Anda di halaman 1dari 18

ANALISA KIMIA AIR FORMASI

TUJUAN PERCOBAAN
Analisa air formasi dilakukan untuk mengetahui apakah apakah bersifat korosif,
membentuk scale atau stabil.
PRINSIP KERJA
Titrasi : salah satu metode kimia untuk dapat menentukan konsentrasi suatu
larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan itu terhadap
sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya itu sudah diketahui.
MATERI
Air formasi (oil field water) Merupakan air yang ikut terproduksi bersama-
sama minyak dan gas. Air formasi hampir selalu ditemukan di dalam reservoir
hidrokarbon, karena air ikut terakumulasi didalam jebakan bersama minyak bumi.
Air selalu menempati sebagian dari reservoir. Air formasi diperkirakan berasal
dari air laut yang ikut terendapkan bersama-sama dengan endapan disekelilingnya,
karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada lingkungan
pengendapan laut dan diproduksikan ke permukaan akibat:
 emulsi
 Proses drainage yang menyisakan air
 Laju alir di atas laju kritis
 Akibat rembesan (coning)
 Sumur tua
Air formasi memiliki sifat fisik dan sifat kimia sebagai berikut:
 Sifat fisik yang meliputi:
 Kompresibilitas.
 Kelarutan gas dalam air.
 Viskositas air dalam formasi.
 Berat jenis.
 Konduktivitas.
 Sifat kimia yang meliputi:
Air formasi mengandung senyawa kimia dalam bentuk ion-ion, yaitu
kation (ion positif) dan anion (ion negatif) sebagai berikut:
Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Besi (Fe2+), Barium (Ba2+), Natrium (Na2+),
Stronsium (Sr2+), Karbonat (CO32-), Bikarbonat (HCO32-), Sulfat (SO42- )
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan produksi sumur,
tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai kegunaan yang
cukup penting yaitu :
 Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu sumur.
 Untuk mengetahui adanya scale formation.
 Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar
 dan dapat juga digunakan untuk mengetahui adanya reservoir minyak yang
cukup besar.
 Untuk korelasi lapisan batuan
 Menentukan kebocoran casing
 Menentukan kualitas sumber air untuk proses water flooding.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya air formasi:
 Adanya korosi.
 Adanya solid deposit.
 Adanya scale formation. Scale dapat terbentuk karena terjadi
pencampuran senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam air yang
incompatible (berlainan sifat)
 Adanya emulsi.
 Adanya kerusakan formasi.
Scale yang umum dijumpai:
Calcium Carbonat (CaCO3), Calcium Sulfat (CaSO4), dan Barium Sulfat
(BaSO4).
Gypsum (CaSO4.2H2O), Stronsium Sulfat (SrSO4), dan Ferro Carbonat (FeCO3)
jarang ditemukan di Indonesia.
Scale BaSO4 dan CaSO4 hanya mungkin terjadi jika produksi commingle
dari dua zona atau lebih. Untuk scale CaSO4 biasanya tidak terjadi di sumur
melainkan di boiler atau heater treater. CaCO3 akan larut di asam karena scale
ini cepat diendapkan dan mudah dihilangkan dengan asam. BaSO4 tidak akan
larut di asam karena scale jenis ini sangat padat dan keras
Tabel 1. Jenis Scale

1. Scale Kalsium Karbonat (CaCO3)


Scale kalsium karbonat dibentuk oleh kombinasi ion kalsium dengan ion-ion
karbonat atau bikarbonat yang terdapat di dalam air formasi. Persamaan reaksinya
dijabarkan sebagai berikut :

Ca2+ + CO3 = ↔ CaCO3 Ca2+ + 2(HCO3-) ↔ CaCO3 + CO3 + H2O

Ion bikarbonat terdapat dalam air sebagai akibat adanya gas CO2 yang
bereaksi dengan air, reaksi tersebut adalah sebagai berikut :

