MINI RISET
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia Pada
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
Dosen Pengampu : Drs.Halkng,M.Si
Disusun oleh :
Kelompok 1 Reguler B 2023
Nama Kelompok
Ketua Kelompok : Jekson Saragih (3223111019)
Anggota Kelompok : 1.Chairun Nisa (3222311001)
2. Dewi Romantika Tinambunan (3213111054)
3. Dules Ery Pratama (3221111012)
4.Esra Natasya Sitepu (3223311018)
5. Irawati Sihite (3223111029)
6. Ivana Theo Philia (3223111044)
7. Jojor Mindo Manullang (3222411004)
8. Joy Novi Yanti Lumbantobing (3221111002)
9. Kania Nova Ramadhani (3223111034)
10.Laras Sati Sintania (3222411009)
11. Manotar Leryaldo Sinaga (3223111004)
12.Mima Defliyanti Saragih (3223311026)
13.Muthia Latifah (3223311003)
14.Ture Ayu Situmeang (3223111061)
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mini Riset Mata Kuliah Sistem Politik
Indonesia Pada Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Dosen Pengampu: Drs.Halking, M.Si.
Kami yang bertanda tangan dibawah ini:
Ketua Kelompok : Jekson Saragih (3223111019)
Anggota Kelompok : 1.Chairun Nisa (3222311001)
2. Dewi Romantika Tinambunan (3213111054)
3. Dules Ery Pratama (3221111012)
4.Esra Natasya Sitepu (3223311018)
5. Irawati Sihite (3223111029)
6. Ivana Theo Philia (3223111044)
7. Jojor Mindo Manullang (3222411004)
8. Joy Novi Yanti Lumbantobing (3221111002)
9. Kania Nova Ramadhani (3223111034)
10.Laras Sati Sintania (3222411009)
11. Manotar Leryaldo Sinaga (3223111004)
12.Mima Defliyanti Saragih (3223311026)
13.Muthia Latifah (3223311003)
14.Ture Ayu Situmeang (3223111061)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan yang kami serahkan ini benar-
benar merupakan karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan yang
semuanya telah kami jelasakan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti
dapat dibuktikan tulisannya hasil jiplakan, maka nilai dan kelulusan yang
diberikan oleh dosen penguji dapat kami terima.
Medan, 29 Maret 2023
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN HISTORIS KEKUATAN POLITIK MEDIA MASSA DALAM
SISTEM POLITIK INDONESIA
Mini Riset ini dibuat bertujuan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata
kuliah Sistem Politik Indonesia jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
Tugas Mini Riset kelompok 1 dari kelas PPKn Reguler B 2022 berjudul
“Kajian Historis Kekuatan Politik Media Massa Dalam Sistem Politik Indonesia”.
Tujuan dari Mini Riset ini ialah untuk Mengkaji mengenai bagaimana kekuatan
politik media massa dalam sistem politik Indonesia mulai dari masa Awal
Kemerdekaan hingga Era Reformasi. Salah satu fungsi dari media massa adalah
fungsi persuasif yang mampu membentuk pendapat umum dan mampu
mempengaruhi opini masyarakat terhadap isu-isu politik. Dalam negara dari masa
awal kemerdekaan sampai masa reformasi pemusatan peranan politik media
massa telah diakui. Negara telah sering menekankan pentingnya pers dalam proses
nation building atau pembangunan nasional. Kekuatan media massa yang utama
terletak pada kemampuan media massa dalam menampilkan peristiwa-peristiwa
politik yang dapat mempengaruhi perspektif masyarakat dan aktor politik
mengeanai perkembangan politik. Dalam riset ini kami melakukan pengumpulan
data melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Adapun mini
riset ini menghasillkan pemahaman tentang bagaimana kekuatan politik media
massa dalam sistem politik Indonesia.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah.......................................................................................5
1.4 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian...........................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA........................................................................................................7
2.1. KERANGKA TEORI.......................................................................................7
2.1.1 Pengertian Kekuatan Politik Indonesia..................................................7
2.1.2 Pengertian Media Massa..........................................................................8
2.1.3 Media Massa Sebagai Kekuatan Politik Indonesia................................9
2.1.4 Kekuatan Politik Media Massa Dalam Sistem Politik Indonesia........10
2.2. PENELITIAN RELEVAN.............................................................................13
2.3. KERANGKA BERPIKIR..............................................................................14
BAB III...........................................................................................................................15
METODE PENELITIAN..............................................................................................15
3.1. DESAIN PENELITIAN.................................................................................15
3.1.1 Jenis Penelitian.......................................................................................15
3.1.2 Metode Penelitian...................................................................................16
3.1.3 Lokasi Penelitian....................................................................................17
3.2. FOKUS PENELITIAN..................................................................................18
3.3. KONSEPTUALISASI PENELITIAN...........................................................18
3.4. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA...........................20
3.4.1. Jenis Data................................................................................................20
vii
3.4.2. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.............................................21
3.4.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................22
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA..........................................................................22
3.5.1. Data Reduction (Reduksi Data).............................................................23
3.5.2. Data Display (Penyajian Data)..............................................................24
3.5.3. Verivikasi Data (Conclusion Drawing/Verifying)................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
viii
BAB I PENDAHULUAN
Pada masa awal kemerdekann surat kabar pertama yang dimiliki dan
diterbitkan oleh bangsa Indonesia adalah Medan Priyayi yang diterbitkan oleh
R.M. Tirtoadisuryo tahun 1907.3) Dan pendiri Medan Priyayi dianggap dianggap
sebagai wartawan pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk
membentuk pendapat umum. Seiring dengan meningkatnya kesadaran kebangsaan
1
yang aktualisasinya nampak dari semakin banyaknya organisasi pergerakan, maka
pers nasional juga semakin menempatkan kedudukannya sebagai alat perjuangan
pergerakan. Biasanya tokoh pergerakan terlibat dalam kegiatan jurnalistik, bahkan
banyak di antaranya yang memulai aktivitasnya melalui profesi jurnalis.
peranan pers yang menentukan dalam perjuangan pergerakan nasional,pada masa
awal kemerdekaan yakni :
1. Menyadarkan masyarakat/bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah
hak yang harus diperjuangkan
2. Membangkitkan dan mengembangkan rasa percaya diri, sebagai syarat
utama memperoleh kemerdekaan
3. Membangkitkan dan mengembangkan rasa persatuan
4. Membuka mata bangsa Indonesia terhadap politik dan praktek kolonial
Belanda
Pada masa orde lama, saat kepemimpinan Soekarno pada tahun 1960-1965,
yang dikenal juga dengan masa Demokrasi Terpimpin ditandai dengan adanya
kekuasaan berpusat pada kebijakan Presiden Soekarno. Pers dikontrol sangat ketat
dan menjadi penurut melalui upaya dari konsolidasi pada era kedudukan
Soekarno, yang berarti pers memiliki perana penting terhadap Indonesia. Pada 12
Oktober 1960, dalam kapasitasnya sebagai Penguasa Perang Tertinggi (Peperti),
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang mewajibkan setiap penerbitan untuk
mendaftarkan diri guna memperoleh SIT (Surat Izin Terbit) (Flournoy, 1989, hlm.
9). Suwirta, (2008, hlm. 61) memaparkan bahwa peraturan PEPERTI No.10
Tahun 1960 yang dikeluarkan yaitu peraturan yang mewajibkan pers untuk
2
memiliki surat keterangan mengenai permohonan izin penerbitan, dengan syarat
harus menandatangi “19 Pernyataan” berisikan janji kepada pemerintaah untuk
senantiasa setia, mendukung, membela, taat, patuh, membantu, menjadi alat, tidak
memuat berita sensasional dan menghina petinggi negara. Surat kabar yang tidak
sepakat dengan peraturan pemerintah Demokrasi Terpimpin, memilih untuk tidak
melanjutkan proses penerbitan atau dilarang terbit oleh pemerintah. Sementara
bagi surat kabar yang ingin selamat, memilih tunduk pada peraturan pemerintah.
Pidato soekarno pernah menciptakan slogan yang terkenal yaitu Nasakom.
Soekarno menyebutkan bahwa Nasakom juga diperuntukkan dalam dunia pers.
Adanya kebijakan Nasakom tersebut, maka pers ini pun memfasilitasi tentang isi
dari pemberitaan tentang Nasakom. Anggota dari fraksi dari Parkindo sering
menyampaikan aspirasi tentang perlunya ada harian dari agama Kristen.
Tujuannya adalah untuk dapat menyampaikan suara pemikiran-pemikiran Kristen
di tengah masyarakat Indonesia, maka dari itu Surat kabar yang bernama Sinar
Harapan hadir ditengah masyarakat.
3
Munculnya Orde Reformasi telah menjadi awal dimulainya upaya
demokratisasi di Indonesia. Orde Reformasi ini diyakini akan membawa harapan
baru dan menghasilkan perubahan yang lebih baik dibandingkan orde
sebelumnya. Dalam proses perubahan, terutama yang terjadi setelah turunnya
Suharto dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998 dan kemudian digantikan
oleh B.J. Habibie, Indonesia memasuki fase demokratisasi politik yang terjadi
secara besar-besaran. Masa ini sering disebut sebagai masa transisi menuju
demokrasi. Dari sinilah kemudian kebebasan pers mulai menemukan titik terang
untuk bisa diwujudkan di Indonesia. Media massa pun relatif mendapatkan ruang
gerak yang lebih memadai untuk merepresentasikan situasi sosial politik yang
terus berkembang. Beragam koran, majalah, hingga stasiun siaran televisi baru
mulai bermunculan seiring dengan semakin terbukanya ruang kebebasan bagi
industri media massa (Setiawan, 2021).
Melalui miniriset mata kuliah "sistem politik Indonesia" kami berusaha untuk
mendapatkan informasi tentang bagaimana peran dan perkembangan media massa
dalam system demokrasi di indonesia pada massa orde lama, orde baru dan era
reformasi.
1. Sejauh mana kekuatan politik media massa dalam sistem politik indonesia
2. Mengidentifikasi kajian historis politik media massa pada masa awal
kemerdekaan hingga era reformasi
3. Mengkaji peranan media massa dalam sistem politik Indonesia
4. Hal yang mendasari keterlibatan media massa dalam sistem politik
Indonesia pada masa awal kemerdekaan hingga era reformasi
4
1.3 Pembatasan Masalah
Dilihat dari luasnya cakupan pemaparan yang akan dibahas
dalam penelitian maka dibuatlah pembatasan, hal ini perlu dilakukan
karena ada keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, khususnya
waktu, tenaga dan kemampuan yang relevan pada penelitian.
Sehingga dapat diharapkan penelitian ini dilakukan dengan baik dan
lebih difokuskan dalam pembahasan yang ada secara mendalam.
Dalam hal ini peneliti membatasi masalah di antaranya:
Kekuatan Politik Media Massa dalam sistem politik pada masa orde
lama
Kekuatan Politik Media Massa dalam sistem politik pada masa orde
baru
Rumusan khusus
5
Rumusan Umum
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Dari tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian yang diharapan ialah :
Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam memahami
bagaimana kajian historis kekuatan politik media massa sistem
politik indonesia.
Manfaat praktis
6
Manfaat praktis ialah manfaat penelitian dari aspek praktis atau
aplikatif, yaitu manfaat penelitian bagi program. Secara praktis
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi dosen sebagai bukti pemenuhan tugas yang diberikan
sesuai dengan kontrak kuliah yang telah disepakati.
2. Bagi mahasiswa sebagai informasi atau sumbangan
pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
yang berkualitas dan berintegritas.
3. Bagi masyarakat umum sebagai pembuatan penelitian
selanjtnya yang lebih baik dan menambah wawasan,
pengalaman dan penyusunan tugas miniriset.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
dapat berupa kekuasaan formal dan informal. Kekuasaan politik
Indonesia adalah kekuasaan yang dipegang oleh lembaga-lembaga
Indonesia di bidang politik.
8
c) Media merupakan sumber kekuatan karena dapat digunakan sebagai alat
kontrol, yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau
sumber daya lainnya. Contoh media dapat digunakan sebagai alat penjaga
demokrasi karena berperan menyajikan berbagai opini masyarakat.
d) Media merupakan wadah yang semakin berperan menampilkan peristiwa
kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
Contohnya, sering kali kita mengetahui lebih banyak tentang kegiatan
pemilu di AS awal November lalu daripada tahu tentang kegiatan
kampanye pilkada yang terjadi di provinsi lain di Indonesia.
e) Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan,bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan
simbol,tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya
hidup,dan norma-norma.
f) Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat
dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan
penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
9
maupun elektronik. Kekuatan Media massa juga didukung pemilik modal, seperti
pendapat Altschull (1985) bahwa: dalam sistem pers media berita mewakili pihak
yang menjalankan kekuasaan politik dan ekonomi. Surat kabar, majalah, outlet
penyiaran bukanlah aktor independen, meski mereka mempunyai potensi untuk
menjalankan kekuasaan independen. isi berita selalu menhunjukkan kepentingan
dari orang orang yang membiayai pers, semua sistem pers didasarkan pada
kepercayaan ekpresi bebas.
Awal Kemerdekaan
10
ini pers milik suatu partai yang ada di Indonesia adalah milik segolongan anggota
partai saja, sedangkan masyarakat awam lebih memilih pers atau harian yang
tidak memihak atau independen. Di luar Jakarta pada masa itu telah terbit pula
pers yang tergolong besar yang di antaranya sekarang ini masih terns terbit seperti
Waspada dan Mimbar Umum (Medan), Pikiran Rakyat (Bandung), Kedaulatan
Rakyat (Yogyakarta), Hariam Umum, Jawa Post, dan Surabaya Post (Surabaya).
