Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK INDUSTRI

“PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI


TERBARUKAN– EKSPANSI PROYEK SARULLA”

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

Calvin Fernando (1606905235)


Ilham Dwi Alfahri (1506673353)
Irvi Nurul Jannah (1606831395)
Marosta Widigarka (1606887346)
Muhamad Yulianto (1606882830)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................... 3
BAB 2 RUANG LINGKUP PROYEK ................................................................ 4
2.1 Objektif Proyek ........................................................................................... 4
2.2 Project Selection ......................................................................................... 4
2.3 Analisis SWOT ........................................................................................... 8
2.4 Work Breakdown Structure ......................................................................... 9
2.4.1 Master Planning ................................................................................ 11
2.4.2 Pre-Design ........................................................................................ 11
2.4.3 Design ............................................................................................... 12
2.4.4 Review and Contract ......................................................................... 12
2.4.5 Construction ...................................................................................... 12
2.4.6 Facility Start-up ................................................................................ 13
2.4.7 Safety ................................................................................................. 14
2.5 Analisis Jaringan Kerja (Network Diagram)............................................. 14
2.5.1 Critical Path Method ........................................................................ 17
2.6 Time Schedule ........................................................................................... 25
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

ii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Work Breakdown Structure ............................................................. 10


Gambar 2.2 Work Breakdown Structure (Master Planning) ............................... 11
Gambar 2.3 Work Breakdown Structure (Pre-Design) ....................................... 11
Gambar 2.4 Work Breakdown Structure (Design) .............................................. 12
Gambar 2.5 Work Breakdown Structure (Review and Contract) ........................ 12
Gambar 2.6 Work Breakdown Structure (Construction) ..................................... 13
Gambar 2.7 Work Breakdown Structure (Facility Running) ............................... 13
Gambar 2.8 Work Breakdown Structure (Safety) ................................................ 14
Gambar 2.9 Critical Path Method (1) ................................................................. 18
Gambar 2.10 Critical Path Method (2) ............................................................... 19
Gambar 2.11 Critical Path Method (3) ............................................................... 20
Gambar 2.12 Critical Path Method (4) ............................................................... 21
Gambar 2.13 Diagram Scheduling (Master Plan and Pre-Design) .................... 25
Gambar 2.14 Diagram Scheduling (Design and Review & Contract) ................. 26
Gambar 2.15 Diagram Scheduling (Construction) .............................................. 26
Gambar 2.16 Diagram Scheduling (Facility Start-up and Safety/Environment) 27

iii Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-Macam Alternatif Proyek .......................................................... 5


Tabel 2.2 Parameter Scoring .................................................................................. 5
Tabel 2.3 Project Scoring ....................................................................................... 6
Tabel 2.4 Stength dari Proyek ................................................................................ 8
Tabel 2.5 Weakness dari Proyek ............................................................................. 8
Tabel 2.6 Opportunities dari Proyek ...................................................................... 9
Tabel 2.7 Threat dari Proyek .................................................................................. 9
Tabel 2.8 Daftar Kegiatan, Kode Kegiatan, Lama Kegiatan, dan Kegiatan
Pendahulu .............................................................................................................. 14
Tabel 2.9 Critical Path Method ............................................................................ 22

iv Universitas Indonesia
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi terbarukan menjadi topik permasalahan dunia. Mayoritas pemimpin
dunia bersepakat untuk menahan laju kenaikan suhu bumi agar tak lebih dari 2
derajat. Terkait itu, pihak industri menyadari urgensi persoalan ini sehingga mulai
gencar mengkampanyekan energi terbarukan sebagai salah satu solusi masa
depan.
Di Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus bertambah mendorong
meningkatnya permintaan terhadap energi, terutama untuk keperluan transportasi
dan listrik. Sementara produksi energi fosil (tidak terbarukan) terus mengalami
penurunan memaksa pemerintah harus mengimpor minyak bumi untuk memenuhi
kebutuhan domestik. Guna mengantisipasi semakin terbatasnya cadangan energi
fosil nasional serta meningkatnya kebutuhan energi masyarakat pemerintah
menggalakkan penggunaan EBT antara lain penggunaan pembangkit tenaga
energi panas bumi, tenaga surya, bioenergi, tenaga air dan tenaga angin. Tidak
hanya itu, pemerintah juga melakukan kebijakan penggunaan biofuel (B-20, B-
30), yakni pencampuran bahan bakar mesin diesel dengan minyak sawit untuk
mengurangi penggunaan energi fosil.
Ditinjau dari kebutuhan pasokan listrik di Indonesia, meskipun Indonesia
sebagai negara kepulauan Asia Tenggara yang luas dengan lebih dari 17.500
pulau yang berperan penting di pasar energi duni dan diberkahi beberapa
cadangan bahan bakar fosil terbesar di dunia, namun Indonesia tidak memiliki
pasokan listrik yang cukup untuk meningkatkan ekonomi yang sedang melonjak,
suatu prestasi yang diperparah oleh kompleksitas geografisnya. Konsumsi daya
per kapita telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, begitu juga rasio
elektrifikasi, didorong oleh tekad negara untuk memenuhi target elektrifikasi
99,7% pada tahun 2025. Pada akhir 2014, pemerintah juga meluncurkan target
ambisius untuk membangun 35 GW dari kapasitas baru pada tahun 2019, tetapi
hal ini menjadi kendala dari sisi manajemen, biaya, dan insfrastruktur. Sedangkan,
krisis keamanan energi menjulang di Indonesia dalam waktu dekat karena

