Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN METODE BERBASIS MASALAH SOSIAL

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


DAN KEPEKAAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR
SD NEGERI MOREHE KABUPATEN KONAWE

Nuraini1), Nana Sumarna2), Halim Momo3),


SD Negeri Morehe, Kabupaten Konawe, Indonesia
1)
2)
Program Studi Magister PBSI, Universitas Halu Oleo, Indonesia
3)
Program Studi Magister Pendidikan IPS, Universitas Halu Oleo, Indonesia
Email: nanimiko7@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa; menganalisis peningkatan kepekaan sosial siswa; menganalisis perbedaan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan dua metode pembelajaran yang berbeda yaitu
pembelajaran menggunakan metode berbasis masalah dengan metode ceramah
Penelitian ini dikategorikan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan kuasi tes
eksperimen dmenggunakan desain pre-post tes control group design. Penelitian ini
dilaksanakan pada dua tempat yaitu di SDN Morehe dan SDN 3 Ameroro Kecamatan Uepai,
dan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023 selama 3 bulan yang
dimulai pada bulan oktober 2022 dan berakhir pada bulan Desember 2022. Populasi dalam
penelitian ini adalah SDN Morehe dan SDN 3 Ameroro. . Sampel penelitian ini yaitu siswa
kelas V SDN Morehe sebagai kelas percobaan (eksperimen) menerapkan metode berbasis
masalah sosial, dan kelas V SDN 3 Ameroro sebagai kelompok kontrol menerapkan metode
ceramah. Variabel penelitian ini adalah variabel bebas (variable x) metode Berbasis Masalah
Sosial adalah sedangkan variable terikat (variable y) adalah kemampuan siswa berpikir kritis
dan sikap atau perilaku kepekaan sosial siswa. Data dikumpulkan menggunakan lembar tes,
lembar angket dan lembar observasi. Peneliti menggunakan instrument penelitian wawancara,
tes (tes awal dan tes akhir, dokumetasi. Ada beberapa langkah dalam mengumpulkan data
dalam penelitian ini yaitu langkah pertama lembar tes, langkah kedua menggunakan lembar
angket dan terakhir menggunakan lembar observasi. Peneliti menggunakan instrument
penelitian berupa: lembar wawancara, lembar tes (tes awal dan tes akhir), dan dokumetasi.
dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis data deskriptif dan analisis data
inferensial. Hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) kemampuan berpikir kritis siswa berhasil
ditingkatkan melalui metode berbasis masalah sosial, nilai rata-rata nilai pre test hasil kemampuan
berpikir kritis siswa kelas V SDN Morehe yaitu 63,50 dan siswa kelas V SDN 3 Ameroro sebesar
58,30. Selanjutnya terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai posttest berpikir kritis SDN Morehe yaitu
81,50 sedangkan rata-rata siswa di SDN 3 Ameroro yaitu 72,60; 2) kepekaan sosial siswa dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode berbasis masalah sosial, rata-rata nilai sikap kepekaan
sosial kelas V SDN Morehe yaitu 67,20 dan siswa SDN 3 Ameroro yaitu 61,70. Selanjutnya nilai rata-
rata nilai post tets kepekaan sosial di SDN Morehe yaitu 83,50 dan terjadi peningkatan nilai rata-rata
nilai posttest kepekaan sosial di SDN 3 Ameroro yaitu 76,30; 3) Ada perbedaan rata-rata kelas
percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol terhadap kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan
metode pembelajaran berbasis social, hasil Uji independent sample t Test diketahui kemampuan
berpikir kritis siswa memperoleh nilai diatas nilai Sig. (2-tailed) 0,005 < 0,05; 4) Ada perbedaan rata-
rata kelas percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol terhadap sikap kepekaan sosial siswa
menggunakan metode pembelajaran berbasis sosial, hasil Uji independent sample t Test diketahui
kemampuan kepekaan sosial memperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,004 < 0,05 .
Kata Kunci: Berbasis Masalah Sosial, Berpikir kritis, Kepekaan Sosial
IMPLEMENTATION OF SOCIAL PROBLEM-BASED LEARNING MODELS IN
IMPROVING CRITICAL THINKING AND SOCIAL SENSITIVITY
ABILITY OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS
MOREHE DISTRICT KONAWE

Abstract: This examination is planned to investigate the improvement of understudies'


decisive reasoning abilities; examine the growing social sensitivity of students; dissect the
distinctions in understudies' decisive reasoning abilities utilizing two different acquiring
strategies, specifically picking up utilizing issue based techniques with customary strategies
This exploration is sorted as a quantitative examination type with a semi exploratory test
configuration utilizing a pre-post test control bunch plan. This exploration was led in two
spots, to be specific at Morehe Grade School and Ameroro Primary School 3, Uepai Area, and
was done in the even semester of the 2022/2023 school year for a very long time beginning in
October 2022 and finishing off with December 2022. The Morehe Elementary School
population was the subject of this study. furthermore, SDN 3 Ameroro. The examination test
comprised of 2 classes, specifically the 5th grade understudies at SDN Morehe as the
exploratory class applying social issue based strategies, and the 5th grade understudies at
SDN 3 Ameroro as the benchmark group applying the talk technique. The social problem-
based learning metode is the independent variable (variable x), and students' critical thinking
and social sensitivity are the dependent variables (variable y). Test, questionnaire, and
observation sheets were used to collect the research data. Scientists utilized interview research
instruments, tests (pre-test and post-test, documentation. The data in this study were analyzed
with the help of homogeneity tests, normality tests, the Paired Sample T Test, and the
Independent Sample t Test. There were several steps involved in the data collection process;
the first step was done with a test sheet, the second step was done with a questionnaire, and
the third step was done with an observation sheet. The following types of instruments were
utilized by researchers: interview sheets, test sheets (pre test and post test), and
documentation. The researcher used the Paired Sample T Test, Independent Sample t Test,
homogeneity test, and normality test to examine the data. The consequences of the review
can be finished up: 1) understudies' decisive reasoning abilities were effectively further
developed through understudies' decisive reasoning abilities, the typical worth of the pre-test
consequences of the decisive reasoning abilities of the 5th grade understudies of Morehe
Primary School was 63.50 and the 5th grade understudies of Ameroro SDN 3 were 58.30 .
Moreover, there was an expansion in the normal worth of the decisive reasoning posttest at
SDN Morehe, to be specific 81.50, while the typical understudies at SDN 3 Ameroro were
72.60; 2) understudies' social awareness can be expanded by utilizing the Social Issue Based
Learning Technique, the typical social responsiveness worth of class V at SDN Morehe is
67.20 and understudies at SDN 3 Ameroro is 61.70. Moreover, the typical score of social
awareness posttest scores at SDN Morehe was 83.50 and there was an expansion in the
normal posttest score for social responsiveness at SDN 3 Ameroro, to be specific 76.30; 3)
There is a distinction in the normal of the trial class and the control class on understudies'
decisive reasoning abilities utilizing social-based mastering strategies. The aftereffects of the
free example t test show that understudies' decisive reasoning abilities score over the Sig. ( 2-
followed) 0.005 < 0.05; 4) There is a distinction in the normal of the trial class and the control
class on understudies' social responsiveness capacities utilizing social-based learning
techniques. The consequences of the free example t test show that social responsiveness
capacities get a Sig esteem. ( 2-followed) 0.004 < 0.05 .
Keywords: Social Issue Based , Decisive Reasoning, Social Awarenes

Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Sekolah Negeri,
kemampuan mencerdaskan individu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pengembangan kemampuan, kepribadian, dan peradaban manusia yang berakhlak mulia di
tengah-tengah wilayah lokal dunia adalah diperlukan. Selain itu, pasal 4 bagian II UU tersebut
menyatakan: “Sekolah yang dibiayai pemerintah dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan
kemampuan siswa agar menjadi pribadi yang bertaqwa dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi luhur, cakap, cakap, bugar, berdaya cipta, mandiri. , dan menjadi
penduduk yang berkumpul di mana-mana dan dapat diandalkan sehubungan dengan
kelangsungan hidup negara”.
Pembelajaran adalah suatu gerakan instruktif dimana pendidik dan peserta didik
berkolaborasi satu sama lain melalui bagian-bagian yang menyertainya: tujuan, materi, siklus,
dan penilaian pembelajaran. Pada tingkat sekolah dasar (SD), pencapaian target pembelajaran
masih terkendala oleh tugas guru dalam pengalaman instruktif. Semakin kreatif guru dalam
menciptakan pengalaman, semakin besar kemungkinan untuk mencapai tujuan penguasaan
dan memiliki kemampuan yang diperlukan pada siswa. Bagian penting dari proses kegiatan
pembelajaran adalah kemampuan guru untuk menyajikan materi yang dapat dipahami,
dipahami, dan dikuasai siswa secara utuh. Penggunaan teknik pembelajaran terbaru tidak akan
memberikan manfaat jika intisari dari topik tersebut tidak selalu dirasakan oleh siswa.
Bagaimana Siswa dapat menginterpretasikan substansi topik pada dasarnya akan membuat
kepemilikan keterampilan penting pada siswa untuk inti topik. Mengingat pentingnya
memahami topik oleh siswa, bagian ini dianggap sebagai bagian yang paling sulit bagi
beberapa pendidik. Selanjutnya, diperlukan ujian yang berkelanjutan, termasuk konsentrasi
penelitian untuk membuat strategi pembelajaran yang pas yang dapat memberikan
kenyamanan bagi siswa dalam menguasai topik.
Teknik pembelajaran berbasis masalah sosial merupakan sistem pembelajaran yang layak
untuk pembelajaran di sekolah dasar, dimana metodologi ini membantu siswa dengan refleksi
metodis, imajinatif, dan meningkatkan tanggap sosial. Pembelajaran berbasis isu sosial
digunakan untuk menghidupkan penalaran yang menentukan dalam situasi yang diatur
masalah, termasuk mencari tahu bagaimana cara meningkatkan respons sosial. Sesuai dengan
pernyataan Ibrahim dan Nur (dalam Nurhadi dan Senduk, 2003), berbagai nama untuk
pembelajaran berbasis masalah meliputi: Pembelajaran Berbasis Proyek, Bimbingan Berbasis
Pengalaman, Pembelajaran Benar, atau Aman. Orientasi (pembelajaran realistis).
Dalam penelitian ini dipercaya bahwa kumpulan penelitian yang dibingkai adalah
kumpulan yang dipusatkan pada kumpulan Pembelajaran Bermanfaat The Elite Exhibition
yang menikmati berbagai manfaat. Karena jumlah pesertanya sedikit, bagaimanapun juga,
setiap siswa dalam kelompok tersebut berperan untuk berkontribusi. Selain itu, besarnya
tanggung jawab individu untuk membantu pembelajaran orang lain dengan tujuan yang lebih
baik akan secara langsung meningkatkan pencapaian pembelajaran yang dicapai oleh masing-
masing bagian dari afiliasi.
Metode
Penelitian ini dikategorikan penelitian kuantitatif dengan rancangan kuasi tes eksperimen
dengan pre-post tes control group design. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu
di SDN Morehe dan SDN 3 Ameroro Kecamatan Uepai, dan dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2022/2023 selama 3 bulan yang dimulai pada bulan oktober 2022 dan
berakhir pada bulan Desember 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah SDN Morehe dan
SDN 3 Ameroro. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu siswa kelas V SDN Morehe
sebagai kelas percobaan (eksperimen) menerapkan metode berbasis masalah sosial, dan kelas
V SDN 3 Ameroro sebagai kelompok kontrol menerapkan metode ceramah. Variabel
penelitian ini adalah variabel bebas (variable x) metode berbasis masalah sosial adalah
sedangkan tingkat berpikir kritis dan sikap kepekaan sosial siswa termasuk variable terikat
(variabel y). Data penelitian dikumpulkan menggunakan lembar tes, lembar angket dan
lembar observasi. Peneliti menggunakan instrument penelitian wawancara, tes (tes awal dan
tes akhir, dokumetasi. Peneliti menganalisis data menggunakankan analisis data deskriptif dan
analisis data inferensial. Ada beberapa langkah dalam mengumpulkan data dalam penelitian
ini yaitu langkah pertama menggunakan lembar tes, langkah kedua menggunakan lembar
angket dan terakhir menggunakan lembar observasi. Peneliti menggunakan instrument
penelitian berupa: lembar wawancara, lembar tes (tes awal dan tes akhir), dan dokumetasi.

