PENGABDIAN
MASYARAKAT
PEMBUATAN HIDROPONIK SEBAGAI
UPAYA MENDUKUNG PROGRAM
LINGKUNGAN DI KELURAHAN
PLOSOKEREP
DISUSUN OLEH
Aldien Ramadhan
Diah Rahmadani
Alifia Oktaviani S.
Yumna Putri Salsabil
Bagus Wahyu Tri P.
Arifiana Nur Hanifah
Indah Nur Hamidah
Reyhan Abiyyu Hartono
Dewanggie Sasmita Ratu
Abrar Athaya Yuris E.
Oleh:
CHRYSTIA AJI PUTRA, S.KOM., M.T
NIDN. 0008108605
1. Aldien Ramadhan 19012010305
2. Diah Rahmadani 19025010063
3. Alifia Oktaviani S. 19024010141
4. Yumna Putri Salsabil 19011010059
5. Bagus Wahyu Tri Pambudi 19012010277
6. Arifiana Nur Hanifah 19012010309
7. Indah Nur Hamidah 19042010094
8. Reyhan Abbiyu Hartono 19024010005
9. Dewanggie Sasmita Ratu 19025010161
10. Abrar Athaya Yuris E. 19034010111
i
Prodi : Manajemen
6. Nama Lengkap : Arifiana Nur Hanifah
NPM : 19012010309
Prodi : Manajemen
7. Nama Lengkap : Indah Nur Hamidah
NPM : 19042010094
Prodi : Administrasi Bisnis
8. Nama Lengkap : Reyhan Abiyyu Hartono
NPM : 19024010005
Prodi : Agribisnis
9. Nama Lengkap : Dewanggie Sasmita Ratu
NPM : 19025010161
Prodi : Agroteknologi
10. Nama Lengkap : Abrar Athaya Yuris Erbinavydho
NPM : 19034010111
Prodi : Teknik Lingkungan
Mengetahui,
Ka. LPPM Kapusdimas dan KKN
Dr. Ir. Yenny Wuryandari, MP. Dr. Z. Abidin Achmad, M.Si., M.Ed.
NIP. 19660114 199203 2 001 NPT. 373059901701
ii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vii
1. PENDAHULUAN .................................................................. 1
2. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 4
2.1Hidroponik Vertikultur ...................................................... 4
2.2 Keunggulan dan Kekurangan Hidroponik Vertikultur ..... 7
2.3 Cara Membuat Hidroponik Vertikultur ............................ 8
2.4 Pemeliharaan Tanaman Hidroponik Vertikultur ............. 18
2.5 Hasil Pemeliharaan Tanaman Hidroponik ...................... 19
3. PENUTUP ............................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 23
Lampiran 1. Surat Kesediaan Kerja Sama ................................... 26
Lampiran 2. Peta Lokasi Mitra di Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar ........................................... 27
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan ............................................ 28
Lampiran 4. Slide Materi ............................................................. 30
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
PEMBUATAN HIDROPONIK SEBAGAI UPAYA
MENDUKUNG PROGRAM LINGKUNGAN DI
KELURAHAN PLOSOKEREP
e-mail: ajiputra@upnjatim.ac.id
1. PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan bukan menjadi hal baru yang ada di
lingkungan sekitar. Menurut Arief dkk. (2021), pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia atau proses alam. Pencemaran lingkungan
ini dapat menyebabkan terganggunya habitat makhluk hidup yang
kemudian akan berdampak pada jumlah populasi makhluk hidup
itu sendiri. Pencemaran akibat ulah manusia dapat menyebabkan
alam tidak mampu kembali seperti semula. Kerusakan alam dapat
menyebabkan perubahan iklim, polusi, serta bencana alam.
Banyak langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, salah satunya yaitu dengan program
penghijauan lingkungan. Penghijauan dapat membersihkan
partikel padat seperti timbal dan akan menempel pada ranting dan
batang pohon, sehingga dapat meningkatkan kualitas suatu
lingkungan. Pepohonan dapat mampu menyerap gas CO2 yang
telah bercampur sulfur yang dihasilkan dari kendaraan dan pabrik
1
(Susilastri & Dewata, 2018). Penghijauan juga adalah cara
menyeimbangkan alam dengan menciptakan tempat untuk hewan
berdampingan dengan manusia.
Pertanian merupakan sektor penting bagi masyarakat
Indonesia. Sektor pertanian dapat sebagai sumber penghasilan
sekaligus ketahanan pangan, karena Indonesia merupakan negara
agraris. Perkembangan teknologi dan inovasi yang semakin besar,
mendorong dan mempermudah masyarakat Indonesia untuk
bergerak maju pada bidang pertanian. Melihat dari banyaknya
lahan yang tidak digunakan di Indonesia, maka ada cara lain untuk
memanfaatkan lahan pertanian sebagai upaya mengembangkan
hasil pertanaia, yakni dengan bertanam hidroponik.
Masalah penghijauan dapat ditangani dengan berbagai cara
yang salah satunya yaitu budidaya hidroponik yang merupakan
termasuk dalam aspek pertanian. Menurut Kaungan (2016),
hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah yaitu metode pertumbuhan pertanian dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai pemenuhan
kebutuhan nutrisi tanaman. Air dalam hidroponik diisi dengan
larutan nutrisi. Kebutuhan air lebih sedikit jika dibandingkan
dengan budidaya pada tanah. Hidroponik dapat meminimalisir
polusi udara, menggunakan air secara lebih efisien, dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Hidroponik juga dapat
menguntungkan dalam segi ekonomi karena memiliki harga jual
yang lebih tinggi daripada tanaman biasanya. Selain itu,
hidroponik biasanya bebas pestisida, hama, dan penyakit, serta
memiliki masa panen yang lebih cepat.
Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
ketahanan pangan dan gizi menerangkan bahwa
penganekaragaman pangan salah satunya dengan pengoptimalan
2
pemanfaatan lahan pekarangan. Sehubungan dengan implementasi
perundangan tersebut, Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan
lembaga masyarakat yang memiliki potensi dalam pengembangan
memanfaatkan lahan pekarangan untuk pemenuhan ketahanan
pangan keluarga. Pemanfaatan pekarangan pada era globalisasi ini
banyak digunakan sebagai lahan yang dapat menghasilkan produk
berupa sayuran yang dapat menjadi panganan yang dapat
dikonsumsi keluarga. Pekarangan saat ini sudah mulai banyak
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya untuk kebutuhan rumah
tangga.
Menurut BPS Kota Blitar (2021), Kelurahan Plosokerep
adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Sananwetan,
Kota Blitar. kelurahan Plosokerep memiliki luas 1,25 km 2
memiliki batas wilayah sebelah Utara Kelurahan Kepanjenkidul,
sebelah Selatan Desa Plosoarang, sebelah Barat Kelurahan
Karangsari dan Kelurahan Tlumpu, sebelah Timur Kelurahan
Sanan wetan dan Kelurahan Karangtengah. Kelurahan ini terdiri
dari 22 RT dan 8 RW dengan populasi penduduk sebanyak 5.194
ribu jiwa, dengan 1.650 kepala keluarga. Kelurahan Plosokerep
sebagaimana perkotaan tidak memiliki ruang terbuka yang luas.
Oleh karena itu, sisa ruang terbuka yang ada dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin sekaligus memperbaiki kualitas ruang melalui
kegiatan penghijauan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan upaya
alternatif pemanfaatan lahan terbatas dengan cara bertanam
hidroponik. Cara budidaya hidroponik yang tidak memerlukan
lahan yang luas dapat dilakukan secara vertikultur.
3
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hidroponik Vertikultur
Teknik budidaya hidroponik membuat lingkungan sekitar
tanaman dapat dikontrol (Saito et al. 2013). Hidroponik
merupakan suatu teknologi budidaya tanaman dalam larutan
nutrisi dengan atau tanpa media buatan untuk penunjang mekanik.
Dengan sistem hidroponik mampu meminimalisir keterbatasan air,
mengatasi luas tanah yang sempit, serta kondisi tanah yang kritis
dan hama yang tidak terkendali (Wibowo dan Asriyanti, 2013).
Jika dibandingkan, kebutuhan air pada tanaman hidroponik lebih
sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air pada tanaman yang
ditanam pada tanah.
Awal mula pembudidayaan tanaman dengan memanfaatkan
air ditulis oleh Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul Silva
Sylvarum (1627). Teknik pembudidayaan tanaman dengan
memanfaatkan air menjadi populer setelah itu. Pada tahun 1699,
John Woodward melakukan percobaan budidaya Spearmint
(tanaman mint) dengan air. Dari percobaan tersebut, ia
menemukan bahwa tanaman yang tumbuh dengan memanfaatkan
air yang kurang murni (air yang dicampur dengan kandungan
unsur hara) tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni (air
biasa). Tanaman hidroponik mengalami perkembangan di setiap
zamannya, hingga pada saat ini banyak tanaman hidroponik yang
dikelola oleh masyarakat Indonesia.
Salah satunya dengan penanaman menggunakan sistem
pertanian vertikultur. Teknik hidroponik yang memungkinkan
dimodifikasi adalah dengan sistem vertikultur. Pertanian
vertikultur merupakan usaha budidaya secara vertikal sehingga
sering juga disebut sebagai vertikal farming (Zulkifli dan Ida
Zulfida, 2021). Teknik budidaya tanaman secara hidroponik tidak
4
berpatokan terhadap keadaan tanah atau lahan yang harus luas,
melainkan menggunakan instalasai khusus yang menghemat area
dengan memanfaatkan cairan ditambah dengan nutrisi untuk
tumbuhan yang dapat mendukung pertumbuhan budidaya tanaman
dapat dilakukan secara optimal.
Pemanfaatan pekarangan sempit dianjurkan menggunakan
sistem vertikultur dengan mengembangkan sistem pertanian dari
kebiasaan bertanam secara konvensional ke sistem pertanaman
secara hidroponik yang dapat dilakukan secara vertikal. Penerapan
teknik hidroponik dengan di kondisikan menggunakan sistem
penananamn vertikultur maka permasalahan atas ketersediaan
lahan dapat diatasi. Penanaman secara vertikultur sesuai dengan
konsep Urban Farming yang saat ini tengah banyak
diperbincangkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Indonesia Berkebun (2015), konsep Urban Farming adalah
metode bercocok tanam di wilayah perkotaan yang ukuran
lahannya relatif sempit dengan teknik bertanam khusus seperti
vertikultur, hidroponik dan aquaponik.
Kegiatan Hidroponik Vertikultur ini dilakukan secara
bersama dengan membina secara sisoalisasi serta menunjukkan
praktik cara-cara Hidroponik vertikultur yang dilaksanakan secara
langsung kepada peserta penyuluh. Peserta penyuluh sasaran
merupakan anggota serta ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
Mekar Asri RT 02 / RW 08, ketua RT 02 / RW 08, aparat
Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar. Kegiatan dilaksanakan di
rumah kediaman ketua KWT Mekar Asri. Kegiatan di awali
dengan breafing dan penyiapan sosialisasi serta penyediaan alat
dan bahan hidroponik vertikultur yang dilakukan oleh mahasiswa
sebelum pelaksanaan pembuatan hidroponik vertikultur.
5
Komunikasi dilakukan pertama kali dengan pihak aparat
kelurahan lalu di lanjutkan kepada ketua KWT Mekar Asri.
Pengadaan sosialisasi dengan memaparkan materi tentang
hidroponik vertikultur dan langkah selanjutnya, mahasiswa
melakukan demo mengenai tahap awal hidropnik yaitu mengenai
tata cara pembibitan tanaman sayuran pakcoy dan sawi.
Pengukuran paralon
1 dan baja ringan sesuai
kebutuhan
Pemotongan paralon
2 dan baja ringan
menggunakan gerinda
9
Pembuatan tatakan
meja hidroponik
vertikultur dari kaki,
3
alas tempat tower
hidroponik, hingga
perakitan
Pengukuran dan
melubangi paralon serta
4 box ice cream untuk
pembuatan tower
hidroponik
Pembuatan jalannya
masuk air nutrisi dalam
tower hidroponik
5
10
Perakitan hidroponik
6
secara keseluruhan
Pengukuran kadar pH
8 dan kepekatan air
nutrisi tanaman
12
Jalur masuknya serta keluarnya air nutrisi menggunakan
paralon yang berbeda. Ukuran kecil sebesar 5/8 inch di gunakan
sebagai jalur masuknya air, sedangkan paralon ½ inch digunakan
sebagai jalan keluarnya air. Hal ini dibedakan karena pada saat air
masuk dengan volume kecil di tambah dengan kecepatan air
setinggi 2m sehingga mengakibatkan semakin besar laju air yang
keluar dan tersebar di dalam tower. Sistem pancuran air yang
berada di dalam tower menggunakan sistem sebar dengan
menutup paralon dengan dop ukuran yang sama lalu melubangi 4
sisi di sekeliling paralon.
13
2.3.3 Langkah-langkah penyemaian tanaman hidroponik
Tabel 2. 2 Penjelasan Mengenai Penyemaian Tanaman Sayur
Untuk Hidroponik Vertikultur
No Gambar Keterangan
Meletakkan rockwool
pada nampan
1
pembibitan serta sirami
dengan sedikit air
14
Menyirami rockwool
4 yang elah terisi benih
hingga basah merata
Pemindahan tanaman
5 yang berumur 7 hari
setelah pembenihan
16
Lubang-lubang tersebut diisi dengan benih-benih sayuran
yang di tentukan dengan banyaknya isi benih pada setiap lubang
tergantung dari tanamannya. Untuk sayur selada, pakcoy, dan
sawi di beri 1 benih pada setiap lubangnya karena sayuran
tersebut bertumbuh ke samping/melebar sehingga di harapkan
tidak ada gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jamaludin et al
(2018) yang menunjukkan bahwa perlakukan satu bibit tanaman
per lubang tanaman pada sistem hidroponik menunjukkan
pertumbuhan tanaman terbaik.
Setelah semua biji disemai dalam media lalu diletakkan di
rak yang berada di tempat yang sedikit gelap. Semua media semai
tersebut kemudian ditutup sungkup atau lembaran plastik selama 2
hari untuk memacu keluarnya kecambah. Untuk membantu
perkecambahan, setiap pagi dan sore plastik dibuka agar udara
berganti dan media semai disemprot air menggunakan hand
sprayer. Setelah 2 hari wadah pembenihan dipindah ke tempat
yang terang tetapi tidak terkena sinar matahari langsung. Waktu
pemindahan ke tempat terang ini harus tepat 2 hari. Apabila
terlambat dipindah maka kecambah akan mendesak ke atas untuk
mencari cahaya. Akibatnya, kecambah tumbuh dengan batang
tinggi langsing tetapi rapuh, mudah rebah. Pada masa ini
perawatan dilakukan dengan penyiraman atau penyemprotan air
pada pagi dan sore hari agar kelembaban media persemaian
terjaga dan bibit tidak kekeringan.
Setelah 7 hst (hari setelah tanam) bibit tanaman sayur di
pindahkan kedalam netpot. Pemisahan setiap kotak rockwool
dilakukan secara hati-hati dan di upayakan akar tanaman tidak
ikut terpotong. Kemudian tata netpot yang telah terisi tanaman
17
pada hidroponik.selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman di
setiap harinya.
18
Kadar ppm nutrisi ditingkatkan 200 ppm untuk setiap pekan,
disesuaikan dengan pertumbuhan perkembangan tanaman. Nilai
konduktivitas 1000 ppm dipertahankan sampai masa panen. Pada
hidroponik, kualitas larutan nutrisi sangat menentukan
keberhasilan produksi tanaman (Heliadi et al, 2018). Kontrol
pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan melihat nilai
konduktivitas elektrik cairan nutrisi menggunakan alat EC/TDS
meter. Selain itu, penyulaman tanaman yang mati juga menjadi
bagian dari pemeliharaan. Pada pekan pertama, jika ada bibit yang
mati, penyulaman dengan bibit baru yang memiliki umur sama
dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati. Pemeliharaan
juga meliputi pengendalian hama dan penyakit yang mungkin
menyerang tanaman sayuran yang ditanam melalui hidroponik.
2.5 Hasil Pemeliharaan Tanaman Hidroponik
A B
C D
19
Gambar 2. 6 Perbedaan Pertumbuhan Tanaman pada 28 hst
a) tanaman tower A, b) tanaman tower B, c) tanaman tower
C, d) tanaman tower D.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat perbedaan
ukuran baik itu jumlah daun dan tinggi tanaman yang berbeda di
setiap lubang pada tower hidroponik vertikultur. Sedangkan
pernyataan Hadi dkk., 2022. menyebutkan bahwa kedua
parameter yakni tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman
memiliki hubungan yang sinergis. Jumlah daun berhubungan
dengan pertumbuhan batang atau tinggi tanaman dimana batang
tersusun dari ruas yang merentang diantara buku-buku batang
tempat melekatnya daun. Sehingga dengan bertambah panjangnya
batang akan menyebabkan jumlah daun yang terbentuk juga
semakin banyak. Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi akibat dari
pemanjangan dan pertambahan ruas pada batang. Pemanjangan
ruas terjadi karena adanya aktivitas pembelahan sel yang pada
akhirnya menyebakan pertambahan jumlah sel. Hal ini
menunjukkan setiap tanaman yang berada pada setiap tower tidak
menyerap air nutrisi tanaman secara merata. Hal ini juga di
perjelas dengan tower yang keadaan sedikit miring sehingga
pancuran air tidak menyebar dan mengaliri tower hidroponik
secara merata pada setiap sisinya. Menurut Moerhasrianto (2011)
pemberian nutrisi dengan konsentrasi yang tepat sangatlah penting
pada hidroponik, karena nutrisi cair merupakan satu-satunya
sumber hara bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam
jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak di temukannya
OPT (Organisme Penggangu Tanaman) pada tanaman hidroponik.
Jika terdapat OPT pada hidropnik upaya pengendalian dilakukan
secara manual menggunakan tangan/secara mekanik (tanpa
20
penggunaan pestisida sintetik) menghindari adanya cemaran
residu pestisida sintetik pada sayuran. Penelitian yang dilakukan
Widowati et al (2019) menunjukkan beberapa jenis residu
pestisida dengan kadar nyata ditemukan pada tanaman sayuran
daun.
Salah satu contoh penangulangan OPT berupa hama seperti
Ulat Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis) yang menyerang
tanaman pakcoy, gejala serangan ulat pengorok daun yang terlihat
pada permukaan daun pakcoy berupa alur lukisan berwarna putih.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari aktivitas lalat dewasa yang
meletakkan telurnya dengan ujung ovipositor bagian bawah daun.
Sesudah telur menetas dan berubah menjadi larva, mulai
menggorok dan masuk dalam jaringan mesofil daun sehingga
jaringan daun menjadi kosong, dan memperlihatkan bercak
berwarna putih atau keperakan di atas permukaan daun dengan
pola acak tidak beraturan menyerupai lukisan.
Sesuai dengan pernyataan di atas maka penanggulangan
menggunakan perangkap kertas berwarna atau yellow trap. Hal ini
dikarenakan lalat dewasa (imago) L. Huidobrensis tertarik dengan
warna kuning. Perangkap ini bisa di buat sendiri atau beli di toko
pertanian. Cara pembuatan bisa menggunakan berbahan papan
atau plastik lembaran dengan ukuran 15 x 15 cm. Oleskan perekat,
vaselin, oli, atau minyak goreng pada perangkap tersebut. Lalat
pengorok akan mendatangi perangkap berwarna kuning tersebut.
Ini adalah cara pengendalian yang murah, efektif serta ramah
lingkungan. Masa panen, bisa dilakukan pada saat tanaman
pakcoy yang ditanam secara hidroponik telah berumur 33 hst,
sedangkan secara konvensional menunggu umur 45 hst. Kondisi
ini memungkinkan karena nutrisi hidroponik berupa unsur hara
21
makro dan mikro senantiasa tercukupi dengan kadar yang selalu
dikontrol.
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggota KKN-T MBKM kel. 141 Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar mengadakan sosialisasi serta
demo mengenai pembuatan hidroponik sebagai upaya lingkungan
hijau yang di laksanakan secara langsung kepada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Mekar Asri RT 02 / RW 08, ketua RT 02 /
RW 08, aparat Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar. Banyak
langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran
lingkungan, salah satunya yaitu dengan program penghijauan
lingkungan. Masalah penghijauan dapat ditangani dengan
berbagai cara yang salah satunya yaitu budidaya hidroponik. Salah
satu jenis teknik hidroponik yang di gunakan yaitu Hidroponik
Vertikultur, dengan memanfaatkan pekarangan sempit mengubah
kebiasaan pertanian secara konvensional ke sistem modern secara
vertikal. Hidroponik dapat menguntungkan dari segi ekonomi,
bebas bahan kimia seperti pestisida, serta memiliki masa panen
yang relatif lebih singkat. kekurangan dari sistem ini
diperlukannya perhatian ekstra, ketelitian, mampu mengontrol
nutrisi. Dalam proses penerapan teknik hidropnik vertikultur
terdidi dari pembuatan hidroponik di mulai dari pembuatan meja
hingga pemasangan pompa, pembenihan, pemindahan bibit
tanaman, pemeliharaan, panen.
3.2 Saran
Terdapat saran yang perlu di perhatikan, seperti halnya
terjadi kemiringan pada tower hidroponik serta penambahan
22
nutrisi tanaman dan pemeliharaan tanaman yang tepat harap
diperhatikan dan dipahami secara seksama sehingga pengupayaan
menciptakan hasil panen yang optimal dapat berpeluang lebih
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arief dkk. 2021. Implementasi Program Go Green Berbasis
Hidroponik di SMA YP PGRI 1 Makassar. Jurnal Lepa-
Lepa Open. 1(3): 410-415.
BPS Kota Blitar. 2021. Kota Blitar dalam Angka Badan Pusat
Statistik. Blitar: Badan Pusat Statistik.
25
Lampiran 1. Surat Kesediaan Kerja Sama
26
Lampiran 2. Peta Lokasi Mitra di Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar
27
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
28
Gambar 5. Perakitan Hidroponik Vertikultur
29
Lampiran 4. Slide Materi
30