1 Universitas Indonesia
2

penipisan cadangan minyak, gas alam, dan batubara yang berlimpah. Itulah salah
satu alasan pemerintah menggeser penekanannya pada energi terbarukan yang
dapat menawarkan manfaat ganda dari biaya rendah dan mitigasi lingkungan.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN
(Persero) 2019-2028, Kementerian ESDM menginstruksikan PLN agar terus
mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan target
penambahan pembangkit listrik dari EBT hingga tahun 2028 sebesar 16.714 MW.
Dalam hal ini pemerintah telah menyerukan pembangkit listrik tenaga air,
panas bumi, biomassa, matahari, angin, dan lautan untuk membentuk 23% dari
bauran energinya pada tahun 2025, lebih dari dua kali lipat bagiannya saat ini
sebesar 10%. Pemerintah menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT)
mencapai 23% pada 2025 dan akan meningkat menjadi 31% pada 2050. Sehingga
menjadi yang terbesar dibanding bauran energi lainnya. Sementara bauran energi
minyak bumi akan menurun menjadi sekitar 20% pada 2050.
Dengan potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia, pengembangan
proyek pembangkit listrik perlu digalakkan sebagai salah satu sumber energi yang
strategis dan ramah lingkungan serta menjadi prioritas pemerintah Indonesia
untuk mempromosikan energi terbarukan pembangkit listrik dari sumber daya
yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keberlangsungan proyek pembangkit listrik 440 MW di
Indonesia?
2. Apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai target proyek
pembangkit listrik 440 MW?
3. Apa saja alternatif yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai
proyek pembangkit listrik 440 MW di Indonesia?
4. Apa kendala yang dihadapi dalam proyek pembangunan pembangkit listrik
440 MW?

Universitas Indonesia
3

1.3 Tujuan Pembahasan


Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan tugas mata kuliah
Manajemen Proyek Industri. Selain itu, makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui keberlangsungan dari proyek pembangkit listrik 440 MW di
Indonesia.
2. Mengetahui alternatif yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
mencapai target proyek pembangkit listrik 440 MW.
3. Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target
proyek pembangkit listrik 440 MW di Indonesia.

Universitas Indonesia
2 BAB 2
RUANG LINGKUP PROYEK

2.1 Objektif Proyek


Adapun objektif dari proyek adalah untuk menyediakan listrik dari sumber
energi terbarukan dengan kapasitas 440 MW untuk mencapai target bauran Energi
Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di Indonesia.
2.2 Project Selection
Penentuan project selection dilakukan dengan menggunakan metode
scoring sederhana. Metode yang digunakan dapat membantu project manager
untuk memlilih kriteria yang penting dan mengukur setiap alternatif berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan. Kepentingan setiap kriteria diukur berdasarkan
subjektivitas, akan tetapi metode ini dapat memungkinkan project manager untuk
memilih tujuan yang ingin dicapai berdasarkan penilaian tersebut. Metode yang
digunakan pada tugas ini berdasarkan buku Project Management: Achieving
Competitive Advantage oleh Jeffrey K. Penilaian kepentingan setiap kriteria akan
dilakukan dengan skor 1-3, 1 untuk nilai rendah, 2 untuk sedang, dan 3 untuk
kepentingan tinggi. Berikut merupakan alternatif dari proyek:
1. Menggunakan sumber energi dari geotermal
2. Menggunakan sumber energi dari biomassa
3. Menggunakan sumber energi dari solar PV
4. Menggunakan sumber energi dari angin
5. Menggunakan sumber energi dari biofuel

