Anda di halaman 1dari 3

CPMK

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang epistemologi menurut para filsuf Muslim


Materi
Epistemologi menurut filsuf Muslim
1. Ibnu Bajjah
2. Ibnu Rusyd

Modul Epistimologi Ibnu Bajjah

Dalam bukunya yang terkenal Tadbir al-Mutawahid, Ibn Bajah mengemukakan teori alIttishal, yaitu
bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan Akal Fa’al atas bantuan ilmu dan
pertumbuhan kekuatan insaniyah.

kata tadbir. Ibn Bajah menjelaskan arti kata tadbir dipakai terhadap setiap kumpulan peraturan yang
berkaitan dengan perbuatan menuju suatu tujuan, seperti mengatur keluarga, mengatur tentara,
mengatur Negara. Manakala perbuatan perbuatan seseorang yang bertujuan kepada maksud yang
tinggi haruslah perbuatan itu timbul dari pemikiran yang luas, jauh dari segala pengaruh luar.

Berisi penjelasan tentang perbuatan-perbuatan yang bersifat kemanusiaan, untuk menjelaskan


sesuatu yang mungkin membuktikan tujuan “orang yang menyendiri”. Perbuatan tersebut di bagi ke
dua bagian.

Pertama: perbuatan yang timbul dari kehendak mereka, sesudah memperhatikan dan
mempertimbangkan. Perbuatan ini dinilai tingkatan akhlak yang paling tinggi

Kedua: seseorang yang kekuatan hewaninya dapat mengalahkan kekuatan berpikirnya, maka ia lebih
hina daripada hewan.

Perbuatan manusia kepada tiga macam, yaitu :

1). Perbuatan yang tujuannya berupa bentuk jasmani, seperti makan, minum, pakaian dan yang
serupa dengan itu.

2). Perbuatan yang tujuannya ialah bentuk rohaniah perseorangan. Bukanlah kelezatan hewani yang
menjadi tujuan pada bagian ini, melainkan menyempurnakan bentuk rohani, sehingga seseorang
dimungkinkan memperoleh ketenteraman pikiran dan kesenangan perasaan.

3). Perbuatan yang bertujuan bentuk rohaniah umum. Perbuatanperbuatan ini adalah perbuatan-
perbuatan rohaniah yang lebih sempurna. Jalan menuju hal itu adalah berhubungan dengan Akal
Aktif, yaitu akal ke sepuluh (menurut konsep Al-Farabi / Ib Sina) yang merupakan limpahan dari Allah,
dengan begitu akan diperoleh kebahagiaan hakiki

Pengetahuan yang didapat lewat akal, akan membangun kepribadian seseorang. Untuk itu, ada
empat sebab yaitu: (1) bentuk, (2) materi, (3) agen, dan (4) tujuan yang harus diketahui oleh manusia
untuk memahami obyek-obyek pengetahuan, sehingga mencapai keimanan pada Tuhan, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, dan akhirat

Akal mendapat objek-objek pengetahuan yang disebut hal-hal yang dapat diserap dari unsur
imajintif, dan memberikan sejumlah obyek pengetahuan lain kepada unsur imajinatif. Misalnya,
ideal-ideal dari moral dan artistik, atau objek-objek pengetahuan yang merupakan kejadian-kejadian
yang bisa terjadi dan mewujud di dalam unsur imajinatif sebelum kejadian-kejadian tersebut terjadi,
atau kejadian-kejadian yang belum terjadi tapi telah masuk ke dalam unsur imajinatif bukan lewat
organ-organ rasa melainkan lewat akal, seperti dalam hal impian-impian yang benar

Unsur imajinatif adalah keterhubungannya dengan wahyu dan prediksi. Jadi, apa yang diberikan oleh
akal kepada imajinasi manusia bukanlah berasal dari akal itu sendiri, melainkan timbul dalam
imajinasi lewat suatu gen yang telah dikenal sebelumnya, dan mampu menciptakannya. Tuhanlah
yang lewat kehendak-Nya, menyebabkan penggerak lingkungan-lingkungan aktif beraksi atas dasar
lingkungan yang pasif.

Misalnya, bila dia bermaksud apa yang akan terjadi di alam raya ini, pertama-tama Dia (Allah)
memberitahu para malaikat dan lewat mereka pengetetahuan itu disampaikan kepada akal manusia.
Pengetahuan ini sampai kepada manusia sesuai dengan kemampuannya untuk menerima
pengetahuan itu. Ini terbukti pada hamba-hamba saleh Tuhan yang telah ditinjuki-Nya jalan yang
benar dan setia kepada-Nya, terutama para rasul yang kepada mereka Dia mewujudkan peristiwa-
peristiwa menakjubkan yang akan terjadi di alam raya ini lewat malaikat-malaikat-Nya, baik ketika
mereka sedang jaga maupun tidur.

Metode yang diajukan Ibnu Bajah adalah perpaduan perasaan dan akal. Dalam masalah pengetahuan
fakta, dia mempergunakan metode rasionalempiris, tetapi mengenai kebenaran akan keberadaan
Tuhan dia mempergunakan filsafat. Kebenaran ini sendiri dapat diperoleh manusia apabila manusia
menyendiri (‘Uzlah)

Filsafat Ibn Rusyd

Ibn Rusyd Ibn Rusyd merupakan filsuf Islam yang mementingkan akal daripada perasaan.
Menurutnya semua persoalan agama harus dipecahkan dengan akal. Dalam hal ini termasuk ayat-
ayat yang erat kaitannya dengan akal. Bahkan Ibn Rusyd menandaskan bahwa logika harus dipakai
sebagai dasar dalam segala penilaian tentang kebenaran, dan dalam mempelajari agama, orang
harus belajar memikirkannya dengan menggunakan logika

Oleh karena itu untuk mengetahui dan mengerti kebenaran tentang Allah Ta’ala serta segala alam
raya ini, dan juga untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat dan kecelakaan di akhirat adalah melalui
akal teoretis. Sedangkan untuk memperoleh amal yang benar, maka diperlukan akal praktis.

Epistemologi

Dalam kitabnya Fash alMaqal ini, ibnRusyd berpandangan bahwa mempelajari filsafat bisa dihukumi
wajib. Dengan dasar argumentasi bahwa filsafat tak ubahnya mempelajari hal-hal yang wujud yang
lantas orang berusaha menarik pelajaran / hikmah / ’ibrah darinya, sebagai sarana pembuktian akan
adanya Tuhan Sang Maha Pencipta. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang maujud atau
tentang ciptaan Tuhan , maka semakin sempurnalah ia bisa mendekati pengetahuan tentang adanya
Tuhan. Bahkan dalam banyak ayat-ayat-Nya Tuhan mendorong manusia untuk senantiasa
menggunakan daya nalarnya dalam merenungi ciptaan-ciptaan-Nya

Jika kemudian seseorang dalam pemikirannya semakin menjauhdengan dasar-dasar Syar’i maka ada
beberapa kemungkinan,

Pertama, ia tidak memiliki kemampuan / kapasitas yang memadai berkecimpung dalam dunia filsafat,

kedua, ketidakmampuan dirinya mengendalikan diri untuk tidak terseret pada hal-hal yang dilarang
oleh agama dan yang
ketiga adalah ketiadaan pendamping /guru yang handal yang bisa membimbingnya memahami
dengan benar tentang suatu obyek pemikiran tertentu.

Ibn Rusyd berpendapat ada 3 macam cara manusia dalam memperoleh pengetahuan (Hasyimsyah
Nasution,2005) yakni:

a. Lewat metode Retorika

b Lewat metode Dialektika

c. Lewat metode Demonstrati

TUGAS

1. Apa simpulan yang dapat saudara ambil dari para tokoh filosof Islam tentang epistimologi Ilmu
Pengetahuan?

2. Apa perbedaan dari masing-masing tokoh tersebut dalam memahami ilmu pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai