Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
MEDAN 2023
7 TAHAPAN STUDI KASUS
1. Klasifikasi Istilah
Klasifikasi istilah adalah mencari kata atau istilah yang sulit dan yang belum
dimengerti dan mencapai kesepakatan akan arti kata yang terdapat dalam kasus atau
pemicu.
2. Identifikasi Masalah
3. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan atau asumsi yang akan diuji kebenarannya melalui
beberapa percobaan.
4. Analisa Masalah
5. More Info
6. We Don’t Know
We don’t know adalah menyajikan ulang istilah-istilah yang belum diketahui pada
tahap klarifikasi istilah yang kemudian dicari dan dijelaskan.
7. Learning Issue
Learning issue adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau
basis bagi siswa untuk belajar. Learning issue berisi tentang masalah yang sudah ditentukan
di bagian analisa masalah.
KASUS
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan demam,
disertai perut mual dan susah makan. Selain itu, menurut ibu, anaknya terlihat lemah dan pucat
sejak dua bulan yang lalu. Kata guru TKnya, anak tidak selincah teman-temannya dan sering
tertidur di kelas. Sejak kecil anak sulit makan dan tidak suka makan daging. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan, frekuensi nadi 120x/menit, suhu tubuh 38,5 derajat celcius, konjungtiva palpebra
inferior, mukosa bibir dan kuku pucat, hiperemi faring dan tonsil, tidak didapatkan hepatomegali
maupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7.0 g/dL (nilai rujukan Hb
anak : 11.5 - 14.5 g/dL), MCV 52 fL (nilai rujukan 80 - 100 fL), MCH 21 pg/sel (nilai rujukan 26
- 34 pg/sel). Dokter meminta pemeriksaan labporatorium lanjutan.
PEMBAHASAN
1. Klasifikasi istilah
a. MCV 52 fL
b. MCH 21 pg/sel
c. Hiperemi faring dan tonsil
d. Hepatomegali
e. Splenomegali
2. Identifikasi masalah
a. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan demam,
disertai perut mual dan susah makan.
b. Menurut ibunya, anaknya terlihat lemah dan pucat sejak dua bulan yang lalu.
c. Guru Tknya mengatakan, anak tidak selincah teman-temannya dan sering tertidur di
kelas.
d. Sejak kecil anak sulit makan dan tidak suka makan daging.
3. Hipotesa
a. Anak mengalami talasemia
b. Anak mengalami anemia defisiensi besi
4. Analisisa Masalah
Anak mengalami penyakit anemia defisiensi besi.
5. More Info
a. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan takikardia.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya anemia dengan MCV dan MCH
yang rendah.
6. We don’t know
a. MCV 52 fL
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit rata-rata)
menggambarkan ukuran eritrosit dalam satuan fL (femtoliter). MCV 52 fL pada anak
usia 5 tahun termasuk dalam MCV rendah dikarenakan batas normal MCV pada anak
usia 5 tahun adalah 62-88 fL.
b. MCH 21 pg/sel
MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit Rerata)
menggambarkan jumlah rata-rata hemoglobin dalam setiap sel darah merah. MCH 21
pg/sel pada anak usia 5 tahun termasuk dalam MCH rendah dikarenakan batas normal
MCH pada anak usia 5 tahun adalah 23-31 pg/sel.
c. Hiperemi faring dan tonsil
Hiperemi faring dan tonsil adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan dan
kemerahan pada dinding belakang tenggorokan (faring) dan amandel (tonsil). Hiperemi
faring dan tonsil dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dan merupakan gejala
umum dari faringitis dan tonsilitis. Gejala lain dari faringitis dan tonsilitis meliputi sakit
tenggorokan, kesulitan menelan, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening di
leher.
d. Hepatomegali
Hepatomegali merupakan keadaan dimana terjadi pembesaran hepar sehingga dapat
terpalpasi lebih dari sama dengan 2 cm di bawah linea marginalis costae. Perawatan
mandiri yang dapat dilakukan adalah makan makanan yang sehat, berolahraga secara
teratur, menurunkan berat badan, dan menghindari alkohol dapat membantu
mengurangi peradangan hati.
e. Splenomegali
Splenomegali adalah kondisi pembesaran pada organ limpa, yang bisa disebabkan oleh
sejumlah penyakit atau infeksi. Pada kondisi normal, limpa hanya berukuran 11-20 cm,
dengan berat hingga 500 gram. Namun pada penderita splenomegali, ukuran limpa bisa
lebih dari 20 cm, dengan berat mencapai lebih dari 1 kg.
7. Learning issues
1) Defenisi penyakit anemia defesiensi besi
2) Etiologi penyakit anemia defesiensi besi
3) Klasifikasi penyakit anemia defesiensi besi
4) Patofisiologi penyakit anemia defesiensi besi
5) Penatalaksanaan anemia defesiensi besi
6) Asuhan keperawatan pada pasien anemia defesiensi besi
Sesuai dengan tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan berdasarkan kasus pada pemicu dan
more info, dapat disimpulkan bahwa pasien/anak tersebut mengalami anemia defesiesi besi.
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu penyakit hematologi yang sering
ditemukan pada bayi, anak-anak dan perempuan usia reproduksi. Anak-anak dengan ADB
akan mengalami gangguan dalam tumbuh-kembang, perubahan perilaku serta gangguan
motorik, sehingga dapat mengurangi kemampuan belajar dan menurunkan prestasi belajar
di sekolah. anemia difesiensi besi disebabkan kurangnya ketersediaan zat besi di dalam
tubuh sehingga menyebabkan zat besi yang diperlukan untuk eritropoesis tidak cukup. Hal
ini ditandai dengan gambaran eritrosit yang hipokrommikrositer, penurunan kadar besi
serum, transferrin dan cadangan besi, disertai peningkatan kapasitas ikat besi/total iron
binding capacity (TIBC).
Dilihat dari derajat beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Pada tahap deplesi besi di sumsum tulang, gambaran darah tepi masih dalam batas
normal. Pada tahap defisiensi besi kadar Hb mulai berkurang tapi gambaran eritrosit masih
normal. Oksigenasi yang berkurang akibat anemia menyebabkan kebutuhan eritropoetin
yang besar dan merangsang sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit, Peningkatan
Jumlah lekosit pada anemia defisiensi besi sangat jarang terjadi, paling sering dijumpai
nilai Mean Corpuscular volume (MCV) yang rendah dari eritrosit. Pada morfologi darah
tepi dijumpai anisositosis dan poikilositosis (target sel). Nilai feritin serum yang rendah
merupakan diagnosis untuk defisiensi besi, tapi kadang beberapa kasus nilai feritin serum
masih dijumpai normal, Feritin serum dapat meningkat pada ondisi inflamasi akut. Serum
besi yang rendah dapat ditemui pada beberapa penyakit, sehingga serum besi, transferrin
tidak bisa menjadi indikator yang tetap untuk defisiensi besi. Khasnya bila serum besi
berkurang maka TIBC di serum juga akan meningkat. Rasio besi dan TIBC kurang dari
20% ditemukan pada tahap defisiensai besi tapi akan meningkat pada tahap anemia
defisiensi besi. Soluble Transferrin reseptor (sTfR) akan dilepaskan oleh prekursor
erythroid dan meningkat pada tahap defisiensi besi. Rasio yang tinggi antara TfR terhadap
ferritin bisa memprediksi defisiensi besi karena ferritin merupakan nilai diagnosis yang
kecil. Pemantauan respon hematologi untuk terapi dengan pemberian suplemen besi, biopsi
sumsum tulang hanya dilakukan untuk konfirmasi dalam menegakkan diagnosa defisiensi
besi.
Pemeriksaan Hb
Hb menurun Hb Normal
Cek studi
Cek SADT besi darah
Sel Ditemukan
makrositer sel Ferritin normal Ferritin
atau mikrositer atau meningkat menurun
normositer
Bukan anemia
besi
Bukan
anemia Anemia
defisiensi campuran
TIBC TIBC menurun
besi
meningkat
Kurniati, Intantri. 2020. Anemia Defesiensi Zat Besi (Fe). 4(1). 18-20. Diakses tanggal 13
November 2023 dari Universitas Lampung.
Amalia, Ajeng dan Agustyas Tjiptaningrum. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi
Besi. 5(5). 3. Diakses tanggal 13 November 2023 dari Universitas Lampung.
Margina, Dina Sophia, dkk. Diagnosis Laboratorik Anemia Defisiensi Besi. 2. Diakses tanggal 13
November 2023 dari Universitas Udayana.