4 Universitas Indonesia
5

Tabel 2.1 Macam-Macam Alternatif Proyek

Feasibility/
Investment Environmental
Project Intermittent Potential
Cost (IRENA, Profit impact (CO2
Alternative operation (IRENA,
2017) emission)
2017)

Geothermal 0.04 High Low No 28,000 MW


USD/kWh

Biomass 0.05-0.06 Medium Medium Yes 49,500 MW


USD/kWh

Solar PV 0.10 Low Low No 532,600 MW


USD/kWh

Wind 0.06 Medium Low No 9,300 MW


USD/kWh

Biofuel 0.05-0.06 Low Medium Yes 10.000 MW


USD/kWh

Tabel 2.2 Parameter Scoring

Score Investment Cost Profit Environmental Intermittent Feasibility


Impact Operation

1 0,8-1 USD/kWh Low High Yes Under 50,000


MW

2 0,5-0,79 USD/kWh Medium Medium Intermediate 50,000 -


100,000 MW

3 0,2-0,49 USD/kWh High Low No Above


100,000 MW

Universitas Indonesia
6

Tabel 2.3 Project Scoring

(A) (A) x (B)


(B)
Project Criteria Importance Weighted
Score
weight Score

Investment cost 3 3 9

Profit 1 3 3

Intermittent 3 3 9
Project A Operation
(Geothermal) Environmental 2 3 6
effect

Feasibility 3 1 3

Total 30

Investment cost 3 2 6

Profit 1 2 2

Intermittent 3 2 6
Project B Operation
(Biomass) Environmental 2 2 4
Effect

Feasibility 3 1 3

Total 21

Investment cost 3 1 3

Profit 1 1 1

Intermittent 3 3 9
Project C Operation
(Solar PV) Environmental 2 3 6
Effect

Feasibility 3 3 9

Total 28

Universitas Indonesia
7

Tabel 2.4 Project Scoring (Cont’d)

(A) (A) x (B)


(B)
Project Criteria Importance Weighted
Score
weight Score

Investment cost 3 2 6

Profit 1 2 2

Project D Intermittent 3 3 9

(Wind) Environmental 2 3 6
Effect

Feasibility 3 1 3

Total 26

Investment cost 3 2 6

Profit 1 1 1

Intermittent 3 2 6
Project E Operation
(Biofuel) Environmental 2 2 4
Effect

Feasibility 3 1 3

Total 20

Setelah melalui proses scoring yang diukur berdasarkan scaling of


evaluation yang telah ditentukan, menggunakan sumber energi dari geotermal
dipilih sebagai projek yang dapat mewujudkan objektif untuk menyediakan listrik
dari sumber energi terbarukan dengan kapasitas 440 MW untuk mencapai target
bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di Indonesia. Energi
geothermal memiliki keuntungan yang tinggi karena biaya investasi yang rendah,
keuntungan tinggi, sumber energi yang berkelanjutan, memiliki dampak buruk ke
lingkungan yang rendah dan merupakan potensi energi yang mudah
dikembangkan di Indonesia.

Universitas Indonesia
8

2.3 Analisis SWOT


Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek.
Tabel 2.5 Stength dari Proyek
Strength
Pembiayaan yang menjanjikan melalui perjanjian pembiayaan dengan JBIC dan
ADB
Desain dan sumber daya manusia yang baik karena banyaknya perusahaan
besar yang bergabung dengan konsorsium (Medco Indonesia, Ormat
International, Kyushu Electric Power Company, dan Itochu corp)
Data geologi Lapangan Sarulla yang lengkap
Teknologi untuk mengekstraksi daya dari reservoir sudah banyak digunakan,
seperti binary turbine, back pressure turbine, and condensing turbine
Diperlancar dalam RUPTL; dengan demikian memperoleh momentum dari
dukungan pemerintah
Cocok digunakan untuk pembangkit listrik beban dasar

Tabel 2.6 Weakness dari Proyek


Weakness
Jumlah NCG (gas yang tidak dapat dikondensasi) dalam jumlah besar dapat
menurunkan pembangkit listrik
Biaya investasi yang tinggi hingga $ 1,6 miliar
Membutuhkan keahlian dan teknologi yang baik karena kebutuhan air asin dan
NCG dari reservoir yang cukup besar
440 MW merupakan produksi listrik yang besar; dengan demikian proyek
dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil
Sumber daya manusia setempat masih belum teredukasi mengenai
pengoperasian pembangkit listrik geothermal
Membutuhkan serangkaian sistem gabungan untuk mengekstraksi daya secara
efisien

Universitas Indonesia
9

Tabel 2.7 Opportunities dari Proyek


Opportunities
Dana untuk fasilitas geotermal tersedia di Indonesia sehingga dapat memitihasi
kegiatan eksplorasi dan pengeboran
Kemajuan teknologui untuk pengeboran dan turbin semain meningkat karena
kebutuhan global untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan
Air garam panas dari reservoir dapat digunakan untuk memanaskan fluida kerja
dalam sistem organic rankine cycke yang menghasilkan lebih banyak energi
yang selanjutnya diubah menjadi listrik
Kontrak operasi bersama telah disepakati antara PT. Pertamina dan konsorsium,
yang dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia lokal dalam
mengoperasikan geothermal plant
Target bauran energi terbarukan 23% pada 2025
Dengan keberhasilannya sebagai pabrik panas bumi terbesar di dunia dapat
membuka investasi unit/proyek baru

Tabel 2.8 Threat dari Proyek

Threat
Adegan politik yang fluktuatif setiap 5 tahun dapat menyebabkan turbulensi
pada konstruksi
Jumlah NCG yang tinggi dan kemungkinan risiko polusi dan kontaminasi air
jika tidak dikelola dengan baik
Pembebasan lahan dan izin lainnya cukup kompleks di Indonesia, selain itu
kebijakan satu pintu belum ditetapkan dengan baik
Ekonomi yang fluktuatif mungkin memperlambat proyeksi ROI sembilan tahun

2.4 Work Breakdown Structure


Work Breakdown Structure (WBS) merupakan suatu metode
pengorganisasian proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis. WBS dilakukan
dengan membagi proyek ke dalam unit yang dapat diidentifikasi sehingga tiap
proses pekerjaan menjadi lebih detail. Dalam proyek ini, WBS dibagi hingga 4
level activities.

Universitas Indonesia
10

Geothermal
Power Plant

Review and Facility Start- Safety/Enviro


Master Plan Pre Design Design Construction
Contracts Up nment

Treatment Obtain
Conceptual Site Risk Early Site Civil Pre- Determine Preliminary Piping and Electrical/Ins Interior PSD Safety Risk
Process Pre-Drawing Mid-Drawing Post-Drawing Building Site Mechanical Performance Manual
Design Observation Assessment Pemit Design Criterias Report Equipment trumentation Finishing Document Analysis Assessment
Observation Permit
System Prepare of Electricity
Problem Data Data Utilities HVAC Instrumentat Update Design Engineering Erosion Bulding Air Manual Document Preliminary
HAZOP Study Design Preliminary Civil Drawing Documents Procurement Preparation Excavation Concrete Electricity Installation Preparation
Definition Collection Collection Evaluation Drawing ion Drawing Support Control Structure Conditioning Report Completion Report
Criteria Eng. Report Test
Environment Achitectural Prepare of Placement of
Data Data Architectural Pumbling Electrical Water Operating Review and
Site Research al Impact Site Layout Design Probable Bidding Orders on CCTV HVAC Test Final Report
Sampling Sampling Drawing Drawing Drawing Installation Information Report
Study Criteria Cost Report Vendor
Conceptual Equipment
Resident Electrical/SC Residual Structural Contract Fire Miscellaneou Operating
Project Manufacturi
Interview ADA Criteria Management Drawing Award Extinguisher s Test Condition
Design ng

Mechanical Equipment Operating


Process Test
Drawing Delivery Procedure

Operational
Security Test Documenteri
es

Integrity Test

Gambar 2.1 Work Breakdown Structure

Universitas Indonesia
11

2.4.1 Master Planning


Penyusunan master plan merupakan tahapan yang dilakukan pada awal
pengerjaan proyek yang kemudian akan digunakan sebagai dasar acuan
pembangunan proyek. Master plan disusun berdasarkan hasil studi analisis
terhadap kondisi lapangan, penyusunan konsep desain, hingga observasi proses
dan studi risiko.
Master
Planning
Treatment
Conceptual Site Risk
Process Early Site Pemit
Design Observation Assessment
Observation

Problem
Data Collection Data Collection HAZOP Study
Definition

Environmental
Site Research Data Sampling Data Sampling
Impact Study

Conceptual Resident
Project Design Interview

Gambar 2.2 Work Breakdown Structure (Master Planning)

2.4.2 Pre-Design
Tahapan pre-design menggambarkan seluruh komponen struktural dan
proses mekanis pada suatu proyek. Pre-design mencakup garis besar spesifikasi
material dan peralatan yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk merevisi
perkiraan biaya konstruksi sebelumnya.

Pre-Design

Civil Pre-Design Determine Criterias Preliminary Report

Prepare of
System Design
Utilities Evaluation Preliminary Eng.
Criteria
Report

Achitectural Prepare of Probable


Site Layout
Design Criteria Cost Report

Electrical/SCADA Residual
Criteria Management

Gambar 2.3 Work Breakdown Structure (Pre-Design)

Universitas Indonesia
12

2.4.3 Design
Tahap design ditujukan untuk menghasilkan detail gambar arsitektur dan
teknik (cetak biru) semua komponen fisik proyek. Pada laporan desain terangkum
seluruh fasilitas yang dirancang.

Design

Pre-Drawing Mid-Drawing Post-Drawing

HVAC Instrumentation
Civil Drawing
Drawing Drawing

Architectural Pumbling Electrical


Drawing Drawing Drawing

Structural
Drawing

Mechanical
Drawing

Gambar 2.4 Work Breakdown Structure (Design)

2.4.4 Review and Contract


Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan serta
proses penyelesaian kontrak.

Review and
Contract

Obtain Building Update Design


Bidding Contract Award
Permit Documents

Gambar 2.5 Work Breakdown Structure (Review and Contract)

2.4.5 Construction
Pada tahap construction dilakukan proses konstruksi seluruh komponen
fasilitas yang terdapat pada pabrik mulai dari lahan hingga elektrikal atau
instrumentasi.

Universitas Indonesia
13

Construction

Piping and Electrical/Instr Interior


Site Mechanical
Equipment umentation Finishing

Engineering Erosion Bulding Air


Procurement Preparation Excavation Concrete Electricity
Support Control Structure Conditioning

Placement of
Water
Orders on CCTV
Installation
Vendor

Equipment Fire
Manufacturing Extinguisher

Equipment
Delivery

Gambar 2.6 Work Breakdown Structure (Construction)

2.4.6 Facility Start-up


Tahap facility start-up dilakukan ketika pembangunan fasilitas beserta
instalasi peralatan telah selesai dikerjakan dan hendak dioperasikan. Kegiatan
terdiri dari tes performa dan pembuatan laporan pengoperasian.

Facility Start-Up

Performance Manual

Electricity Manual
Installation Test Report

HVAC Test
Operating
Information

Miscellaneous Operating
Test Condition

Process Test
Operating
Procedure

Security Test
Operational
Documenteries

Integrity Test

Gambar 2.7 Work Breakdown Structure (Facility Running)

Universitas Indonesia
14

2.4.7 Safety
Sebelum dioperasikan, pabrik harus terjamin dalam segi keamanannya.
Oleh karena itu pada tahap ini dilakukan pelengkapan dokumen PSD, laporan
analisis safety, serta laporan penilaian resiko.

Safety

PSD Safety Risk


Document Analysis Assessment

Document Preliminary
Preparation
Completion Report

Review and
Final Report
Report

Gambar 2.8 Work Breakdown Structure (Safety)

2.5 Analisis Jaringan Kerja (Network Diagram)


Sebelum diimplementasikan ke dalam metode CPM atau PERT, tabel
berikut adalah semua aktivitas dalam proyek yang berisi daftar kegiatan, kode
kegiatan, lama kegiatan, dan kegiatan pendahulu (predecessor) :

Tabel 2.9 Daftar Kegiatan, Kode Kegiatan, Lama Kegiatan, dan Kegiatan Pendahulu
Durasi Kegiatan
No. Kode Kegiatan
(Minggu) Pendahulu
A Master Plan
1. A01 Problem Definition 2 -
2. A02 Site Search 4 A01
3. A03 Conceptual Project Design 4 A02
4. A04 Site Observation: Data Collection 2 A03
5. A05 Site Observation: Data Sampling 2 A03
6. A06 Resident Interview 2 A03
Treatment Process Observation: Data
7. A07 4
Collection A06, A04
Treatment Process Observation: Data
8. A08 4
Sampling A06, A05

