Oleh:
dr. Annisa Rizka Fauziah
Pembimbing:
dr. Theresia Bintang Hotnida
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. Rohyadi
2. Umur : 54 tahun
3. Agama : Islam
4. Alamat : kp. Lebak Pulus RT/RW 04/01, Kab. Serang
5. Pekerjaan : Petani
6. Pendidikan terakhir : SD
7. Status : Menikah
8. No RM : 152***
9. Tanggal masuk RS : 16 Juli 2023
10. Tanggal keluar RS : 19 Juli 2023
B. Anamnesis
Pada tanggal 16 Juli 2023 pukul 04.29 WIB pasien datang ke IGD RSUD
Banten dengan keluhan utama nyeri perut dan bagian buah zakar sejak 4 hari
SMRS nyeri dirasakan terus menerus seperti ditekan. Nyeri disertai demam
tinggi naik turun. Mual dan muntah sering berisi makanan dan air, berwarna
kuning kehijauan, belum BAB dan kentut selama 4 hari, pasien mengatakan ada
benjolan di buah zakar yang hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu, namun sejak 4
hari ini benjolan semakin membesar dan tidak bisa kembali normal, benjolan
disertai nyeri. Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi. Pasien belum
meminum obat untuk mengurangi keluhan yang dirasakan.
1. Keluhan Utama
Benjolan disertai nyeri di seluruh lapang perut dan di kantong buah zakar kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Lokasi : seluruh lapang perut dan kantong buah zakar kiri
b. Onset : sejak 4 hari yang lalu
c. Kronologis : Mendadak
d. Kuantitas : Benjolan muncul saat kelelahan atau aktivitas berat,
benjolan semakin lama semakin membesar
e. Kualitas : Nyeri berat terus menerus dan benjolan sudah tida bisa
dimasukkan ke dalam
f. Faktor pengubah : tidak ada
g. Gejala penyerta : Demam, mual dan muntah
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Leher
Inspeksi : Proporsi leher dalam batas normal, benjolan/massa (-)
Palpasi : Trakea terletak ditengah, tidak teraba pembesaran tiroid,
Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normochest, pergerakan dinding dada simetris,
Tidak ada lesi ataupun massa
Palpasi : Vocal fremitus sama antara dada kanan dan kiri.
Perkusi : Suara perkusi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
2) Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak teraba pulsasi iktus kordis
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi, dinding perut tegang, tidak terlihat ada benjolan ataupun luka.
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : shifting dullnes (-), undulasi (-), nyeri tekan (+) seluruh
lapang abdomen, Hepar dan Lien tidak dapat dinilai
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : Edema (-) pucat (-)
Inferior : Edema (-/-) pucat (-)
CRT : <2 detik
Akral : Hangat
Lokalis : skrotum sinistra
Inspeksi : Tampak skrotum sinistra eritema dan mulai menghitam
Test maneuver valsava: tampak benjolan membentuk kanal di inguinal
sinistra dan tampak benjolan semakin membesar skrotalis sinistra
Palpasi : teraba adanya massa pada daerah skrotalis sinistra perabaan kenyal, dapat
dibedakan antara testis dan masa yang timbul, nyeri tekan (+), teraba
hangat, massa tidak dapat dimasukkan kembali,
Auskultasi : bising usus (+)
I.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 16 Juli 2023
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 147 g/dl 13,2.-17.3 g/dL
Leukosit 10.2 3.8-10.6 ribu
Eritrosit 5.78 juta 4,4-5.9 juta
Hematokrit 49,2 40-52 %
Trombosit 238000 150.000-400.000
PT 9.3-11.4 detik
9,2
2.45-32.8 detik
APTT 24,6
Kimia Klinik
74-106 mg/dL
Glukosa Sewaktu 110 (H)
10-50 mg/dL
Ureum 34
0.62-1,1 mg/dL
Kreatinin 0,93
0-50 U/L
SGOT 25
0-50 IU/L
SGPT 6
SEROLOGI
HbsAg Non-Reaktif Non-reaktif
Anti HIV
negatif negatif
I.5 Resume
Pada tanggal 16 Juli 2023 pukul 04.29 WIB pasien datang ke IGD RSUD
Banten. Saat dilakukan anamnesis dengan keluhan utama nyeri perut dan bagian buah
zakar sejak 4 hari SMRS nyeri dirasakan terus menerus seperti ditekan. Nyeri disertai
demam tinggi naik turun. Mual dan muntah sering berisi makanan dan air, berwarna
kuning kehijauan, belum BAB dan kentut selama 4 hari, pasien mengatakan ada
benjolan di buah zakar yang hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu, namun sejak 4 hari
ini benjolan semakin membesar dan tidak bisa kembali normal, benjolan disertai
nyeri. Pasien belum meminum obat untuk mengurangi keluhan yang dirasakan.