4.1 Hasil
4.1.1 Analisis Data Deskriptif
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS melalui Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Metode ceramah
Proses pengukur tingkat literasi sains dilakukan oleh guru dengan cara memberikan
soal evaluasi disetiap akhir tindakan setiap siklus berupa soal dalam bentuk uraian yang
berjumlah 10 nomor. Hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat divisualisasikan melalui
tabel berikut.
Kategori Nilai Kelas percobaan Nilai Kelas Kontrol
(eksperimen)
Pre test Post tes Pre test Post tes
Nilai Minimum 50 70 47 63
Nilai Maksimum 70 90 70 80
Mean 63,50 81,50 58,30 72,60
Standar Deviasi 9,107 6,819 7,558 5,739

Dara data diatas diperoleh keterangan bahwa siswa pada kelas percobaan (eksperimen)
yang memperoleh skor tertinggi 70 untuk kemampuan berpikir kritis dan skor terendah
50. Standar deviasinya adalah 9,107, dan rata-rata hitungannya adalah 63,50. Post test
kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan di kelas percobaan (eksperimen)
mengikuti penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah (SDN Morehe)
menghasilkan skor berkisar antara 70 sampai dengan 90, dengan rata-rata nilai hitung
81,50 dan standar deviasi. dari 6.819. Nilai tertinggi tes kemampuan berpikir kritis siswa
adalah 70, sedangkan nilai terendah adalah 47. Tipikal hitungannya adalah 58,30 dan
standar deviasinya adalah 7,558. Sedangkan hasil dari post trial kemampuan berpikir kritis
siswa yang dilakukan setelah melibatkan strategi reguler pada kelas kontrol yang
diselesaikan di SDN 3 Ameroro mendapatkan hasil kemampuan berpikir berpikir siswa
dengan skor tertinggi. 80 dan skor terkecil 63. Standar deviasi 5,739, dan rata-rata
hitungan 72,60. Data penjelasan diatas dapat dilihat adanya kemampuan berpikir kritis
siswa mengalami perubahan dalam pendidikan IPS setelah dilaksanakan kegiatan belajar
dengan metode berbasis masalah dan metode ceramah. Namun, ketika pembelajaran
berbasis masalah dibandingkan dengan metode ceramah, perubahan signifikan terlihat
meningkat.

.
2. Deskripsi Kepekaan Sosial Siswa dengan penerapan Metode Berbasis Masalah dan Metode
ceramah
Pengukuran tingkat kepekaan siswa dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
melakukan penilaian sikap dengan menggunakan lembar angket yang berisi pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan kehidupan sosial siswa untuk menilai tingkat kepekaan siswa
yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Hasil pengukuran divisualisasikan
melalui tabel berikut.

Kategori Kelas percobaan Kelas Kontrol


(eksperimen)
Pre test Post tes Pre test Post tes
Nilai Minimum 56 75 52 69
Nilai Maksimum 75 92 71 83
Mean 67,20 83,50 61,70 76,20
Standar Deviasi 6,408 5,255 6,290 4,442

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pretes kesadaran sosial siswa yang
diselesaikan sebelum menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah di kelas uji coba
(SDN Morehe) memperoleh skor responsivitas sosial siswa tertinggi 75 dan skor terendah
56 .Simpangan bakunya adalah 6.408 dan hitungannya rata-rata 67,20. Sementara itu, hasil
post test kepekaan sosial siswa setelah menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah di
kelas percobaan (eksperimen) (SDN Morehe) memiliki rata-rata nilai hitung 83,50 dan
standar deviasi 5,255 dengan nilai tertinggi 92. dan skor terendah adalah 75. Selain itu, hasil
akhir dari pretes daya tanggap sosial siswa yang diselesaikan sebelum melibatkan strategi adat
di kelas kontrol yang diadakan di SDN 3 Ameroro, diperoleh konsekuensi keterampilan
penalaran yang menentukan siswa dengan skor tertinggi 71 dan skor terendah dari 52.
Hitungan umumnya adalah 61,70 dan standar deviasinya adalah 6,290 . Sedangkan hasil post
test kesadaran sosial siswa yang dilakukan setelah melibatkan strategi-strategi pada kelas
kontrol yang dilakukan di SDN 3 Ameroro mendapatkan hasil akhir dari kemampuan berpikir
kritis siswa, skor tertinggi adalah 83 dan skor terkecil adalah 69. Standar deviasi adalah 4,442,
dan hitungan rata-rata adalah 76,20. Hal ini menunjukkan adanya penyesuaian respon sosial
pada kelas trial dan control dan selanjutnya diberikan tes akhir.
4.1.2 Hasil Analisis Data Inferensial
1. Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kemampuan Berpikir Pre Eksperimen .162 10 .200* .950 10 .671
Kritis Post Eksperimen .113 10 .200 *
.950 10 .674
Pre Kontrol .158 10 .200* .966 10 .847
Post Kontrol .178 10 .200 *
.941 10 .568
Berdasarkan tabel diatas untuk seluruh data kelas percobaan (eksperimen) dan kelas
kontrol baik pada tes awal dan tes akhir menunjukkan nilai sig Kolmogorov-Smirnov nilai
signifikan sig 0,200 > 0,05. Jadi kesimpulan dari distribusi data ini menyatakan normal.

