Transkrip Wawancara I
Narasumber : Oh kalo di politiknyo, yang jelasnyo pado maso itu politik dia
itukan, karna dia bergabung di dalam kepartaian Golkar, nah
pada saat itukan kepartaian dipegang oleh Golkar, sedangkan
pada saat saya berkecimpung di dunia politik pada masa saya
itu, kepartaian itu udah bebas, dak dikuasoi oleh partai – partai
tertentu, kan maso itu cuma tiga partai PDIP, P3,
GOLKAR kan gitu, pada saat itukan yang namanya
demokrasi (kekuasaan) dipegang oleh sekelompok birokrat.
Tapi dengan adanya reformasi membuat kita bebas
berdemokrasi. jadi Dia itu tidak menghambat atau menentang
om yang berbeda partai dengan Dio saat om berkecimpung di
dunia politik yang pada saat itu Dia menjabat sebagai Dewan
Penasihat di Partai Golkar. begitupun dalam kehidupan ini
cemano Ia mau meminimalisir untuk masalah atau pemikiran
orang yang belum tentu terjadi dan dia selalu mengingat,
menimbang baru memutuskan.
Penulis : Datuk ini memiliki gelar Kyai kapan itu beliau mulai
mendapatkan gelar tersebut?
Penulis : Datuk kan juga merupakan bagian dari tokoh adat, kenapa bisa
menjadi bagian dari adat?
Narasumber : Yang namanya adat itu tidak terlepas dari orang agama, “adat
bersendi syara, syara bersendi kitabullah”, nah jadi karena ia
orang paham agama tentu otomatis mau tidak mau ia duduk di
lembaga adat. Di lembaga adatnya sejak ia menjadi kepala
departemen agama menjadi wakil ketua lembaga adat. Ia dipilih
melalui dari ada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ada orang
yang memang dari adat sendiri. Dan datuk ini salah satunyo dari
agamanyo. Kalau di lembaga adatnyo beliau menjadi bagian itu
hingga akhir hayatnyo dengan berbeda jabatan saja. Karena dia
sebagai dewan penasihat dan wakil ketua lembaga adat dan saat
ia meninggal ia masih menjadi bagian adat sebagai Tokoh Adat.
Narasumber : Yaa.... hukum adat itukan biasanya dalam hal hal yang tidak
tertera dalam adat dia meminta pendapat kepada tokoh adat
tersebut. Kan tidak semua hukum adat itu sama dengan
kemajuan zaman bisa jadi pada saat ini hukumnya mengatakan
seperti ini bisa saja hal itu tidak bisa mengatur lagi pada saat ini
maka hal tersebut perlu meminta masukan dari tokoh – tokoh
adat.
Narasumber : Anak muridnyo, waktu itu Dio ngajar di MTs sebagai guru,
dengan jarak umur belasan di usia istrinyo yang masih 17 tahun,
kisah cinta guru kepada murid. Ketemunya dengan keadaaan
guru dan murid dan bukan dijodohkan karena dilihat secara
status tidak biso menikah dengan istrinyo tu kareno datuk kan
Raden, secaro kekeluargaan itukan supaya tidak putus rantai
keluarga itu maka harus menikah juga sesama Raden yakni
Ratumas.
Penulis : Selamo istrinyo masih hidup itu kek mano sikap datuk adung
sebagai kepala keluarga?
Penulis : Kenapa beliau itu biso menjabat sebagai Ketua MUI itu selama
beberapa periode.
Penulis : Bagaimana latar belakang orang tua KH. Raden Usman Dung?
Narasumber :Orang tua Beliau itu berasal dari keturuna Raden, keturunan
dari Raden yang ada di seberang kota jambi. Orang tua Usman
Dung pindah ke Tebo dari jambi, buka kebun di Sungai Alai
kemudian baru pindah ke Bungo.
Narasumber :Reaksi masyarakat itu orag itu dekat galo dengan apolagi
yang mudo2, selain dio orang agama di masyarakat itu sendiri
masyarakat dalam hal hal mengadu urusan dapur mengadu
susu anak habis pun mengadu ke datuk. Jadi di masyarakat
sekitar itu ia pribadi yang dekat dengan kalangan masyarakat
sekitar.
Transkrip Wawancara I
Pertanyaan : yang paling berkesan yang datuk ingat itu antar kampong smo
kampong apo tu tok?
Narasumber : Oh itu terakhir ado kedukun dengan lubuk nior, pembunuhan
jugo.
Pertanyaan : Ado dak datuk kejadian yang besak di Bungo ni yang membuat
pada saat itu Datuk Usman Dung sebagai ketua MUI
mengeluarkan fatwanyo.
Narasumber : Oh iyo ado ado, itu masalah aliran aliran yang menyimpang,
nah itu ado timnyo ulama kejaksaan segala macam. Nah aliran
semacam diluruskan kembali sesuai dengan syariat agama kito,
yang menyimpang tu kadang – kadang orang tu masih mudo....
diluruskan samo tim tadi.
Narasumber :Oh iyo itu udah lamoo, itu zaman zaman PRRI, tapi kami aktiv
nyo di NU.
Pertanyaan :Lembaga adat di Bungo itu mulai berdiri tahun berapo tuk?
Narasumber :La lamo e, sebab di jambi itu berdiri tahun 75-76 yo, itu
provinsi.... nah barulah itu dibentuk lah di tiap Kabupaten di tiap
Kecamatan. Saya waktu pensiun tu la mulai bergelut di bidang
lembaga adat lah...
Pertanyaan :Kenapa itu Usman Dung lama di MUI menjabat beberapa kali
periode?
Narasumber :Payah nyari ulama yang macam beliau, beliau itu fungsinyo
memang disitu, dia punyo ilmu, pandai becakap, percuma be
pandai becakap tapi dak punyo ilmu, nah dio punyo keduonyo,
kami dak pernah ngomong – ngomong dak karuan
(menghabiskan waktu terhadap hal yang tidak bermanfaat),
Karena ketokohannyo lah yang membawa nyo kesitu.(menjadi
ketua MUI), susah di Bungo ni mencari yang seperti beliau itu.
Narasumber :Saya rasa itu di madrasah di jambi Nurul Iman, kalo saya itu
dulu di nurul iman kampong tengah. Dulu masih berupa pondok
pondok di tepi sungai. Tapi sayo dak do lamo. Nah usman dung
itu lamo belajar disitu.dulu disitu pakaian pake sarung kopiah.
Pagi pagi tu maso banjir duo bulan pake perahu berangkat ke
madrasah.
Pertanyaan :Wak tadi nyebut pada awalnyo bertemu dengan usman dung
mendirikan organisasi dari NU nah apo kontribusi atau perannyo
itu lembaga maarif.
Pertanyaan :Sosok yang menjadi panutan atau yang dekat dengan usman
dung
Narasumber :Husain Saad, jadi begini sebab awak tau nian, awak cukup
dekat dengan beliau, jdi Husain saad ini banyak membantuk Pak
Dung ini, jadi pada waktu itu ado masa perekonomian Usman
Dung lagi kekurangan, maka ke Husain Saad tulah nyo minta
tolong, kecuali kalo la kepepet nian lah baru ke awak.... dan juga
keduanyo itu merupakan teman semasa sekolah di INS Kayu
Tanam.