Anda di halaman 1dari 69

BAHAN AJAR

PROFESI KEPENDIDIKAN

H:
NAMA : DESI ADIANA MALEKOSA
NIM : 197111012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022
KOMPETENSI GURU DAN 4 KOMPOTENSI YANG HARUS DIMILIKI
GURU

A. Kompetensi Guru

Standar Kompetensi Guru adalah beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran


karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara menyeluruh membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman
terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi,
dan profesionalisme

Guru merupakan komponen paling utama dalam sistem pendidikan secara keseluruhan
yang harus mendapatkan perhatian yang maksimal. Figur ini akan mendapat sorotan
strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan
komponen manapun dalam sistem pendidikan.[1] Guru mempunyai peran yang sangat
strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan
profesional.

B. Kompetensi Pedagonik

Pengertian kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan atau keterampilan guru untuk
mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan siswa. 7
aspek dalam kompetensi Pedagogik yang wajib dikuasai Guru Pintar adalah:

 Memahami karakteristik siswa

Pemahaman akan karakteristik siswa yang diajar, Guru Pintar dapat merancang
strategi pembelajaran yang tepat bagi setiap siswa untuk membantu keberhasilan
sebuah proses pembelajaran. Karakteristik siswa yang wajib diperhatikan meliputi
aspek intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dan lingkungan.

 Menguasai teori-teori dan prinsip-prinsip pada pembelajaran

Guru Pintar harus dapat menjelaskan teori pelajaran dengan jelas terhadap siswa
dengan menerapkan pendekatan, strategi, teknik, dan metode kreatif yang mampu
membuat siswa mudah memahami pelajaran.

Mampu mengembangkan kurikulum


Menyusun silabus dan RPP sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan adalah salah
satu aspek kompetensi pedagogik. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada
relevansi, efisiensi, efektivitas, kontinuitas, integritas, dan fleksibilitas.

 Mampu memberikan pendampingan

Guru Pintar tidak boleh hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran. Kegiatan
pendampingan untuk mengoptimalkan tingkat pemahaman siswa pada pelajaran
atau konsep yang diajarkan harus dilakukan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran akan dapat dicapai.

 Mampu mengembangkan potensi siswa

Siswa memiliki potensi yang tidak sama. Guru Pintar harus mampu menganalisis
hal tersebut sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Hal ini
memiliki tujuan supaya setiap siswa dapat melejitkan potensinya.

 Mampu berkomunikasi dengan baik

Kemampuan berkomunikasi dengan efektif saat menyampaikan pengajaran wajib


dimiliki oleh seorang guru. Guru Pintar juga harus menjadi contoh bagaimana
cara berkomunikasi dengan santun dan penuh empati pada siswa.

 Mampu mengadakan penilaian dan evaluasi belajar dengan baik

Penilaian pembelajaran tidak hanya untuk mengukur hasil belajar tetapi juga
untuk proses belajar. Sedangkan evaluasi terhadap efektivitas pembelajaran juga
harus dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar sudah berada pada jalur yang
tepat dan melakukan perbaikan-perbaikan jika ada hal yang perlu diperbaiki.

C. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian guru sangat berkaitan dengan karakter personal. Indikator yang
mencerminkan kepribadian positif seorang guru adalah supel, sabar, disiplin, jujur,
rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas, berakhlak mulia, dan selalu bertindak
sesuai norma sosial & hukum.

Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru juga berpengaruh pada kepribadian siswa.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan oleh Guru Pintar harus dapat menjadi jadi
teladan bagi para siswa supaya mereka juga memiliki kepribadian yang baik dan positif.

D. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan atau keterampilan yang wajib


dimiliki supaya tugas dan fungsi guru dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Kompetensi
professional berkaitan dengan kinerja guru yang merujuk keterampilan teknis guru.
Indikator kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:

 Mampu menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Hal ini meliputi struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuannya.

 Memiliki penguasaan yang baik terhadap standar kompetensi pelajaran(SK),


kompetensi dasar pelajaran(KD), dan juga tujuan pembelajaran dari suatu
pelajaran yang diampu.

 Memiliki kemampuan untuk mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif


sehingga bisa memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi siswa.

 Mampu dan mau bertindak reflektif untuk mengembangkan profesionalismenya


sebagai seorang guru secara berkelanjutan.

 Mampu dan mau memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam


proses pembelajaran untuk menjawab tantangan zaman.

Seorang guru yang menguasai kemampuan dan keahlian khusus seperti yang sudah
dijelaskan di atas, akan dapat menjalankan fungsi dan tugas guru dengan baik. Sehingga
guru dapat membimbing seluruh siswanya untuk mencapai standar kompetensi yang
sudah ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan.

E. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial  adalah keterampilan dalam berkomunikasi, bersikap dan berinteraksi


secara umum, baik itu dengan siswa, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa,
hingga dengan masyarakat luas. Indikator dari Kompetensi Sosial Guru dapat dilihat
sebagai berikut:

 bersikap inklusif, objektif, dan tidak mendiskriminasikan siswa karena latar belakangnya
baik itu yang berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin, ras, latar
belakang keluarga, dan agama.

 Berkomunikasi dengan efektif dengan menggunakan bahasa yang santun dan


menunjukkan empati pada sekelilinnya.

 Berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan baik.

 Memiliki kemampuan beradaptasi saat menjalankan tugas sebagai guru dalam


keberagaman lingkungan yang terdiri dari bermacam-macam ciri sosial budaya.
ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK
DALAM KEPENDIDIKAN
A. Organisasi profesi pendidikan
Suatu profesi bila ingin maju memerlukan organisasi yang sehat. Organisasi dapat
melindungi seluruh anggotanya. Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima
bahwa jabatan kependidikan/keguruan merupakan suatu profesi. Profesi keguruan didukung oleh
suatu disiplin ilmu, yaitu keguruan dan ilmu pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan
organisasi profesinya. Dari pekerjaan seorang guru memperoleh imbalan finansial dari
masyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikannya.
Jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menyatakan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi, di Indonesia PGRI atau Guru
Republik Indonesia didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai wujudan
aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa (Hermawan S.,1989). Salah satu
tujuan PGRI adalah mempertimbang kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).
Basuni menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu:
1. Misi politis/ideology.
2. Misi persatuan organisatoris.
3. Misi profesi.
4. Misi kesejahteraan.
Dalam praktiknya, misi politisi/ideology, dan misi persatuan/ organisasi lebih menonjol relasinya
dalam program-program PGRI. Dalam pelaksaanaan misi lainya, misi kesejahteraan,
kelihatannya masih perlu ditingkatkan. Sememtara pelaksanaan misi ketiga, misi profesi, belum
tampak kiprahnyatanya dan belum terlalu melembaga.
Dalam kaitanya dengan pengembangan professional guru, PGRI sampai saat ini mengendalikan
pihak pemerintah misalnya dalam merencanakan dan, elakukan program-program penataran guru
serta program peningkatan mutu lainya. Kebanyakan kegiatan biasnya dilakukan bersamaan
dengan kegiatan peringatan ulang tahun atau kongres, baik di pusat maupun di daerah (Sanusi et,
al 1991). Oleh karena itu, peranan organisasi peningkatan mutu professional keguruan belum
begitu menonjol.

B. Fungsi Organisasi Kependidikan


Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai
pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesionalanya, dan
memiliki fungsi peningktan kemampuan profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan
berikut ini.
1. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu orgnaisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu
dorongan yang menggerakkan para professional untuk organisasi keprofesian. Motof
tersebut begitu bervariasi, ada yang ersifat social, politik, ekonomi, kultural, dan
bervariasi, ada yang bersifat system nilai. Namun, umumnya dilatarbelakangi oleh dua
motif, yaitu motof insrinsik dan ekstrisik. Secara instrinsik, para professional terdorong
oleh keinginan mendapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang
diembanya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya
sebaik dan seiklasnya mungkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan
masyarakat pengguna jasa profesi yang semakin hari semakin kompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu profesi yang
secara teoriritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual.kesadaran atas
realitas ini menyebabkan para professional membentuk organisasi kependidikan,
merupakan organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagi potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat
pengguna-pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut
diharapkan organisai profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam
menetukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi
dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan
kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi penigkatan kemampuan professional
Fungsi kedua dan organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan profesinal para
pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP Np. 38 tahun
1992, pasal 61 yang berbunyi: “Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan pfosesi
sebagai wadah untuk Meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.”
PP tersebut menujukan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para
anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
melalui organisasi atau ikatan profesi kependididkan. Bahkan dalam UUSPN Tahun
1989, pasal 31: Ayat 4 dinyatakan bahwa: Tenaga kependidikan berkewajiban untuk
berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Kemampuan yang
dimaksud adalah apa yang disebut denga istilah kompetensi merupakan kecakapan atau
kemampuan mengerjakan pendidikan. Peningkatan kemampuan professional tenaga
kependidikan berdasarkan kurlikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu
program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat
dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang
dapat diakreditasi secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Program tidak terstruktur
adalah program pembinaan dan pengmbangan tenaga kependidikan yang dibuka
berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada.
Terlingkup program tidak terstruktur ini adalah:
a. Penataran tingkat nasional dan wilayah;
b. Supervsii yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti
kepala sekolah, kepla Bidang, Kakadep;
c. Pembina dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesame tenaga kependidikan
sejenis melalui from komunikasi, seperti MGI;
d. Pembina dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri dengan
partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainya.
Menurut jhonson (Abin Syasudin, 1999:72), kompetensi kependidikan dibangun oleh
enam perangkat kompetensi berikut ini:
a. Performance component, yaitu unsur kemampuan penguasaan yang sesuai dengan
profesi kependidikan.
b. Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/subtansi
pengetahuan relevan.
c. Professional component, yaitu unsur kemampuan subtansi pengetahuan dan
keterampilan teknis profesi kependidikan.
d. Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental
mencakup berpikir logis dalam pemecahan masalah.
e. Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian
diri berdasarkan karakteristik pribadi pendidik.
f. Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian
pendidik/guru.

C. Tujuan organisasi profesi


Tujuan umum dari sebuah organisasi profesi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar profesionalisme tinggi sesuai dengan bidangnya, mencapai tingkat kinerja yang tinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan public.
Salah satu organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru
serta meningkatkan kesejahteraan guru. Dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima misi dan
tujuan organisasi profesi kependidikan yaitu: kewenangan dan/atau mengembangan karier,
kemampuan, tenaga kependidikan, martabat, dan kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga yang professional.
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya dalam
mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya.
2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota merupakan upaya
terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal.
3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesionalan anggota, merupakan
upaya para professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan
kemampuan.
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi
profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari
pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.
5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya organisasi
profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya.

D. Fungsi dan kewenangan organisasi profesi


Organisasi berfungsi untuk memajukan profesi meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan kepada masyarakat.
1. Fungsi organisasi profesi kependidikan
a. Sebagai pemersatu
Menyatukan dan mengendalikan gerak dan langkah dalam pembinaan dan upaya
peningkatan kapasitas dari anggota agar memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam
menjalankan tugas professional.
b. Peningkatan kemampuan professional yaitu:
Performance component
Subject component
Professional component
Process component
Adjustment component
Attitudes component
2. Kewenangan organisasi
Organisasi profesi guru mempunyai kewenagnan:
a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
b. Memberikan bantuan hokum kepada;
c. Memberikan perlidungan profensi guru;
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan
e. Memajukan pendidikan nasional.
3. Dewan kehormatan guru.
Dewan kehormatan guru dibentuk oleh organisasi profesi guru.
a. Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan kehormatan guru sebagaimana ndimaksud
pada ayat (1) diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru.
b. Dewan kehormatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian
sanksi atas pelanggan kode etik oleh guru.
c. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus objektif, tidak diskrinatif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggraan dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
d. Organisasi profesi guru wajib melakukan rekomendasi dewan kehormatan guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

E. Kode etik kependidikan


Kode etik adalah kumpulan peraturan atau norma-norma atau perbuatan. Kode etik dapat
diartikan sekumpulan peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan tingkah laku. Kode
etik profesi keguruan adalah kumpulan peraturan atau norma kesusilaan bagi para guru sabagai
pedoman bersikap, berbuat atau bertindak dalam praktik keguruannya.
1. Fungsi kode etik
Secara umum dirinci bahwa kode etik guru berfungsi:
a. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga dari penyimpangan profesi.
b. Agar profesi guru terhindar dari pemecahan dan pertentanagan internal.
c. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kualitas pelayanan sehingga jasa
profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi membantu dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
d. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
e. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.
2. Implikasi kode etik dalam masyarakat dan keluarga
Dalam menetapkan kode etik guru di masyarakat perlu dipelihatkan karakteristik
masyarakat, yaitu masyarakat global ini dengan syarat dengan pemikiran kritis, amat
peduli terhadap hak asasi manusia dan banyak menuntut perlakuan demokratis.
Pentingan penerapan kode etik guru di msayarakat didasarkan pada tiga alasan:
a. Karena masyarakat merupakan tempat melakukan tugas keprofesionalan guru.
b. Karena masyarakat menjadi sumber belajar dan mendidik diri seorang guru.
c. Karena masyarakat sebagai knsumen dan pengguna jasa pendidikan.
Penerapan kode etik guru dalam keluarga sedikitnya memiliki empat fungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam.
a. Membentuk anggota keluarga manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
b. Menanamkan kejujuran pada anggota keluarga.
c. Memmupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarga.
d. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan.

F. Deskripsi Kode Etik Keguruan


Dengan demikian kode etik yang dimaksud pada UU.No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen pasal 43 ayat 1 dan 2 tertuang pada kode etik Guru Indonesia (PGRI 1989) selaku
organisasi guru.
1. Kode etik Guru Indonesia
Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan serta pada undang-undang dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Oleh karena itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
berpedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut ini:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila.
b. Guru berusaha dan melaksanakan kejujuran professional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik- baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tangung jawab bersama terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
social.
h. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu oganisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

G. Fungsi Kode Etik Keguruan Dalam Keluarga


Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil berupa pengelompokan primer yang terdiri atas
sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah dan kerabat. Peran dan fungsi keluarga bagi anak
sangat fundamental. Pendidikan keluarga bagi anak merupakan pertama dan utama sehingga
warnanya akan sangat sulit dihilangkan dalam diri anak. Pentingnya pendidikan keluarga bagi
perkembangan anak sehingga pemerintah RI menuangkannya dalam UU No.2 Tahun 1989, pasal
10 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan
bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai
moral dan keterampilan.
Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Kode etik
guru di dalam keluarga berperan sebagai pedoman yang mengarahkan guru dalam membentuk
anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhany yang Maha Esa, seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani, selaras potensi yang
dimiliki dengan yang berkembang. Nilai-nilai itu menjadi milik dan menjelma dalam pribadi
mereka.
Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.
1. Sifat kejujuran ini sangat penting dalam perkembangan pribadi seseorang. Untuk itulah
kode etik guru telah mengarahkan para guru membimbing anggota keluarganya memiliki
kejujuran.
2. Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetidakkawanan anggota keluarganya.
3. Memupukkan semangat kekeluargaan dan kesetidakkawanan itu mencakup anngota di
dalam keluarga dan anggota masyarakat. Melalui memupukkan semangat tersebut cepat
tanggap jika ada yang membutuhkan pertolongan baik di dalam maupun diluar keluarga.
4. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan.
5. Guru sebagai warga Negara yang baik turut berperan serta dalam menyekseskan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Penerapan kode etik dalam menuaikan tugasnya, keluarga ataupun masyarakat berkaitan
dengan pengembangan manusia seutuhnya. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan tiga
dimensi keutuhan, yaitu dimensi jasmani-rohani, social-individu, dimensi keselarasan
perkembangan potensi yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

PERAN GURU DALAM LAYANAN INSTRUKSIONAL

A. Keputusan Situasional dan Transaksional

Penerapan suatu kompetensi, dan melaksanakan program pembelajaran/pengajaran,diperlukan


beberapa keterampilan. Dalam mewujudkan seperangkat pengalaman belajar pengajaran,seorang guru
perlu mengambil keputusan-keputusan tentang apa dan bagaimana pengalaman belajar dan pengajaran
yang dimaksudkan atau diwujudkan,berdasarkan analisis situasi. Perbuatan profesional kependidikan
dikatakan bersifat transaksional tergantung pada pihak-pihak dan kondisi yang terlibat secara aktual
dalam suatu peristiwa kependidikan. Keputusan yang diambil guru untuk menyesuaikan dengan kondisi
kelas tersebut disebut keputusan transaksional.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran/pengajaran seorang guru membuat perencanaan pengajaran


yang bersifat situasional berdasarkan:

1. Identifikasi kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat siswa


2. Tujuan-tujuan performa siswa
3. Karakteristik materi
4. Ketersediaan fasilitas,ruang dan waktu
5. Kemampuan guru sendiri.

Perencanaan yang sudah dibuat guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran/pengajaran


berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan. Guru dituntut mampu menyesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi
secara aktual dan berkembang dilingkungan dipengaruhi kegiatan pembelajaran/pengajaran. Faktor-
faktor penentu aktualisasi peristiwa pembelajaran/pengajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan meliputi pengetahuan,keterampilan,sikap,nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil
kegiatan.

1. Siswa meliputi usia,kemampuan,minat,latar belakang dan motivasi.


2. Pengajaran meliputi filosofi,kompetensi,kebiasaan dan lain-lain.
3. Materi/bahan mata pelajaran yang berupa fakta,konsep keterampilan.
4. Ketersediaan alat atau dana pengadaannya dan waktu persiapan.
5. Besar kelas,dan jumlah ruangan serta jumlah jam pertemuan.

Keputusan situasional berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dibuat oleh guru sebelum
pelajaran dimulai sedangkan keputusan transaksional lebih menekankan pada tindakan selama pelajaran
berlangsung yang merupakan penyesuaian terhadap situasi yang muncul dalam PBM dengan mengaitkan
pada persiapan pelajaran-pelajaran yang telah dibuat guru.

A. Rancangan Pembelajaran/Pengajaran

Pembuatan rancangan pembelajaran tergantung pada kurikulum yang digunakan.secara umum


rancangan yang digunakan adalah rancangan pembelajaran/pengajaran yang dianalogikan dengan
rancangan strategi permainan untuk suatu tim perancang. Pembelajaran/pengajaran yang baik adalah
mengetahui kelemahan dan kekurangan siswanya dan dia tahu tantangan yang terkandung dalam
kurikulum.

Ada suatu analogi menarik dengan rancanagan pembelajaran/pengajaran. Jika kegiatan


pembelajaran/pengajaran itu diibratkan suatu tayangan film,maka pembelajaran/pengajaran yang baik
perlu didasarkan pada jalan cerita yang jelas,peran yang harus dimainkan oleh pemain,dan pemain yang
bermutu. Seorang guru adalah seorang sutradara,dan juga aktor yang memainkan jalan cerita,tetapi juga
sekaligus sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam proses tersebut. Ada tiga
hal pokok yang akan dibicarakan dalam kegiatan pengajaran ini,yaitu:

1. Hakikat proses pembelajaran/pengajaran


2. Prosedur pengembangan rancangan pemberi pengajaran
3. Rancangan unit pembelajaran/pengajaran
B. Hakikat Proses Pembelajaran/Pengajaran
Proses pembelajaran/pengajaran sebagai proses implementasi kurikulum,menuntut peran guru untuk
mengartikulasikan kurikulum atau bahan ajaran serta mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program pemmbelajaran/pengajaran dalam suatu tindakan yang akurat. Peran ini hanya mungkin
dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk
mewujudkan proses pembelajaran/pengajaran yang optimal.

1. Pembelajaran atau pengajaran sebagai inkuiri refleksi

Cara kita memandang esensi pembelajaran/pengajaran akan bergantung kepada bagaimana kita
memandang pendidikan. Sebagai proses inkuiri reflektif,pembelajaran/pengajaran mengandung makna
sebagai”proses sintesis dan analisis,inkuiri di dalam pembelajaran/pengajaran mengandung makna
mempertanyakan,menjelajajahi lebih jauh,dan memperluas pemahaman tentang situasi”. Sedangkan
refleksi,mengiplikasikan adanya dugaan,penilaian dan pertimbangan faktor-faktor yang signifikan
terhadap pencapaian tujuan. Dengan kata lain proses pembelajaran/pengajaran sebagai proses inkuiri
refleksi sangat menekankan unsur aktifitas dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru.

Proses pembelajaran/pengajaran sebagi inkuri rerfleksi akan menempatkan guru sebagai:

a. Individu yang secara terus-menerus aktif berpengajaran,anda juga berperan sebagai siswa
b. Seorang guru yang menentang siswanya untuk menjadi berpengajaran yang reflektif
c. Seorang profesional yang secara terus-menenerus merefleksikan keefektifannya sebagai
guru,serta
d. Seorang profesional yan selalu meningkatkan kemampuan keprofesionalan

2. Perkembangan sebagai tujuan pembelajaran/pengajaran

Tatkala seorang guru dinyatakan tentang tujuan apa yang ingin dengan pengajaran
bahasa,IPA,IPS,dan juga bidang studi atau pelajaran lain mungkin dia menjawab bahwa dia bertujuan
mengembangkan manusia terdidik,dan untuk mencapaiitu dia mengajarkan bahasa,IPA,IPS atau bidang
studi lain karena bidang studi itu merupakan bidang esensial untuk berlangsungnya pendidikan secara
mulus.

Tujuan pembelajaran/pengajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan pengajaran,merancang isi
pembelajaran/pengajaran,mengembangkan prosedur pembelajaran/pengajaran,dan mempersiapkan tes dan
ujian. Semua aspek program pembelajran/pengajaran secara nyata merupakan instument untuk mencapai
tujuan. Artinya jika menelaah program pembelajaran/pengajaran secara sistematis dan cermat,maka
pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang hendak dicapai.
C. Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran

Selanjutnya,akan dibahas suatu rancangan pemebelajaran/pengajaran kelas,yang mencakup rancangan


jangka pendek yang disebut dengan suatu acara pelajaran dan rancangan jangka panjang yang disebut
dengan rencana unit pengajaran dikembangkan. kegiatan dalam menyusun rancangan-rancangan ini
mencakup:

 Analisi kurikulum
 Penyiapan tujuan intruksional
 Kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan
 Perencanaan evaluasi
1. Analisis kurikulum
Secara fisik kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan
cakupan bahan pengajaran yang harus di pengajaran dalam tingkatan kelas dan kurun waktu
tertentu. Kuriklum dalam bentuk dokumen semacamam ini merupakan kurikulum ideal atau
kurikulum yang diharapkan.
Didalam praktik seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum kedalam ragam dan
rentang pengalaman berpengajaran peserta didik. Artikulasi dan implementasi yang ideal
tadi,akan sangat bersifat kontekstual dan tergantung pada kondisi obyektif guru maupun peserta
didik. Oleh karena itu,akan sangat mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktik tidak
sepenuhnya mewujudkan hal-hal ideal yang terkandung dalam kurikulum tersebut. Dengan kata
lain kurikulum yang terlaksana tidak selalu identik dengan kurikulum ideal.
Persoalan yang muncul ialah bagaimana agar kurikulum yang terlaksana tadi tidak menyimpang
dari kurikulum yang ideal. Dalam hal inilah seorang guru perlu melakukan analisis kurikulum
yang dimaksudkan untuk merumuskan rencana dan bahan pengajaran yang lebih bermakna sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
analisis kurikulum,yaitu sebagai berikut:
 Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus di
pengajaran
 Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta
didik untuk memulai mempelajari pengajaran topik-topik baru.
 Tujuan umum berpengajaran yang dirumuskan untuk siswa.
2. Racangan Kegiatan Pembelajaran
Secara operasional,kegiatan pembelajaran/pengajaran yang tertuang didalam satuan
pembelajaran/pengajaran,diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari
siswa suatu topik sederhana,bisa berupa konsep,keterampilan,proses diskusi singkat tantang cerita
pendek,atau suatu bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa setiap satuan
pengajaran adalah hanya satu dari rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dan
saling bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebih komplek. Sebagai
contoh,sebelum siswa menguasai konsep tentang sejarah rakyat Aceh dalam melawan dan
mengusir penjajah Belanda,terlebih dulu perlu tahu dan paham tentang hubungan Aceh dan
negara Republik Indonesia dan letak Aceh secara geografis.
Setia kegiatan pembelajaran/pengajaran dapat dibagi kedalam tiga bagian,yaitu: kegiatan
awal,kegiatan inti,dan penutup.
a. Kegiatan Awal
Pada saat anda memperkenalkan topik baru kepada siswa,perlu di ingat bahwa siswa
harus dibantu memahami topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran. Bagian
pengantar dari suatu pelajaran dapat membantu siswa dalam hal-hal berikut:
 Mengaitkan hal-hal yang sudah di pengajaran dengan hal-hal baru. Pengantar
suatu pengajaran dapat di isi dengan mengingatkan kembali pengetahuan awal
dan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal itu dapat
menjadi alat yang bermakna bagi proses berpengajaran baru.
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan
sebelum memberi pengajaran hal-hal yang terkandung dalam topik secara detail
pemahaman ini di kembangkan.
 Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan meransang perhatian dan hasrat
berpengajaran siswa secara berkelanjutan.
 Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau selama
pembahasan topik tersebut,disamping menyampaikan tujuan
pembelajaran/pengajaran.
b. Rancangan untuk Kegiatan Inti Pembelajaran/Pengajaran
 Kegiatan pembelajaran/pengajaran dikehendaki mampu menumbuhkan dan
mengembangkan hal-hal berikut:
 Mengantarkan siswa kepada informasi atau keterampilan baru.
 Mendorong siswa untuk mengkaji ulang atau menafsirkan ulang informasi atau
keterampilan yang sudah diberi pengajaran sebelumnya.
 Memungkinkan siswa mampu melihat kekurangan pada proses berpengajaran
sebelumnya dan mengisi kekurangan itu.
 Mendorong siswa untuk mengembangkan atau memperkuat proses-proses
fisik,kognitif,sosial,maupun afektif.
 Mendorong siswa untuk menghasilkan,mengorganisasikan dan menyatakan
informasi baru itu dalam cara-cara yang kreatif.
 Mendorong siswa untuk memikirkan dan memperkirakan gagasan yang belum
dikembangkan serta masalah yang belum terpecahkan.
c. Kegiatan Akhir
Pada tahap akhir,guru membimbing sisw untuk merumuskan ikhtisar yang bertujuan
untuk:
Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi dari kegiatan pembelajaran/pengajaran
Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran/pengajaran dan menggambarkan
kumpulan dari pengalaman pembelajaran/pengajaran;serta
Memberikan gambaran pembelajaran/pengajaran tentang pembelajaran/pengajaran yang
akan datang.

3. Perencanaan Evaluasi
Salah satu komponen penting dari keseluruhan perencanaan pembelajaran/pengajaran adalah
perencanaan untuk mengetahui apakah selama kurun waktu tertenu siswa anda memperoleh
kemajuan sesuai dengan tujuan yang talah ditetapkan atau apakah siswa anda siap mencapai
tujuan yang lebih kompleks.
Evaluasi lain yang perlu dirancang adalah evaluasi formatif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
melihat hasil kemajuan siswa pada saat kegiatan pembelajaran/pengajaran berlangsung. Kegiatan
monitoring yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran/pengajaran seperti yang didiskusikan
diatas,merupakan contoh evaluasi yang terjadi selama siswa berpengajaran dan memberikan
latihan kepada siswa tentang bagaimana dia tumbuh dan berubah kearah perbaikan.
D. Rancangan Unit Pembelajaran

Jika guru akan mengajarkan kesusasteraan indonesia dengan tema roman, Ia tentu mempunyai banyak
topik yang ingin di ajarkan dan dikuasai oleh siswa. Tentunya siswa tidak akan mungkin mennguasai
seluruh tujuan yang berkaitan dengan topik-topik itu dalam satu hari. Satuan-satuan pelajaran akan
terbangun dalam suatu kesatuan yang tertata kedalam suatu unit yang kohesif.

Setelah satuan-satuan pelajaran itu ditata,hal penting yang pelu dicek ulang adalah konsistensi antara
tujuan,kegiatan dan evaluasi. Penting juga untuk dilakukan pengecekan konsistensi silang antar satuan
pelajaran untuk meyakinkan bahwa satuan-satuan pelajaran yang sudah dirancang itu memungkinkan
siswa mencapai tujuan unit.

 Penguasaan Materi

Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai
bahan pelajaran serta konsep-konsep dasar keilmuannya (Depdikbud,1980). Menurut Johnson (1980)
penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan
dari bahan yang akan di ajarkannya itu. Dengan demikian untuk menguasai materi pelajaran diperlukan
penguasaan materinya itu sendiri.

Ada dua cara memandang materi atau bahan pengajaran,yaitu:

1) Dari sudut sisi bahan pengajaran


a. Fakta
Fakta adalah bahan yang isinya terdiri atas sejumlah fakta atau informasi yang
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi untuk diperdebatkan. Misalnya tahun-tahun
sejarah atau peristiwa-peristiwa.

b. Konsep
Konsep adalah bahan bidang studi yang isinya berupa gagasan,ide,pendapat,teori atau
dalil. Konsep itu bersifat abstrak,namun akan menjadi nyata jika diwujudkan dalam
bentuk benda tau perbuatan. Misalnya konsep tentang bilangan bulat dan ganjil yang
dilambangkan dalam angka 2,4,6 dan 1,3,5 dan seterusnya.
c. Prinsip
Prinsip adalah tuntutan praktis bagi terselenggaranya perbuatan tertentu seperti dalam
berpengajaran dan mengajar. Bahan bidang studi prinsip merupakan bahan yang
memberi landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan sehinggga setiap
tindakan yang dilakukan dapat dikontrol dengan baik. Contohnya prinsip berpengajaran
dan mengajar.
d. Keterampilan
Keterampilan terdiri dari keterampilan-keterampilan tertentu yang harus
dikuasai,terutama yang menyangkut keterampilan motorik,seperti keterampilan
mengetik,mengatur spasi,memukul bola dan lari cepat. Bahan bidang studi keterampilan
banyak terdapat dalam bidang studi kejuruan. Cara memberi pengajarannya pada
umumnya dengan tugas dan latihan.
e. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan
masalah. Misalnya dalam pelajaran IPA,Ibu Ina memberikan tugas kelompok kepada para
siswa untuk membuat kesimpulan mengenai bagaimana cara untuk memanfaatkan
sampah. Pokok bahasan ini di pengajaran dengan metode pemecahan masalah. Peserta
didik ditugasi untuk berfikir dan berbuat dan kemudian diakhiri oleh kesimpulan.
f. Proses
Proses adalah bahan yang melukiskan prose terjadinya sesuatu seperti proses terjadinya
perubahan warna,proses terjadinya hujan,proses pengendapan,atau penguapan. Cara
memberi pengajarannya adalan dengan praktikum di laboratorium atau studi lapangan.
2) Berdasarkan cara Pengorganisasiannya
a. Bahan Bidang Studi Linier
Karakteristik bahan bidang studi linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada
yang sukar atau dari yang sederhana kepada yang kompleks. Peran sistematiknya cukup
tinggi,di pengajarankan secara berangsur-angsur sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Misalnya dalam pelajaran mataematika,bahan itu disusun dari himpunan benda-
benda nyata yang kemudian dilambangkan dalam bentuk bilangan.
b. Bahan Bidang Studi Kumulatif
Bahan bidang studi ini tidak disusun dalam serangkaian tingkatan yang berseri seperti
pada bahah bidang studi linier. Pendekatan metodelogisnya adalah child-centered, yaitu
pengajaran itu seluruhnys berpusat pada kebutuhsn,minat dan perhatian siswa.
c. Bahan Bidang Studi Praktikal
Pendekatan untuk memberi pengajaran bahan bidang studi partikal adalah dengan drill
atau pelatihan. Dapat pula cara menyajikannya dengan damonstrasi,tugas,resitasi.
d. Bahan Bidang Studi Eksperiential
Erat kaitannya dengan bahan bidang studi praktikal,hanya disini lebih menekankan unsur
kreativitas.
E. Kemampuan Mengajar

Ada beberapa kemampuan yang perlu dibentuk dalam diri siswa antara lain yang berkaitan dengan
kemampuan kognitifnya, hal ini dapat dicapai dengan memberikan bahan pengajaran yang berupa
konsep-konsep. Kemampuan psikomotor yang berhubungan dengan aktivitas siswa dapat dicapai dengan
memberikan materi yang dapat membangkitkan kreativitas, dalam bentuk latihan olahraga, pertukangan
dan lain-lain yang bersifat praktik serta memberikan pemahaman yang mendalam mengenai etika dan
norma kehidupan yang menunjang pembentukan aspek afektif. Kemampuan afektif ini dapat diproleh
melalui pelajaran agama, kebudayaan dan ideologi negara.

Untuk memberikan kejelasan dalam menyampaikan bahan pengajaran perlu dipahami tujuan
pengajaran siswa dan secara lebih luas lagi memahami betul tujuan pendidikan baik yang bersifat
nasional, kelembagaan, kurikuler maupun tujuan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab seorang
guru. Dalam hal ini kemampuan merumuskan tujuan pengajaran menjadi bekal bagi guru dalam
menjabarkan komponen pengajaran /pembelajaran saling berkait dalam suatu sistem
pengajaran/pembelajaran.

Untuk memproleh keterampilan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Latihan menganalisis tugas-tugas berpengajaran


2) Latihan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran/pengajaran umum yang berpusat pada hasil
berpengajaran yang diharapkan
3) Latihan menetapkan indikator-indikator tingkah laku yang spesifik dari kata kerja yang dipakai
oleh tujuan pembelajaran/pengajaran umum.
4) Latihan memilih indikator-indikator yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
5) Latihan merumuskan tujuan pembelajaran/pengajaran khusus pada indikator-indikator terpilih

F. Mengenal dan Mampu Menggunakan Metode Mengajar

Hubungan antara penguasaan materi pengajaran dengan kemampuan mengajar sebagai berikut:

1) Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar
2) Guru yang memiliki wawasan yang mendalam terhadap materi pengajaran akan lebih yakin di
dalam merumuskan tujuan pembelajaran di kelas
3) Guru yang sudah menguasai betul materi pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa akan
berusaha memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa yang dihadapinya dengan lebh
bijaksana
4) Guru yang menguasai materi dengan baik senantiasa mencoba berbagai metode untuk diterapkan
sesuai dengan perkembangan situasi di kelas dan tidak terlalu terikat dengan patokan persiapan
mengajar yang sudah dirumuskan sebelum memasuki kelas
5) Guru yang menguasai betul materi pengajaran akan lebih kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan materi pengajarannya.
a) Pengembangan bahan pengajaran
 Pengembangan bahan pengajaran didasarkan atas pengamatan dan catatan guru
atas minat dan kemajuan perkembangan setiap anak
 Pengembangan bahan pengajaran menekankan kepada berpengajaran sebagai
proses interaktif
 Kegiatan berpengajaran dan bahan pengajaran harus harus konkrit, riil dan
relevan denagan kehidupan anak
 Bahan pengajaran yang disiapkan harus terakomondasikan rentang
perkembangan dan minat
 Bahan pengajaran dan kegiatan berpengajaran dikembangkan secara bervariasi
 Bahan pengajaran dikembangkan dengan memperlihatkan konteks budaya anak
b) Pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas
c) Interaksi Guru-Siswa
 Guru secara cepat dan langsung merespon kebutuhan, keinginanbdan pesan
menyesesuaikan responnya dengan keragaman gaya dan kecakapan individual
 Guru mengembangkan berbagai kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi
 Guru memberikan kemudahan bagi pencapaian tugas perkembangan melalui
pemberian dukungan, perhatian, sentuhan fisik,, dorongan-dorongan verbal yang
berupa pujian dan sanjungan
 Guru memahami sumber-sumber stres yang terjadi pada siswa dan secara sadar
berupaya mengembangkan kegiatan dan tekhnik untuk mengurangi stres tersebut
 Guru dapat membuat strategi sehingga seluruh siswa mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapat
 Guru mengembangan kemudahan bagi harga diri anak dengan cara menghargai
dan penerimaan anak dengan baik.
G. Manajemen Kelas

Manajemen berasal dari bahasa inggris management yang berarti pengelolaan yaitu proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Maksud manajemen kelas adalah
mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut
dapat berpengajaran efektif.

Terdapat beberapa definisi tentang manajemen kelas berikut ini:

A. Berdasarkan konsepsi lama dan modern


Menurut konsepsi lama, Manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban
kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat
tetap terhadap problem dan situasi manajemen manajemen kelas (Lois V. Johnson dan Mary
Bany, 1970)
B. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana
kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter)
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana
kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi)
 Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan premisif)
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti
petunjuk yang telah disajikan (pendekatan matang)
 Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui
perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan
instruksional)
 Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang
diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan
pengubahan tingkah laku)
 Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan
iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan sosio-emosional)
 Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif (pendekatan sistem sosial)

Tujuan manajemen kelas adalah:

 Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan berpengajaran maupun sebagai
kelompok berpengajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin
 Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran/pengajaran
 Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot berpengajaran yang mendukung dan
memungkinkan siswa berpengajaran sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual
siswa dalam kelas.
 Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996:2)
C. Aspek, Fungsi, dan Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, memberi doeongan kekuatan kelas,
situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif (Lois V. Johson dan Mary A. Bany. 1970)
Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas
yang optimal, manajemen kelas berfungsi:
 Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu
kelompok dalam pembagian tugas, pembentukan kelopok, kerjasama dalam menentukan
tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok
atau kelas, membantu prosedur kerja, dan merubah kondisi kelas.
 Memelihara agar tugas-tugas dapat berjalan lancar. Masalah manajemen kelas dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah kelompok.
D. Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas

Prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan
bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses
pembelajaran/pengajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas yaitu pencegahan dan penyembuhan. Adapun langkah-
langkah pencegahan sebagai berikut:

 Peningkatan kesadaran diri sebagai Guru


 Peningkatan kesabaran peserta didik
 Sikap polos dan tulus dari Guru
 Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
 Menciptakan kontra sosial

Adapun langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:

 Mengidentifikasi masalah
 Menganalisis masalah
 Menilai alternatif-alternatif pemecahan
 Mendapatkan balikkan

Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat manajemen kelas
 Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi
 Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang
dilakukan peserta didik
 Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas
 Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas.

Guru mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan manajemen kelas maupun
manajemen pembelajaran/pengajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk
berpengajaran sangat diperlukan karena hanya dengan situasi berpengajaran seperti itulah tujuan akan
tercapai.

H. Evaluasi Pembelajaran

Peningkatan kualitas pembelajaran/pengajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program


pembelajaran/pengajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas implementasi dari program
pembeljaran/pengajaran yang telah dirancang sebelumnya. Untuk dapat menyusun program yang lebih
baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.

1) Konsep Dasar Evaluasi

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi yaitu tes, pengukuran dan penilaian. (test,
measurement and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pernyataan
(Djemari Mardapi, 2008:67) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.

Pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau penetapan angka
tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa
berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luar dari
tes, misalnya dengan pengamatan, skaala rating atau cara lain untuk memproleh informasi dalam bentuk
kuantitatif.

Penilaian memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham (1995:3) mendefinisikan assement
dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara forml untuk menentukan status siswa berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan penilaian sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, kurikulum atau program, institusi atau segala sesuatu
yang berkaitan dengan institusi. Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assesment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan evaluasi merupakan suatu proses atau
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh
mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai sehingga
bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk
program selanjutnya. Tujuan evaluasi adalah untuuk memproleh informasi yang akurat dan objektif
tentang suatu program.

2) Program pembelajaran

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Saparudin (2008:3-4) ada dua kepentingan untuk dua
istilah program yaitu pengertian secara khusus dan umum. Secara umum “program” dapat diartikan
sebagai rencana yaitu rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Dalam buku yang lain
suharsimi (2008:291) mendefinisikan program sebagai suatu kegiatan yang rancang secara seksama
sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000:9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba
diharapkan dengan harapan akan mendatangkan hasil/pengaruh.

3) Kegunaan mengevaluasi
 Mengkomunikasikan program kepada publik
 Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
 Penyempurnaan program yang ada
 Meningkatkan partisipasi
 Objek evaluasi pembelajaran/pengajaran
I. Pekembangan Siswa sebagai Dasar Pembelajaran/pengajaran
a. Definisi dan Makna Perkembangan
Perkembangan merujuk kepada perubahan yang siistematis yang terjadi sepanjang siklus
kehidupan manusia. Perkembangan adalah proses yang kompleks karena perkembangan
merupakan hasil dari berbagai proses biologi, kognitif, sosiaal dan moral. Di dalam
perkembangan terjadi proses biologis, kognitif dan sosial. Proses biologis melibatkan perubahan
fisik individu. Proses kognitif mencakup perubahan berpikir, kecerdasa dan bahasa anak. Proses
sosial mencakup perubahan hubungan anak dengan orang lain, emosi dan kepribadian.
b. Aspek-aspek Perkembangan Anak
 Perkembangan Motorik dan Persepsi
 Implikasi sebagai Proses Pembelajaran/pengajaran
K. Perkembangan Kognitif dan Kesiapan Belajar

 Perkembangan Berpikir
 Perkembangan Pribadi dan Sosial
 Pendekatan Perkembangan Pembelajaran di Sekolah Dasar
 Perkembangan Individual dalam Pendekatan Perkembangan

LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Hubungan Bimbingan Dengan Pendidikan

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara
bimbingan konseling dengan pendidikan, lebih khusus lagi antara bimbingan dan pendidikan.
Hal ini disebabkan bahwa bimbingan lebih banyak berbicara masalah pencegahan atau preventif,
informasi dan orientasi, walaupun ada bicara mengenai penyelesaian masalah problem solving,
namun dalam skala yang terbatas.

Demikian juga yang terlihat pada pendidikan, dimana pendidikan sangat banyak
memberikan informasi, orientasi, bimbingan dan tuntunan kepada klien agar mereka lebih
terarah, terfokus dan berbuat sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga halnya kedudukan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan, paling tidak terlihat pada kegiatan pendidikan,
dimana ketiga-tiganya juga bagian dari konseling, yaitu:

1. Bidang instruksional dan kurikulum. Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam
kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap
kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan
merupakan tanggung jawab dari setiap pengajar.

2. Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang
menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan
dengan cara melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung
jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti
perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas, pengawasan dan sebagainya.
3. Bidang pembinaan pribadi. Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Bidang ini terasa penting, karena proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila para
peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana hidup yang kondusif
Hallen, 2005: 34- 35. Proses belajar-mengajar yang baik, efektif dan efisien dan kegiatan
pendidikan yang baik dan ideal akan tercapai jika ketiga aspek tersebut selalu berintegrasi dan
berkesinambungan.

Disaat proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana dengan baik, peserta didik tidak
dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya, lambatnya peserta didik dalam menerima
dan mencerna pelajaran, tidak konsentrasinya peserta didik dalam proses mengajar, kurikulum
selalu berubah dan fasilitas yang kurang mendukung, kemampuan guru yang terbatas dalam
mengajar, pelajar mendidik tidak mampu menguasai kelas dan banyak lagi persoalan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar, semua ini tentunya memerlukan penyelesaian atau
pemecahan masalah, disinilah peranan bimbingan dan konseling mutlak diperlukan.

Demikian juga halnya dengan administrasi dan kepemimpinan tentunya terdapat


segudang persoalan mulai dari administrasi yang tidak lengkap dan terkesan semraut, pembagian
tugas job describtion yang tidak jelas. Hampir sama halnya dengan pemimpin yang otoriter,
kejam dan bengis, semangat kerja menurun, disiplin menurun, persaingan meninggi, keahlian
kerja tidak ada dan berbagai masalah timbul, semua ini tentunya menganggu proses belajar dan
mengajar. Dalam menghadapi permasalahan seperti ini, peranan konselor bimbingan konseling
mutlak diperlukan.

Masalah yang hampir sama juga terlihat pada aspek pembinaan pribadi. Pembinaan
pribadi mutlak diperlukan, karena dari sinilah sebenarnya berawal segalanya, artinya kalau
kepribadian seseorang telah baik, maka besar kemungkinan problempun sangat kecil bahkan
tidak ada sama sekali. Tetapi, permasalahan yang sering ditemukan di lapangan adalah
banyaknya pelajar klien yang tidak dapat menerima dirinya, tidak puas terhadap apa yang
dimilikinya, sulit beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain, perasaan bersalah yang
berlebihan, tidak punya kepercayaan diri, memiliki kepribadian yang menyimpang, mengganggu
orang lain, mengancam, iri, dengki, khianat, takabur dan sebagainya Lubis, 2006: 34.
Dalam mencermati beberapa persoalan seperti ini diperlukan pemikiran dan analisis
yang tajam untuk memulai dari mana harus datang dan memulai penyelesaian masalah dalam
menghadapi beberapa persoalan pribadi seperti yang disebutkan di atas, diperlukan suatu
telaahan yang serius dan tentunya peranan konselor dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan
demikian, terlihatlah kedekatan antara bimbingan dan konseling terhadap pendidikan serta
kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

Jenis-jenis Bimbingan di sekolah, Yusuf dan Nuhrisan 2005: 20 menyatakan ada 7 tujuh
jenis layanan yang dapat dilakukan oleh setiap guru pembimbing untuk setiap satuan pendidikan
atau sekolah. Jenis layanan yang mana yang akan digunakan oleh guru pembimbing dalam
bidang-bidang pribadi, sosial, belajar dan karir tergantung kepada :

a. Keperluan atau kebutuhan di sekolah

b. Program layanan yang sudah disusun di sekolah

Lubis 2006: 17 mengemukakan bahwa setiap jenis layanan yang disebutkan memerlukan
waktu 2 jam untuk satu kali kegiatan layanan bimbingan. Jenis layanan tersebut antara lain:

1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak
lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa terutama orang tua
siswa memahami lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.
2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak
lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa orang tua menerima dan
memahami informasi pendidikan.
3. Layanan penempatan dan penyuluhan yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat,
misalnya, penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan
atau program khusus.
4. Layanan bimbingan dan pembelajaran yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan siswa mengembangkan siswa berkenaan dengan sikap kebiasaan
belajar yang baik dan cocok.
5. Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa
dapat mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pemecahan masalah.
6. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi.
7. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan untuk membahas dan pemecahan masalah melalui
dinamika kelompok yang berbeda.

B. Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

A. Pentingnya Bimbingan dan Penyuluhan Pada Segi Pelajaran

Tujuan bimbingan dan penyuluhan dalam pelajaran adalah memberi bantuan kepada anak
didik agar dapat menemukan caranya sendiri untuk belajar dengan metode yang lebih mudah dan
lebih efisien.

Disamping itu juga agar anak didik mengenal diri, yakni mengetahui kekurangan dan
kelebihannya dalam mempelajari tiap- tiap mata pelajaran, sehingga ia mampu dengan
berangsur- angsur menyesuaikan diri dengan jenis studi apa yang tepat bagi dirinya itu pada
waktu yang akan datang. Maksudnya ialah agar anak didik dengan sadar akan mampu menerima
kelompok khusus yang tepat bagi dirinya.

Mengingat bahwa pengajaran adalah alat dari pendidikan maka, tujuan bimbingan dan
konseling (penyuluhan) pada segi pelajaran tidak boleh terlepas dari tujuannya secara umum,
yakni untuk membantu anak didik dalam mebentuk wataknya sebagai jalan pembentukan
kepribadian yang berpancasila.

Mengingat hal- hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bimbingan pada umumnya dan
bimbingan dan konseling dalam pelajaran pada khususnya mempunyai arti yang sangat penting.
Selain itu tujuan pelayanan bimbingan bagi murid adalah (Djumhur, 1975: hlm 30) :

a. Membantu murid- murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan


kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada
b. Memabantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan yang lain
c. Mebantu murid mengembangkan motif- motif intrinsik dalam belajar, sehingga
tercapai kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan
d. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan
e. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan
penerimaan diri
f. Membantu dalam memahami tingkah laku manusia

g. Membantu murid memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara
maksimum terhadap masyarakat

h. Membantu murid untuk hidup dalam kehidupan seimbang dalam berbagai aspek fisik,
mental dan sosial.

C. Pengembangan Program Bimbingan konseling di sekolah

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan


pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan
konseling. Program bimbingan dan konseling di sekolah dapat disusun secara makro untuk 3
(tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi
kebutuhan-kebutuhan khusus. Program menjadi landasan yang jelas terukur layanan profesional
yang diberikan oleh konselor di sekolah. Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan
struktur program dan bimbingan dan konseling perkembangan.

Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu :

1) Layanan Dasar Bimbingan;


2) Layanan Responsif,
3) Layanan Perencanaan Individual, dan
4) Layanan Dukungan Sistem.

1. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan Dasar Bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua
siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.
Layanan Dasar Bimbingan bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu
siswa agar:

1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,


pekerjaan, sosial budaya dan agama),
2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat perilaku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya,
3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan
4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu
siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi Layanan Dasar Bimbingan dapat
diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan,
disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi
yang dipandang utama bagi siswa SMP/SMA/SMK, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi
tersebut, diantaranya:

1. fungsi agama bagi kehidupan,


2. pemantapan pilihan program studi,
3. keterampilan kerja profesional,
4. kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan,
5. perkembangan dunia kerja,
6. iklim kehidupan dunia kerja,
7. cara melamar pekerjaan,
8. kasus kriminalitas,
9. bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan
10. dampak pergaulan bebas.

Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa sebagai berikut:

a. Pengembangan self-esteem.
b. Pengembangan motif berprestasi.
c. Keterampilan pengambilan keputusan.
d. Keterampilan pemecahan masalah.
e. Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
f. Memahami keragaman lintas budaya.
g. Perilaku yang bertanggung jawab.

2. Layanan Responsif.

Layanan Responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki


kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”.

Tujuan Layanan Responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya
dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi siswa yang
muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan pendidikan.

Materi Layanan Responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah
dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena
dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan
untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika dan
pergaulan bebas.

Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau
dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya yang
positif, karena tidak terpenuhi kebutuhan, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi
dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

Masalah (gejala masalah) yang dialami siswa diantaranya:

1. cemas tentang masa depan,


2. rendah hati,
3. berperilaku impulsif (kekanakan atau melakukan sesuatu tanpa
mempertimbangkan secara matang),
4. membolos dari sekolah,
5. malas belajar,
6. kurang memiliki kebiasaan belajar positif,
7. kurang dapat bergaul,
8. prestasi belajar rendah,
9. malas beribadah,
10. masalah pergaulan bebas (free sex),
11. masalah tawuran,
12. manajemen stress, dan
13. masalah dalam keluarga.

Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa ditempuh dengan menganalisis data
siswa yang bersumber dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara,
observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa, Alat Ungkap
Masalah (AUM).

3. Layanan Perencanaan Individual.

Layanan Perencanaan Individual diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”.

Layanan Perencanaan Individual bertujuan untuk membantu siswa agar :

a. memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya


b. mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, karir
c. dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana
yang telah dirumuskannya.
Tujuan Layanan Perencanaan Individual ini dapat dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memantau, dan mengelola rencana pendidikan, karir,
dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi atau materi Layanan Perencanaan
Individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami secara khusus tentang
perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun Layanan Perencanaan Individual
ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang diberikan lebih bersifat individual karena
didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh tiap siswa.

Melalui Layanan Perencanaan Individual, siswa dapat:

1. Menyiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan


mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan
diri, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
3. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4. Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

Materi Layanan Perencanaan Individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek


akademik, karir, dan sosial-pribadi. Materi pengembangan aspek akademik meliputi:
memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan
jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat; karir meliputi: mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-
latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan sosial-pribadi
meliputi: pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang
efektif.

4. Layanan Dukungan Sistem

Ketiga komponen program di atas merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling
kepada siswa secara langsung. Sedangkan Layanan Dukungan Sistem merupakan komponen
layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan-
kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan
masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli, masyarakat lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan.

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar


penyelenggaraan layanan di atas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Layanan Dukungan Sistem ini meliputi dua
aspek, yaitu: pemberian layanan dan kegiatan manajemen.

Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi. Pemberian layanan menyangkut kegiatan


guru pembimbing yang meliputi

a) konsultasi dengan guru


b) menyelenggarakan kerjasama dengan orang tua atau masyarakat
c) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan sekolah
d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa
e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan
dan konseling.

Kegiatan Manajemen. Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk


memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan:

(a) pengembangan program

(b) pengembangan staf

(c) pemanfaatan sumber daya

(d) pengembangan penataan kebijakan.

D. Bidang dan jenis layanan bimbingan konseling

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta


didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat
dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan
dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolahmadrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir

Jenis-jenis layanan

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan


baru, terutama lingkungan sekolahmadrasah dan obyek-obyek yang dipelajari,
untuk menyesun ikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta
didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karirjabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
belajar, jurusanprogram studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra
kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai
konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam
kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karirjabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
melalui dinamika kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta.

E. Fungsi asas dan prinsip bimbingan konseling

A. Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah:

- Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki wpemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.

- Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam
rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

- Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan
dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
- Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

- Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan
karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.

- Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala


Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

- Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

- Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya
memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

- Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai


pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam
diri konseli.

- Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-
program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

Prinsip Bimbingan dan Konseling

Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan
bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang
menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah
maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa
bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun
yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari
pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan
(individual).

Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran
bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

Asas Bimbingan dan Konseling

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan


oleh diwujudkannya asas-asas berikut:

Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan
baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan tersebut.

Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi
sasaran pelayanan/kegiatan

F. Faktor-faktor yang Menimbulkan Kesulitan Belajar

Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2
macam, yaitu :

a. Faktor Intern Belajar


Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya
kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.
b. Faktor Ekstern Belajar
Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang
bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , guru
dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.

1. Faktor Internal

a.   Kematangan
Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-
konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan
tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau
siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan
lagi kematangannya.
b.   Kecerdasan(IQ)

Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat


kecerdasannya, misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk dipelajari oleh seseorang
individu dalam taraf usia tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang
mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya.
Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
misalnya memasak dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya
individu mampu mengerjakannya dengan    baik.

c.   Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk
mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan
dan ada pula yang datang dari luar individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman
dan guru.

d.   Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam
pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai
sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya
akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQ-nya.

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial,
kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar.
Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga.
Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila
anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya
memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah belajar anaknya.

b. Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang
mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri
individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih
mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat
akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses belajar.

c. Guru
    Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa,
hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar
pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami
alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru
sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor
masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan    berlangsung.

d. Bentuk Alat Pelajaran


Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis menulis dan
sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan
cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut
akan menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi
pelajaran yang telah mereka pelajari.

e. Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib
Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995.
Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para siswa,
terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu. Seorang anak yang tidak
memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis kurang mampu, tetapi di sisi lain anak
tersebut berintelegensi tinggi, maka ia akan menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi
cita-citanya secara utuh. Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh ekonomi yang cukup, maka akan menemukan
kendala yang relatif serius.

Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi
yang tinggi, bersekolah di sekolah favorit dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba
ada, belum tentu dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi anak tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan
lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan,
perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang memungkinkan ketidak berhasilan siswa
tersebut. Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti :

1) Rendahnya kemampuan intelektual anak


2) Gangguan perasaan / emosi
3) Kurangnya motivasi untuk belajar
4) Kurang matangnya anak untuk belajar
5) Usia yang terlalu muda    
6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7) Kebiasaan belajar yang kurang baik
8) Kemampuan mengingat yang rendah
9) Terganggunya alat-alat indera
10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11) Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

G. Hakikat Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli dalam mencapai kemandirian.

Bimbingan dan konseling merupakan komponen integral sistem pendidikan pada setiap
satuan pendidikan, yang berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik/konseli agar
mencapai perkembangan yang utuh dan optimal. Sebagai komponen integral, wilayah bimbingan
dan konseling yang memandirikan secara terpadu bersinergi dengan wilayah layanan
administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum dan pembelajaran yang mendidik. Posisi
bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan digambarkan pada gambar.
Sebagai komponen yang terpadu dalam sistem pendidikan, bimbingan dan konseling
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud
kemampuan memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri, dan mengambil
keputusan, serta merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupannya. Pemetaan layanan bimbingan dan konseling pada satuan
pendidikan seperti tertera pada Gambar 1, menampilkan dengan jelas kesejajaran antara posisi
layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dengan layanan manajemen dan
kepemimpinan, serta layanan pembelajaran yang mendidik.

Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan diselenggarakan untuk membantu


peserta didik/konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan ini
diantaranya meliputi:

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagipedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.

2. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara


emosional, sosial,dan ekonomi.

3. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk


mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan
dalam kehidupan masyarakat.

4. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial
yang lebih luas.
5. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria
atau wanita.

6. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.

7. Memiliki kemandirian perilaku ekonomis.

8. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni;

9. Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan

10. Mencapai kematangan dalam kesiapan diri menikah dan hidup berkeluarga.
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan terdiri dari dua kata, yakni Administrasi dan Pendidikan. Keduanya
memiliki pengertian tersendiri. Administrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri
dari AD dan MINISTRO. Kata ad artinya intensif sedangkan ministro artinya melayani,
membantu, atau mengarahkan. Jadi, pengertian administrasi secara etimologis adalah
melayani atau mengabdi secara intensif terhadap subjek tertentu.
Sedangkan pendidikan itu sendiri menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar dan pembelajaran peserta didik
agar dapat secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Administrasi pendidikan adalah suatu proses pengintegrasian segala usaha kerja sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber personel dan material sebagai usaha untuk meningkatkan
pengembangan kualitas manusia secara efektif dan efisien

Administrasi juga memiliki unsur pokok. Menurut Siagian (1986) unsur pokok administrasi
adalah:
a) Adanya kelompok manusia (sedikitnya 2 orang)
b) Adanya tujuan yang akan dicapaI 
c) Adanya tugas atau fungsi yang harus dilaksanakan (kegiatan kerja sama)
1. Dasar administrasi Pendidikan
Dasar diartikan sebagai suatu kebenaran yang bersifat fundamental yang dapat dijadikan
sebagai landasan dan pedoman bertindak dalam kehidupan masyarakat. Berikut beberapa
dasar yang harus diperhatikan oleh seorang administrator agar dapat mencapai
kesuksesan dalam tugasnya.
a) Prinsip efisiensi
Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efisien dalam
menggunakan semua sumber, baik tenaga, dana, fasilitas, waktu secara
tepat. Misalnya dalam melaksanakan programnya, dibutuhkan ketelatenan untuk
dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar tidak terjadi penyia-nyiaan waktu.
Begitupun secara materiil, segala kebutuhan untuk mencapai tujuan dimanfaatkan
sebaik mungkin tanpa harus menyia-nyiakan atau menggunakan secara boros.
Dalam artian sesuai dengan porsi yang dibutuhkan.
b) Prinsip pengelolaan
Hasil yang efektif dan efisien akan dapat dicapai bilamana dia mampu
memanajemenkan dengan merencanakan, mengoordinasi, mengarahkan, dan
mengontrol segala kegiatan dengan benar.
c) Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
Mengutamakan pengelolaan dan menghindari terlalu sibuk dengan tugas-tugas
operatif. Kegiatan pengelolaan adalah kegiatan memanajemen, yakni
merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan kegiatan operatif adalah kegiatan mengarahkan dan
membina setiap orang agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban bagi
mereka dapat terlaksana dengan tepat dan benar.
d) Prinsip kepemimpinan yang efektif
Memperhatikan dimensi hubungan antar manusia, dimensi pelaksanaan tugas, dan
dimensi situasi serta kondisi yang ada. Dimensi yang pertama adalah sebagai
seorang pemimpin harus memelihara hubungan baik antara bawahannya. Dalam hal
ini berarati, sebagai seorang pemimpin ia harus mengenal kepentingan-kepentingan
bawahannya, memberikan motivasi untuk bekerja demi kepentingan pribadi
maupun kepentingan organisasi, serta mengusahakan adanya kepuasan bekerja.
Dimensi kedua yaitu,  setiap anggota organisasi mampu menyelesaikan tugas secara
baik dan tepat pada waktunya. Tidak terlalu mengutamakan kewajiban bekerja,
sampai melupakan kegairahan bekerja dan kepentingan pribadi bawahannya.
Dimensi yang ketiga yaitu, memperhitungkan taraf kematangan anggota organisasi
dan situasi yang ada.
e) Prinsip kerja sama
Mampu mengembangkan kerja sama antara orang-orang yang terlibat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari administrasi pendidikan
adalah mengutamakan pengelolaan tugas bidang administrasi secara efektif dan
efisien serta menjalin hubungan kerja sama dengan orang-orang yang terlibat di
dalam kegiatan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan.
2.  Tujuan administrasi Pendidikan
Tujuan Administrasi pendidikan di sekolah dapat dibedakan atas tujuan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
a. Tujuan jangka pendek
Tujuan administrasi pendidikan jangka pendek adalah agar tersusun dan
terlaksananya suatu sistem pengelolaan instrumental suatu proses pendidikan di
sekolah secara efektif dan efesien serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
b. Tujuan jangka menengah
Tujuan administrasi pendidikan jangka menengah adalah menunjang tercapainya
tujuan institusional masing-masing jenis dan jenjang pendidikan seperti yang
digariskan oleh kurikulum.
c. Tujuan jangka Panjang
Tujuan jangka panjang administrasi pendidikan adalah untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang digariskan dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Pasal 3 meyebutkan, “
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk  watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab
3. Fungsi administrasi Pendidikan
Diantara fungsi administrasi pendidikan adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan memikirkan dan memilih segala tindakan yang akan
dilakukan demi tercapainya maksud dan tujuan pendidikan.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan kerja sama
sebagai wujud kesatuan dalam usaha pencapaian tujuan Pendidikan
c) Pengkoordinasian (Coordination)
Koordinasi adalah kegiatan mengumpulkan dan menyatupadukan segala sumber
baik personil, materiil, pikiran, teknik, dan tujuan ke dalam suatu hubungan yang
harmonis dan produktif agar selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha
dalam mencapai tujuan sekolah.
d) Pembiayaan
Pembiayaan adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan. Dimulai dari perencanaan biaya, usaha
mendapat dana, peggunaan dana, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
e) Penilaian
Penilaian terhadap seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, mengetahui
kelebihan dan kelemahan program yang dilaksanakan, memperoleh dasar
pertimbangan ketepatan waktu berhasilnya pekerjaan, menjamin cara kerja yang
efektif dan efisien
4. Ruang lingkup administrasi Pendidikan
Bidang-bidang yang tercakup dalam administrasi pendidikan sangatlah banyak dan luas.
Namun, perlu diketahui oleh para kepala sekolah dan para guru hal-hal berikut ini:
a. Bidang tata usaha sekolah, meliputi:
1. Organisasi dan struktur pegawai tata usaha
2.  Anggaran belanja keuangan sekolah
3.  Masalah kepegawaian dan personalia sekolah
4. Keuangan dan pembukuannya
5. Korespondensi atau surat-menyurat
6. Masalah pengangkatan pemindahan, penempatan, laporan, pengisian buku
induk, rapot, dan sebagainya.
b. Bidang personalisa murid,  yang meliputi:
1. Organisasi murid
2. Masalah kesehatan murid
3. Masalah kesejahteraan murid
4. Evaluasi kemajuan murid
5. Bimbingan dan penyuluhan bagi murid

c. Bidang personalia guru, meliputi:


1. Pengangkatan dan penempatan tenaga guru
2. Organisasi personel guru
3. Masalah kepegawaian
4. Masalah kondite dan evaluasi kemajuan guru
5. Refreshing dan up-grading guru-guru
d. Bidang pengawasan (supervisi), yang meliputi
1. Usaha membangkitkan semangat guru dan pegawai tata usaha dalam
menjalankan tugas sebaik-baiknya.
2. Mengembangkan kerja sama yang baik antara murid, guru, dan pegawai tata
usaha.
3. Membuat pedoman cara penilaian hasil pendidikan dan pengajaran.
4. Mempertinggi mutu dan pengalaman para guru.
e. Bidang pelaksanaan dan pembinaan kurikulum:
1. Kurikulum dijadikan sebagai pedoman dalam mencapai dasar-dasar dan tujuan
pendikan dan pengajaran.
2. Melaksanakan organisasi kurikulum dan metode-metodenya yang disesuaikan
dengan pembaruan sistem pendidikan dna lingkungan sekolah.
B. Administrasi Kesiswaan
1. Pengertian
Administrasi kesiswaan merupakan usaha dan kegiatan yang meliputipengaturan tentang
administrasi yang berkaitan dengan siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa.
Administrasi Kesiswaan berhubungan dengan Tata Usaha dalam penyimpanan data-data
siswa.
Penyimpanan data tersebut harus ditangan oleh satu orang saja, jika ditangani oleh
beberapa orang maka akan mempersulit dalam pencariannya. Administrasi murid dibagi
dalam berbagai file, diantaranya :
a. Buku Induk
Buku Induk berisi tentang data pribadi siswa yang meliputi : nama siswa,
nama orang tua, tempat tanggal lahir, alamat siswa, alamat orang tua, dll yang
meliputi tentang siswa itu sendiri.
b. Presensi Siswa
Berisi tentang kehadiran siswa setiap hari selama 1 bulan dan setelah itu
direkap sebagai laporan kepada wali kelas.
c. Jurnal Kelas
Berisi tentang kegiatan proses belajar mengajar dalam kelas perjam pelajaran.
d. Laporan Hasil Nilai Siswa
Berisi tentang hasil nilai yang telah dilaksanakan dalam 1 semester oleh siswa.
2. Tujuan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai
masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler, sehingga
memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan
pendidikan secara keseluruhan.
3. Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan
perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Muka
di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu dan
bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari
perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan
perkataan lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada maka
aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil. Perencanaan peserta
didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan
berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki
sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal
yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai dengan
pelulusan peserta didik.
b. Penerimaan Siswa Baru (PSB)
Penerimaan siswa baru meliputi kegiatan: Penetuan kebijakan PSB, sistem PSB,
kriteria PSB, Prosedur PSB, dan pemecahan problemproblem PSB. Sebagai dasar
pembuatan kebijakan mengenai proses penerimaan peserta didik atau penerimaan siswa
baru, Permendikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menggariskan ketentuan yang berkenaan
dengan criteria calon peserta didik dan norma-norma pelaksanaan penerimaan peserta
didik.

C. Administrasi saran dan prasarana


1. Pengertian Administrasi Sarana dan Prasarana
Menurut Asal Kata
Kata administrasi berasal dari bahasa latin (bukan yunani) yang terdiri dari
kata Ad dan ministrare. Kata Ad berarti intensif sedangkan ministrare berarti melayani
atau membantu. Sehingga secara etimologis, administrasi adalah melayani kegiatan
secara intensif. Dari kata kerja ini muncullah kata sifat administraitivus dan kata
benda administratio.
Sarana pendidikan adalah alat-alat atau benda-benda yang secara langsung menjadi
penunjang proses Belajar mengajar seperti, meja, kursi, alat-alat tulis, media Pengajaran,
dll. Sedangkan prasarana adalah alat-alat atau Benda-benda yang secara tidak langsung
menjadi Penunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran Seperti perpustakaan,
mesjid, ruang kelas dan lain lain.
Administrasi Sarana dan Prasarana pendidikan Adalah keseluruhan rangkaian proses
yang direncanakan Secara sengaja dan dan bersungguh-sungguh serta Pembinaan secara
kontinu terhadap benda-benda dalam PBM sehingga PBM semakin efektif dan efisien
guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Fasilitas atau
benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis dan sifatnya.
2. Proses Administrasi Sarana dan Prasarana
a. Perencanaan
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan Merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk Mengkonkritkan sarana dan prasarana yang Dibutuhkan dalam bentuk usulan
kegiatan. Serta upaya Yang dilakukan untuk mengidentifikasi secara tepat Terhadap
sarana da prasarana yang dibutuhkan dalam Pelaksanaan kegiatan.
b. Pengadaan
Pengadaan adalah usaha yang dilakukan untuk Merealisasikan atau mewujudkan
sarana dan Prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan rencana Yang telah disusun,
baik melalui pembelian, Hibah, hadiah, menyewa, dsb.
c. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan yang Dilakukan untuk menampung barang milik
Kekayaan negara atau unit kerja berdasarkan hasil Dari pengadaan, pada tempat
atau wadah tertentu Yang biasanya disebut dengan gudang dengan Mempedomani
aturan dan ketentuan yang berlaku.
d. Penyaluran
Penyaluran adalah kegiatan yang dilakukan Untuk pemindahan barang dan
tanggungjawab Pengelolaan barang dari seseorang kepada orang Lain atau dari unit
kerja kepada unit kerja yang Lain
e. Inventaris
Inventarisasi yaitu sebagai kegiatan pencatatan Terhadap sarana dan prasarana.
Tujuan Inventarisasi sarana dan prasarana antara lain :
 Sebagai bukti secara tertulis terhadap kegiatan Pengelolaan barang sehingga
dapat Dipertanggungjawabkan.
 Memudahkan dalam pengecekan barang.
 Memudahkan dalam pengawasan.
 Agar peralatan tidak mudah hilang.
f. Pemanfaatan dan pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan-kegiatan yang Dilakukan untuk mengusahakan agar
Barang/bahan kantor tetap dalam keadaan baik Atau siap untuk dipakai. Terdapat
beberapa Tujuan pemeliharaan sarana dan prasarana Pendidikan, antara lain :
 Agar barang tidak kadaluarsa.
 Agar barang tidak mudah rusak karena
 pengaruh suhu/cuaca.
 Agar sarana dan prasarana selalu dalam
 keadaan bersih.
 Agar barang tidak mudah hilang.
g. Penghapusan
Penghapusan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghapus daftar barang-barang milik negara dari daftar inventaris
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
h. Pengawasan
Pengawasan merupakan koordinasi serta akselerasi bagi seluruh fungsi pengelolaan
administrasi, sehingga pemborosan waktu, tenaga dan biaya dapat dihindarkan.Agar
barang tidak mudah susut.
3. Peran Guru dalam Administrasi Sarana Prasarana
Berdasarkan kebijakan pemerintah mengenai Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 45 ayat (1)
Yaitu ”setiap satuan pendidikan formal dan nonformal Menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan Pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan Potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan Kejiwaan
peserta didik.” (Mohammad Syaifuddin: 2007). Peran guru dalam administrasi sarana dan
prasarana Pendidikan dimulai dengan perencanaan, pemanfaataan, Pemeliharaan, serta
pengawasan penggunaan prasarana dan Sarana yang dimaksud. Beberapa peran guru
dalam administrasi sarana Prasarana sekolah:
 Guru harus merencanakan pengadaan sarana dan Prasaran sesuai dengan
kebutuhan proses yang Dibutuhkan dalam pendidikan.
 Guru harus dapat memanfaatkan segala sarana dan Prasarana seoptimal mungkin.
 Guru harus dapat bertanggung jawab dalam Melaksanakan kegiatan-kegiatan
sarana dan prasarana.
D. Administrasi personil
Administrasi personil merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu para pegawai di
sekolah, sehingga mereka dapat membantu/menunjang kegiatan-kegiatan sekolah (khususnya
PBM) secara efektif dan efisiens demi tercapainya tujuan belajar. Administrasi personil
adalah pelaksanaan kegiatan tata usaha yang mengandung makna pelayanan terhadap
personil dalam memperoleh hak sesuai dengan kedudukan atau hak masing-masing. Yang
dimaksud dengan administrasi personil adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut
dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah dengan
efisien, demi tercapainya tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya. Personil sekolah
yang dimaksud adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kesiswaan (yang
merangkap jabatan sebagai guru bimbingan dan konseling), guru mata pelajaran, wali kelas,
dan staf administrasi. Administrasi personalia adalah serangkaian proses kerja sama mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan dalam bidang personalia
dengan mendayagunakan sumber yang ada secara efektif dan efisien, sehingga semua
personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan pendidikan sekolah
yang telah ditetapkan.
1. Prinsip-prinsip Administrasi Personel
Prinsip-prinsip tentu saja diangkat dari prinsip fundamental yang menggunakan
pendekatan ilmiah dalam managemen. Sejauh ini sejumlah prinsip tersebut yang lebih
banyak diilhami oleh prinsip manajemen pada umumnya, namun dengan anggapan
bahwa dalam prakteknya dapat diterapkan dalam penyelenggaraan administrasi Guru.
Dalam menuju tingkat produktivitas penyelenggaraan pendidikan, harus di
administrasikan dengan berpegang pada prinsip-prinsip berikut :
a. Menerapkan kembali prosedur dan tehnik yang dilandasi oleh pengetahuan
terorganisir.
b. Mencapai keharmonisan tindakan kelompok, bukan sebaliknya.
c. Mencapai suasana kerja sama manusia bukan individualisasi yang semrawut.
d. Bekerja untuk memperoleh output semaksimal mungkin.
2. Adapun ruang lingkup administrasi personalia meliputi
a. Perencanaan pegawai (personel planning)
b. Pengadaan pegawai (recruitment)
c. Pembiayaan atau pengembangan pegawai (personel development)
d. Promosi dan mutase
e. Pemberhentian pegawai
f. Pensiun
g. Kesejahteraan pegawai
3. Fungsi administrasi yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian, pengarahan, dan
pengawasan dalam konteks kegiatan lembaga Pendidikan
4. Mengembangkan para bawahan semaksimal mungkin sesuai dengan segala kemampuan
yang ada pada diri dan kemakmuran persatuan mereka sendiri
5. Sebagai administrasi pendidikan, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan
sekolah yang dipimpinnya seperti membuat rencana atau program tahunan, menyusun
organisasi sekolah, melaksanakan pengkoordinasian dan pengarahan, dan mclaksanakan
pengelolaan kepegawaian.
6. Bidang-bidang yang tercakup di dalam program tahunan yang dibuat oleh kepala sekolah
meliputi program pengajaran, kesiswaan atau kemuridan. kepegawaian, keuangan. dan
perlengkapan atau sarana dan prasarana sckolah.
7. Dalam menyusun organisasi sekolah perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengorganisasian
yang baik. Dan di dalam pelaksanaannya diperlukan pengoordinasian serta pcngarahan
yang kontinyu dari pimpinan sekolah.
8. Pengelolaan kepegawaian yang dalam ilmu administrasi biasa disebut manajemen
merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah yang sangat penting karena
manajemen merupakan inti keseluruhan kegiatan administrasi. Pengelolaan kepegawaian
yang menjadi tugas dan tanggung jawab kepala sekolah meliputi penerimaan,
penempatan, dan pemberian tugas guru dan pegawai sekolah; usaha dan peningkatan
kesejahteraan guru-guru dan pegawai sekolah, baik yang bersifat material, jasmani dan
rohani; dan peningkatan mutu profesional serta pengembangan karier mereka.
E. Administrasi keuangan
1. Pengertian
Administrasi keuangan sekolah adalah langkah pengolahan keuangan sekolah mulai dari
penerimaan sampai dengan bagaimana mempertanggungjawabkan keuangan yang
digunakan secara obyektif dan sistematis. Langkah tersebut sangat penting sekali
diperhatikan, karena masalah pembiayaan adalah menjadi sarana vital bagi mati hidupnya
suatu organisasi sekolah.
Selain itu Mulyono, MA. berpendapat bahwa administrasi keuangan sekolah adalah
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan secara
sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya
operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta
membantu pencapaian tujuan pendidikan.
administrasi keuangan adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber
pendapatan (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukkan sebagai
pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
2. Konsep dasar administrasi keuangan
Sebelum kita memaparkan tentang keuangan pendidikan, sebaiknya kita memahami
bahwa pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan menentukan
pembangunan suatu bangsa.
Menurut J. Hallak (1969) dalam Analisis Biaya Pendidikan biaya dalam arti yang umum
yaitu dalam bentuk moneter/uang. Sementara STEPPES, biro perencanaan, Depdikbud
(1989) menyatakan bahwa konsep biaya dalam pendidikan terdiri dari seluruh biaya yang
dikeluarkan dan dimanfaatkan dalam penyelenggaraan pendidikan baik oleh pemerintah,
perorangan dan masyarakat untuk mndapatkan pendidikan.
Dalam kaitan ini Zymelman (1975) dengan jelas mengatakan bahwa pembiayaan
pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber dana, tetapi juga
menyangkut penggunaan dana-dana itu secara efisien. Makin efisien sistem pendidikan,
semakin kecil dana yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan itu. Oleh
karena itu dengan pengelolaan dana secara baik akan membantu meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan. Artinya dengan anggaran yang tersedia dapat
mencapaitujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan relevan antara
kebutuhan di bidang pendidikan dengan pembangunan dan masyarakat (link and match).
Ketersediaan dana merupakan salah satu syarat untuk dapat dilakukannya berbagai
kegiatan pendidikan. Bersama-sama dengan unsur-unsur adminitrasi pendidikan lainnya,
seperti manusia/personil, fasilitas, dan teknologi pendidikan, dana berfungsi untuk
kemudian menghasilkan keluaran tertentu yang menunjang keberhasilan tujuan
penyelenggaraan pendidikan. Apabila dana yang diperlukan sudah cukup tersedia, maka
dituntut adanya pengelolaan yang cermat terhadap sumber-sumber dana. Artinya selain
memikirkan berapa jumlah dana yang mencukupi kebutuhan pendidikan, perlu pula
dipikirkan dana itu diperoleh
Secara sederhana pengelolaan dana pendidikan itu mencakup 2 aspek, yaitu
 Dimensi penerimaan atau sumber dana
 Dimensi pengeluaran atau alokasi dan
Dimensi penerimaan antara lain bersumber dari: penerimaan umum pemerintah,
penerimaan khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi pendidikan, iuran sekolah,
dan sumbangan-sumbangan masyarakat. Sedangkan dimensi pengeluaran meliputi:
pengeluaran modal/kapital atau anggaran pembangunan (Capital outlay/ependiture)
Berdasarkan uraian di atas, pengelolaan keuangan pendidikan lebih difokuskan
dalam proses merencanakan alokasi secara teliti dan penuh perhitungan, serta
mengawasi pelaksanaan penggunaan dana, baik untuk biaya operasional maupun
biaya kapital, disertai bukti-bukti secara administratif dan fisik (material) sesuai
dengan dana yang dikeluarkan.
3. Sumber keuangan Pendidikan
Sumber penerimaan pendidikan meliputi sebagai berikut:
a. Hasil penerimaan pemerintah umum
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu semua penerimaan pemerintah dari pajak,
pajak pendidikan dari perusahaan-perusahaan, dan iuran-iuran pembangunan daerah.
b. Penerimaan pemerintah khusus untuk Pendidikan
Yang termasuk dalam golongan ini adalah antara lain bantuan atau pinjaman luar
negeri, seperti bantuan dari Badan Internasional PBB (UNICEP atau UNESCO),
pinjaman bank dunia. Bantuan yang bersumber dari luar negeri ini mencakup bantuan
teknik dan bantuan modal berupa pinjaman dan hibah. Dana yang diperoleh khusus
untuk pendidikan ini diberikan kepada pendidikan dasar, menengah, pendidikan
tinggi, dan pendidikan luar sekolah. Di samping itu juga diperlukan untuk kegiatan
perencanaan pendidikan, kegiatan penelitian, pengelolaan pendidikan, dan beasiswa
untuk belajar di luar negeri.

c. Iuran sekolah
Termasuk dalam golongan ini adalah sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) atau
BP3, yaitu bantuan dana yang diterima dari peserta didik atau orang tua siswa pada
setiap bulan yang di setorkan ke kantor dinas pendidikan.
d. Sumbangan-sumbangan sukarela dari masyarakat
Termasuk dalam golongan ini adalah sumbangan-sumbangan swasta, perorangan atau
keluarga, badan-badan sukarela dan kelompok. Sumbangan perorangan atau keluarga
siswa tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga tanah, tenaga dan bahan bangunan
untuk mendirikan sekolah.
4. Jenis-jenis pengeluaran Pendidikan
Dimensi alokasi secara garis besar digolongakn ke dalam dua jenis pengeluaran, yaitu
pengeluaran rutin yang sufatnya berulang (recurrent expenditure) atau aktiva lancar dan
pengeluaran kapital/modal (capital expenditure) atau aktiva tetap.
Pengeluaran rutin atau berulang adalah biaya yang digunakan secara berkala dalam suatu
masa tertentu (bulanan atau tahunan) seperti gaji guru, gaji pengelola, upah pegawai,,
pembelian bahan-bahan ATK, biaya pemeliharaan gedung, halaman sekolah, dan dana-
dana operasional.
Dana yang dipergunakan dalam kegiatan rutin ini memrlukan pengelolaan yang baik,
terutama bagi lembaga pendidikan swasta (swadana) atau tidak terdapat bantuan
pemerintah.
Untuk ini perlu dikuasai prinsip-prinsip pengelolaan kas, pengelolaan utang, dan
pengelolaan barang/ fasilitas. Pengelolaan kas terutama menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
a. penentuan jumlah uang tunai kas yang diperlukan agar tidak berlebihan dan juga
tidak terlampau kecil,
b. pengendalian aliran-aliran uang tunai, baik yang masuk ke sekolah maupun yang
dikeluarkan oleh sekolah. Sedangkan pengelolaan utang menyangkut syarat-syarat
dan sanksi-sanksi yang dikenakan jika meminjam dana dari pihak luar baik jangka
panjang ataupun janga pendek. Dalam hal ini perlu diperhitungkan masak-masak
berapa jumlah uang yang layak/rasional untuk diinventarisasikan dalam pendidikan.
Demikian pula dengan biaya modal atau aktiva tetap yang dipergunakan untuk
mendirikan bangunan sekolah, pembelian tanah, sarana pendidikan lainnnya, kantin,
poliklinik, sarana olah raga (sport hall) yang relatif besar, memerlukan pengelolaan
dengan baik.
5. Peran guru dalam Administrasi Keuangan Sekolah
Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala sekolah namun demikian,guru
diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya ini meskipun
menambah beban mereka juga memberikan kesempatan untuk ikut serta mengarahkan pe
mbiayaan itu untuk perbaikan proses belajar mengajar (Alfafa, 2015).
 Beberapa peran guru dalam administrasi keuangan ini meliputi:
a. Membuat file keuangan sesuai dengan dana pembangunan.
b. Membuat laporan data usulan pembayaran gaji, rapel ke Pemerintah Kota.
c. Membuat pembukuan penerimaan dan penggunaan dana pembangunan
d. Membuatlaporan dana pembangunan padaakhir tahun anggaran.
e. Membuat laporan Rancangan Anggaran Pendapatan Bantuan Sekolah(RAPBS).
f. Membuat laporan tribulan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
g. Menyetorkan pajak PPN dan PPh.
h. Membagikan gaji atau rapel.
i. Menyimpan dan membuat arsip peraturan keuangan sekolah.
F.  Administrasi Humas
1. Pengertian humas Pendidikan
Humas merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pengelolaan pendidikan,
karena keberhasilan suatu lembaga pendidikan juga sangat ditentukan oleh berfungsi atau
tidaknya humas pendidikan.
Dalam bahasa inggris humas disebut dengan “public relation”, oleh sebab itu yamg
menjadi dasar dari humas tersebut adalah komunikasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa humas pendidikan adalah
serangkaian kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara
sekolah dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di dalam maupun di luar organisasi.
Hubungan yang harmonis itu ditandai oleh beberapa hal antara lain:
a. Adanya saling pengertian antara sekolah dengan pihak-pihak yang terkait.
b. Adanya kegiatan saling menbantu dan saling melengkapi antara sekolah dengan
masyarakat, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan
disekolah.
c. Adanya kerjasama yang erat antara sekolah dengan pihak-pihak yang
ikut  bertanggung jawab atas sukses nya pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
bersangkutan.
Adapun tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
2) Untuk meningkatkan tujuan dan kualitas kehidupan masyarakat.
3) Untuk mengembangkan antusias atau semangat masyarakat dalam membantu
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Jenis-Jenis Humas Pendidikan
Humas pendidikan melibatkan banyak unsur antara lain kepala sekolah, guru, orang tua
murid/siswa, masyarakat dan pemerintah. Dengan memperhatikan unsure-unsur tersebut
maka humas pendidikan dapat dikelompokkan kepada:
1) Ditinjau dari formal atau tidak formal komunikasi yang digunakan maka humas
pendidikan terdiri dari:
1) Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang dilakukan secara resmi oleh petugas-
petugas yang ditunjuk oleh sekolah
2) Komunikasi informal, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam suasana yang tidak
resmi, tidak melalui jalur –jalur  sistimatis atau jalur- jalur yang telah ditentukan
2) Dilihat dari arah komunikasi, maka humas pendidikan tersebut dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Kounikasi keatas atau “bottom up” yaitu komunikasi yang dilakukan oleh
bawahan atauorang yang lebih rendah kepada atasan atau orang yang lebih tinggi
kedudukan nya. Komunikasi ini lebih bnyak berbentuk laporan, keluhan atau
saran.
b. Komunikasi kebawah atau “top down”  yaitu omunikasi yang dilakukanoleh
orang atau badan yang lebih tinggi kedudukan nya kepada orang yang lebih
rendah, atau dari atasan kepada bawahan. Komunikasi dalan bentuk ini
lebihbnyak dalm bentuk perintah, tugas, teguran, edaran an sebagainya
c. Komunikasi mendatar atau “horizontal” yaitu komunikasi yang dilakukan antara
orang atau badan yang setara atau sama derajat nya, misalnya komunikasi
sesama guru, sesame kepala sekolah, dan sebagainya.
3) Ditinjau dari hubungan nya dengan organisasi, maka komunikasi itu dapat
dikelompokkan kepada:
a. Komunikasi internal, yaitu komunikasi yang terjadi didalam lingkungan
organisasi atau sekolah yang bersangkutan.
b. Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi yang terjadi antara satu oganisasi
dengan organisasi lainnya
3. Tujuan kerjasama sekolah dan masyarakat
Tujuan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin
dicapai oleh sekolah.
2) Meningkatkan pemahaman sekolah tentang keadaan dan aspirasi masyarakat
tentang sekolah.
3) Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran
pendidikan atau sekolah dalam pembangunan.
4) Membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat untuk dapat membantu
sekolah.
5) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tanggung jawab sekolah untuk
memenuhi harapan masyarakat mengenai hal-hal yang mungkin disumbangkan
sekolah terhadap kepentingan masyarakat.
6) Mengusahakan dukungan dan bantuan dari masyarakat untuk memperoleh sumber-
sumber yang diperlukan dalam rangka memenuhi dan meningkatkan keperluan
sekolah.
7) Sekolah dapat memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lainnya demi kemajuan
sekolah.
4. Penyelenggaraan humas Pendidikan
Penyelenggaraan humas pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi proses dan
dari segi jenis kegiatan.
1) Dari Segi Proses
Dari segi proses, humas pendidikan meliputi kegiatan:
a. Perencanaan program
Dalam merencanakan humas pendidikan perlu dipertimbangkan beberapa hal,
antara lain: dana yang tersedia, keadaan masyarakat, areal jangkauan, sarana
serta media dan teknik yang digunakan. Untuk itu dapat dilakukan beberapa
kegiatan antara lain
 Mengembangkan kebijaksanaan
 Perlu memahami kegiatan masyarakat
 Menentukan sasaran dan jenis kegiatan
 Menentukan kriteria
b. Pengorganisasi
Perlu disusun hubungan sekolah dan masyarakat secara baik dan terencana.
Hubungan ini harus dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan pihak-pihak
terkait.
c. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah adanya koordinasi antara
bagian-bagian yang terkait dalam melakukan kegiatan humas tersebut. Begitu
juga dalam penggunaan waktu perlu adanya sinkronisasi dengan perencanaan
yang telah dibuat. 
d. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan  efisiensi usaha
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2) Dari segi kegiatan
Dari segi kegiatan, humas tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara:
a. Tatap muka
Teknik tatap muka tersebut dapat berupa:
 Tatap muka kelompok
 Tatap muka individual
 Kunjungan ke sekolah
  Kunjungan kerumah murid
b. Laporan kepada orang tua
Laporan sekolah kepada orang tua dapat berupa buku rapor, yaitu buku
kemajuan- kemajuan hasil belajar anak di sekolah.
c. Publikasi sekolah
Publikasi sekolah adalah kegiatan memberikan informasi kepada orang
tua/wali murid dan pihak-pihak yang membutuhkan tentang kegiatan-kegiatan
yang telah dan yang akan dilakukan sekolah. Kegiatan ini dimaksud agar
sekolah dapat dukungan positif dari orang tua/wali kelas dan dari masyarakat
pada umumnya.
SUPERVISI PENDIDIKAN

1. PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
dan prestasi pendidikan. Atau bantuan yang diberikan kepada guru dan seluruh staf untuk
mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik.
Arti morfologis
Supervisi berasal dari bahasa inggris “ supervision” yang tersdiri dari dua perkataan
“suoer” dan “vision”.super berarti atas atau , sedangkan vision berarti melihat atau meninjau
Arti semantic
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar
pada khususnya.
Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli
Good Carter, Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi
pengajaran. God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
Boardman. Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir
dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual
maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap
murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi
modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat
modern.
Wilem Mantja (2007) Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor
(jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan
(tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan
peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk
perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan
Kimball Wiles (1967) Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut :
“Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Kimball
Wiles beranggapan bahwa faktor manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yg lebih baik.
Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus
yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan
tugas.
Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang
bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum. Ross L memandang
supervisi sebagai pelayanan kapada guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan.
Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
2. TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :


 Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
 Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
 Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.
 Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
 Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan, serta
membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah
kesalahan yang lebih jauh.
3. PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN

Prinsip Ilmiah, dengan ciri-ciri :


 Prinsip Demokratis

Yakni dilaksanakan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab sehingga guru merasa
perlu untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru.
 Prinsip Kerja Sama

Yakni mengembangkan usaha bersama atau “sharing of idea, sharing of experience” serta
memberi support, dorongan dan menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
 Prinsip Demokratis dan Kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitasnya jika
supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan menakutkan.
4. FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
 Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan
prasarana.
 Membantu serta membina guru dengan cara memberikan petunjuk sehingga keterampilan
dan kemampuannya meningkat.
 Membantu kepala sekolah/ guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
5. KEGIATAN TEKNIK SUPERVISI
1. Kunjungan Kelas
Supervisor menginjak ruang ruang belajar pada pelaksaan KBM. Teknik ini dilaksanakan dengan
tiga cara, yaitu:
 Direncanakan pengawas dan diumumkan kepada guru yang bersangkutan
 Direncanakan oleh pengawas, namun tidak diumumkan kepada guru yang bersangkutan
 Direncanakan oleh guru, lantas mengundang pengawas.
 Kunjungan ruang belajar ini bertujuan untuk mengoleksi informasi dalam rangka
penambahan kualitas proses dan hasil pembelajaran bukan menilai kondite.
2. Pertemuan Pribadi
Pertemuan pribadi ialah dialog antara pengawas dan guru tentang usaha-usaha meningkatkan
keterampilan profesional guru. Pertemuan pribadi dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:
Pertemuan individu sebelum trafik kelas
Pertemuan ini merundingkan upaya perbaikan proses pembelajaran sampai-sampai akan
menjadi konsentrasi obserfasi kelas.
 Pertemuan individu sesudah trafik kelas.
 Pertemuan ini membicarakan keunggulan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah
dilakukan sehingga menjadi umpan balik bagii guru untuk membetulkan dan
meninghkatkan proses pembelajaran.
3. Rapat Dewan Guru
Rapat dewan guru adalahpertemuan antar seluruh guru dan kepala sekolah yang membicarakan
sekian banyak hal yang mencantol penyelenggaraan edukasi dan proses pembelajaran. Maksud
rapat dewan guru:
 Mengatur semua anggota staff supaya memiliki keserupaan tujuan
 Mendorong anggota supaya mengetahui tangung jawab masing-masing
 Bersama-sama menilai teknik yang dapat dilaksanakan perbaikan PBM
 Meningkatkan arus komunikasi dan informasi.
4. Kunjungan Antar Kelas
Guru dikelas yang satu berangjangsana ke ruang belajar yang beda dalam satu lingkungan
sekolah.
6. Kunjungan Sekolah
Pengawas mendatangi sekolah secara tertata untuk menyerahkan pembinaan, baik dengan
pengumuman maupun seketika atau atas undangan guru atau kepala sekolah.
7. Kunjungan antar sekolah
Guru-guru atau staff mendatangi sekolah-sekolah yang dinilai sukses dan patut dijadikan contoh.
Pengawas bisa memanfaatkan guru sekolah beda untuk menyerahkan pembinaan.
8. Penerbitan buletin profesional
Buletin profesional merupakan selebaran rutin yang mengandung topik-topik tetentu sehubungan
dengan usaha penambahan proses belajar-mengajar. Buletin ini tidak haru sditulis oleh semua
ahli, tetapi seluruh guru atau staff yang telah memiliki pengalaman keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
9. Penataran atau edukasi dan pelatihan
Penataran atau diklat dapat dilakukan dari sekolah sendiri atau mengekor program yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
10. PEMBINAAN GURU

Peningkatan kinerja guru menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran yang nantinya akan berefek kepada mutu lulusan dan akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan
berbagai hal untuk mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru agar guru memiliki kinerja
yang baik. Diantaranya adalah dengan memberikan peluang untuk menempuh pendidikan yang
lebih tinggi, mewajibkan kepada guru menempuh pendidikan minimal strata satu, memberikan
pelatihan dan seminar dan memberikan tunjangan sertifikasi.
Namun faktanya, kualitas dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan
yang diharapkan. Di Indonesia jumlah guru menurut data Kemendikbud ada sebanyak 3.015.315
guru. Dari jumlah itu, sebanyak 2.294.191 guru berstatus PNS dan guru tetap yayasan (GTY).
Sedangkan sisanya sebanyak 721.124 guru berstatus guru tidak tetap (GTT) dan tidak
bersertifikasi. Dari 3 (tiga) juta guru tersebut tidak sedikit yang masih bermasalah, baik dari segi
profesionalisme maupun kepribadian.3 Data ini memperkuat dugaan bahwa kualitas dan
kompetensi guru masih jauh dari harapan pendidikan Indonesia.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya kualitas guru Indonesia.
Rendahnya honor guru terutama guru swasta membuat mereka harus bekerja diluar jam mengajar
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akibatnya kewajibannya sebagai pengajar
menjadi terbengkalai. Guru merasa cukup dengan satu gelar dan selembar sertifikat yang
menyatakan guru profesional tanpa dibarengi dengan usaha belajar terus-menerus dan perbaikan
kinerja. Rendahnya intensitas pengawas pendidikan juga berpengaruh dalam melakukan kegiatan
supervisi akademik. Kalaupun pengawas datang ke sekolah mereka hanya datang ke ruang
kepala sekolah tanpa melihat ruang-ruang kelas. Masih sangat sedikit kepala sekolah yang
memahami perannya sebagai supervisor. Sehingga sulit ditemukan kepala sekolah yang mau
datang dari kelas ke kelas untuk melakukan kegiatan kunjungan kelas dalam rangka menjalankan
peran sebagai supervisor akademik. Pemerintah saat ini memang tidak pernah secara periodik
melakukan pembinaan dan pelatihan untuk guru-guru. Padahal, semestinya pembinaan dan
pelatihan dilakukan secara periodik untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru.
Dengan demikian pembinaan dan pelatihan terhadap kinerja guru merupakan sebuah
keharusan yang wajib dilaksanakan oleh kepala sekolah. Dalam upaya peningkatan kinerja guru
di sekolah maka dibutuhkan sebuah program pembinaan yang terencana dengan baik, sehingga
dengan pembinaan tersebut diharapkan kinerja guru juga akan meningkat.
Realitas seperti itu terjadi di banyak sekolah, salah satunya adalah di SD An-Nisaa’ Kota
Tangerang. Lembaga yang berdiri sejak 1995 memiliki 51 guru, baik yang berstatus guru tetap
maupun guru kontrak. Namun, setelah 4 tahun yang lalu kuota guru tetap sudah terpenuhi, maka
pihak personalia sekolah hanya membuka rekrutmen tenaga pendidik/guru untuk status guru
kontrak yang diselenggarakan minimal satu tahun sekali sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Permasalahan yang ditemukan di SD An-Nisaa’ untuk pembinaan guru ialah penanganan untuk
masing-masing guru khususnya karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut mengharuskan
pelaksana pembinaan menerapkan gaya yang berbeda untuk tiap guru tersebut. Namun untuk
pembinaan yang bersifat instruksi, pelaksana 4 menerapkan 1 gaya untuk dilakukan ke semua
guru.4 Permasalahan ini berpengaruh terhadap kinerja guru, sebab kemampuan yang dimiliki
oleh guru harus selalu dikembangkan dan harus berkompeten dibidangnya, sehingga nantinya
akan bermuara kepada kinerja guru yang optimal dalam proses pengajaran.
Supervisi menjadi hal yang penting bagi kepala sekolah, karena kepala sekolah memiliki
tanggung jawab terhadap kinerja guru.

Anda mungkin juga menyukai