A. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi ciri fisik buah dan sayur
2. Mengidentifikasi jenis kerusakan mekanis pada buah atau sayur
3. Mengidentifikasi perubahan fisik pada buah atau sayur akibat adanya
kerusakan mekanis
4. Mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap susut berat produk pertanian.
5. Menghitung jumlah susut berat pada produk pertanian.
6. Mengetahui pengaruh susut berat terhadap mutu pasca panen.
B. Metode Percobaan
B1. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Laptop (1 buah)
b. Microsoft Teams (1 buah)
c. Microsoft Excel (1 buah)
d. Alat tulis (seperlunya)
e. Alat pengukur (1 buah)
f. Pisau (1 buah)
g. Kamera (1 buah)
h. Kantong Plastik (6 buah)
i. Lemari pendingin (1 buah)
j. Label (12 buah)
k. Baskom (2 buah)
l. Neraca (1 buah)
m. Kalkulator (1 buah)
n. Termometer (1 buah)
o. Kertas pH (13 buah)
2. Bahan
a. Modul Praktikum (1 buah)
b. Pisang (12 buah)
B2. Cara Kerja
Buah segar dan baik diberi perlakuan Membuat 4 (empat) kelompok untuk
fisik untuk menimbulkan kerusakan masing-masing produk dengan kode
mekanis: a. Perlakuan 0: buah baik KP dan KTP untuk perlakuan
sebagai control pendinginan (disimpan di lemari
b. Perlakuan 1: ditusuk dengan benda pendingin) serta RP dan RTP untuk
tajam perlakuan pada ruangan (disimpan di
c. Perlakuan 2: dijatuhkan dari suhu kamar).
ketinggian tertentu
Rumus:
∆𝑚 100%
𝐿𝑇 = 𝑥
𝑚0 ∆𝑡
Keterangan 𝐿𝑇 = Laju Transpirasi
∆𝑚 = selisih bobot
𝑚0 = bobot awal
∆𝑡 = selisih hari
Hari 0 Hari 7
6. Ukuran Penyebaran (Data hasil pengamatan kelompok)
a. Warna
Hari ke-0 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jangkauan Inter
0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1
Kuartil
Varians 0.628 0.727 0.628 0.727 0.545 0.545 0.628 0.694 0.628 0.628 0.694 0.694
Standar deviasi 0.831 0.894 0.831 0.894 0.775 0.775 0.831 0.874 0.831 0.831 0.874 0.874
Hari ke-7 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 8 8 7 5 8 8 6 5 7 8 7 7
Jangkauan Inter
7 7 4 2 6 6 3 3 6 5 2 3
Kuartil
Varians 8.017 8.413 3.967 2.264 7.421 7.868 3.785 2.694 6.777 7.537 3.421 3.636
Standar deviasi 2.970 3.042 2.089 1.578 2.857 2.942 2.040 1.722 2.730 2.879 1.940 2
b. Berat
Hari ke-0 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 45 78 80 92 55 58 48 45 65 68 55 86
Jangkauan
Inter
Kuartil 23 29 27 40 12 12 21 23 42 32 28 29
Varians 238. 653.33 697.35 1009.6 308.97 334.61 259.28 224.62 573.96 516.33 357.83 809.15
413 9 5 03 5 2 9 8 7 1 5 7
Standar 16.1
deviasi 94 26.808 27.696 33.325 18.436 19.185 16.888 15.719 25.127 23.832 19.840 29.834
Hari ke-7 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 50 80 63 55 51 53 42 40 64 47 50 31
Jangkauan
Inter 20 29 30 30 15 17 7 11 15 21 10 17
Kuartil
Varians 273. 700.43 464.06 372.23 261.70 284.51 164.59 161.42 422.38 236.97 239.65 120.26
140 0 6 1 2 2 5 1 0 5 3 4
Standar 17.3
27.757 22.594 20.235 16.967 17.691 15.169 14.180 22.197 16.062 17.750 12.269
deviasi 34
c. Kekerasan
Hari ke-0 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jangkauan Inter
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Kuartil
Varians 0.777 0.926 0.926 0.777 0.876 0.926 0.777 0.926 1.455 1.091 1.355 1.421
Standar deviasi 0.924 1.009 1.009 0.924 0.982 1.009 0.924 1.009 1.265 1.095 1.221 1.250
Hari ke-7 KP0 KTP0 RP0 RTP0 KP1 KTP1 RP1 RTP1 KP2 KTP2 RP2 RTP2
Jangkauan 6 6 4 2 4 6 3 2 3 5 4 3
Jangkauan Inter
3 2 1 1 2 3 2 1 3 3 2 1
Kuartil
Varians 3.636 2.231 0.926 0.380 1.240 3.140 1.240 0.380 1.504 2.198 1.421 0.694
Standar deviasi 2 1.567 1.009 0.647 1.168 1.859 1.168 0.647 1.286 1.555 1.250 0.874
C.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah modifikasi bahan pertanian dan susut
berat karena transpirasi. Dalam modifikasi bahan pertanian digunakan pisang emas
sebagai indikator untuk mengidentifikasi sifat fisik dan kerusakan mekanis pada buah.
Pisang sebagai indikator diberi perlakuan fisik untuk menimbulkan kerusakan
mekanis, pisang kemudian diberi perlakuan pendinginan dan penyimpanan pada suhu
ruang. Setelah dilakukan perlakuan fisik dan penyimpanan, dilakukan pengamatan
susut berat pada buah selama 8 hari. Selama pengamatan, buah mengalami susut
berat yang beragam tergantung perlakuan yang diberikan. Susut berat pada buah
terjadi karena kehilangan air dalam bentuk gas atau yang disebut dengan transpirasi.
Penurunan kualitas pada buah terjadi krena kerusakan mekanis pada buah. Menurut
Margarita (1996) dalam (Lia & Thomas, 2014) kerusakan mekanis pada buah-buahan
terjadi selama operasi pemanenan lapangan tetapi juga terjadi dalam jalur grading
dan pengepakan, selama pengangkutan, dan dalam penanganan di akhir rantai
pasokan misalnya selama menghasilkan tampilan dan seleksi oleh pengecer dan
konsumen.
Menurut (Ikhsan, Tamrin, & Kadir, 2014), Pisang merupakan salah satu buah
klimakterik, yaitu buah yang akan tetap mengalami proses kematangan walaupun
telah dipanen dan diikuti dengan proses kerusakan karena buah tetap melangsungkan
proses respirasi dan metabolisme. Selama proses pascapanen, buah pisang akan
mengalami perubahan komposisi kimia karena adanya kegiatan metabolisme berupa
respirasi dan reaksi enzimatis. Pisang yang digunakan dalam praktikum adalah pisang
emas. Pisang mas (Musa sinensis) merupakan salah satu jenis pisang meja yang
banyak mengandung gula sehingga memiliki rasa lebih manis jika dibandingkan
dengan jenis pisang yang lain (Nurhayati, dkk., 2014). Dalam praktikum pisang
diberikan perlakuan fisik untuk menimbulkan kerusakan mekanis. Disediakan pisang
sebanyak 12 buah, kemudian diberikan perlakuan pada setiap buah. Perlakuan 0
dengan perlakuan buah baik sebagai kontrol. Perlakuan 1 dengan perlakuan buah
ditusuk dengan benda tajam. Perlakuan 2 dengan perlakuan buah dijatuhkan dari
ketinggian tertentu. Setiap buah mengalami satu kali perlakuan, kemudian disimpan
di dua tempat yang berbeda. Pisang kemudian dibagi dalam dua kemasan yaitu
dengan plastik dan tanpa plastik. Rincian pisang yang diamati dibedakan menjadi:
KP0 (Kulkas Plastik perlakuan 0), KTP 0 (Kulkas Tanpa Plastik perlakuan 0), RP 0
(Ruang Plastik perlakuan 0), RTP 0 (Ruang Tanpa Plastik perlakuan 0), KP 1 (Kulkas
Plastik perlakuan 1), KTP 1 (Kulkas Tanpa Plastik perlakuan 1), RP 1 (Ruang Plastik
perlakuan 1), RTP 1 (Ruang Tanpa Plastik perlakuan 1), KP 2 (Kulkas Plastik
perlakuan 2), KTP 2 (Kulkas Tanpa Plastik perlakuan 2), RP 2 ((Ruang Plastik
perlakuan 2), RTP 2 (Ruang Tanpa Plastik perlakuan 2). Pengamatan dilakukan
selama 8 hari dengan mengamati perubahan bentuk, warna, ukuran kekerasan, dan
pH pisang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu dingin
menghambat peningkatan persen susut bobot, warna, dan pelunakan pada buah
pisang. Menurut Pantastico (1986) dalam (Silaban, Erma , & Endang , 2013), suhu
dapat mempengaruhi proses-proses biologi seperti transpirasi dan respirasi serta
proses kimiawi yaitu aktifitas enzim-enzim yang terjadi pada buah yang sudah
dipanen. Napitupulu (2013) dalam (Kusumiyati, Farida, W., Hamdani, & Mubarok,
2018), menyebutkan bahwa buah yang disimpan dalam suhu ruang akan
menyebabkan laju respirasi yang tinggi dan kehilangan hasil lebih cepat. Sedangkan,
dalam penyimpanan suhu rendah akan menghambat laju penurunan mutu buah
karena dapat mengurangi laju penguapan air, memperlambat laju reaksi kimia dan
laju pertumbuhan mikroba (Silaban, Erma , & Endang , 2013). Berdasarkan
pengamatan, pisang diberikan perlakuan dengan plastik dan tanpa plastik. Menurut
Syahadat, et al., (2018) pisang yang dibungkus plastik memiliki susut bobot yang lebih
kecil dibandingkan dengan pisang yang diberi perlakuan tanpa pembungkus. Namun
penggunaan plastik sebagai pembungkus menyebabkan buah pisang lebih cepat
busuk. Hal ini diduga karena etilen yang dihasilkan oleh buah pisang terperangkap di
dalam plastik sehingga proses pematangan pisang menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pembungkus. Selain itu, uap air yang dihasilkan oleh buah
pisang yang mengalami respirasi juga terperangkap didalam kemasan sehingga
mempercepat proses pembusukan. Menurut Sudjatha & Nisawiyasa (2017) Etilen
merupakan senyawa karbon tidak jenuh yang terdapat pada suhu kamar dalam bentuk
gas. Etilen merupakan gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan
sebagai hormone yang aktif dalam proses pematangan. Selain terjadi laju respirasi
dalam penyusutan bobot, buah pisang juga mengalami perubahan laju transparasi.
Menurut Widodo (2006) dalam (Ifmalinda & Windasari, 2018), faktor lingkungan yang
mempengaruhi laju transpirasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, dan tekanan
udara. Makin tinggi suhu penyimpanan, maka makin tinggi pula laju transpirasinya.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah volume buah, fase
kematangan buah, luka pada permukaan buah, anatomi buah, dan karakter morfologi
(Ikhsan, Tamrin, & Kadir, 2014).
Hasil pengamatan pada susut bobot buah pisang menunjukkan pada kulkas,
susut bobot lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata perlakuan suhu ruang, Besarnya
nilai susut bobot disebabkan dari tingginya suhu penyimpanan yang meningkatkan
laju transpirasi dan respirasi. Buah pisang yang disimpan pada kulkas dengan suhu
50 celcius menunjukkan susut bobot yang relatif lebih rendah dibandingkan suhu ruang
dengan kisaran rata-rata suhu 26 0 celcius. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah laju
respirasi terhambat sehingga susut beratnya pun juga akan terhambat. Menurut
pengamatan ini, rata-rata surut berat terbanyak diperoleh pisang dengan
penyimpanan kulkas dan ruang dengan kondisi tanpa plastik. (Murtiwulandari, et al.,
2020), pengemasan buah dengan plastik dapat menyebabkan adanya perubahan
atau modifikasi konsentrasi CO 2 dan O 2 sekitar di dalam kemasan. Kemasan plastik
memiliki permeabilitas udara yang sangat rendah sehingga mengakibatkan
konsentrasi CO 2 akan meningkat dan O 2 menurun. Oleh karena itu, penggunaan
plastik merupakan opsi terbaik untuk meminimalisir susut bobot pada pisang.
Penurunan susut bobot ini erat hubungannya dengan kandungan air dan perubahan
cadangan makanan pada hasil panen. Kehilangan air dari pisang, selain dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan, dipengaruhi juga oleh kelembaban lingkungan sekitarnya.
D. Kesimpulan
1. Sayuran dan buah-buahan memiliki sifat umum mudah rusak, melimpah saat panen
dan bentuknya tidak seragam. Kerusakan setelah panen pada sayuan dan buah-
buahan disebabkan oleh masih berlangsungnya proses fisiologis serta adanya luka
mekanis yang menyebabkan produk mudah terkontaminasi oleh mikroba dan
menyebabkan respirasi serta transpirasi semain cepat .
2. Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan karena bahan mengalami
benturan-benturan mekanis yang terjadi selama pemanenan, transportasi ataupun
penyimpanan. Contohnya pada praktikum ini dilakukan perlakuan buah pisang
dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
3. Kerusakan mekanis menyebabkan perubahan susut fisik, diukur dari berat; susut
kualitas karena perubahan kenampakan, cita rasa, warna atau tekstur; susut nilai gizi.
Kerusakan mekanis pada pisang dapt diketahui dengan munculnya bercak hitam,
memar, keriput, dan tumbuh jamur.
4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu dingin menghambat
peningkatan persen susut bobot. Besarnya nilai susut bobot disebabkan dari tingginya
suhu penyimpanan yang meningkatkan laju transpirasi dan respirasi. Buah pisang
yang disimpan pada kulkas dengan suhu 50 celcius menunjukkan susut bobot yang
relatif lebih rendah dibandingkan suhu ruang dengan kisaran rata-rata suhu 26 0
celcius.
5. Susut berat pada bahan hasil pangan dapat dihitung dengan rumus (selisih berat hari
pertama dan terakhir / berat hari pertama) x 100 / selisih jumlah hari. Pada
pengamatan, susut berat terbesar terjadi pada pisang RTP 2 yaitu 2,7% dan susut
berat terkecil pada pisang KP 0 dan RTP 0 yaitu 0,0%.
6. Pengaruh susut berat terhadap mutu pasca panen ditandai dengan susut berat yang
sedikit mengindikasikan penyimpanan yang dilakukan sudah sesuai. Sebaliknya, jika
susut berat banyak maka akan terjadi pelayuan atau mengalami kerusakan.
Penurunan kualitas buah akan menimbulkan dampak efek seperti penurunan harga.yy
E. Daftar Pustaka
F. Lampiran
1. Format hasil acara V terdapat dalam file teams yang berjudul “ Hasil Acara Acara
V_Anang Kurniawan.xlsx”
2. Format hasil acara VI terdapat dalam file teams yang berjudul “ Hasil Acara Acara 6
1.xlsx”
3. Referensi