Anda di halaman 1dari 4

PAPER

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN


(Disusun guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Ilmu Gizi Dasar kelas D)

Dosen Pengampu:
Sulistiyani, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Rabiah Sekar Putri Albataviani NIM 192110101068
2. Mia Indryani NIM 192110101182
3. Lely Agustina NIM 222110101156
4. Elfinio Farely Handoyo Putra NIM 222110101163
5. Nadia Ayu Putri Viranda NIM 222110101166
6. Muhammad Rheavo Aflahza NIM 222110101169
7. Feti Anjelina NIM 222110101171
8. Arza Nayli Zakiyah NIM 222110101173
9. Rafly Abdie Pratama NIM 222110101199

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia yaitu sebanyak 3-5 gram. Zat ini sangat penting selama proses pertumbuhan
dan perkembangan janin. Contohnya adalah untuk perkembangan organ seperti hati,
ginjal, dan otak serta sistem saraf pusat. Pada saat organogenesis, konsumsi oksigen
pada janin akan meningkat sehingga diperlukan zat besi sebagai katalisator produksi
ATP, serta transportasi oksigen dalam sitokrom. Defisiensi zat besi pada saat
embriogenesis dan organogenesis dapat berakibat pada anomali kongenital. Selama
kehamilan, sedikitnya diperlukan 350 mg tambahan zat besi untuk plasenta dan
embrio/janin. Janin menyimpan zat besi dalam jumlah yang cukup besar karena akan
digunakan dalam 6–9 bulan pertama kehidupan neonatus. Kebutuhan zat besi janin
sangatlah bergantung pada konsentrasi zat besi maternal. Kurangnya daya kompensasi
janin bila terjadi defisiensi zat besi, menyebabkan kondisi anemia defisiensi zat besi
pada maternal dapat menyebabkan defisiensi zat besi pada janin dengan berbagai
komplikasinya.
Anemia merupakan keadaan dimana terjadi tidak mencukupinya eritrosit untuk
mengantarkan kebutuhan oksigen jaringan. Karena hal ini sulit diukur, maka anemia
didefinisikan sebagai rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb), hitung eritrosit, dan
hematokrit (Hct) dari nilai normal. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang
paling sering terjadi pada saat kehamilan. Menurut WHO, anemia defisiensi zat besi
adalah kondisi dimana tubuh kekurangan besi, yang terbukti dengan tanda kekurangan
zat besi pada jaringan dan tidak tercukupinya cadangan zat besi dalam tubuh, disertai
dengan penurunan kadar hemoglobin lebih dari 2 standar deviasi dari nilai referensi
pada populasi yang sama. Kehamilan mengakibatkan perubahan fisiologis pada wanita
hamil sehingga meningkatkan risiko anemia, dimana paling rentan dimulai pada usia
kehamilan sekitar 20-24 minggu.
Pada masa kehamilan, kondisi fisiologis dalam tubuh wanita mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi yakni meningkatnya kerja ginjal dalam menyimpan banyak air
yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume dalam darah hingga mencapai 50%
bahkan lebih. Namun, peningkatan volume darah yang terjadi tidak diiringi dengan
peningkatan sel darah merah. Volume darah bertambah sebab kandungan air yang
meningkat yang berefek pada encernya darah. Ketika hal ini terjadi dan tidak diimbangi
dengan konsumsi zat besi yang mencukupi, maka tubuh ibu hamil akan mengalami
kekurangan zat besi yang menyebabkan proses pembentukan sel darah merah juga tidak
berjalan baik. Ketika penurunan zat besi terus terjadi hingga cadangan zat besi dalam
tubuh perlahan menghilang maka absorbsi zat besi akan meningkat demi memenuhi
kebutuhan tubuh. Kondisi ini yang nantinya akan menjadi penanda anemia defisiensi zat
besi sebab kadar serum besi yang menurun dan meningkatnya Total Iron Binding
Capacity (TIBC) melewati ambang batas.
Anemia defisiensi zat besi yang terjadi pada kehamilan dapat digambarkan dalam
beberapa fase atau stadium, dimulai dari deplesi zat besi, eritropoesis defisiensi besi,
dan anemia defisiensi besi. 
1. Deplesi Zat besi 
Deplesi zat besi merupakan stadium pertama dari terjadinya anemia defisiensi
zat besi. Pada stadium ini terjadi deplesi zat besi atau menurunnya cadangan zat
besi dengan ditandai adanya penurunan serum feritin, namun pemeriksaan
hemoglobin dan besi serum masih normal. Pada stadium ini, terjadi peningkatan
absorbsi zat besi di dalam usus. 
2. Eritropoesis Defisiensi Zat Besi 
Ketika keadaan deplesi zat besi terus berlanjut, otomatis cadangan zat besi
dalam tubuh akan menjadi sangat rendah sehingga penyediaan zat besi untuk
eritropoesis berkurang. Pada kondisi eritropoesis defisiensi besi manifestasi
klinis anemia belum terlihat dan kadar hemoglobin dalam tubuh masih normal.
Namun, ketika dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan besi
serum (SI) dan saturasi transferin, sedangkan Total Iron Binding Capacity
(TIBC) meningkat.
3. Anemia Defisiensi Besi
Pada fase stadium ini, telah terjadi gangguan fungsi yang ditandai dengan
penurunan volume sel darah merah (MCV), dan kadar hemoglobin dalam darah
(MCH). Pada fase ini pula biasanya manifestasi klinis anemia mulai terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1132/anemia-dalam-
kehamilan#:~:text=Anemia%20defisiensi%20besi%20merupakan%20anemia,seimbang
%2C%20malabsorpsi%20dan%20penyalahgunaan%20alkohol
https://perpustakaan.poltektegal.ac.id/index.php?p=fstream-
pdf&fid=27460&bid=4328308
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7492370/
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/download/3201/2664

Anda mungkin juga menyukai