran
I. Pekembangan Siswa sebagai Dasar Pembelajaran/pengajaran
a. Definisi dan Makna Perkembangan
Perkembangan merujuk kepada perubahan yang siistematis yang terjadi sepanjang siklus
kehidupan manusia. Perkembangan adalah proses yang kompleks karena perkembangan
merupakan hasil dari berbagai proses biologi, kognitif, sosiaal dan moral. Di dalam
perkembangan terjadi proses biologis, kognitif dan sosial. Proses biologis melibatkan perubahan
fisik individu. Proses kognitif mencakup perubahan berpikir, kecerdasa dan bahasa anak. Proses
sosial mencakup perubahan hubungan anak dengan orang lain, emosi dan kepribadian.
b. Aspek-aspek Perkembangan Anak
Perkembangan Motorik dan Persepsi
Implikasi sebagai Proses Pembelajaran/pengajaran
K. Perkembangan Kognitif dan Kesiapan Belajar
Perkembangan Berpikir
Perkembangan Pribadi dan Sosial
Pendekatan Perkembangan Pembelajaran di Sekolah Dasar
Perkembangan Individual dalam Pendekatan Perkembangan
LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Hubungan Bimbingan Dengan Pendidikan
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara
bimbingan konseling dengan pendidikan, lebih khusus lagi antara bimbingan dan pendidikan.
Hal ini disebabkan bahwa bimbingan lebih banyak berbicara masalah pencegahan atau preventif,
informasi dan orientasi, walaupun ada bicara mengenai penyelesaian masalah problem solving,
namun dalam skala yang terbatas.
Demikian juga yang terlihat pada pendidikan, dimana pendidikan sangat banyak
memberikan informasi, orientasi, bimbingan dan tuntunan kepada klien agar mereka lebih
terarah, terfokus dan berbuat sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga halnya kedudukan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan, paling tidak terlihat pada kegiatan pendidikan,
dimana ketiga-tiganya juga bagian dari konseling, yaitu:
1. Bidang instruksional dan kurikulum. Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam
kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap
kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan
merupakan tanggung jawab dari setiap pengajar.
2. Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang
menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan
dengan cara melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung
jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti
perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas, pengawasan dan sebagainya.
3. Bidang pembinaan pribadi. Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Bidang ini terasa penting, karena proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila para
peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana hidup yang kondusif
Hallen, 2005: 34- 35. Proses belajar-mengajar yang baik, efektif dan efisien dan kegiatan
pendidikan yang baik dan ideal akan tercapai jika ketiga aspek tersebut selalu berintegrasi dan
berkesinambungan.
Disaat proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana dengan baik, peserta didik tidak
dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya, lambatnya peserta didik dalam menerima
dan mencerna pelajaran, tidak konsentrasinya peserta didik dalam proses mengajar, kurikulum
selalu berubah dan fasilitas yang kurang mendukung, kemampuan guru yang terbatas dalam
mengajar, pelajar mendidik tidak mampu menguasai kelas dan banyak lagi persoalan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar, semua ini tentunya memerlukan penyelesaian atau
pemecahan masalah, disinilah peranan bimbingan dan konseling mutlak diperlukan.
Masalah yang hampir sama juga terlihat pada aspek pembinaan pribadi. Pembinaan
pribadi mutlak diperlukan, karena dari sinilah sebenarnya berawal segalanya, artinya kalau
kepribadian seseorang telah baik, maka besar kemungkinan problempun sangat kecil bahkan
tidak ada sama sekali. Tetapi, permasalahan yang sering ditemukan di lapangan adalah
banyaknya pelajar klien yang tidak dapat menerima dirinya, tidak puas terhadap apa yang
dimilikinya, sulit beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain, perasaan bersalah yang
berlebihan, tidak punya kepercayaan diri, memiliki kepribadian yang menyimpang, mengganggu
orang lain, mengancam, iri, dengki, khianat, takabur dan sebagainya Lubis, 2006: 34.
Dalam mencermati beberapa persoalan seperti ini diperlukan pemikiran dan analisis
yang tajam untuk memulai dari mana harus datang dan memulai penyelesaian masalah dalam
menghadapi beberapa persoalan pribadi seperti yang disebutkan di atas, diperlukan suatu
telaahan yang serius dan tentunya peranan konselor dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan
demikian, terlihatlah kedekatan antara bimbingan dan konseling terhadap pendidikan serta
kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan.
Jenis-jenis Bimbingan di sekolah, Yusuf dan Nuhrisan 2005: 20 menyatakan ada 7 tujuh
jenis layanan yang dapat dilakukan oleh setiap guru pembimbing untuk setiap satuan pendidikan
atau sekolah. Jenis layanan yang mana yang akan digunakan oleh guru pembimbing dalam
bidang-bidang pribadi, sosial, belajar dan karir tergantung kepada :
Lubis 2006: 17 mengemukakan bahwa setiap jenis layanan yang disebutkan memerlukan
waktu 2 jam untuk satu kali kegiatan layanan bimbingan. Jenis layanan tersebut antara lain:
1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak
lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa terutama orang tua
siswa memahami lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.
2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak
lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa orang tua menerima dan
memahami informasi pendidikan.
3. Layanan penempatan dan penyuluhan yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat,
misalnya, penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan
atau program khusus.
4. Layanan bimbingan dan pembelajaran yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan siswa mengembangkan siswa berkenaan dengan sikap kebiasaan
belajar yang baik dan cocok.
5. Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa
dapat mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pemecahan masalah.
6. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi.
7. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan untuk membahas dan pemecahan masalah melalui
dinamika kelompok yang berbeda.
Tujuan bimbingan dan penyuluhan dalam pelajaran adalah memberi bantuan kepada anak
didik agar dapat menemukan caranya sendiri untuk belajar dengan metode yang lebih mudah dan
lebih efisien.
Disamping itu juga agar anak didik mengenal diri, yakni mengetahui kekurangan dan
kelebihannya dalam mempelajari tiap- tiap mata pelajaran, sehingga ia mampu dengan
berangsur- angsur menyesuaikan diri dengan jenis studi apa yang tepat bagi dirinya itu pada
waktu yang akan datang. Maksudnya ialah agar anak didik dengan sadar akan mampu menerima
kelompok khusus yang tepat bagi dirinya.
Mengingat bahwa pengajaran adalah alat dari pendidikan maka, tujuan bimbingan dan
konseling (penyuluhan) pada segi pelajaran tidak boleh terlepas dari tujuannya secara umum,
yakni untuk membantu anak didik dalam mebentuk wataknya sebagai jalan pembentukan
kepribadian yang berpancasila.
Mengingat hal- hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bimbingan pada umumnya dan
bimbingan dan konseling dalam pelajaran pada khususnya mempunyai arti yang sangat penting.
Selain itu tujuan pelayanan bimbingan bagi murid adalah (Djumhur, 1975: hlm 30) :
g. Membantu murid memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara
maksimum terhadap masyarakat
h. Membantu murid untuk hidup dalam kehidupan seimbang dalam berbagai aspek fisik,
mental dan sosial.
Layanan Dasar Bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua
siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.
Layanan Dasar Bimbingan bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu
siswa agar:
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu
siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi Layanan Dasar Bimbingan dapat
diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan,
disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi
yang dipandang utama bagi siswa SMP/SMA/SMK, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi
tersebut, diantaranya:
Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa sebagai berikut:
a. Pengembangan self-esteem.
b. Pengembangan motif berprestasi.
c. Keterampilan pengambilan keputusan.
d. Keterampilan pemecahan masalah.
e. Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
f. Memahami keragaman lintas budaya.
g. Perilaku yang bertanggung jawab.
2. Layanan Responsif.
Tujuan Layanan Responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya
dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi siswa yang
muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan pendidikan.
Materi Layanan Responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah
dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena
dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan
untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika dan
pergaulan bebas.
Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau
dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya yang
positif, karena tidak terpenuhi kebutuhan, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi
dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa ditempuh dengan menganalisis data
siswa yang bersumber dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara,
observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa, Alat Ungkap
Masalah (AUM).
Layanan Perencanaan Individual diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”.
Ketiga komponen program di atas merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling
kepada siswa secara langsung. Sedangkan Layanan Dukungan Sistem merupakan komponen
layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan-
kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan
masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli, masyarakat lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan.
Jenis-jenis layanan
- Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki wpemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
- Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam
rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
- Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan
dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
- Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
- Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan
karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.
- Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
- Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya
memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
- Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-
program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan
bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang
menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah
maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun
yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari
pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan
(individual).
Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran
bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan
baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan tersebut.
Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi
sasaran pelayanan/kegiatan
Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2
macam, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Kematangan
Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-
konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan
tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau
siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan
lagi kematangannya.
b. Kecerdasan(IQ)
c. Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk
mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan
dan ada pula yang datang dari luar individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman
dan guru.
d. Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam
pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai
sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya
akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQ-nya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial,
kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar.
Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga.
Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila
anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya
memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah belajar anaknya.
b. Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang
mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri
individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih
mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat
akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses belajar.
c. Guru
Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa,
hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar
pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami
alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru
sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor
masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan berlangsung.
e. Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib
Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995.
Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para siswa,
terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu. Seorang anak yang tidak
memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis kurang mampu, tetapi di sisi lain anak
tersebut berintelegensi tinggi, maka ia akan menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi
cita-citanya secara utuh. Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh ekonomi yang cukup, maka akan menemukan
kendala yang relatif serius.
Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi
yang tinggi, bersekolah di sekolah favorit dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba
ada, belum tentu dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi anak tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan
lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan,
perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang memungkinkan ketidak berhasilan siswa
tersebut. Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.
Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli dalam mencapai kemandirian.
Bimbingan dan konseling merupakan komponen integral sistem pendidikan pada setiap
satuan pendidikan, yang berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik/konseli agar
mencapai perkembangan yang utuh dan optimal. Sebagai komponen integral, wilayah bimbingan
dan konseling yang memandirikan secara terpadu bersinergi dengan wilayah layanan
administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum dan pembelajaran yang mendidik. Posisi
bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan digambarkan pada gambar.
Sebagai komponen yang terpadu dalam sistem pendidikan, bimbingan dan konseling
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud
kemampuan memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri, dan mengambil
keputusan, serta merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupannya. Pemetaan layanan bimbingan dan konseling pada satuan
pendidikan seperti tertera pada Gambar 1, menampilkan dengan jelas kesejajaran antara posisi
layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dengan layanan manajemen dan
kepemimpinan, serta layanan pembelajaran yang mendidik.
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagipedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.
4. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial
yang lebih luas.
5. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria
atau wanita.
6. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
8. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni;
10. Mencapai kematangan dalam kesiapan diri menikah dan hidup berkeluarga.
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan terdiri dari dua kata, yakni Administrasi dan Pendidikan. Keduanya
memiliki pengertian tersendiri. Administrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri
dari AD dan MINISTRO. Kata ad artinya intensif sedangkan ministro artinya melayani,
membantu, atau mengarahkan. Jadi, pengertian administrasi secara etimologis adalah
melayani atau mengabdi secara intensif terhadap subjek tertentu.
Sedangkan pendidikan itu sendiri menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar dan pembelajaran peserta didik
agar dapat secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Administrasi pendidikan adalah suatu proses pengintegrasian segala usaha kerja sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber personel dan material sebagai usaha untuk meningkatkan
pengembangan kualitas manusia secara efektif dan efisien
Administrasi juga memiliki unsur pokok. Menurut Siagian (1986) unsur pokok administrasi
adalah:
a) Adanya kelompok manusia (sedikitnya 2 orang)
b) Adanya tujuan yang akan dicapaI
c) Adanya tugas atau fungsi yang harus dilaksanakan (kegiatan kerja sama)
1. Dasar administrasi Pendidikan
Dasar diartikan sebagai suatu kebenaran yang bersifat fundamental yang dapat dijadikan
sebagai landasan dan pedoman bertindak dalam kehidupan masyarakat. Berikut beberapa
dasar yang harus diperhatikan oleh seorang administrator agar dapat mencapai
kesuksesan dalam tugasnya.
a) Prinsip efisiensi
Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efisien dalam
menggunakan semua sumber, baik tenaga, dana, fasilitas, waktu secara
tepat. Misalnya dalam melaksanakan programnya, dibutuhkan ketelatenan untuk
dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar tidak terjadi penyia-nyiaan waktu.
Begitupun secara materiil, segala kebutuhan untuk mencapai tujuan dimanfaatkan
sebaik mungkin tanpa harus menyia-nyiakan atau menggunakan secara boros.