Pemeriksaan fisik: Tampak benjolan pada skrotum sinistra, warna tidak sama
dengan warna kulit, merah kehitaman (+), teraba adanya massa pada daerah skrotalis
sinistra perabaan kenyal, dapat dibedakan antara testis dan masa yang timbul, nyeri
tekan (+), teraba hangat, massa tidak dapat dimasukkan kembali, bising usus (+)
menurun pada abdomen, maka dapat disimpulkan hernia yang dialami pasien sudah
sampai terjadi hambatan pasase usus. Pasien memiliki riwayat hipertensi.
Kemungkinan keluhan nyeri perut dan mual muntah berasal dari inflamasi yang
terjadi pada usus yang terjepit di kantung hernia yang menyebabkan pasase usus yang
dapat mengganggu aktivitas usus atau ileus obstruktif.
I.7 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. IVFD RL 20 tetes / menit
2. Injeksi Ketorolac 1A/8 jam
3. Injeksi Ondansentron 1A/8jam
4. Injeksi Cefazolin 1 gr (Pre OP)
5. PO Candesartan tab 1x 8 mg
b. Non Farmakologi
1. Cek lab darah rutin, GDS, ureum, kreatinin, dan HbsAg
2. EKG
3. Pasang DC
4. Konsul Penyakit Dalam
5. Konsul Anestesi
6. Pro Herniorraphy CITO
I.8 Prognosis
Ad Vitam : et Dubia Bonam
Ad Fungtionam : et Dubia Malam
Ad Sanationam : et Dubia Malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan
melalui lobang abnormal. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong,
dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut
letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral. Menurut
sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar
masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau
didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut
hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal
melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi
adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal. Hernia inguinalis
merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis
inguinalis.Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
II. KLASIFIKASI
1. Menurut waktu
4. Secara klinis
Menurut sifat atau keadaannya, hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia Reponibel
Disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat kembali ke dalam
rongga perut dengan sendirinya tetapi kantungnya menetap. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat.
Gambar 2.2 Hernia Reponibel
2. Hernia Ireponibel
III. EPIDEMIOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia
femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis1. Pada wanita variasinya
berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis
femoralis dan 16 % pada umbilicus.Tempat umum hernia adalah lipat paha,
umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi
bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah
perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari
Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.
Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang
dilakukan tiap tahunnya. Angka kejadian Hernia inguinalis lateralis di
Amerika dapat di mungkinkan dapat terjadi karena anomali congenital atau
karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong isi hernia. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi dari pada
di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada
kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat,
dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya
Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa
berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut
golongan sebab sakit Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia dan hal ini bisa
disebabkan karena ketidak berhasilan proses pembedahan terhadap hernia itu
sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094
kasus terjadi pada wanita. Sedangkan untuk pasien rawat jalan, hernia masih
menempati urutan ke-8. Dari 41.516 kunjungan, sebanyak 23.721 kasus
adalah kunjungan baru dengan 8.799 pasien pria dan 4.922 pasien wanita.
IV. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis
antara lain: 1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan
saluran kencing
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema, alergi
Partus
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
Hernia terdiri atas tiga bagian:
V. PATOFISIOLOGI
Hasil Pemeriksaan:
a. jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
b. jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
c. jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 2.10 Thumb Test
2. Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kemudian dipotong.
b. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan herniotomi.
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena
masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen
masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-
tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat
cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia
terjadi bilateral.
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu:
-
Gambar 2.11 Bassini technique
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis
otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan.
b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke
cincinluar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian
diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara
teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari
bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan
kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional
atau anastesi umum.
c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open
anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki
defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak
diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan
tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh
dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen.
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang
penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah
mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.
Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau
general.
d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa
tahun terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal
pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan
potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik
ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan
fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik
laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP).
Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar
laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal
dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi
dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur
laparokopik langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal
untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera
selama operasi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS