ketiga atas UU No.6 tahun 1983 • UU No. 14 tahun 2002, tentang pengadilan pajak • PP No.80 tahun 2007 PERSYARATAN FORMAL PERMOHONAN BANDING
Atas surat keputusan kaberatan yg diterbitkan oleh
dirjen pajak, wajib pajak dpt mengajukan permohonan banding ke badan peradilan pajak. Secara formal, surat permohonan banding harus memenuhi syarat : 1. Banding diajukan dg surat banding dlm bahasa Indonesia kpd pengadilan pajak 2. Diajukan dlm jangka wkt 3 bulan sejak diterimanya keputusan yg dibanding Lanjutan…
3. Jangka wkt sebagaimana dimaksud ayat 2 tdk
mengikat apabila jangka wkt dimaksud tdk dpt dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan pemohon banding 4. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding 5. Banding diajukan dg disertai alasan-alasan yg jelas, dan dicantumkan tgl diterima surat keputusan yg dibanding 6. Pada surat banding dilampiri surat keputusan yg dibanding Lanjutan…
7. Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya
jumlah pajak yg terutang, banding hanya dpt diajukan apabila jumlah yg terutang yg dimaksud telah dibayar 50 %. KETENTUAN PERATURAN PERPAJAKAN YG MENGATUR TENTANG PENGAJUAN BANDING (pasal 27 dan 27 A UU 28 tahun 2007)
• Wajib pajak dpt mengajukan permohonan banding
hanya kpd badan peradilan pajak atas surat keputusan keberatan sebagaimana dimaksud dlm pasal 26 ayat 1 [lihat pasal 27 ayat 1] • Putusan pengadilan pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan pengadilan tata usaha negara Lanjutan…
• Permohonan sebagaimana ayat 1 diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia dg alasan yg jelas paling lama 3 bulan sejak surat keputusan keberatan diterima dan dilampiri dg salinan surat keputusan keberatan tsb. [lihat pasal 27 ayat 3] • Apabila diminta oleh wajib pajak utk keperluan pengajuan permohonan banding, Dirjen pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yg mjd dasar surat keputusan keberatan yg diterbitkan. [lihat pasal 27 ayat 4a] Lanjutan…
Agar wajib pajak dapat menyusun banding dg alasan
yg kuat, wajib pajak diberi hak utk meminta dasar surat keputusan keberatan yg diterbitkan. • Dalam hal wajib pajak mengajukan banding, jangka wkt pelunasan pajak sbgmana dimaksud dalam pasal 9 ayat 3, 3a, atau pasal 25 ayat 7, atas jumlah pajak yg blm dibayar pd saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dg 1 bulan sejak tgl penerbitan putusan banding [lihat pasal 25 ayat 5a] Lanjutan…
Ketentuan ini merubah ketentuan pasal 27 ayat (5)
UU No.16 tahun 2000 dimana disebutkan bahwa “pengajuan banding tdk menunda kewajiban membayar pajak dan proses penagihan pajak” • Jumlah pajak yg blm dibayar pd saat pengajuan permohonan keberatan sbgmana dimaksud pada ayat 5a tidak termasuk sbg utang pajak sbgmana dimaksud dlm pasal 11 ayat 1 dan ayat 1a. [lihat pasal 27 ayat 5b] Lanjutan…
• jumlah pajak yg blm dibayar pada saat pengajuan
permohonan banding blm merupakan pajak yg terutang sampai dg putusan banding diterbitkan. [lihat pasal 27 ayat 5c] • Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dg pembayaran pajak yg telah dibayar sebelum mengajukan keberatan [lihat pasal 27 ayat 5d] Lanjutan…
• Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dan dalam pasal 23 ayat 2 diatur dg UU ( UU No. 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak ) Pasal 27 ayat 4a, 5a, 5c, dan 5d diatas, merupakan ayat-ayat tambahan dalam pasal 27 (tentang banding) yg baru muncul dlm UU 28 tahun 2007 JANGKA WAKTU PENYELESAIAN BANDING
Berdasarkan pasal 81 UU 14 tahun 2002, tentang
pengadilan pajak disebutkan bahwa : 1. Putusan pemeriksaan dg acara biasa atas banding diambil dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat banding diterima 2. Dalam hal-hal khusus, jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diperpanjang paling lama 3 bulan