Anda di halaman 1dari 7

1

Bacalah cerpen di bawah ini dan jawab semua pertanyaan di tempat yang sudah
disediakan! (Nilai 20)

Tanah Persawahan Bapa Yohanes


Persediaan padi di lumbung kian menyusut. Bapa Yohanes menyusun ikatan padi 1
yang tersisa dan menatanya dengan rapi. Ia juga menutup celah-celah lumbung dengan
semen agar tikus tidak bisa masuk. Lelaki berusia lima puluh tahun dengan kulit cokelat
sedikit hitam legam itu kemudian membersihkan saluran air yang tertuju ke areal
persawahannya. Daun-daun dan tanaman liar yang tumbuh di sekitarnya ia buang.
Pekerjaan ini rutin ia lakukan saat berada di sana.
Kemudian ia mencangkul tanah persawahan dengan sepenuh tenaga. Semua 7

dilakukannya sendirian. Terkadang, bila membutuhkan tenaga bantuan karena lelah, ia


akan membayar beberapa orang. Mereka adalah buruh yang pada saat tertentu menjadi
pedagang di sepanjang Jalan Raya Oesao. Dua ekor kerbaunya masih merumput.
Binatang-binatang itu juga siap membantunya membajak sawah. Setelah itu, Bapa
Yohanes akan menanam benih padi yang sudah disemai. Desa Oesao, Kupang, Nusa
Tenggara Timur, di musim panas berudara kering dan agak dingin. Tapi, garangnya sinar
matahari mampu membuat kulit menjadi legam dalam sekejap. Kulit Bapa Yohanes juga
berwarna cokelat pekat, tapi tubuhnya sehat karena ia selalu bergerak.
Beberapa orang asing datang ke areal persawahannya ketika Bapa Yohanes 16
sedang membagi air. Air itu berasal dari sumber mata air yang letaknya tak jauh dari
tanah miliknya. Mata air itu juga menjadi sumber air bagi penduduk setempat. Orang-
orang yang datang menemuinya adalah suruhan dari para pengembang agar Bapa
Yohanes mau menjual tanah persawahannya. Mereka datang berkali-kali dan tetap
dengan pola yang sama, membujuknya dengan iming-iming bayarannya yang tinggi.
Tapi, Bapa Yohanes tetap bertahan tidak mau menjualnya. Meski banyak sawah di
sekelilingnya yang telah berpindah tangan.
Barangkali sudah ada sepuluh pengusaha pengembang yang datang kepadanya. 24
Makelar tanah juga ada. Tanahnya berada tidak jauh dari Jalan Raya Oesao yang
2

merupakan jalan trans yang ramai oleh lalu-lalang bus, mobil angkutan umum, dan truk
yang menuju Soe dan Timor Leste. Kendaraan-kendaraan itu juga ada yang membawa
wisatawan piknik ke Kota Kupang, pedagang atau penduduk Timor Leste yang ingin
datang ke saudara-saudara mereka yang berada di berbagai pelosok kabupaten yang
ada di Nusa Tenggara Timur. Truk-truk yang mengangkut bahan-bahan pokok seperti
gula, beras, minyak goreng, dan bahan kebutuhan lainnya bolak-balik melintasi jalan
tersebut. Areal persawahan Bapa Yohanes memang sangat strategis untuk
dikembangkan menjadi perumahan dan pertokoan.
“Jual saja lima ratus meter, Bapa tidak akan rugi. Bapa punya tanah luas. Kalau 34
Bapa jual, saya tidak perlu kembali kerja jadi pembantu di Malaysia,” kata Jublina, putri
tertuanya yang sedang pulang liburan. Ia bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah
tangga, tepatnya di Malaka. Lina, begitu ia dipanggil, berkulit sawo matang dan berwajah
manis. Pergaulannya yang luas di Malaysia dan Jakarta membuatnya selalu malas
pulang kampung. Jika sang ibu tidak memohon agar ia pulang, ia mungkin tidak pulang
ke Oesao. Sang ibu cemas mendengar berita tentang tewasnya TKI asal Kupang, NTT,
Adelina Sau, di Penang, Malaysia.
“Apa yang saya dapatkan di sini Mama…hanya orang-orang yang selalu 42
berpikiran kampungan. Saya malas tinggal di kampung. Kalau tidak diterima lagi di
Malaka, saya mau pergi kerja di Jakarta saja,” kata Jublina.
“Anakku, buat apa kamu pergi lagi ke negeri orang. Bapa kamu punya sawah luas, mari
kita tanam padi sama-sama, kita jual, sama saja dapat uang juga,” ucap mamanya.
Tapi, Oesao tetap tak memberi daya tarik yang menawan dan mampu menarik 47
Jublina untuk bertahan di desa itu. Rasa gembira yang muncul hanya terjadi di siang hari.
Setelah itu, rindunya pada kota besar kembali mendera. Baginya, desa yang juga
berdekatan dengan laut luas itu, jika malam tiba, senyap hanya diterangi lampu-lampu
jalanan dan penerangan yang samar-samar yang tersembul dari tiap rumah. Jublina tidak
menyadari jika malam menjelang, kerlip bintang di langit dan beberapa meteor yang
berseliweran di langit Oesao terlihat sangat indah.
Di desa itu, mulai pagi hingga sore, bisnis kuliner di sepanjang jalan terlihat 54

semarak dan menarik untuk dihampiri. Para pedagang jagung pulut, jagung khas Oesao,
kue cucur dan kue usus ayam, daging se’i, yaitu daging asap khas Kupang, dicari oleh
3

para pelancong yang melepas lelah di tiap warung sembari memandang areal 57
persawahan dan gunung-gunung yang hijau. Tapi, Jublina masih mengancam akan pergi
ke Malaysia atau Jakarta jika bapanya tidak menjual beberapa petak sawahnya ke para
tengkulak tanah.
“Kalau Bapa tidak jual tanah, saya tidak mau kembali ke rumah ini lagi. Untuk apa 61

punya tanah luas, tapi harus kerja keras. Kalau punya uang banyak, Bapa tinggal beli
beras, tidak perlu pergi memacul lagi itu sawah, tidak usah pancing ikan di laut, Bapa tinggal
pergi beli di supermarket di Kota Kupang,” tegas Jublina dengan nada mengancam.
Bapa Yohanes merenungi ucapan putrinya. Di bawah pohon di halaman 65
rumahnya, ia duduk dan melamun. Semilir angin siang di bulan Juni tidak mengirim
hembusan sejuk yang bertiup dari laut di belakang rumahnya. Debur ombak yang
menghantam pantai bagai nyanyian para orang tua di Desa Bilba,Rote Ndao. Ia teringat
akan masa kecilnya yang nyaman, saat tinggal di sana. Ayahnya,Frederik Moses, kerap
bercerita tentang pulau-pulau di sekitar Rote Ndao yang diberi nama Ndana. Dalam kisah
sang ayah, Ndana-Ndana yang mengitari Pulau Rote diperintah oleh raja-raja yang sakti.
Mereka mempertahankan tanah dan segala isinya dengan pertaruhan nyawa. Waktu itu,
untuk memperebutkan tanah,tak jarang para penduduk berkelahi sampai mati. Tanah
adalah nyawa dan apa yang tumbuh dari tanah merupakan karunia Tuhan Yang
Mahakuasa. “Jaga tanah yang kau miliki dengan sekuat tenaga. Jangan biarkan orang
lain memaksa untuk mengambil tanahmu!” begitu pesan ayahnya.
77
Di perjalanan waktu, ketika para sanak famili ayahnya mulai mengambil tanah-
tanah warisan keluarga untuk dijadikan milik sendiri dan diberi sertifikat yang
menunjukkan bahwa tanah-tanah itu milik mereka secara sah, lalu dijual ke para
wisatawan yang banyak datang untuk berselancar di Pantai Nembrala, Rote, Bapa
Yohanes tertunduk pilu. Kala sang tetua pemersatu keluarga itu telah tiada, para anak,
sepupu, dan saudara lainnya mulai menunjukkan belangnya.
Ada keserakahan yang muncul di masing-masing pribadi. Kisah tentang Ndana 83

dengan para raja yang menjadikan tanah sebagai harta yang bernilai sangat tinggi lenyap
bersama keserakahan yang muncul di antara mereka. Ketika perang antarsaudara untuk
memperebutkan tanah terjadi, ia membawa istri dan anak-anaknya pindah ke Oesao.
4

Di sanalah, berpuluh tahun ia mengumpulkan uang mulai menjadi nelayan hingga


memiliki puluhan kolam ikan. Lalu Bapa Yohanes memproklamasikan diri menjadi
pengusaha ikan. Rezekinya mengalir secara tak terduga. Ia mulai berpikir tentang hari
tua, hari di mana ia tak bisa bergentayangan di laut lepas lagi. Uang yang ia miliki ia
investasikan di beberapa ribu meter tanah yang ada di sekitar Desa Oesao. Bapa
Yohanes banting setir menjadi petani. Lelaki cerdas asal Desa Bilba Rote Ndao itu mulai
belajar dari awal bagaimana menjadi petani yang sukses.
“Harta dunia tidak dibawa mati, Bapa. Jual saja, kita beli rumah di Kota Kupang, 94

dekat dengan mal,” bujuk Jublina lagi. Istrinya ikut menganggukkan kepala. Tampaknya
ia mulai terpengaruh akan pemikiran putrinya.
Bapa Yohanes semakin murung. Di tengah gencarnya bujukan sang putri untuk 97

menjual tanahnya dan istrinya yang telah terkontaminasi dengan kisah-kisah hedonis
yang dituturkan putrinya, membuatnya murung. Ia juga kerap tidak tenang setiap kali para
tengkulak tanah datang mencarinya. Tak jarang mereka tiba beserta para pria berwajah
Indonesia Timur dengan tato dan otot bergumpal di pangkal lengan.
“Bapa jangan terlalu berpikir panjang, usia sudah mulai tua. Tidak lama lagi Bapa 102

akan tiada. Untuk apa tanah luas, kan tidak dibawa mati,” kata seorang lelaki berotot itu
kepadanya. “Saya tidak ingin lagi dengan segala harta dunia. Tanah ini tidak akan saya
jual, biar nanti kalau saya mati, anak cucu yang mewarisinya. Tanah harus dijaga dan
dirawat dengan baik. Tidak boleh diubah menjadi hotel atau perumahan mewah. Nanti
kalau beragam penyakit sudah datang, kita manusia yang repot. Bumi bisa marah kalau
dirusak, ingat itu!” Bapa Yohanes terlihat kesal.
Waktu berputar searah dengan jarum yang dikehendaki Sang Pencipta. Tanah 109
luas milik Bapa Yohanes lebarnya masih tetap seperti semula. Di ujung timur, ujung
selatan, ujung barat, ujung utara sudah berdiri bangunan cukup megah berupa hotel
bintang tiga, perumahan mewah, dan mal. Tanah Bapa Yohanes terjepit di tengah-
tengahnya. Terisolasi dan sunyi. Ada gang kecil untuk masuk ke dalamnya. Gang itu
miliknya, merupakan satu-satunya akses ke jalan raya. Lebar jalan satu setengah meter.
Di ujung gang ada dua pohon lontar berdiri tegak. Pohon itu sebagai penanda bahwa
tanah Bapa Yohanes masih tetap miliknya. “Sampai saya mati, tanah persawahan ini baru
5

akan bertemu dengan dia punya takdir (Sampai saya mati, tanah persawahan ini baru akan
menemui takdirnya)
6

Lembar Pertanyaan 1
1. Apa kegiatan rutin yang dilakukan Bapa Yohanes ketika berada di lumbung
padinya? Sebutkan dua hal (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
2. Apa yang dilakukan Bapa Yohanes saat dia merasa tidak bisa bekerja sendiri di
sawahnya? (1)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
3. Siapa orang – orang asing yang datang menemui Bapa Yohanes dan apa
yang mereka mau dari Bapa Yohanes? (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
4. Mengapa areal persawahan Bapa Yohanes strategis untuk dibuat areal
bisnis? Sebutkan dua hal (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
5. Di mana Jubilana bekerja dan apa pekerjaannya? (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
6. Apa yang membuat para pelancong suka datang ke Oseo? (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
7. Apa yang disarankan Jubilana dengan tegas yang membuat Bapa Yohanes
merenung? (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
7

8. Apa yang dilakukan sanak famili Bapa Yohanes yang membuat dia dan
keluarga pindah ke Oseo? (2)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

9. Mengapa Bapa Yohanes tidak ingin menjual tanahnya? (1)


_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

10. Apa yang ingin disampaikan penulis dengan kalimat – kalimat berikut ini :
(a) banyak sawah di sekelilingnya yang telah berpindah tangan. (2)
Sebutkan dua hal (baris 23)

_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

(b) ......istrinya yang telah terkontaminasi dengan kisah-kisah hedonis yang


dituturkan putrinya ,membuatnya murung. (1)
(baris 98)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

(c) ..... Bumi bisa marah kalau dirusak, ingat itu!” Bapa Yohanes terlihat kesal. (1)
(baris 107)
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai