Anda di halaman 1dari 12

Lampiran 3

Transkrip Wawancara I

Waktu Wawancara : 13 Mei 2023


Lokasi Wawancara : Kediaman Raden Salman di Rimbo Tengah, Kabupaten
Bungo.
Profil Narasumber
Nama : Raden Salman Alfarisi
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Keterangan : Anak ke – 5 dari KH. Raden Usman Dung
Penulis : Baik Om, sebelumnyo terimokasih sudahbersedia meluangkan
waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan
ditanyakan hari ini. Nah tadi sebelumnyo om ado bilang Datuk
Dung sering bercerita samo om, nah apo bae itu om?

Narasumber : Oh banyak, Beliau tu kalo dari kepribadiannya bukanlah orang


yang memulai sesuatu yang tidak diketahuinya, sikapnyo yang
menganggap mungkin orang lain lebih paham dari dio biar lah
orang lain yang memulai.

Penulis : Kalo dari pengalaman perjalanan di politik Beliau macam


mano kondisinyo om?

Narasumber : Oh kalo di politiknyo, yang jelasnyo pado maso itu politik dia
itukan, karna dia bergabung di dalam kepartaian Golkar, nah
pada saat itukan kepartaian dipegang oleh Golkar, sedangkan
pada saat saya berkecimpung di dunia politik pada masa saya
itu, kepartaian itu udah bebas, dak dikuasoi oleh partai – partai
tertentu, kan maso itu cuma tiga partai PDIP, P3,
GOLKAR kan gitu, pada saat itukan yang namanya
demokrasi (kekuasaan) dipegang oleh sekelompok birokrat.
Tapi dengan adanya reformasi membuat kita bebas
berdemokrasi. jadi Dia itu tidak menghambat atau menentang
om yang berbeda partai dengan Dio saat om berkecimpung di
dunia politik yang pada saat itu Dia menjabat sebagai Dewan
Penasihat di Partai Golkar. begitupun dalam kehidupan ini
cemano Ia mau meminimalisir untuk masalah atau pemikiran
orang yang belum tentu terjadi dan dia selalu mengingat,
menimbang baru memutuskan.

Penulis : Datuk ini memiliki gelar Kyai kapan itu beliau mulai
mendapatkan gelar tersebut?

Narasumber : Kalau kyai itukan adalah sebutan daripado masyarakat, dio tu


pada awalnyo, sebelumnyo kan dio ni berdomisili di Tebo,
kenapa di tebo Karena pada saat itu pusat kewedanaan. Pada
saat di tebo awalnyo Dio sebagai guru, nah pada waktu di Tebo
sebutannyo buka Kyai, tapi Guru karena ia sebagai guru sekolah
dan guru ngaji. Saat dia kembali ke Departemen Agama disitu ia
menerapkan ilmu agamanyo, disitu ia sering memberi ceramah –
ceramah, dan pada waktu itu memang ia karena dia sebagai
kepala Departemen Agama Kabupaten Bungo – Tebo, Ia sangat
terjun langsung dalam ilmu agama ini ya maka orang ya
member ia gelar sebagai Kyai, jadi kyai nyo tu om raso sekitar
tahun 1973 – 76, decade tahun 70anlah. Bahkan di tahun 90an
orang orang sudah memulai memanggil ia dengan Buya. karno
dio sangat memahami ilmu agamanyo. Berimbanglah yang
manggil ia dengan buya dan kyai. Biasonyo yang memanggil
Kyai itu kalangan muda, sedangkan yang memanggil ia dengan
sebutan Buya kalangan 60 an.

Penulis : Bagaimana Kontribusi beliau di bidang keagamaan di


kabupaten Bungo?

Narasumber : Setau om itu, terutama terhadap kecintaan beliau terhadap Al


– Quran, terutama saat ia menjabat menjadi kepala departemen
agama, dan ia sebagai ketua majelis ulama, ia itu selalu
mengirim tenaga pengajar dan pelajar – pelajar disini ke jawa.
Jadi ado pelajar yang dianggap mempunyai potensi itu dikirim
dalam tim khusus sehingga nanti menjadi Qori – Qoriah
Kabupaten. Ia ikut menyumbang ide bersama pemerintah daerah
untuk pembangunan masjid agung al mubarok yg berada di
kabupaten bungo.

Penulis : Datuk kan juga merupakan bagian dari tokoh adat, kenapa bisa
menjadi bagian dari adat?

Narasumber : Yang namanya adat itu tidak terlepas dari orang agama, “adat
bersendi syara, syara bersendi kitabullah”, nah jadi karena ia
orang paham agama tentu otomatis mau tidak mau ia duduk di
lembaga adat. Di lembaga adatnya sejak ia menjadi kepala
departemen agama menjadi wakil ketua lembaga adat. Ia dipilih
melalui dari ada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ada orang
yang memang dari adat sendiri. Dan datuk ini salah satunyo dari
agamanyo. Kalau di lembaga adatnyo beliau menjadi bagian itu
hingga akhir hayatnyo dengan berbeda jabatan saja. Karena dia
sebagai dewan penasihat dan wakil ketua lembaga adat dan saat
ia meninggal ia masih menjadi bagian adat sebagai Tokoh Adat.

Penulis : bagaimana biasanyo tugas tokoh adat itu om disini?

Narasumber : Yaa.... hukum adat itukan biasanya dalam hal hal yang tidak
tertera dalam adat dia meminta pendapat kepada tokoh adat
tersebut. Kan tidak semua hukum adat itu sama dengan
kemajuan zaman bisa jadi pada saat ini hukumnya mengatakan
seperti ini bisa saja hal itu tidak bisa mengatur lagi pada saat ini
maka hal tersebut perlu meminta masukan dari tokoh – tokoh
adat.

Penulis : Kemudian om, lanjut ke asal keluarga Datuk Adung itu


bagaimana om?
Narasumber : Kalau orang tuanya kan berasal dari jambi di kenali besar,
disitu mak bapak nyo asalnyo raden disitu, dan pada waktu itu
karena sistem kerajaan Raden ini pada saat itu disuruhlah untuk
mengembangkan wilayah salah satunya itu Tebo, jadi kelompok
dio ni di Tebo sekitar dekade 20an.

Penulis : Kemudian om bagaimana proses bertemunyo Datuk dengan


istrinyo?

Narasumber : Anak muridnyo, waktu itu Dio ngajar di MTs sebagai guru,
dengan jarak umur belasan di usia istrinyo yang masih 17 tahun,
kisah cinta guru kepada murid. Ketemunya dengan keadaaan
guru dan murid dan bukan dijodohkan karena dilihat secara
status tidak biso menikah dengan istrinyo tu kareno datuk kan
Raden, secaro kekeluargaan itukan supaya tidak putus rantai
keluarga itu maka harus menikah juga sesama Raden yakni
Ratumas.

Penulis : Selamo istrinyo masih hidup itu kek mano sikap datuk adung
sebagai kepala keluarga?

Narasumber : Sikapnyo yang pastinyo karno ia paham agamo, pastinyo


mengikuti sunnah Rasulullah, dia tidak memerintah istrinyo dia
tidak pernah memarahi istrinyo dia tidak pernah mengatakan
tidak enak kepada makanan yang dimasak istrinya apapun yang
dimasaknya diterimonyo. Dan dari hal tersebut dalam arti kato
mendidik anak untuk membina anak ia menyerahkan kepada
istrinya dan untuk membiayai anak maka itu adalah bagian dari
tugasnyo. Jadi jika istrinyo mengatakan hal ha tersebut tidak
bagus untuk anaknya maka ia tidak membantah dan
menganggap hal itulah yang terbaik untuk anaknyo.

Penulis : Menurut om caro Datuk Adung mendidik itu bagaimana?


Narasumber : Iyo, hal tersebut tentunyo tidak terlepas macam mano orang
tuanyo mendidik dio, dan macam mano dia menghormati cara
istrinyo mendidik anaknyo yang mano menurut dio itu yang
terbaik. Dan didikan orang tuanyo itu juga dikatakan keras juga
tidak, di dalam keluarganyo itu menerapkan kedemokrasian kan
gitu, yo karno dari aspek perkawinan kalo orang tuanyo keras
maka tidak diberi persetujuan untuk menikah dengan istrinyo
karena kan dari segi status berbeda dan dengan cara itulah
Usman Dung itu mendidik anak – anaknya. Dan juga orang
tuanya itu petani dikarenakan pada saat itu tidak ada lagi sistem
kerajaan, dengan memiliki pencaharian sebagai petani karet,
orang tuanyo tidak memaksakan ia untuk menjadi petani karet
juga, tapi apa yang menjadi kehendak anaknya yang dilakukan
maka dengan begitu ia bisa bersekolah di Jambi Seberang, di
Kayu Tanamnya Sumatra Barat. Jadi jika orang tuanyo
mempunyai pemikiran yang ortodok yang hanyak memikirkan
kemauannyo maka hal tersebut ia tidak boleh sekolah.

Penulis : Kemudian om kembali lagi ke karir politiknyo, kenapo biso


terjun ke dunia politik.

Narasumber : Karena pada saat itu kepartaian dipegang oleh organisasi


keislaman maka disanalah ia mulai bergabung dan pada saat
menjadi ASN saat di Departemen Agama yang pada saat itu
dipegang oleh satu partai dan pada saat itu ia berpaling ke
Golkar karena ASN dibawah naungan partai itu. Dari tahun
1971 itu sampai ia meninggal itu tetap bernaung dalam
kepartaian Golkar.

Penulis : Kenapa beliau itu biso menjabat sebagai Ketua MUI itu selama
beberapa periode.

Narasumber : Karena dari masyarakat sendiri itu masih mempercayakan dio,


ketika usianya 90 tahun ia hendak dipilih lagi namun
menimbang usia yang sudah tua maka ia tidak dipilih lagi.
Karena masyarakat dan orang agama itu sendiri masih
mempercayakan dio.

Penulis : Terima kasih atas informasinyo om, mohon maaf kami

mengganggu waktu om ketika sedang beristirahat.

Narasumber : Sama-sama. Ndak papo.


Transkrip Wawancara I

Waktu Wawancara : April 2023


Lokasi Wawancara : Telanaipura, Kota Jambi
Profil Narasumber
Nama : Hj. Rts Nurafrida
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan : Anak ke – 4 dari KH. Raden Usman Dung

Penulis : Bagaimana latar belakang orang tua KH. Raden Usman Dung?

Narasumber :Orang tua Beliau itu berasal dari keturuna Raden, keturunan
dari Raden yang ada di seberang kota jambi. Orang tua Usman
Dung pindah ke Tebo dari jambi, buka kebun di Sungai Alai
kemudian baru pindah ke Bungo.

Pertanyaan : Bagaimana tanggapan atau pendapat masyarakat sekitar


mengenai KH. Raden Usman Dung?

Narasumber :Reaksi masyarakat itu orag itu dekat galo dengan apolagi
yang mudo2, selain dio orang agama di masyarakat itu sendiri
masyarakat dalam hal hal mengadu urusan dapur mengadu
susu anak habis pun mengadu ke datuk. Jadi di masyarakat
sekitar itu ia pribadi yang dekat dengan kalangan masyarakat
sekitar.
Transkrip Wawancara I

Waktu Wawancara : Mei 2023


Lokasi Wawancara : Telanaipura, Kota Jambi
Profil Narasumber
Nama : H. Mahmud
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Keterangan : Ketua LAM Bungo dan Rekan Sejawat KH. Raden
Usman Dung

Pertanyaan : macam ni datuk, tujuan kesini ingin menanyakan perihal Datuk


Adung, untuk keperluan penelitian skripsi. Jadi tuk macam
mano mula datuk bertemu dengan Datuk Adung ?

Narasumber : ooh, la lamoo...tahun 60 sekian sebab saya pindah ke Jambi


tahun 67, sebelum 67 tu saya tunak di siko be, dari dulu nyela la
lamo, apo ado masalah yang lain lain kamilah...seilir semudik
lah... pokoknyo beliau ni samo dengan sayo sampe kini aktif la
di bidang organisasi kemasyarakatan lah, nyo masih mudo
dulukan ngajar di tebo kan.

Pertanyaan : ado dak datuk masalah yang paling besak di selesaikan


lembaga adat

Narasumber : oh ado, pembunuhan, perzinahan, iyo kito yang


menyelesaikan, kito rembukan baru kito selesaikan samo –
samo. Jugo kehebohan antar kampong – kampong, perkelahian
atau segala macam kan.

Pertanyaan : yang paling berkesan yang datuk ingat itu antar kampong smo
kampong apo tu tok?
Narasumber : Oh itu terakhir ado kedukun dengan lubuk nior, pembunuhan
jugo.

Pertanyaan : Bagaimana itu tuk penyelesaian nyo?

Narasumber :Yaitu perdamaian, kalau dio (korban) mati (luka) didendo


(pelaku) segala macam (biaya pengobatan), sehinggo orang
yang pesakitan itu tidak dipersedihkan, orang itu diangkat raso
persaudaraan. Pelaku itu tetap dihukum tetapi antar kampong itu
tetap didamaikan. Nah jika ado timbul dendam (pembalasan
terhadap pelaku) keno hukum jugo ado dendo jugo, mako
didamaikan.

Pertanyaan : Ado dak datuk kejadian yang besak di Bungo ni yang membuat
pada saat itu Datuk Usman Dung sebagai ketua MUI
mengeluarkan fatwanyo.

Narasumber : Oh iyo ado ado, itu masalah aliran aliran yang menyimpang,
nah itu ado timnyo ulama kejaksaan segala macam. Nah aliran
semacam diluruskan kembali sesuai dengan syariat agama kito,
yang menyimpang tu kadang – kadang orang tu masih mudo....
diluruskan samo tim tadi.

Pertanyaan : Apakah sempat bergabung dengan masyumi?

Narasumber :Oh iyo itu udah lamoo, itu zaman zaman PRRI, tapi kami aktiv
nyo di NU.

Pertanyaan :Lembaga adat di Bungo itu mulai berdiri tahun berapo tuk?

Narasumber :La lamo e, sebab di jambi itu berdiri tahun 75-76 yo, itu
provinsi.... nah barulah itu dibentuk lah di tiap Kabupaten di tiap
Kecamatan. Saya waktu pensiun tu la mulai bergelut di bidang
lembaga adat lah...

Pertanyaan :Kenapa itu Usman Dung lama di MUI menjabat beberapa kali
periode?
Narasumber :Payah nyari ulama yang macam beliau, beliau itu fungsinyo
memang disitu, dia punyo ilmu, pandai becakap, percuma be
pandai becakap tapi dak punyo ilmu, nah dio punyo keduonyo,
kami dak pernah ngomong – ngomong dak karuan
(menghabiskan waktu terhadap hal yang tidak bermanfaat),
Karena ketokohannyo lah yang membawa nyo kesitu.(menjadi
ketua MUI), susah di Bungo ni mencari yang seperti beliau itu.

Pertanyaan :Datuk Usman Dung itu lama belajar ilmu agama


dimana/menuntut ilmu agama dimana?

Narasumber :Saya rasa itu di madrasah di jambi Nurul Iman, kalo saya itu
dulu di nurul iman kampong tengah. Dulu masih berupa pondok
pondok di tepi sungai. Tapi sayo dak do lamo. Nah usman dung
itu lamo belajar disitu.dulu disitu pakaian pake sarung kopiah.
Pagi pagi tu maso banjir duo bulan pake perahu berangkat ke
madrasah.

Pertanyaan :Kemudian datuk bagaimana itu sosok datuk adung dalam


pandangan datuk Mahmud begitu?

Narasumber :Yaa kalo menurut pandangan sayo, yo sosok panutan sayolah,


istilahnyo tu ilmu yang ado tu dio beri kepada kami – kami
bahkan ditulisnyo, dan kalo ado hajatan – hajatan atau
perkawina kami beduo lah yang becakap, selaku tetua adat.
Beliau tu konsisten samo cakapnyo, iyo iyo .... idak idak... idak
plin plan dio, tetapi tentunyo dengan tetap ado dasar. ( panduan).
Transkrip Wawancara I

Waktu Wawancara : Mei 2023


Lokasi Wawancara : Talang Pantai, Kabupaten Bungo
Profil Narasumber
Nama : H. Martunis
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Keterangan : Pengurus Bazda Bungo dan Rekan Sejawat KH. Raden
Usman Dung

Pertanyaan :Wak tadi nyebut pada awalnyo bertemu dengan usman dung
mendirikan organisasi dari NU nah apo kontribusi atau perannyo
itu lembaga maarif.

Narasumber :Jadi tu gini waktu itu di bungo ni partai Politik itu NU


termasuk kuat, jadi waktu itu ketua DPRD Ahmad Saidu dari
NU, waktu itu NU Kuat, habis PKI jadi parpol agama kuat orang
berlindung habis pki, menghilangkan identitas pki. Pada waktu
itu ada BPH badan pemerintah harian. Dibentuk untuk
membantu pemerintah, badan itu mencerminkan partai politik
NU dapat dua anggota. Kemudian mendirikan sekolah agama
mako mereka membentuklah PGA di Bungo ini, jadi termasuk
pak dung itu salah satu pengurus panitia pendirian PGA di
Bungo – Tebo itu, nah jadi sudah dibentuk panitia, sudah
dibentuk pengurus sementara sudah ada murid 200 lebih. Dan
pada saat itu pak dung sebagai Wakil Ketua pendiri PGA itu.

Pertanyaan :Bagaimana pandangan Wak terhadap sosok Usman Dung ?


Narasumber :Dengan kepribadian berlatar agama, banyak sabar banyak
saling menasihati dan membimbing, dan sayo melihat beliau
tidak mempunyai musuh.

Pertanyaan :Sosok yang menjadi panutan atau yang dekat dengan usman
dung

Narasumber :Husain Saad, jadi begini sebab awak tau nian, awak cukup
dekat dengan beliau, jdi Husain saad ini banyak membantuk Pak
Dung ini, jadi pada waktu itu ado masa perekonomian Usman
Dung lagi kekurangan, maka ke Husain Saad tulah nyo minta
tolong, kecuali kalo la kepepet nian lah baru ke awak.... dan juga
keduanyo itu merupakan teman semasa sekolah di INS Kayu
Tanam.

Anda mungkin juga menyukai