1. Uji Paired Sample T Test


a. Mengetahui peningkatan berpikir kritis siswa
Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 PreEksperimen -
-18.000 7.394 2.338 -23.289 -12.711 -7.699 9 .000
PostEksperimen
Pair 2 PreKontrol -
-14.300 7.818 2.472 -19.893 -8.707 -5.784 9 .000
PostKontrol

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan melalui tabel diatas hasil output pair 1
nilai sig 0,000 Sig <0,05 artinya adanya perbedaan nilai rata -rata kemampuan berpikir
kritis siswa untuk soal sebelum dan sesudah belajar. pada kelas percobaan (eksperimen)
menggunakan metode berbasis masalah sosial. Selanjutnya pada pair 2 nilai sig 0,000 Sig
<0,05 artinya adanya perbedaan nilai rata-rata tingkat berpikir kritis siswa untuk soal awal
dan soal akhir pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah.
b. Mengetahui peningkatan kepekaan sosial siswa
Pada penelitian ini untuk menjawab hipotesis yang kedua yaitu “apakah terdapat
peningkatan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan metode
Berbasis Masalah Sosial”

Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 PreEksperimen -
-16.300 4.218 1.334 -19.317 -13.283 -12.221 9 .000
PostEksperimen
Pair 2 PreKontrol -
-14.500 3.567 1.128 -17.052 -11.948 -12.855 9 .000
PostKontrol

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan melalui tabel diatas hasil output pair 1
nilai sig 0,000 Sig <0,05, artinya adanya perbedaan nilai rata-rata sikap kepekaan sosial siswa
untuk soal di awal dan akhir pembelajaran pada kelas percobaan (eksperimen) menggunakan
metode pembelajaran berbasis masalah. Selanjutnya pada pair 2 nilai sig 0,000 Sig <0,05,
artinya ada perbedaan rata -rata kepekaan sosial siswa untuk tes awal dan tes akhir pada kelas
kontrol menggunakan metode ceramah. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan sebelum dan setelah digunakan metode berbasis masalah sosial
berkaitan sikap kepekaan sosial siswa. Untuk melihat lebih jelasnya kemampuan berpikir
kritis siswa sebelum dan sesudah metode pembelajaran berbasis masalah terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS
3. Uji Homogenitas
Adapun hasil homogenitas sampel penelitian ini disajikan tabel dibawah ini
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Kema Based on Mean .313 1 18 .583
mpuan Based on Median .360 1 18 .556
Berpik Based on Median and .360 1 17.623 .556
ir with adjusted df
Kritis Based on trimmed
.327 1 18 .574
mean

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Kepekaan Based on Mean .270 1 18 .610
Sosial Based on Median .149 1 18 .704
Based on Median and
.149 1 15.933 .705
with adjusted df
Based on trimmed mean .270 1 18 .610
Pada tabel diatas nilai sig based on mean sig 0,583> 0,05 artinya varian data
kemampuan berpikir kritis siswa kelas post test Ekperimen dan post test Kontrol adalah sama
atau homogen. Sedangkan hasil homogenitas kepekaan sosial siswa nilai sign based on mean
sig 0,583> 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa varian data kepekaan sosial siswa pada kelas
post test Ekperimen dan post test Kontrol adalah juga sama atau homogen
4. Uji independent sample t Test
Uji t sampel independen digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berpasangan memiliki rata-rata yang berbeda. Data harus memiliki distribusi yang
seragam dan terdistribusi secara normal. Dalam ulasan ini, uji t contoh gratis digunakan
untuk menjawab rencana soal ketiga, yaitu "Apakah ada perbedaan hasil dari kemampuan
penalaran yang menentukan siswa menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah
dengan strategi reguler?" Tes ini hanya digunakan untuk menganalisis informasi postes di
kelas eksplorasi dan tes pasca kelas kontrol. Berdasarkan skor di atas Sig., diperoleh hasil
postes kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas percobaan (eksperimen) dan kelas
kontrol. 2-followed) 0,005 < 0,05, maka cenderung diduga terdapat perbedaan pada kelas
eksplorasi normal dan kelas kontrol pada kemampuan penalaran siswa dengan
menggunakan teknik penguasaan berbasis sosial. Sedangkan dalam ulasan ini uji t contoh
otonom digunakan untuk menjawab rencana masalah keempat, yaitu "Apakah ada
perbedaan konsekuensi kesadaran sosial siswa menggunakan metode pembelajaran
berbasis masalah dengan strategi reguler" Tes ini hanya digunakan untuk melihat post-test
informasi di kelas eksplorasi dan kelas kontrol post-test. Mengingat nilai di atas nilai Sig.
(2-tailed) 0.004 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa kepekaan sosial siswa terhadap
metode pembelajaran berbasis sosial rata-rata berbeda antara kelas percobaan
(eksperimen) dan kelas kontrol.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menentukan bahwa siswa kelas V SDN 3 Ameroro
sebagai kelas kontrol sedangkan siswa kelas V SDN Morehe sebagai kelas percobaan
(eksperimen). Peneliti memilih 10 siswa sebagai sampel pada masng-masing sekolah.
Mengingat konsekuensi dari persepsi pra-penelitian, maka dapat dilihat bahwa pengalaman
pendidikan di kelas V di Sekolah Dasar Ameroro pada umumnya akan lebih laten karena
pendidik hanya menyampaikan materi tanpa mengetahui apakah siswa sebenarnya dapat
menyerap materi yang sudah dipelajari. Selain itu, pendidik belum menguasai pembelajaran
yang berfokus pada siswa sehingga kurang memberikan inspirasi untuk mengetahui cara
belajar siswa sehingga banyak siswa yang hanya mendapatkan materi tanpa memahaminya
terlebih dahulu.
Fokus Materi yang diajarkan pada penelitian ini ialah mata pelajaran IPS, Pada
penelitian ini dilaksankan sebanyak tiga kali proses pembelajaran pada kedua kelas.Pertemuan
langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah masing-masing kelas diberi pretest untuk
melihat kemampuan awal kedua kelas. entukan dan daya tanggap sosial siswa. Di SDN
Morehe, nilai rata-rata tingkat berpikir kritis siswa adalah 63,50, sedangkan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis di SDN 3 Ameroro adalah 58,30. rata-rata nilai sikap kepekaan
sosial siswa kelas V Di SDN Morehe adalah 67,20, sedangkan siswa kelas V di SDN 3
Ameroro adalah 61,70. Pertemuan berikutnya, pembelajaran di SDN Morehe dan SDN 3
Ameroro mulai diberikan perlakuan dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran
berbasis isu sosial yang biasa digunakan guru dalam pengalaman yang berkembang. Pada
pertemuan kedua, peneliti memberikan kedua sampel materi IPS dan menggunakan metode
ceramah dan pembelajaran berbasis masalah sosial pada kelas kontrol (SDN 3 Ameroro) dan
kelas percobaan (eksperimen) (SD Morehe). Pertemuan ketiga, setelah mempelajari materi
ujian sosial di kedua kelas, kelas diberikan posttest untuk memikirkan hasil setelah pemberian
strategi pembelajaran yang telah diberikan. Informasi hasil posttest menunjukkan peningkatan
kritis pada skor normal posttest pada kedua kelas. Di SDN Morehe rata-rata skor berpikir
kritis postes adalah 81,50, sedangkan di SDN 3 Ameroro rata-rata skor berpikir kritis postes
adalah 72,60. Selain itu, nilai postes ketanggapan sosial di SDN Morehe adalah 83,50
sedangkan nilai postes kesadaran sosial di SDN 3 Ameroro adalah 76,30. Hal ini menyiratkan
bahwa nilai khas kemampuan penalaran yang menentukan dan daya tanggap sosial di kedua
kelas tersebut telah berkembang pada dasarnya setelah menerapkan teknik pembelajaran di
setiap kelas.Jika dibandingkan dengan skor rata-rata posttest, skor pretest kelompok
eksperimen dan kontrol menunjukkan peningkatan kepekaan sosial dan kemampuan berpikir
kritis setelah perlakuan. Uji Normalitas, uji Homogenitas, uji T sampel berpasangan, dan uji t
sampel independen digunakan untuk menganalisis hasil pretest dan posttest dua kelas dalam
SPSS versi 22.00. Pada kelas eksplorasi tes ordinariness menunjukkan insentif yang sangat
besar untuk variabel determinan reasoning yaitu spesifik 0,200 > 0,05 dan variabel social
responsiveness 0,200 > 0,05. Sebaliknya, uji normalitas kelompok kontrol menunjukkan nilai
signifikan untuk variabel berpikir kritis (0,171 0,05) dan variabel kepekaan sosial (0,220
0,05), yang menunjukkan bahwa data kedua variabel normal. Uji homogenitas kemampuan
berpikir kritis siswa mendapat nilai sig mengingat mean sig 0,583 > 0,05 sehingga dapat
diduga bahwa perbedaan informasi kemampuan berpikir siswa dalam kelas tes akhir dan tes
kontrol adalah sesuatu. kesamaan atau homogenitas. Sedangkan uji homogenitas daya tanggap
sosial siswa mendapat nilai sig mengingat mean sig 0,610 > 0,05 0,05 sehingga dapat diduga
adanya perbedaan informasi kemampuan penalaran penentu siswa pada kelas Ujian pascates
dan pascates Kontrol. adalah sesuatu yang serupa atau homogenitas. Dalam contoh uji t gratis,
diketahui bahwa kemampuan penalaran yang menentukan siswa diperoleh berdasarkan nilai
di atas Sig. (2-tailed) 0.005 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasis sosial rata-rata berbeda antara kelas
percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol. Sementara daya tanggap sosial meningkat teruji
normal. Sebaliknya, uji normalitas kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikan untuk
variabel berpikir kritis (0,171 0,05) dan variabel kepekaan sosial (0,220 0,05), yang
menunjukkan bahwa data kedua variabel normal. Uji homogenitas kemampuan berpikir kritis
siswa mendapat nilai sig mengingat mean sig 0,583 > 0,05 sehingga dapat diduga bahwa
perbedaan informasi kemampuan berpikir siswa dalam kelas tes akhir dan tes kontrol adalah
sesuatu. kesamaan atau homogenitas. Sedangkan uji homogenitas daya tanggap sosial siswa
mendapat nilai sig mengingat mean sig 0,610 > 0,05 0,05 sehingga dapat diduga adanya
perbedaan informasi kemampuan penalaran penentu siswa pada kelas Ujian pascates dan
pascates Kontrol. adalah sesuatu yang serupa atau homogenitas. Dalam contoh uji t gratis,
diketahui bahwa kemampuan penalaran yang menentukan siswa diperoleh berdasarkan nilai
di atas Sig. (2-tailed) 0.005 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasis sosial rata-rata berbeda antara kelas
percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol. sedangkan kepekaan sosial diberi nilai Sig. 2-
tailed) 0,004 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepekaan sosial siswa terhadap metode
pembelajaran berbasis sosial rata-rata berbeda antara kelas percobaan (eksperimen) dan kelas
kontrol.
Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Kemampuan berpikir kritis siswa berhasil ditingkatkan melalui kemampuan berpikir kritis
siswa, nilai rata-rata nilai pre test hasil kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN
Morehe yaitu 63,50 dan siswa kelas V SDN 3 Ameroro sebesar 58,30. Selanjutnya terjadi
peningkatan nilai rata-rata nilai posttest berpikir kritis SDN Morehe yaitu 81,50
sedangkan rata-rata siswa di SDN 3 Ameroro yaitu 72,60;
2. Kepekaan sosial siswa dapat ditingkatkan menggunakan Metode Berbasis Masalah Sosial,
rata-rata nilai kepekaan sosial kelas V SDN Morehe yaitu 67,20 dan siswa SDN 3
Ameroro yaitu 61,70. Selanjutnya nilai rata-rata nilai post tets kepekaan sosial di SDN
Morehe yaitu 83,50 dan terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai posttest kepekaan sosial di
SDN 3 Ameroro yaitu 76,30;
3. Ditemukan perbedaan rata-rata kelas percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan metode pembelajaran berbasis social, hasil
Uji independent sample t Test diketahui kemampuan berpikir kritis siswa memperoleh
nilai diatas nilai Sig. (2-tailed) 0,005 < 0,05;
4. Ditemukan perbedaan rata-rata kelas percobaan (eksperimen) dan kelas kontrol terhadap
kemampuan kepekaan sosial siswa menggunakan metode pembelajaran berbasis sosial,
hasil Uji independent sample t Test diketahui kemampuan kepekaan sosial memperoleh
nilai Sig. (2-tailed) 0,004 < 0,05 .

DAFTAR PUSTAKA

Adinda, A. (2018). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Logaritma. 4(1),
125-138.
Ariyani, Rika. 2020. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia. Rikaariyani.com :
Jambi
Hanscomb, S. (2017). Critical Thinking the Basics. Routledge
Irdayanti, Lieska Sukma. (2018). Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di
SMPN 1 Kedungwaru Melalui Pemberian Soal Open-Ended Materi Teorema
Phytagoras Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Tulungagung : Skripsi tidak diterbitkan.
Lestari, Wijayanti. (2016). Analisis Proses berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Pada Pokok Bahasan Himpunan Ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert
dan Introvert Siswa Kelas VII SMPN 2 Sumber Cirebon. Skripsi tidak Diterbitkan.
Semarang : Prodi Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Ma’rifah, M. Z., & Mawardi. (2022). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Menggunakan Hyflex Learning Berbantuan Wordwall. Scholaria, 12 (Vol. 12 No. 3
(2022)), 3.
Masrizal, MA. (2015). Pengendalian Masalah Sosial Melalui Kearifan Lokal. Aceh : Syiah
Kuala University Press Darussalam. Aceh.
Nugraha, D., Apriliya, S., & Veronicha, R.K. (2017). Kemampuan Empati Anak Usia Dini.
Jurnal Paud Agapedia, 1(1), hal. 31.
Pandia, W. S., Hendriati, A., & Widyawati, Y. (2022). Menilik Lebih Dalam Pendidikan Anak
Usia Dini, Peran Orang Tua, Guru dan Institusi. PT. Kanisius.
Putri, R.D. (2019). “Bimbingan Kelompok Menggunakan Permainan sebagai Strategi dalam
Mengembangkan Empati Siswa”. Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo, 1(2), 8.
Rahma, Siti. (2017). Analisa Berpikir Kritis Peserta Didik dengan Pembelajaran Socrates
Konsektual di SMP Negeri 1 Padangratu Lampung Tengah. Skripsi, Lampung :
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Ratnaningtyas, Yessy. (2016). “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Ditinjau dari Kemampuan Matematika”.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 1 No. 5 Tahun 2016: Hal. 87.
Sihotang, Kasdin. 2019. Berpikir Kritis Kecakapan Hidup di Era Digital. Yogyakarta : PT.
Kanisius
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tondok, Marselius Sampe. 2012. Melatih Kepekaan Sosial Anak. Harian Surabaya Post.
Tanggal 2 September 2012. Hlm 6.
Uma Sekaran. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Wijayanto, Yonatan. 2015. Menumbuhkan Kepekaan Sosial. Diunduh pada 5 Mei 2015.
Wulandari, Dewi. (2017). Efektivitas Metode Pembelajaran Guide Inquiry Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA
Materi Sistem Respirasi. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.
Yafie, E., & Sutama, I. W. (2019). Pengembangan Kognitif (Sains Pada Anak Usia Dini).
Universitas Negeri Malang.
Zaskia Az-Zahra. 2017. Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di SD Negeri
Percobaan 2 Yogyakarta. Skripsi : (Yoyakarta: UNY, 2017), hlm. 20.

Anda mungkin juga menyukai