Dalam artian sesuai dengan porsi yang dibutuhkan.
b) Prinsip pengelolaan
Hasil yang efektif dan efisien akan dapat dicapai bilamana dia mampu
memanajemenkan dengan merencanakan, mengoordinasi, mengarahkan, dan
mengontrol segala kegiatan dengan benar.
c) Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
Mengutamakan pengelolaan dan menghindari terlalu sibuk dengan tugas-tugas
operatif. Kegiatan pengelolaan adalah kegiatan memanajemen, yakni
merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan kegiatan operatif adalah kegiatan mengarahkan dan
membina setiap orang agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban bagi
mereka dapat terlaksana dengan tepat dan benar.
d) Prinsip kepemimpinan yang efektif
Memperhatikan dimensi hubungan antar manusia, dimensi pelaksanaan tugas, dan
dimensi situasi serta kondisi yang ada. Dimensi yang pertama adalah sebagai
seorang pemimpin harus memelihara hubungan baik antara bawahannya. Dalam hal
ini berarati, sebagai seorang pemimpin ia harus mengenal kepentingan-kepentingan
bawahannya, memberikan motivasi untuk bekerja demi kepentingan pribadi
maupun kepentingan organisasi, serta mengusahakan adanya kepuasan bekerja.
Dimensi kedua yaitu, setiap anggota organisasi mampu menyelesaikan tugas secara
baik dan tepat pada waktunya. Tidak terlalu mengutamakan kewajiban bekerja,
sampai melupakan kegairahan bekerja dan kepentingan pribadi bawahannya.
Dimensi yang ketiga yaitu, memperhitungkan taraf kematangan anggota organisasi
dan situasi yang ada.
e) Prinsip kerja sama
Mampu mengembangkan kerja sama antara orang-orang yang terlibat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari administrasi pendidikan
adalah mengutamakan pengelolaan tugas bidang administrasi secara efektif dan
efisien serta menjalin hubungan kerja sama dengan orang-orang yang terlibat di
dalam kegiatan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan.
2. Tujuan administrasi Pendidikan
Tujuan Administrasi pendidikan di sekolah dapat dibedakan atas tujuan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
a. Tujuan jangka pendek
Tujuan administrasi pendidikan jangka pendek adalah agar tersusun dan
terlaksananya suatu sistem pengelolaan instrumental suatu proses pendidikan di
sekolah secara efektif dan efesien serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
b. Tujuan jangka menengah
Tujuan administrasi pendidikan jangka menengah adalah menunjang tercapainya
tujuan institusional masing-masing jenis dan jenjang pendidikan seperti yang
digariskan oleh kurikulum.
c. Tujuan jangka Panjang
Tujuan jangka panjang administrasi pendidikan adalah untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang digariskan dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Pasal 3 meyebutkan, “
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab
3. Fungsi administrasi Pendidikan
Diantara fungsi administrasi pendidikan adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan memikirkan dan memilih segala tindakan yang akan
dilakukan demi tercapainya maksud dan tujuan pendidikan.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan kerja sama
sebagai wujud kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan Pendidikan
c) Pengkoordinasian (Coordination)
Koordinasi adalah kegiatan mengumpulkan dan menyatupadukan segala sumber
baik personil, materiil, pikiran, teknik, dan tujuan ke dalam suatu hubungan yang
harmonis dan produktif agar selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha
dalam mencapai tujuan sekolah.
d) Pembiayaan
Pembiayaan adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan. Dimulai dari perencanaan biaya, usaha
mendapat dana, peggunaan dana, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
e) Penilaian
Penilaian terhadap seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, mengetahui
kelebihan dan kelemahan program yang dilaksanakan, memperoleh dasar
pertimbangan ketepatan waktu berhasilnya pekerjaan, menjamin cara kerja yang
efektif dan efisien
4. Ruang lingkup administrasi Pendidikan
Bidang-bidang yang tercakup dalam administrasi pendidikan sangatlah banyak dan luas.
Namun, perlu diketahui oleh para kepala sekolah dan para guru hal-hal berikut ini:
a. Bidang tata usaha sekolah, meliputi:
1. Organisasi dan struktur pegawai tata usaha
2. Anggaran belanja keuangan sekolah
3. Masalah kepegawaian dan personalia sekolah
4. Keuangan dan pembukuannya
5. Korespondensi atau surat-menyurat
6. Masalah pengangkatan pemindahan, penempatan, laporan, pengisian buku
induk, rapot, dan sebagainya.
b. Bidang personalisa murid, yang meliputi:
1. Organisasi murid
2. Masalah kesehatan murid
3. Masalah kesejahteraan murid
4. Evaluasi kemajuan murid
5. Bimbingan dan penyuluhan bagi murid
c. Iuran sekolah
Termasuk dalam golongan ini adalah sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) atau
BP3, yaitu bantuan dana yang diterima dari peserta didik atau orang tua siswa pada
setiap bulan yang di setorkan ke kantor dinas pendidikan.
d. Sumbangan-sumbangan sukarela dari masyarakat
Termasuk dalam golongan ini adalah sumbangan-sumbangan swasta, perorangan atau
keluarga, badan-badan sukarela dan kelompok. Sumbangan perorangan atau keluarga
siswa tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga tanah, tenaga dan bahan bangunan
untuk mendirikan sekolah.
4. Jenis-jenis pengeluaran Pendidikan
Dimensi alokasi secara garis besar digolongakn ke dalam dua jenis pengeluaran, yaitu
pengeluaran rutin yang sufatnya berulang (recurrent expenditure) atau aktiva lancar dan
pengeluaran kapital/modal (capital expenditure) atau aktiva tetap.
Pengeluaran rutin atau berulang adalah biaya yang digunakan secara berkala dalam suatu
masa tertentu (bulanan atau tahunan) seperti gaji guru, gaji pengelola, upah pegawai,,
pembelian bahan-bahan ATK, biaya pemeliharaan gedung, halaman sekolah, dan dana-
dana operasional.
Dana yang dipergunakan dalam kegiatan rutin ini memrlukan pengelolaan yang baik,
terutama bagi lembaga pendidikan swasta (swadana) atau tidak terdapat bantuan
pemerintah.
Untuk ini perlu dikuasai prinsip-prinsip pengelolaan kas, pengelolaan utang, dan
pengelolaan barang/ fasilitas. Pengelolaan kas terutama menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
a. penentuan jumlah uang tunai kas yang diperlukan agar tidak berlebihan dan juga
tidak terlampau kecil,
b. pengendalian aliran-aliran uang tunai, baik yang masuk ke sekolah maupun yang
dikeluarkan oleh sekolah. Sedangkan pengelolaan utang menyangkut syarat-syarat
dan sanksi-sanksi yang dikenakan jika meminjam dana dari pihak luar baik jangka
panjang ataupun janga pendek. Dalam hal ini perlu diperhitungkan masak-masak
berapa jumlah uang yang layak/rasional untuk diinventarisasikan dalam pendidikan.
Demikian pula dengan biaya modal atau aktiva tetap yang dipergunakan untuk
mendirikan bangunan sekolah, pembelian tanah, sarana pendidikan lainnnya, kantin,
poliklinik, sarana olah raga (sport hall) yang relatif besar, memerlukan pengelolaan
dengan baik.
5. Peran guru dalam Administrasi Keuangan Sekolah
Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala sekolah namun demikian,guru
diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya ini meskipun
menambah beban mereka juga memberikan kesempatan untuk ikut serta mengarahkan pe
mbiayaan itu untuk perbaikan proses belajar mengajar (Alfafa, 2015).
Beberapa peran guru dalam administrasi keuangan ini meliputi:
a. Membuat file keuangan sesuai dengan dana pembangunan.
b. Membuat laporan data usulan pembayaran gaji, rapel ke Pemerintah Kota.
c. Membuat pembukuan penerimaan dan penggunaan dana pembangunan
d. Membuatlaporan dana pembangunan padaakhir tahun anggaran.
e. Membuat laporan Rancangan Anggaran Pendapatan Bantuan Sekolah(RAPBS).
f. Membuat laporan tribulan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
g. Menyetorkan pajak PPN dan PPh.
h. Membagikan gaji atau rapel.
i. Menyimpan dan membuat arsip peraturan keuangan sekolah.
F. Administrasi Humas
1. Pengertian humas Pendidikan
Humas merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pengelolaan pendidikan,
karena keberhasilan suatu lembaga pendidikan juga sangat ditentukan oleh berfungsi atau
tidaknya humas pendidikan.
Dalam bahasa inggris humas disebut dengan “public relation”, oleh sebab itu yamg
menjadi dasar dari humas tersebut adalah komunikasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa humas pendidikan adalah
serangkaian kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara
sekolah dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di dalam maupun di luar organisasi.
Hubungan yang harmonis itu ditandai oleh beberapa hal antara lain:
a. Adanya saling pengertian antara sekolah dengan pihak-pihak yang terkait.
b. Adanya kegiatan saling menbantu dan saling melengkapi antara sekolah dengan
masyarakat, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan
disekolah.
c. Adanya kerjasama yang erat antara sekolah dengan pihak-pihak yang
ikut bertanggung jawab atas sukses nya pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
bersangkutan.
Adapun tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
2) Untuk meningkatkan tujuan dan kualitas kehidupan masyarakat.
3) Untuk mengembangkan antusias atau semangat masyarakat dalam membantu
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Jenis-Jenis Humas Pendidikan
Humas pendidikan melibatkan banyak unsur antara lain kepala sekolah, guru, orang tua
murid/siswa, masyarakat dan pemerintah. Dengan memperhatikan unsure-unsur tersebut
maka humas pendidikan dapat dikelompokkan kepada:
1) Ditinjau dari formal atau tidak formal komunikasi yang digunakan maka humas
pendidikan terdiri dari:
1) Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang dilakukan secara resmi oleh petugas-
petugas yang ditunjuk oleh sekolah
2) Komunikasi informal, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam suasana yang tidak
resmi, tidak melalui jalur –jalur sistimatis atau jalur- jalur yang telah ditentukan
2) Dilihat dari arah komunikasi, maka humas pendidikan tersebut dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Kounikasi keatas atau “bottom up” yaitu komunikasi yang dilakukan oleh
bawahan atauorang yang lebih rendah kepada atasan atau orang yang lebih tinggi
kedudukan nya. Komunikasi ini lebih bnyak berbentuk laporan, keluhan atau
saran.
b. Komunikasi kebawah atau “top down” yaitu omunikasi yang dilakukanoleh
orang atau badan yang lebih tinggi kedudukan nya kepada orang yang lebih
rendah, atau dari atasan kepada bawahan. Komunikasi dalan bentuk ini
lebihbnyak dalm bentuk perintah, tugas, teguran, edaran an sebagainya
c. Komunikasi mendatar atau “horizontal” yaitu komunikasi yang dilakukan antara
orang atau badan yang setara atau sama derajat nya, misalnya komunikasi
sesama guru, sesame kepala sekolah, dan sebagainya.
3) Ditinjau dari hubungan nya dengan organisasi, maka komunikasi itu dapat
dikelompokkan kepada:
a. Komunikasi internal, yaitu komunikasi yang terjadi didalam lingkungan
organisasi atau sekolah yang bersangkutan.
b. Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi yang terjadi antara satu oganisasi
dengan organisasi lainnya
3. Tujuan kerjasama sekolah dan masyarakat
Tujuan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin
dicapai oleh sekolah.
2) Meningkatkan pemahaman sekolah tentang keadaan dan aspirasi masyarakat
tentang sekolah.
3) Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran
pendidikan atau sekolah dalam pembangunan.
4) Membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat untuk dapat membantu
sekolah.
5) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tanggung jawab sekolah untuk
memenuhi harapan masyarakat mengenai hal-hal yang mungkin disumbangkan
sekolah terhadap kepentingan masyarakat.
6) Mengusahakan dukungan dan bantuan dari masyarakat untuk memperoleh sumber-
sumber yang diperlukan dalam rangka memenuhi dan meningkatkan keperluan
sekolah.
7) Sekolah dapat memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lainnya demi kemajuan
sekolah.
4. Penyelenggaraan humas Pendidikan
Penyelenggaraan humas pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi proses dan
dari segi jenis kegiatan.
1) Dari Segi Proses
Dari segi proses, humas pendidikan meliputi kegiatan:
a. Perencanaan program
Dalam merencanakan humas pendidikan perlu dipertimbangkan beberapa hal,
antara lain: dana yang tersedia, keadaan masyarakat, areal jangkauan, sarana
serta media dan teknik yang digunakan. Untuk itu dapat dilakukan beberapa
kegiatan antara lain
Mengembangkan kebijaksanaan
Perlu memahami kegiatan masyarakat
Menentukan sasaran dan jenis kegiatan
Menentukan kriteria
b. Pengorganisasi
Perlu disusun hubungan sekolah dan masyarakat secara baik dan terencana.
Hubungan ini harus dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan pihak-pihak
terkait.
c. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah adanya koordinasi antara
bagian-bagian yang terkait dalam melakukan kegiatan humas tersebut. Begitu
juga dalam penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi dengan perencanaan
yang telah dibuat.
d. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi usaha
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2) Dari segi kegiatan
Dari segi kegiatan, humas tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara:
a. Tatap muka
Teknik tatap muka tersebut dapat berupa:
Tatap muka kelompok
Tatap muka individual
Kunjungan ke sekolah
Kunjungan kerumah murid
b. Laporan kepada orang tua
Laporan sekolah kepada orang tua dapat berupa buku rapor, yaitu buku
kemajuan- kemajuan hasil belajar anak di sekolah.
c. Publikasi sekolah
Publikasi sekolah adalah kegiatan memberikan informasi kepada orang
tua/wali murid dan pihak-pihak yang membutuhkan tentang kegiatan-kegiatan
yang telah dan yang akan dilakukan sekolah. Kegiatan ini dimaksud agar
sekolah dapat dukungan positif dari orang tua/wali kelas dan dari masyarakat
pada umumnya.
SUPERVISI PENDIDIKAN
Supervisi adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
dan prestasi pendidikan. Atau bantuan yang diberikan kepada guru dan seluruh staf untuk
mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik.
Arti morfologis
Supervisi berasal dari bahasa inggris “ supervision” yang tersdiri dari dua perkataan
“suoer” dan “vision”.super berarti atas atau , sedangkan vision berarti melihat atau meninjau
Arti semantic
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar
pada khususnya.
Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli
Good Carter, Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi
pengajaran. God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
Boardman. Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir
dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual
maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap
murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi
modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat
modern.
Wilem Mantja (2007) Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor
(jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan
(tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan
peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk
perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan
Kimball Wiles (1967) Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut :
“Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Kimball
Wiles beranggapan bahwa faktor manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yg lebih baik.
Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus
yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan
tugas.
Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang
bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum. Ross L memandang
supervisi sebagai pelayanan kapada guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan.
Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
2. TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Yakni dilaksanakan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab sehingga guru merasa
perlu untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru.
Prinsip Kerja Sama
Yakni mengembangkan usaha bersama atau “sharing of idea, sharing of experience” serta
memberi support, dorongan dan menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
Prinsip Demokratis dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitasnya jika
supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan menakutkan.
4. FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan
prasarana.
Membantu serta membina guru dengan cara memberikan petunjuk sehingga keterampilan
dan kemampuannya meningkat.
Membantu kepala sekolah/ guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
5. KEGIATAN TEKNIK SUPERVISI
1. Kunjungan Kelas
Supervisor menginjak ruang ruang belajar pada pelaksaan KBM. Teknik ini dilaksanakan dengan
tiga cara, yaitu:
Direncanakan pengawas dan diumumkan kepada guru yang bersangkutan
Direncanakan oleh pengawas, namun tidak diumumkan kepada guru yang bersangkutan
Direncanakan oleh guru, lantas mengundang pengawas.
Kunjungan ruang belajar ini bertujuan untuk mengoleksi informasi dalam rangka
penambahan kualitas proses dan hasil pembelajaran bukan menilai kondite.
2. Pertemuan Pribadi
Pertemuan pribadi ialah dialog antara pengawas dan guru tentang usaha-usaha meningkatkan
keterampilan profesional guru. Pertemuan pribadi dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:
Pertemuan individu sebelum trafik kelas
Pertemuan ini merundingkan upaya perbaikan proses pembelajaran sampai-sampai akan
menjadi konsentrasi obserfasi kelas.
Pertemuan individu sesudah trafik kelas.
Pertemuan ini membicarakan keunggulan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah
dilakukan sehingga menjadi umpan balik bagii guru untuk membetulkan dan
meninghkatkan proses pembelajaran.
3. Rapat Dewan Guru
Rapat dewan guru adalahpertemuan antar seluruh guru dan kepala sekolah yang membicarakan
sekian banyak hal yang mencantol penyelenggaraan edukasi dan proses pembelajaran. Maksud
rapat dewan guru:
Mengatur semua anggota staff supaya memiliki keserupaan tujuan
Mendorong anggota supaya mengetahui tangung jawab masing-masing
Bersama-sama menilai teknik yang dapat dilaksanakan perbaikan PBM
Meningkatkan arus komunikasi dan informasi.
4. Kunjungan Antar Kelas
Guru dikelas yang satu berangjangsana ke ruang belajar yang beda dalam satu lingkungan
sekolah.
6. Kunjungan Sekolah
Pengawas mendatangi sekolah secara tertata untuk menyerahkan pembinaan, baik dengan
pengumuman maupun seketika atau atas undangan guru atau kepala sekolah.
7. Kunjungan antar sekolah
Guru-guru atau staff mendatangi sekolah-sekolah yang dinilai sukses dan patut dijadikan contoh.
Pengawas bisa memanfaatkan guru sekolah beda untuk menyerahkan pembinaan.
8. Penerbitan buletin profesional
Buletin profesional merupakan selebaran rutin yang mengandung topik-topik tetentu sehubungan
dengan usaha penambahan proses belajar-mengajar. Buletin ini tidak haru sditulis oleh semua
ahli, tetapi seluruh guru atau staff yang telah memiliki pengalaman keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
9. Penataran atau edukasi dan pelatihan
Penataran atau diklat dapat dilakukan dari sekolah sendiri atau mengekor program yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
10. PEMBINAAN GURU
Peningkatan kinerja guru menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran yang nantinya akan berefek kepada mutu lulusan dan akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan
berbagai hal untuk mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru agar guru memiliki kinerja
yang baik. Diantaranya adalah dengan memberikan peluang untuk menempuh pendidikan yang
lebih tinggi, mewajibkan kepada guru menempuh pendidikan minimal strata satu, memberikan
pelatihan dan seminar dan memberikan tunjangan sertifikasi.
Namun faktanya, kualitas dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan
yang diharapkan. Di Indonesia jumlah guru menurut data Kemendikbud ada sebanyak 3.015.315
guru. Dari jumlah itu, sebanyak 2.294.191 guru berstatus PNS dan guru tetap yayasan (GTY).
Sedangkan sisanya sebanyak 721.124 guru berstatus guru tidak tetap (GTT) dan tidak
bersertifikasi. Dari 3 (tiga) juta guru tersebut tidak sedikit yang masih bermasalah, baik dari segi
profesionalisme maupun kepribadian.3 Data ini memperkuat dugaan bahwa kualitas dan
kompetensi guru masih jauh dari harapan pendidikan Indonesia.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya kualitas guru Indonesia.
Rendahnya honor guru terutama guru swasta membuat mereka harus bekerja diluar jam mengajar
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akibatnya kewajibannya sebagai pengajar
menjadi terbengkalai. Guru merasa cukup dengan satu gelar dan selembar sertifikat yang
menyatakan guru profesional tanpa dibarengi dengan usaha belajar terus-menerus dan perbaikan
kinerja. Rendahnya intensitas pengawas pendidikan juga berpengaruh dalam melakukan kegiatan
supervisi akademik. Kalaupun pengawas datang ke sekolah mereka hanya datang ke ruang
kepala sekolah tanpa melihat ruang-ruang kelas. Masih sangat sedikit kepala sekolah yang
memahami perannya sebagai supervisor. Sehingga sulit ditemukan kepala sekolah yang mau
datang dari kelas ke kelas untuk melakukan kegiatan kunjungan kelas dalam rangka menjalankan
peran sebagai supervisor akademik. Pemerintah saat ini memang tidak pernah secara periodik
melakukan pembinaan dan pelatihan untuk guru-guru. Padahal, semestinya pembinaan dan
pelatihan dilakukan secara periodik untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru.
Dengan demikian pembinaan dan pelatihan terhadap kinerja guru merupakan sebuah
keharusan yang wajib dilaksanakan oleh kepala sekolah. Dalam upaya peningkatan kinerja guru
di sekolah maka dibutuhkan sebuah program pembinaan yang terencana dengan baik, sehingga
dengan pembinaan tersebut diharapkan kinerja guru juga akan meningkat.
Realitas seperti itu terjadi di banyak sekolah, salah satunya adalah di SD An-Nisaa’ Kota
Tangerang. Lembaga yang berdiri sejak 1995 memiliki 51 guru, baik yang berstatus guru tetap
maupun guru kontrak. Namun, setelah 4 tahun yang lalu kuota guru tetap sudah terpenuhi, maka
pihak personalia sekolah hanya membuka rekrutmen tenaga pendidik/guru untuk status guru
kontrak yang diselenggarakan minimal satu tahun sekali sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Permasalahan yang ditemukan di SD An-Nisaa’ untuk pembinaan guru ialah penanganan untuk
masing-masing guru khususnya karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut mengharuskan
pelaksana pembinaan menerapkan gaya yang berbeda untuk tiap guru tersebut. Namun untuk
pembinaan yang bersifat instruksi, pelaksana 4 menerapkan 1 gaya untuk dilakukan ke semua
guru.4 Permasalahan ini berpengaruh terhadap kinerja guru, sebab kemampuan yang dimiliki
oleh guru harus selalu dikembangkan dan harus berkompeten dibidangnya, sehingga nantinya
akan bermuara kepada kinerja guru yang optimal dalam proses pengajaran.
Supervisi menjadi hal yang penting bagi kepala sekolah, karena kepala sekolah memiliki
tanggung jawab terhadap kinerja guru.