Universitas Indonesia
15

Table 2.8 Daftar Kegiatan, Kode Kegiatan, Lama Kegiatan, dan Kegiatan Pendahulu (Cont’d)
Durasi Kegiatan
No. Kode Kegiatan
(Minggu) Pendahulu
9. A09 HAZOP Study 4 A07, A08
10. A10 Environmental Impact Study 4 A07, A08
11. A11 Early Site Permit 2 A09, A10
B Pre-Design
12. B01 Utilities Evaluation 3 A11
13. B02 Site Layout 6 B01
14. B03 System Design Criteria 2 B02
15. B04 Architectural Design Criteria 2 B03, C04
16. B05 Elec/SCADA Design Criteria 2 B04
Prepare of Preliminary Engineering
17 B06 2 B05
Report
18 B07 Prepare of Probable Cost Report 2 B06
29. B08 Residual Management 1 B07
C Design
20. C01 Civil drawing 6 B02
21. C02 Architectural Drawing 8 B02
22. C03 Structural Drawing 10 B02
23. C04 Mechanical Drawing 10 B02
24. C05 HVAC Drawing 6 C03, C04
25. C06 Plumbing Drawing 6 C03, C04
26. C07 Instrumentation Drawing 4 C04
27. C08 Electrical Drawing 4 C03, C04
D Review and Contracts
28. D01 Obtain Building Permit 2 C
29. D02 Update Design Document 3 C
30. D03 Bidding 3 D01, D02
31. D04 Contract Award 2 D03

Universitas Indonesia
16

Table 2.8 Daftar Kegiatan, Kode Kegiatan, Lama Kegiatan, dan Kegiatan Pendahulu (Cont’d)
Durasi Kegiatan
No. Kode Kegiatan
(Minggu) Pendahulu
E Construction
32. E01 Procurement 10 D04
33. E01A Placement of Orders on Vendor 2 D04
34. E01B Equipment Manufacturing 6 E01A
35. E01C Equipment Delivery 2 E01B
36. E02 Preparation 3 E01C
37. E03 Excavation 16 D04
38. E04 Engineering Support 10 E02
39. E05 Erosion control 3 E04
40. E06 Concrete 20 E05
41. E07 Building Structure 25 E06
42. E08 Piping 12 E07
43. E9 Air conditioning 2 E07
44. E10 Water Installation 4 E07
45. E11 Fire Extinguisher 1 E07
46. E12 Electricity 2 E09, E10
47. E13 CCTV 1 E12
48. E14 Interior Finishing 2 E13
F Facility Startup
49. F01 Electricity Installation Test 2 E13
50. F02 HVAC Test 2 F01
51. F03 Miscellaneous Test 2 F01
52. F04 Process Test 2 F01
53. F05 Security Test 2 F01
54. F06 Integrity Test 2 F01
F02, F03, F04,
55. F07 Manual Report 4
F05, F06
56. F08 Operating Information 1 F07

Universitas Indonesia
17

Table 2.8. Daftar Kegiatan, Kode Kegiatan, Lama Kegiatan, dan Kegiatan Pendahulu (Cont’d)
Durasi Kegiatan
No. Kode Kegiatan
(Minggu) Pendahulu
57. F09 Operating Condition 1 F07
58. F10 Operating Procedure 2 F09
59. F11 Operational Documenteries 2 F10
G Safety/Environment
60. G01 Document Completion 1 F11
61. G02 Safety analysis: preliminary report 1 F12
62. G03 Safety Analysis: final report 1 F13
63. G04 Risk assessment: preparation 1 F14
64. G05 Risk assessment: review and report 1 F15

2.5.1 Critical Path Method


Critical Path Method adalah metode membuat diagram jaringan untuk
memperkirakan durasi proyek total. Kegunaan CPM untuk sebuah proyek utnuk
menentukan waktu tersingkat untuk penyelesaian sebuah proyek agar keefektifan
tetap terjaga. Hasil dari metode CPM ini adalah critical path yang merupakan
jalur terpanjang yang dilihat dari diagram jaringan. Critical path ini juga
merupakan jalur yang tidak memiliki waktu yang bisa diatur atau biasa disebut
slack atau float. CPM ini juga memiliki 2 macam tipe penyelesaian sebuah
proyek, yaitu early time dan late time yang masing memiliki start yang bisa
berbeda, namun finish-nya akan selalu sama. Penyelesaian early time dikerjakan
dengan alur maju sesuai scheduling, sementara penyelesaian late time dikerjakan
dengan alur mundur dari belakang ke depan. Berikut adalah CPM dari geothermal
plant.

Universitas Indonesia
18

Gambar 2.9 Critical Path Method (1)

Universitas Indonesia
19

Gambar 2.10 Critical Path Method (2)

Universitas Indonesia
20

Gambar 2.11 Critical Path Method (3)

Universitas Indonesia
21

Gambar 2.12 Critical Path Method (4)

Universitas Indonesia
22

Hasil CPM:
• Critical Path: Problem Definition  Site Search  Conceptual Project
Design  Site Observation: Data Collecting/Site Observation: Data
Sampling/Resident Interview  Treatment Process Observation: Data
Collection/Treatment Process Observation: Data Sampling  HAZOP
Study/Environmental Impact Study  Early Site Permit  Site
Layout  Structural Drawing/Mechanical Drawing  HVAC
Drawing/Plumbing Drawing  Update Design Document  Bidding
 Contract Award  Placement of Orders on Vendor  Equipment
Manufacturing  Equipment Delivery  Preparation  Engineering
Support  Erosion Control  Concrete  Building Structure 
Piping  Interior Finishing  HVAC Test/Miscellaneous
Test/Process Test/Security Test/Integrity Test  Manual Report 
Operating Information/Condition  Operating Procedure 
Operational Documenteries  Document Completion  Safety
Analysis: Preliminary Report  Safety Analysis: Final Report  Risk
Assessment: Preparation  Risk Assessment: Review and Report
• Waktu penyelesaian proyek: 156 minggu.

Tabel 2.10 Critical Path Method


Kode Waktu Kritis
ES EF LS LF Slack
Kegiatan (Minggu) (Ya/Tidak)
A01 2 0 2 0 2 0 Ya
A02 4 2 6 2 6 0 Ya
A03 4 6 10 6 10 0 Ya
A04 2 10 12 10 12 0 Ya
A05 2 10 12 10 12 0 Ya
A06 2 10 12 10 12 0 Ya
A07 4 12 16 12 16 0 Ya
A08 4 12 16 12 16 0 Ya
A09 4 16 20 16 20 0 Ya

Universitas Indonesia
23

Table 2.9 Critical Path Method (Cont’d)


Kode Waktu Kritis
ES EF LS LF Slack
Kegiatan (Minggu) (Ya/Tidak)
A10 4 16 20 16 20 0 Ya
A11 2 20 22 20 22 0 Ya
B01 3 22 25 22 25 0 Ya
B02 6 25 31 25 31 0 Ya
B03 2 31 33 36 38 5 Tidak
B04 2 33 35 38 40 5 Tidak
B05 2 35 37 40 42 5 Tidak
B06 2 37 39 42 44 5 Tidak
B07 2 39 41 44 46 5 Tidak
B08 1 41 42 46 47 5 Tidak
C01 6 31 37 41 47 10 Tidak
C02 8 31 39 19 47 8 Tidak
C03 10 31 41 31 41 0 Ya
C04 10 31 41 31 41 0 Ya
C05 6 41 47 41 47 0 Ya
C06 6 41 47 41 47 0 Ya
C07 4 41 45 43 47 2 Tidak
C08 4 41 45 43 47 2 Tidak
D01 4 47 49 48 50 1 Tidak
D02 2 47 50 47 50 0 Ya
D03 2 50 53 50 53 0 Ya
D04 3 53 55 53 55 0 Ya
E01 10 55 65 55 65 0 Ya
E02 3 65 68 65 68 0 Ya
E03 16 55 71 122 138 67 Tidak
E04 10 68 78 68 78 0 Ya
E05 3 78 81 78 81 0 Ya
E06 20 81 101 81 101 0 Ya

Universitas Indonesia
24

Table 2.9 Critical Path Method (Cont’d)


Kode Waktu Kritis
ES EF LS LF Slack
Kegiatan (Minggu) (Ya/Tidak)
E07 25 101 126 101 126 0 Ya
E08 12 126 138 126 138 0 Ya
E09 2 126 128 133 135 7 Tidak
E10 4 126 130 131 135 5 Tidak
E11 1 126 127 137 138 11 Tidak
E12 2 130 132 135 137 5 Tidak
E13 1 132 133 137 138 5 Tidak
E14 2 138 140 138 140 0 Ya
F01 2 133 135 138 140 2 Tidak
F02 2 140 142 140 142 0 Ya
F03 2 140 142 140 142 0 Ya
F04 2 140 142 140 142 0 Ya
F05 2 140 142 140 142 0 Ya
F06 2 140 142 140 142 0 Ya
F07 4 142 146 142 146 0 Ya
F08 1 146 147 146 147 0 Ya
F09 1 146 147 146 147 0 Ya
F10 2 147 149 147 149 0 Ya
F11 2 149 151 149 151 0 Ya
G01 1 151 152 151 152 0 Ya
G02 1 152 153 152 153 0 Ya
G03 1 153 154 153 154 0 Ya
G04 1 154 155 154 155 0 Ya
G05 1 155 156 155 156 0 Ya

Universitas Indonesia
25

2.6 Time Schedule


Berdasarkan WBS yang telah dibuat, maka timeline pengerjaan proyek berdasarkan aktivitasnya terliat seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2.13 Diagram Scheduling (Master Plan and Pre-Design)

Universitas Indonesia
26

Gambar 2.14 Diagram Scheduling (Design and Review & Contract)

Gambar 2.15 Diagram Scheduling (Construction)

Universitas Indonesia
27

Gambar 2.16 Diagram Scheduling (Facility Start-up and Safety/Environment)

Universitas Indonesia
28

Terjadi perbedaan durasi proyek diantara perhitungan secara manual


dengan Microsoft Excel dan automatis dengan Microsoft Project, dimana proyek
memiliki durasi 156 minggu pada perhitungan CPM dengan Excel dan 157
minggu untuk perhitungan dengan Microsoft Project.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
 Kesalahan pada saat menginput aktivitas predecessor.
Kesalahan penginputan predecessor dapat menjadi penyebab utama
terjadinya perbedaan durasi pada proyek. Hal ini diakibatkan inkonsistensi
penulis dalam menentukan predecessor. Dengan demikian, diperlukannya
ketelitian dan pengecekan berulang oleh penulis.
 Waktu kerja proyek
Waktu kerja proyek yang ditentukan adalah hari kerja, yakni senin-jumat.
Sementara, pada microsoft excel waktu kerja proyek tidak diperhitungkan.

Universitas Indonesia
3 BAB 3
PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:


1. Dalam rangka memenuhi target bauran Energi Baru Terbarukan
(EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, pemerintah membangun
proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla di
Sumatera Utara.

2. Proyek Sarulla diharapkan dapat menyediakan listrik dari sumber


energi terbarukan dengan kapasitas 440 MW untuk mencapai target
bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di Indonesia.

3. Proyek pembangkit listrik tenaga geotermal dipilih berdasarkan hasil


dari Project Selection dihasilkan dari 4 opsi lain, yaitu biomassa, solar
PV, angin, biofuel.

4. Terdapat 7 task utama dalam WBS, yaitu master plan, pre-design,


design, review and contracts, construction, facility start-up, dan
safety dan environment.

5. Durasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek Sarulla adalah


156 minggu.

29 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

A guide to the project management body of knowledge. (2017). Newtown Square,


Pennsylvania, USA: Project Management Institute.
Gbgindonesia.com. (2019). Renewable Energy in Indonesia | GBG. [online]
Available at:
http://www.gbgindonesia.com/en/energy/article/2014/renewable_energy_in
_indonesia_a_sleeping_giant.php [Accessed 29 Sep. 2019].
Irena.org. (2019). [online] Available at: https://www.irena.org/-
/media/Files/IRENA/Agency/Publication/2018/Jan/IRENA_2017_Power_C
osts_2018.pdf [Accessed 29 Sep. 2019].
The ASEAN Post. (2016). Wind energy potential in Indonesia. [online] Available
at: https://theaseanpost.com/article/wind-energy-potential-indonesia
[Accessed 29 Sep. 2019].
Seider, Seader, Lewin, Widagdo. 2009. Plant Design and Economics for Chemical
Engineers, 5th Edition. Hoboken: Wiley.

30 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai