ke 3 atas UU No. 6 Tahun 1983 • PP No.80 Tahun 2007 • Peraturan Menteri Keuangan No: PMK-194/ PMK.03/2007 • Peraturan Direktur Jendral Pajak No. PER-01/ PJ.07/2007 KEBERATAN
Proses penyelesaian perselisihan pajak antara wajib
pajak dan fiskus (aparat pajak) yg diatur dlm ketentuan-ketentuan pasal 25 dan 26 UU No.28 th 2007 yg merupakan perubahan ketiga atas UU No.6 th 1983 PERSYARATAN FORMAL PENGAJUAN KEBERATAN
1. Satu surat keberatan utk satu ketetapan pajak atau
bukti pemotongan/pemungutan pajak 2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia 3. Mengemukakan jumlah pajak yg terutang atau jumlah pajak yg dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan wajib pajak 4. Disertai alasan-alasan yg menjadi dasar penghitungan Lanjutan…..
5. Wajib pajak wajib melunasi pajak yg masih harus
dibayar paling sedikit sejumlah yg telah disetujui wajib pajak dlm pembahasan akhir hasil pemeriksaan 6. Diajukan paling lama 3 bulan sejak dikirimkannya surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak 7. Surat keberatan harus dilampiri surat kuasa khusus dlm hal surat keberatan ditandatangani bukan oleh wajib pajak sebagaimana diatur dlm pasal 32 UU No.28 th 2007 yg merupakan perubahan ketiga atas UU No. 6 th 1983 Lanjutan….
Apabila persyaratan formal sebagaimana dimaksud
tdk dipenuhi, maka sesuai ketentuan peraturan perpajakan (pasal 25 ayat (4) UU 28 th 2007) permohonan keberatan yg diajukan oleh wajib pajak dianggap bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan KETENTUAN PERATURAN PERUNDANGAN PEPAJAKAN YG MENGATUR PENGAJUAN KEBERATAN
perubahan ketiga atas UU 6 th 1983) : 1. wajib pajak dpt mengajukan keberatan hanya kpd Direktur Jendral pajak atas suatu : a. Surat ketetapan pajak kurang bayar b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan c.Surat ketetapan pajak nihil d. Surat ketetapan pajak lebih bayar e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundangan perpajakan (lihat pasal 25 ayat (1) KUP) Lanjutan….
Dari pasal tersebut diatas, terdapat hal-hal yg harus
dipehatikan sbb : • Pengertian permohonan keberatan hanya diajukan kepada Direktur Jendral pajak di tempat wajib pajak terdaftar dan/atau tempat pengusaha kena pajak dikukuhkan, sesuai dengan pasal 3 ayat (1) PMK-194/ PMK.03/2007 • Yang dimaksud dg suatu pada ayat ini adalah 1 (satu) masa pajak atau tahun pajak Lanjutan….
2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yg terutang, jumlah pajak yg dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan yg menjadi dasar penghitungan (lihat pasal 25 ayat (2)) 1 (satu) keberatan hanya diajukan terhadap 1 (satu) jenis pajak dan 1(satu) masa pajak atau tahun pajak Lanjutan….
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan / sejak
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kecuali apabila wajib pajak dpt menunjukkan bahwa jangka wkt tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar keuasaannya. (lihat pasal 25 ayat (3)) Yg dimaksud dg tanggal dikirim sesuai dg pasal 1 ayat 40 UU yang sama adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat disampaikan secara langsung Lanjutan…
• Ketentuan jangka wkt pengajuan keberatan dalam
UU ini merubah ketentuan pada UU sebelumnya, dimana jangka wkt pengajuan ditentukan paling lama 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak 4. Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, wajib pajak wajib melunasi pajak yg masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yg telah disetujui wajib pajak dlm pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (lihat pasal 25 ayat (3a)) Lanjutan…
Dalam penjelasan atas pasal tersebut disebutkan
bahwa ketentuan tersebut mengatur bahwa persyaratan pengajuan keberatan bagi wajib pajak adalah harus melunasi terlebih dahulu sejumlah kewajiban perpajakannya yg telah disetujui wajib pajak pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Pelunasan tersebut harus dilakukan sebelum wajib pajak mengajukan keberatan. Lanjutan….
5. Keberatan yg tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2),(3), (3a) bukan merupakan surat keberatan sehingga tdk dipertimbangkan (lihat pasal 25 ayat (4)) ketentuan tentang keberatan yg tdk memenuhi prsyaratan di atas, juga ditegaskan dlm pasal 6 ayat 1 dan 2 PMK-194/PMK.03/2007 sbb : surat keberatan yg tdk memenuhi persaratan, bukan merupakan surat keberatan sehingga tdk dipertimbangkan dan tdk diterbitkan surat keputusan keberatan Lanjutan…. pengajuan keberatan yg tdk memenuhi persyaratan dan tdk diterbitkan surat keputusan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak terkait dg surat keberatan yg tdk memenuhi persyaratan, Peraturan Mentri Keuangan yg sama juga mengatur bahwa : Dlm hal surat keberatan yg disampaikan oleh wajib pajak belum memenuhi persyaratan, wajib pajak menyampaikan perbaikan surat keberatan dg melengkapi persyaratan yg belum dipenuhi sebelum jangka wkt 3 bulan sejak dikirimnya surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan (pasal 4 ayat (2) PMK-194/PMK.03/2007) Lanjutan… 6. Tanda penerimaan surat keberatan yg diberikan oleh pegawai Direktorat Jendral Pajak yang ditunjuk utk menerima surat keberatan atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau melalui cara lain yg diatur dg / berdasarkan peraturan menteri keuangan menjadi tanda bukti penerimaan surat keberatan (lihat pasal 25 ayat 5 ) Lanjutan… • Berdasarkan penjelasan dari pasal tsb di atas, di tegaskan bahwa tanda penerimaan surat yg telah diberikan oleh pegawai Dirjen pajak atau pos berfungsi sbg tanda terima surat keberatan apabila surat tsb memenuhi syarat sbg keberatan. Dengan demikian, batas waktu penyelesaian keberatan dihitung sejak tgl penerimaan surat dimaksud. • Apabila surat wajib pajak tidak memenuhi syarat sbg surat keberatan dan wajib pajak memperbaikinya dalam batas waktu penyampaian surat keberatan,batas waktu penyelesaian keberatan dihitung sejak diterima surat berikutnya yg memenuhi syarat sbg surat keberatan. Lanjutan… 7. Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,direktur jenderal pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yg menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan pajak. (Lihat pasal 25 ayat (6)) Berdasarkan penjelasan dari pasal tsb diatas disebutkan bahwa, agar wajib pajak dpt menyusun keberatan dgn alasan yg kuat,wajib pajak diberi hak untuk meminta dasar pengenaan pajak. Lanjutan…
Terkait dgn hal tsb di atas,dalam pasal 5 ayat 2 dan 3
PMK-194/PMK.03/2007 ditegaskan pula bahwa: • Direktur jenderal pajak wajib memberikan keterangan yg diminta oleh wajib pajak dlm jangka waktu pling lama 20( dua puluh ) hari kerja sejak permintaan wajib pajak diterima. • Jangka waktu pemberian keterangan oleh Dirjen pajak atas permintaan wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan. Lanjutan…
8. Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan, jangka
waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dlm psl 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yg belum dibayar saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dgn 1 (satu) bulan sejak tgl penerbitan surat keputusan keberatan. [lihat pasal 25 ayat (7).] Ketentuan ini merubah ketentuan pasal 25 ayat (7) Undang- Undang No 16 tahun 2000, dimana disebutkan bahwa “pengajuan keberatan tdk menunda kewajiban membayar pajak dan proses penagihan pajak” Lanjutan… 9. Jumlah pajak yg blm dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tdk termasuk sbg utang pajak sebagaimana dimaksud dlm pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a) [lihat pasal 25 ayat (8)] 10. Dalam hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50 % dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yg telah dibayar sebelum mengajukan keberatan [lihat ps. 25 ayat (9)] Lanjutan… 11. Dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar 50 % sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan. (lihat pasal 25 ayat (10)) Pasal 25 ayat (8), (9), dan (10) di atas, merupakan ayat –ayat tambahan dalam pasal 25 (tentang keberatan) yg baru muncul dlm UU No 28/2007 yg merupakan perubahan ketiga atas UU No 6 / 1983 KETENTUAN PERATURAN PERPAJAKAN TERKAIT LAINNYA
Dalam PP No 80/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No
194/ PMK.03/2007, terdpt pasal yg terkait dg kebaratan sbb : 1. WP yg mengajukan keberatan atas SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB, tidak dapat mengajukan permohonan : a. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan. b. Pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yg tdk benar c. Pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yg dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP / pembahasan akhir hasil pemeriksaan dg WP [lihat pasal 20 ayat 2 PP 80 2007] Lanjutan…
2. WP dapat mencabut pengajuan keberatan yg telah
disampaikan kpd Dirjen pajak sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh wajib pajak. [lihat pasal 20 ayat (3) PP 80 tahun 2007] 3. WP yg mencabut pengajuan keberatan yg telah disampaikan, tdk dpt mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yg tdk benar sbgmana dimaksud dalam pasal 36 ayat 1 huruf b UU 28/ 2007 [lihat pasal 20 ayat 4 PP 80 tahun 2007 jo. Pasal 7 ayat 2 PMK- 194/PMK.03/2007] PROSEDUR PENANGANAN KEBERATAN WAJIB PAJAK ( Peraturan Dirjen pajak no. PER-01/PJ.07/2007 pasal 9 ) utk permohonan yg diajukan sejak tgl 8 Oktober 2007
1. Dlm proses penyelesaian keberatan, wajib pajak wajib memberikan
penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar perhitungan yg disertai dg dokumen/ bukti dan buku-buku pendukung baik dlm bentuk hard copy atau soft copy sesuai surat permintaan dari dari unit kantor Dirjen Pajak yg menyelesaikan keberatan Terkait dg ketentuan pada butir di atas, berdasarkan pasal 26 A ayat 4 UU 28/2007 disebutkan bahwa pembukuan ,catatan, atau keterangan lain dlm proses keberatan yg tdk diberikan pada saat pemeriksaan, selain data informasi yg pd saat pemeriksaan blm diperoleh wajib pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi atau keterangan lain dimaksud tdk dipertimbangkan dlm penyelesaian keberatannya Lanjutan… 2. Berdasarkan surat pemintaan dari unit kantor Dirjen pajak (surat perintaan I), maka paling lama 15 hari kerja sejak tanggal surat, wajib pajak wajib memberikan penjelasan atau pembuktian tentang dasar perhitungan yg disertai dg dokumen/bukti dan buku-buku pendukung. Apabila setelah 5 hari kerja sejak batas wkt sebagaimana dimaksud dlm surat permintaan penjelasan dan atau pembuktian (surat permintaan I), wib pajak blm merespon surat permintaan tsb, maka wajib pajak akan diminta kembali utk memberikan penjelasan dan atau pembuktian (surat permintaan II) dan wajib meresponnya paling lama 10 hari kerja sejak tgl surat tsb Lanjutan… 3. Dalam hal wajib pajaktdk memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar perhitungan yg disertai dg dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dlm bentuk hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan, maka keberatan akan diproses berdasarkan data yg ada 4. Wajib pajak dpt dipanggil utk melakukan pembahasan sengketa perpajakan dan wajib menandatangani berita acara pembahasan sengketa perpajakan 5. Berdasarkan hasil pembahasan sengketa perpajakan tsb, kepada wajib pajak akan dikirimkan surat pemberitahuan hasil penelitian keberatan utk ditanggapi Lanjutan… 6. Wajib pajak dpt memberikan tanggapan tertulis atas surat pemberitahuan hasil penelitian keberatan tsb dlm jangka wkt 10 hari kerja sejak tgl surat pemberitahuan asil penelitian keberatan dan atau dpt menghadiri undangan pembahasan akhir pd wkt yg ditentukan dlm surat pemberitahuan hasil penelitian keberatan 7. Hasil pembahasan akhir akan dituangkan dlm Berita Acara Pembahasan Akhir dan daftar hasil akhir penelitian keberatan dpt disampaikan langsung kpd wajib pajak pd pembahasan akhir atau dikirimkan sbg lampiran surat keputusan keberatan Lanjutan…
8. Dalam hal wajib pajak tdk menghadiri undangan pembahasan
akhir, daftar hasil akhir penelitian keberatan akan dikirimkan sbg lampiran surat keputusan keberatan JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEBERATAN
1. Berdasarkan pasal 26 UU 28/2007, permohonan keberatan
yg diajukan oleh wajib pajak hrs diputuskan oleh Dirjen pajak dlm wkt 12 bulan sejak tgl surat keberatan diterima. Pengertian tentang tgl surat keberatan diterima tsb, ditegaskan lbh lanjut pada pasal 8 ayat (2) PER- 01/PJ.07/2007 yg menyebutkan bahwa tgl penerimaan surat yg dijadikan dasar utk memproses surat keberatan adalah : a. tgl terima surat wajib pajak, dlm hal disampaikan cara langsung oleh wajib pajak pd petugas Lanjutan…
b. Tanggal stempel pos tercatat, dlm hal surat keberatan
disampaikan melalui pos tercatat
2. Apabila jangka wkt 12 bulan tsb terlampaui dan Dirjen pajak
tdk memberi suatu keputusan, maka keberatan yg diajukan oleh wajib pajak dianggap dikabulkan. KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN KEBERATAN
Sesuai dg pasal 26 ayat 3 UU 28/2007, keputusan Dirjen pajak
atas permohonan keberatan dpt berupa : • Mengabulkan seluruhnya • Mengabulkan sebagian • Menolak • Menambah besarnya jumlah pajak yg masih harus dibayar