Anda di halaman 1dari 39

MODUL

PENGABDIAN
MASYARAKAT
PEMBUATAN HIDROPONIK SEBAGAI
UPAYA MENDUKUNG PROGRAM
LINGKUNGAN DI KELURAHAN
PLOSOKEREP

141 DOSEN PEMBIMBING


LAPANGAN
Chrystia Aji Putra, S.Kom., M.T.

DISUSUN OLEH
Aldien Ramadhan
Diah Rahmadani
Alifia Oktaviani S.
Yumna Putri Salsabil
Bagus Wahyu Tri P.
Arifiana Nur Hanifah
Indah Nur Hamidah
Reyhan Abiyyu Hartono
Dewanggie Sasmita Ratu
Abrar Athaya Yuris E.

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR


2022

MODUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


PEMBUATAN HIDROPONIK SEBAGAI UPAYA
MENDUKUNG PROGRAM LINGKUNGAN DI
KELURAHAN PLOSOKEREP

Oleh:
CHRYSTIA AJI PUTRA, S.KOM., M.T
NIDN. 0008108605
1. Aldien Ramadhan 19012010305
2. Diah Rahmadani 19025010063
3. Alifia Oktaviani S. 19024010141
4. Yumna Putri Salsabil 19011010059
5. Bagus Wahyu Tri Pambudi 19012010277
6. Arifiana Nur Hanifah 19012010309
7. Indah Nur Hamidah 19042010094
8. Reyhan Abbiyu Hartono 19024010005
9. Dewanggie Sasmita Ratu 19025010161
10. Abrar Athaya Yuris E. 19034010111

KELOMPOK 141 KKNT MBKM


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Modul : Pembuatan Hidroponik Sebagai


Upaya Mendukung Program
Lingkungan Di Kelurahan
Plosokerep
2. Pemanfaatan Ipteks :
3. Nama Dosen Pembimbing Lapangan
a. Nama Lengkap : Chrystia Aji Putra,S.Kom.,M.T
b. NIDN : 0008108605
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Informatika
e. Nomor HP : 085733661195
f. Alamat e-mail : ajiputra@upnjatim.ac.id
g. Perguruan Tinggi : UPN "Veteran" Jawa Timur
4. Lokasi Kegiatan : Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar
5. Anggota :
1. Nama Lengkap : Aldien Ramadhan
NPM : 19012010305
Prodi : Manajemen
2. Nama Lengkap : Diah Rahmadani
NPM : 19025010063
Prodi : Agroteknologi
3. Nama Lengkap : Alifia Oktaviani S.
NPM : 19024010141
Prodi : Agribisnis
4. Nama Lengkap : Yumna Putri Salsabil
NPM : 19011010059
Prodi : Ekonomi Pembangunan
5. Nama Lengkap : Bagus Wahyu Tri Pambudi
NPM : 19012010277

i
Prodi : Manajemen
6. Nama Lengkap : Arifiana Nur Hanifah
NPM : 19012010309
Prodi : Manajemen
7. Nama Lengkap : Indah Nur Hamidah
NPM : 19042010094
Prodi : Administrasi Bisnis
8. Nama Lengkap : Reyhan Abiyyu Hartono
NPM : 19024010005
Prodi : Agribisnis
9. Nama Lengkap : Dewanggie Sasmita Ratu
NPM : 19025010161
Prodi : Agroteknologi
10. Nama Lengkap : Abrar Athaya Yuris Erbinavydho
NPM : 19034010111
Prodi : Teknik Lingkungan

Surabaya, 1 Juni 2022


Menyetujui DPL Ketua Kelompok,

Chrystia Aji Putra,S.Kom.,M.T Aldien Ramadhan


NIP. 198610082021211001 NPM. 19012010305

Mengetahui,
Ka. LPPM Kapusdimas dan KKN

Dr. Ir. Yenny Wuryandari, MP. Dr. Z. Abidin Achmad, M.Si., M.Ed.
NIP. 19660114 199203 2 001 NPT. 373059901701

ii
KATA PENGANTAR

Modul Pengabdian Masyarakat dan Pembuatan Hidroponik


Sebagai Upaya Mendukung Program Lingkungan Di Kelurahan
Plosokerep di buat berdasarkan kendala dan permasalahan yang
terdapat di lingkungan wilayah Kelurahan Plosokerep. Metode
yang digunakan dalam pemecahan masalah mengurangi
pencemaran lingkungan ini, kami selaku para anggota KKN-T
MBKM kel. 141 Kelurahan Plososkerep, Kota Blitar mengadakan
sosialisasi serta demo mengenai pembuatan hidroponik sebagai
upaya lingkungan hijau yang di laksanakan secara langsung
kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Asri RT 02 / RW
08, ketua RT 02 / RW 08, aparat Kelurahan Plosokerep, Kota
Blitar. Banyak langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, salah satunya yaitu dengan program
penghijauan lingkungan. Masalah penghijauan dapat ditangani
dengan berbagai cara yang salah satunya yaitu budidaya
hidroponik.
Kegiatan tersebut terbagi dalam beberapa jenis antara lain
diskusi antar pihak peserta sosialisi dengan anggota kelompok
KKNT MBKM kel. 141 Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar.
penyelenggara sebagai bentuk diskusi paling sederhana dan usatu
cara bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam
integritas tatap muka. Sosialisasi mengindikasikan suatu makna
di mana setiap individu berupaya menyelaraskan hidupnya di
tengahtengah masyarakat.
Terakhir penulis berharap hasil dari tulisan kami, dapat
digunakan sebagai informasi untuk pembentukan rancangan
program dalam menyelesaikan berbagai masalah dan kendala
yang dihadapi dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat,
iii
institusi terkait serta perguruan tinggi. Selain itu, dibuatnya modul
ini untuk memenuhi salah satu luaran kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematik MBKM Kelompok 141.

Blitar, 15 Juni 2022

Chrystia Aji Putra, S. Kom., M.T

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vii
1. PENDAHULUAN .................................................................. 1
2. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 4
2.1Hidroponik Vertikultur ...................................................... 4
2.2 Keunggulan dan Kekurangan Hidroponik Vertikultur ..... 7
2.3 Cara Membuat Hidroponik Vertikultur ............................ 8
2.4 Pemeliharaan Tanaman Hidroponik Vertikultur ............. 18
2.5 Hasil Pemeliharaan Tanaman Hidroponik ...................... 19
3. PENUTUP ............................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 23
Lampiran 1. Surat Kesediaan Kerja Sama ................................... 26
Lampiran 2. Peta Lokasi Mitra di Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar ........................................... 27
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan ............................................ 28
Lampiran 4. Slide Materi ............................................................. 30

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penjelasan Pembuatan Hidroponik Vertikultur ............ 9


Tabel 2. 2 Penyemaian Tanaman Sayur Hidroponik Vertikultur. 14

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Mitra ....................................................... 27


Gambar 2. Sosialisasi Hidroponik kepada KWT Mekar Asri ...... 28
Gambar 3. Pembuatan Tatakan Meja untuk Hidroponik
Vertikultur .................................................................................... 28
Gambar 4. Pembuatan Saluran Nutrisi Hidroponik Vertikultur .. 28
Gambar 5. Perakitan Hidroponik Vertikultur .............................. 29
Gambar 6. Pengukuran Kadar pH dan Kepekatan Air Nutrisi
Tanaman Hidroponik ................................................................... 29
Gambar 7. Slide Materi Sosialisasi Hidroponik........................... 30
Gambar 2. 1 Sosialisasi dan Demo Pembibitan Pakcoy dan Sawi. 6
Gambar 2. 2 Ukuran Tatakan Meja Hidroponik Vertikultur ....... 12
Gambar 2. 3 Ukuran Tower Hidroponik Vertikultur ................... 12
Gambar 2. 4 Jalan Masuk Air Nutrisi .......................................... 13
Gambar 2. 5 Jalan Keluar Air Nutrisi .......................................... 13
Gambar 2. 6 Perbedaan Pertumbuhan Tanaman ......................... 20

vii
PEMBUATAN HIDROPONIK SEBAGAI UPAYA
MENDUKUNG PROGRAM LINGKUNGAN DI
KELURAHAN PLOSOKEREP

Chrystia Aji Putra, S. Kom., M.T, Aldien Ramadhan, Diah


Rahmadani, Alifia Oktaviani, Yumna Putri Salsabil, Bagus
Wahyu Tri Pambudi, Arifiana Nur Hanifah, Indah Nur Hamidah,
Reyhan Abbiyu Hartono, Dewanggie Sasmita Ratu, Abrar Athaya
Yuris Erbinavydho

e-mail: ajiputra@upnjatim.ac.id

1. PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan bukan menjadi hal baru yang ada di
lingkungan sekitar. Menurut Arief dkk. (2021), pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia atau proses alam. Pencemaran lingkungan
ini dapat menyebabkan terganggunya habitat makhluk hidup yang
kemudian akan berdampak pada jumlah populasi makhluk hidup
itu sendiri. Pencemaran akibat ulah manusia dapat menyebabkan
alam tidak mampu kembali seperti semula. Kerusakan alam dapat
menyebabkan perubahan iklim, polusi, serta bencana alam.
Banyak langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, salah satunya yaitu dengan program
penghijauan lingkungan. Penghijauan dapat membersihkan
partikel padat seperti timbal dan akan menempel pada ranting dan
batang pohon, sehingga dapat meningkatkan kualitas suatu
lingkungan. Pepohonan dapat mampu menyerap gas CO2 yang
telah bercampur sulfur yang dihasilkan dari kendaraan dan pabrik

1
(Susilastri & Dewata, 2018). Penghijauan juga adalah cara
menyeimbangkan alam dengan menciptakan tempat untuk hewan
berdampingan dengan manusia.
Pertanian merupakan sektor penting bagi masyarakat
Indonesia. Sektor pertanian dapat sebagai sumber penghasilan
sekaligus ketahanan pangan, karena Indonesia merupakan negara
agraris. Perkembangan teknologi dan inovasi yang semakin besar,
mendorong dan mempermudah masyarakat Indonesia untuk
bergerak maju pada bidang pertanian. Melihat dari banyaknya
lahan yang tidak digunakan di Indonesia, maka ada cara lain untuk
memanfaatkan lahan pertanian sebagai upaya mengembangkan
hasil pertanaia, yakni dengan bertanam hidroponik.
Masalah penghijauan dapat ditangani dengan berbagai cara
yang salah satunya yaitu budidaya hidroponik yang merupakan
termasuk dalam aspek pertanian. Menurut Kaungan (2016),
hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah yaitu metode pertumbuhan pertanian dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai pemenuhan
kebutuhan nutrisi tanaman. Air dalam hidroponik diisi dengan
larutan nutrisi. Kebutuhan air lebih sedikit jika dibandingkan
dengan budidaya pada tanah. Hidroponik dapat meminimalisir
polusi udara, menggunakan air secara lebih efisien, dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Hidroponik juga dapat
menguntungkan dalam segi ekonomi karena memiliki harga jual
yang lebih tinggi daripada tanaman biasanya. Selain itu,
hidroponik biasanya bebas pestisida, hama, dan penyakit, serta
memiliki masa panen yang lebih cepat.
Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
ketahanan pangan dan gizi menerangkan bahwa
penganekaragaman pangan salah satunya dengan pengoptimalan
2
pemanfaatan lahan pekarangan. Sehubungan dengan implementasi
perundangan tersebut, Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan
lembaga masyarakat yang memiliki potensi dalam pengembangan
memanfaatkan lahan pekarangan untuk pemenuhan ketahanan
pangan keluarga. Pemanfaatan pekarangan pada era globalisasi ini
banyak digunakan sebagai lahan yang dapat menghasilkan produk
berupa sayuran yang dapat menjadi panganan yang dapat
dikonsumsi keluarga. Pekarangan saat ini sudah mulai banyak
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya untuk kebutuhan rumah
tangga.
Menurut BPS Kota Blitar (2021), Kelurahan Plosokerep
adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Sananwetan,
Kota Blitar. kelurahan Plosokerep memiliki luas 1,25 km 2
memiliki batas wilayah sebelah Utara Kelurahan Kepanjenkidul,
sebelah Selatan Desa Plosoarang, sebelah Barat Kelurahan
Karangsari dan Kelurahan Tlumpu, sebelah Timur Kelurahan
Sanan wetan dan Kelurahan Karangtengah. Kelurahan ini terdiri
dari 22 RT dan 8 RW dengan populasi penduduk sebanyak 5.194
ribu jiwa, dengan 1.650 kepala keluarga. Kelurahan Plosokerep
sebagaimana perkotaan tidak memiliki ruang terbuka yang luas.
Oleh karena itu, sisa ruang terbuka yang ada dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin sekaligus memperbaiki kualitas ruang melalui
kegiatan penghijauan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan upaya
alternatif pemanfaatan lahan terbatas dengan cara bertanam
hidroponik. Cara budidaya hidroponik yang tidak memerlukan
lahan yang luas dapat dilakukan secara vertikultur.

3
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hidroponik Vertikultur
Teknik budidaya hidroponik membuat lingkungan sekitar
tanaman dapat dikontrol (Saito et al. 2013). Hidroponik
merupakan suatu teknologi budidaya tanaman dalam larutan
nutrisi dengan atau tanpa media buatan untuk penunjang mekanik.
Dengan sistem hidroponik mampu meminimalisir keterbatasan air,
mengatasi luas tanah yang sempit, serta kondisi tanah yang kritis
dan hama yang tidak terkendali (Wibowo dan Asriyanti, 2013).
Jika dibandingkan, kebutuhan air pada tanaman hidroponik lebih
sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air pada tanaman yang
ditanam pada tanah.
Awal mula pembudidayaan tanaman dengan memanfaatkan
air ditulis oleh Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul Silva
Sylvarum (1627). Teknik pembudidayaan tanaman dengan
memanfaatkan air menjadi populer setelah itu. Pada tahun 1699,
John Woodward melakukan percobaan budidaya Spearmint
(tanaman mint) dengan air. Dari percobaan tersebut, ia
menemukan bahwa tanaman yang tumbuh dengan memanfaatkan
air yang kurang murni (air yang dicampur dengan kandungan
unsur hara) tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni (air
biasa). Tanaman hidroponik mengalami perkembangan di setiap
zamannya, hingga pada saat ini banyak tanaman hidroponik yang
dikelola oleh masyarakat Indonesia.
Salah satunya dengan penanaman menggunakan sistem
pertanian vertikultur. Teknik hidroponik yang memungkinkan
dimodifikasi adalah dengan sistem vertikultur. Pertanian
vertikultur merupakan usaha budidaya secara vertikal sehingga
sering juga disebut sebagai vertikal farming (Zulkifli dan Ida
Zulfida, 2021). Teknik budidaya tanaman secara hidroponik tidak
4
berpatokan terhadap keadaan tanah atau lahan yang harus luas,
melainkan menggunakan instalasai khusus yang menghemat area
dengan memanfaatkan cairan ditambah dengan nutrisi untuk
tumbuhan yang dapat mendukung pertumbuhan budidaya tanaman
dapat dilakukan secara optimal.
Pemanfaatan pekarangan sempit dianjurkan menggunakan
sistem vertikultur dengan mengembangkan sistem pertanian dari
kebiasaan bertanam secara konvensional ke sistem pertanaman
secara hidroponik yang dapat dilakukan secara vertikal. Penerapan
teknik hidroponik dengan di kondisikan menggunakan sistem
penananamn vertikultur maka permasalahan atas ketersediaan
lahan dapat diatasi. Penanaman secara vertikultur sesuai dengan
konsep Urban Farming yang saat ini tengah banyak
diperbincangkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Indonesia Berkebun (2015), konsep Urban Farming adalah
metode bercocok tanam di wilayah perkotaan yang ukuran
lahannya relatif sempit dengan teknik bertanam khusus seperti
vertikultur, hidroponik dan aquaponik.
Kegiatan Hidroponik Vertikultur ini dilakukan secara
bersama dengan membina secara sisoalisasi serta menunjukkan
praktik cara-cara Hidroponik vertikultur yang dilaksanakan secara
langsung kepada peserta penyuluh. Peserta penyuluh sasaran
merupakan anggota serta ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
Mekar Asri RT 02 / RW 08, ketua RT 02 / RW 08, aparat
Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar. Kegiatan dilaksanakan di
rumah kediaman ketua KWT Mekar Asri. Kegiatan di awali
dengan breafing dan penyiapan sosialisasi serta penyediaan alat
dan bahan hidroponik vertikultur yang dilakukan oleh mahasiswa
sebelum pelaksanaan pembuatan hidroponik vertikultur.

5
Komunikasi dilakukan pertama kali dengan pihak aparat
kelurahan lalu di lanjutkan kepada ketua KWT Mekar Asri.
Pengadaan sosialisasi dengan memaparkan materi tentang
hidroponik vertikultur dan langkah selanjutnya, mahasiswa
melakukan demo mengenai tahap awal hidropnik yaitu mengenai
tata cara pembibitan tanaman sayuran pakcoy dan sawi.

Gambar 2. 1 Sosialisasi dan Demo Pembibitan Tanaman Pakcoy


dan Sawi
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dapat di terima serta di
dukung oleh peserta penyuluh dengan baik oleh pihak KWT
Mekar Asri, ketua RT dan RW, serta aparat keluraan Plosokerep,
dapat bekerja sama dengan baik sehingga kegiatan dapat berjalan
dengan lancar. Mahasiswa melakukan demo secara langsung
mengenai tatacara hidroponik vertikultur dengan menyediakan
informasi – informasi yang terdiri atas informasi awal hidroponik,
pembibitan tanaman yaitu tanaman pakcoy dan sawi, proses
pembuatan hidroponik vertikultur, peletakan bibit tanaman pada
tower hidroponik, pengaturan kadar nutrisi tanaman. Hasil dari
sosialisasi tentunya di dukung dengan adanya lingkungan yang
menunjang pemanfaatan hidroponik vertikultur dengan konsep
pemanfaatan lahan pekarangan dengan tersedianya sarana dan
prasarana, akses, dan berbagai pemanfaatan teknologi. Hal sejalan
dengan penelitian Patil et al., (2018) & Prawinegara et al., (2015)
menyatakan bahwa Lingkungan sosial-budaya dan teknologi di
6
mana wanita pertanian beroperasi adalah lingkungan yang dinamis
dan kemampuan seseorang dapat berkembang melalui proses
aliran informasi dari lingkungan sekitarnya.

2.2 Keunggulan dan Kekurangan Hidroponik Vertikultur


Penggunaan sistem pertanian dengan penanaman tanaman
secara vertikultur dapat menjadi solusi dalam mengatasi lahan
sempit. Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau
pada permukiman padat penduduk (Mariyam et al., 2014).
Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah efisiensi
penggunaan lahan dan hasil yang lebih bersih serta aman jika
langsung dikonsumsi. Hal ini di dapat karena yang ditanam
jumlahnya lebih banyak dibandingkan pemakaian pupuk dan
pestisida, kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan
dalam wadah tertentu, dan mempermudah
monitoring/pemeliharaan tanaman. Teknik ini juga menjadikan
lingkungan lebih indah. Mengingat berbagai manfaat yang bisa
diperoleh dari budi daya tanaman dengan teknik hidroponik,
terutama untuk menghijaukan lingkungan sekitar rumah di kota-
kota besar
Media tanam dalam penggunaan Hidroponik dapat diganti
atau dipindah-pindah setelah masa panen selesai. Hal ini membuat
kemudahan bagi petani yang tidak perlu melakukan pengolahan
tanah yang lebih berat lagi, bisa memodifikasi sendiri media
tanamnya bergantung kepada bahan organik yang tersedia dan
tanaman lebih terbebas dari hama dan penyakit. Media tanam
yang digunakan berupa rockwool, sekam bakar, hidroton, atau
pasir dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman.
7
Selain itu, pada kondisi saat ini dengan curah hujan yang
rendah, melalui sistem vertikultur dapat menjadi solusi bagi petani
karena tidak membutuhkan air yang banyak. Penanaman dengan
teknik vertikultur memiliki keunggulan lain, yaitu tanaman dapat
dipanen dalam keadaan segar. Pembeli ataupun konsumen bisa
langsung memanen sendiri tanaman ataupun melalui pemesanan
sehingga kualitasnya akan lebih terjamin, dengan kata lain
pemanenan dapat dilakukan saat dibutuhkan.
Tanaman tumbuh relatif lebih cepat, hal ini dikarenakan
penutrisian tanaman dapat di atur sesuai kebutuhan sehingga
tanaman relatif lebih cepat dalam proses pertumbuhannya. Inti
dari teknologi hidroponik adalah pemberian larutan hara –sebagai
sumber makanan bagi tanaman– di zona perakaran, di mana
tanaman tersebut ditanam pada media tertentu dengan
menggunakan air sebagai pengganti tanah. Larutan hara yang
diberikan berupa nutrisi A (kalsium, kalium, nitrogen, zat besi)
dan nutrisi B (kalium, nitrogen, pospor, magnesium, sulfur,
mangan, Zn, Cu, Mo, boron) yang dibutuhkan tanaman.
Kekurangan dalam penggunaan sistem hidroponik
vertikultur ini yaitu membutuhkan perhatian ekstra, ketelitian,
mampu mengontrol nutrisi serta tingkat pH secara berkala. Perlu
keterampilan dalam hal menanam mulai dari pembibitan,
penyemaian, hingga perawatan sesuai karakter tanaman dan jenis
hidroponik

2.3 Cara Membuat Hidroponik Vertikultur


2.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan hidroponik
vertikultur adalah bor baut, gerinda, Holesaw, Heat gun.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu rockwool, benih (pakcoy,
8
sawi, dan selada), netpot, semen, paralon 4 inch, paralon ½ inch,
paralon 5/8 inch, dop paralon 4 inch, dop paralon 5/8 inch, keni
paralon ½ inch, keni paralon 5/8 inch, T paralon ½ inch, T paralon
5/8 inch, Box ice cream, ember plastik beserta tutup, baja ringan,
baut, lem dan selotip paralon

2.3.2 Langkah-langkah pembuatan hidroponik vertikultur


Tabel 2. 1 Penjelasan Mengenai Pembuatan Hidroponik
Vertikultur
No Gambar Keterangan

Pengukuran paralon
1 dan baja ringan sesuai
kebutuhan

Pemotongan paralon
2 dan baja ringan
menggunakan gerinda

9
Pembuatan tatakan
meja hidroponik
vertikultur dari kaki,
3
alas tempat tower
hidroponik, hingga
perakitan

Pengukuran dan
melubangi paralon serta
4 box ice cream untuk
pembuatan tower
hidroponik

Pembuatan jalannya
masuk air nutrisi dalam
tower hidroponik
5

10
Perakitan hidroponik
6
secara keseluruhan

Pemasangan pompa air


7 dan penambahan nutrisi
tanaman

Pengukuran kadar pH
8 dan kepekatan air
nutrisi tanaman

Pembuatan hidroponik vertikultur di mulai dengan


pembuatan tatakan meja sebagai penopang tower hidroponik.
Tatakan meja di buat dari bahan baja ringan dengan ukuran
11
panjang sebesar 1,5m ; tinggi 40cm ; dan lebar 20cm. Pengukuran
tatakan meja di sesuaikan dengan lebar ukuran box ice cream.

Gambar 2. 2 Ukuran Tatakan Meja Hidroponik Vertikultur


Selanjutnya yaitu pembuatan tower hidroponik. Tower
hidroponik berjumlah 4 buah yang memiliki panjang masing-
masing tower sebesar 1m. Pelubangan tempat netpot pada tower
di kondisikan dengan box ice cream yang telah tersedia, jarak
lubang pertama yang terletak di paling bawah dan penutup box ice
cream sebesar 10cm dan 17,5cm. Perbedaan ukuran ini membuat
posisi peletakan netpot tanaman berbentuk zig-zag dan
menghindari menempelnya akar tanaman. Jarak antar lubang
sebesar 15cm dalam setiap barisan. Lebar lubang sebesar 5cm,
sehingga dalam 1 tower hidroponik memiliki 24 lubang.

Gambar 2. 3 Ukuran Tower Hidroponik Vertikultur

12
Jalur masuknya serta keluarnya air nutrisi menggunakan
paralon yang berbeda. Ukuran kecil sebesar 5/8 inch di gunakan
sebagai jalur masuknya air, sedangkan paralon ½ inch digunakan
sebagai jalan keluarnya air. Hal ini dibedakan karena pada saat air
masuk dengan volume kecil di tambah dengan kecepatan air
setinggi 2m sehingga mengakibatkan semakin besar laju air yang
keluar dan tersebar di dalam tower. Sistem pancuran air yang
berada di dalam tower menggunakan sistem sebar dengan
menutup paralon dengan dop ukuran yang sama lalu melubangi 4
sisi di sekeliling paralon.

Gambar 2. 4 Jalan Masuk Air Nutrisi


Jalan keluarnya air nutrisi di buat dengan cara melubangi
tower paralon dengan jarak antar lubang dan dasar semen sekitar
10cm. Hal ini di gunakan sebagai penghambat besarnya kecepatan
laju air keluar. Jalan air keluar dari box ice cream sampai pada
ember penampungan, disesuaikan dengan ukuran yang ada.
Semen digunakan sebagai penopang tower paralon yang bertujuan
agar paralon tidak bergerak maupaun jatuh.

Gambar 2. 5 Jalan Keluar Air Nutrisi

13
2.3.3 Langkah-langkah penyemaian tanaman hidroponik
Tabel 2. 2 Penjelasan Mengenai Penyemaian Tanaman Sayur
Untuk Hidroponik Vertikultur
No Gambar Keterangan

Meletakkan rockwool
pada nampan
1
pembibitan serta sirami
dengan sedikit air

Melubangi setiap kotak


2 rockwool sebagai
tempat benih

Meletakkan benih pada


3 rockwool, 1 lubang
sebanyak 1 biji di setiap

14
Menyirami rockwool
4 yang elah terisi benih
hingga basah merata

Pemindahan tanaman
5 yang berumur 7 hari
setelah pembenihan

Menurut Iqbal (2016:27), bahan yang digunakan sebagai


media tanam hidroponik harus mampu menyerap dan
menyalurkan air, mudah membuang air yang berlebih, mampu
menyediakan oksigen yang cukup, bisa menahan ketersediaan
unsur hara yang nantinya akan diserap akar tanaman, serta mampu
menjaga kelembaban daerah sekitar akar. Bahan tersebut tidak
boleh mengandung zat yang beracun bagi tanaman, tidak memiliki
kadar salinitas tinggi, dan tidak mengandung organisme yang
menyebabkan penyakit. Bahan media tanam yang dipakai untuk
budidaya hidroponik harus sesuai dengan macam dan karakter
tanaman yang hendak ditanam karena sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Tahapan membuat tanaman hidroponik yaitu yang pertama
semai benih sayuran, pindah tanam, mengenal nutrisi hidroponik,
15
melihat kondisi Ph air, mengatur nutrisi tanaman, dan tunggu
panen. Salah satu tahapan yang penting agar menghasilkan
tanaman yang baik adalah tahap persemaian. Menurut Lapondu ,
2020. persemaian adalah suatu tempat atau lokasi dimana
dilakukan kegiatan pembuatan bahan tanaman berupa semai yang
siap untuk ditanam di lapangan. Pembibitan adalah suatu lokasi
dilakukanya kegiatan untuk menyiapkan atau membuat bibit
tanaman, yang siap ditanam di lapangan. Media tanam terdapat
beberapa contoh seperti rockwool, arang sekam dan sekam
mentah, hidroton, vermiculite dan perlite, sabut kelapa (cocopeat),
pasir, kerikil, moss, pecahan bata atau arang kayu, spons (floral
foam), dan sebagainya.
Rockwool adalah media anorganik yang sangat ringan,
serupa busa dengan serabut yang halus. Rockwool berasal dari
pemanasan batuan basalt pada suhu tinggi hingga melebur dan
ketika mencair membentuk serat halus. Kelebihan rockwool
sebagai media tanam adalah memiliki ruang pori sebanyak 95%
dan daya pegang air 80%. Karakteristik tersebut membuat
rockwool bisa digunakan sebagai media pembenihan maupun
media tanam hampir semua jenis tanaman. Karena kelebihannya
itu, rockwool menjadi salah satu media tanam yang paling banyak
digunakan pelaku hidroponik.
Tata cara pembenihan yaitu pertama, rockwool yang telah di
potong kotak-kotak di letakkan ke dalam nampan kemudian
lubangi dengan sedotan di setiap kotak yang ada. Jumlah
banyaknya rockwool di sesuaikan dengan kondisi banyaknya
lubang pada tower hidroponik. Setelah melubangi rockwool maka
dilanjutakan dengan menanam benih tanaman sayur seperti
pakcoy, sawi, dan selada.

16
Lubang-lubang tersebut diisi dengan benih-benih sayuran
yang di tentukan dengan banyaknya isi benih pada setiap lubang
tergantung dari tanamannya. Untuk sayur selada, pakcoy, dan
sawi di beri 1 benih pada setiap lubangnya karena sayuran
tersebut bertumbuh ke samping/melebar sehingga di harapkan
tidak ada gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jamaludin et al
(2018) yang menunjukkan bahwa perlakukan satu bibit tanaman
per lubang tanaman pada sistem hidroponik menunjukkan
pertumbuhan tanaman terbaik.
Setelah semua biji disemai dalam media lalu diletakkan di
rak yang berada di tempat yang sedikit gelap. Semua media semai
tersebut kemudian ditutup sungkup atau lembaran plastik selama 2
hari untuk memacu keluarnya kecambah. Untuk membantu
perkecambahan, setiap pagi dan sore plastik dibuka agar udara
berganti dan media semai disemprot air menggunakan hand
sprayer. Setelah 2 hari wadah pembenihan dipindah ke tempat
yang terang tetapi tidak terkena sinar matahari langsung. Waktu
pemindahan ke tempat terang ini harus tepat 2 hari. Apabila
terlambat dipindah maka kecambah akan mendesak ke atas untuk
mencari cahaya. Akibatnya, kecambah tumbuh dengan batang
tinggi langsing tetapi rapuh, mudah rebah. Pada masa ini
perawatan dilakukan dengan penyiraman atau penyemprotan air
pada pagi dan sore hari agar kelembaban media persemaian
terjaga dan bibit tidak kekeringan.
Setelah 7 hst (hari setelah tanam) bibit tanaman sayur di
pindahkan kedalam netpot. Pemisahan setiap kotak rockwool
dilakukan secara hati-hati dan di upayakan akar tanaman tidak
ikut terpotong. Kemudian tata netpot yang telah terisi tanaman

17
pada hidroponik.selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman di
setiap harinya.

2.4 Pemeliharaan Tanaman Hidroponik Vertikultur


Kegiatan berikutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharaan
tanaman hidroponik meliputi penambahan nutrisi hidroponik
setiap pekan. Tanaman yang dibudidayakan dengan metode
hidroponik memperoleh unsur hara melalui pupuk yang dilarutkan
dalam air (Kaleka, 2019:119-120). Pupuk untuk hidroponik selalu
diformulasikan secara khusus sehingga semua unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara seimbang. Pupuk
hidroponik sudah diformulasikan dalam pupuk A dan pupuk B.
Ketika dicampurkan dalam aplikasinya maka disebut sebagai
pupuk AB mix. Formula pupuk hidroponik AB Mix terdiri dari
larutan A yang mengandung: kalium nitrat (potassium nitrat),
kalsium ammonium nitrat, dan Fe kelat (Fe EDTA). Sedangkan
formula larutan B terdiri dari kalium dihidrophosphat, kalium
sulfat, monoamonium phosphat, magnesium sulfat mangan sulfat,
tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat, ammonium
heptamolibdat, yang merupakan unsur-unsur hara mikro.
Pengaturan kadar larutan stok nutrisi sebesar 5 ml larutan
stok unsur hara A dan 5 ml larutan stok unsur hara B lalu
diencerkan dengan 1 liter air sehingga diperoleh 1 liter larutan
pupuk AB mix yang siap diaplikasikan. Pembuatan larutan pupuk
AB mix dapat dilakukan sesuai dengan ukuran tandon atau
reservoir yang tersedia pada instalasi. Misalnya kita
membutuhkan tambahan 10 liter air, maka kita hanya perlu
menambahkan 50 ml larutan stok pupuk A dan 50 ml larutan stok
pupuk B ke dalam 10 liter air tersebut.

18
Kadar ppm nutrisi ditingkatkan 200 ppm untuk setiap pekan,
disesuaikan dengan pertumbuhan perkembangan tanaman. Nilai
konduktivitas 1000 ppm dipertahankan sampai masa panen. Pada
hidroponik, kualitas larutan nutrisi sangat menentukan
keberhasilan produksi tanaman (Heliadi et al, 2018). Kontrol
pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan melihat nilai
konduktivitas elektrik cairan nutrisi menggunakan alat EC/TDS
meter. Selain itu, penyulaman tanaman yang mati juga menjadi
bagian dari pemeliharaan. Pada pekan pertama, jika ada bibit yang
mati, penyulaman dengan bibit baru yang memiliki umur sama
dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati. Pemeliharaan
juga meliputi pengendalian hama dan penyakit yang mungkin
menyerang tanaman sayuran yang ditanam melalui hidroponik.
2.5 Hasil Pemeliharaan Tanaman Hidroponik

A B

C D

19
Gambar 2. 6 Perbedaan Pertumbuhan Tanaman pada 28 hst
a) tanaman tower A, b) tanaman tower B, c) tanaman tower
C, d) tanaman tower D.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat perbedaan
ukuran baik itu jumlah daun dan tinggi tanaman yang berbeda di
setiap lubang pada tower hidroponik vertikultur. Sedangkan
pernyataan Hadi dkk., 2022. menyebutkan bahwa kedua
parameter yakni tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman
memiliki hubungan yang sinergis. Jumlah daun berhubungan
dengan pertumbuhan batang atau tinggi tanaman dimana batang
tersusun dari ruas yang merentang diantara buku-buku batang
tempat melekatnya daun. Sehingga dengan bertambah panjangnya
batang akan menyebabkan jumlah daun yang terbentuk juga
semakin banyak. Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi akibat dari
pemanjangan dan pertambahan ruas pada batang. Pemanjangan
ruas terjadi karena adanya aktivitas pembelahan sel yang pada
akhirnya menyebakan pertambahan jumlah sel. Hal ini
menunjukkan setiap tanaman yang berada pada setiap tower tidak
menyerap air nutrisi tanaman secara merata. Hal ini juga di
perjelas dengan tower yang keadaan sedikit miring sehingga
pancuran air tidak menyebar dan mengaliri tower hidroponik
secara merata pada setiap sisinya. Menurut Moerhasrianto (2011)
pemberian nutrisi dengan konsentrasi yang tepat sangatlah penting
pada hidroponik, karena nutrisi cair merupakan satu-satunya
sumber hara bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam
jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak di temukannya
OPT (Organisme Penggangu Tanaman) pada tanaman hidroponik.
Jika terdapat OPT pada hidropnik upaya pengendalian dilakukan
secara manual menggunakan tangan/secara mekanik (tanpa
20
penggunaan pestisida sintetik) menghindari adanya cemaran
residu pestisida sintetik pada sayuran. Penelitian yang dilakukan
Widowati et al (2019) menunjukkan beberapa jenis residu
pestisida dengan kadar nyata ditemukan pada tanaman sayuran
daun.
Salah satu contoh penangulangan OPT berupa hama seperti
Ulat Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis) yang menyerang
tanaman pakcoy, gejala serangan ulat pengorok daun yang terlihat
pada permukaan daun pakcoy berupa alur lukisan berwarna putih.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari aktivitas lalat dewasa yang
meletakkan telurnya dengan ujung ovipositor bagian bawah daun.
Sesudah telur menetas dan berubah menjadi larva, mulai
menggorok dan masuk dalam jaringan mesofil daun sehingga
jaringan daun menjadi kosong, dan memperlihatkan bercak
berwarna putih atau keperakan di atas permukaan daun dengan
pola acak tidak beraturan menyerupai lukisan.
Sesuai dengan pernyataan di atas maka penanggulangan
menggunakan perangkap kertas berwarna atau yellow trap. Hal ini
dikarenakan lalat dewasa (imago) L. Huidobrensis tertarik dengan
warna kuning. Perangkap ini bisa di buat sendiri atau beli di toko
pertanian. Cara pembuatan bisa menggunakan berbahan papan
atau plastik lembaran dengan ukuran 15 x 15 cm. Oleskan perekat,
vaselin, oli, atau minyak goreng pada perangkap tersebut. Lalat
pengorok akan mendatangi perangkap berwarna kuning tersebut.
Ini adalah cara pengendalian yang murah, efektif serta ramah
lingkungan. Masa panen, bisa dilakukan pada saat tanaman
pakcoy yang ditanam secara hidroponik telah berumur 33 hst,
sedangkan secara konvensional menunggu umur 45 hst. Kondisi
ini memungkinkan karena nutrisi hidroponik berupa unsur hara

21
makro dan mikro senantiasa tercukupi dengan kadar yang selalu
dikontrol.

3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggota KKN-T MBKM kel. 141 Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar mengadakan sosialisasi serta
demo mengenai pembuatan hidroponik sebagai upaya lingkungan
hijau yang di laksanakan secara langsung kepada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Mekar Asri RT 02 / RW 08, ketua RT 02 /
RW 08, aparat Kelurahan Plosokerep, Kota Blitar. Banyak
langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran
lingkungan, salah satunya yaitu dengan program penghijauan
lingkungan. Masalah penghijauan dapat ditangani dengan
berbagai cara yang salah satunya yaitu budidaya hidroponik. Salah
satu jenis teknik hidroponik yang di gunakan yaitu Hidroponik
Vertikultur, dengan memanfaatkan pekarangan sempit mengubah
kebiasaan pertanian secara konvensional ke sistem modern secara
vertikal. Hidroponik dapat menguntungkan dari segi ekonomi,
bebas bahan kimia seperti pestisida, serta memiliki masa panen
yang relatif lebih singkat. kekurangan dari sistem ini
diperlukannya perhatian ekstra, ketelitian, mampu mengontrol
nutrisi. Dalam proses penerapan teknik hidropnik vertikultur
terdidi dari pembuatan hidroponik di mulai dari pembuatan meja
hingga pemasangan pompa, pembenihan, pemindahan bibit
tanaman, pemeliharaan, panen.

3.2 Saran
Terdapat saran yang perlu di perhatikan, seperti halnya
terjadi kemiringan pada tower hidroponik serta penambahan
22
nutrisi tanaman dan pemeliharaan tanaman yang tepat harap
diperhatikan dan dipahami secara seksama sehingga pengupayaan
menciptakan hasil panen yang optimal dapat berpeluang lebih
besar.

DAFTAR PUSTAKA
Arief dkk. 2021. Implementasi Program Go Green Berbasis
Hidroponik di SMA YP PGRI 1 Makassar. Jurnal Lepa-
Lepa Open. 1(3): 410-415.

BPS Kota Blitar. 2021. Kota Blitar dalam Angka Badan Pusat
Statistik. Blitar: Badan Pusat Statistik.

Heliadi, G.G., Kirom, M.Ramdlan, dan Suhendi, A. 2018.


Monitoring dan kontrol nutrisi pada sistem hidroponik
NFT berbasis konduktivitas elektrik. e-Proceeding of
Engineering. Vol. 5:1, pp. 885-893.

Iqbal, M. 2016. Simpel Hidroponik. Yogyakarta: Lily Publisher.

Indonesia Berkebun. 2015. Urban Farming ala Indonesia


Berkebun. PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
http://books.google.co.id/

Jamaludin, Maryati, and Ranchiano, M.G. 2018. Jumlah tanaman


per lubang tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy (Brassica oleraceae) pada penanaman
sistem hidroponik NFT. Jurnal Wacana Pertanian. Vol.
14:1, pp. 32-40.

Kaleka, N. 2019. Hidroponik Sumbu Wick dan Rakit Apung.


Yogyakarta: Pustaka Baru.
23
Kaunang. 2016. Persepsi Masyarakat terhadap Tanaman
Hidroponik di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng,
Kabupaten Minahasa. Agri-Sosio Ekonomi Unsrat. 12(2):
283-302.

F. L. Lapondu, Y. R. K. Lawi, G. D. Apresyandari, 2020. Konsep


Perbandingan Dan Pecahan Pada Proses Persemaian
Tanaman Hidroponik Di Yogyakarta. Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. Vol. 1 No. 1 Januari 2020

Mariyam, S., T. Rahayu dan Budiwati. 2014. Implementasi ECO-


Education di Sekolah Perkotaan Melalui Budidaya
Vertikultur Tanaman Hortikultura Organik. Jurnal Inotek.
18(1) : 28-38.

Moerhasrianto P. 2011. Respon Pertumbuhan Tiga Macam


Sayuran Pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi Larutan
Hidroponik [Skripsi]. Universitas Jember.

Patil, B., Babus, V, S. 2018. International Journal of Applied


Research 2018, 4(12) : Role of Women In Agriculture

Prawinegara, D., Sumardjo, Lubis, D, P., Harijati, S. 2015.


International Journal of Humanities and Social Science
Vol.5 No.12: Strengthening Role of Farmer Institution in
Enchance of Innovation Capability Based on ICT in West
Java Province, Indonesia.

Saito K, Furue K, Kametani H, Ikeda M. 2013. Roots of


hydroponically grown tea (Camellia sinensis) plants as a
source of a unique amino acid, theanine. American J Exp
Agric 4(2): 125-129.
24
Sapto Wibowo dan Arum Asriyanti S. 2013. Aplikasi Hidroponik
NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis).
Program Studi Agroteknologi Politeknik Banjarnegara.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3): 159-167

S.N. Hadi , P. S. Dewi , dan I. Widiyawati, 2022. Penerapan


Sisitem Budidaya Hidroponik Vertikultur Dan
Konvensiaonal Di Sekolah Dasar Negeri 3 Tanjung
Purwokerto Jawa Tengah. Vol. 21 No. 01, JANUARI
2022

Susilastri & Dewata. 2018. Pemanfaatan Lahan dengan


Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(2): 10-15.

Widowati, H., Sutanto, A., Achyani, Theresia F. and Hendri, N.


2019. Profil Residu Bahan Aktif pada Jenis Sayuran Non
Organik. Prosiding KN-APPPTMA UMM, pp. 769-781.

Zulkifli Ida Zulfida, 2021. Optimalisasi Pemanfaatn Laha Sempit


Menggunakan Teknik Vertikultur Mikrohidroponik
Dengan Media Tanaman Dan Pupuk AB Mix Pada
Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Agroscience Vol. 11
No. 2, Desember 2021

25
Lampiran 1. Surat Kesediaan Kerja Sama

26
Lampiran 2. Peta Lokasi Mitra di Kelurahan Plosokerep,
Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar

Gambar 1. Peta Lokasi Mitra

27
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 2. Sosialisasi Hidroponik kepada KWT Mekar Asri

Gambar 3. Pembuatan Tatakan Meja untuk Hidroponik


Vertikultur

Gambar 4. Pembuatan Saluran Nutrisi Hidroponik Vertikultur

28
Gambar 5. Perakitan Hidroponik Vertikultur

Gambar 6. Pengukuran Kadar pH dan Kepekatan Air Nutrisi


Tanaman Hidroponik

29
Lampiran 4. Slide Materi

Gambar 7. Slide Materi Sosialisasi Hidroponik

30

Anda mungkin juga menyukai