CO2 + H2O ↔ H2CO3 H2CO3 ↔ H+ + 2(HCO3-) HCO3- ↔ H+ + HCO3-

Pada mulanya, scale berupa partikel-partikel koloid, tetapi karena partikel-


partikel ini mempunyai sifat absorbsi, ditambah permukaan batuan formasi dan
peralatan produksi yang umumnya kasar, maka melalui proses yang panjang
partikel-partikel koloid ini melekat pada batuan formasi dan permukaan peralatan
produksi hingga akhirnya membentuk kerak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan scale CaCO3, yaitu:
 Temperatur
Makin tinggi temperatur air, kecenderungan pembentukan scale CaCO3
meningkat. Walaupun pada permukaan tidak terbentuk scale, namun
dengan suhu yang tinggi pada dasar sumur, maka dapat diprediksi akan
ada scale yang terbentuk. Kelarutan CaCO3 berbeda dari kebanyakan zat-
zat lain, dimana kelarutannya akan menurun seiring dengan naiknya
temperatur. Perubahan temperatur menyebabkan perubahan mobilitas ion-
ion dalam larutan dimana semakin tinggi temperaturnya, maka semakin
tinggi pula mobilitas ion-ion tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya
interaksi antara ion Ca2+ dan HCO3- akan semakin besar pula. Hal ini
berarti, semakin tinggi temperatur maka kecenderungan terbentuknya
endapan CaCO3 semakin meningkat pula atau mengindikasikan semakin
rendahnya harga kelarutan CaCO3.
 Perubahan tekanan
Banyaknya CO2 yang terlarut dalam air tergantung pada tekanan
parsialnya, yaitu apabila tekanan partial tinggi gas CO2 yang terlarut juga
meningkat. Dengan demikian apabila jumlah CO2 meningkat persamaan
reaksi akan bergeser ke kiri dan kelarutan CaCO3 akan meningkat, dengan
perkataan lain jumlan scale CaCO3 berkurang. Sebaliknya apabila terjadi
penurunan tekanan, seperti yang terjadi pada aliran fluida dalam tubing,
CO2 akan keluar dari cairan/air formasi, dan mengakibatkan reaksi
bergeser ke kanan dan scale CaCO3 akan terbentuk. Pada lapangan minyak,
CaCO3 adalah yang paling umum terjadi. Hal ini adalah karena terlepasnya
gas CO2 dari bicarbonate HCO3- (lingkungan asam, pH <7). Bila CO2
terlepas dari larutan maka pH akan naik, dan kelarutan Karbonat menurun,
sehingga bicarbonarte akan diubah ke calsium carbonate yang kurang
terlarut, yaitu CaCO3. Sebagai contoh, kehilangan 100mg bicarbonate/liter,
air bisa mengendapkan 28,6 lb calcium carbonate per 1000 bbl air.
Pengendapan scale juga tergantung dari adanya ion calcium yang biasanya
dari CaCl2, selain alkalinity airnya (konsentrasi HCO3), temperatur, total
konsentrasi garam, waktu kontak dan tingkat agitasi. Gambar 5
memperlihatkan efek temperatur terhadap kelarutan calcium carbonate,
barium sulfat, dan stronsium sulfat.
 Pengaruh garam terlarut
Semakin bertambahnya kadar garam di dalam air (sampai dengan 20%),
maka akan menyebabkan kelarutan CaCO3 akan bertambah. Dengan
demikian kemungkinan pembentukan scale CaCO3 akan berkurang dengan
penambahan garam terlarut. Contoh nya kelrutan CaCO3 pada fresh water
adalah 100 mg/l, namn kelarutan pada 20% NaCl adalah 250 mg/l.

2. Scale Kalsium Sulfat (CaSO4)


Umumnya scale kalsium sulfat yang ditemui di lapangan berupa gypsum
(CaSO4.2H2O). Gypsum adalah senyawa yang stabil pada temperatur kurang dari
40¬oC dan tekanan atmosfer. Diatas temperatur tersebut, akan terbentuk endapan
CaSO4 (Anhidrit) dan pada kondisi tertentu hemi-hydrate (CaSO4.½H2O) akan
terendapkan. Scale kalsium sulfat terbentuk dari reaksi berikut :
Ca2+ + SO42- → CaSO4
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4, yaitu:
 Temperatur
Kelarutan gypsum (CaSO4.2H2O) akan meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur hingga mencapai 100oF, namun setelah melewati
suhu tersebut kelarutanya akan menurun.
 Tekanan
Kelarutan CaSO4 dalam air meningkat dengan kenaikan tekanan. Dengan
demikian adanya penurunan tekanan, seperti yang terjadi di sumur
produksi, merupakan penyebab utama terbentuknya scale CaSO4.
Pengurangan tekanan menyebabkan kelarutan menurun dan scale terjadi,
selain itu adanya comingle completion menyebabkan pencampuran air
antara yang kaya akan Ca dan yang lain kaya akan SO4 menyebabkan
terbentuknya scale.
JENIS JENIS KOROSI
MATERI TAMBAHAN
 Air yang mengandung CO3 dalam bentuk apapun akan membentuk
scale/kerak atau korosi tergantung pH dan suhunya.
 Asang arang (H2CO3) terdapat dalam air formasi apabila air tersebut terlalu
jenuh dengan CO3
 Bikarbonat (HCO3) akan didapati jika pH air berkisar 4-8
 Karbonat (CO3) didapati jika pH air berkisar antara 8,3 – 11

Scalling index CaCO3 yaitu:


 Bila index berharga 0 berarti air seimbang
 Bila index berharga + berarti air bersifat scale
 Bila index berharga - berarti air bersifat korosi

ALAT DAN BAHAN


 Alat ( Alat titrasi, Gelas ukur, Kertas lakmus, Pipet, Magnesium dan Sulfat
Instant Test Kit, Buret, Corong dan Beker gelas)
 Bahan ( Phenolplatein (PP), Methyl Orange (MO), H2SO4 0,02 N, Sample
air formasi, dan K2CrO4)
CARA KERJA
A. Mengecek kenampakan sifat fisik air formasi :
 Bau = Tidak sedap
 Warna = Bening keruh
 Rasa = Asam
B. Penentuan Ph
 pH =
C. Penentuan Alkalinitas
 Mengambil contoh air formasi pada gelas titrasi sebanyak 10 cc dan
menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes, larutan akan menjadi merah
muda/pink.
 Mentitrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N. Sambil menggoyangkan, warna
akan berubah dari pink menjadi jernih dan mencatat jumlah larutan asam
tersebut sebagai Vp (1).
 Menambahkan kedalam larutan tadi indikator Methyl Orange (MO) 2
tetes. Maka larutan akan menjadi orange.
 Mentitrasikan dengan H2SO4 0,02 N kembali sampai ada perubahan warna
menjadi merah/merah muda. Mencatat banyaknya larutan asam total,
 1   2 
yaitu: jumlah asam   + jumlah asam   sebagai volume dari
 PP   MO 
Vm.
 Dengan perhitungan:
Kebasaan P = Vp / banyaknya cc contoh air formasi.
Kebasaan M = Vm / banyaknya cc contoh air formasi.
Penentuan untuk setiap ion dalam mili equivalent ( me/L ) dapat
ditentukan dari table berikut :
Tabel 2
Klasifikasi konsentrasi ion
HCO3 CO3 OH

P = 0 M  20 0 0
P = M 0 0 20  P
2P = M 0 40  P 0
2P < M 20  ( M  2P ) 40  P 0
2P > M 0 40  ( M  P ) 20  ( 2P  M )

D. Penentuan Kadar Klorida (Cl).


 Mengambil 5 ml sample air formasi, menuangkan ke Erlenmeyer,
menambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 dan warna larutan akan menjadi
bening.
 Menitrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N sambil digoncangkan hingga
warna menjadi coklat kemerahan (disertai endapan putih).
 Menunggu sebentar hingga warna tidak berubah lagi dan mencatat
banyaknya AgNO3 yang digunakan.
𝑚𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 10000
Kadar Cl, mg/L = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖

 
E. Penentuan Kadar Kalsium Ca 2 Dengan Instant Test Kit.
 Menyiapkan sample air formasi sebanyak 5 ml pada tabung reaksi yang
tersedia.
 Menambahkan 10 tetes cairan reagen 1 (cairan) dan 2 spatula reagen 2
(bubuk) kedalam tabung reaksi, diaduk. Campuran ini pertama-tama
menunjukkan warna merah muda, kemudian berubah menjadi warna
ungu/red violet.
 Mengisi mini buret dengan reagen 3 (larutan titran) sampai batas 0 mg/l.
 Menitrasi larutan sample sampai terjadi perubahan warna dari ungu/red
violet menjadi ungu/violet.
 
 Membaca/mengukur kandungan Calsium Ca 2 dalam air formasi (dalam
mg/l) sesuai skala akhir titrasi.
F. Penentuan Kadar Magnesium Mg 2  Dengan Instant Test Kit.
 Mengambil 1 tetes air formasi ke inner tube, menambahkan 10 tetes
larutan buffer solution (larutan penyangga), lalu mencampurkannya.
 Mengambil 2 tetes sampel dari inner tube, kemudian memindahkan ke
outer tube, menambahkan buffer solution (larutan penyangga) sampai
batas 5 ml.
 Menambahkan 10 tetes larutan reagen (reagent solution) lalu
dicampurkan.
 Setelah 1 menit, membandingkan hasil reaksi larutan dengan skala warna
yang tersedia untuk mengetahui kandungan magnesium Mg 2 .
G. Penentuan Sodium
 Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan harganya.
 Mengkonversikan mg/L kation dengan me/L dan menjumlahkan harganya.
 Lalu menghitung kadar sodium Na = (anion – kation).
H. Grafik hasil analisa air
Hasil analisa air dibuat dalam bentuk grafik dengan memplotkan tiap
komponen dengan konsentrasinya masing-masing dengan membedakan anion dan
kationnya.
I. Perhitungan indeks stabilitas CaCO3
Indeks stabilitas ini didapat dengan memplotkan jumlah harga tenaga
ion dengan Ca dan CO3 pada grafik yang telah disediakan, bila indeks
berharga positif berarti air sampel memiliki gejala membentuk endapan dan
apabila bernilai negative besifat korosif.

HASIL ANALISA
9.5.1. Hasil Percobaan
1. Kenampakan Sifat Fisik Air Formasi :
- Bau :
- Warna :
- Rasa :
2. pH air formasi :
- pH :
3. Penentuan Alkalinitas
- Indikator = 2 tetes PP & 2 tetes MO
- Volume sample = 10 cc
- Vp = ml
- Vm = ml
- Kebasaan P = 0.12 (Vp/Vs)
- Kebasaan M = 1.2 (Vm/Vs)
9.5.2. Perhitungan
 Penentuan Alkalinitas
pH air =
Indikator = 2 tetes PP & 2 tetes MO
Volume sample = 10 cc
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air formasi
= /10
=
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air formasi
= ml / 11,2 ml
=
Sifat kebasahan disebabkan oleh ion CO3dan OH
 2P < M
Konsentrasi ion HCO3 = 20 × (𝑀 − 2𝑃)
= 20 × (1.0848 − 2(0.19))
= 20 (0,7048)
= 14,096 me/L
Konsentrasi ion CO3 = 40 × 𝑃
= 40 × 0.19
= 7,6 me/L
Konsentrasi ion OH =0
 Penentuan Kadar Clorida ( Cl )
Indikator = 5 tetes K2CrO4
Volume sample = 5 cc
Konsentrassi larutan titrasi ( AgNO3 ) = 0,01 N
Volume titrasi = 16,4 cc
𝑚𝑔
Kandungan Cl =
𝐿
𝑚𝑙 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 × 10000
=
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
16,4 𝑚𝑙 ×10.000
=
5
= 32.800 mg/L
𝑀𝑔
𝑙
× 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kandungan Cl- dalam satuan Me/l = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
32.800 𝑀𝑔/𝑙 × 1
=
35,5

= 923,944 Me/l
 Penentuan Ca++
Volume sampel = 5 ml
Cairan reagen = 10 tetes
Bubuk reagen = 2 spatula kecil
Kandungan Ca++ = 150 Mg/L
𝑀𝑔
𝑙
× 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kandungan Ca++ dalam satuan Me/l = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
150 𝑀𝑔/𝑙 × 2
=
40
= 7,5Me/L
 Penentuan Mg++
Kandungan Mg++ = 100 Mg/L
𝑀𝑔
++ 𝑙
× 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kandungan Mg dalam satuan Me/l = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
100 𝑀𝑔/𝑙 × 2
=
24
= 8,333 Me/L
 Penentuan SO42-
Kandungan SO42- = 46,7 Mg/L
𝑀𝑔
𝑙
× 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kandungan SO42- dalam satuan Me/l = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
46,7 𝑀𝑔/𝑙 × 1
=
96
= 0,486 Me/L
𝑀𝑔
++ 𝑙
× 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kandungan Fe dalam satuan Me/l = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
1000 𝑀𝑔/𝑙 × 2
=
56

= 35,71 Me/l

Tabel IX-2
Tabulasi Perhitungan Kation dan Anion

Konsentrasi Anion Konsentrasi Kation


Anion BM Mg/L Me/L Kation BM Mg/L Me/L
Cl 35,5 32.800 923,944 Ca++ 40 150 7,5
SO42 96 46,7 0,486 Mg++ 24 100 8,333
CO32 60 228 7,6 Fe++( ferro) 56 1000 35,71
HCO3 61 859,856 14,096 Ba++ 137 negatif 0

OH 17 0 0
Anion 946,126 Kation 51,543
Kadar Sodium ( Na+ ) =  Anion  Kation
= 946,126 – 51,543
= 894,583 Me/L
Tabel IX-3
Perhitungan Indeks Stabilitas CaCO3
Konsentrasi Faktor Koreksi
Ion Ionic stregth
PPM Me/L PPM Me/L
Cl 32800 923,944 2,4 × 10-5 6,0 × 10-4 0,55436
SO42 46,7 0,486 2,1 × 10-5 1,0 × 10-3 0,000486
CO32 228 7,6 3,3 × 10-5 1,5 × 10-3 0,0114
HCO3 859,856 14,096 0,8 × 10-5 5,0 × 10-4 0,007048
Ca2+ 150 7,5 3,0 × 10-5 2,0 × 10-3 0,015
Mg2+ 100 8,333 8,2 × 10-5 1,2 × 10-3 0,009996
Fe++ 1000 35,71 8,1 × 10-5 1,5 × 10-3 0,05355
Ba++ negatif negatif - - -
Na+ 894,097 2,2 × 10-5 2,0 × 10-4 0,178819
Total Ionic Strength 0,8307319

Tenaga ion keseluruhan (K) pada suhu :


SI = pH – K – pCa – palk
K= konstanta fungsi dari salinitas komposisi dan temperatur air didapat
dari grafik 1 berdasarkan ionic strength
pca dari grafik 2 berdasarkan konversi ion Ca2+ dalam Mg/l
palk dari grafik 2 berdasarkan konversi ion HCO3+ dalam Mg/l
- 0°C = 6,3  2 - 6,3 - 2,4 - 1,8 = - 8,5
- 20°C = 5,9  2 - 5,9 - 2,4 - 1,8 = - 8,1
- 40°C = 5,3  2 - 5,3 - 2,4 - 1,8 = - 7,5
- 60°C = 4,4  2 - 4,4 - 2,4 - 1,8 = - 6,6
- 80°C = 3,7  2 - 3,7 - 2,4 - 1,8 = - 5,9
Harga pCa = 2,4 ; pAlkali = 1,8

Jika indeks stabilitas menunjukkan hasil yang positif, maka pada temperatur
tersebut air formasi cenderung membentuk scale. Sebaliknya, jika indeks stabilitas
menunjukkan hasil negatif, maka pada temperatur tersebut air formasi cenderung
membentuk korosif pada alat-alat produksi

APLIKASI DI LAPANGAN
adalah untuk mengetahui tingkatan korosif atau endapan dari air formasi
tersebut sehingga dapat ditanggulangi mengenai hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kerusakan formasi ataupun kerusakan pada peralatan –peralatan produksi
misalnya flow line, tubing dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai