Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN


HKUM4407

OLEH :
NAMA : NIKO PRATAMA
NIM : 048744594

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 133/PUU-XIII/2015
Permohonan uji materiil adalah persoalan mengenai:
- Ketentuan kewajiban 50% pajak terhutang bagi wajib pajak yang mengajukan
banding yang diatur dalam Pasal 36 ayat 4 UU 14 Tahun 2022 tentang Pengadilan
Pajak.
- Ketentuan Pengajuan Permohonan Banding tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan yang berlaku bagi Pemohon karena
diatur dalam Pasal II angka 1 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
- Ketentuan pajak dan batas pengajuan Peninjauan Kembali hanya satu kali yang
diatur Pasal 89 ayat (1) UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,
Pasal 66 ayat (1) UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan
Pasal 24 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

1. Berikan analisa berupa pendapat secara singkat dan jelas atas kasus posisi
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No.133/PUU-XIII/2015!
2. Persoalan hukum apa yang menjadi pokok sengketa dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi tersebut?

JAWABAN:
1. Berikan analisa berupa pendapat secara singkat dan jelas atas kasus posisi
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No.133/PUU-XIII/2015!
Dalam rangka menerapkan asas keseimbangan, negara tidak memaksakan
wajib pajak untuk membayar seluruh pajak terutangnya, namun cukup membayar
50 persen dari pajak terutang (sebagai jaminan).
Selain itu, syarat membayar 50 persen pajak terhutang tersebut tidak
terlepas dari kebutuhan negara akan kesinambungan pembangunan yang sumber
utamanya dari penerimaan pajak. Apabila seluruh wajib pajak keberatan atas
keputusan Direktorat Jenderal Pajak dan hukum acara di Pengadilan Pajak tidak
mensyaratkan adanya kewajiban membayar sebesar 50 persen pajak terutang
sebagai jaminan, dapat dipastikan negara akan mengalami defisit.
Persyaratan membayar sebesar 50 persen pajak terutang sebagai jaminan
untuk dapat mengajukan keberatan/banding, dipandang tidak menghalangi
pemohon/wajib pajak dalam mendapatkan keadilan. Syarat membayar 50 persen
pajak terutang dapat menjadi jalan tengah. Sebab, di satu sisi negara
membutuhkan dana dari sektor pajak, di sisi lain wajib pajak akan mendapatkan
kompensasi bunga apabila keberatan/bandingnya dikabulkan. Bahkan,
pemohon/wajib pajak akan mendapatkan keuntungan dengan hanya membayar
jaminan sebesar 50 persen dari pajak terutang. Karena itu, dari sisi MK, tidak ada
hak konstitusional Pemohon yang dirugikan dengan berlakunya pasal 36 ayat (4)
UU Pengadilan Pajak.
Pada putusan MK tersebut tetap diberlakukan ketentuan pengajuan
banding tidak menunda kewajiban membayar pajak sebagaimana diatur pada pasal
II angka 1 pada UU Nomor 28 Tahun 2007 yang dimaksud bahwa meskipun
permasalahan pemohon untuk tahun 2007, namun perhitungannya baru diketahui
pemohon pada tanggal 31 Desember 2008 setelah dikeluarkan hasil pemeriksaan
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kewajiban membayar pajak Pemohon
tetap harus dijalankan. Dan jika tidak ada pasal II angka 1 UU Nomor 28 Tahun
2007 tersebut maka kewajiban membayar pajak Pemohon tertangguh sampai
dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding pajak, Hal mana diatur
pasal 27 ayat (5a), ayat (5b), ayat (5c) UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP
menjelaskan :
a. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka waktu pelunasan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 3, ayat 3a, atau Pasal 25
ayat (7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.
b. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan
keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 5a tidak termasuk sebagai
utang pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 dan ayat 1a
c. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan
banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan
Banding diterbitkan.

2. Persoalan hukum apa yang menjadi pokok sengketa dalam Putusan


Mahkamah Konstitusi tersebut?
Mahkamah Konstitusi (MK) secara bulat menolak pengujian Pasal 36 ayat
(4) UU No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak terkait syarat pengajuan
banding pajak dan Pasal II angka 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) mengenai penangguhan pembayaran pajak.
MK juga menolak aturan pengajuan peninjauan kembali (PK)hanya sekali
dalam Pasal 89 ayat (1) UU Pengadilan Pajak, Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung (MA) dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang UU
Kekuasaan Kehakiman. Alasannya, pasal-pasal tersebut sama sekali tidak
bertentangan dengan UUD Tahun 1945.
DAFTAR PUSTAKA
BMP HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN HKUM 4407
https://www.hukumonline.com/berita/a/begini-alasan-mk-tolak-syarat-pengajuan-
banding-pajak-lt58771877309ec/
https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/133_PUU-XIII_2015.pdf

Anda mungkin juga menyukai