FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 45 Tahun 2018
Tentang
PENGGUNAAN PLASMA DARAH UNTUK BAHAN OBAT
،ًفهذه البالزما ليست دماً ال لوناً وال حقيقة ولذلك ال تعترب حراما
وىذا ما صدرت بو فتوى من الندوة الفقهية الطبية التاسعة للمنظمة
( : يونيو نصت على أن، اإلسالمية للعلوم الطبية بالدار البيضاء
وقد تستخدم ِف.بالزما الدم اليت تعترب بديالً رخيصاً لزالل البيض
الفطائر واَلساء والعصائد (بودينغ) واخلبز ومشتقات األلبان وأدوية
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 11 Safar 1440 H
17 Oktober 2018 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag.
)َس َكَر فَ ُه َو َحَر ٌام (رواه البخاري عن عائشة ٍ ُك ُّل َشر
ْ اب أَ
"Setiap minuman yang memabukkan adalah haram" (HR. Al-
Bukhari, sebagaimana dalam kitab shahih al-Bukhari juz 1
halaman 95 hadis nomor 239)
َس َكَر َكثِريه فَ َقلِيلو َحَرام (رواه أمحد وأبو داوود والرتمذي والنسائي
ْ َما أ
)وابن ماجة وابن حبان وحسنو الرتمذي
“Sesuatu yang jika banyak memabukkan, maka meskipun sedikit
adalah haram.” (HR Ahmad, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasai,
Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban. Perawi dalam sanad Hadis ini
terpercaya, dan al-Tirmidzi menganggapnya hasan).
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِ ُ سئِل رس:عن عائِ َشةَ ر ِضي اهلل عنها قَالَت
َ ول اللَّو َُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َْ
ابٍ َعن الْبِْت ِع والْبِْتع نَبِي ُذ الْعس ِل وَكا َن أ َْىل الْيم ِن ي ْشربونَوُ فَ َق َال ُك ُّل َشر
َ َُ َ َ َ ُ َ ََ ُ َ ْ
)َس َكَر فَ ُه َو َحَر ٌام (رواه مسلم وأمحد ْأ
”Dari Aisyah ra beliau berkata : Rasulullah SAW ditanya tentang
al-Bit’ – yaitu perasaan kurma, sementara penduduk Yaman
sering meminumnya, maka beliau bersabda: “Setiap minuman
yang memabukkan maka hukumnya haram”. (HR. Muslim dan
Ahmad)
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يُْنتَبَ ُذ لَوُ أ ََّوَل اللَّْي ِل فَيَ ْشَربُوُ إِ َذا ِ ُ َكا َن رس
َ ول اللَّو َُ
ِ ِ
ْ ُخَرى َوالْغَ َد إِ ََل الْ َع
ص ِر ْ ك َواللَّْي لَةَ الَِِّت ََتيءُ َوالْغَ َد َواللَّْي لَةَ ْاأل
َ َصبَ َح يَ ْوَموُ ذَل
ْأ
ِ ِ ْ فَِإ ْن ب ِقي َشيء س َقاه
)اس ٍ َّب (رواه مسلم َع ْن ابْ ِن َعب َّ صُ َاْلَاد َم أ َْو أ ََمَر بِو ف ُ َ ٌْ َ َ
Rasulullah saw dibuatkan rendaman kismis (infus water)
diwaktu petang, kemudian pada pagi harinya beliau
meminumnya, kemudian meminumnya lagi pada pagi dan
malam berikutnya (hari kedua). Demikian juga pada pagi dan
petang hari berikutnya lagi (hari ketiga) yaitu pada ashar. JIka
masih ada sisanya, beliau memberikannya kepada pembantu,
atau menyuruhnya untuk membuangnya (H.R.Muslim dari Ibn
‘Abbas ra).
g. Atsar Shahabat, dari Ibnu Abbas ra :
ِالضرْورة
َ ُ َّ َاجةُ قَ ْد تَ ْن ِزُل َمْن ِزلَة
َ َاْل
ْ
“Kondisi hajat (keperluan sekunder) terkadang dapat menempati
kondisi darurat (yang mengancam kebutuhan primer)”.
،ت ِى َي ِ
ْ َاإل ْْجَاعُ فَبَقيِْ ص َّد َع َّما َع َد َاىا َ س ُ َّج
ِ
َ س ِِف عُْرف الش َّْرِع ُى َو الن ُ الر ْجِّ َو
، الص َحابَِة
َّ إْجَ ِاع ْ َو َمحَ َل َعلَى،اإل ْْجَ ِاعِْ ِاستِ َها الشَّْي ُخ أَبُو َح ِام ٍد بَ َاستَ َد َّل َعلَى ََن
ْ َو
ِ ٍِ ِ ِ فَِفي الْ َم ْج ُم
ض ُه ْم َع ْن
ُ َونَ َقلَوُ بَ ْع،ب َإَل طَ َه َارِتَا َ وع َع ْن َرب َيعةَ َشْي ِخ َمالك أَنَّوُ ذَ َى
ِ ِ واستَ َد َّل ب عضهم علَى ََن،ث ِ
ات
َ ت طَاىَرًة لََف ْ َاست َها بِأَن ََّها لَ ْو َكان
َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ اْلَ َس ِن َواللَّْي ْ
. اب ْاآل ِخَرةِ طَ ُه ًوراِ ِاَل ْمتِنَا ُن بِ َكو ِن َشر
َ ْ
“Kata “rijs” dalam terminologi syariat pada umumnya adalah “najis”,
sebagaimana ijma’ ulama cenderung berpendapat demikian. Syaikh
Abu Hamid al-Ghazali mendasarkan (pendapatnya) bahwa khamr
adalah najis berdasarkan ijma’ ulama, dan bahkan ada kemungkinan
merupakan ijma’ sahabat. Disebutkan dalam kitab al-Majmu’ bahwa
imam Rabi’ah, guru imam Malik, berpendapat bahwa khamr tidaklah
najis (suci), dan sebagian ulama melansir pendapat tidak najisnya
khamar dari al-Hasan dan al-Laits. Dan pihak yang menyatakan
khamr adalah najis beralasan bahwa jika khamr suci maka hilanglah
keraguan, karena minuman surga haruslah suci”. (Al-Khathib al-
Syarbaini,Mughni al-Muhtaj, jld. 1, hlm. 332)
ك َكالْ َم ِاء ِ
َ ص ْر ُم ْس ِكًرا َوذَل ِ وََل ي:َّيذ فَهو ما ََل ي ْشتَد
َ َْ
ِ
َ ْ َ َ ُ َِّاين م ْن النَّب
ِ ِ وأ ََّما الْ ِقسم الث
ُْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ص َار ُح ْل ًواَ َش أ َْو َع َس ٌل أ َْو ََْن ُوَىا ف ٌ يب أ َْو م ْشم ٌ ِات َتٍَْر أ َْو َزب
ُ َّالَّذي ُوض َع فيو َحب
ات فِ ِيو َوقَ ْد ِ َاإل ْْج ِاع ََيوز ُشربو وب ي عو وسائِر التَّصُّرف
َ ُ َ َ ُ ُ َْ َ ُ ُ ْ ُ ُ َ ِْ َِوَى َذا الْق ْس ُم طَاىٌر ب
ِ ِ
ي ِم ْن طُُرٍق ُمتَ َكاثَِرةٍ َعلَى طَ َه َارتِِو َو َج َوا ِز ُش ْربِِو ِ ْ يح ِ َّ يث ِِف ِ تَظَاىرت ْاأل
َ الصح ُ َحاد َ ْ ََ
َص ْر ُم ْس ِكًرا َوإِ ْن َج َاوَز ثَََلثَة ِ اْلمهوِر جو ُاز ُشربِِو ما ََل ي
َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُْ ب َّ َُّْث
َ إن َم ْذ َىبَ نَا َوَم ْذ َى
وز بَ ْع َد ثَََلثَِة أَيَّ ٍام ِ ْ أَيَّ ٍاموقَ َال أ
ُ َُمحَ ُد َرمحَوُ اللَّوُ ََل ََي َ
“Adapun jenis rendaman kismis yang kedua, maka selama
kondisinya tidak belebihan dan tidak berubah menjadi
memabukkan (maka boleh diminum). Hal iituu seperti air yang
dimasukkan kedalamnya biji kurma atau kismis, atau madu atau
yang sejenisnya, sehingga membuatnya menjadi manisan. Jenis
kedua ini, berdasarkan ijma’ adalah suci, boleh diminum dan dijual.
Sungguh, menurut mazhab kami dan jumhur, booleh meminumnya,
selama tidak berubah menjadi memabukkan, meskipun lebih dari
tiga hari. Sementara Imam Ahmad ra. berpendapat, tidak boleh
(meminumnya) setelah tiga hari. (Al-Nawawi, al-Majmu’Syarh al-
Muhazzab, juz II,hlm, 582)
اىٌر ِعْن َد ِ َ وأ ّن النَّبِي َذ ط،أَ َّن اْلمرُمُْت لَف ِِف ََناستِها ِعْن َد علَم ِاء الْمسلِ ِمي....
ْ َْ ْ ُ َ ُ َ َ َ ْ ٌ َ َ َْ
َ َوأَ َّن ْاألَ ْعطَ َار ا ِإلفْ ِرَِْنيَّة،ًس َخَْرا يَل ل
َ و ح ك
ُ ال َّ
ن َ
أو ،ا ع ط
ْ ق
َ ل
ُ و ح كُ ال ِ أَِِب حنِي َفةَ وفِي
و
َ ْ ْ ُ َ ً ْ ُ َْ َْ
َوإََِّّنَا يُ ْو َج ُد فِْي َها ال ُك ُح ْو ُل َك َما يُ ْو َج ُد ِِف َغ ِْريَىا ِمن الْ َم َو ِّاد،ًت ُك ُح ْوَل ْ لَْي َس
اس ِة ِ َ ْ ِ وأَنَّوُ ََل و ْجوَ لِْل َقوِل بِنَجاستِ َها ح ََّّت ِعْن َد الْ َقائِل،اىرةِ باِ ِإل ْْجَ ِاع ِ َّ
َ ي بنَ َج َ َ َ ْ َ َ َ الط
اْلَ ْم ِر
ْ
“status najis tidaknya khamr ada perbedaan di antara ulama. Dan
nabiz menurut Imam Abu Hanifah tidaklah najis, demikian pula
alkohol. Alkohol tidaklah sama dengan khamr, dan minyak wangi
tidak (hanya) berbahan alkohol saja, tapi di dalamnya terdapat
alkohol dan juga beberapa bahan lainnya yang suci. Sehingga tidak
ada alasan bagi pendapat yang menyatakan alkohol adalah najis,
bahkan bagi orang yang menyatakan najisnya khamr”(Fatawa Dar
al-Ifta’ al-Mishriyyah, juz VIII, hlm. 413)
َوُى َو َغْي ُر،ب ُمتَ َفا ِوتٍَة ٍ والْ ُك ُح ْو ُل َم ْو ُج ْوٌد ِِف َكثِ ٍْري ِمن الْمو ِّاد الْغَ َذائِيَّ ِة بِنَس
َ ََ َ َ
اض الطِّبِّيَِّة ِ استِ ْع َمالِِو ِِف ْاألَ ْغَر ِ ِ
ْ ُ َو ُشيُ ْوع... ألَنَّوُ يُ ْستَ ْع َم ُل ل ْلتَّطْ ِه ِْري،ُم ْستَ ْق َذ ٍر
.آن ِ ص الْ ُقر ِ ِ ِ والنَّظَافَِة و َغ ِْريَىا ََْيعل الْ َقوَل بِنَجاستِ ِو ِمن ب
ْ ِّ َ َوُى َو َمْنفي بن،ج ِ اْلََر
ْ اب َ ْ َ َ ْ َُ َ َ
“alkohol terdapat di banyak bahan makanan dan minuman dengan
kadar yang berbeda-beda. Alkohol itu bukanlah zat yang kotor,
karena ia dipergunakan untuk bahan pembersih.. dan seringnya
alkohol dipakai untuk kepentingan medis, kebersihan dan lainnya
menjadikan pendapat yang menajiskan alkohol sebagai sesuatu yang
berat, dan itu bertentangan dengan nash al-Quran”(Fatawa Dar al-
Ifta’ al-Mishriyyah, juz VIII, hlm. 413)
10. Keputusan Rapat koordinasi Komisi Fatwa dan LP POM MUI serta
Departemen Agama RI, pada 25 Mei 2003 di Jakarta.
14. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa MUI Bidang Pangan,
Obatan-obatan dan Kosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada 8
Januari 2017, 23 Maret 2017, 4 Desember 2017, 18 Januari 2018,
dan 10 Februari 2018.
15. Pendapat peserta rapat pleno komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia
pada 28 Februari 2018.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Jumadil Akhir 1439 H
28 F e b r u a r i 2018 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag.
"Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar
Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati,
dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar
dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia
yang banyak" (QS. Al-Furqan[25]: 48 – 49).
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah
telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya” (QS. al-Ma'idah [5]: 88).
Fatwa tentang Air Daur Ulang 2
3. Qaidah fiqhiyyah
Fatwa tentang Air Daur Ulang 3
ُشيَاءِ اإلِبَاحَة
ْ َي األ
ْ ِصلُ ف
ْ َاأل
“Hukum asal dalam hal-hal (di luar ibadah) adalah boleh”
ُالّضَرَ ُر يُزَال
”Kemudaratan itu harus dihilangkan.”
Jika air yang najis sedikit, misalnya kurang dari dua kullah,
maka bisa disucikan dengan cara menambahkan air ke
dalamnya hingga menjadi dua kullah, dan bisa juga dengan
cara mukatsarah, yaitu menambahkan air walaupun kurang
dari dua kullah seperti tanah yang terkena najis jika disiram
air sehingga hilang najisnya. Salah satu ulama Syafi’iyah
berpendapat yang seperti itu tidak bisa menjadi suci karena
kurang dari dua kullah dan di dalamnya ada najis. Pendapat
yang menyatakan menjadi suci lebih kuat, karena air menjadi
najis jika terkena najis. Dan di sini air datang atas najis maka
tidak najis, karena jika (hal itu dihukumi) najis maka tidak
menjadi sucijuga baju yang terkena najis jika disiramkan air
di atasnya. As-Syirazi, al-Muhadzab Juz I halaman 5
Fatwa tentang Air Daur Ulang 5
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG AIR DAUR ULANG
Ketentuan Umum
1. Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan air daur ulang adalah
air hasil olahan (rekayasa teknologi) dari air yang telah
digunakan (musta'mal), terkena najis (mutanajjis) atau yang
telah berubah salah satu sifatnya, yakni rasa, warna, dan bau
(mutaghayyir) sehingga dapat dimanfaatkan kembali.
2. Air dua kullah adalah air yang volumenya mencapai paling
kurang 270 liter.
Ketentuan Hukum
1. Air daur ulang adalah suci mensucikan (thahir muthahhir),
sepanjang diproses sesuai dengan ketentuan fikih.
2. Ketentuan fikih sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
hukum nomor 1 adalah dengan salah satu dari tiga cara berikut
:
a. Thariqat an-Nazh: yaitu dengan cara menguras air yang
terkena najis atau yang telah berubah sifatnya tersebut;
sehingga yang tersisa tinggal air yang aman dari najis
dan yang tidak berubah salah satu sifatnya.
b. Thariqah al-Mukatsarah: yaitu dengan cara
menambahkan air suci lagi mensucikan (thahir
muthahhir) pada air yang terkena najis (mutanajjis)
atau yang berubah (mutaghayyir) tersebut hingga
mencapai volume paling kurang dua kullah; serta unsur
najis dan semua sifat yang menyebabkan air itu
berubah menjadi hilang.
c. Thariqah Taghyir: yaitu dengan cara mengubah air yang
terkena najis atau yang telah berubah sifatnya tersebut
dengan menggunakan alat bantu yang dapat
mengembalikan sifat-sifat asli air itu menjadi suci lagi
mensucikan (thahir muthahhir), dengan syarat:
1) Volume airnya lebih dari dua kullah.
2) Alat bantu yang digunakan harus suci.
3. Air daur ulang sebagaimana dimaksud dalam angka 1 boleh
dipergunakan untuk berwudlu, mandi, mensucikan najis dan
istinja’, serta halal diminum, digunakan untuk memasak dan
untuk kepentingan lainnya, selama tidak membahayakan
kesehatan.
Fatwa tentang Air Daur Ulang 7
Rekomendasi
1. Meminta Pemerintah untuk memasukkan standar kehalalan air
dalam penetapan ketentuan mengenai standar air bersih dan
standar air minum di samping standar kesehatannya, sesuai
dengan ketentuan fatwa ini.
2. Meminta Pemerintah, PDAM dan pihak yang mengelola daur
ulang air serta seluruh pemangku kepentingan diharapkan
meningkatkan mutu dan kualitas kecanggihan alat yang
dipergunakannya sejalan dengan kemajuan zaman dengan
menjadikan fatwa ini sebagai pedoman.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 11 Shafar 1431 H
27 Januari 2010M
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 001/MUNAS X/MUI/XI/2020
Tentang
PENGGUNAAN HUMAN DIPLOID CELL UNTUK BAHAN PRODUKSI OBAT DAN VAKSIN
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional X pada tanggal 10-12 Rabi’ul
Akhir 1442 H/25-27 November 2020 M, setelah :
MENIMBANG : a. bahwa ajaran Islam bertujuan memelihara keselamatan agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta, dan karena itu, segala sesuatu
yang memberi manfaat bagi tercapainya tujuan tersebut
diperintahkan, dianjurkan atau dibolehkan untuk dilakukan,
sedang yang menghambat terwujudnya tujuan di atas dilarang;
b. bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, Islam mensyariatkan
pemeliharaan kesehatan, baik dengan cara kuratif melalui
pengobatan saat sakit ataupun preventif melalui vaksin; akan
tetapi saat ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
banyak obat dan vaksin yang beredar di pasaran berasal dari
bahan yang beraneka ragam dan belum diketahui kehalalannya;
c. bahwa saat ini sel tubuh manusia khususnya human diploid cell
banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan tambahan, dan/atau
bahan penolong produksi obat dan vaksin yang karenanya
menimbulkan pertanyaan dari masyarakat tentang hukum
penggunaannya;
d. bahwa untuk itu, Komisi Fatwa MUI memandang perlu
menetapkan fatwa tentang Penggunaan Human Diploid Cell untuk
Bahan Produksi Obat dan Vaksin, sebagai pedoman;
َ َّ َّ َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ
ِ"إ َّن الل َه أ ْن َز َل:صلى الل ُه َعل ْي ِه َو َسل َم قال رسول الل ِه:َع ْن أ ِبي الدرد ِاء قال
َ َ َ ُ
)الد َو َاء َو َج َع َل ِلك ِل َد ٍاء َد َو ااء ف َت َد َاو ْوا َوَل ت َد َاو ْوا ِب َح َر ٍام" (رواه أبو داود
َّ الد َاء َو
َّ
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 11 Rabi’ul Akhir 1442 H
26 November 2020 M
MUSYAWARAH NASIONAL X
MAJELIS ULAMA INDONESIA
PIMPINAN SIDANG KOMISI BIDANG FATWA
Ketua Sekretaris
MENGINGAT : 1. Al-Quran
a. Firman Allah SWT tentang keharusan mengkonsumsi yang
halal dan baik, antara lain:
“Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu” (QS. al-Baqarah [2]: 168)
"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah
telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya" (QS. al-Ma'idah [5]: 88).
"Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan
di antara keduanya ada hal-hal yang musyta-bihat (syubhat,
samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia
tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati dari perkara
syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga
dirinya..." (HR. Muslim).
b. Hadis nabi saw yang pada intinya melarang pemanfaatan
jallalah, sebagaimana sabdanya:
Memperhatikan : 1. Fatwa MUI Juni 1980 dan September 1994 tentang keharaman
makanan dan minuman yang bercampur barang haram/najis dan
keharaman memanfaatkan unsur-unsur babi.
MEMUTUSKAN
Ketiga : Rekomendasi
Agar LPPOM MUI dapat menjadikan Fatwa ini sebagai pedoman
dalam melakukan sertifikasi halal produk terkait.
12
577
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
578
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
ﻞﹺﻤﻋ ﻦﻣ ﺲﺭﹺﺟ ﻟﹶﺎﻡﺍﻟﹾﺄﹶﺯﻭ ﺎﺏﺼﺍﻟﹾﺄﹶﻧﻭ ﺴِﺮﻴﺍﻟﹾﻤﻭ ﺮﻤﺍﻟﹾﺨ ﺎﻤﺇﹺﻧ ﻮﺍﻨﺁَﻣ ﻳﻦﺍﻟﱠﺬ ﺎﻬﺃﹶﻳ ﺎﻳ
(:)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻮﻥﺤﻔﹾﻠﺗﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌﻮﻩﻨﹺﺒﺘﻓﹶﺎﺟﻄﹶﺎﻥﻴﺍﻟﺸ
“Hai oang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar,
ﻞﹺﻤﻋ ﻦﻣ ﺲ
berjudi. ﺭﹺﺟ ﻟﹶﺎﻡﺍﻟﹾﺄﹶﺯﻭ ﺏ
(berkorban ﺎﺼﺍﻟﹾﺄﹶﻧﻭ berhala,
untuk) ﺴِﺮﻴﺍﻟﹾﻤﻭ ﺮﻤﺨdanﺍﻟﹾ ﺎﻤﻧmengundi
ﺇﹺ ﻮﺍﻨﺁَﻣ ﻳﻦﺍﻟﱠﺬ nasibﺎﻬﺃﹶﻳ ﺎﻳ
dengan
ﺎﻠﹶﻬﺎﻣﺣﻭﺎpanah
ﻫﺮﺼﺘﻌﻣﻭadalah
ﺎﺣﺮﺎﺻﻋperbuatan
ﻭﺎﻬﻌﺎﺋﺑﻭﺎﻬﺎﻋkeji
ﺘﺒﻣﻭﺎdan
ﻬﻴﺎﻗﺳtermasuk
ﻭﺎﻬﺎﺭﹺﺑﺷﻭﺮﻤﺍﻟﹾﺨُﺍﷲﻦﻟﹶﻌ
(:)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻮﻥ
syetan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
ﺤﻔﹾﻠﺗﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌﻮﻩﻨﹺﺒperbuatan
ﺘﻓﹶﺎﺟﻄﹶﺎﻥﻴﺍﻟﺸ
(ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﻋﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﺭﻭﺍﻩ ) ﻬﺎ ﻴ ﺇﹺﻟﹶﻟﹶﺔﹶﻮﻤﺤﺍﻟﹾﻤﻭ
mendapat keberuntungan.”(QS.al-Maidah[5]: 90)
ﺎﻠﹶﻬﺎﻣﺣﻭﺎﻫﺮﺼﺘﻌﻣﻭﺎﺣﺮﺎﺻﻋﻭﺎﻬﻌﺎﺋﺑﻭﺎﻬﺎﻋﺘﺒﻣﻭﺎﻬﻴﺎﻗﺳﻭﺎﻬﺎﺭﹺﺑﺷﻭﺮﻤﺍﻟﹾﺨُﺍﷲﻦﻟﹶﻌ
ﺍﻡﺮﺮﹴﺣﻤﺧﻛﹸﻞﱡﻭﺮﻤﺮﹴﺧﻜﺴﻣﻛﹸﻞﱡ
(ﻋﻤﺮﺍﺑﻦﻋﻦﻣﺎﺟﻪﻭﺍﺑﻦﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ)ﺭﻭﺍﻩﻬﺎﺇﹺﻟﹶﻴﻟﹶﺔﹶﻮﻤﺤﺍﻟﹾﻤﻭ
“Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya,
pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, ﺍﻡﺮﺣﻠﹸﻪﻴﻠpenahan
ﻓﹶﻘﹶﻩﲑﻛﹶﺜﻜﹶﺮatau ﺃﹶﺳﺎﻣ
penyimpannya, pembawanya, dan penerimanya.” ﺍﻡﺮﺮﹴﺣﻤﺧﻛﹸﻞﱡﻭﺮﻤ(ﺧHR ﺮﹴﻜﺴﻣAbuﻛﹸﻞﱡ
Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar).
ﺷﺮﻛﻞﻣﻔﺘﺎﺡﺎﻓﺎ,ﺍﳋﻤﺮﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ
ﺍﻡﺮﺣﻠﹸﻪﻴﻓﹶﻘﹶﻠﻩﲑﻛﹶﺜﻜﹶﺮﺃﹶﺳﺎﻣ
(:ﺀﻟﻨﺴﺎﺎ)ﺍﻤﻴﺣﺭﺑﹺﻜﹸﻢﻛﹶﺎﻥﹶﺍﷲﺇﹺﻥﱠ،ﻜﹸﻢﻔﹸﺴﺃﹶﻧﻠﹸﻮﺍﻘﹾﺘﺗ579 ﻻﹶﻭ
ﺷﺮﻛﻞﻣﻔﺘﺎﺡﺎﻓﺎ,ﺍﳋﻤﺮﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ
ﺍﺭﺮﺿﻻﹶﻭﺭﺮﺿﻻﹶ
ﺎﻠﹶﻬﺎﻣﺣﻭﺎﻫﺮﺼﺘﻌﻣﻭﺎﺣﺮﺎﺻﻋﻭﺎﻬﻌﺎﺋﺑﻭﺎﻬﺎﻋﺘﺒﻣﻭﺎﻬﻴﺎﻗﺳﻭﺎﻬﺎﺭﹺﺑﺷﻭﺮﻤﺍﻟﹾﺨُﺍﷲﻦﻟﹶﻌ
ﺎﻠﹶﻬﺎﻣﺣﻭﺎﻫﺮﺼﺘﻌﻣﻭﺎﺣﺮﺎﺻﻋﻭﺎﻬﻌﺎﺋﺑﻭﺎﻬﺎﻋﺘﺒﻣﻭﺎﻬﻴﺎﻗﺳﻭﺎﻬﺎﺭﹺﺑﺷﻭﺮﻤﺍﻟﹾﺨُﺍﷲﻦﻟﹶﻌ
(ﻋﻤﺮﺍﺑﻦﻋﻦﻣﺎﺟﻪﻭﺍﺑﻦﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ)ﺭﻭﺍﻩﻬﺎﺇﹺﻟﹶﻴﻟﹶﺔﹶﻮﻤﺤﺍﻟﹾﻤﻭ
ﻞﹺﻤDAN
BIDANG POM ﻣ ﺲﺭﹺﺟ ﻟﹶﺎﻡﺄﹶﺯﺍﻟﹾ(ﻭﻋﻤﺮ
ﻋ ﻦIPTEK ﺎﺏﺍﺑﻦﺼﺄﹶﻧﻋﻦﻟﹾ ﺍﻭ ﻣﺎﺟﻪﺮ ِﺴﻴﻤﺍﻟﹾﻭﺍﺑﻦ ﻭ ﺮﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩﻤ ﺍﻟﹾﺨ ﺎﻤﺭﻭﺍﻩﻧ ﺇﹺ ﻮﺍ)ﻨﻬﺎﻣ َﺁ ﻴﺇﹺﻟﹶﻦﻳﻟﱠﻟﹶﺔﹶﺬﺍﻮﺎﻤﻬﺤﻳﺃﹶﻤﺍﻟﹾﺎﻳﻭ
(:)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻮﻥﺤﻔﹾﻠﺗﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌﻮﻩﻨﹺﺒﺘﻓﹶﺎﺟﻄﹶﺎﻥﻴﺸﺍﻟ
ﺍﻡﺮﺮﹴﺣﻤﺧﻛﹸﻞﱡﻭﺮﻤﺮﹴﺧﻜﺴﻣﻛﹸﻞﱡ
ﺍﻡﺮﺮﹴﺣﻤﺧﻛﹸﻞﱡﻭﺮﻤﺮﹴﺧﻜﺴﻣﻛﹸﻞﱡ
“Semua yang memabukkan adalah khamar dan semua khamar
ﺎﻬﻞﹺﻠﹶﻤﻣﺎﻋﺣﻦﻭﻣﺎﻫﺲﺮﺼﺟﺭﹺﺘﻌﻣﻭﻡﺎﻟﹶﺎﻟﹾﺄﹶﺣﺯﺍﺮﻭﺻﺎﺏ ﻋﺎﻭﺎﺼﻬﻧﻟﹾﺄﹶﻌﺍﺋﺎﺑﻭﻭﺎﺮِﺴ ﻬﻋﻴﺎﻤﻟﹾﺘﺍﺒﻭﻣﻭﺎﺮﻬﻤﻴﺨﺎﻗﺍﻟﹾﺳﺎﻭﺎﻤﻬﺇﹺﻧﺑﻮﺍﺭﹺ ﺎﻨﺷﻣﺁَﻭﺮﻦﻳﻤﺍﺍﻟﱠﻟﹾﺬﺨُﺎﷲﺍﻬﺃﹶﻳﻦ ﻌﺎﻟﹶﻳ
adalah haram.” (HR Muslim dari Ibnu Umar). ﺍﻡﺮﺣﻠﹸﻪﻴﻓﹶﻘﹶﻠﻩﲑﻛﹶﺜﻜﹶﺮﺃﹶﺳﺎﻣ
(ﻋﻤﺮ(ﺍﺑﻦ ﻋﻦ: ﻣﺎﺟﻪ ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻭﺍﺑﻦ )ﻮﻥ ﺤ ﻔﹾﻠﺍﻡﺮﺗﻢﺣﺭﻭﺍﻩﻜﹸ
ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻠﹸﻠﱠﻪﻌﻟﹶﻴﻠ)ﻘﹶﻮﻓﹶﻩﻬﺎ ﺒﻨﹺﻩﻴﲑﻟﹶﺘﺇﹺﺟﺜﻟﹶﻓﹶﺎﺔﹶﻛﹶﻮﺮﻥﹶﺎﻜﹶﻤﻄﺤﺳﻤﺃﹶﻴﺸﺎﻟﹾﺍﻣﺍﻟﻭ
“Sesuatu yang jika banyak memabukkan,
ﻞ
ﹺ ﻤ
ﻋ
ﻦ
ﻣ
ﺲ
ﺟ
ﺭ
ﹺ ﻡ
ﹶﺎﻟ ﺯ
ﺄ
ﹶ ﻟ
ﹾ ﺍﻭ ﺏ
ﺎ ﺼ ﻧ
ﺄ
ﹶ ﻟ
ﹾ ﺍ ﻭ ﺮ
ﺴ
ِ ﻴ
ﻤ ﺍﻟﹾﺷﺮﻭ ﺮ
ﻛﻞ
ﻤ
ﺨ
ﻟ
ﹾ ﺍ ﻣﻔﺘﺎﺡ ﺎ ﻤ ﻧ
maka
ﺇ
ﹺ ﻮﺍﺎﻓﺎ ﻨ ﻣ
ﺁ
َ ,
ﻦ
ﺍﳋﻤﺮ
meskipun
ﻳ ﺬ ﻟ
ﱠ ﺍ ﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺎ ﻬ ﻳ
ﺃ
ﹶ ﺎﻳ
sedikit adalah haram.” (HR Ahmad, Ibnu ﺷﺮ ﻬﻡﺍﻛﻞ ﺮﻗﺣMajah, ﺮﹴﻣﻔﺘﺎﺡﻭ
ﻤﺎﺧﻬﺭﹺﻞﱡﺑﺎﻛﹸdan ﺎﻓﺎ ﻭﻭﺮ,ﺮﻤDaraqutni ﺍﳋﻤﺮ
ﺧﺮﹴﺨﺍﻟﹾﻜﺴُﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍﷲ ﺍﻣﻞﱡﻦﻛﹸﻟﹶﻌ
ﺎ ﻬ ﻠ
ﹶ ﻣ
ﺎ
ﺣ ﻭ
ﺎﻫ ﺮ
ﺼ
ﺘ
ﻌ
ﻣ
ﻭ
ﺎ ﺣ ﺮ
ﺻ
ﺎ ﻋ ﻭ
ﺎﻬ ﻌ
ﺋ
ﺎ ﺑﻭ
ﺎ ﻬ ﻋ
ﺎ ﺘ ﺒ
ﻣ
ﻭ
ﺎ ﻴ
ﺎ ﺳ ﺷ ﻤ
dari Ibnu Umar). (:)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻮﻥﺤﻔﹾﻠﺗﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌﻮﻩﻨﹺﺒﺘﻓﹶﺎﺟﻄﹶﺎﻥﻴﺸ ﺍﻟ
2. Minuman beralkohol ((: ﻋﻤﺮ ﺀﻟﻨﺴﺎ
ﺍﺑﻦﻋﻦ
mengakibatkan ﺎ)ﺍﻤﻣﺎﺟﻪ ﻴﺣﺭﻭﺍﺑﻦﻢ ﺑﹺﻜﹸlupa ﻥﹶﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ
ﻛﹶﺎﺍﷲkepada ﺭﻭﺍﻩﻥﱠ ﺇﹺ،)ﻢﻬﺎﻜﹸﻴﺴAllah ﺇﹺﻔﹸﻟﹶﺔﺃﹶﻧﹸﻮﺍﻟﹶ ﻮﻠﻤﺘﻘﹾﺤdan ﺗﺍﻟﹾﻻﹶﻤﻭ
merupakan sumber (segala :ﺀﻟﻨﺴﺎmacam ﺎ)ﺍﻤﻴﺣﺭﻢkejahatan, ﺑﹺﻜﹸﻛﹶﺎﻥﹶﺍﷲﺇﹺﻥﱠkarena ،ﻜﹸﻢﻔﹸﺴﺃﹶﻧﹸﻮﺍ alcohol ﻠﻘﹾﺘﺗﻻﹶﻭ
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ﺍﻡﺮkehidupan ﺣﻠﹸﻪﻴﻓﹶﻘﹶﻠﻩﲑﻛﹶﺜpribadi, ﻜﹶﺮﺃﹶﺳﺎﻣ
ﺎ ﻬ ﻠ
ﹶ ﻣ
ﺎ
ﺣ ﻭ
ﺎﻫ ﺮ
ﺼ
ﺘ
ﻌ
ﻣ
ﻭ
ﺎ ﺣ ﺮ
ﺻ
ﺎ ﻋ ﻭ
ﺎﻬ ﻌ
ﺋ
ﺎ ﺑﻭ
ﺎ ﻬ ﻋ
ﺎ ﺘ ﺒ
ﻣ
ﻭ
ﺎ ﻬ ﻴ
ﻗ
ﺎ ﺳ ﻭ
ﺎ ﻬ ﺑ
ﺭ
ﹺ ﺎ ﺷ ﻭ
ﺮ
ﻤ
ﺨ
ﺍﻟﹾُﺍﷲﻦﻟﹶﻌ
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
ﺍﻡﺮﺮﹴﺣﻤﺧﻞﱡﻛﹸﺭﺭﺍﻭﺍﺮﺮﺮﺿ ﻤﺿﺧﺮﹴﻻﹶﻻﹶﻭﻭﻜﺴﺭﺭﺮﺮﻣﺿ ﻞﱡﻻﹶﻛﹸ
ﻞﹺﻤﻋ ﻦﻣ ﺲﺭﹺﺟ ﻟﹶﺎﻡﺄﹶﺯﺍﻟﹾ(ﻭﻋﻤﺮ ﺎﺏﺍﺑﻦﺼﺄﹶﻧﻋﻦﻟﹾ ﺍﻭ ﻣﺎﺟﻪﺮ ِﺴﻴﻤﺍﻟﹾﻭﺍﺑﻦ ﺷﺮﻭ ﺮﻤﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻛﻞﺍﻟﹾﺨﻣﻔﺘﺎﺡ ﺎﻤﺭﻭﺍﻩﻧ ﺇﹺ ﻮﺍﺎﻓﺎ )ﻨﻬﺎﻣ َﺁ,
ﻴﺍﳋﻤﺮﻟﹶﻦ ﺇﹺﻳﻟﱠﻟﹶﺔﹶﺬ ﺍﻮﻤﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺎﻬﺤﺿﻳﺃﹶﻤﺍﻟﹾﺎﻻﹶﻳﻭ
“Jauhilah khamar, karena (iaadalah :)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓkunci ﻮﻥﺤﻔﹾﻠﺗsegala ﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌﻮﻩkeburukan” ﻨﹺﺒﺘﻓﹶﺎﺟﻄﹶﺎﻥﻴﺸﺍﻟ
ﻳﻦﻔﹾﺴِﺪﺍﻟﹾﻤﺐﺤﻻﹶﻳَﺍﷲﻥﱠﺇﹺﻡﺍﺽﹺﺮ ﺣﺭﺭﻠﹸﻷَﻷَﻪﺍﹾﺍﹾﻴﻠﻲﻘﹶ ﻓﹶﻓﻓﻩﲑﺩﺎﺩﺎﺴﺜ ﻛﹶﻔﹶﻔﹶﻜﹶﺍﺍﻟﹾﻟﹾﺮﻎﹺﻎﹺﺳﺒﺒﺗﻻﹶﻻﹶﺃﹶﺗﺎﻭﻣﻭ
(HR. al Hakim dari Ibnu
(: ﻦ
ﻳ
Abbas) ﺪ ﺴ
ِ
ﺀﻟﻨﺴﺎﺎ)ﺍﻤkesehatan,ﻔ
ﹾ ﻤ
ﻟ
ﹾ ﺍ ﺐ
ﺤ
ﻴﺣﺭﺑﹺﻜﹸﻢﻛﹶﺎﻥﹶkarenaﻳ
ﻻ
ﹶ ﷲ
َﻡ
ﺍﺮ ﺍﺣ
ﻥ
ﱠ ﺮ
ﹴ ﺇ
ﹺ ﻤ
ﺽ
ﹺ
ﺍﷲﺇﹺﻥﱠ،ﻢalkohol ﺧ
ﻞ
ﱡ ﻛ
ﹸ ﻭ
ﻲ
ﻜﹸﻔﹸﺴﺮﹴﺃﹶﻧﹸﻮﺍﻜﻠﺴdapat
ﺮ
ﻤ
ﺧ
ﺴ ﻘﹾﺘﻣﺗﻻﹶﻞﱡﻛﹸﻭ
3. Minuman beralkohol merusak
ﺎﻠﹶﻬﺎﻣﺣﻭorgan
merusak ﺎﻫﺮﺼﺘﻌhati, ﻣﻭﺎﺣsaluran ﺮﺎﺻﻋﻭﺎﻬpercernaan, ﻌﺎﺋﺑﻭﺎﻬﺎﻋﺘﺒﻣﻭﺎﻬsistem ﻴﺎﻗﺳﻭﺎﻬperedaran ﺎﺭﹺﺑﺷﻭﺮﻤﺍﻝﹸﺨﺍﺰﻟﹾdarah, ﷲُﻳﺍﺭﺮﻦﻀﻌﺍﹶﻟﹶﻟﹾ
dan pada gilirannya dapat mengakibatkan ﺷﺮﻛﻞkematian. ﻣﻔﺘﺎﺡﺎﻓﺎ,Berkenaan ﺍﳋﻤﺮﻟﹶ ﺔﹶﻝﹸﺍﻟﹶﻭﺰﻮﻳﻤﺭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺭﺮﺍﹶﻟﹾﻀ
( ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﻋﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ
ﻡ
ﺍ ﺮ ﺣ
ﺭﻭﺍﻩ
ﻪ
ﻠ
ﹸ ﻴ
ﻠ
ﺭ
)
ﻘ
ﹶ ﺍ
ﻓ
ﹶﺮ
ﻬﺎ ﺿ
ﻩ
ﲑ
ﻴ ﺇ
ﹺﺜ
ﻻ
ﹶ ﻛ ﻜﹶﺮﺮﺤﺳﺿﺃﹶﻤﺎﻟﹾﺍﻻﹶﻣﻭ
dengan hal ini Allah berfirman :
(:ﺀﻟﻨﺴﺎﺎ)ﺍﻤﻴﺢﹺﺣﺭﺎﻟﻜﹸﺼﻢﺑﹺﻤﻥﹶﺍﻟﹾﺐﹺ ﻠﹾﻛﹶﺎﺍﷲﺟﺇﹺﻠﻥﱠﹶﻰﻋ،ﻢﻡﻘﹶﻜﹸﺪﺴﻣﻔﹸﺪﻧﺃﹶﺳﹸﻮﺍ ﻠﻔﹶﺎﻤﺍﻟﻘﹾﺘﺗُﻻﹶﺀﺭﺩﻭ
membunuh
ﻳﻦﻔﹾﺴِﺪﺍﻟﹾﻤﺐﺤdirimu, ﺢ
ﹺ ﻟ ﺎ ﺼ
ﻻﹶﻳﺷﺮَﷲ ﻤ
ﻟ
ﹾ ﺍ
ﻡﺍﻛﻞ ﺐ
ﹺ ﻠ
ﹾ ﺟ
ﺍﺮﺮﹴﻥﱠﺣsesungguhnya
ﺇﹺﻣﻔﺘﺎﺡ
ﺽﹺﻤ ﹶﻰ ﻠ
ﺧﻷَﻞﱡﺭﺎﻛﹸﻓﺎﻋ
ﻡ
ﺪ
ﻘ
ﹶ ﻣ
ﺍﹾﻲﻭﻓﺮ,ﻤﺍﳋﻤﺮﺩ ﺎﺧﺮﹴﺴﻟﹾﻔﹶﺎﻔﹶﻜﺴ
ﺪ
ﺳ
ﺍﻤAllah ﻟﹾﻎﹺﺍﻣﺒﻻﹶﻞﱡﺀُﺗﺭﻛﹸﻭﺩ
ﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ
“…Dan janganlah kamu
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisa’ [4]:29)
4. Minuman beralkohol menghancurkan (:ﻟﺒﻘﺮﺓ)ﺍ...potensi ﻠﹸﻜﹶﺔﻬﺍﻟﺘﹶﻰsosial ﻟﺇﹺﺭﺍﻢﻜﹸﺮﺿﻳﺪekonomi, ﺑﹺﺄﻻﹶﻳﻭﺍﹾﹸﻮﻘﺭﻠﹾﺮﺿ ﺗﻻﹶﻻﹶﻭ
( : ﺀ(ﻟﻨﺴﺎ: ﺍ ) ﻟﺒﻘﺮﺓ
ﺎ ﻤ ﻴ
ﺣ
ﺭ
)ﺍ... ﻢ
ﻜ
ﹸ ﺑ
ﹺ ﻥ
ﹶ ﻠﹸﻛﻜﹶﹶﺎﺔﺍﷲﻬﺍﻟﺘﹶﻰ ﻥ
ﱠ ﻟ،ﺇﹺﻢﻜﹸﻜﹸﻢﺴﻳﻔﹸﺪﻳﺑﹺﺃﹶﻝﹸﺄﹶﻧﺍﹸﻮﺍ
ﺇ
ﹺ ﹸﻮﺍﺰﹾﻠﻳﻘﺘﻠﹾﻘﹾﺭﺗﺮﺗﻻﹶﻻﹶﻀﻭﺍﹶﻟﹾﻭ
karena peminum alkohol produktivitasnya akan ﺍﻡﺮﺣﻠﹸﻪmenurun, ﻴﻓﹶﻘﹶﻠﻩﲑﻛﹶﺜﻜﹶﺮNabi ﺃﹶﺳﺎﻣ
SAW bersabda :
ﻦﻳﺴِ(ﺪ ﻔﹾﻟﹾﻤ: ﺍﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﺐ ﺤ)ﻻﹶﻳ َﷲﺍﻦﻴﺇﹺﻠﹶﻥﱠﻤﻌﺽﹺ ﻠﹾﻟﺔﹰﺭﻷَﻤﺍﹾﺣﻲﺭ ﻓﻻﱠﺇﹺﺩﺎﺎﺴﻙﻟﹾﻠﹾﻔﹶﻨﺍﺳﺃﹶﻎﹺﺭﺒﺎﺗﻣﻻﹶﻭ
(: ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﺢﹺ ﺎﻟﺷﺮﺼ )ﻤﺍﻟﹾﻛﻞﻦ ﺐﹺﻴﻠﹶﻠﹾﻤﺟﻣﻔﺘﺎﺡﻌ ﻠﹾﹶﻰﻟ ﻠﺔﹰﻤﻋﺣﺎﻓﺎ ﻡﺭﺍﺪﻻﱠﻘﹶﺮ,ﺿ
ﺇﹺﻣﺍﳋﻤﺮ ﺪﻻﹶﻙﺎﺳﻠﹾﹶﺎﻨﻭﻔﺳﺭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍﻤ ﺭﺍﻟﹾﺮﺿ ﺃﹶُﺎﺀﻣﻻﹶﺭﻭﺩ
“Janganlah membuat mudarat pada diri sendiri dan pada
orang lain” (HR Ibnu : ﺀMajah ﻟﻨﺴﺎ )ﺍdan ﺎﻤﻴﺣﺭDaraqutni). ﻢ ﺑﹺﻜﹸ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺍﷲ ﺇﹺﻥﱠ ،ﻜﹸﻢﺴﻔﹸﻝﹸﺃﹶﻧ ﹸﻮﺍ ﺍﺰﻠﻳﻘﹾﺘﺗﺭﺮﻻﹶﻀﺍﹶﻟﹾﻭ
5. Minuman beralkohol ( :: ﺀﻟﻨﺴﺎ
dapat ﻳ)ﺍﺪِﺴmerusak
ﺀ(ﻟﻨﺴﺎﻦ
:ﺎﺍﻤ)ﻔﹾﺎﻤﻟﺒﻘﺮﺓ
ﻤﻴﺍﻟﹾﺣﻴﺣﺭﺐﺭﻢﺍ)ﺤ...
ﻜﹸﻢﺑﹺﻻﹶﻜﹸﻳkeamanan
ﺑﹺﹶﺎﻥﹶﷲَﻥﹶﻜﹶﺍﹶﺎﻛﺔﻛﺍﷲﻠﹸﻥﱠ
ﺍﷲﺇﹺﻬ ﺽﹺﺘ ﺍﻟﹶﻰﻥﱠ ﻥﱠﺇﹺﺭﻷَﻟﺇﹺ،dan
،ﻢﺍﹾﻢﺇﹺﻲﻜﹸﻢ
ﻜﹸﻜﹸﻓﺴﺴﻳﺩﻔﹸﺪketertiban
ﺎﻔﹸﻳﻧﺴﻧﺃﹶﺄﺃﹶﺑﹺﹸﻮﺍ
ﹸﻮﺍﻔﹶ ﻠﺍﻠﹸﻮﻟﹾﺍﹾﻘﺘﻠﹾﻘﹾﻎﹺﻘﹾﺘﺗﺗﺒﻻﹶﺗﻭ
masyarakat, karena para peminum minuman beralkohol sering (
(
melakukan perbuatan kriminalitas ﺢﹺﺎﻟﺼﻤyang ﺍﻟﹾﻠﹾﺐﹺﺟﹶﻰ meresahkan
ﻠﻋﻡﻘﹶﺪﻣﺪﻔﹶﺎﺳﺍﻟﹾﻤdan ُﺀﺭﺩ
menggelisahkan masyarakat serta sring terjadi kecelakaan
(:)ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﻦﻴﻠﹶﻤﻠﹾﻌﻟﺔﹰﻤﺣﺍﺭﻻﱠﺮﺇﹺﺿﺎﻝﹸﻻﹶﻙﺍﻨﻭﻠﹾﺰﺳﻳﺭﺭﺮﺿﺭ ﺃﹶﺮlalu
ﻀ ﺎﻣﻻﹶﺍﹶﻟﹾﻭ
lintas karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Allah
berfirman : (:ﻟﺒﻘﺮﺓ)ﺍ...ﻠﹸﻜﹶﺔﻬﺍﻟﺘﻟﹶﻰﺇﹺﻜﹸﻢﻳﺪﺑﹺﺄﹶﻳﻠﹾﻘﹸﻮﺍﹾﺗﻻﹶﻭ
: ﺀﻟﻨﺴﺎ ﻦﻳ)ﺍﺪِﺎﺴﻤﻔﹾﻤﻴﻟﹾﺣﺍﺭﺐ ﺢﹺ ﻢﺎﺤﻟﺼﻜﹸﺑﹺﻻﹶﻳﻤﹶﺎﺍﷲَﻟﹾﻥﹶﺐﹺﻛ ﺍﺍﷲﻠﹾﻥﱠ ﺇﹺﺟﺽﹺ ﹶﻰ ﻥﱠﻠﺇﹺﺭﻷَﻋ،ﺍﹾﻢﻡﻲﻜﹸﺪﻘﹶﻓﺴﻣﻔﹸﺩﺎﺪﺴﻧ ﺃﹶﺳ ﹸﻮﺍ ﺍﻠﻟﹾﻔﹶﺎﻔﹶﻤﺍﻟﹾﻎﹺﻘﹾﺘﺗﺒﻻﹶﺀُﺗﺭﻭﺩ
ﻠﹾﻨﺳﺃﹶﺭ(ﺎ ﻣ ﻭ
“… Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
menyukai
(:ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ )ﻦﻴﻠﹶﻤﻠﹾﻌﻟﺔﹰﻤﺣﺭyang ﺇﹺﻻﱠﺎﻙberbuat
Sesungguhnya Allah tidak (:ﻟﺒﻘﺮﺓ)ﺍ...ﻠﹸﻜﹶﺔﻬﺍﻟﺘﻟﹶﻰﺇﹺﻜﹸﻢﻳﺪﺑﹺﻝﹸﺄﹶﻳﺍﹸﻮﺍﹾﺰﻳﻘﻠﹾﺭﺗﺮﻻﹶﻀﺍﹶﻟﹾﻭ
orang-orang
kerusakan. (QS al-Qashash [28]:77)
6. Minuman beralkohol membahayakan kehidupan bangsa dan
Negara karena minuman : ﺀberalkohol
ﻟﻨﺴﺎ )ﺍ ﺎﻤﻴﺣﺭdapat ﻢ ﺑﹺﻜﹸ ﻥﹶmengakibatkan ﻛﹶﺎ ﺍﷲ ﺇﹺﻥﱠ ،ﻜﹸﻢﻔﹸﺴﻧrusaknya ﺃﹶ ﻠﹸﻮﺍﻘﹾﺘﺗ ﻻﹶﻭ
(: ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﺢﹺ ﺎﻟﺼ)ﻤﺍﻟﹾﺐﹺﻦﻴﻠﹶﻠﹾﻤﺟﻠﹾﻌﹶﻰﻟ ﻠﺔﹰﻤﻋﺣﻡﺭﺪﻻﱠﻘﹶﺇﹺﻣﺪﻙﺎﺳﻔﻠﹾﹶﺎﻨﺳﻤﺃﹶﺍﻟﹾﺭُﺎﺀﻣﺭﻭﺩ
(
580
: ﺀﻟﻨﺴﺎ ( )ﺍ: ﺎﻟﺒﻘﺮﺓﻤ ﻴﺣﺭﻢ)ﺍ... ﺑﹺﻜﹸ ﹶﺎﻥﹶﻜﹶﻛﺔﺍﷲﻠﹸ ﻬﺍﻟﺘﺇﹺﹶﻰﻥﱠﻟ،ﻢﺇﹺﻜﹸﻜﹸﻢﺴﻳﻧﻔﹸﺪﺄﹶﺃﻳﺑﹺﻠﹸﻮﺍﹾﹸﻮﺍﻠﹾﻘﹾﻘﺘﺗﻻﹶﻭ
(
(( :ﺀﻟﻨﺴﺎﺎ)ﺍﻤﻴﺣﺭﺑﹺﻜﹸﻢﻛﹶﺎﻥﹶﺍﷲﺇﹺﻥﱠ،ﻜﹸﻢﻔﹸﺴﺃﹶﻧﻠﹸﻮﺍﻘﹾﺘﺗﻻﹶﻭ
:ﺀﻟﻨﺴﺎﺎ)ﺍﻤﻴﺣﺭﺑﹺﻜﹸﻢﻛﹶﺎﻥﹶﺍﷲﺇﹺﻥﱠ،ﻜﹸﻢﻔﹸﺴﺃﹶﻧﻠﹸﻮﺍﻘﹾﺘﺗﻻﹶﻭ
ﺭﺍﺭﺍﺮﺮﺿ
ﺿﻻﹶﻻﹶINDONESIA
ﻭﻭﺭﺭﺮﺮﺿ ﺿﻻﹶﻻﹶ
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA
persatuan dan kesatuan yang
ﻦﻳﻦﻳmoralitas
ﺴِﺪﺪ
ِﻔﹾﻔﹾﺴﻤﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻤﺐ
ﺐﺤ
ﺤﻳﻻﹶﻻﹶﻳmanusia
َﷲ
َﺍﺍﷲﺇﹺﺇﹺﻥﱠﻥﱠﺽﹺ
ﺽﹺﺭﺭIndonesia
َﺍﹾﺍﹾﻷَﻷﻲ
ﻲﻓﻓﺩﺎﺩﺎﺴ
ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻔﹶﻔﹶﺴmasa
ﻎﹺﻎﹺﺒﺒﺗﻻﹶﻻﹶﺗﻭﻭ
pada gilirannya merusak stabilitas
nasional, mentalitas, dan
depan. Berkenaan dengan hal ini, kaidah fiqhiyah menegaskan:
ﺍﻝﹸﻝﹸﺍﺰﺰﻳﻳﺭﺭﺮﺮﻀ ﺍﹶﺍﹶﻟﹾﻟﹾﻀ
“Kemudaratan itu harus dihilangkan”
ﺢﹺﺢﹺﺎﻟﻟﺎﺼ
ﺼﻤﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻤﺐﹺ ﻠﻠﹶﻰﻋﻋﻡﻡﺪﻘﹶﻘﹶﺪﻣﻣﺪﺪﺳﻔﻔﹶﺎﹶﺎﺳﻤﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻤُﺀُﺀﺭﺭﺩﺩ
ﻠﹾﻠﹾﺐﹺﺟﺟﹶﻰ
“Mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan daripada
mengambil kemaslahatan.”
(( :ﻟﺒﻘﺮﺓ)ﺍ...ﻠﹸﻜﹶﺔﻬﺍﻟﺘﻟﹶﻰﺇﹺﻜﹸﻢﻳﺪﺑﹺﺄﹶﻳﻠﹾﻘﹸﻮﺍﹾﺗﻻﹶﻭ
:ﻟﺒﻘﺮﺓ)ﺍ...ﻠﹸﻜﹶﺔﻬﺍﻟﺘﻟﹶﻰﺇﹺﻜﹸﻢﻳﺪﺑﹺﺄﹶﻳﻠﹾﻘﹸﻮﺍﹾﺗﻻﹶﻭ
Rekomendasi :
Dalam upaya penanggulangan minuman beralkohol muzakarah
merekomendasikan sebagai berikut
((
:)ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﻦﻴﻠﹶﻤﻠﹾﻌﻟﺔﹰﻤﺣﺭﺇﹺﻻﱠﺎﻙﻠﹾﻨﺳﺃﹶﺭﺎﻣﻭ
: :)ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀﻦﻴﻠﹶﻤﻠﹾﻌﻟﺔﹰﻤﺣﺭﺇﹺﻻﱠﺎﻙﻠﹾﻨﺳﺃﹶﺭﺎﻣﻭ
1. Kepada Pemerintah :
:
: ﻟﻨﺴﺎﺀﺀ
a. Pemerintah hendaknya
ﻟﻨﺴﺎ meningkatkan
)ﺍﺍ
) ﺎﺎﻤﻤﻴﻴﺣﺣﺭﺭ ﻢﺑﹺﺑﹺﻜﹸﻜﹸﻢ ﻛﻛﹶﺎﹶﺎﻥﹶﻥﹶusaha
ﺍﷲ
ﺍﷲ ﺇﹺﺇﹺﻥﱠﻥﱠ ،،ﻢﻢmembebaskan
ﻜﹸﻜﹸﺴ ﻠﻠﹸﻮﺍﺘﻘﹾﻘﹾﺘﺗﺗ ﻻﹶﻻﹶﻭﻭ
ﻔﹸﻔﹸﺴﻧﺃﹶﺃﹶﻧ ﹸﻮﺍ
masyarakat, terutama kaum remaja, dari pengaruh minuman
beralkohol dengan membentuk badan penanggulangan ((
alkoholisme dan menjadikan pembebasan minuman beralkohol
sebagai gerakan nasional.
b. Departemen Perindustrian hendaknya memberhentikan
pemberian izin untuk mendirikan pabrik yang memproduk
minuman beralkohol dan secara berangsur mengurangi
produksinya.
c. Departemen Perdagangan hendaknya memberhentikan
pemberian izin untuk memperdagangkan minuman beralkohol
dan memperketat pengedarannya.
d. Departemen Kesehatan hendaknya :
1) Mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk membatasi
produksi dan perdagangan minuman beralkohol
sebagaimana pasal 44 dan pasal 82 Undang-Undang tentang
Kesehatan.
2) Mengurangi penggunaan alkohol dalam produksi obat-
obatan.
3) Mempersiapkan peraturan pencantuman pernyataan bahwa
“ALKOHOL BERBAHAYA BAGI KESEHATAN DAN MASA
DEPAN ANDA” pada kemasan minuman beralkohol.
a. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya
memperketat aturan, pengawasan, mengambil tindakan tegas
terhadap siswa yang minum dan atau mengedarkan minuman
beralkohol.
581
BIDANG POM DAN IPTEK
582
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
MUZAKARAH NASIONAL
TENTANG ALKOHOL DALAM PRODUK MINUMAN
Pimpinan Sidang
Ketua Sekretaris
ttd ttd
583
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 25 Tahun 2012
Tentang
HUKUM MENGONSUMSI BEKICOT
"Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di
antara keduanya ada hal-hal yang musyta-bihat (syubhat, samar-
samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak
mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati dari perkara syubhat,
sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya..." (HR.
Muslim dari Nu’man bin Basyir).
3. Kaidah Fikih:
“Tidak halal hukumnya memakan bekicot darat, dan tidak halal juga
memakan segala jenis hasyarat seperti tokek, kumbang, semut, tawon,
lalat, lebah, ulat, --baik yang bisa terbang maupun yang tidak--, kutu,
nyamuk, dan serangga dengan segala jenisnya, didasarkan pada
firman Allah “Diharamkan atas kamu bangkai”... dan firman-Nya
“...kecuali apa yang kalian sembelih”. Penyembelihan itu dalam
kondisi normal tidak mungkin kecuali di bagian tenggorokan atau
dada. Jika binatang yang tidak mungkin untuk disembelih maka tidak
ada jalan untuk (boleh) dimakan, maka hukumnya haram karena
larangan memakannya, kecuali jenis binatang yang tidak perlu
disembelih”...
.
Dalam Kitab al-Darari dikuatkan adanya pendapat yang menegaskan
anggapan baik oleh manusia secara umum, buka terbatas oleh
komunitas Arab, seraya berkata: “Hewan yang dianggap kotor oleh
manusia (secara umum), bukan karena ada ‘illat, bukan pula karena
tidak terbiasa, akan tetapi hanya semata karena ia dianggap kotor
(menjijikkan) maka ia haram. Jika persepsi tentang kotor (menjijikan)
itu hanya di sebagian masyarakat, tidak pada sebagian yang lain,
maka yang dihitung adalah yang dipersepsikan oleh mayoritas
masyarakat, seperti hewan melata darat (hasyarat) dan banyak jenis
hewan lain yang secara umum tidak dikonsumsi oleh manusia
kebanyakan akan tetapi tidak ada dalil khusus yang
mengharamkannya. Biasanya, ia ditinggalkan dan tidak dikonsumsi
tidak lain karena dirasa kotor (menjijikkan). Dengan demikian ia
termasuk dalam keumuman firman Allah: “Dan Dia mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk...”
Termasuk dalam “al-khabaits”adalah setiap hal yang dianggap kotor
seperti ludah, ingus, keringat, mani, kotoran, kutu, nyamuk, dan lain
sebagainya.
yang memiliki dzauq (rasa) yang normal, sungguh pun ada di antara
mereka yang secara individual (tidak memandang jijik sehingga)
memperbolehkannya".
b. Pendapat Imam Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid sebagai
berikut :
MEMUTUSKAN
Kedua : Rekomendasi
1. Agar LPPOM MUI dapat menjadikan Fatwa ini sebagai pedoman
dalam melakukan sertifikasi halal produk terkait.
2. Agar masyarakat secara selektif memilih barang konsumsi yang
memenuhi ketentuan syari’ah.
21
KEPITING
644
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
2) Scylla tranquebarrica,
3) Scylla olivacea, dan
4) Scylla paramamosain.
Keempat jenis kepiting bakau ini oleh
masyarakat umum hanya disebut
dengan “kepiting”.
b. Kepiting adalah jenis binatang air,
dengan alasan:
1) Bernafas dengan insang,
2) Berhabitat di air,
3) Tidak akan pernah mengeluarkan
telor di darat, melainkan di air
karena memerlukan oksigen dari
air.
c. Kepiting --termasuk keempat jenis di
atas (lihat angka 1) hanya ada yang:
1) hidup di air tawar saja,
2) hidup di air laut saja, dan
3) hidup di air laut dan di air tawar;
Tidak ada yang hidup atau
berhabitat di dua alam: di laut dan
di darat.
1. Rapat Komisi Fatwa MUI dalam rapat
tersebut bahwa kepiting adalah bintang
air, baik di air laut maupun di air tawar
(ﺍﳌﺎﺋﻲﺍﳊﻴﻮﺍﻥ/ﺍﻟﺒﺤﺮ ;) ﺣﻴﻮﺍﻥdan bukan binatang
yang
ﺍﳌﺎﺋﻲﺍﳊﻴﻮﺍﻥ/ﺍﻟﺒﺤﺮﺣﻴﻮﺍﻥ
ﻭﺍﻟﺒﺤﺮhidup atau berhabitat di dua alam: di
ﺍﻟﱪﰲﻳﻌﻴﺶ
laut dan di darat (ﻭﺍﻟﺒﺤﺮﺍﻟﱪﰲ) ﻳﻌﻴﺶ.
MEMUTUSKAN
645
BIDANG POM DAN IPTEK
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
646
Fatwa MUI tentang Hukum Mengonsumsi Daging Bajing dan Tupai 1
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 48 Tahun 2019
Tentang
HUKUM MENGONSUMSI DAGING BAJING DAN TUPAI
ُ َّ َُ ُ ُ َ ُ َ َ َُ
)4 :ٌَ ْظإلىن َو َماذا ؤ ِح َّل ل ُه ْم ق ْل ؤ ِح َّل لن ُم الط ُِّ َباث (املائدة
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang segala yang
baik".
b. QS. Al-A'raf: 157 tentang segala sesuatu yang baik adalah halal,
dan yang buruk adalah haram;
َ َ ْ َ َ ّ َّ ُ َ ُ َ
)751 :اث َو ٍُ َح ّ ِس ُم َعل ْي ِه ُم الخ َبا ِئث (ألاعساف
ِ وٍ ِح ُّل ل ُهم الط ُِب
"Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik, dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk".
c. QS. Al-Baqarah: 172 tentang perintah untuk memakan makanan
yang halal serta bersyukur kepada Allah SWT:
ُُْ ْ ُ ْ َ ْ ُ َْ ََ َ ََّ ْ ُ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ِلل ِن لنخ ْم
ِ واسُ ن اشو م الن ق شز ام اث
ِ ب ُ
ِ ط ن م
ِ ًاؤيها ال ِرًن ءامنىا م
ىا ل
َ َ
)711 :ِن ًَّ ُاه ح ْع ُب ُدو (البقسة
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah".
ُ َّ َ ُّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ى ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ
، "ؤيها الناض:للا ضلى للا علُ ِه وطلم ِ قاى زطى: قاى،عن ؤ ِبي هسٍسة
َ َ ْ ُْ َ َ َّ َون،للا َط ُّ ٌب َل ًَ ْق َب ُل ن َّل َط ُّبا
َ َّ ن
للا ؤ َم َس املؤ ِم ِني ِه َيا ؤ َم َس ِه ِه ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ ْ
)امل ْس َط ِلي " (زواه مظلم
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya Allah adalah baik yang tidak
menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan orang-orang beriman sesuai apa yang pernah
diperintahkan kepada para utusan-Nya".
b. HR. Al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al- Thabarani dari Salman al-
Farisi mengenai perkara halal:
َّ َ ُ َّ َ ُ َ الفازس ّي َق َ َ ََْ ْ َ
للا َعل ُْ ِه َو َطل َم َع ِن ضلى للا ُ ُ
ِ ط ِئ َل َزطىى:اى ِِ عن طليا
َ َو،للا في ل َخاهه
ُ الح َس ُ َ َ َ َ َ َ َف َق،الف َس ِاء َ ْ ُ َ ْ َّ
ام ِ ِ ِ ِ "الحال ُى ما ؤح َّل:اى ِ الظي ِن والجب ِ و
ْ َ َ ْ َ َ َ
َو َما َطنت َعن ُه ف ُه َى ِم َّيا َعفا َعن ُه" (زواه الترمري،للا ِفي ِلخ ِاه ِه ُ َما َح َّس َم
اب ِم َنن
َ
ي ذ ُّ
ل
ُ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ّ َّ
م« : اىق مل طو ه ُ لع للا ى لض ي بالن ن َ ،َع ْن َؤبي ُه َسٍْ َس َة
ع
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ َ َ ُ ََُْ َ ّ
.الظب ِاع فإمله حسام» زواه مظلم ِ
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW. bersabda: "Setiap binatang
buas yang memiliki taring, haram dimakan".
3. Kaidah Fiqhiyah; antara lain :
َّ َ ُ َّ َّ ُ َ َّ َ ُ َ َ َْ ْ َ
.ُل َعلى الخ ْح ِس ٍِم ْ ألا
ض ُل ِفي ألاش َُ ِاء ِإلاهاحت حتى ًدى الد ِل
"Asal segala sesuatu adalah boleh (mubah) sehingga ada dalil yang
menunjukkan hukum haram".
ُ ُ َّ َّ ْ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ
.الح ْس َمت احت َو ِفي ألاش َُ ِاء الػاز ِةألاضل ِفي ألاشُ ِاء النا ِفع ِت ِإلاه
"Pada dasarnya segala sesuatu yang bermanfaat adalah boleh
(mubah), dan segala sesuatu yang membahayakan adalah haram".
Memperhatikan : 1. Pendapat Abdul Malik ibn Abdullah ibn Yusuf al-Juwaini (Imam al-
Haramain) di dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab, Dar
al-Minhaj, Cetakan I, Th.2007/1428 H, Jilid 18, Halaman 209-110
mengenai halal dan haram binatang itu berdarkan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi SAW.
ُ ْ َ ُ الخ ْحسٍم َما ٌُ ْظ َخ َط َّ َ َّ َ ضىى َّالتي ًُ ْس َم ُع ن َل ُ ْ َ َ
،اب َو َُ ْظخخ َبث ِ ِ و ُل
ِ لِ
ْ الخ
ح ي فِ ايه ِ ِ ِ
ُ ألا و ِمن
َُ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ
َ ْ ْ ْ َ َ ُّ َ َّ َ َ
{ق ْل ؤ ِح َّل لن ُم: َوؤث َبخ ُه ِهق ْى ِل ِه ح َعالى،ض َل ألا ْعظ َم َوق ْد َزؤي الشا ِف ِعي ذ ِلو ألا
ُ َّ
.}الط ُِّ َباث
Diantara beberapa dasar yang dijadikan rujukan mengenai
kehalalan dan keharaman sesuatu adalah perihal thoyyib (baik) dan
khabits (buruk). Imam Syafi'i menjadikannya sebagai dasar utama,
dan menetapkannya berdasarkan ayat: "Katakan, telah dihalalkan
bagimu, segala sesuatu yang thoyyib (baik)".
2. Abul Hasan ibnu Muhammad ibnu Habib al-Bashri al-Baghdadi (Al-
Mawardi) di dalam Al-Hawi al-Kabir Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiah,
Cet. I, Th.1419 H. / 1999 M, menjelaskan tiga kelompok binatang
terkait hukum halal dan haram.
َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ٌ َ َ ُّ َ َ
اب ٌَشخ ِي ُل َعلى َما َح َّل ِم ْن َها وهرا الب، دواب وطا ِئس: ِ ػ ْسَبا َ َو َؤ َّما ْال َب ّر ُّي َف
ِ
َْ َ ْ َ ُّ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُْ َ َ َ َ َ َ َ َُ َُ َ َ
اب ؤو ٍ ؤحدها ما وزد النظ ِهخح ِل ُِل ِه ِفي ِلخ. وهى على ثالث ِت ؤغس ٍب،وحسم
َّ َ َ ْ ظ ه َخ َّ َ ُ َّ َ ُ َ َ َ ٌ َ َّ ْ ُ َّ َ َ َز
اب ؤ ْو ُطن ٍت ٍ خ ل
ِ ي ف ه
ِ ٍيس
ِ ِ ِ ِ ح ُّ الن والػسب الثا ِني ما و د. فهى حالى،طن ٍت
َ
ظ ِهخ ْح ِل ٍُل َول
َ ٌّ َ َ َْ َ َ ُ َّ
َما ما غفال ل ْم ًَ ِس ْد ِف ُِه ن:الػ ْس ُب الث ِالث َّ َو.ام ٌ َف ُه َى َح َس
ْ للا َح َع َالى َل ُه َؤ
ْ في َآً َاجي من،ضال ٌُ ْع َس ُف هه َح َال ُل ُه َو َح َس ُام ُه ُ َف َق ْد َم َع َل،َج ْحسٍم
ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ
َّ َ
.ِلخ ِاه ِه َو ُطنت َع ْن َز ُط ِىل ِه
Adapun binatang darat ada dua macam, hidup di tanah dan terbang.
Pembahasan dalam bab ini mencakup binatang halal dan haram
yang terbagai menjadi tiga bagian. Pertama, binatang yang
ketentuan kehalalannya ada di dalam Al-Qur'an atau As-Sunnah.
Kedua, binatang yang ketentuan keharamannya ada di dalam nash
Al-Qur'an atau As-Sunnah. Ketiga, binatang yang ketentuan
kehalalan atau keharamannya tidak ditentukan oleh nash Al-Qur'an
atau As-Sunnah. Dalam hal ini, dua ayat (al Maidah ayat 4 dan al
A’raf ayat 157) dan hadis Nabi saw bisa dijadikan sebagai dasar
untuk menetukan kehalalan atau keharamannya.
َُ ُ ُ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ َ ْ ََ
َ{ٌ ْظإلىن َو َماذا ؤ ِح َّل ل ُه ْم ق ْل ؤ ِح َّل لن ُم:فإ َّما ْلا ًَخا ِ ف ِإ ْح َد ُاه َيا ق ْىله ح َعالى
َ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َّ
َ{و ٍُ ِح ُّل: َوالثا ِنُت ق ْىله ح َعالى.) ف ُج ِع َل الط ُِّ ُب َحالل4 :الط ُِّ َباث) {املائدة
َّ َ َ َ َ َ ّ َّ َ
ف َج َع َل الط ُِّ َب.)751 :اث َو ٍُ َح ّ ِس ُم َعل ْي ِه ْم الخ َبا ِئث} (ألاعساف ِ ل ُه ُم الط ُِب
َ َ ْ َ
. َوالخ َبث َح َساما،َحالل
َّ اى
..... السا ِف ِع ُّي َ ص ُّح ُه َيا ْال ِح ُّل َل َيا َقَ َؤ: َوفُه َو ْم َها،ْال َح َُ َىا ُ ْاملُ ْشه ُل َؤ ْم ُس ُه
ِ ِ ِ ِ
ْ ُْ َ َ
ْ ْ َ َ َ ُّ َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ ّ َ َ ُ ْ َ َ
"ألاق َس ُب امل َىا ِف ُق ِلل َي ْح ِه ّ ِي َع ْن:اى قاى املخى ِلي ًحسم ؤمله وخالفه النى ِوي وق
ْ َ َ َّ َّ
."الشا ِف ِع ّ ِي ِفي ال ِتي ق ْبل َها ال ِح ُّل
Hewan yang sulit diketahui kehalalan dan keharamannya, ada dua
pendapat; Pendapat yang kuat di antara dua pendapat adalah halal
hukumnya sebagaimana dikatakan oleh Ar-Rafi'i. ..... Al-Mutawalli
berkata, bahwa binatang seperti itu haram untuk dimakan.
Sedangkan Al-Nawawi berpendapat, bahwa yang lebih dekat dan
selaras dengan pendapat Imam As-Syafi'i adalah halal".
5. Pendapat Muhyiddin Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, di dalam Raudlah
al-Thalibin wa 'Umdah al-Muftin, Bairut, Al-Maktab al-Islami, Th.
1991 / 1412 H, Jilid 3, Halaman 271 tentang diharamkannya
binatang bertaring karena taringnya kuat untuk memangsa.
ُْ َّ َْ
َما: َوامل َس ُاد. َو ِذي ِمخل ٍب ِم َن الطا ِئ ِس،الظ َب ِاع ّ َو ٍَ ْح ُس ُم َؤ ْم ُل ُم ّل ذي َناب م َن
ِ ِ ٍ ِ ِ
َّ ْ ّ َ ْ
َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ
َ َ
الرئ ُب َوالن ِي ُس ِ فُح ُسم الهلب وألاطد و،ٌعدو على الحُىا ِ وٍخقىي ِهن ِاه ِه
ْ ُ ْ َ ُ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُّ ُّ َ
.ُل َوال َب ْب ُر والدب والفهد وال ِقسد وال ِف
"Haram memakan setiap binatang buas yang bertaring, dan
binatang unggas yang bercengkeram. Yang dimaksud binatang buas
ialah binatang yang memangsa binatang lain, dan menaklukkannya
dengan taringnya. Oleh karena itu haram hukumnya; anjing, singa,
srigala, harimau, beruang, macan tutul, kera, gajah dan macan
kumbang.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG HUKUM MENGONSUMSI DAGING BAJING DAN
TUPAI
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
1. Bajing adalah nama umum bagi sekelompok mamalia pengerat dari
suku Sciuridae. Dalam bahasa asing bajing berpadanan dengan kata
Squirrel (Inggris) dan ( الظنجابArab), sedangkan tupai berpadanan
dengan kata Treeshrew (Inggris) dan ( شباهُاث الشجسArab). Dalam ilmu
biologi, bajing tidak sama dengan tupai.
2. Berikut ini adalah perbedaan antara bajing dan tupai:
a. Dari sisi klasifikasi ilmiah, bajing berasal dari ordo Rodentia dan
dari keluarga Sciuridae. Sedangkan tupai dari ordo Scandentia dan
dari keluarga Tupaiidae dan Ptilocercidae.
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 51 Tahun 2019
Tentang
HUKUM MENGONSUMSI DAGING BULUS
ُ َّ َُ ُ ُ َ ُ َ َ َُ
)4 :ٌَ ْسإلىن َك َماذا ؤ ِح َّل ل ُه ْم ق ْل ؤ ِح َّل لك ُم الط ُِّ َباث (املائدة
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang segala yang
baik".
b. QS. Al-A'raf: 157 tentang segala sesuatu yang baik adalah halal,
dan yang buruk adalah haram;
َ َ ْ َ َ ّ َّ َ َُ
)757 :اث َو ٍُ َح ّ ِس ُم َعل ْي ِه ُم الخ َبا ِئث (ألاعساف
ِ وٍ ِح ُّل ل ُه ُم الط ُِب
"Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik, dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk".
c. QS. Al-Baqarah: 168 tentang perintah untuk memakan makanan
yang halal dan yang baik:
َ َ ا َْ َّ اس ُك ُلىا م َّ َ ُّ َ َ
(768 :ض َحَلًل ط ُِّ ابا )البقسة
ِ
ْألاز يف ام
ِ ِ
ُ الن ًاؤيها
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi.
2. Pendapat Abdul Malik ibn Abdullah ibn Yusuf al-Juwaini (Imam al-
Haramain) di dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab, Dar
al-Minhaj, Cetakan I, Th.2007/1428 H, Jilid 18, Halaman 209-110
mengenai halal dan haram binatang itu berdarkan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi SAW.
ُ ْ َ ُ الخ ْحسٍم َما ٌُ ْس َخ َط َّ َ َّ َ صىل َّالتي ًُ ْس َم ُع ن َل ُ ْ َ َ
،اب َو َُ ْسخخ َبث ِ ِ و ُل
ِ ل
ِ
ْ الخ
ح ي ف ايه
ِ ِ ِ ِ
ُ ألا و ِمن
ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ َ ُّ َ َ َّ َ َ
{ق ْل ؤ ِح َّل لك ُم: َوؤث َبخ ُه ِهق ْى ِل ِه ح َعالى،ص َل ألا ْعظ َم َوق ْد َزؤي الشا ِف ِعي ذ ِلك ألا
ُ َّ
.}الط ُِّ َباث
Diantara beberapa dasar yang dijadikan rujukan mengenai
kehalalan dan keharaman sesuatu adalah perihal thoyyib (baik) dan
khabits (buruk). Imam Syafi'i menjadikannya sebagai dasar utama,
dan menetapkannya berdasarkan ayat: "Katakan, telah dihalalkan
bagimu, segala sesuatu yang thoyyib (baik)".
3. Abdur Rahman ibn Abi Bakr, Jalaluddin Al-Suyuthi di dalam Al-
Asybah wa Al-Nadzair, Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet. I,
Th.1411 H / 1990 M, Hlm 60 menjelaskan binatang yang sulit
diketahui kehalalan dan keharamannya.
َ ص ُّح ُه َما ْال ِح ُّل َك َما َق
..... ال ال َّسا ِف ِع ُّي َ َؤ: َوفُه َو ْم َها،ْال َح َُ َىا ُ ْاملُ ْشك ُل َؤ ْم ُس ُه
ِ ِ ِ ِ
ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ ُ ْ َ
َ ال ْاملُ َخ َى ّلي ًَ ْح ُس ُم ؤكل ُه
َ َق
"ألاق َس ُب امل َىا ِف ُق ِلل َم ْح ِك ّ ِي َع ْن:ال َ الن َىو ُّي َوق
ِ ه ف ال خ و ِ
ْ َ َ َّ َّ
."الشا ِف ِع ّ ِي ِفي ال ِتي ق ْبل َها ال ِح ُّل
Hewan yang sulit diketahui kehalalan dan keharamannya, ada dua
pendapat; Pendapat yang kuat di antara dua pendapat adalah halal
hukumnya sebagaimana dikatakan oleh Ar-Rafi'i. ..... Al-Mutawalli
berkata, bahwa binatang seperti itu haram untuk dimakan.
Sedangkan Al-Nawawi berpendapat, bahwa yang lebih dekat dan
selaras dengan pendapat Imam As-Syafi'i adalah halal".
4. Pendapat Malikiyah dalam kitab al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa’
jilid 2 halaman 247:
َ َ َ ْ ىش ل ْل ُم ْحسم ُ ُ َ َّ ْ ُ َ ْ َ ُّ َ
اص ِط َُ ُاد ُه َعلى ق ْى ِل َم ِال ٍك ِم ْن ؤ َّن َها ِِ ِ ج ً اممِ ي د
ِ ن والسلحفاة ِع
َ َُْ َ َ َ َ َ َ َْ ُ ْ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ ُ
س امل ِاء َوؤ َّما َعلى ق ْى ِل ْاه ِن نا ِف ٍع ِم ْن ؤ َّن َها ًل جؤك ُل ِبغ ْي ِر جؤكل ِبغي ِر ذك ٍاة و ِهي جس
ْ ىش ل ْل ُم ْحسمُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ
اص ِط َُ ُاد َها ِِ ِ ذك ٍاة ف ِإنه ًل ًج
Menurut Imam Malik, kura-kura adalah hewan yang boleh diburu
oleh orang yang ihram, karena termasuk hewan yang halal tanpa
disembelih. Kura-kura termasuk jenis ikan besar. Menurut Ibnu Nafi’
kura-kura termasuk hewan yang harus disembelih sebelum dimakan,
maka tidak boleh diburu oleh orang yang sedang ihram.
ْ َ َ َ ُْ ُ َ َ
.ُد اْل ْح ِس ُم ُسل ْحفاة ال َب ّ ِرىط َع ْن َم ِال ٍك ًل ً ِص ُ َو َؤ َّما ُس َل ْح َف ُاة ْال َب ّر َففي ْاملَ ْب
س
ِ ِ ِ
Sedangkan kura-kura darat (menurut Imam Malik), maka tidak
diperbolehkan bagi orang yang sedang ihram untuk memburunya
(kitab al-Mabsuth).
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG HUKUM MENGONSUMSI DAGING BULUS
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan :
Bulus adalah hewan darat yang berhabitat di air dan bukan termasuk hewan
yang hidup di dua alam (amfibi), sejenis labi-labi (kura-kura berpunggung lunak)
yang merupakan anggota suku Trionychidae. Dalam bahasa Inggris, hewan ini
dikenal dengan nama Asiatic soft shell turtle atau common soft shell turtle.
Bulus bernafas menggunakan paru-paru.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Bulus sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan umum merupakan hewan
yang halal untuk dikonsumsi (ma’kul al-lahmi) dengan syarat disembelih
secara syar’i.
2. Bulus di suatu daerah yang ditetapkan sebagai satwa langka, wajib dilindungi.
Ketiga : Rekomendasi
1. Umat Islam dihimbau menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam
konsumsi produk pangan.
2. Pemegang otoritas diminta menjadikan fatwa ini sebagai pedoman
dalam menjalankan proses sertifikasi halal terhadap produk makanan,
minuman, obat-obatan dan kosmetika.
3. Untuk menjaga ekosistem bulus, maka industri pangan yang menjadikan bulus
sebagai bahan industri diharapkan untuk melakukan budidaya dan
penangkaran.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika
di kemudian hari ternyata dibutuhkan perbaikan, akan diperbaiki dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat
mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Rabiul Awwal 1441 H
13 November 2019 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA PUSAT
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomer : 42 Tahun 2018
Tentang
HUKUM MENGONSUMSI DAGING KANGURU
ِ ِ
ُ َك َما َذا أُح َّل ََلُ ْم قُ ْل أُح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب
)4 :ات (املائدة َ َيَ ْسأَلُون
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang segala yang baik".
َ ِاْلَبَائ
)751 :ث (األعراف ِ وُُِي ُّل ََلم الطَّيِّب
ْ ات َوُُيَِّرُم َعلَْي ِه ُمَ ُُ َ
"Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik, dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk".
ِ ِ ِ ِ َّ
ُ ين ءَ َامنُوا ُكلُوا م ْن طَيِّبَات َما َرَزقْ نَا ُك ْم َوا ْش ُك ُرواِ لل نِ ْن ُكْنمُ ْم نِيَّا
َ يَاأَيُّ َها الذ
)711 :تَ ْعبُ ُدو َن (البقرة
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah".
:صلَّى اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ُ قَ َال رس: قَ َال، ضي الل عْنه ِ
َ ول الل َُ ُ َ ُ َ َع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة َر
ني ِِبَا أ ََمَر ِِ
َ َونِ َّن اللَ أ ََمَر الْ ُم ْؤمن،ب لَ يَ ْقبَ ُل نِلَّ طَيِّبًا ِ "أَيُّ َها الن
ٌ ِّ ن َّن اللَ طَي،َّاس
ُ
ِ ِ
)ني" (روا مسلم َ هِه الْ ُم ْر َسل
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya Allah adalah baik yang tidak
menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan orang-orang beriman sesuai apa yang pernah
diperintahkan kepada para utusan-Nya".
f. HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Ibnu Umar
ra. mengenai larangan memakan binatang pemakan kotoran/
najis.
صلَّى اللُ َعلَْي ِه ِ ُ «نَهى رس: قَ َال، ضي الل عْن هما ِ
َ ول الل َُ َ َ ُ َ ُ َ َع ْن اهْ ِن عُ َمَر َر
َو َسلَّ َم َع ْن أَ ْك ِل اجلَالَّلَِة َوأَلْبَ ِاِنَا» روا أهو فاوف والرتمذي واهن ماجه
.واَلاكم
Dari Ibnu Umar ra. berkata: "Rasulullah SAW. melarang memakan
daging binatang pemakan benda najis, dan meminum susunya".
Memperhatikan : 1. Abul Hasan ibnu Muhammad ibnu Habib al-Bashri al-Baghdadi (Al-
Mawardi) di dalam Al-Hawi al-Kabir Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiah,
Cet. I, Th.1419 H. / 1999 M, menjelaskan tiga kelompok binatang
terkait hukum halal dan haram.
hal ini, Allah SWT menegaskan dasar yang dapat digunakan untuk
mengetahui kehalalan atau keharamannya di dalam dua ayat Al-
Qur'an dan sunnah Rasul-Nya".
2. Pendapat Abdul Malik ibn Abdullah ibn Yusuf al-Juwaini (Imam al-
Haramain) di dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab, Dar
al-Minhaj, Cetakan I, Th.2007/1428 H, Jilid 18, Halaman 209-110
mengenai halal dan haram binatang itu berdarkan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi SAW.
ِ ِ ُوِمن اْأل
َوقَ ْد،ث ُ َصول الَِّت يُْر َج ُ نِلَ َيها ِِف المَّ ْحل ِيل َوالمَّ ْح ِرِمي َما يُ ْسمَط
ُ َاب َويُ ْسمَ ْخب ُ َ َ
ِ ققُل أ: وأَثْبمَه هَِقولِِه تَع َاَل،ك اْألَصل اْألَ ْعظَم ِالشافِعِي ذَل
ُح َّل لَ ُك ُم ْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ُّ َّ َرأَى
ُ َالطَّيِّب
.}ات
Diantara beberapa dasar yang dijadikan rujukan mengenai kehalalan
dan keharaman sesuatu adalah perihal bagus dan kotor. Imam Syafi'i
memperhatikan dasar utama itu, dan menetapkannya berdasarkan
(kalimat dalam ayat dengan arti) "Katakan, telah dihalalkan bagimu,
segala sesuatu yang baik".
الذي يَأْ ُك ُل اْ َلع َذ َرةَ؛ نِذَا َكا َن قَ ْد ظَ َهَر ِّ اَلَيَ وا ُن ِ ِ ْ ولَ َُِي ُّل أَ ْكل ََل ِم
َ ْ َوه َي،اجلَالَّلَة ْ ُ َ
صلَّى اللُ َعلَ ِيه ِ ُ "نَهى رس:المَّ ْغيِْي علَى ََل ِمها؛ رِوي عن اه ِن عمر قَ َال
َ ول الل َُ َ ََ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ
ِ ِ
ك َ َوَك َذل،اجلَالَّلَِة َوأَلْبَاِنَا"؛ فَِإ ْن ََلْ يَظْ َه ْر َعلَْي ِه َما المَّ ْغيِْيُ َُِي ُّل
ْ َو َسلَّ َم َع ْن أَ ْك ِل
َّب لَ ََِت ُّل؛ َونِل ِ ْت ََلْ ِم اْل َك ْل ِ
ُ ْ َ نِ ْن ظَ َهَر َعلَيه ن،ب ِ ْب ال َك ْل ِ َ َالس ْخلَةُ الْمرهَّاةُ هِل
َُ َّ
.ُاب ََلْ ُم َها َُِي ُّل أَ ْكلُه ِ ْ فَِإ ْن أَطْ َع َم،فَمَ ِح ُّل
َ ََّت ط َّ َح،ًاجلَالَّلَةَ َعلَفاً طَاهرا
"Tidak halal memakan "jallalah", yaitu binatang pemakan kotoran,
jika terjadi perubahan pada rasa dagingnya. Diriwayatkan dari Ibnu
Umar, ia berkat: "Rasulullah SAW mencegah memakan "jallalah" dan
meminum air susunya. Apabila tidak terjadi perubahan, maka
hukumnya halal. Demikian pula anak kambing yang diberi minum
dengan air susu anjing, jika anak kambing terdapat bau daging anjing,
maka menjadi tidak halal. Dan jika tidak terdapat bau anjing, maka
halal. Apabila jallalah diberi makan makanan suci, sehingga sedap
baunya, maka halal dimakan.
MEMUTUSKAN
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag.
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 24 Tahun 2019
Tentang
LARVA LALAT TENTARA HITAM
(HERMETIA ILLUCENS / BLACK SOLDIER FLY)
ُ َّ ُ َ ُ ُ َ ُ َ َ َ َُ ْ َ
َ )4َ:كَ َماذاَؤ ِح َّلَل ُه ْمَق ْلَؤ ِح َّلَلك ُمَالط ُِّ َباثَ(اإلاائدة
َ ٌظإلىن
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang segala yang
baik".
b. QS. Al-A'raf: 157 tentang segala sesuatu yang baik adalah halal,
dan yang buruk adalah haram;
َ َ ْ َ َّ ُ ُ َ ُّ ُ َ
َ )151َ:اث ََو ٍُ َح ّ ِس ُم ََعل ْي ِه ُمَالخ َبا ِئثَ(ألاعساف َ ُّ َالط
ِ ِ وٍ ِحلَلهم
ب
"Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik, dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk".
c. QS. Al-Baqarah: 29 tentang apa yang telah diciptakan oleh Allah
SWT adalah untuk manusia:
َ ْ َ ْ َُ َ ََ َّ
َ يَألا ْزض
ً َحم
َ )22َ:ُعاَ(البقسة ِ ِ ُه َىَال ِريَخلقَلكمَم ِاَف
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
َ َ َُ َ ُ ً ْ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ََ َ
َ ِ يَآًاجي َ ِف،َحَلل ُه ََو َح َس ُام َُه صَل ٌَُ ْع َسف َِه ِه َفقد َحعل َللا َحعالىَله َؤ،ج ْح ِس ٍٍم
ً َّ َ
َ .ِم ْن َِكخ ِاه ِه ََو ُطنت ََع ْنَ َز ُط ِىل ِه
Adapun binatang darat ada dua macam, hidup di tanah dan terbang.
Pembahasan dalam bab ini mencakup binatang halal dan haram
yang terbagai menjadi tiga bagian. Pertama, binatang yang
ketentuan kehalalannya ada di dalam Al-Qur'an atau As-Sunnah.
Kedua, binatang yang ketentuan keharamannya ada di dalam nash
Al-Qur'an atau As-Sunnah. Ketiga, binatang yang ketentuan
kehalalan atau keharamannya tidak ditentukan oleh nash Al-Qur'an
atau As-Sunnah. Dalam hal ini, dua ayat (al Maidah ayat 4 dan al
A’raf ayat 157) dan hadis Nabi saw bisa dijadikan sebagai dasar
untuk menetukan kehalalan atau keharamannya.
َُ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ
ََ{ٌ ْظإلىن َك ََماذاَؤ ِح َّلَل ُه ْمَق ْلَؤ ِح َّلَلك ُم:ى فإماَآلاًخا ِ َف ِإحداهماَقىلهَحعال
ُ َّ َ ً َ َ ُ ّ َّ َ ُ َ
َ :ُت ََق ْىله ََح َع َالى ُ َّ
ََ{و ٍُ ِح ُّل والثا ِن.) َفج ِعل َالط ُِب َحَل َل4َ :اث} َ(إلاائدة َ الط ُِّ َب
َّ َ َ َ َ َ ّ َّ َ
َ َف َج َع َل َالط ُِّ َب.)151َ :اث ََو ٍُ َح ّ ِس ُم ََعل َْي َِه ْم َالخ َبا ِئث} َ(ألاعساف
ِ ل ُه ُم َالط ُِب
َ َو ْال َخ َب َث،
َ .َح َس ًاما َ َح ََل ًل
Ayat yang dimaksud adalah dalam surat al-Maidah ayat 4, yang
menyebutkan bahwa standar kehalalan sesuatu makanan/minuman
itu tergantung thayyib atau tidak. Ayat yang kedua adalah dalam
surat al-A’raf ayat 157 yang menyebutkan bahwa halalnya
makanan/minuman itu karena thayyib dan sebaliknya
makanan/minuman itu haram karena khabits.
2. Abdul Malik ibn Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad al-Juwaini di
dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab, Dar al-Minhaj,
Cet. I, Th.1428 H / 2007 M, Jilid 18, Hlm 213 menjelaskan, bahwa
lalat dapat disamakan dengan belalang.
ُ
َ َول ًَخفى َجحلُل َالجساد،وذواث َألاحنحت َمن َالحشساث َكالرهاب َمحسمتَ
َّ ّ ّ
ََوفيَألاصحابَمن، والرها ِ ََوألاظهسَنلحاقهاَهالخنافع،وفيَالص َّسازةَجسدد
َ . َوهراَمصٍفَلَحعىٍلَعلُه،ؤلحقهاَهالجساد
Serangga-serangga bersayap seperti lalat hukumnya haram, bukan
menjadi rahasia tentang hukum halanya belalang, dalam hal (status
hukum) burung pemangsa terdapat keraguan, jelasnya burung
pemangsa disamakan dengan serangga dan lalat, Dalam sebagian
pendapat, ada yang menyamakan lalat dengan belalang, hal ini tidak
tepat dan bukan pendapat yang kuat
3. Pendapat Abdul Malik ibn Abdullah ibn Yusuf al-Juwaini (Imam al-
Haramain) di dalam Nihayah al-Mathlab Fi Dirayah al-Madzhab, Dar
al-Minhaj, Cetakan I, Th.2007/1428 H, Jilid 18, Halaman 209-110
mengenai halal dan haram binatang itu berdarkan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi SAW.
ُ ْ َ ْ َُ ُ َ َ ْ ُ َ َّ َّ َ َ ْ ُ َّ ُ ْ َ َ
َ،ثَ خ ََب
َ ظ َخ
َ َابَ َو
َ ط َ ظ َخ
َ ٌَا َ ٍمَ َم َ ِ ح َِس َْ الخ
َ ُلَ ََو َْ يَالخ
َ ِ ح َِل َ اَف َِ ح ُ َعَ َِن َل ََيه
َ صى ِ َلَ َال ِ َتيًَ َس َُ ألا
َ َن َ َو َِم
ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ُّ َ َ َّ َ َ
ََ{ق ْل َؤ ِح َّل َلك ُم:َوَؤ َث ََب َخ َُه َ َِه َق َْىَِل ِ َه َ َح ََع َالى،
َ ظ َمَ َألا َع َ صل َ ألا َ َك َ يَالشا َِف ِ َع َي َ َذ َِل
َ ََو َق ْ َد َ ََزَؤ
ُ َّ
َ .}الط ُِّ َباث
Diantara beberapa dasar yang dijadikan rujukan mengenai
kehalalan dan keharaman sesuatu adalah perihal thoyyib (baik) dan
khabits (buruk). Imam Syafi'i menjadikannya sebagai dasar utama,
dan menetapkannya berdasarkan ayat: "Katakan, telah dihalalkan
bagimu, segala sesuatu yang thoyyib (baik)".
4. Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Dimasyqy al-Nawawi dalam kitab
al-Majmu syarh al-Muhadzdzab, jilid 9 hlm 15 menyatakan bahwa
seluruh serangga dianggap kotor dan hukumnya haram.
ٌ ُّ ُ ٌ َ ْ َ ُّ ُ َ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ
َُ اث َفكل َها َ ُم ْظخخ َبث َت َ َوكل َها َ ُم َح َّس َم َت َ ِط َىيَ َ َما َ ًَ ْد ُز
َج َ( ِم ْن َها)َ َو َما َ (وؤما)َالحشس
ْ ْ ْ ُ َ َ ُ َ
ََ ِ ن َال َح َُ َىاَ ىم َ َو ِؤلا َه َِس َكالحُت َوالعقسب َوالرنبىزَ ِم َ ِ الظ ُم ُّ َ اث َ ير َف ِم ْن َها َذ َوَ ً ِط
َ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ ُّ َ َ َ ََْ َ
َع َوالعقازب َوالحُاث َ ِ ك َكالخنا ِف َ َل ًَ ِص َح َهُ َع َه َوذ ِل َ َما َ َل َ ًُنخف َُع َ ِه َِه َف
َ َ َ َ ْ َّ
}40ص/َ2َاثَ َون ْح ِى َهاَ{املجمىعَج َ ِ لَ َو َطا ِئ َِسَالحشس َ ِ والدًدا َوالفإزَ َوالن ْم
Adapun serangga-serangga, semuanya dianggap kotor dan
seluruhnya diharamkan, kecuali serangga yang meloncat dan
serangga yang terbang. Jenis serangga terbang ini ada di antaranya
beracun dan berkuku tajam, seperti ular, kalajenking, kumbang, di
mana ia merupakan serangga yang tidak dapat dimanfaatkan dan
tidak halal dijual belikan. Demikian halnya serangga sejenis
kumbang, kalajengking, ular, cacing, tikus, semut dan serangga-
serangga lain yang sejenis
5. Ahmad ibn Idris ibn Abdur Rahman (Al-Qarafi), di dalam Al-
Dzakhirah, Dar al-Arab al-Islami, Cet. I, Th.1994, Jilid 4, Hlm 103-
104 menjelaskan, bahwa lalat dapat disamakan belalang.
ْ
ََيَال ُب َخاز ّي َن َذا َ َو َقع ُ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َّ َ ْ َ َ َّ َ
ِِ ِ ىَنهاح ِت َالجس ِاد َِلقى ِل ِه َعلُ ِه َالظَلم َ ِف ِ ق َألا ِئم َت َعل َ واجف
َ ْ َ َ َح َن َ َ
َ اب َفيَن َناء َؤ َحد ُك ْم ََف ْل َُ ْؼم ْظ ُه َُك َّل ُه ََفإ َّ َفيَؤ َحد
ُ َ ُّ
َاح ُْ ِه َِشف ًاء ََو ِفيَآلاخ ِس ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ الره
َّ ً ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ً َ
َاَللط َع ِام ََع ِن ِ َوالؼ ِالب َمىَجه َفلىَكا ًَنجع َِهاإلاى ِث َإلااَؤمس َِهر ِلك َصىن.داء
َ َ ْ َ َ ً ْ َ ُ ُ َ َ َ َ َّ
َ .عَل ُه النجاط ِتَفُكى َؤصَلَلَنف
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG LARVA LALAT TENTARA HITAM (HERMETIA
ILLUCENS / BLACK SOLDIER FLY)
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan :
1. Larva adalah anakan yang baru menetas dari telur lalat tentara hitam.
2. Lalat tentara hitam atau disebut hermetia illucens adalah jenis serangga
yang darahnya tidak mengalir, hidup di kebun, dan pemakan sari bunga.
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag
الص ََل َة َوأَنْتُ ْم ُس َك َارى َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َما تَ ُقولُو َن
َّ ين آَ َمنُوا ًَل تَ ْقَربُوا ِ َّ
َ يَا أَيُّ َها الذ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan” (QS. An-Nisa[4]: 43)
س ِم ْن َع َم ِل ج
ْ ِ اب و ْاْل َْزًَل ُم
ر ُ ص
َ ن
ْ اْل
َ ْ و ر ِ اْلمر والْمي
س ْ ْ َ ْ ا َِّيَا أَيُّ َها الَّ ِذين آَ َمنُوا إ
َّن
َ
ٌ َ َ ُ َ َ ُ َ
اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن ِ
ْ َالشَّْيطَان ف
”Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib
dengan panah adalah rijs dan termasuk perbuatan syetan. Maka,
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keuntungan.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 90)
)ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َخٌَْر َوُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َحَر ٌام (رواه مسلم عن ابن عمر
”Semua yang memabukkan adalah khamar dan semua yang
memabukkan adalah haram. (HR. Muslim dan Ibnu Umar,
sebagaimana dalam Kitab Shahih Muslim juz 3 halam 1587, hadis
nomor 2003).
)َس َكَر فَ ُه َو َحَر ٌام (رواه البخاري عن عائشة ٍ ُك ُّل َشر
ْ اب أَ
"Setiap minuman yang memabukkan adalah haram" (HR.
Bukhari, sebagaimana dalam kitab shahih al-Bukhari juz 1
halaman 95 hadis nomor 239)
َس َكَر َكثِْي ُرهُ فَ َقلِْي لُوُ َحَر ٌام (رواه أمحد وأبو داوود والتمذي والنسائي وابن
ْ َما أ
)ماجة وابن حبان وحسنو التمذي
Sesuatu yang jika banyak memabukkan, maka meskipun sedikit
adalah haram.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu
Majah, dan Ibnu Hibban. Perawi dalam sanad Hadis ini
terpercaya, dan at-Tirmidzi menganggapnya hasan).
b. Hadis nabi SAW yang memerintahkan menjauhi khamr karena ia
sumber kejahatan, sebagaimana sabdanya:
ِ ِ ِ
ُ َاجتَنبُوا اْلَ ْمَر فَإنَّ َها م ْفت
)اح ُك ِّل َشر (رواه احلاكم عن ابن عباس ْ
”jauhilah khamar, karena ia adalah kunci segala keburukan.” (HR.
Al-Hakim dan Ibnu Abbas).
ِ ِاْلَبائ
)ث (رواه الطرباين والدار قطين وصححو ابن حبان َ ْ اْلَ ْم ُر أ ُُّم
ْ
”Khamar itu sumber kejahatan.” (HR. at-Tabrani, ad-Daru Quthni,
dan Ibnu Hibban menganggapnya shahih)
c. Hadis Nabi saw yang menerangkan ancaman bagi setiap orang
yang terlibat dalam rantai produksi khamr, sebagaimana
sabdanya:
ِ َاصرىا ومعتِ ِ ِ
صَرَىا َ َاْلَ ْمَر َو َشا ِربَ َها َو َساقيَ َها َوبَائ َع َها َوُمْبت
ْ ُ َ َ َ اع َها َو َع ْ ُلَ َع َن اللَّو
)َو َح ِاملَ َها َوالْ َم ْح ُمولَةَ إِلَْي ِو (رواه أمحد و الطرباين عن ابن عمر
”Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya,
pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau
penyimpannya, pembawanya, dan penerimanya.” (HR. Ahmad dan
Thabrani dari Ibnu Umar, sebagaimana dalam Kitab Musnad
Ahmad, juz 2 halaman 97, hadis nomor 5716 dan kitab al-Mu'jam
al-Ausath juz 8 halaman 16 hadis nomor 7816.
d. Hadis Nabi saw yang menjelaskan sumber khamr bisa
bermacam-macam, sebagaimana sabdanya:
ِ اْلم َك
ان ْ ِْ الضََّرُر يُ ْدفَ ُع بَِق ْد ِر
Bahaya dihindarkan semaksimum mungkin
،ت ِى َي ِ
ْ َاْل ْْجَاعُ فَبَقيِْ ص َّد َع َّما َع َد َاىا َ َّجس
ِ
ُ س ِف عُْرف الش َّْرِع ُى َو الن
ِ الر ْج
ُ ِّ َو
، الص َحابَِة
َّ إْجَ ِاع ْ َو َمحَ َل َعلَى،اْل ْْجَ ِاعِْ ِاستِ َها الشَّْي ُخ أَبُو َح ِام ٍد بَ َاستَ َد َّل َعلَى َّم
ْ َو
ِ ٍِ ِ ِ فَِفي الْ َم ْج ُم
ض ُه ْم َع ْن
ُ َونَ َقلَوُ بَ ْع،ب َإَل طَ َه َارِتَا َ وع َع ْن َرب َيعةَ َشْي ِخ َمالك أَنَّوُ َذ َى
ِ ِ واستَ َد َّل ب عضهم علَى َّم،ث ِ
ات
َ ت طَاىَرًة لََف ْ َاست َها بِأَن ََّها لَ ْو َكان
َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ احلَ َس ِن َواللَّْي ْ
. اب ْاْل ِخَرةِ طَ ُه ًوراِ ِاًل ْمتِنَا ُن بِ َكو ِن َشر
َ ْ
“Kata “rijs” dalam terminologi syariat pada umumnya adalah “najis”,
sebagaimana ijma’ ulama cenderung berpendapat demikian. Syaikh
Abu Hamid al-Ghazali mendasarkan (pendapatnya) bahwa khamr
adalah najis berdasarkan ijma’ ulama, dan bahkan ada kemungkinan
merupakan ijma’ sahabat. Disebutkan dalam kitab al-Majmu’ bahwa
imam Rabi’ah, guru imam Malik, berpendapat bahwa khamr tidaklah
najis (suci), dan sebagian ulama melansir pendapat tidak najisnya
khamar dari al-Hasan dan al-Laits. Dan pihak yang menyatakan
khamr adalah najis beralasan bahwa jika khamr suci maka hilanglah
keraguan, karena minuman surga haruslah suci”. (Al-Khathib al-
Syarbaini, Mughni al-Muhtaj, jld. 1, hlm. 222)
ك َكالْ َم ِاء ِ
َ ص ْر ُم ْس ِكًرا َوذَل ِ وََل ي:َّيذ فَهو ما ََل ي ْشتَد
َ َْ
ِ
َ ْ َ َ ُ َِّاين م ْن النَّب
ِ ِ وأ ََّما الْ ِقسم الث
ُْ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ
ص َار ُح ْل ًواَ َش أ َْو َع َس ٌل أ َْو َْْم ُوَىا ف ٌ يب أ َْو م ْشمٌ ِات َتٍَْر أ َْو َزب
ُ َّالَّذي ُوض َع فيو َحب
ات فِ ِيو َوقَ ْد ِ َاْل ْْج ِاع ََيوز ُشربو وب ي عو وسائِر التَّصُّرف
َ ُ َ َ ُ ُ َْ َ ُ ُ ْ ُ ُ َ ِْ َِوَى َذا الْق ْس ُم طَاىٌر ب
ِ ِ
ْي ِم ْن طُُرٍق ُمتَ َكاثَِرةٍ َعلَى طَ َه َارتِِو َو َج َوا ِز ُش ْربِِو
ِ ْ يح ِ َّ يث ِِف ِ تَظَاىرت ْاْل
َ الصح ُ َحاد َ ْ ََ
اىٌر ِعْن َد ِ َ وأ ّن النَّبِي َذ ط،أَ َّن اْلمر ُمُْت لَف ِِف َّماستِها ِعْن َد علَم ِاء الْمسلِ ِمْي....
ْ َْ ْ ُ َ ُ َ َ َ ْ ٌ َ َ َْ
َوأَ َّن ْاْلَ ْعطَ َار ا ِْلفْ ِرِّْميَّ َة،ًس َخَْرا ِِ ِ ِ
َ َوأَ َّن ال ُك ُح ْوَل لَْي،أَِب َحنْي َفةَ َوفْيو ال ُك ُح ْو ُل قَطْ ًعا
َوإََِّّنَا يُ ْو َج ُد فِْي َها ال ُك ُح ْو ُل َك َما يُ ْو َج ُد ِِف َغ ِْريَىا ِمن الْ َم َو ِّاد،ًت ُك ُح ْوًل ْ لَْي َس
اس ِة ِ َ ْ ِ وأَنَّوُ ًَل و ْجوَ لِْل َقوِل بِنَجاستِ َها ح ََّّت ِعْن َد الْ َقائِل،اىرةِ باِ ِْل ْْجَ ِاع ِ َّ
َ ْي بنَ َج َ َ َ ْ َ َ َ الط
اْلَ ْم ِر
ْ
“... Bahwa status najis tidaknya khamr terdapat perbedaan di antara
ulama. Dan nabiz menurut Imam Abu Hanifah adalah suci, demikian
pula alkohol. Alkohol tidaklah sama dengan khamr. Parfume Eropa
tidak (hanya) berbahan alkohol saja, tapi di dalamnya terdapat
alkohol dan juga beberapa bahan lainnya yang suci. Sehingga tidak
ada alasan bagi pendapat yang menyatakan alkohol adalah najis,
bahkan bagi orang yang menyatakan najisnya khamr” ( Fatawa Dar
al-Ifta’ al-Mishriyyah, juz VIII, hlm. 413)
َوُى َو َغْي ُر،ب ُمتَ َفا ِوتٍَة ٍ والْ ُك ُح ْو ُل َم ْو ُج ْوٌد ِِف َكثِ ٍْري ِمن الْمو ِّاد الْغَ َذائِيَّ ِة بِنَس
َ ََ َ َ
اض الطِّبِّيَِّة ِ استِ ْع َمالِِو ِِف ْاْلَ ْغَر ِ ِ
ْ ُ َو ُشيُ ْوع... ْلَنَّوُ يُ ْستَ ْع َم ُل ل ْلتَّطْ ِه ِْري،ُم ْستَ ْق َذ ٍر
.آن ِ ص الْ ُقر ِ ِ ِ والنَّظَافَِة و َغ ِْريَىا ََْيعل الْ َقوَل بِنَجاستِ ِو ِمن ب
ْ ِّ َ َوُى َو َمْنفي بن،ج ِ احلََر
ْ اب َ ْ َ َ ْ َُ َ َ
“Alkohol terdapat di banyak bahan makanan dan minuman dengan
kadar yang berbeda-beda. Alkohol itu bukanlah zat yang kotor,
karena ia dipergunakan untuk bahan pembersih.. dan seringnya
alkohol dipakai untuk kepentingan medis, kebersihan dan lainnya
menjadikan pendapat yang menajiskan alkohol sebagai sesuatu yang
berat, dan itu bertentangan dengan nash al-Quran” (Fatawa Dar al-
Ifta’ al-Mishriyyah, juz VIII, hlm. 413)
ِ َّصي ِل لِتَت ِ ٍِ ْ َى ِذهِ ِى َي َم ْع ِرَكةُ الْ ُك ُح ْوِل َعَر
َوُى َو،ُالص ْوَرةُ َعْنوُّ ض َح ْ ضتُ َها بِ َش ْيء م َن التَّ ْف
َولَ َع َّل ِم َن،ف ِِف طَ َه َارتِِو ُى َو َوالْعُطُْوُر الْ َم ْخلُ ْوطَةُ بِِو ٌ َ ُمُْتَل،ُمتَّ َف ٌق َعلَى ُح ْرَم ِة ُش ْربِِو
ب َوالتَّطْ ِه ِْري َوالتَّ َحالِْي ِل الْ ُم ْختَلِ َف ِة َوالْ ُعطُْوِر
ِّ ِّالتَّ ْي ِس ِْري بَ ْع َد ُشيُ ْوِع ا ْستِ ْع َمالِِو ِِف الط
َوإِ ْن َكا َن،ِالض َّارةَّ الس َّام ِة َو
َّ الْ َمْي ُل إِ ََل الْ َق ْوِل بِطَ َه َارتِِو َوإِ ْن عُ َّد ِم َن الْ َم َو ِّاد،َو َغ ِْريَىا
ت ِم ْن ِ ٍ َّ وِب،يست عمل أَحياناً كاَ ْْلم ِر فَِإ ّن َّماستِها َغي ر متَّف ٍق علَي ها
ْ َاصة ا ْن َكان َ َ َ ْ َ َ ُ ُْ َ َ َ َْ َْ ُ َ ْ َْ ُ
) اْلسَلم ومشاكل احلياة،ب (عطية صقر ِ َص ِْري الْعِنِ َغ ِري ع
َ ْ
“Saya telah menjelaskan secara rinci alasan perbedaan pendapat
terhadap najis-tidaknya alkohol. Walaupun semua ulama sepakat
bahwa alkohol haram diminum tapi dalam hal najis-tidaknya para
ulama berbeda pendapat, termasuk minyak wangi yang tercampur
alkohol. Dengan alasan sering dipakainya alkohol dalam medis,
kebersihan, minyak wangi, dan sebagainya maka menurut saya lebih
meringankan apabila memakai pendapat yang menyatakan alkohol
tidak najis. Dengan begitu alkohol disamakan dengan zat beracun
yang membahayakan. Dan jika alkohol difungsikan sama dengan
khamr, maka dalam hal inipun para ulama tidak semua sepakat
11. Keputusan Rapat koordinasi Komisi Fatwa dan LP POM MUI serta
Departemen Agama RI, pada 25 Mei 2003 di Jakarta.
14. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa MUI Bidang Pangan,
Obatan-obatan dan Kosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada 8
Januari 2017, 23 Maret 2017, 4 Desember 2017, 18 Januari 2018,
dan 10 Februari 2018.
15. Pendapat peserta rapat pleno komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia
pada 28 Februari 2018.
Kelima : Rekomendasi
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Jumadil Akhir 1439 H
28 F e b r u a r i 2018 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS, MM., M.Ag.
Rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, yang diperluas dengan beberapa utusan Majelis
Ulama Daerah, beberapa Dekan Fakultas Syari'ah IAIN dan tenaga-tenaga ahli dari Institut
Pertanian Bogor, yang diselenggarakan pada hari senin, 18 Shafar 1405 H. (12 Nopember 1984
M.) di Masjid Istiqlal Jakarta, setelah :
Menimbang :
Bahwa akhir-akhir ini telah tumbuh dan berkembang usaha pembudidayakan kodok oleh
sebagian para petani ikan.
Mendengar :
a. Pengarahan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan Ketua Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia.
b. Keterangan para ahli perikanan tentang kehidupan kodok dan peternakannya.
c. Makalah-makalah dari Majelis Ulama Daerah Sumatera Barat, NTB, IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, IAIN Walisongo Semarang.
d. Pembahasan para peserta dan pendapat-pendapat yang berkembang dalam sidang
tersebut.
MEMUTUSKAN
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
PROF.KH.IBRAHIM H.MAS’UD
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
28
HUKUM ALKOHOL
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 11 Tahun 2009
Tentang
HUKUM ALKOHOL
683
BIDANG POM DAN IPTEK
690
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﲪﻪ ﺍﷲ ﰲ ﺍﻻﻡ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﺴﻜﺮ ﺃﻥ ﻳﺬﻫﺐ ﻋﻨﻪ
ﻟﻐﻠﺒﺘﻪ ﺑﻌﺾ ﻣﺎ ﱂ ﻳﻜﻦ ﻳﺬﻫﺐ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﰲ ﻣﻮﺿﻊ
ﺑﺴﺮﻩﺍﳌﻜﺘﻮﻡ ﺍﳌﻨﻈﻮﻡﺑﺎﺡ
HIMPUNAN ﻛﻼﻣﻪ
FATWA ULAMAﺍﺧﺘﻞ
MAJELIS ﺍﻟﺴﻜﺮﺍﻥﻣﻦ ﺁﺧﺮ"
INDONESIA
ﺃﻓﻌﺎﻟﻪ " ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻫﻮ ﺃﻥ ﲣﺘﻞ ﺃﺣﻮﺍﻟﻪ ﻓﻼ ﺗﻨﺘﻈﻢ
masih punya sedikit kesadaran dan daya
ﺣﺼﻞ ﻛﻼﻡ ،ﻓﺎﻣﺎ ﻣﻦ
pengertian. Adapunﲤﻴﻴﺰ ﻭﻓﻬﻢ
orang yangﻟﻪ ﺑﻘﻴﺔ
ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻭﺃﻗﻮﺍﻟﻪ
menjadi
bersemangat dan agak pening-pening,
tetapiﱂ
masihﻭﻟﻜﻦ ﻟﺪﺑﻴﺐ ﺍﳋﻤﺮdapat ﻭﻫﺰﺓ ﺍﳋﻤﺮ ﻧﺸﺎﻁ
menguasai ﺑﺸﺮﺏ
diri, akibat ﻟﻪ
ﰲ dari
ﺣﻜﻢ minuman
khamar,ﻋﻘﻠﻪ ﻓﻬﻮ
makaﳜﺘﻞ ﺷﺊ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻭﱂ ia termasuk
ﻳﺴﺘﻮﻝ ﻋﻠﻴﻪ
orang yang tidak mabuk. Orang yang
ﺑﻼ ﻭﲨﻴﻊ ﺗﺼﺮﻓﺎﺗﻪ
demikian ﺍﳊﺎﻝ itu ﺻﻼﺗﻪ ﰲ ﻫﺬﻩ
wudunya, ﺍﻟﺼﺎﺣﻲ ﻓﺘﺼﺢ
shalatnya dan
seluruh amal perbuatannya adalah sah
menurut ijma’ para ulama” (al-Majmu’, ﺧﻼﻑJuz
)3, hal. 7
ﻭﺍﺧﺘﻠﻒ ﻓﻲ ﺣﺪ ﺍﻟﹾﻤﺴﻜﺮﹺ ﻓﹶﺬﹶﻫﺐ ﺃﹶﺑﻮ ﺣﻨﹺﻴﻔﹶﺔﹶ ﺇﻟﹶﻰ ﺃﹶﻥﱠ ﺣﺪ
ﺍﻟﺴﻜﹾﺮﹺ ﻣﺎ ﺯﺍﻝﹶ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﹾﻌﻘﹾﻞﹸ ﺣﺘﻰ ﻟﹶﺎ ﻳﻔﹶﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺽﹺ
ﻭﺍﻟﺴﻤﺎﺀِ ﻭﻟﹶﺎ ﻳﻌﺮﹺﻑ ﺃﹸﻣﻪ ﻣﻦ ﺯﻭﺟﺘﻪ ، ﻭﺣﺪﻩ ﺃﹶﺻﺤﺎﺏ
ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺑﹺﺄﹶﻧﻪ ﻣﺎ ﺃﹶﻓﹾﻀﻰ ﺑﹺﺼﺎﺣﺒﹺﻪ ﺇﻟﹶﻰ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﺘﻜﹶﻠﱠﻢ ﺑﹺﻠﺴﺎﻥ
ﻣﻨﻜﹶﺴِﺮﹴ ﻭﻣﻌﻨﻰ ﻏﹶﻴﺮﹺ ﻣﻨﺘﻈﻢﹴ ﻭﻳﺘﺼﺮﻑ ﺑﹺﺤﺮﻛﹶﺔ ﻣﺨﺘﺒﹺﻂ
ﺿﻄﺮﺍﺏﹺ ﺍﻟﹾﻜﹶﻠﹶﺎﻡﹺ ﻓﹶﻬﻤﺎ ﻭﻣﺸﻲﹺ ﻣﺘﻤﺎﻳﹺﻞﹴ ﻭﺇﹺﺫﹶﺍ ﺟﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍ
ﻭﺇﹺﻓﹾﻬﺎﻣﺎ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﺿﻄﺮﺍﺏﹺ ﺍﻟﹾﺤﺮﻛﹶﺔ ﻣﺸﻴﺎ ﻭﻗﻴﺎﻣﺎ ﺻﺎﺭ ﺩﺍﺧﻠﹰﺎ
ﻓﻲ ﺣﺪ ﺍﻟﺴﻜﹾﺮﹺ ،ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﹶﻰ ﻫﺬﹶﺍ ﻓﹶﻬﻮ ﺯﹺﻳﺎﺩﺓﹲ ﻓﻲ ﺣﺪ
ﻒﻓﻲﺣﺪ ﺍﻟﹾﻤﺴﻜﺮﹺ ﻓﹶﺬﹶﻫﺐﺃﹶﺑﻮ ﺣﻨﹺﻴﻔﹶﺔﹶ ﺇﻟﹶﻰﺃﹶﻥﱠﺣﺪ ﺍﻟﻭﺍﺴﺧﺘﻜﹾﻠﺮﹺ
“dan ulama berbeda pendapat tentang
batasan
mabuk.ﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺽﹺ Menurutﺣﺘﻰ ﻟﹶﺎ ﻳﻔﹶﺮ Imamﻣﻌﻪ ﺍﻟﹾﻌﻘﹾﻞﹸ Abuﺮﹺ ﻣﺎ ﺯﺍﻝﹶ ﺍﻟﺴﻜﹾ
Hanifahﻥﹼ
ﺏ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ،ﺤﺎﻭﺃ ﻋﻠﻤﺎﺀﻭﺣ
batasanﺪﻩ ﺃﹶﺻ ﻋﻨﺪﺟﺘﻪ ، ﳒﺎﺳﺘﻬﺎﺯ
mabukﻭ ialahﺃﹸﻣﻪ ﻣﻦ
ﳐﺘﻠﻒﺮﹺ ﻑﰲ ﺍﳋﻤﺮﻭﻟﹶﺎ
hilangnyaﻳﻌ ﺃﻭﻥﹼﺍﻟﺴﻤﺎﺀِ
akal sehingga tidak bisa membedakan
antaraﻥﹼ
ﻗﻄﻌﺎ ،ﺴﺎﻭﺃﻥ
langitﻜﹶﻠﱠﻢ ﺑﹺﻠ
ﺍﻟﻜﺤﻮﻝﺘ
danﹶﻰ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ ﻭﻓﻴﻪﺇﻟ
bumiﺣﺒﹺﻪ ﺣﻨﻴﻔﺔﺎ
ﻰ ﺑﹺﺼ ﺃﰊﻀ dan ﻋﻨﺪ ﺃﹶﻓﹾ ﻃﺎﻫﺮﻧﻪ
tidakﻣﺎ bisaﻌﻲ ﺑﹺﺄﹶﺍﻟﻨﺒﻴﺬﻓ
ﺍﻟﺸﺎ
ﻛﺤﻮﻻ، ﻟﻴﺴﺖﻣﺨﺘﺒﹺﻂ
membedakan
Menurut ulamaﺮﻛﹶﺔﺍﻹﻓﺮﳒﻴﺔﺑﹺﺤ antara
ﺍﻷﻋﻄﺎﺭﺘﺼ
Syafi’iyah,ﺮﻑ ﻭﺃﻥﺘﻈﻢﹴ ﻭﻳ
ibunya
ﲬﺮﺍ،ﺮﹺ
batasanﻣﻨﻟﻴﺲﻨﻰ ﻏﹶﻴ
dan ﺍﻟﻜﺤﻮﻝ
istrinya.
mabukﻭﻣﻌ ﻣﻨﻜﹶﺴِﺮﹴ
ﺍﳌﻮﺍﺩ jikaﻠﹶﺎﻡﹺﻣﻦﻓﹶﻬﻤﺎ
ialah ﻏﲑﻫﺎﻜﹶ
orangﺏﹺ ﺍﻟﹾﻳﻮﺟﺪﻄﺮﺍﰲ
yangﻦ ﺍﺿ ﻛﻤﺎ
ﺍﻟﻜﺤﻮﻝﻤﻊ ﺑﻴ
mabukﺟ ﻓﻴﻬﺎﻭﺇﹺﺫﹶﺍ tersebutﻤﺎﻳﹺﻞﹴ
ﻳﻮﺟﺪ
ﻭﺇﳕﺎﺸﻲﹺ ﻣﺘ ﻭﻣ
bicaranya tidak karuan sehingga tidak
ﻋﻨﺪ
bisadipahamiﺎﺭﺣﺩﱴﺍﺧﻠﹰﺎ
ﺻﺑﻨﺠﺎﺳﺘﻬﺎ
ﻟﻠﻘﻮﻝﻭﻗﻴﺎﻣﺎ danﻣﺸﻴﺎ ﻭﺟﻪﺔ
berjalanﺍﻟﹾﻻ ﺤﺮﻛﹶ
ﺏﹺﺑﺎﻹﲨﺎﻉ،ﻄﺮﺍﻭﺃﻧﻪ
denganﺑﻴﻦ ﺍﺿ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮﺓﻭ
ﻭﺇﹺﻓﹾﻬﺎﻣﺎ
،sempoyongan.
ﻲﺣﺪ
، Sedangkanﹶﺍ ﺝﻓﹶ ﻬﻮﺯﹺﻳ
ﺹﺎ ﺩﺓﹲ ﻓ ﺍﳌﻨﺎﺭﺬ
ﺗﻔﺴﲑﻠﹶﻰ ﻫ
ﺍﳋﻤﺮﺎ )ﺯﺍﺩ ﻋ
ﺑﻨﺠﺎﺳﺔ ،ﻭ
jikaﻣ ﺍﻟﻘﺎﺋﻠﲔﺪﺍﻟﺴﻜﹾ
kondisinyaﺮﹺﻓﻲ ﺣ
lebih dari itu maka orang tersebut telah
(ﻜﹾﺮﹺ
sangat mabuk”. (al-Ahkam as-Sulthaniyah, ﺍﻟﺴ
)Juz 1 hal. 462
ﺑﻨﺴﺐ ﺍﻟﻐﺬﺍﺋﻴﺔ ﺍﳌﻮﺍﺩ ﻣﻦ ﻛﺜﲑ ﰲ ﻣﻮﺟﻮﺩ
ﺃﻥﱠ ﺍﻟﹾﺨﻤﺮ ﻣﺨﺘﻠﹶﻒ ﻓﻲ ﻧﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﻋﻨ ﺪ ﻋﻠﹶﻤﺎﺀِ ﺍﻟﹾﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺍﻟﻜﺤﻮﻝ
...
ﻟﻠﺘﻄﻬﲑﻄﹾﻌﺎ،
ﻳﺴﺘﻌﻤﻞﻜﹸ ﺤﻮﻝﹸ ﻗﹶ ﻷﻧﻪﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﹾ
ﻣﺴﺘﻘﺬﺭ،ﺣﻨﹺﻴﻔﹶﺔﹶ
ﻏﲑﻋﻨﺪ ﺃﹶﺑﹺﻲ
ﻭﻫﻮﺎ ﻫﺮ
ﻣﺘﻔﺎﻭﺗﺔ،ﺒﹺﻴﺬﹶ ﻃﹶ
ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨ
ﳚﻌﻞ
ﻭﻏﲑﻫﺎﺴﺖ ﻭﺍﻟﻨﻈﺎﻓﺔﻓﹾﺮﹺﳒﻴﺔﹶ ﻟﹶﻴ
ﺍﻟﻄﺒﻴﺔﻋ ﹶﻄﺎﺭ ﺍﻹِ
ﺍﻷﻏﺮﺍﺽﺃﹶﻥﱠ ﺍﻷَ
ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪﺲﰲﺧﻤﺮﺍ ،ﻭ
ﻭﺷﻴﻮﻉﻜﹸﺤﻮﻝﹶ ﻟﹶﻴ ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﹾ
ﻟﻘﺮﺁﻥﻓ.ﻲ
ﺑﻨﺺﻮﺍﺟﺪ ﻣﻨﻔﻲﻛﹶﻤﺎ ﻳ
ﻭﻫﻮﻮﻝﹸ ﺍﳊﺮﺝ،ﻟﹾﻜﹸﺤ
ﺑﺎﺏﻓﻴﻬﺎ ﺍ
ﻣﻦﻮﺟﺪ
ﺑﻨﺠﺎﺳﺘﻪﻤﺎ ﻳ
ﺍﻟﻘﻮﻝﻮﻟﹰﺎ ،ﻭﺇﹺﻧ
ﻛﹸﺤ
691ﻫﺎﻣﻦﺍﻟﹾﻤﻮﺍﺩﺍﻟﻄﱠﺎﻫﺮﺓﺑﹺﺎﻹِﺟﻤﺎﻉﹺ،ﻭﺃﹶﻧّﻪﻟﹶﺎﻭﺟﻪﻟﻠﹾﻘﹶﻮﻝﹺ ﻏﹶﻴﺮﹺ
ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﻣﻌﺮﻛﺔ ﺍﻟﻜﺤﻮﻝ ﻋﺮﺿﺘﻬﺎ ﺑﺸﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻞ
ﺑﹺﻨﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﹾﻘﹶﺎﺋﻠﻴﻦ ﺑﹺﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﹾﺨﻤﺮﹺ )ﺗﻔﺴﲑ
ﻟﺘﺘﻀﺢ ﺍﻟﺼﻮﺭﺓ ﻋﻨﻪ ،ﻭﻫﻮ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﻣﺔ ﺷﺮﺑﻪ ،ﳐﺘﻠﻒ
ﺍﳌﻨﺎﺭﺝﺹ(،،
ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺑﹺﺄﹶﻧﻪ ﻣﺎ ﺃﹶﻓﹾﻀﻰ ﺑﹺﺼﺎﺣﺒﹺﻪ ﺇﻟﹶﻰ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﺘﻜﹶﻠﱠﻢ ﺑﹺﻠﺴﺎﻥ
ﺃﻥﱠ ﺍﻟﹾﺨﻤﺮ ﻣﺨﺘﻠﹶﻒ ﻓﻲ ﻧﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﻋﻨ ﺪ ﻋﻠﹶﻤﺎﺀِ ﺍﻟﹾﻤﺴﻠﻤﻴﻦ،
ﻣﻨﻜﹶﺴِﺮﹴ ﻭﻣﻌﻨﻰ ﻏﹶﻴﺮﹺ ﻣﻨﺘﻈﻢﹴ ﻭﻳﺘﺼﺮﻑ ﺑﹺﺤﺮﻛﹶﺔ ﻣﺨﺘﺒﹺﻂ
BIDANG POM DAN IPTEK
ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨﺒﹺﻴﺬﹶ ﻃﹶﺎﻫﺮ ﻋﻨﺪ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺣﻨﹺﻴﻔﹶﺔﹶ ﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﹾﻜﹸﺤﻮﻝﹸ ﻗﹶﻄﹾﻌﺎ،
ﻭﻣﺸﻲﹺ ﻣﺘﻤﺎﻳﹺﻞﹴ ﻭﺇﹺﺫﹶﺍ ﺟﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﺿﻄﺮﺍﺏﹺ ﺍﻟﹾﻜﹶﻠﹶﺎﻡﹺ ﻓﹶﻬﻤﺎ
ﻮﺎﺭ ﺣﺍﻨﹺﻴﻹِﻔﹶﻓﹾﺔﹶﺮﹺﺇﻟﳒﻴﹶﻰﺔﹶ ﺃﻟﹶﻴﻥﱠﺴﺣﺖﺪ ﺴﺮﻜﺍ،ﺮﹺ ﻓﹶﻭﺃﹶﺬﹶﻥﱠﻫﺍﺐﻷَﺃﹶﻋﺑ ﹶﻄ ﺲﺍﻟﹾﻤﺧﻤ ﺤﻓﻮﻲﻝﹶﻟﹶﻴﺣﺪ ﻒ ﻭﻭﺃﹶﺍﻥﱠﺧﺘﺍﻠﻟﹾﻜﹸ
ﻭﺇﹺﻓﹾﻬﺎﻣﺎ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﺿﻄﺮﺍﺏﹺ ﺍﻟﹾﺤﺮﻛﹶﺔﻣﺸﻴﺎ ﻭﻗﻴﺎﻣﺎ ﺻﺎﺭ ﺩﺍﺧﻠﹰﺎ
ﺽﹺ ﺤﻮﻜﹾﻟﹰﺮﹺﺎ ،ﻣﺎﻭﺇﹺﻧﺯﻤﺍﺎﻝﹶﻳﻣﻮﻌﺟﻪﺪﺍﻟﹾﻌﻓﻴﻘﹾﻬﻞﹸﺎ ﺍﻟﹾﺣﺘﻜﹸﻰﺤﻟﻮﹶﺎﻝﹸﻳﻔﹶﺮﻛﹶﻤﻕﺎ ﺑﻳﻴﻮﻦﺟﺍﻟﹾﺪﺄﹶ ﺭﻓﻲ ﺍﻟﻛﹸﺴ
ﻓﻲ ﺣﺪ ﺍﻟﺴﻜﹾﺮﹺ ،ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﹶﻰ ﻫﺬﹶﺍ ﻓﹶﻬﻮ ﺯﹺﻳﺎﺩﺓﹲ ﻓﻲ ﺣﺪ
ﺏ ﺻﻠﹾﻘﹶﺤﺎﻮﻝﹺ ﻏﹶﻭﻴﺍﻟﺮﹺﻫﺴﺎﻤﺎﻣﺀِﻦﺍﻭﹾﻟﹶﺎﻤﻮﻳﺍﻌﺩﺮﹺﺍﻟﻑﻄﱠﺎﺃﹸﻫﻣﺮﻪﺓ ﺑﹺﻣﺎﻦﻹِ ﺟﺯﻤﻭﺎﺟﻉﹺﺘ،ﻪﻭ،ﺃﹶﻧّﻪﻭﻟﹶﺎﺣﺪﻭﻩ ﺟﺃﹶﻪﻟ
ﺍﻟﺴﻜﹾﺮﹺ
ﺗﻔﺴﲑﻥ ﺠﻟﺎﹶﻰﺳﺔﺃﹶﺍﻥﹾﻟﹾﻳﺨﺘﻤﻜﹶﺮﹺﻠﱠﻢ)ﺑﹺﻠﺴﺎ ﺼﺎﻦﺣﺒﹺﺑﹺﻪﻨ ﺇ ﻰﻘﹶﺎﺑﹺﺋﻠﻴ ﺑﹺﻨﺍﻟﺠﺸﺎﺎﻓﺳﻌﺘﻬﻲﺎﺑﹺﺄﹶﻧﺣﻪﺘ ﻰﻣﺎﻋﺃﹶﻨﻓﹾﺪﻀﺍﻟﹾ
ﻭ(ﻳﺘﺼﺮﻑ ﺑﹺﺤﺮﻛﹶﺔ ﻣﺨﺘﺒﹺﻂ ﺘ،ﻈﻢﹴ ﻴ،ﺮﹺ ﻣﻨ ﻰ ﻏﹶ ﺹ ﺍﳌﻨﺎﺭﺴِﺝﺮﹴﻭﻣﻌﻨ ﻣﻨﻜﹶ
najisﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، khamrﺳﺘﻬﺎ ﻋﻨ ﺪ ﻋﻠﹶﻤﺎﺀِ ﺍﻟﹾ ﺨﺘﻠﹶﻒ ﻓﻲ ﻧﺠﺎ ﺃﻥﱠ ﺍﻟﹾﺨﻤﺮ ﻣ
“statusﺎ tidaknyaﺏﹺ ﺍﻟﹾﻜﹶﻠﹶﺎﻡﹺ ﻓﹶﻬﻤ adaﺫﹶﺍ ﺟﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﺿﻄﺮﺍ perbedaanﻞﹴ ﻭﺇﹺ ﻭﻣﺸﻲﹺ ﻣﺘﻤﺎﻳﹺ
di antaraﻌﺎ، ulama.ﻜﹸﺤﻮﻝﹸ ﻗﹶﻄﹾ Danﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﹾ nabizﺣﻨﹺﻴﻔﹶﺔﹶ menurutﻨﺪ ﺃﹶﺑﹺﻲ Imamﺒﹺﻴﺬﹶ ﻃﹶﺎﻫﺮ ﻋ ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨ
Abuﹰﺎﺐﹴ ﺴ
ﻨ
ﹺ ﺑ
ﹺ ﺔ
ﻴ
ﺋ
ﺍ ﺬ
ﹶ ﻐ
ﻟ
ﹾ ﺍ ﺩ
ﺍ ﻮ
ﻤ
demikianﻄﺮﺍﺏﹺ ﺍﻟﹾﺤﺮﻛﹶﺔﻣﺸﻴﺎ ﻭﻗﻴﺎﻣﺎ ﺻﺎﺭ ﺩﺍﺧﻠ
Hanifah tidaklah ﻟ
ﹾ ﺍ ﻦ
ﻣ
ﺮ
ﹴ ﻴ
ﺜ
ﻛ
ﹶ
najis, ﻲ
ﻓ
ﹶ ﺿﺩpulaﺤﻣﺎﻮﻝﹸﻭﺑﻴﻣﻦﻮﺍﺟﻮ ﻭﺍﻭﻟﹾﺇﹺﻓﹾﻜﹸﻬﺎ
alkohol. Alkoholﻓﹾﺮﹺﳒﻴﺔﹶ ﻟﹶﻴﺴﺖ tidaklahﺍﻷَﻋ ﹶﻄﺎﺭ ﺍﻹِ samaﺧﻤﺮﺍ ،ﻭﺃﹶﻥﱠ denganﺤﻮﻝﹶ ﻟﹶﻴﺲ ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﹾﻜﹸ
...
ﻲ ﺣﺪ minyakﻌﻬﻤﻮﻞﹸ ﺯﹺﻟﻳﻠﺎﺘﺩﺓﹲﻄﹾ ﻬﹺﻓﻴﺮﹺ
ﹶﻰﻧﻪﻫﻳﺬﹶﺍﺴﺘﻓﹶ ،wangiﻋﻠﻟﺄﹶ
tidakﺮﻭﻣﻣﺎﺴﺘﻘﹾﺯﺍﺬﺩﺭﹴ ﺴﻮﻜﹾﺮﹺﻏﹶﻴ، ﻲﺎﻭﹺﺗﺣﺔﺪ،ﺍﻟﻭﻫ ﻣﻓﺘﻔﹶ
khamr,
danﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ
berbahan alkoholﻤﺎ
saja,ﻜﹸﺤﻮﻝﹸ ﻛﹶ tapiﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﹾ diﻳﻮﺟﺪ )(hanyaﻭﺇﹺﻧ
dalamnyaﻤﺎ ﻛﹸﺤﻮﻟﹰﺎ ،
ﻭﺍﻟﺷﺴﻴﻮﻜﹾﺮﹺﻉﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﻏﹾﺮﺍﺽﹺ ﺍﻟﻄﱢﺒﻴﺔ ﻭﺍﻟﻨﻈﹶﺎﻓﹶﺔ ﻭﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎ
terdapatalkoholﻭﺟﻪﻟﻠﹾﻘﹶﻮﻝﹺ danﻉﹺ،ﻭﺃﹶﻧّﻪﻟﹶﺎ jugaﻹِﺟﻤﺎ beberapaﻫﺮﺓﺑﹺﺎ bahanﻦﺍﻟﹾﻤﻮﺍﺩﺍﻟﻄﱠﺎ ﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎﻣ
lainnya
yangﻮﻣﻨﻔﻲﺑﹺﻨﺺ suci.ﺮﺝﹺ،ﻭﻫ Sehinggaﺏﹺﺍﻟﹾﺤ tidakﺑﹺﻨﺠﺎﺳﺘﻪﻣﻦﺑﺎ adaﻞﹸﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹶ ﻳ ﺠﻌ
alasan bagiﻤﺮﹺ )ﺗﻔﺴﲑ pendapatﺔ ﺍﻟﹾﺨ yangﻘﹶﺎﺋﻠﻴﻦ ﺑﹺﻨﺠﺎﺳ menyatakanﻋﻨﺪ ﺍﻟﹾ ﺑﹺﻨﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﺣﺘﻰ
ﺨﻤﺮ ﻣﺨﺘﻠﹶﻒ ﻓﻲ ﻧﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﻋﻠﹶﻤﺎﺀِ ﺍﻟﹾﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﺍﻟﹾﺃﻘﹸﻥﱠﺮﺁﺍﻟﹾﻥ.
alkohol adalah najis, bahkan
ﺍﳌﻨﺎﺭﺝﺹ(،، bagi orang
yangﺎ، menyatakanﻝﹸ ﻗﹶﻄﹾﻌnajisnyaﻴﻔﹶﺔﹶ ﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﹾﻜﹸﺤﻮ ”khamrﻋﻨﺪ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺣﻨﹺ (Tafsirﻴﺬﹶ ﻃﹶﺎﻫﺮ ﻭﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨﺒﹺ
ﺖ
)al-Manar ﺿﺍﺘﻬﻷَﺎﻋﹺﺑﻄﹶﺎﺸﺭ ﻲﺍﺀٍﻹِﻓﹾﻣﺮﹺﻦﳒﻴﺍﻟﺔﹶﺘﻟﹶﻔﹾﻴﺼﺴﻴﻞﹺ ﺲﻟﹾﻜﹸﺧﺤﻤﻮﺮﻝﹺﺍ،ﻭﻋﺃﹶﺮﻥﱠ ﻫﻭﺃﹶﺬﻩﻥﱠﺍﻟﹾﻫﻜﹸﻲ ﺤﻣﻮﻌﺮﻝﹶ ﻛﹶﻟﹶﻴﺔﹸ ﺍ
ﻭﺍﻟﹾﻜﹸﺤﻮﻝﹸ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻓﹶﻲ ﻛﹶﺜﻴﺮﹴ ﻣﻦ ﺍﻟﹾ ﻤﻮﺍﺩ ﺍﻟﹾﻐﺬﹶﺍﺋﻴﺔ ﺑﹺﻨﹺﺴﺐﹴ
ﺣﺮﻣﻳﺔﻮ ﺟﺷﺪﺮﺑﹺﻓﻪ،ﻲ ﺼﺇﹺﻧﻮﻤﺭﺎﺓﹸ ﻳﻋﻮﻨﻪﺟ،ﺪﻭﻓﻴﻫﻬﻮﺎ ﺍﻣﻟﹾﺘﻔﹶﻜﹸﻖﺤ ﻮﻋﻝﹸﻠﹶ ﻰﻛﹶﻤﺎ ﺤﻮﺢﻟﹰ ﺎ،ﺍﻟﻭ ﻟﺘﺘﻛﹸﻀ
ﻣﺘﻔﹶﺎﻭﹺﺗﺔ ،ﻭﻫﻮ ﻏﹶﻴﺮ ﻣﺴﺘﻘﹾﺬﺭﹴ ،ﻟﺄﹶﻧﻪ ﻳﺴﺘﻌﻤﻞﹸ ﻟﻠﺘﻄﹾﻬﹺﻴﺮﹺ ...
ﻉﹺﹾﻟ،ﻤﻭﺃﹶﺨﻧّﻠﹸﻪﻮﻟﹶﻃﹶﺎﺔ ﻭﺑﹺﻪﺟ،ﻪﻟﻠﹾﻭﻟﹶﻘﹶﻌﻮﻞﱠﻝﹺ ﻒﻣﻓﻦﺍﻲﻟﹾﻤﻃﹶﻮﺍﻬﺩﺎﺭﺗﺍﻟﻪﻄﱠﺎﻫﻫﻮﺮﺓﺑﹺﻭﺍﺎﻟﹾﻌﻹِﻄﹸﺟﻮﻤﺎﺭﹺ ﺍ ﻣﻏﹶﻴﺨﺘﺮﹺﻠﹶﻫﺎ
ﻭﺷﻴﻮﻉ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﻏﹾﺮﺍﺽﹺ ﺍﻟﻄﱢﺒﻴﺔ ﻭﺍﻟﻨﻈﹶﺎﻓﹶﺔ ﻭﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎ
ﺗﻔﺴﲑ ﺐﻤﺮﹺﻭﺍﻟ)ﺘﻄﹾﻬﹺﻴﺮﹺ ﻣﺑﹺﻨﻦﺠﺎﺍﻟﺘﺳﻴﺘﻬﺴِﺎﻴﺮﹺ ﺣﺑﺘﻌﻰﺪ ﻋﺷﻨﻴﺪﻮ ﻉﹺﺍﻟﹾﻘﹶﺍﺎﺋﺳﻠﺘﻴﻌﻦﻤﺎﻟﺑﹺﻨﻪ ﺠﻓﺎﻲﺳﺔﺍﻟﺍﻟﹾﻄﹼﺨ
ﻳﺠﻌﻞﹸﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹶﺑﹺﻨﺠﺎﺳﺘﻪﻣﻦﺑﺎﺏﹺﺍﻟﹾﺤﺮﺝﹺ،ﻭﻫﻮﻣﻨﻔﻲﺑﹺﻨﺺ
ﻭ(ﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎ ،ﺍﻟﹾﻤﻴﻞﹶ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹺ ﻄﹸ،ﻮﺭﹺ ،ﻭﺍﹾﻟﻌ ﺨﺘﻠﻔﹶﺔﹾ ﺹ ﺍﳌﻨﺎﺭﺤﺎﻟﻴﺝﻞﹺﺍﻟﹾﻤ ﻭﹺﺍﻟﺘ
ﺍﻟﹾﻘﹸﺮﺁﻥ.
“alkohol terdapatﺭّﺓ ،ﻭﺇﹺﻥﹾ ﻛﹶﺎﻥﹶ diﺍﻟﺴﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻀﺎ banyakﺍﻟﹾﻤﻮﺍﺩ bahanﺃﹶﻥ ﻋﺪ ﻣﻦ ﺑﹺﻄﹶﻬﺎﺭﺗﻪ
ﺐﹴ danﺍﺮﻟﹾﻐﻣﺘﺬﹶﺍﻔﹶﺋﻴﻖﹴﺔﺑﹺﻋﻨﹺﻠﹶﻴﺴﻬﺎ،
makanan minumanﺍﺳﻟﹾﺘﻬﻤﺎﻮﺍﺩﻏﹶﻴ
ﺨﻤﻲﺮﹺﻓﻛﹶﺈﹺﺜﻴﻥﱠﺮﹴﻧﻣﺠﻦﺎ denganﻓﹶ
kadarﻞﹸﻮﺃﹶﻝﹸﺣﻴﻣﺎﻧﻮﺎ ﺟﻮﻛﹶﺎﺩﻟﹾ ﻳﻭﺍﺴﻟﹾﺘﻌﻜﹸﻤﺤ
yang berbeda-beda.ﺍﻟﺘﻔﹾﺼﻴﻞﹺ
Alkoholﻋﺮﺿﺘﻬﺎ ﹺﺑﺸﻲﺀٍ ﻣﻦ ituﺍﻟﹾﻜﹸﺤﻮﻝﹺ bukanlahﻌﺮﻛﹶﺔﹸ ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﻣ
...
zat yangﺮﹺﺻﻘﺮ، ﻋﻄﻴﺔﻬﹺﻴ
kotor,ﻞﹸ)ﻟﻠﺘﻄﹾ karenaﻴﻪﺮﹺﻳﺍﹾﻟﺴﻌﺘﻨﻌﻤ
ﺐﹺ ﺖ ﻣiaﻦﺴﺘﻘﹾﻏﹶﻴﺬﺮﹺﺭﹴ،ﻋﻟﺄﹶﺼﻧ dipergunakanﺮ
ﻭﻣﺑﹺﺘﻔﹶﺨﺎﺎﻭﹺﺗﺻﺔﺔ،ﺍﻭﻥﹾﻫﻮﻛﹶﺎﻧﻏﹶﻴ
bahanﻣﺔ ﺷﺮﺑﹺﻪ، danﻪ ،ﻭﻫﻮ ﻣﺘﻔﹶﻖ ﻋﻠﹶﻰ ﺣﺮ seringnyaﻮﺭﺓﹸ ﻋﻨ ﻟﺘﺘﻀﺢ ﺍﻟﺼ
untukﺎ pembersih..ﺒﻴﺔ ﻭﺍﻟﻨﻈﹶﺎﻓﹶﺔ ﻭﻏﹶﻴﺮﹺﻫ ﺽﹺ ﺍﻟﻄﱢ ( ﺍ
ﳊﻴﺎﺓ،ﻟﹾﺄﹶﻏﹾﺮ ﻭﻣﺸﺎﻛﻞﻪﺍﻓﻲ ﺍ ﺍﻹﺳﻼﻡﻉﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟ ﻭﺷﻴﻮ
alkohol dipakaiﺑﹺﻪ ،ﻭﻟﹶﻌﻞﱠ untukﺍﹾﻟﻤﺨﻠﹸﻮﻃﹶﺔ kepentinganﻭﺍﻟﹾﻌﻄﹸﻮﺭﹺ medis,ﻓﻲ ﻃﹶﻬﺎﺭﺗﻪ ﻫﻮ ﻣﺨﺘﻠﹶﻒ
ﺺ kebersihan danﺝﹺ،ﻭﻫﻮﻣﻨﻔﻲﺑﹺﻨ lainnyaﺏﹺﺍﻟﹾﺤﺮ menjadikanﺠﺎﺳﺘﻪﻣﻦﺑﺎ ﻳﺠﻌﻞﹸﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹶﺑﹺﻨ
pendapat
yangﺐ ﻭﺍﻟﺘﻄﹾﻬﹺﻴﺮﹺ menajiskanﻓﻲ ﺍﻟﻄﹼ alkoholﻴﻮﻉﹺ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ sebagaiﺮﹺ ﺑﻌﺪ ﺷ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻴﺴِﻴ
sesuatu yang berat, dan itu bertentangan ﺍﻟﹾﻘﹸﺮﺁﻥ.
ﻭﹺﺍﻟﺘﺤﺎﻟﻴﻞﹺ ﺍﻟﹾﻤﺨﺘﻠﻔﹶﺔﹾ ﻭﺍﹾﻟﻌﻄﹸﻮﺭﹺ ﻭﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎ ،ﺍﻟﹾﻤﻴﻞﹶ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹺ
”dengan nash al-Quran
ﺑﹺﻄﹶﻬﺎﺭﺗﻪ ﺃﹶﻥ ﻋﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﹾﻤﻮﺍﺩ ﺍﻟﺴﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻀﺎﺭّﺓ ،ﻭﺇﹺﻥﹾ ﻛﹶﺎﻥﹶ
ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﻣﻌﺮﻛﹶﺔﹸ ﺍﻟﹾﻜﹸﺤﻮﻝﹺ ﻋﺮﺿﺘﻬﺎ ﺑﹺﺸﻲﺀٍ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻔﹾﺼﻴﻞﹺ
ﻳﺴﺘﻌﻤﻞﹸ ﺃﹶﺣﻴﺎﻧﺎ ﻛﹶﺎﻟﹾﺨﻤﺮﹺ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﻧﺠﺎﺳﺘ ﻬﺎ ﻏﹶﻴﺮ ﻣﺘﻔﹶﻖﹴ ﻋﻠﹶﻴﻬﺎ،
ﻟﺘﺘﻀﺢ ﺍﻟﺼﻮﺭﺓﹸ ﻋﻨﻪ ،ﻭﻫﻮ ﻣﺘﻔﹶﻖ ﻋﻠﹶﻰ ﺣﺮﻣﺔ ﺷﺮﺑﹺﻪ،
ﻭﺑﹺﺨﺎﺻﺔ ﺍﻥﹾ ﻛﹶﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﻏﹶﻴﺮﹺ ﻋﺼﻴﺮﹺ ﺍﹾﻟﻌﻨﺐﹺ )ﻋﻄﻴﺔ ﺻﻘﺮ،
ﻣﺨﺘﻠﹶﻒ ﻓﻲ ﻃﹶﻬﺎﺭﺗﻪ ﻫﻮ ﻭﺍﻟﹾﻌﻄﹸﻮﺭﹺ ﺍﹾﻟﻤﺨﻠﹸﻮﻃﹶﺔ ﺑﹺﻪ ،ﻭﻟﹶﻌﻞﱠ
ﺍﻹﺳﻼﻡﻭﻣﺸﺎﻛﻞﺍﳊﻴﺎﺓ(،
ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻴﺴِﻴﺮﹺ ﺑﻌﺪ ﺷﻴﻮﻉﹺ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﹼﺐ ﻭﺍﻟﺘﻄﹾﻬﹺﻴﺮﹺ
ﻭﹺﺍﻟﺘﺤﺎﻟﻴﻞﹺ ﺍﻟﹾﻤﺨﺘﻠﻔﹶﺔﹾ ﻭﺍﹾﻟﻌﻄﹸﻮﺭﹺ ﻭﻏﹶﻴﺮﹺﻫﺎ ،ﺍﻟﹾﻤﻴﻞﹶ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻝﹺ
ﺑﹺﻄﹶﻬﺎﺭﺗﻪ ﺃﹶﻥ ﻋﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﹾﻤﻮﺍﺩ ﺍﻟﺴﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻀﺎﺭّﺓ ،ﻭﺇﹺﻥﹾ ﻛﹶﺎﻥﹶ
692 ﻳﺴﺘﻌﻤﻞﹸ ﺃﹶﺣﻴﺎﻧﺎ ﻛﹶﺎﻟﹾﺨﻤﺮﹺ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﻧﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ﻏﹶﻴﺮ ﻣﺘﻔﹶﻖﹴ ﻋﻠﹶﻴﻬﺎ،
ﻭﺑﹺﺨﺎﺻﺔ ﺍﻥﹾ ﻛﹶﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﻏﹶﻴﺮﹺ ﻋﺼﻴﺮﹺ ﺍﻟﹾﻌﻨﺐﹺ )ﻋﻄﻴﺔ ﺻﻘﺮ،
،ﺑﹺﻪﺮﺷ ﺔﻣﺮﺣ ﻠﹶﻰﻋ ﻔﹶﻖﺘﻣ ﻮﻫﻭ ،ﻪﻨﻋ ﺓﹸﺭﻮﺍﻟﺼ ﺢﻀﺘﺘﻟ
ﻞﱠﻟﹶﻌﻭ ،ﺑﹺﻪ ﻃﹶﺔﻠﹸﻮﺨﺍﻟﹾﻤ ﺭﹺﻄﹸﻮﺍﻟﹾﻌﻭ ﻮﻫ ﻪﺗﺎﺭﻃﹶﻬ ﻲﻓ ﻠﹶﻒﺘﺨﻣ
ﺍﻟﻄﹼﺐ ﻲﻓFATWA
ﺮﹺﻄﹾﻬﹺﻴﺍﻟﺘﻭHIMPUNAN ﻪﺎﻟﻤﻌﺘﺳMAJELIS
ﺍ ﻉﹺﻮﻴﺷULAMA
ﺪﻌﺑ INDONESIA
ﺮﹺﺴِﻴﻴﺍﻟﺘ ﻦﻣ
ﻝﹺﺍﻟﹾﻘﹶﻮ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﻞﹶﻴﺍﻟﹾﻤ ،ﺎﺮﹺﻫﻏﹶﻴﻭ ﺭﹺﻄﹸﻮﺍﹾﻟﻌﻭ ﻔﹶﺔﹾﻠﺘﺨﺍﻟﹾﻤ ﻞﹺﻴﺎﻟﺤﻭﹺﺍﻟﺘ
ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺇﹺﻥﹾﻭ ،ّﺓﺎﺭﻭﺍﻟﻀ ﺔﺎﻣﺍﻟﺴ ﺍﺩﻮﺍﻟﹾﻤ ﻦﻣ ﻋﺪ ﺃﹶﻥ ﻪﺗﺎﺭﺑﹺﻄﹶﻬ
،ﺎﻬﻠﹶﻴﻋ ﻔﹶﻖﹴﺘﻣ ﺮﻏﹶﻴ ﻬﺎ ﺘﺎﺳﺠﻧ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺮﹺﻤﻛﹶﺎﻟﹾﺨ ﺎﺎﻧﻴﺃﹶﺣ ﻞﹸﻤﻌﺘﺴﻳ
،ﺻﻘﺮ )ﻋﻄﻴﺔ ﺐﹺﻨﺍﹾﻟﻌ ﺮﹺﻴﺼﻋ ﺮﹺﻏﹶﻴ ﻦﻣ ﺖﻛﹶﺎﻧ ﻥﹾﺍ ﺔﺎﺻﺑﹺﺨﻭ
(،ﺍﳊﻴﺎﺓﻭﻣﺸﺎﻛﻞﺍﻹﺳﻼﻡ
“Saya telah menjelaskan secara rinci
alasan perbedaan pendapat terhadap
najis-tidaknya alkohol. Walaupun semua
ulama sepakat bahwa alkohol haram
diminum tapi dalam hal najis-tidaknya
para ulama berbeda pendapat, termasuk
minyak wangi yang tercampur alkohol.
Dengan alasan sering dipakainya alkohol
dalam medis, kebersihan, minyak wangi,
dan sebagainya maka menurut saya lebih
meringankan apabila memakai pendapat
yang menyatakan alkohol tidak najis.
Dengan begitu alkohol disamakan dengan
zat beracun yang membahayakan. Dan
jika alkohol difungsikan sama dengan
khamr, maka dalam hal inipun para ulama
tidak semua sepakat tentang kenajisan
khamr, khususnya yang terbuat dari selain
perasan anggur.” (Syeikh Athiyyah Shaqar,
al-Islam wa Masyakil al-Hayah, hal. 45)
6. Penjelasan dari LP POM MUI dalam rapat
Tim Gabungan Komisi Fatwa dan LP POM
bahwa :
2) Secara kimiawi, alkohol tidak hanya
terdiri dari etanol, melainkan juga
mencakup senyawa lain, seperti metanol,
propanol, butanol, dan sebagainya.
Hanya saja etanol (dengan rumus kimia
C2H5OH) banyak digunakan untuk
produksi produk pangan, obat-obatan
dan kosmetika. Namun etanol (atau etil
alkohol) di dunia perdagangan dikenal
dengan nama dagang alkohol.
3) Dilihat dari proses pembuatannya,
etanol dapat dibedakan menjadi etanol
hasil samping industri khamr dan
etanol hasil industri non khamr (baik
merupakan hasil sintesis kimiawi dari
693
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
694
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketiga : Rekomendasi
4. Pemerintah agar melarang peredaran minuman beralkohol di
tengah masyarakat dengan tidak memberikan izin pendirian pabrik
yang memproduksi minuman tersebut, dan tidak memberikan izin
untuk memperdagangkannya, serta menindak secara tegas pihak
yang melanggar aturan tersebut.
5. Para cendekiawan agar mengembangkan ilmu dan teknologi
sehingga penggunaan alkohol sebagai pelarut obat dalam dan luar,
escense, pewarna, dan kosmetika dapat digantikan dengan bahan
alternatif lain.
695
BIDANG POM DAN IPTEK
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
696
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 40 Tahun 2018
Tentang
PENGGUNAAN ALKOHOL/ETANOL UNTUK BAHAN OBAT
صلَّى اللَّوُ َملَْس ِو َا َسلَّ َم َم ِن ِ ِ ْ َن طَا ِر َق بن سوي ٍد َّ أ
َّ ِاْلُ ْعف َّي َرض َي اهللُ َمْنوُ َسأ ََل الن
َ َّب َْ ُ َ ْ
س
َْل َّو
ُ صِ "إ: فَ َق َال،َصنَ عُ َها لِلدَّا ِاء
ْ إََِّّنَا أ: فَ َق َال،انَ َع َها
ْ َالَ ْرْم ِ فَنَ َهاهُ أ َْا َك َِه أَ ْن ي
ْ
َ َ
"ٌبِ َد َا ٍاء َالَ ِكنَّوُ َداء
“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy R.A bertanya kepada
Nabi SAW tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk
membuatnya. Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya
membuatnya untuk obat. Kemudian Nabi SAW bersabda:
“Sesunggunya (khamar) itu bukan obat, melainkan penyakit”. (HR.
Muslim)
ِ َاص ىا امعتِ ِ ِ
اَ َىا َ َالَ ْرْمَ َا َشا ِربَ َها َا َساقسَ َها َابَائ َع َها َاُمْبت
ْ ُ َ َ َ ام َها َا َم ْ ُلَ َع َن اللَّو
) َا َح ِاملَ َها َاالْ َرْم ْح ُرْمولَةَ إِلَْس ِو (رااه أمحد ا الطرباين من ابن مرْم
”Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya,
pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau
penyimpannya, pembawanya, dan penerimanya.” (HR. Ahmad dan
Thabrani dari Ibnu Umar, sebagaimana dalam Kitab Musnad
Ahmad, juz 2 halaman 97, hadis nomor 5716 dan kitab al-Mu'jam al-
Ausath juz 8 halaman 16 hadis nomor 7816.
ْ ُك ُّ َشَا ٍ أ
)َس َكَ فَ ُه َو َحَا ٌ (رااه البخاري من مائشة
"Setiap minuman yang memabukkan adalah haram" (HR. Bukhari,
sebagaimana dalam kitab shahih al-Bukhari juz 1 halaman 95 hadis
nomor 239)
َس َكَ َكثِريه فَ َقلِسلو َحَا (رااه أمحد اأبو داااد االرتمذي االنرائي اابن
ْ َما أ
)ماسة اابن حبان احرنو الرتمذي
“Sesuatu yang jika banyak memabukkan, maka meskipun sedikit
adalah haram.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah,
dan Ibnu Hibban. Perawi dalam sanad Hadis ini terpercaya, dan at-
Tirmidzi menganggapnya hasan).
ِ ِّ الزبِسب ِِف ِ ِ ُ َكا َن رس
ُالر َقاء فَسَ ْشَبُوُ يَ ْوَمو ُ َّ ُصلَّى اللَّوُ َملَْسو َا َسلَّ َم يُْنبَ ُذ لَوَ ول اللَّو َُ
ِِ ِ
ُض َ َش ْيءٌ أ َْىَاقَو َ ََاالْغَ َد َابَ ْع َد الْغَد فَِإ َذا َكا َن َم َراءُ الثَّالثَة َش ِبَوُ َا َس َقاهُ فَِإ ْن ف
)اسٍ َّ(رااه مرلم َم ْن ابْ ِن َمب
“Rasulullah saw pernah dibuatkan rendaman kismis (infus water)
dalam mangkok, kemudian beliau meminumnya pada hari itu dan
besoknya dan besoknya lagi. Pada sore hari ketiga, jika masih ada
sisanya, beliau saw. membuangnya.” (H.R. Muslim, dari Ibn ‘Abbas
ra)
ِ ِ ُ َكا َن رس
ْ صلَّى اللَّوُ َملَْسو َا َسلَّ َم يُْنتَبَ ُذ لَوُ أ ََّاَل اللَّْس ِ فَسَ ْشَبُوُ إِ َذا أ
َصبَ َح َ ول اللَّو َُ
ِ
ا ِ فَِإ ْن بَق َي ِ ِ
ْ ُخَى َاالْغَ َد إِ ََل الْ َع ْ ك َااللَّْس لَةَ الَِِّت ََتيءُ َاالْغَ َد َااللَّْس لَةَ ْاَأ
َ يَ ْوَموُ ذَل
ِ ِ ِ ْ َشيء س َقاه
ُب (رااه مرلم َم ْن ابْ ِن َمبَّاس َرض َي اهلل َّ ا َ َالَاد َ أ َْا أ ََمَ بِو ف ُ َ ٌْ
)َُمْنو
“Rasulullah saw dibuatkan rendaman kismis (infus water) diwaktu
petang, kemudian pada pagi harinya beliau meminumnya, kemudian
meminumnya lagi pada pagi dan malam berikutnya (hari kedua).
Demikian juga pada pagi dan petang hari berikutnya lagi (hari
ketiga) yaitu pada ashar. JIka masih ada sisanya, beliau
memberikannya kepada pembantu, atau menyuruhnya untuk
membuangnya” (H.R.Muslim dari Ibn ‘Abbas ra).
3. Kaidah Fiqhiyyah:
الض ر يزال
”Kemudaratan itu harus dihilangkan.”
الو من صبسذ الترْم أا، اأما بامتبار حقسقتها الش مسة فهي ك مرك
،القاب أا العر أا غريىا
Menurut ketentuan syara' khamr adalah setiap minuman yang
memabukkan, baik terbuat dari perasan kurma, tebu, madu atau
lainnya. (al-Majmu')
الرْم ّمرة مندصا امند مالك اأىب حنسفة اأمحد اسائ العلرْماء اما ما
حكاه القاضى أبو الطسب اغريه من ربسعة شسخ مالك ادااد اهنرْما قاما
ىي طاى ة اان كاصت حم مة كالرم الذى ىو صبات اكاْلشسش املرك
اصق الشسخ أبو حامد اماْجاع ملى ّماستها
“Khamr itu najis menurut pendapat kami (Syafi’iyyah), Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan para ulama lainnya,
kecuali pendapat yang dilansir oleh qadhi Abu Thayyib dan
lainnya berdasarkan pendapat Imam Rabi’ah, guru Imam Malik,
dan Imam Daud adh-Dhohiri yang menyatakan khamar tidak
najis (suci) walaupun tetap haram, seperti racun dari tumbuhan,
seperti hasyisy yang memabukkan. Dan syaikh Abu Hamid al-
Ghazali melansir pendapat bahwa najisnya khamar merupakan
ijma`” (al-Majmu` Syarh al-Muhadhab)
MEMUTUSKAN
1. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi. (UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan).
2. Makanan adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau
minuman, tidak termasuk obat.
3. Khamr adalah setiap minuman yang memabukkan, baik dari
anggur atau yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak.
4. Alkohol adalah etil alkohol atau etanol, suatu senyawa kimia
dengan rumus (C2H5OH).
5. Minuman beralkohol adalah:
Ketiga : Rekomendasi
1. Meminta kepada Pemerintah untuk menjamin ketersediaan obat-
obatan yang suci dan halal sebagai bentuk perlindungan terhadap
keyakinan keagamaan.
2. Pelaku usaha dan pihak-pihak terkait untuk memperhatikan unsur
kehalalan obat dan tidak serta-merta menganalogikan penggunaan
obat sebagai kondisi darurat.
3. Untuk mengetahui secara pasti kehalalan obat-obatan harus melalui
sertifikasi halal.
4. LPPOM harus menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam
pelaksanaan sertifikasi halal obat.
5. LPPOM diminta untuk tidak mensertifikasi halal obat-obatan yang
berbahan haram dan najis.
6. Menghimbau kepada masyarakat agar dalam dalam pengobatan
senantiasa menggunakan obat yang suci dan halal.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata dibutuhkan perbaikan, akan diperbaiki
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat
mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Muharram 1440 H
26 September 2018 M
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS MM., M.Ag.
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 47 Tahun 2018
Tentang
PENGGUNAAN PARTIKEL EMAS DALAM PRODUK KOSMETIKA
BAGI LAKI-LAKI
آد َيم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْيم ِعْن َيد ُك ٍّيل َم ْس ِج ٍيد َوُكلُوا َوا ْشَربُوا َوَيل تُ ْس ِرفُوا
َ ن يَابَِ ي
]13 :ي [األعراف إِن يَّوُ َيل ُُِيبي الْ ُم ْس ِرفِ َي
Wahai anak cucu Adam, pakailah perhiasan yang bagus
pada setiap masuk mamsjid, makan dan minumlah
tetapi janganberlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf, 7: 13)
ٍّ ات ِم َين
الرْزِي
ق قُ ْلي ج لِعِبَ ِاديهِ َوالطَّيٍّبَ ِي
َخَر َي
ْتأ قُ ْيل َم ْين َحَّرَيم ِزينَيةَ اللَِّيو الَِّ ي
ص يةً يَ ْوَيم الْ ِقيَ َام ِية َك َذلِ َي
ك ِ ِ ْ ف
َ اْلَيَ ياة الدنْيَا َخال ين َآمنُوا ِ ي ِى َيي لِلَّ ِذ َي
]13 :ات لَِق ْوٍيم يَ ْعلَ ُمو َين [األعراف ص ُيل ْاْليَ ِي ٍّ نُ َف
"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba -
اْلَبَائِ َي
]317 : [األعراف... ث َوُُِيلي ََلُُيم الطَّيٍّبَ ِي
ْ ات َوُُيٍَّرُيم َعلَْي ِه ُيم
..." dan ia (Nabi) mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk..." (QS. al-A`raf [7]: 157).
أنيرسولياهلليصلَّىياهللُي
َ عنيعبدياهلليبنيعباسير ِض َي ي
ياهللُ َعْن ُه َما َ
يفنزعو يفطرحوي،يسلَّ َم يرأى يخادتا يمن يذىب يف ييد يرجل ِ
َ َعلَْيو َيو
(يعمد يأحدكم يإليَجرة يمن ينار يفيجعلهايفييده) فقيلي:وقال
خذي:يسلَّ َيم ِ للرجل يبعد يما يذىب يرسول ياهلل يصلَّى ياهلل
َ يعلَْيو َيو
َ ُ َ
يوقديطرحويرسولياهلليصلَّىي،ليآخذهيأبدا
َ :يقال،خادتكيانتفعيبو
يسلَّ َيم ِ اهلل
َ يعلَْيو َيو
َُ
Dari Ibnu Abbas ra disebutkan bahwa Rasulullah saw
melihat seorang laki-laki memakai cincin emas. Beliau
mencabut cincin emas itu lalu membuangnya seraya
berkata; “Apakah salah seorang diantara kamu sudi
meletakkan bara api ditangannya?” Setelah Rasulullah
saw pergi, ada yang berkata kepada lelaki itu; “Ambillah
cincinmu! Engkau dapat memanfaatkannya!” Ia berkata ;
“Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya lagi, sebab
Rasulullah telah membuangnya.” (HR. Muslim)
يصلَّىياللَّوُي ِ َ َنيرس
َ ولياللَّو ُ َ َّ ي رضيياهلليعنهمايأ ىياألَ ْش َع ِر ٍّي
ْ وس ُ َع ْنيأَِِب
َ يم
يعلَى يذُ ُكوِر يأ َُّم ِتي ِ الذ َى
َّ ياْلَ ِري ِر َيو ِ َّ ِ
َ ب ْ اس ُ َ ( ُحٍّرَم يلب:َعلَْيو َيو َسل َم يقَالي
يص ِح ٌي
يح َ يح َس ٌن
َ يثٌ ايح ِد
َ ىيى َذ َ يس
ِ
َ َوأُح َّليإلناثهم) قَ َاليأَبُويع
ِ
Dari Abu Musa Al-Asy’ary ra sesungguhnya Rasulullah saw
telah bersabda : “Telah diharamkan pakaian sutra dan
emas atas kaum laki-laki dari umatku dan dihalalkan atas
wanita-wanita muslimah mereka”. (HR. At-Turmudzi)
ي،يف يكِتَابِِو
ْ ِ احَّرَم ياهلل
َ يم ْ َيو،يف يكِتَابِِو
َ اْلََر ُام ْ ِ َح َل ياهلل َ يماأ
َ اَ ْْلََلَ ُل
ايع َفا َعْنوُي)أخرجويالرتمذييوابنيماجويعني ِ
َ َيعْنوُيفَ ُه َو يِم
َ تَ اس َك
َ َوَم
(سلمانيالفارسي
"Yang halal adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah
dalam Kitab-Nya, dan yang haram adalah apa yang
diharamkan oleh Allah dalam Kitab-Nya; sedang yang
يلعن يرسول ياهللي:عن يعبد ياهلل يبن يعباس يرضي ياهلل يعنهما يقال
.املتشبهييمنيالرجاليبالنساءيوياملتشبهاتيمنيالنساءيبالرجال
(رواهيالبخارييويأبويداوديويالرتمذييويابنيماجو)ي
Dari Abdillah ibn ‘Abbas ra. Ia berkata: “Rasulullah saw
melaknat kaum laki-laki yang menyerupakan diri dengan
perempuan, juga kaum perempuan yang menyerupakan
diri dengan laki-laki” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, al -
Turmuzi dan Ibn Majah)
ي..يأنويأذنيلشخصيأصيبيأنفويأنييضع:وقديثبتيعنو ﷺ
يبأمرهيعليوي،ًأنييتخذيمكانويفضةيفأنتنتيعليويفاختذيمكانويذىبا
يفدل يذلك يعلى يجواز يمثل يىذا ياألنف يمني،الصَلة يوالسَلم
.ينعم.يرباطيالذىبيليحرج،يسنيالذىب،الذىبيعندياْلاجة
Dalam satu riwayat Arjafah bin As’ad hidungnya
terpotong di hari peperangan Al-Kullab, maka dia
membuat hidung dari perak namun perak itu berbau dan
mengganggu dirinya, maka Nabi memerintahkannya
untuk mengganti dengan yang terbuat dari emas. (HR.
Abu Daud)
1. Kaidah fiqhiyyah :
ْ َِّارية
.ُاْلُْرَم ية ف ا األَ ْشيَ ِي
َّ اء الض َو ِي،ُاحة ِ ِ ف األَ ْشي ِي
َ َاء النَّاف َع ية ا ِإلبَ َص ُيل ِي
ْ اَأل
" Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan
hukum asal sesuatu yang berbahaya adalah haram ."
اص ِد َىا
ِ األموير ِِبََق
ُُْ
“(Hukum) Segala sesuatu tergantung pada tujuannya ”
ِ َص ُيل ِ ي
َ َف الْ ُم َع َاملَية ا ِإلب
ُاح ية ْ اَأل
“Hukum asal pada masalah mu’amalah adalah boleh ”
ِ اَألَص يل ِ ي
َ َف الْ َمنَاف ِيع ا ِإلب
ُاحية ُْ
“Hukum asal pada setiap yang bermanfaat adalah boleh”
اص ِدي
ِ ْم الْم َق ِ ِ
َ ل ْل َو َسائ ِيل ُحك ُي
“Pada wasilah (hukumnya) sebagaimana hukum pada yang
ditujunya ”
َّة َوأَ ْكلِ ِه َما ُمْن َف ِرَديْ ِين أ ْيَو َم َعي ب َوالْ ِفض ِي الذ َى ِيَّ ق ال َع ْين َد ٍّي َوقَ َيع الس َؤ ُي
ك َكغَ ِْرييهِ ِم ْين َسائِِير ْاأل َْد ِويَِيةوز ذَلِ َيض َم ِام َها لِغَ ِْريِِهَا ِم ْين ْاأل َْد ِويَِية َى ْيل ََيُ ُيِ ْان
اىَير أَ ْين يُ َق َي
ال ِ ََّن الظ
اب أ َّي ْ َو،اع ِية الْ َم ِال
اجلََو ُي ِ ِ ِ ِ أ يَم َيل ََي ي
َ إضَ وز ل َما ف ييو م ْين ُُ ْ
ص ْيل ِ ث تَرت ي ِِ فِ ِييو أ َّي
ُ َوَك َذا إ ْين َيلْ َُْي،َّب َعلَْييو نَ ْف ٌع َ َ اجلََو َياز َيل َشكَّي ف ييو َحْي ُي ْ َن
اْلِ َج َارةيَ َوََْن َوَىا َيل َُْي ُرُيم ِمْن َها َّي
إل ْ َن ف ْاألَطْعِ َم ِية بِأ َّي ص ِر ُِي ِه ْيم ِ ي ِ ِمْن يو ذَلِ ي
ْ َك لتَ ُ
حتفة احملتاج ف شرح املنهاج وحواشي.ضَّير بِالْبَ َد ِين أ ْيَو الْ َع ْق ِيل َ َما
)123/ 1) الشرواين والعبادي
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PENGGUNAAN PARTIKEL EMAS DALAM PRODUK KOSMETIK
BAGI LAKI-LAKI
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. KH. MA’RUF AMIN Dr. H. ANWAR ABBAS, MM., M.Ag.
َضطُّرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِّنَ كَثِيّرًا لَيُضِلُوّنَ بِأَ ْهوَائِهِمْ بِغَيّْرِ عِلْم إِّنَ رََبك
ْ وَقَّدْ فَّصَّلَ لَكُمْ مَا حَّرَمَ عَلَيْكُمْ إِلَا مَا ا
َُهوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَّدِين
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.
Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak
menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
melampaui batas” QS Al-An’am[6]: 119.
ِوَلَا تُلْقُوا بِأَيّْدِيكُمْ إِلَى التَهْلُكَة
…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan… QS Al-Baqarah [2]: 195
ِضتُ فَ ُهوَ َيشْفِين ْ ِوَإِذَا مَّر
Fatwa tentang Obat dan Pengobatan 2
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku [Qs al-Syu’ârâ
(26): 80].
2. Hadis-hadis Nabi SAW, antara lain:
ُعَنْ أَبِي هُّرَيْ َّرةَ رَضِيَ اللَهُ عَّنْهُ عَنْ الّنَبِيِ صَلَى اللَهُ عَلَيْهِ َوسَلَمَ قَالَ مَا أَّنْزَلَ اللَهُ ٍَاءً إِلَا أَّنْزَلَ لَه
ًشِفَاء
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW: Sesungguhnya Allah tidak
menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya”. HR.
Bukhari,
ْ "تَّدَا َووْا فَإِّنَ اللَهَ عَزَ وَجَّلَ لَمْ يَضَع:َعَنْ ُأسَامَةَ بْنِ شَّرِيك أَّنَ َرسُولَ اللَهِ صَلَى اللَهُ عَلَيْهِ َوسَلَمَ قَال
"ُ الْهَّرَم:ٍَاءً إِلَا وَضَعَ لَهُ ٍَوَاءً غَيّْرَ ٍَاء وَاحِّد
“Berobatlah, karena Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan
pula obatnya, kecuali satu penyakit yaitu pikun (tua)”. HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah
،سوَيّْد الْجُعْفِيَ سَأَلَ الّنَبِيَ صَلَى اللَهُ عَلَيْهِ َوسَلَمَ عَنْ الْخَمّْرِ فَّنَهَاهُ َأوْ كَ ِّرهَ أَّنْ يَّصّْنَعَهَا ُ َأَّنَ طَا ِرقَ بْن
"ٌ "إِّنَهُ لَ ْيسَ بِ َّدوَاء وَلَكِّنَهُ ٍَاء:َ فَقَال،ِ إِّنَمَا أَصّْنَعُهَا لِل َّدوَاء:َفَقَال
“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy bertanya kepada Nabi SAW
tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk membuatnya.
Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya membuatnya untuk obat.
Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesunggunya (khamar) itu bukan obat,
melainkan penyakit”. HR. Muslim
ِ "إِّنَ اللَهَ أَّنْزَلَ الّدَا َء وَال َّدوَا َء وَجَعَّلَ لِكُّل:َ قَالَ َرسُولُ اللَهِ صَلَى اللَهُ عَلَيْ ِه َوسَلَم:َعَنْ أَبِي الّدَرٍَْاءِ قَال
"ٍَاء ٍَوَاءً فَتَّدَا َووْا وَلَا تَّدَا َووْا بِحَّرَام
“Dari Abu Darda’, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya
Allah telah menurunkan penyakit dan obat bagi setiap penyakit, maka
berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Abu
Dawud)
ِ قَّدِمَ أُّنَاسٌ مِنْ عُكّْل َأوْ عُّرَيّْنَةَ فَاجْ َت َووْا الْمَّدِيّنَةَ فَأَمَّرَهُمْ الّنَبِيُ صَلَى اللَهُ عَلَيْه:َعَنْ أَ َّنسِ بْنِ مَالِك قَال
َوسَلَمَ بِلِقَاح وَأَّنْ َيشّْرَبُوا مِنْ أَ ْبوَالِهَا وَأَلْبَاّنِهَا
“Dari Sahabat Anas bin Malik RA: Sekelompok orang ‘Ukl atau Urainah
datang ke kota Madinah dan tidak cocok dengan udaranya (sehingga
mereka jatuh sakit), maka Nabi SAW memerintahkan agar mereka
mencari unta perah dan (agar mereka) meminum air kencing dan susu
unta tersebut”. (HR. al-Bukhari)
لَا ضَّرَرَ وَلَا ضِّرَارَ (رواه أحمّد:َل قَالَ َرسُولُ اللَهِ صَلَى اللَهُ عَلَيْهِ َوسَلَم
َ عَنِ ابْنِ عَبَاس قَا
)ومالك وابن ماجه
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidak
boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)
dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).” (HR. Ahmad,
Malik, dan Ibn Majah)
3. Kaidah-Kaidah fiqh:
ُالضَّرَرُ يُزَال
“Bahaya itu harus dihilangkan”
ٍرء المفاسّد مقّدم على جلب المّصالح
“Meninggalkan kerusakan diutamakan daripada mengambilkan
kemashlahatan”.
إذا تعارضت مفسّدتاّن روعي أعظمهما ضّررا بارتكاب أخفهما
“Apabila ada dua mafsadah yang bertentangan maka dijaga bahaya
yang lebih besar di antara keduanya dengan jalan mengambil resiko
bahaya yang lebih ringan”
الضّرر األشّد يزال بالضّرر األخف
Memperhatikan : 1. Pendapat Imam Al-‘Izz ibn ‘Abd Al-Salam dalam Kitab “Qawa’id Al-
Ahkam” :
ألّن مّصلحة العافية والسالمة أكمّل من، جاز التّداوي بالّنجاسات إذا لم يجّد طاهّرا مقامها
مّصلحة اجتّناب الّنجاسة
“Boleh berobat dengan benda-benda najis jika belum menemukan benda
suci yang dapat menggantikannya, karena mashlahat kesehatan dan
keselematan lebih diutamakan daripada mashlahat menjauhi benda
najis”.
فإّن وجّده حّرمت، وإّنما يجوز التّداوي بالّنجاسة إذا لم يجّد طاهّرا يقوم مقامها: قال أصحابّنا
فهو، " " إّن اهلل لم يجعّل شفاءكم فيما حّرم عليكم: وعليه يحمّل حّديث، الّنجاسات بال خالف
وإّنما يجوز إذا كاّن: قال أصحابّنا. وليس حّراما إذا لم يجّد غيّره، حّرام عّنّد وجوٍ غيّره
. أو أخـبّر بذلك طبيب مسلم، يعّرف أّنه ال يقـوم غيّر هذا مقامه، المتّداوي عارفا بالطب
“Sahabat-sahabat kami (Pengikut Madzhab Syafi’i) berpendapat :
Sesungguhnya berobat dengan menggunakan benda najis dibolehkan
apabila belum menemukan benda suci yang dapat menggantikannya,
apabila telah didapatkan – obat dengan benda yang suci – maka haram
hukumnya berobat dengan benda-benda najis. Inilah maksud dari hadist
“ Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesehatan kalian pada sesuatu
yang diharamkan atas kalian “, maka berobat dengan benda najis
menjadi haram apabila ada obat alternatif yang tidak mengandung najis
dan tidak haram apabila belum menemukan selain benda najis tersebut.
Sahabat-sahabat kami (Pengikut Madzhab Syafi’i) berpendapat :
Dibolehkannya berobat dengan benda najis apabila para ahli kesehatan –
farmakologi- menyatakan bahwa belum ada obat kecuali dengan benda
najis itu, atau obat – dengan benda najis itu – direkomendasikan oleh
dokter muslim”.
MEMUTUSKAN
Kedua : Rekomendasi
1. Meminta kepada Pemerintah untuk menjamin ketersediaan obat-obatan yang
suci dan halal sebagai bentuk perlindungan terhadap keyakinan keagamaan, di
antaranya dengan menyusun regulasi dengan menjadikan fatwa ini sebagai
pedoman.
2. Menghimbau kepada pelaku usaha dan pihak-pihak terkait untuk
memperhatikan unsur kehalalan obat dan tidak serta-merta menganalogikan
penggunaan obat sebagai kondisi darurat.
3. LPPOM diminta untuk tidak mensertifikasi halal obat-obatan yang berbahan
haram dan najis.
4. Menghimbau kepada masyarakat agar dalam dalam pengobatan senantiasa
menggunakan obat yang suci dan halal.
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
"Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas;
dan di antara keduanya ada hal-hal yang musyta-bihat
(syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya),
kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang
siapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah
menyelamatkan agama dan harga dirinya..." (HR. Muslim).
3. Qaidah fiqhiyyah
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PENGGUNAAN PLASENTA HEWAN
HALAL UNTUK BAHAN KOSMETIK DAN OBAT LUAR
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 18 Sya’ban 1432 H
20 Juli 2011M
“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: jika lalat jatuh
di minuman kalian maka masukkan sekalian, kemudian angkat (dan
buanglah), karena di salah satu sayapnya ada penyakit dan di
sayap lainnya ada obat” HR. al-Bukhari dan Abu Dawud.
3. Kaidah fiqh:
"Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil
muktabar yang mengharamkanya."
MEMUTUSKAN
:
Fatwa tentang Pemanfaatan Bekicot untuk Kepentingan Non-Pangan 2
Dari Jabir ibn Abdillah ra dari Nabi saw beliau ditanya: “apakah
kami boleh berwudlu dari air yang bekas (minumnya) keledai?
Nabi menjawab: “Ya, boleh juga dari bekas binatang buas” (HR.
al-Baihaki)
3. Kaidah fiqh:
"Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil
muktabar yang mengharamkanya."
Madzhab kami berpendapat bahwa liur kucing itu suci dan tidak
makruh, demikian juga liur seluruh binatang seperti kuda, keledai,
binatang buas, tikus, ular, tokek dan semua hewan, baik yang dapat
dimakan atau tidak boleh dimakan. Untuk itu, liur dan keringat
seluruh jenis binatang adalah suci, tidak makruh kecuali anjing dan
babi serta yang turunan salah satu dari keduanya.
Imam al-Mawardi dalam Kitab al-Hawi Juz I halaman 56:
Seluruh jenis hewan itu suci kecuali lima hal, anjing, babi, yang
terlahir dari anjing dan babi, yang terlahir dari anjing dan hewan
suci, serta yang terlahir dari babi dan hewan suci. Akan dijelaskan
dalil kenajisannya. Hewan selain yang lima itu, baik yang melata
maupun yang terbang hukumnya suci ketika ia hidup.
Dalam Kitab Tuhfah al-Ahwadzi Juz 1 halaman 262:
Kucing dan hewan yang lebih kecil seperti tikus, musang, dan
sejenisnya yang tergolong hasyarat, bekas jilatannya suci boleh
meminum dan berwudlu dengannya, tidak makruh. Ini pendapat
kebanyakan ulama dari golongan shahabat dan tabi’in, dari ulama
Madinah, Syam, dan Kufah, kecuali Abi Hanifah. Ia berpendapat
makruh berwudlu dari bekas jilatan kucing. Tetapi jika dilakukan,
diperbolehkan.
“Cairan yang keluar dari setiap jenis hewan seperti keringat, air
liur, ingus, dan lendir adalah suci kecuali diyakini keluarnya dari
perut….”
MEMUTUSKAN
Kedua : Rekomendasi
Agar LPPOM MUI dapat menjadikan Fatwa ini sebagai pedoman dalam
melakukan sertifikasi halal produk terkait.
Dari Ibn Syihab dari ibn Mas`ud dari ibn Abbas ia berkata
bahwa suatu saat Rasulullah mendapati seekor kambing yang
telah mati, yang kemudian diberikan kepada bekas budaknya
Maimunah, isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam. Lalu
beliau bersabda, “Mengapa tidak kalian ambil manfaat dari
kulitnya?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kambing
itu (telah menjadi) bangkai”. Maka Rasulullah bersabda: “
Yang diharamkan itu memakannya” (HR al-Bukhari dari Ibnu
Abbas)
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN
TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK
DISEMBELIH SECARA SYAR’I UNTUK BAHAN
PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Hewan Halal adalah jenis hewan yang dagingnya boleh
dimakan (ma’kul al-lahm) dengan syarat terpenuhi ketentuan
syar’i, seperti disembelih secara syar’i.
2. Bangkai hewan adalah hewan yang mati dengan tanpa
disembelih atau yang disembelih dengan cara yang tidak
sesuai dengan ketentuan syar’i.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Bulu, rambut dan seluruh bagian dari anggota tubuh manusia
adalah suci, tetapi haram dimanfaatkan untuk kepentingan
pangan, obat-obatan dan kosmetika.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Fatwa tentang Penggunaan Bulu, Rambut dan Tanduk dari Hewan Halal yang Tidak Disembelih
secara Syar’i untuk Bahan Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika 5
FATWA
MAIELIS UU\MA INDONESIA
Nomor: 9 Tahun z0lt
Tentang
PENSUCIAN ALAT PRODUI$I YANG TERKENA NAIIS TWUTAWASSITHAH
(NAIIS SEDANG) DENGAN SETAIN AIR
#i #! # "-11 *'r
,;it ;"'tt'r;oJ.,7ji
t:"'"lt;i {:'; e
4dF 3,sF #t
{
Fatwa tentang Pensucian AIat Produksi yang Terkena Najis Mutawassithah 2
(Najis Sedang) dengan Selain Air
':
,# a:u;r *",*i rit c*ii : *"fli.,+,
a , 4 / et ;
I
Uf 6"vr,
f;ll "fu-
il 6T"ri v.','n5. *,-'e
"[ f JrJ
4
? J
LAk"u
Artinya: "jelasnya, benda mengkilap, keras dan kedap air
{shaqil), yang t;erkena najis wulaupun belum kering
hukumnya najis hukrni. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya
tepat, karena sesungguhnya hukumnya adalah nojis 'eini,
Pendapat tersebut dimaksudkan untuk mengcounter
pendapat yang menyatakan bahwa untuk mensucikannya
Fatws tentang Pensucian AIat Prodului yang Terkena Najis Mutawassithah 4
(Najis Sedang) dengan Selsin Air
otrt:k g:,Jr g
Artinya: "Jika najis terkena benda yang mengkilap, keras
dan kedap air (shaqil) seperti cermin dan sejenisnya maka
harus mencucinya dengan air dan tidak suci honya dengan
diusap, karens benda yang terkena najis, tidak cukup hanyo
diusop seperti bejana lainnya"
g. Pendapat ad-Dardir, ulama mazhab Maliki, dalam kitabnya
os-Syarh ol-Kabir Li ad-Dardir sbb:
MEMUTUSKAN
MENETAPI(AN FATWA TENTANG PENSUCIAN AIAT PRODUKSI YANG
TERKENA NAJIS MUTAWASSITHAH INAJIS SEDANG) DENGAN
SELAIN AIR
Pertama Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
L. Najis mutawassithah adalah najis sedang yaitu najis yang
ditimbulkan karena bersentuhan dengan barang najis selain
najis mukhaffafah (najis air seni bayi laki-laki sebelum usia
dua tahun yang hanya mengonsumsi ASI), dan najis
mughallazhah fnajis babi, aniingatau turunan keduanyaJ.
2. Alat produksi adalah semua peralatan yang bersentuhan
langsung dengan bahan produk yang apabila dicuci dengan air
bisa rusak
Kedua Ketentuan Hukum
t. Menegaskannsuatu
kembali fatwa MUI nomor 4 tahun 2003 yang
berbunyi: peralatan tidak boleh digunakan bergantian
antara produk babi dan non babi meskipun sudah melalui
proses pencucien".
2. Pada prinsipnya, pensucian suatu benda, termasuk alat
produksi, yang terkena najis mutawassithah (najis sedangJ
dilakukan dengan menggunakan air.
3. Alat produksi yang terbuat dari benda keras dan tidak
menyerap naiis (tosyarub), misalnya terbuat dari besi atau
baia apabila terkena najis mutawassithah fnaiis sedang), jika
disucikan dengan menggunakan air akan merusak alat
l{n*mic'i Enlttrrt d,{.-iolin T fl'.*nt.t fntr|nr-nnJrt
Fatwa tentang Pensucian Alat Produksi yang Terkena Najis Mutawassithah 6
(Najis Sedang) dengan Selain Air
Ditetapkan di : |akarta
Pada tanggal : SB.Rabi'Ul,,AWWal_1432 H
3 Maret 2OL1 M
MATE NDONESIA
A
Ketua Sekretaris
قُ ْل ِه َي،الرْزِق
ِّ ات ِم ّنِ قُل من حَّرم ِزي نَةَ اهللِ الَِِّت أَخرج لِعِب ِاده والطَّيِب
َّ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َْ ْ
ِ ِ ِ ِ ْ لِلَّ ِذين آمنُوا ِِف
ص ُل َ َكذل،صةً يَ ْوَم الْقيَ َام ِة
ِّ ك نُ َف َ اْلَيَاة الدُّنْيَا َخال ْ َ َْ
آليت لَِق ْوٍم يَ ْعلَ ُم ْو َن
ِ ْا
"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-
hamba-Nya dan (siapakah yang mengharamkan) rezki
yang baik?' Katakanlah: 'Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan, khusus
(untuk mereka saja) di hari kiamat.' Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui" (QS. al-A`raf [7]: 32)
Fatwa tentang Penyamakan dan Pemanfaatannya 2
َ ِاْلَبَائ
ث ْ َوُُِيِّرُم َعلَْي ِه ُم
"... dan ia (Nabi) mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk..." (QS. al-A`raf [7]: 157). Maksud buruk (khaba'its) di
sini menurut ulama adalah najis.
2. Hadis Nabi SAW
a. Hadis-hadis Nabi berkenaan dengan kesucian kulit
bangkai yang telah disamak, antara lain:
صلى اهلل عليه- " وجد النيب:عن ابن عباس رضي اهلل عنهما قال
- شاة ميتة أعطيتها موالة مليمونة من الصدقة قال النيب- وسلم
قال. إهنا ميتة:هال انتفعتم جبلدها ؟ قالوا- صلى اهلل عليه وسلم
)إمنا حرم أكلها (رواه البخاري
Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Nabi saw menemukan
kambing yang merupakan sedekah kepada Maimunah
dalam keadaan mati. Nabi saw bersabda: mengapa kalian
tidak mengambil manfaat dengan kulitnya? Para sahabat
menjawab: Kambing itu telah jadi bangkai. Kemudian Rasul
saw pun menjawab: Hanya haram memakannya” (HR. Al-
Bukhari)
صلى- يب اللَّ ِه َّ أ، َع ْن َسلَ َمةَ بْ ِن الْ ُم َحبِّ ِق،ََع ْن َج ْو ِن بْ ِن قَتَ َادة
َّ ََِن ن
ٍ ِ ٍ َ ُاهلل عليه وسلم ِِف َغ ْزَوةِ تَب
َما:ت ْ َ فَ َقال،وك َد َعا ِِبَاء عْن َد ْامَرأَة
ِ ِ ِ ِ َِّ ِِ
:ت ْ َس قَ ْد َدبَ ْغت َها؟" قَال َ "أَلَْي: قَ َال،ًعْندي َماءٌ إال ِف ق ْربَةً َل َمْيتَة
. " "فَِإ ِّن ذَ َكاتَ َها ِدبَاغُ َها: قَ َال.بَلَى
Dari Jauh ibn Qatadah dari Salmah ibn Muhabbiq bahwa
rasulullah saw pada saat perang Tabuk meminta air
kepada seorang perempuan, kemudian perempuan itu
menjawab: saya tidak punya air kecuali air yang dalam
bejana kulit bangkai ini. Nabi bertanya: “Bukankah kamu
sudah menyamaknya?”, perempuan itupun menjawab:
“Tentu”. Rasulpun bersabda: “Sesungguhnya penyembelihan
kulit bangkai itu dengan menyamaknya”
َوِِف،غ ُمطَ ِّهٌر ِلِِْل ِد َمْيتَ ِة ُك ِّل َحيَ َو ٍان َّ يل َعلَى أ
َ َن الدِّبَا ِ
ٌ يث َدل
ِْ
ُ اْلَد
غ ِِف التَّطْ ِه ِْي ِِبَْن ِزلَِة تَذْكِيَ ِة َ َن الدِّبَا َّ إع َال ٌم بِأ ِ َّ ِغ ب َ تَ ْشبِي ِه ِه الدِّبَا
ْ الذ َكاة
.الذبْ َح يُطَ ِّه ُرَها َوُُِي ُّل أَ ْكلَ َها ِْ الشَّاةِ ِِف
َّ اْل ْح َال ِل؛ ِأل
َّ َن
Hadis di atas sebagai dalil bahwa penyamakan itu
mensucikan kulit bangkai seluruh jenis hewan. Dalam hal
perumpamaan penyamakan dengan penyembelihan
merupakan pemberitahuan bahwa penyamakan dalam hal
mensucikan itu sama kedudukannya dengan
penyembelihan kambing dalam penghalalan, karena
penyembelihan mensucikan kambingnya dan menghalalkan
memakannya.
أن ينتفع- صلى اهلل عليه وسلم- " أمر الرسول:عن عائشة قالت
."جبلود امليتة إذا دبغت
Dari Aisyah ra, rasulullah saw memerintahkan untuk
mengambil manfaat terhadap kulit bangkai apabila telah
disamak
ضَرَر َوالَ ِضَر َار (رواه أمحد وابن ماجه عن ابن عباس وعبادة بن
َ َال
)الصامت
"Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh
(pula) membahayakan orang lain" (HR. Ahmad dan Ibn
Majah dari Ibn 'Abbas dan `Ubadah bin Shamit).
3. Kaidah fiqh:
اص ِد
ِ لِْلوسائِ ِل حكْم الْم َق
َ ُ ُ ََ
“Ketentuan hukum pada sarana (wasilah) sebagaimana hukum
pada yang ditujunya (maqashid)”
س َوأَنَّهُ بَ ْع َد الدِّبَا َغ ِة ِ ِ ِ َّ ِِب ي ُكو ُن الدِّباغُ فَِإذَا تَ َقَّرر أ: فَصل
ٌ َن ج ْل َد الْ َمْيتَة ََن َ َ ََ ٌْ
ِّ اْلَبَ ُر بِالن
َّص ْ َاهٌر انْتَ َق َل الْ َك َال ُم فِ ِيه إِ ََل َما تَ ُكو ُن بِِه الدِّبَا َغةُ فَ َق ْد َجاء
ِ َط
َّ اه ِر إِ ََل أ
َن ِ ََّّث والْ َقر ِظ فَاخت لَف الْ ُف َقهاء فِ ِيه فَ َذهب أَهل الظ
ُْ َ َ ُ َ َ َْ َ َ ِّ َعلَى الش
َّف بِ ُك ِّل
ٌ َّف ُُمَف ٌ َّث َوالْ َقَر ِظ أَنَّهُ ُمنَش ِّ الْ َم ْع ََن ِِف الش: ََوقَ َال أَبُو َحنِي َفة
س ِ َّم ِ ِِ ْ اِلِلْ ِد وََْت ِفي ُفه جاز ِ ِِ ٍ
ْ ت به الدِّبَا َغةُ َح ََّّت بالش َ َ ُ َ ْ يف ُ َش ْيء َكا َن فيه تَْنش
ِ ِّ َن الْ َم ْع ََن ِِف الش
َُّث َوالْ َقَرظ أَنَّه َّ أ- ُ َرِمحَهُ اللَّه- ب الشَّافِعِ ُّي ِ
َ َو َذ َه، َوالنَّار
ِاهرة ِ َّ ِِ ُ تَ ْن ِشيف ف: أَح ُدها: اف ٍ اِلِْل ِد أَرب عةَ أَوص ِ
َ ضوله الط ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ث ِِف ُ ُُْيد
يب ِر ُِي ِه َوإَِزالَةُ َما ظَ َهَر َعلَْي ِه ِم ْن ُس ُهوَك ٍة ِ ِ ِ ِ ِِ
ُ تَطْي: َوالثَّاِن. َوُرطُوبَته الْبَاطنَة
ِ السب ِ ِ اْل َه ِْ اْس ِه ِم َن ِْ نَ ْقل: ث ِ
. ت َوالدَّا ِر ِش ْ ِّ اب إِ ََل ْاألَد ِمي َو ُ ُ َوالثَّال. َت ٍ َ َون
َ
فَ ُك ُّل َش ْي ٍء أَثََّر ِِف، َح َو ِال بَ ْع َد ِاال ْستِ ْع َم ِال ِِ
ْ بَ َق ُاؤهُ َعلَى َهذه ْاأل: الرابِ ُعَّ َو
ت بِِه ِ ص وقُ ُشوِر الُّرَّم ِ ِ ِ ِ ِْ
ْ ان َج َاز َ ِ اف ْاأل َْربَ َعةَ م َن الْ َع ْف َ ص َ اِل ْلد َهذه ْاأل َْو
َّث َوالْ َقَر ِظ
ِّ ِألَنَّهُ ِِف َم ْع ََن الش، ُالدِّبَا َغة
Abu Hanifah berkata: pengertian dari “syats” dan “qarazh”
adalah proses pembersihan dan pengeringan kulit hewan
dengan dengan setiap hal yang dapat membersihkan dan
mengeringkan, boleh untuk proses penyamakan hingga terik
matahari dan api.
Imam Syafii berpendapat bahwa makna “syatsts” dan “Qarazh”
itu adalah aktifitas yang dapat menjadikan kulit bangkai
memiliki empat kondisi: pertama, pengeringan sisa kotoran di
bagian luar dan basahnya kulit di bagian dalam; kedua,
mewangikan baunya dan menghilangkan bau busuk dan anyir
di permukannya; ketiga, pemindahan nama dari “ihab” (tulang
basah sebelum disamak) ke “adiim”, “as-sibt” dan al-darisy
(tulang bersih); keempat, tetap dalam kondisi semula setelah
penggunaan. Segala sesuatu yang dapat mewujudkan empat
sifat ini pada kulit hewan, seperti dedaunan dan kulit buah
delima maka boleh digunakan sebagai sarana penyamakan.
Karena hal ini satu pengertian dengan “syatsts” dan “Qarazh”.
" : - الس َال ُم َّ َعلَْي ِه- استِ ْع َمالُهُ ِم ْن َغ ِْْي َغ ْس ٍل لَِق ْولِِه ْ اِل ْل ُد طَ ُهَر َو َج َاز
ِْ
َّثِّ ب ِر ْج َسهُ َوََنَ َسهُ " فَ َج َع َل ُُمََّرَد الش ِ ِ ِّ س ِِف الش
ُ َّث َوالْ َقَرظ َما يُ ْذه َ أ ََولَْي
س ِِ ِ ِ ٍ َّ َوالْ َقَر ِظ ُم ْذ ِهبًا لِ ِر ْج ِس ِه َوََنَ ِس ِه َوِأل
َ فَلَْي، َن ُك َّل َش ْيء يَطْ ُه ُر بانْق َالبه
َّاِنِ والْو ْجهُ الث. اْلَ ْم ِر إِذَا انْ َقلَب َخ اال ْ اح ٌد يَطْ ُه ُر بِِه َك ِ لِطَهارتِِه إَِّال وجه و
ََ َ َ ٌْ َ ََ
:ت ِ ِ ِ
ْ َط ِِف ِص َّحت َها ل ِرَوايَة َمْي ُمونَةَ قَال ٌ استِ ْع َم َال الْ َم ِاء ِِف الدِّبَا َغ ِة َش ْر ْ َن َّ أ:
ش ََيُُّرو َن ٍ ْال ِم ْن قَُري ٌ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم} ِر َج ِ ِ
َ { َمَّر َعلَى َر ُسول اللَّه
ِ ِْ َشا ًة ََلم ِمثْل
َ " لَ ْو أ: صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
َخ ْذ ُُْت َ َّيبُّ ِ فَ َق َال الن. اْل َما ِر َ ُْ
َُح َال تَطْ ِه َْيه َ ظ " فَأ ُ يُطَ ِّه ُر الْ َماءُ َوالْ َقَر: فَ َق َال. ٌ إِن ََّها َمْيتَة: إِ َهابَ َها فَ َقالُوا
يسا َوالْ َماءَ أَقْ َوى تَطْ ِه ًْيا ِ ُ ََن ِج ْل َد الْميت ِة أَ ْغل
ً ظ تَ ْنج َْ َ َّ َوِأل، َعلَى الْ َم ِاء َوالْ َقَر ِظ
،ص َّ َخ ِِ ِ فَ َكا َن،
َ است ْع َمالُهُ فيه أ ْ
ِ ِ ِ ِ فَعلَى ه َذا ِِف َكي ِفيَّ ِة
ُ أَنَّه: َح ُد ُُهَا َ أ: است ْع َمال الْ َماء ِف الدباغة َو ْج َهان ْ ْ َ َ
َّث َوالْ َقَر ِظ ِ فَي، اِلِْل ُد بِالْم ِاء ِِ ِ ِ
ِّ ص ُل َع َم ُل الش َ َ ْ ْي َ يُ ْستَ ْع َم ُل ِِف إِنَاء الدِّبَا َغة ليَل
ِ ِِ ِِ ِ ِ ِْ َجي ِع أَجز ِاء ِِ إِ ََل
ُ فَيَصْي، فَيَ ُكو ُن أَبْلَ َغ ِف تَ ْنشيف َها َوتَطْهْيَها، اِل ْلد َْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِْ ُِدبا َغة
َ أَنَّهُ يَ ْستَ ْعم ُل الْ َماء: َوالْ َو ْجهُ الثَّاِن. اِل ْلد َوتَطْهْيُهُ ِبَا ََج ًيعا َم ًعا َ
، ِص الْ َماءُ بِتَطْ ِه ِْيه َّ َظ بِ ِدبَا َغتِ ِه َوََيْت ُ َّث َوالْ َقَر
ُّ ص الش َّ َبَ ْع َد الدِّبَا َغ ِة لِيَ ْخت
. س يَطْ ُه ُر بِالْغَ ْس ِل ِ َّجِ ب الن ِ الدبا َغ ِة وقَ ْبل الْغَس ِل َكالثَّو ِ
ْ ْ َ َ َ ِّ فَيَصْيُ بَ ْع َد
Ulama Syafi’iyyah berbeda bendapat apakah penggunaan air
itu menjadi syarat dalam proses penyamakan? Ada dua
pendapat. Pertama, penggunaan air tidak menjadi syarat dalam
penyamakan, dan cukup dengan hal-hal yang dapat
mengeringkan. Apabila tulang hewan sudah disamak maka ia
menjadi suci dan boleh digunakan tanpa harus dicuci dulu
karena didasarkan pada sabda nabi saw : “tidakkah dalam
syats dan qarazh itu sesuatu yang menghilangkan kotor dan
najisnya?”. Rasul saw menjadikan hanya sekedar syats dan
qarzh sebagai penghilang kotor dan najisnya kulit yang
disamak, dan karena segala sesuatu itu bisa suci dengan
perubahannya. Maka tidak terjadi proses sucinya kecuali
karena satu faktor yang menyebabkan suci, seperti khamr
apabila berubah jadi cuka. Kedua, penggunaan air merupakan
syarat sahnya proses penyamakan, didasarkan pada riwayat
Maimunah ra ia berkata: “Berpapasan dengan rasulullah saw
sekelompok orang Qurasih yang menarik kambing mereka
seperti keledai, maka Rasulullah saw bersabda: “mengapa tidak
kalian manfaatkan kulitnya”?, mereka menjawab: kambing ini
bangkai. Rasul pun menjawab: “air dan qarzh mensucikannya”.
Dengan demikian, Rasul menegaskan perubahan kesuciannya
atas air dan qarazh, dan karena kulit bangkai itu sangat kuat
penajisannya, sementara air itu sangat kuat dalam hal
pensuciannya. Untuk itu penggunaan air dalam penyamakan ini
lebih bersifat khusus.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Fatwa tentang Penyamakan dan Pemanfaatannya 7
Atas hal ini, ada dua cara penggunaan air dalam proses
penyamakan; pertama, digunakan di bejana tempat
penyamakan agar tulang melunak dengan air, lalu sampai
aktifitas pembersihan “syats” dan “qarazh” sampai seluruh
bagian kulit, sehingga bisa sangat baik dalam pembersihan dan
pensuciannya. Dengan demikian, penyamakan kulit dan
pensuciannya dilakukan secara bersama-sama. Kedua,
menggunakan air setelah proses penyamakan, tahap pertama
khusus disamak dengan “syats” dan “qarazh”, dan tahap kedua
disucikan dengan menggunakan air. Maka, status kulit setelah
penyamakan dan sebelum pensucian itu ibarat baju yang
terkena najis dapat suci setelah dibasuk untuk pensucian.
2. Pendapat Imam Ibn Nujaim dalam al-Bahr al-Raiq Syarh Kanz al-
Daqaiq” Beirut: Darul Ma’rifah, sebagai berikut:
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PENYAMAKAN KULIT HEWAN DAN
PEMANFAATANNYA
Keempat : Rekomendasi
1. Pemerintah mengatur dan menjamin produk barang gunaan yang
sesuai dengan ketentuan fatwa ini.
2. Pelaku usaha diminta untuk memastikan proses produksi barang
gunaan yang diperjualbelikan kepada umat Islam dengan
menjadikan fatwa ini sebagai pedoman.
3. Masyarakat yang hendak memanfaatkan kulit untuk kepentingan
barang gunaan hendaknya menjadikan fatwa ini sebagai pedoman.
2
PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA MEKANIS
553
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
554
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Lampiran I
1. Yang dimaksud dengan hewan dalam fatwa ini adalah hewan yang
hidup dan halal seperti sapi, kerbau, kambing dan lain-lainnya.
2. Hadits Nabi Riwayat Muslim dari Syaddad bin Aus selengkapnya:
ﻮﺍﺴِﻨﻓﹶﺄﹶﺣﻢﺘﺤﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻭﻠﹶﺔﹶﺘﺍﻟﹾﻘﻮﺍﺴِﻨﻓﹶﺄﹶﺣﻢﻠﹾﺘﻗﹶﺘﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍٍﺀﻰﺷﻛﹸﻞﱢﻠﹶﻰﻋﺎﻥﹶﺴﺍﻹِﺣﺐﻛﹶﺘﺍﻟﻠﱠﻪﺇﹺﻥﱠ
(ﻣﺴﻠﻢ)ﺭﻭﺍﻩﻪﺘﺫﹶﺑﹺﻴﺤﺮﹺﺡﻓﹶﻠﹾﻴﻪﺗﻔﹾﺮﺷﻛﹸﻢﺪﺃﹶﺣﺪﺤﻟﹾﻴﻭﺢﺍﻟﺬﱠﺑ
“Bahwanya Allah menetapkan ihsan (berbuat baik) atas tiap-
tiap sesuai (tindakan). Apabila kamu ditugaskan membunuh
maka dengan cara baiklah kamu membunuh dan apabila engkau
hendak menyemelih maka sembelihlah dengan cara baik. Dan
hendaklah mempertajam salah seorang kaum akan pisaunya
dan memberikan kesenangan kepada yang disembelinya (yaitu
tidak disiksa dalam penyembelihannya). “
555
18
616
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
621
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
622
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
623
20
632
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
635
BIDANG POM DAN IPTEK
637
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
638
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
29
STANDAR SERTIFIKASI
PENYEMBELIHAN HALAL
697
BIDANG POM DAN IPTEK
ﺍﷲ
ﻰﺍﺳﷲُﻮﻝﹸﻋﻠﹶﻴﻪ ﺻﻠﱠﺮﺭﻋﻦﺭﻋﺍﺒﻓﺪﻊﹴﺍﺑﷲِﻦﹺﺑﺧﻦﹺﺪﻳﻋﻤﺞﹴﺮﻗﹶﺎﺭﻝﹶﺿ:ﻲﻗﹶﺎﺍﻝﹶﷲُﺭﻋﻨﺳﻪﻮﻗﹶﻝﹸﺎﺍﻝﹶﷲِ:ﺃﹶﻣ
ﻱ ﻓﹶﻋﻜﹸﻦﹺﻞﹾﺍﻟﺒﻟﹶﻴﻬﺎﺋﺲﻢﹺ
ﻰﺍ:ﷲُﻣﺎﻋﻠﹶﻴﺃﹶﻪﻧﻬﻭﺮﺳﻠﱠﺍﻟﻢﺪﻡﺑﹺﺤﺪﻭﺫﹶﺍﻟﻛﹶﺸﺮﻔﹶﺎﺍﺭﹺﺳﻢﻭﺃﹶﺍﻥﹾﷲِﺗ ﻮﻋﺍﺭﻠﹶﻴﻪ
ﻭﺻﺳﻠﱠﻠﱠﻢ
ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ(ﺪﺛﹸﻚ ﺃﹶﻣﺎ ﺍﻟﺴﻦ ﻓﹶﻌﻈﹾﻢ ﻭﺃﹶﻣﺎ ﺍﻟﻈﱡﻔﹾﺮ ﺭﻭﺍﻩﺃﲪﺪﻭﻭﺳﺄﹸﺣ ﺍﻟ)ﺴﻦ ﻭﺍﻟﻈﱡﻔﹾﺮ
ﻓﹶﻤﺪﻯﺍﳊﹶﺒﺸﺔ)ﺭﻭﺍﻩﺍﳉﻤﺎﻋﺔ(
ﻟﹶﻢﺎﻤﻣﺍﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮﺗﻟﹶﺎﻭﺗﻌﺎﱃﻟﹸﻪﻗﹶﻮﺔﻴﻤﺴﺍﻟﺘﺎﺭﹺﺒﺘﺍﻋﻲﻓﻞﹸﺍﻷَﺻﻭ
ﻛﹶﺎﻥﹶﻭ ﺍﻡﺍﳊﹶﺮ ﻖﺴﺍﻟﻔﻭ ﻖﺴﻟﹶﻔ ﻪﺇﻧﻭ ﻪﻠﹶﻴﻋ ِﺍﷲ ﻢﺍﺳ ﺬﹾﻛﹶﺮﹺﻳ
ُﺍﷲﻠﱠﻰﺻﺒﹺﻲﺍﻟﻨﺃﻥﱠﻋﻨﻬﻤﺎﺍﷲﻲﺿﺭﺮﻤﻋﻦﹺﺑِﺍﷲﺪﺒﻋﻦﻋ
ﻦﺴﻳﻭ......ﻲﻤﺳ ﺢﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲﺻﻠﻰ ﺒﹺﻲﺍﻟﻨ
ﺡﻠﹾﺪﺑ ﻔﹶﻞﹶﺑﹺﺄﹶﺳ ﻞﹴﻔﹶﻴﻧ ﺑﻦﹺﺮﹴﻭﻤﻋﺑﻦ ﺪﻳﺯ ﻲﻟﹶﻘ ﻠﱠﻢﺳﻭ ﻪﻠﹶﻴﻋ
ﺮﺃﹶﻛﹾﺒ ُﺍﷲ ﻭ ِﺍﷲ ﻢﹺﺑﹺﺴ ﻝﹺﺑﹺﻘﹶﻮ ﺔﻴﻤﺴﺍﻟﺘ ﻊﻣ ﺃﹶﻱﺎﻬﻌﻣ ﺮﻜﹾﺒﹺﻴﺍﻟﺘ
ﻲﺣﺍﻟﻮ ﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻨﱯﻠﹶﻰﻋ ﺰﹺﻝﹶﻨﻳ ﺃﹶﻥﹾ ﻞﹶﻗﹶﺒ
ﻢﹺﺑﹺﺴﻗﹶﺎﻝﹶﺢﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻛﹶﺎﻥﹶﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲﺻﻠﻰﻪﺃﹶﻧﺖﺛﹶﺒﺎﻤﻟ
ﺃﹶﻥﹾﻰﻓﹶﺄﹶﺑ ﺓﹰﺳﻔﹾﺮ ﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﱯﺍﻟﻨ ﺇﱃ ﺖﻣﻓﹶﻘﹶﺪ
ﺑﹺﺄﹶﻥﱠ ﻼﹶﻑﺧ ﻟﹶﺎﻭ ﻮﻟﹸﻪ ﻘﹸﻳ ﺮﻤﻋ ﻦﺍﺑ ﻛﹶﺎﻥﹶﻭ ﺮﺃﹶﻛﹾﺒ ُﺍﷲ ﻭ ِﺍﷲ
ﻠﹶﻰﻋ ﻥﹶﻮﺤﺬﹾﺑﺗﺎﻤﻣ ﺁﻛﹸﻞﹸ ﺖﻟﹶﺴﻲﺇﹺﻧ: ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺛﹸﻢﺎﻬﻨﻣ ﺄﹾﻛﹸﻞﹶﻳ
ﺰﹺﺋﹸﻪﺠﻳِﺍﷲﻢﹺﺑﹺﺴﻝﹶﻗﹶﻮ
)ﺭﻭﺍﻩ ﻪﻠﹶﻴﻋ ِﺍﷲ ﻢﺍﺳ ﺮﺫﹸﻛ ﺎﻣ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺁﻛﹸﻞﹸ ﻟﹶﺎﻭ ﺎﺑﹺﻜﹸﻢﺼﺃﹶﻧ
ﺃﹶﻭ ﺎﺀَﻩﻌﺃﹶﻣ ﺮﺁﺧ ﺝﺮﺃﹶﺧﻭ ﺎﺍﻧﻮﻴﺣ ﺺﺨﺷ ﺢﺫﹶﺑ ﻟﹶﻮ ﻪﺒﹺﻴَﺗﻨ
“Dasar keahrusan menyebut nama (ﺒﺨﺎﺭﻱ
Allahﺍﻟ
ﺾﺤmenyembelih
ketika ﻤﺘﻳﻟﹶﻢﻒﻴﺬﹾﻓﺍﻟﺘﺄﹶﻥﱠﻟadalah
ﻞﱠﺤﻳﻟﹶﻢﺎfirman
ﻌﻣﻪﺗﺮﺎﺻAllah
ﺧﺲ“ﺨﻧ
Dan janganlah kamu memakan binatang-
binatang
ﻪﻠﹶﻴﻋ ﻱﻓﹶﺎﻟﱠﺬyang ﻛﹶﺎﺓﹸﺍﻟﺬtidakﺑﹺﻪ ﻘﹶﻊdisebut
ﻳ ﺎﻤﻴﻓ ُﺎﺀnama
ﻠﹶﻤﺍﻟﹾﻌ ﻒAllahﻠﹶﺘﺍﺧﻭ
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya
perbuatan
ﺮﻬﺃﹶﻧﻭ ﺍﺝﺩﺄﹶﻭyang
ﺍﻟﹾ ﻯﻓﹾﺮsemacam
ﺃﹶ ﺎﻣ ﻛﹸﻞﱠ ﺃﹶﻥﱠituِﺎﺀﻠﹶﻤadalah
ﺍﻟﹾﻌ ﻦﻣ ﺭsuatu
ﻮﻬﺍﳉﹸﻤ
kefasikan”
ﻰ ﻠﹶﻋﻈﹾﻢﺍﻟﹾﻌﻭ ﻦFisq
ﺍﻟﺴ ﻠﹶﺎadalah
ﺧﺎﻣ ﻛﹶﺎﺓharam.
ﺍﻟﺬﱠ ﺁﻟﹶﺎﺕ ﻦNabi ﻣ ﻮﻓﹶﻬsaw ﻡﺍﻟﺪ
ketika menyembelih juga menyebut nama
Allah….. Dan disunnahkan membaca "ﺍﻵﺛﹶﺎﺭﺕﺮﺗtakbir ﺍﻮﺗﺬﹶﺍﻫ
menyetai tasmiyah dengan mengucapkan
“Bismillahi Wallahu Akbar” sebagaimana
hadis
ﻟﹶﻢﺎﻤﻣﺍnabi
ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮﺗﺎsaw
ﻟﹶﻭﺗﻌﺎﱃ
ketika ﻟﹸﻪﻗﹶﻮbeliau
ﺔﻴﻤﺴﺍﻟﺘﺭﹺmenyembelih
ﺎﺒﺘﺍﻋﻲﻓﻞﹸﺍﻷَﺻﻭ
mengucapkan “Bismillahi Wallahu Akbar”,
demikian
ﻛﹶﺎﻥﹶﻭ ﺍﻡﺍﳊﹶﺮjuga ﻖﺴﺍﻟﻔyang
ﻭ ﻖﺴﻔdilakukan
ﻟﹶ ﻪﺇﻧﻭ ﻪﻠﹶﻴﻋ ِﷲIbn ﺍ ﻢﺳUmar.
ﺍ ﺬﹾﻛﹶﺮﹺﻳ
Tidak
ﻦﺴﻳﻭ...... adaﻲﻤperbedaan
ﺳ ﺢﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲﺻﻠﻰ
bahwa ucapan ﺒﹺﻲﺍﻟﻨ
“Bismillah” saja sudah cukup”. (Imam
al-Bahuty
ﺮﺃﹶﻛﹾﺒ ُﺍﷲ ﻭ ِﷲdalamﺍ ﻢﹺﺑﹺﺴ ﻝﹺﻮKasysyaf
ﺑﹺﻘﹶ ﺔﻴﻤﺴﺍﻟﺘ ﻊal-Qina’,
ﻣ ﺃﹶﻱﺎﻬﻌﻣjuz
ﺮﻜﹾﺒﹺﻴﺘ6ﺍﻟ
halaman 208).
ﻢﹺﺑﹺﺴﻗﹶﺎﻝﹶﺢﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻛﹶﺎﻥﹶﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲﺻﻠﻰﻪﺃﹶﻧﺖﺛﹶﺒﺎﻤﻟ
3. Pendapat
ﺑﹺﺄﹶﻥﱠ ﻼﹶﻑﺧ ﻟﹶﺎﻭImam
ﻮﻟﹸﻪ ﻘﹸﻳ ﺮﻤal-Syarbini
ﻋ ﻦﺍﺑ ﻛﹶﺎﻥﹶﻭ ﺮﻛﹾﺒdan
ﺃﹶ ُﺍﷲ ﻭIbn
ِﺍﷲ
Qudamah mengenai proses penyembelihan
hewan sebagai berikut: ﺰﹺﺋﹸﻪﺠﻳِﺍﷲﻢﹺﺑﹺﺴﻝﹶﻗﹶﻮ
ﺃﹶﻭ ﺎﺀَﻩﻌﺃﹶﻣ ﺮﺁﺧ ﺝﺮﺃﹶﺧﻭ ﺎﺍﻧﻮﻴﺣ ﺺﺨﺷ ﺢﺫﹶﺑ ﻟﹶﻮ ﻪﺒﹺﻴَﺗﻨ
ﺾﺤﻤﺘﻳﻟﹶﻢﻒﻴﺬﹾﻓﺍﻟﺘﺄﹶﻥﱠﻟﻞﱠﺤﻳﻟﹶﻢﺎﻌﻣﻪﺗﺮﺎﺻﺧﺲﺨﻧ
“Barangsiapa yang menyembelih hewan,
kemudian ada orang lain yang mengeluar-
kan isi perutnya atau menyobek lambung-
nya secara bersamaan maka hukumnya
tidak halal karena penyebab kematiannya
tidak tertentu”. (Imam al-Syarbini al-Khatib
dalam Kitab al-Iqna’ juz 2 halaman 578)
702
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
ﺡﻭﺍﻟﺮﺝﹺﺮﺨﺗﻓﹶﻠﹶﻢﻞﹺﺍﹾﳌﹸﻘﹶﺎﺗﻠﹶﻰﻋﻰﻓﹶﺄﹶﺗﺢﺫﹶﺑﺇﹺﺫﹶﺍﻭﻗﹶﺎﻝﹶﻣﺴﺄﻟﺔ
ﻛﹶﻞﹾﺆﺗ ﻟﹶﻢ ٌﺀﻲﺷ ﺎﻬﻠﹶﻴﻋ َﻰﺀﻃﻭ ﺃﹶﻭ ِﺎﺀﺍﻟﹾﻤ ﻲﻓ ﺖﻗﹶﻌﻭ ﱴﺣ
ﻱﺍﻟﱠﺬ ﺬﹶﺍﻫﻭ ﺎﺒﻏﹶﺎﻟ ﺎﻠﹸﻬﻘﹾﺘﻳ ٌﺀﻲﺷ ﺎﻬﻠﹶﻴﻋ َﻰﺀﻃﻭ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻨﹺﻲﻌﻳ
ﺎﺎﺑﹺﻨﺤﺃﹶﺻ ﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮ ﻗﹶﺎﻝﹶﻭ ﺪﻤﺃﹶﺣ ﻪﻠﹶﻴَﻋ ﺺﻧ ﻲﻗﺮﺍﻟﹾﺨ ﻩﺫﹶﻛﹶﺮ
ﺇﹺﺫﹶﺍﺎﻬﺄﹶﻧﻟِﺎﺀﺍﻟﻔﹸﻘﹶﻬﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮﹺﻝﹸﻗﹶﻮﻮﻫﻭﺬﹶﺍﺑﹺﻬﻡﺮﺤﻳﻟﹶﺎﻦﺮﹺﻳﺄﹶﺧﺘﺍﻟﹾﻤ
ﻦﺃﹸﺑﹺﻴ ﻟﹶﻮ ﻚﻛﹶﺬﹶﻟﻭ ﺖﺍﳌﹶﻴ ﻜﹾﻢﹺﺣ ﻲﻓ ﺕﺎﺭﺻ ﻓﹶﻘﹶﺪ ﺖﺫﹸﺑﹺﺤ
ﻪﺟﻭﻭ.....ﺪﻤﺃﹶﺣﻪﻠﹶﻴﻋﺺﻧﻡﺮﺤﺗﻟﹶﻢﺢﹺﺍﻟﺬﱠﺑﺪﻌﺑﺎﻬﺃﹾﺳﺭ
ﺚﻳﺪﺣ ﻲﻓﻭﺳﻠﻢﻋﻠﻴﻪﺍﷲﺻﻠﻰ ﱯﺍﻟﻨ ﻝﹸﻗﹶﻮﻲﺍﳋﹶﺮﻗ ﻝﹺﻗﹶﻮ
ﻦﺍﺑ ﻗﹶﺎﻝﹶﻭ ﺄﹾﻛﹸﻞﹾﺗ ﻓﹶﻼﹶ ِﺍﳌﹶﺎﺀﻲﻓ ﺖﻗﹶﻌﻭ ﺇﹺﻥﹾﻭ ﻢﹴﺎﺗﺣ ﻦﹺﺑ ﻱﺪﻋ
ﺄﹾﻛﹸﻠﹾﻪﺗﻓﹶﻠﹶﺎﻪﻴﻓﻕﺮﻓﹶﻐِﺍﳌﹶﺎﺀﻲﻓﻗﹶﻊﻓﹶﻮﺍﺮﻃﹶﺎﺋﻰﻣﺭﻦﻣﺩﻮﻌﺴﻣ
ﻊﻤﺘﺍﺟﻓﹶﻘﹶﺪ ﺢﹺﺍﻟﺬﱠﺑ ﻊﻣﻊﻤﺘﺍﺟﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ ﻞﹸﻘﹾﺘﻳ ﺐﺒﺳﻕﺮﺍﻟﻐﺄﹶﻥﱠﻟ
ّﻦﻴﻌﻳ ﺃﹶﻥﹾ ﻦﻣﺆﻳ ﻟﹶﺎ ﻪﺄﹶﻧﻟﻭ ﻈﹾﺮﺍﻟﹾﺤ ﻠﱠﺐﻐﻓﹶﻴ ﻡﺮﺤﻳﻭ ﺢﺒﹺﻴﻳ ﺎﻣ
ﺢﺒﹺﻴﻣ ﻦﹺﻠﹶﻴﻌﺑﹺﻔ ﺖﺟﺮﺧ ﻗﹶﺪ ﻥﹶﻜﹸﻮﻓﹶﺘ ﺡﹺﻭﺍﻟﺮ ﺝﹺﻭﺮﺧ ﻠﹶﻰﻋ
ﺃﹶﻭ ﺓﺪﺍﺣﻭ ﺎﻝﹴﺣ ﻲﻓ ﺍﻥﺮﺍﻷَﻣ ﺟﹺﺪﻭ ﻟﹶﻮﺎﻣ ﻪﺒﻓﹶﺄﹶﺷ ﻡﺮﺤﻣﻭ
ﺎﺕﻓﹶﻤﻲﺳﻮﺠﻣﻭﻢﻠﺴﻣﺎﻩﻣﺭ
Apabila ada hewan yang telah disembelih
kemudian tubuhnya bergerak dan belum
mati lantas jatuh ke air atau tertimpa
sesuatu di atasnya maka hewan tersebut
tidak dimakan, yakni tertimpa sesuatu yang
secara umum menyebabkan kematian.
Pendapat ini adalah yang disebutkan
Imam al-Kharqi sebagai pendapat Imam
Ahmad. Sementara, kebanyakan ulama
mutaakhkhirin pengikut madzhab Hanbali
menyatakan yang demikian tidak haram.
Demikian pandangan mayoritas fuqaha.
Hal ini mengingat jika sudah disembelih
maka dihukumi mati. Demikian juga
jika dipenggal kepalanya setelah
penyembelihan hukumnya tidak haram,
sebagaimana pandangan Imam Ahmad.....
Landasan Imam al-Kharqi adalah hadis
nabi saw yang diriwayatkan Imam ‘Adi bin
Hatim “Apabila hewan jatuh ke dalam air
703
BIDANG POM DAN IPTEK
704
ﻗﹶﻄﹾﻊﹺ ﺪﻌﺑ ﻛﹶﺔﺮﺍﻟﹾﺤ ﺓﹸﺪﺷ ﺓﺮﻘﺘﺴﺍﻟﹾﻤ ﺎﺓﻴﺍﻟﹾﺤ ﺔﹸﻠﹶﺎﻣﻋ ﻪﺒﹺﻴﻨﺗ
ﻉﹺﻮﻤﺠﺍﻟﹾﻤﻭﺪﺍﺋﺰﻭ ﺍﻟﻓﹶﻲﺢﺍﻷَﺻﻠﹶﻰﻋِﺀﺮﹺﻱﺍﻟﹾﻤﻭﻡﹺﻠﹾﻘﹸﻮﺍﻟﹾﺤ
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
ﺪﻌﺑ ﺓﹸﺪﻳﺪﺍﻟﺸ ﻛﹶﺔﹸﺍﳊﹶﺮ ﺓﺮﻘﺘﺍﳌﹸﺴ ﺎﺓﺍﳊﹶﻴ ِﻘﹶﺎﺀﺑ ﺍﺕﺎﺭﺃﹶﻣ ﻦﻣﻭ
5. Pendapat Wahbah al-Zuhaily
ﻡﹺﺍﻟﺪ ﺎﺭﹺﺠﻔﺍﻧﻭِﺀﻱmengenai
ﺍﹾﳌﹶﺮﹺﻭﻡﹺﺍﳊﹸﻠﹾﻘﹸﻮtata
ﻗﹶﻄﹾﻊﹺ
cara penyembelihan dengan alat modern
sebagai berikut:
ﺍﻥﻮﺍﳊﹶﻴ ﺔﻣﻘﹶﺎﻭﻣﻦﻣﻌﻒﻀﺗﻞﺎﺋﺳﻭﺍﻡﹺﺪﺨﺘﺍﺳﻦﹺﻣﺎﻧﹺﻊﻣﻟﹶﺎ
ﺎﻝﹸﻤﻌﺘﺍﺳ ﻠﹶﺎﻡﹺﺍﻹِﺳﻲﻓ ﻞﱡﺤﻳ ﻪﻠﹶﻴﻋ ًﺎﺀﺑﹺﻨ ﻭ ﻟﹶﻪ ﺐﹴﻳﺬﻌﺗ ﻥﹶﻭﺩ
ﺢﹺﺍﻟﺬﱠﺑﻞﹸﻗﹶﺒﺔﺘﻴﺍﳌﹸﻤﺮﻏﹶﻴﺛﹶﺔﺪﺤﺘﺴﺍﻟﹾﻤﺮﹺﻳﺪﺨﺍﻟﺘﻕﹺﻃﹸﺮ
“Tidak ada halangan untuk menggunakan
sarana-sarana yang memperlemah
gerakan hewan dengan tanpa penyiksaan
terhadapnya (untuk penyembelihan
hewan). Untuk itu, dalam Islam dibolehkan
menggunakan cara pemingsanan modern
(stunning) yang tidak mematikan sebelum
penyembelihan”. (Wahbah al-Zuhaily
dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, juz 4
halaman 2800).
6. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang
Penyembelihan Hewan Secara Mekanis
pada tanggal 18 Oktober 1976;
7. Keputusan Rapat koordinasi Komisi Fatwa
dan LP POM MUI serta Departemen Agama
RI, pada 25 Mei 2003 di Jakarta.
8. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4
Tahun 2003 tentang Standarisasi Fatwa
Halal.
9. Hasil Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi
Fatwa se-Indonesia II Tahun 2006 di
Pondok Pesantren Gontor Ponorogo tentang
Masalah-Masalah Kritis dalam Audit Halal.
10. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa
MUI Bidang Pangan, Obatan-obatan dan
Kosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada
12 November 2009.
11. Pendapat peserta rapat-rapat Komisi Fatwa,
yang terakhir pada tanggal 17 November
2009 dan 2 Desember 2009.
705
BIDANG POM DAN IPTEK
MEMUTUSKAN
Ketentuan Umum :
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan :
1. Penyembelihan adalah penyembelihan hewan sesuai dengan
ketentuan hukum Islam.
2. Pengolahan adalah proses yang dilakukan terhadap hewan setelah
disembelih, yang meliputi antara lain pengulitan, pencincangan,
dan pemotongan daging.
3. Stunning adalah suatu cara melemahkan hewan melalui
pemingsanan sebelum pelaksanaan penyembelihan agar pada
waktu disembelih hewan tidak banyak bergerak.
4. Gagal penyembelihan adalah hewan yang disembelih dengan tidak
memenuhi standar penyembelihan.
Ketentuan Hukum :
1. Standar Hewan Yang Disembelih
a. Hewan yang disembelih adalah hewan yang boleh dimakan.
b. Hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih.
c. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan
yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan.
2. Standar Penyembelih
a. Beragama Islam dan sudah akil baligh.
b. Memahami tata cara penyembelihan secara syar’i.
c. Memiliki keahlian dalam penyembelihan.
706
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
6. Lain-Lain
a. Hewan yang akan disembelih, disunnahkan untuk dihadapkan
ke kiblat.
b. Penyembelihan semaksimal mungkin dilaksanakan secara
manual, tanpa didahului dengan stunning (pemingsanan) dan
semacamnya.
c. Stunning (pemingsanan) untuk mempermudah proses
penyembelihan hewan hukumnya boleh, dengan syarat:
1) stunning hanya menyebabkan hewan pingsan sementara,
tidak menyebabkan kematian serta tidak menyebabkan
cedera permanen;
2) bertujuan untuk mempermudah penyembelihan;
3) pelaksanaannya sebagai bentuk ihsan, bukan untuk
menyiksa hewan;
4) peralatan stunning harus mampu menjamin terwujudnya
syarat a, b, c, serta tidak digunakan antara hewan halal dan
707
BIDANG POM DAN IPTEK
Rekomendasi (Taushiyah) :
1. Pemerintah diminta menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam
penentuan standar penyembelihan hewan yang dikonsumsi oleh
umat Islam.
2. Pemerintah harus segera menerapkan standar penyembelihan yang
benar secara hukum Islam dan aman secara kesehatan di Rumah
Potong Hewan (RPH) untuk menjamin hak konsumen muslim
dalam mengonsumsi hewan halal dan thayyib.
3. LPPOM MUI diminta segera merumuskan petunjuk teknis
operasional berdasarkan fatwa ini sebagai pedoman pelaksanaan
auditing penyembelihan halal, baik di dalam maupun luar negeri.
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
708
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
14
Tentang
589
BIDANG POM DAN IPTEK
ﻫﻮﺍﻟﱠﺬﻱﺧﻠﹶﻖﻟﹶﻜﹸﻢﻣﺎﻓﻰﺍﹾﻷَﺭﺽﹺﺟﻤﻴﻌﺎ)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ (:
“Allah-lahﻪ
yangﺭﺽﹺ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﻣﻨ menjadikanﺎ ﻓﻰ ﺍﹾﻷَsemuaﻓﻰ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﻣ yangﻟﹶﻜﹸﻢ ﻣﺎ ﻭﺳﺨﺮ
ada di bumi untuk kamu sekalian” QS. al-
Baqarah ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ (: [2]: 29).ﻌﺎ) ﻠﹶ(ﻖﻟﹶﻜﹸﻢﻣﺎﻓﻰﺍﹾﻷَﺭﺽﹺﺟﻤﻴ ﺍﳉﺎﺛﻴﺔﻱ:ﺧ )ﻫﻮﺍﻟﱠﺬ
ﻰ
ﺽﹺ ﺕﺟﻤﻭﻴﻣﻌﺎﺎ ﻓﻣﻨﻪ ﻰﺍﹾﺍﻟﻷَﺴﺭﻤﻮﺍ ﺕ ﻭﻣﺎﻣﺎﻓﻓﻰ ﻰ ﺳﺍﻟﺨﺴﺮﻤﻟﹶﻮﺍﻜﹸﻢ ﺃﹶﻟﹶﻭﻢﺳ ﺗﺨﺮﺮﻭﺍﻟﹶ ﻜﹸﺃﹶﻢﻥﱠﻣﺎﺍﻟﻠﹼﻪﻓ
ﻟﻘﻤﺎﻥ ((:: ﺽﹺﺓﹰﻭﺟﺑﺎﻤﻴﻃﻌﻨﺎﺔﹰ))ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻰﻪﺍﹾﻷَﻇﹶﺎﺭﻫﺮ ﺒﻠﹶ(ﻎﹶﻖﻟﹶﻋﻠﹶﻜﹸﻴﻢﻜﹸﻢﻣﺎﻧﹺﻓﻌﻤ ﺍﳉﺎﺛﻴﺔﻱ:ﻭﺃﹶﺳﺧ ﺽﹺ ﺍﹾ)ﻫﻷَﻮﺭﺍﻟﱠﺬ
ﻰ “Allahﻪ
ﺕﺟﻤﻭﻴﻣﻌﺎﺎ ﻓﻣﻨ menundukkan untukmu semua yang
ﺽﹺ ﻰ ﺍﹾﺍﻟﻷَﺴﺭﻤﻮﺍ
)ada di langit dan di bumi (sebagai rahmat
ﺕ ﻭﻣﺎﻣﺎﻓﻓﻰ ﻰ ﺳﺍﻟﺨﺴﺮﻤﻟﹶﻮﺍﻜﹸﻢ ﺃﹶﻟﹶﻭﻢﺳ ﺗﺨﺮﻭﺍﻟﹶ ﻜﹸﺃﹶﻢﻥﱠﻣﺎﺍﻟﻠﹼﻪﻓ
ﻟﻘﻤﺎﻥ:ﺣﺮﺍﻡ(ﻭﻣ
”dari-Nyaﺎ (QS.ﻓﹶﻬﻮ al-Jasiyahﻣﺎ ﻃﻨﺣﺔﹰﺮ)ﻡ
ﻼﹶﺮﻝﹸﺓﹰﻭﺑ13).ﻪ:ﻧﹺﻓﹶﻌﻬﻤﻮﻪﻇﺣﹶﺎﻫ ﺒ(ﻓﻎﹶﻲﻋﻠﹶﻴﻛﺘﻜﹸﺎﺑﹺﻢ ﺍﳉﺎﺛﻴﺔﻞﱠ:ﻭﺍﻟﺃﹶﻠﹼﻪﺳ
ﺽﹺ ﺍﹾ)ﻣﺎﻷَﺭﺃﹶﺣ
ﺕﻥﱠ ﻭﺍﻟﻣﻠﹼﺎﻪﻓﻟﹶﻰﻢ ﺖ ﻭﺍﻋﻨﺃﹶﻪ ﻥﱠﻓﹶﻬﺍﻟﻮﻠﹼﻪﻋﻔﹾﺳﻮ،ﺨﺮﻓﹶﺎﻗﹾﻟﹶﺒﻠﹸﻜﹸﻮﺍﻢﻣﻣﺎﻦ ﻓﺍﻟﻠﹼﻰﻪ ﻋﺍﻟﺎﻓﺴﻴﺘﻤﻪﻮ،ﺍﻓﹶﺈﹺ ﺃﹶﻟﹶﺳﻢﻜﹶﺗﺮ
ﻟﻘﻤﺎﻥ:ﺣﺮﺍﻡ(ﻭﻣﺎ ﻼﹶﺮﻝﹸ ﻭﻣﺎ ﺣﺮﻡ ﻓﹶﻬﻮ ﻰﻮﻪﺍﹾﻷَﻇﺣﹶﺎﺭﻭﺍﻩﻧﹺﻓﹶﻓﻌﻬﻤ
ﻱﻭﺴﺍﻟﺃﹶﻠﹼﻲﻪﺳﺧﺒﻠﹶﻓﻎﹶﺷﻖﻴﻲﺌﻟﹶﹰﺎﻋﻠﹶﻜﹸﻴ)ﻛﺘﻢﻜﹸﺎﺑﹺﻢﻣﻪﺎ
ﺽﹺﻨﻞﱠ ﺍﹾﻳﻣﻫﺎﻷَﻜﹸﻮﺭﺃﹶﻦﺍﻟﱠﺣﻟﺬﻴ
ﺽﹺﺓﹰﺟﺑﻤﻴﻃﻌﻨﺎﺔﹰ))ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ (: ﺍﳊﺎﻛﻢﺭ(ﻫ
ﻓﻼﻢ ﻭﺣﺪ،ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻟﹶ ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ﻋﺎﻓﻴﺘﻪ kamuﻠﹼﻪ
ﻓﻼﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟ ﻓﺮﺍﺋﺾﻓﹶﺎﻗﹾﺒﻠﹸ ﻓﺮﺽﻬﻮﻋﻔﹾﻮ، ﺍﻥﻜﹶﺖ ﻋﻨﻪ ﻓﹶ ﺳ
ﺣﺪﻭﺩﺍﺎ ﻣﻨ
“Tidakkahﻪ
sesungguhnya ﻰ ﺍﹾﻷَﺭﺽﹺ ﺟﻤﻴﻌ Allahﻓ
telahﺕ ﻭﻣﺎ memperhatikanﺍﻟﺴﻤﻮﺍ ﺍﷲﻟﹶﻜﹸﻢ ﻣﺎ ﻓﻰ
menundukkan ﻭﺳﺨﺮ
ﺍﺷﻴﺎﺀ
ﻋﻦﺮﺍﻡ ﻭﻣﺎ
)untuk (kepentingan
ﻭﺳﻜﺖﻮ ﺣ ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎﺎ ﺣﺮﻡ ﻓﹶﻬ ﺍﳊﺎﻛﻢ(ﻼﹶﻝﹸﻭﻣ ﺭﻭﺍﻩﻓﹶﻬﻓﻼﻮ ﺣ
ﺍﺷﻴﺎﺀ mu
ﻭﺣﺮﻡﻲﺌﹰﺎ)ﻛﺘﺎﺑﹺﻪ
apa yang
ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎﺴﺍﻟﻠﹼﻲﻪﻓﺷﻴ
ﺍﳉﺎﺛﻴﺔ(:
ﻳﻣﺎﻜﹸﺃﹶﻦﺣﻟﻴﻨﻞﱠ
)ada
ﻓﻼﻢ di ﻟ
ﹶ ﻪ
ﻠ
ﹼ ﺍﻟ
ﺣﺪﻭﺩﺍ
langit ﻥ
ﱠ ﺈ
ﹺ ﻓ
ﹶ ،ﻪ ﺘ
ﻭﺣﺪ
dan ﻴ
ﻓ
ﺎ ﻋ
ﻪ ﻠ
ﹼ ﺍﻟ
ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ
apa ﻦ
ﻣ
yang ﺍ
ﻮ ﻠ
ﹸ
ﻓﻼ ﺒ
ﻗ
ﹾ ﹶﺎ
ﻓ
ada ،
ﻓﺮﺍﺋﺾ ﻮ ﻔ
ﹾ ﻋ
di ﻮ
ﻬ
ﻓﺮﺽ ﻓ
ﹶ
bumi ﻪ
ﻨ
ﻋ
ﺍﷲ ﺖ
danﺳﺍﻥﻜﹶ
ﻰ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺭﻭﺍﻩ ﻭﻣﺎ ﻓ
menyempurnakan ﻋﻨﻬﺎﺴﻤ)ﻮﺍﺕ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍﻰ ﺍﻟuntukmuﻣﺎ ﻓ ﻧﺴﻴﺎﻥﻟﹶﻜﹸﻓﻼﻢ ni’mat-Nyaﻠﹼﻪﻏﲑﺳﺨﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺑﻜﻢﺃﹶﻥﱠ ﺭﲪﺔﺗﺮﻭﺍ ﺃﹶﻟﹶﻢ
ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻭﺳﻜﺖ ﻋﻦ ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ ﺍﳊﺎﻛﻢ( ﺭﻭﺍﻩﻓﻼ ﻭﺣﺮﻡﺌﹰﺎ)ﺍﺷﻴﺎﺀ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎﺴﻲﺷﻴ ﻳﻜﹸﻦﻟﻴﻨ
(:dan
lahir ”batinﻟﻘﻤﺎﻥ (QS.ﻭﺑﺎﻃﻨﺔﹰ) Luqmanﻇﹶﺎﻫﺮﺓﹰ 20).ﻋﻠﹶ:ﻴﻜﹸﻢﻧﹺﻌﻤﻪ ﻣﺎﺟﺔ(ﺳﺒ ﻎﹶ ﻭﺃﺑﻮﺽﹺﻭﺃﹶ ﺍﹾﻷَﺭ
ﻓﻼ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺣﺪﻭﺩﺍ ﺭﻭﺍﻩ ﻭﺣﺪ ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ﻋﻨﻬﺎ ) ﻓﻼ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻓﻼ ﻧﺴﻴﺎﻥ ﻓﺮﺍﺋﺾ ﻣﻦ ﻏﲑ ﻓﺮﺽ ﺑﻜﻢ ﺭﲪﺔ ﺍﷲ ﺍﻥ
2. Hadis Nabi saw.:
ﺍﺷﻴﺎﺀ
ﻋﻦﺮﺍﻡ ﻭﻣﺎ ﻭﺳﻜﺖﻮﺣ ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎﺎ ﺣﺮﻡ ﻓﹶﻬ ﻓﻼﻮ ﺣﻼﹶﻝﹸ ﻭﻣ ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﹶﻬ ﺍﺷﻴﺎﺀﺍﳌﻨﺎﻓﻊﻛﺘﺎﺑﹺﻪ ﻭﺣﺮﻡﻲ ﻣﺎﺟﺔﻠﹼ(ﻪ ﻓ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎﰱﺍﻟ
ﺍﻻﺻﻞﻞﱠ ﻭﺃﺑﻮﺣ ﻣﺎ ﺃﹶ
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱﻢ ﺭﻭﺍﻩ )
ﺳﻜﹶﺖ ﻋﻨﻪ ﻓﹶﻬﻮ ﻋﻔﹾﻮ ،ﻓﹶﺎﻗﹾﺒﻠﹸﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻋﺎﻓﻴﺘﻪ ،ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻟﹶ
ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻓﻼ ﻧﺴﻴﺎﻥ ﻏﲑ ﻣﻦ ﺑﻜﻢ ﺭﲪﺔ
ﻣﺎﺟﺔ(ﺍﳌﻨﺎﻓﻊﺍﻻﺑﺎﺣﺔ ﺍﻻﺻﻞﰱ
ﻲ ﺷﻴﺌﹰﺎ)ﺭﻭﺍﻩﺍﳊﺎﻛﻢ( ﻭﺃﺑﻮﻦﻟﻴﻨﺴ ﻳﻜﹸ
ﻓﻼ “Apa-apa ﻭﺣﺪ ﺣﺪﻭﺩﺍ yang ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ dihalalkan ﻓﺮﺍﺋﺾ ﻓﻼ oleh Allah dalamﻓﺮﺽ ﺍﻥ ﺍﷲ
kitab-Nya (al-Qur’an) adalah ﺍﳌﻨﺎﻓﻊﺍﻻﺑﺎﺣﺔ halal, ﺍﻻﺻﻞﰱ apa-
ﺍﺷﻴﺎﺀﻋﻦ apa yang ﻭﺳﻜﺖ ﻭﺣﺮﻡ ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻓﻼ ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ
diharamkan-Nya, hukumnya ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ
haram, dan apa-apa yang Allah diamkan/
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺭﲪﺔ ﺑﻜﻢ ﻣﻦ ﻏﲑ ﻧﺴﻴﺎﻥ ﻓﻼ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻋﻨﻬﺎ )ﺭﻭﺍﻩ
tidak dijelaskan hukumnya, dimaafkan.
Untuk itu terimalah pemaafan-Nya, ﻣﺎﺟﺔ( sebab ﻭﺃﺑﻮ
Allah tidak pernah lupa tentang sesutu apa
pun” (HR. al-Hakim).
ﺍﻻﺻﻞﰱﺍﳌﻨﺎﻓﻊﺍﻻﺑﺎﺣﺔ
590
ﺎﻣﻭ ﺍﻡﺮﺣ ﻮﻓﹶﻬ ﻡﺮﺣ ﺎﻣﻭ ﻼﹶﻝﹸﺣ ﻮﻓﹶﻬ ﺎﺑﹺﻪﺘﻛ ﻲﻓ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻞﱠﺃﹶﺣ ﺎﻣ
ﻟﹶﻢ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠHIMPUNAN
،ﻪﺘﻴﺎﻓﻋ ﺍﻟﻠﹼﻪFATWA
ﻦﻣ ﺍﻮMAJELIS
ﻠﹸﻓﹶﺎﻗﹾﺒ ،ﻔﹾﻮULAMA
ﻋ ﻮﻓﹶﻬINDONESIA
ﻪﻨﻋ ﻜﹶﺖﺳ
(ﺍﳊﺎﻛﻢ)ﺭﻭﺍﻩﺌﹰﺎﻴﺷﻲﺴﻨﻴﻟﻜﹸﻦﻳ
ﻓﻼ ﺣﺪﻭﺩﺍ ﻭﺣﺪ ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ﻓﻼ ﻓﺮﺍﺋﺾ ﻓﺮﺽ ﺍﷲ ﺍﻥ
ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻋﻦ ﻭﺳﻜﺖ ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ ﻓﻼ ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻭﺣﺮﻡ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ )ﺭﻭﺍﻩ ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻓﻼ ﻧﺴﻴﺎﻥ ﻏﲑ ﻣﻦ ﺑﻜﻢ ﺭﲪﺔ
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan (ﻣﺎﺟﺔﻭﺃﺑﻮ
beberapa kewajiban, maka janganlah
ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﺭﺳﻮﻝ ﻋﻦ ﻋﻨﻪ ﺍﷲ ﺭﺿﻰ ﺛﻌﻠﺒﺔ ﺃﰉ ﻋﻦ
kamu sia-siakan, menentukan beberapa
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﺍﳌﻨﺎﻓﻊlanggar,ﰱﺍﻻﺻﻞ
ﻓﹶﻼﹶ ﺾﺍﺋﻓﹶﺮ ﺽjanganlah
ketentuan, ﻓﹶﺮ ﺎﻟﹶﻰﻌﺗ َﺍﷲ ﻥﱠkamu ﺇ : ﻗﺎﻝ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ
mengharamkan beberapa hal, janganlah
ﻓﹶﻼﹶ َﺎﺀrusak;
kamu ﻴﺃﹶﺷ ﻡﺮﺣﻭdan
ﺎﻫﻭﺪAllah
ﺘﻌﺗ ﻓﹶﻼﹶtidak
ﺍﺩﻭﺪﺣmenjelaskan
ﺪﺣﻭ ﺎﻫﻮﻌﻴﻀﺗ
hukum beberapa hal karena kasih sayang
ﺎﻥﻴﻧﹺﺴ ﺮﹺ ﻏﹶﻴﻦﻣbukan
kepadamu, ﻟﹶﻜﹸﻢﺔﹰﻤﺣkarena
ﺭَﺎﺀﻴﺃﹶﺷﻦlupa,
ﻋﻜﹶﺖjanganlah
ﺳﻭﺎﻫﻬﹺﻜﹸﻮﺘﻨﺗ
ﻗﻄﲎ cari-cari
kamu ﺍﻟﺪﺍﺭ ﺭﻭﺍﻩ ﺣﺴﻦ hukumnya.” ﺣﺪﻳﺚ –(HR. ﺎﻬﻨﻋTurmuzi
ﺍﺜﹸﻮﺤﺒﺗ ﻓﹶﻼﹶ
dan Ibn Majah)
ﻭﻏﲑﻩ
3. Kaidah fiqh:
ﺔﹸﺎﺣﺑﺍﻻﻊﹺﺎﻓﻨﺍﻟﹾﻤﻰﻓﻞﹸﺍﻻﹶﺻ
“Pada dasarnya segala sesuatu yang
bermanfaat adalah mubah/halal”
MEMUTUSKAN
591
adalah boleh (mubah, halal), sepanjang tidak menimbulkan
bahaya (mudarat).
Jakarta, 18 April 2000
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDOESIA
ttd ttd
592
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
PENJELASAN FATWA
TENTANG MAKAN DAN BUDIDAYA CACING & JANGKRIK
A. PENDAHULUAN
Dunia ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Penelitian
demi penelitian terus dilakukan, dan penemuan-penemuan baru
pun ditemukan. Hal-hal yang dahulu dianggap tidak berguna,
nampak sepele, bahkan mungkin menjijikkan, kini berubah
menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan diperlukan.
Sesuai dengan kemajuan zaman dan meningkatnya
kebutuhan kehidupan manusia, otak manusia nampaknya terus
berinovasi dan berkreasi untuk menemukan hal-hal baru dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya krismon dan
krismi membawa hikmah dan berkah. Bukan saja menyadarkan
manusia akan kelemahan dan kekerdilannya di tengah himpitan
dan gempuran badai kehidupan, di hadapan ke-Mahabesar-an
al-Khaliq, tetapi juga memaksa manusia untuk memeras otaknya
agar dapat survive dalam percaturan hidup dan kehidupan ini.
Di antara sekian contoh aktual dari hal tersebut ialah maraknya
budidaya cacing yang kian hari terus bertambah peminatnya.
Cacing kini telah naik derajatnya, dari binatang yang menjijikkan
yang dibenci, menjadi alat komoditas yang dapat mendatangkan
duit. Satwa melata (al-Hasyarat) bertubuh ramping itu kini telah
dinobatkan sebagai hewan multiguna. Produsen farmasi dan
kosmetik konon memakai cacing untuk beberapa produknya.
Bahkan ada obat untuk tifus yang dipopulerkan berbahan baku
cacing. Selain itu, ia pun dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah
dan menanggulangi masalah sampah. Subhanallah, Maha Suci
dan Bijaksana Allah yang menjadikan segala sesuatu tiada terlepas
dari hikmah dan faidah.
Contoh lain adalah jangkrik. Serangga yang di malam hari
sering memamerkan kebolehan suaranya yang nyaring, penuh
irama, dan indah yang oleh karenanya disebut Sharikh al-Lail
itu, kini ternyata sangat diperlukan untuk pakan burung-burung
piaraan.
Pada saat belum banyak taman burung dan pencinta yang
gandrung memeliharanya, burung-burung bebas mencari
makanan sendiri sesuai dengan seleranya. Setelah banyak taman
burung dan banyak pencinta binatang menjadikan burung
sebagai piaraan kesayangannya, kini burung-burung itu telah
Onny Untung, Majalah Trubus, No.357, Edisi Agustus 1999, h. 2
Dyah Habib/Ali Akipin, Tabloid Peluang, No. 41/Tahun I/20-26
Agustus 1999, h. 6-9.
593
BIDANG POM DAN IPTEK
menjadi makhluq yang manja, bak raja dan ratu yang tinggal di
istana indah, menyanyi dan bersukaria, dengan memaksa para
pencintanya menjadi pelayan setianya. Mau tidak mau, mereka
harus menyediakan menu makanan yang lezat dan cukup untuk
keperluan hidup kesehariannya.
Di antara jenis serangga yang disajikan sebagai menu istimewa
bangsa burung tersebut adalah jangkrik. Bahkan ada burung
tertentu yang apabila tidak diberi makanan jangkrik, suaranya
parau, tidak bagus, tetapi begitu diberi makanan jangkrik,
langsung berkicau dan manggung/bersuara nyaring dan indah.
Nampaknya kenyaringan suara jangkrik yang dimakannya itu
langsung mempengaruhi kicau dan suara si burung tersebut.
Kondisi tersebut mau tidak mau mendorong manusia untuk
memeras otaknya, agar dengan cara mudah bisa mendapatkan
jangkrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan
burung-burung piaraan kesayangannya. Dari sini muncullah
budidaya jangkrik. Dengan demikian, jangkrik yang tadinya
hanya dapat dinikmati suaranya, kini telah menjadi sesuatu yang
berharga yang membuka lapangan kerja dan mendatangkan
fulus... Subhanallah... Rabbana Makhalaqta Haza Bathila.
B. ANALISIS FIQH
Sekarang timbul pertanyaan, bagaimanakah hukum budidaya
cacing dan jangkrik tersebut menurut kacamata Fiqh Islam?
Dapatkah hal tersebut dibenarkan sepanjang kajian Fiqh?
Bukankah kedua jenis satwa tersebut termasuk ke dalam kategori
al-Khabaits atau al-Hasyarat yang menurut jumhur fuqaha’
hukumnya haram? Tulisan sederhana ini akan mencoba menjawab
persoalan tersebut.
Imam Syafi’i dalam ar-Risalah menegaskan bahwa tak satu
pun permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh umat Islam
kecuali hal itu ada solusinya (dapat diketahui status hukumnya)
dalam al-Quran al-Karim (ada yang langsung/manshush dan ada
yang tidak langsung/ghairu manshush/maskut ‘anhu). Hal yang
sama berlaku pada sunah sejalan dengan penegasan Rasul:
ﻣﻌﻪﻭﻣﺜﻠﻪﺍﻟﻜﺘﺎﺏﺍﻭﺗﻴﺖﻭﺍﱏﺍﻻ
“Ketahuilah, aku diberi kitab suci al-Qur’an, dan sunah yang
kedudukannya sama dengan al-Qur’an”.
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﻊﺍﳌﻨﺎﰱﺍﻻﺻﻞ
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﻊﺍﳌﻨﺎﰱﺍﻻﺻﻞ
Ibid.
Asy-Syafi’i, ar-Risalah, (al-Qahirah: al-Babi al-Halabi, 1947), h. 20
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, (Beirut: Dar al-Fikr, 1955), juz IV,
h. 279. ﲨﻴﻌﺎﻓىﺎﻻﺭﺽﻣﺎﻟﻜﻢﺧﻠﻖﺍﻟﺬﻯﻫﻮ
ﻣﻨﻪﲨﻴﻌﺎﺍﻻﺭﺽﰱﻭﻣﺎﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕﰱﻣﺎﻭﺳﺨﺮﻟﻜﻢ
594
ﻇﺎﻫﺮﺓﻧﻌﻤﻪﻋﻠﻴﻜﻢﻭﺍﺳﺒﻎﺍﻻﺭﺽﰱﻭﻣﺎﻓىﺎﻟﺴﻤﻮﺍﺕﻣﺎﻟﻜﻢﺳﺨﺮﺍﷲﺍﻥﺗﺮﻭﺍﺍﱂ
ﻭﺑﺎﻃﻨﺔ
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ar-Razi, al-Mahshul fi ‘Ilm al-Ushul, (Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmi-
yah, 1988), juz II, h. 39, al-Amidi, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, (Bei-
rut: Dar al-Kutub al-’Imiyah, 1985), juz IV, h. 164, Abd al-Wahhab
al-Khallaf, Mashadir at-Tasyri’ fi Ma la Nashsha Fih, (Damsyiq: Dar
al-Qalam, t.th.), h. 8 - 10.
Ibid.
Al-Asnawi, Nihayah as-Sul fi Syarh Minhaj al-Wusul, (Beirut: ‘Alam
al-Kutub, 1982), juz IV, h. 352.
Al-Ghazali, al-Mustasfa min ‘iIm al-Ushul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1967),
juz I, h. 286-287, Asy-Syatibi, al-I’tisham, (Beirut: Dar al-Ma’rifah,
1957), juz II, h. 113-115, al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1977), juz I, h. 16.
10
Abdullah Darraz, Syarh Jalil ‘ala al-Muwafaqat, (Beirut: Dar al-Ma-
layiin, 1987), juz I, h. 5-6.
595
BIDANG POM DAN IPTEK
598
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
599
BIDANG POM DAN IPTEK
ﻣﻌﻪﻭﻣﺜﻠﻪﺍﻟﻜﺘﺎﺏﺍﻭﺗﻴﺖﻭﺍﱏﺍﻻ
dahulu dengan cara apa saja, misalnya dengan dipotong lehernya,
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﻊﺍﳌﻨﺎﰱﺍﻻﺻﻞ
anggota badannya, dibakar, direndam di air panas, dihanyutkan,
dll.17 Jadi bukan disembelih dalam pengertian ﺍﻻﺑﺎﺣﺔ
syar’iﻓﻊ ﺍﳌﻨﺎﰱﻻﺻﻞ
seperti padaﺍ
sapi, kambing dan sejenisnya.
Kemudian, tentang boleh tidaknya berobat dengan hal-
hal yang haram/najis, fuqaha’ berbeda pendapat menjadi tiga
golongan sbb : 18
ﲨﻴﻌﺎﻓىﺎﻻﺭﺽﻣﺎﻟﻜﻢﺧﻠﻖﺍﻟﺬﻯﻫﻮ
2. Pendapat pertama menyatakan, boleh berobat dengan yang
ﻣﻨﻪﲨﻴﻌﺎﺍﻻﺭﺽﰱﻭﻣﺎﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕﰱﻣﺎﻭﺳﺨﺮﻟﻜﻢ
haram atau najis dalam keadaan darurat. Argumentasi
ﻇﺎﻫﺮﺓkelompok ﻭﺍﺳﺒﻎ
ﻧﻌﻤﻪﻋﻠﻴﻜﻢini ﺍﻻﺭﺽﰱﻭﻣﺎﻓىﺎﻟﺴﻤﻮﺍﺕﻣﺎﻟﻜﻢﺳﺨﺮﺍﷲﺍﻥﺗﺮﻭﺍﺍﱂ
ialah:
ii. Rasulullah SAW membenarkan Abdurrahman bin ‘Auf
memakai sutra ketika ia sedang terkena penyakit kulit.
ﻭﺑﺎﻃﻨﺔ
ﻣﻦﻓﺎﻗﺒﻠﻮﺍﻋﻔﻮ
Halﻓﻬﻮ ﻋﻨﻪmenunjukkan
ini ﻭﻣﺎﺳﻜﺖﺣﺮﺍﻡﻓﻬﻮ ﻭﻣﺎﺣﺮﻡdalam
bahwa ﺣﻼﻝﻓﻬﻮ ﻛﺘﺎﺑﻪﰱﺍﷲ
keadaan ﻣﺎﺍﺣﻞ
darurat
diperbolehkan mempergunakan yang haram.
iii. Hadis yang menyatakan ﺷﻴﺌﺎbahwa
ﻟﻴﻨﺴﻲﻳﻜﻦ ﱂﺍﷲﻓﺎﻥﻋﺎﻓﻴﺘﻪ
Rasulullah SAWﺍﷲ
ﻓﻼ ﺍﺷﻴﺎﺀ menyuruh
ﻭﺣﺮﻡ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎbeberapa
ﻓﻼ ﺣﺪﻭﺩﺍorang
ﻭﺣﺪ ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ﻓﻼ ﻓﺮﺍﺋﺾ
dari qabilah ﻓﺮﺽ ﺍﷲ
‘Urainah ﺍﻥ
yang
sedang sakit di Madinah untuk berobat dengan minum
susu
ﻋﻨﻬﺎdan
ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻓﻼkencing
air ﻧﺴﻴﺎﻥﻏﲑunta.
ﻣﻦﺑﻜﻢ ﺭﲪﺔﺍﺷﻴﺎﺀ
Mereka ﻋﻦﻭﺳﻜﺖpetunjuk
mengikuti ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ
Rasulullah dan ternyata sembuh (Muttafaq ‘alaih).
ﻣﻌﲔﻧﺺﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭﻭﻻﺑﺎﻟﺒﻄﻼﻥﺍﻟﺸﺮﻉﻣﻦﻟﻪﻳﺸﻬﺪﻣﺎﱂ
Hal ini menunjukkan bahwa berobat dengan yang najis/
haram itu boleh pada saat tidak ada ﺍﷲﺣﻜﻢ ﻓﺜﻢyang
pilihan ﺍﳌﺼﻠﺤﺔlain.
ﻛﺎﻧﺖﺍﻳﻨﻤﺎ
3. Pendapat kedua menyatakan, ﺍﳌﻀﺎﺭ haram secara
/ﺍﳌﻔﺎﺳﺪﻭﺩﻓﻊﺍﳌﺼﺎﱀ mutlak.
ﺟﻠﺐ
Argumentasi kelompok ini ialah:
a. Hadis riwayat Abu Dawud bahwa ﺍﳋﻤﺲNabi
ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﻳﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﶈﺎﻓﻈﺔ
bersabda:
ﲝﺮﺍﻡﺗﺘﺪﺍﻭﻭﺍﻭﻻﻓﺘﺘﺪﺍﻭﻭﺍﺩﻭﺍﺀﺩﺍﺀﻟﻜﻞﻭﺟﻌﻞﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺀﺍﻟﺪﺍﺀﺍﻧﺰﻝﺍﷲﺍﻥ
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit ﺩﺍﺀﻭﻟﻜﻨﻪﺑﺪﻭﺍﺀ
danﻟﻴﺲ ﺍﻧﻪ
obat
dan menjadikan obat pada tiap-tiap penyakit. Untuk itu
ﻭﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺍﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﻣﻜﻨﺔ
berobatlah dan ﺍﻻﺯﻣﻨﺔ ﺗﻐﲑberobat
jangan ﲝﺴﺐ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﺎ
dengan ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻳﻨﻜﺮﺗﻐﲑ ﻻ
yangharam.”
b. Hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah melarang ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ
berobat dengan yang najis/haram (Abu Dawud).
ﻭﻋﺪﻣﺎﻭﺟﻮﺩﺍﻋﻠﺘﻪﻣﻊﻳﺪﻭﺭﺍﳊﻜﻢ
Dua hadis di atas secara tegas melarang berobat
dengan yang haram/najis. Dua hadis ini diihtimal-kan
oleh kelompok pertama di luar kondisi darurat.
4. Pendapat ketiga menyatakan dalam kondisi darurat
boleh berobat dengan yang haram/najis, kecuali khamar.
Argumentasi mereka adalah alasan yang dipakai oleh
kelompok pertama ditambah hadis riwayat Muslim:
17
Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, (Dar al-
Fikr, 1954), juz II, h. 3.
18
Abu Sari’ Muhammad Abdulhadi, al-Ath’imah wa az-Zabaih fi al-
Fiqh al-Islami (Dar al-I’tisham, t.th), h. 306-3-9.
600
ﺍﷲﺣﻜﻢﻓﺜﻢﺍﳌﺼﻠﺤﺔﻛﺎﻧﺖﺍﻳﻨﻤﺎ
ﺍﳌﻀﺎﺭ/ﺍﳌﻔﺎﺳﺪﻭﺩﻓﻊﺍﳌﺼﺎﱀﺟﻠﺐ
ﺍﳋﻤﺲﺍﻟﻀﺮﻭﺭﻳﺎﺕﻋﻠﻰ ﺍﶈﺎﻓﻈﺔ
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
ﲝﺮﺍﻡﺗﺘﺪﺍﻭﻭﺍﻭﻻﻓﺘﺘﺪﺍﻭﻭﺍﺩﻭﺍﺀﺩﺍﺀﻟﻜﻞﻭﺟﻌﻞﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺀﺍﻟﺪﺍﺀﺍﻧﺰﻝﺍﷲﺍﻥ
ﺩﺍﺀﻭﻟﻜﻨﻪﺑﺪﻭﺍﺀﻟﻴﺲﺍﻧﻪ
“Khamar itu bukan obat, tetapi penyakit”.
ﻭﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺍﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﻣﻜﻨﺔ ﺍﻻﺯﻣﻨﺔ ﺗﻐﲑ ﲝﺴﺐ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﺎ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻳﻨﻜﺮﺗﻐﲑ ﻻ
Menurut penelitian Dr. Abu Sari’ Abdulhadi, di antara
tiga pendapat di atas, pendapat pertamalah yang paling ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ
kuat,
yaitu pendapat yang membenarkan berobat dengan yang
ﻭﻋﺪﻣﺎ
haram/najis dalam kondisi darurat. 19 ﻭﺟﻮﺩﺍﻋﻠﺘﻪﻣﻊﻳﺪﻭﺭﺍﳊﻜﻢ
601
ﻣﻌﻪﻭﻣﺜﻠﻪﺍﻟﻜﺘﺎﺏﺍﻭﺗﻴﺖﻭﺍﱏﺍﻻ
ﻣﻌﻪﻭﻣﺜﻠﻪ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔ ﻓﻊﺍﻭﺗﻴﺖ
ﺍﳌﻨﺎﰱﻭﺍﱏ
ﺍﻻﺻﻞﺍﻻ
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﻊﺍﳌﻨﺎﰱﺍﻻﺻﻞ ﺍﻻﺻﻞ
BIDANG POM DAN IPTEK
ﺍﻻﺑﺎﺣﺔﻓﻊﺍﳌﻨﺎﰱﻻﺻﻞ ﺍ
dari cacing. Tentu selama tidak membahayakan. Hal ini lebih bisa
dibenarkan lagi kalau kita mengikuti pandangan Imam Malik,
ﲨﻴﻌﺎﻓىﺎﻻﺭﺽﻣﺎﻟﻜﻢﺧﻠﻖﺍﻟﺬﻯﻫﻮ Ibn
Abi Laila, dan Auza’i yang menyatakan bahwa al-hasyarat seperti
cacing adalah halal. Artinya ﻣﻨﻪia ﲨﻴﻌﺎ ﲨﻴﻌﺎ
ﺍﻻﺭﺽ
tidak ﻓىﺎﻻﺭﺽ
ﰱ
najis. ﻣﺎﻟﻜﻢ
ﻭﻣﺎﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﰱﺧﻠﻖ ﺍﻟﺬﻯﻫﻮ
ﻣﺎﻭﺳﺨﺮﻟﻜﻢ
Perlu diketahui bahwa
ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻣﻨﻪmaslahat
ﻧﻌﻤﻪﻋﻠﻴﻜﻢﻭﺍﺳﺒﻎﺍﻻﺭﺽ ﰱﲨﻴﻌﺎ hajiyat
ﺍﻻﺭﺽ ﰱﻭﻣﺎﻣﺎyang
ﻭﻣﺎﻓىﺎﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻟﻜﻢmenempati
ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﰱﺍﷲ
ﺳﺨﺮ ﻣﺎﻭﺳﺨﺮﻟﻜﻢ
ﺍﻥﺗﺮﻭﺍlevel
ﺍﱂ
daruriyat menurut al-Ghazali dapat dijadikan istislah/maslahah
mursalah ﻋﻠﻴﻜﻢﻭﺍﺳﺒﻎ
ﻇﺎﻫﺮﺓﻧﻌﻤﻪuntuk ﺍﻻﺭﺽﰱﻭﻣﺎ
menetapkan ﻓىﺎﻟﺴﻤﻮﺍﺕ
hukum Islam.ﻣﺎSementara
ﻟﻜﻢﺳﺨﺮﺍﷲﺍﻥ ﺗﺮﻭﺍ
itu ﺍﱂ
ﻭﺑﺎﻃﻨﺔ
Asy-
Syatibi, mayoritas ulama Malikiyah dan Hanabilah membenarkan
ﻣﻦﻓﺎﻗﺒﻠﻮﺍﻋﻔﻮ
maslahat ﻓﻬﻮﻋﻨﻪsemua
dengan ﻭﻣﺎﺳﻜﺖtingkatannya
ﺣﺮﺍﻡﻓﻬﻮ(ﻭﻣﺎﺣﺮﻡdlaruriyat,
ﺣﻼﻝﻓﻬﻮﻛﺘﺎﺑﻪ ﰱﺍﷲﻭﺑﺎﻃﻨﺔ
hajiyat, ﻣﺎﺍﺣﻞ
dan
tahsiniyat) ﻓﻬﻮﻋﻨﻪistislah/maslahah
ﻣﻦﻓﺎﻗﺒﻠﻮﺍﻋﻔﻮsebagai ﻭﻣﺎﺳﻜﺖﺣﺮﺍﻡﻓﻬﻮﻭﻣﺎﺣﺮﻡ
ﺷﻴﺌﺎ ﺣﻼﻝﻳﻜﻦ
ﻟﻴﻨﺴﻲ
mursalah ﻓﻬﻮ
ﻛﺘﺎﺑﻪﱂ
dalamﺍﷲﻓﺎﻥ
ﰱﺍﷲ ﻣﺎﺍﺣﻞ
ﻋﺎﻓﻴﺘﻪ
penetapan ﺍﷲ
hukum Islam.
ﻓﻼ ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻭﺣﺮﻡ ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ ﻓﻼ ﺣﺪﻭﺩﺍ ﻭﺣﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻴﻨﺴﻲ
ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ﻳﻜﻦ
ﻓﻼ ﱂﺍﷲﻓﺮﺽ
ﻓﺮﺍﺋﺾ ﺍﷲ ﺍﷲ
ﻓﺎﻥﻋﺎﻓﻴﺘﻪ ﺍﻥ
A. ﻓﻼ ﺍﺷﻴﺎﺀ ﻭﺣﺮﻡ
PENUTUP ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ
ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺒﺤﺜﻮﺍﻓﻼﻓﻼﻧﺴﻴﺎﻥ
ﺣﺪﻭﺩﺍ
ﻏﲑ ﻭﺣﺪ ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ
ﻣﻦﺑﻜﻢ ﺭﲪﺔﺍﺷﻴﺎﺀ
ﻓﻼﻓﺮﺍﺋﺾ
ﻋﻦﻭﺳﻜﺖ ﺍﷲ ﺍﻥ
ﻓﺮﺽﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ
Dari uraian di atas kiranya dapat penulis simpulkan bahwa
ﻋﻨﻬﺎﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ﻓﻼ
ﻣﻌﲔﻧﺴﻴﺎﻥ
ﻧﺺﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭ
ﻏﲑﻣﻦﺑﻜﻢﻭﻻﺭﲪﺔ ﺍﺷﻴﺎﺀ
ﺑﺎﻟﺒﻄﻼﻥ
sepanjang kajian fiqh, baik lewat pendekatan kaidah al-Ashlu fi al-
ﺮﻉﻋﻦ
ﺍﻟﺸﻭﺳﻜﺖ
ﻣﻦﻟﻪﻳﺸﻬﺪﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ
ﻣﺎﱂ
Manafi’ al-ibahah, maslahah ﻣﻌﲔﻧﺺmursalah,
ﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭﻭﻻﺍﷲ
maupun
ﺑﺎﻟﺒﻄﻼﻥ
ﺣﻜﻢﻓﺜﻢﺮﻉmaqasid
ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ ﻳﺸﻬﺪﻳﻨﻤﺎ
ﺍﻟﺸﻣﻦﻛﺎﻧﺖﻟﻪ
syari’ah,ﺍﻣﺎﱂ
budidaya cacing untuk keperluan pengobatan dan kosmetika serta
budidaya jangkrik untuk pakan burung ﺍﳌﻀﺎﺭﺍﷲ
ﺣﻜﻢ ﻓﺜﻢ
/ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ
jelas ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ
dapat ﺍﳌﺼﺎﱀ
ﻛﺎﻧﺖﺟﻠﺐ
ﻭﺩﻓﻊdibenarkan. ﺍﻳﻨﻤﺎ
Hukumnya mubah/halal dengan argumentasi sebagaimana
ﺍﳌﻀﺎﺭﺍﻟﻀﺮﻭﺭﻳﺎﺕ
/ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ ﻭﺩﻓﻊ telah
disebutkan.
ﺍﳋﻤﺲ ﻋﻠﻰﺍﳌﺼﺎﱀ
ﺍﶈﺎﻓﻈﺔ ﺟﻠﺐ
ﲝﺮﺍﻡﺗﺘﺪﺍﻭﻭﺍ
Mubah/halal iniﻭﻻ
merupakan ﻟﻜﻞ
ﻓﺘﺘﺪﺍﻭﻭﺍﺩﻭﺍﺀhukum
ﺩﺍﺀ ﺍﳋﻤﺲ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﻳﺎﺕ
ﻭﺟﻌﻞ
asal. ﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﻋﻠﻰﺍﶈﺎﻓﻈﺔ
ﺍﻟﺪﺍﺀ
Ia bisa ﺍﻧﺰﻝ ﺍﷲﺍﻥ
bergeser
menjadi wajib, haram, makruh, sunat sesuai dengan perubahan
ﲝﺮﺍﻡﺗﺘﺪﺍﻭﻭﺍﻭﻻﻓﺘﺘﺪﺍﻭﻭﺍﺩﻭﺍﺀﺩﺍﺀﻟﻜﻞﻭﺟﻌﻞ ﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﺍﻟﺪﺍﺀ
ﺩﺍﺀﻭﻟﻜﻨﻪ ﺍﻧﺰﻝﻟﻴﺲ
ﺑﺪﻭﺍﺀ ﺍﷲﺍﻧﻪ
ﺍﻥ
kondisi dan situasi, sejalan dengan kaidah20:
ﻭﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺍﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﻣﻜﻨﺔ ﺍﻻﺯﻣﻨﺔ ﺗﻐﲑ ﲝﺴﺐ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﺎ ﺩﺍﺀﻭﻟﻜﻨﻪ
ﺍﻟﻔﺘﻮﻯﺑﺪﻭﺍﺀ ﻟﻴﺲ ﻻﺍﻧﻪ
ﻳﻨﻜﺮﺗﻐﲑ
ﻭﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺍﻻﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﻻﻣﻜﻨﺔ ﺍﻻﺯﻣﻨﺔ ﺗﻐﲑ ﲝﺴﺐ ﻭﺍﺧﺘﻼﻓﻬﺎ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻳﻨﻜﺮﺗﻐﲑ ﻻ
ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ
“Tidak dapat diinkari adanya perubahan dan perbedaan fatwa
ﻭﻋﺪﻣﺎmotivasi,
sesuai dengan perubahan kondisi, situasi, ﻭﺟﻮﺩﺍﻋﻠﺘﻪdan tujuan”
ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ
ﻣﻊﻳﺪﻭﺭﺍﳊﻜﻢ
ﻭﻋﺪﻣﺎﻭﺟﻮﺩﺍﻋﻠﺘﻪﻣﻊﻳﺪﻭﺭﺍﳊﻜﻢ
“Hukum itu beredar bersama ‘illatnya mengenai ada dan tidak
adanya” .
Sebagai contoh misalnya, seorang kepala rumah tangga yang
harus menghidupi keluaganya, terkena PHK. Ia sulit menemukan
lapangan kerja baru. Semua usahanya gagal. Akhirnya ia beternak
cacing atau jangkrik, dan inilah satu-satunya usaha yang harus
digelutinya. Dalam kondisi semacam ini, wajib baginya mengatasi
problem ekonomi keluarganya melalui budi daya cacing atau
jangkrik tersebut. Sebab, bila tidak ia dan keluarganya akan mati
kelaparan.
20
Ibn al-Qayyim, A’lam al-Muwaqqi’in, (Beirut: Dar al-Fikr, 1955),
juz III, h. 3, as-Syaukani, Irsyad al-Fukhul, (Beirut: Dar al-Malayin,
1945), h. 223.
602
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
21
Asy-Syirazi, al-Luma’ fi Ushul al-Fiqh, (al-Qahirah, al-Babi al-Hala-
bi, 1943), h. 19.
603
7
MEMUTUSKAN
Menfatwakan:
DEWAN PIMPINAN
MUSYAWARAH NASIONAL II
MAJELIS ULAMA INDONESIA
ttd ttd
562
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
567
BIDANG POM DAN IPTEK
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Sekretaris
ttd ttd
568
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 10 Tahun 2011
Tentang
CARA PENSUCIAN EKSTRAK RAGI (YEAST EXTRACT)
DARI SISA PENGOLAHAH BIR (BREWER YEAST)
.
“Wajib hukumnya menghilangkan najis walaupun terhadap
sepatu selop (khuff) dengan mencucinya hingga hilang rasa,
warna dan baunya, kecuali jika salah satu warna atau
baunya sulit dihilangkan, maka tidak wajib untuk
menghilangkannya. Ia tetap dianggap suci. Berbeda jika
warna dan baunya sama-sama tetap tidak hilang (maka
tetap dianggap terkena najis) karena tidak hilangnya
keduanya secara bersamaan mengindikasikan masih adanya
najis. Begitu juga (masih dianggap najis) jika yang tidak
bisa hilang adalah rasanya, karena umumnya
menghilangkan rasa sangatlah mudah.”
d. Pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab ”al-Minhaju al-
Qawim” sbb:
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG CARA PENCUCIAN EKSTRAK RAGI (YEAST
EXTRACT) DARI SISA PENGOLAHAN BIR (BREWER YEAST)
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
1. Ekstrak ragi (yeast extract) ialah produk yang berupa isi sel
ragi yang diproses dengan cara memecahkan dinding sel ragi
sehingga isi sel ragi terekstrak keluar kemudian dinding
selnya dipisahkan. Isi sel ragi dimanfaatkan untuk berbagai
produk pangan dan suplemen stelah melalui beberapa
tahapan proses.
2. Ragi sisa pengolahan bir (brewer yeast) ialah ragi yang
dipisahkan dari cairan bir dengan cara penyaringan dan
sentrifugasi.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Ekstrak ragi (yeast extract) dari sisa pengolahan bir (brewer
yeast) hukumnya mutanajjis (barang yang terkena najis) yang
menjadi suci setelah dilakukan pencucian secara syar’i
(tathhir syar’an).
2. Pensucian secara syar’i sebagaimana dimaksud point satu
adalah dengan salah satu cara sebagai berikut:
a. Mengucurinya dengan air hingga hilang rasa, bau dan
warna birnya.
b. Mencucinya di dalam air yang banyak hingga hilang
rasa, bau dan warna birnya.
3. Apabila telah dilakukan pencucian sebagaimana point nomor
dua secara maksimal, akan tetapi salah satu dari bau atau
warna birnya tetap ada karena sulit dihilangkan maka
hukumnya suci dan halal dikonsumsi.
Ketiga : Ketentuan Penutup
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Rabi’ul Awwal 1432 H
3 Maret 2011 M
ه ِليَّةِ األولَى
ِ ن َتبَرُّجَ الْجَا
َ ْوَقَرْنَ فِي ُبيُوِتكُنَّ وَال َتبَرَّج
)92 :ُهوَ اّلَذِيْ خََلقَ ّلَكُمْ مَا فِيْ اْألَرْضِ جَمِيْعًا (اّلبقرة
"Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu..." (QS. al-Baqarah [2]: 29)
ن آمَُنوْا فِي
َ ْ قُلْ هِيَ ّلِلَذِي،ِقُلْ مَنْ حَرَمَ زِيْنَةَ اهللِ اّلَتِيْ أَخْرَجَ ّلِعِبَادِه وَاّلّطَـيّـِبَاتِ مِنّ اّلرِ ْزق
)29 : كَذِّلكَ نُفَصِلُ اْآليتِ ّلِ َقوْمٍ يَعْلَ ُموْنَ (األعراف،ِاّلْحَيَاةِ اّلّدُنْيَا خَاّلِصَةً َيوْمَ اّلْقِيَامَة
ٍ إِنَ فِيْ ذِّلكَ آليتِ ّلِ َقوْم،ُ َوسَّخَ َر ّلَكُمُ مَا فِي اّلّسَمَاوَاتِ وَمَا فِي اْألَرْضِ جَمِيْعًا مِنْه.
َيَتَفَكَ ُروْن
:يَا أيُهَا اّلَذِيْنَ آمَُنوْا كُُلوْا مِنْ طَيِـبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُ ُروْا هللِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَاهُ تَعْبُ ُّدوْنَ (اّلبقرة
.)879
ْ فَمَنِ ا،ِإِنَمَاحَرَمَ عَلَيْكُمُ اّلْمَيْتَةَ وَاّلّدَمَ وَّلَحْمَ اّلّْخِنْزِيْرِ وَمَاأُهِلَ بِ ِه ّلِغَيْرِ اهلل
ٍضّطُ َر غَيْرَ بَاغ
)872 : إِنَ اهللَ غَ ُفوْرٌ رَحِيْمٌ (اّلبقرة،ِوَالَعَادٍ َفالَإِثْمَ عَلَيْه
ُحُرِ َمتْ عَلَيْكُمُ اّلْمَيْتَةُ وَاّلّدَمُ وَّلَحْمُ اّلّْخِنْزِيْرِ وَمَاأُهِلَ ّلِغَيْرِ اهللِ بِهِ وَاّلْمُنّْخَنِقَةُ وَاّلْ َموْ ُقوْذَة
)2 : (اّلمائّدة... ِصب ُ ُوَاّلْمُتَرَدِيَةُ وَاّلَنّطِيْحَةُ وَمَاأَكَلَ اّلّسَبُعُ إِالَ مَاذَكَيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى اّلن
قُلْ الَأَجِّدُ فِى مَاُأوْحِيَ إِّلَيَ مُحَرَمًا عَلَى طَاعِمٍ َيّطْعَمُهُ إِالَ أَنْ يَ ُكوْنَ مَيْتَةً َأوْ دَمًا َمّسْ ُفوْحًا
َضّطُرَ غَيْرَ بَاغٍ وَالَعَادٍ فَإِن ْ فَمَنِ ا،ِجسٌ َأوْ فِّسْقًا أُهِلَ ّلِغَيْرِ اهللِ بِه
ْ َِأوْ ّلَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَإِنَهُ ر
)841 :رََبكَ غَ ُفوْرٌ رَحِيْمٌ (األنعام
"Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah
jelas; dan di antara keduanya ada hal-hal yang musyta-bihat
(syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya),
kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang
siapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah menye-
lamatkan agama dan harga dirinya..." (HR. Muslim).
وَمَاسَ َكتَ عَنْهُ فَ ُهوَ مِمَا عَفَا،ِ وَاّلْحَرَامُ مَاحَرَمَ اهللُ فِيْ كِتَابِه،ِحالَلُ مَاأَحَلَ اهللُ فِيْ كِتَابِه
َ ْاَّل
)عَنْهُ (أخرجه اّلترمذي وابن ماجه عن سلمان اّلفارسي
،التَنْتَهِ ُكوْهَا
َ وَحَرَمَ َأشْيَاءَ َف، وَحَّدَ حُ ُّدوْدًا َفالَتَعْتَ ُّدوْهَا،إِنَ اهللَ فَرَضَ فَرَئِضَ َفالَتُضَيِ ُعوْهَا
َوسَ َكتَ عَنْ َأشْيَاءَ رَحْمَةً ّلَكُمْ غَيْرَ ِنّسْيَانٍ َفالَتَبْحَُثوْا عَ ْنهَا (رواه اّلّدارقّطني وحّسنه
)اّلنووي
ُ “اكْتَحِلُوا بِا ّْلإِ ْثمِّدِ َفإِنَّهُ يَجْلُو اّلْبَصَرَ وَيُنْبِت: َيَ صَلَّى اّللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال
ّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ اّلنَّ ِب
)ّشَعْرَ" (رواه اّلترمذي ّ اّل
إِنَ رَسُولَ اّلَلهِ صللى: َعَن أَ ِبيْ ُهرَ ْي َرةَ رضي اهلل عنه قَال
، َ "إِنَ اّلْ َيهُودَ وَاّلنَصَلارَ الَ يَصْل ُبغُون:َاهلل عليه وسلم قَال
)فَّخَاّلِفُوهُمْ "(رواه اّلبّخاري ومّسلم
Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak
menyemir/mewarnai (rambut), maka berbedalah kalian
dengan mereka”. (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)
3. Kaidah fiqh:
ُحة
َ األَصْلُ فِي ا ّْل ُمعَامََلةِ اإلِبَا
“Hukum asal pada masalah mu’amalah adalah boleh”
ُحة
َ األَصْلُ فِي ا ّْلمَ َناِفعِ اإلِبَا
“Hukum asal pada setiap yang bermanfaat adalah boleh”
ِحكْمُ ا ّْلمَقَاصِّد
ُ ِّلِلْوَسَائِل
“Pada wasilah (hukumnya) sebagaimana hukum pada yang
ditujunya”
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG STANDAR KEHALALAN PRODUK
KOSMETIKA DAN PENGGUNAANNYA
Keempat : Rekomendasi
KOMISI FATWA
Ketua Sekretaris