Orde Lama
11
prosedur pemerintah, dan tujuan Soekarno sendiri adalah menjadikan pers sebagai
alat pendukung, pembela dan penyebar manifesto politik Soekarno. Akibatnya
Pers Indonesia merasa berada dalam pengepungan manipol Soekarno Wartawan
Indonesia kalau itu menamakan sistem pers demokrasi terpimpin sebagai pers
manipol.
Orde Baru
Dalam masa orde baru perjuangan kebebasan pers yang sudah menjadi symbol
perjuangan pers seperti dalam revolusi Amerika. Demikian pula pers Indonesia
dengan tokoh-tokohnya berhasil mencantumkan kebebasan pers dalam UU Dasar
1945. Namun kenyatannya setelah merdeka pers Indonesia tidak selalu
mendapatkan kebebasan itu. Terutama pada era Orde Baru dimana pers nyata-
nyata dikendalikan oleh pemerintahan Ode Baru dibawah Presiden Suharto, pers
yang bernaung dibawah Departemen Penerangan, begitu tertekan oleh penguasa
saat itu sehingga pers harus selalu berhati-hati dalam menyampaikan informasi
kepada publik. Bila media massa menyiarkan berita yang sifatnya berseberangan
dengan pandangan penguasa, maka media tersebut akan dihabis. Dengan peranan
utamanya Menteri Penerangan Harmoko yang dipercaya sampai tiga periode, dan
pada akhirnya Harmoko mantan wartawan, menduduki jabatan Ketua MPR.
Kemampuan komunikasinya dalam usaha mengendalikan pers Indoneia adalah
memasukkan dalam satu organisasi PWI, penguasaan Dewan Pers, SPS dan para
pimpinan redaksi menjadi pengurus partai Golkar. Demikian pula melegalisasi
UU Perkembangan hubungan Komunikasi politik Komunikasi politik Pada masa
orde lama Terbentuknya orde lama Berakhirnya orde lama Kebijakan politik di
masa orde lama 41 Pers N0 21/82 dengan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan
Pers) sebagai senjata pamungkas menghadap pers yang bandel.
Era-Reformasi
12
sebelumnya. Dari sinilah kemudian kebebasan pers mulai menemukan titik terang
untuk bisa diwujudkan di Indonesia. Media massa pun relatif mendapatkan ruang
gerak yang lebih memadai untuk merepresentasikan situasi sosial politik yang
terus berkembang. Beragam koran, majalah, hingga stasiun siaran televisi baru
mulai bermunculan seiring dengan semakin terbukanya ruang kebebasan bagi
industri media massa. Pada masa pasca Orde Baru inilah, media massa memiliki
keleluasaan dalam gerak politiknya, tidak hanya menyuarakan dan tunduk pada
mekanisme pasar sesuai dengan model neoliberal ekonomi. Media massa dapat
berperan mendukung konsolidasi demokrasi dan hal ini merupakan kekuatan
politik media massa yang telah didukung oleh regulasi yang berlaku
13
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Pada Masa Pada Masa Orde Pada Masa Orde Pada Masa
Kemerdekaan Lama Baru Reformasi
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.
Caranya dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Menurut Nazir dalam
bukunya Metode penelitian, Metode deskrptif adalah satu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang.
Oleh karena itu, penelitian deskriptif kualitatif yaitu Jenis penelitian yang
menafsirkan dan menguraikan data yang ada bersamaan dengan situasi yang
sedang terjadi. Penelitian ini juga mengungkapkan sikap, pertentangan, hibungan
serta pandangan yang terjadi pada sebuah lingkup responden. Jenis penelitian
15
deskriptif kualitatif menggambarkan kondisi apa adanya, tanpa memberi
perlakuan atau manipulasi pada variable yang diteliti. Jenis penelitian deskriptif
kualitatif merupakan jenis penelitian dengan proses memperoleh data bersifat apa
adanya. Penelitian ini lebih menekankan makna pada hasilnya.
Adapun metode yang kami gunakan dalam penelitian kali ini adalah
metode penelitian studi pustaka pendekatan kualitatif. Menurut Nazir “Studi
kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti
menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang
berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian
teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak mbanyaknya dari
16
kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari
: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-
sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll)”.
17
studi kepustakaan. Lokasi dari penelitian ini yaitu di seluruh wilayah Indonesia
yang menyediakan sumber data tentang media massa.
Dalam hal ini Peneliti menentukan fokus penelitian melalui tahapan literature,
yang dilakukan untuk menarik masalah yang ditemukan secara rasional dan
fleksibilitas, sehingga tercapai fokus penelitian yang akan dilalui oleh peneliti
dalam rancangan penelitiannya.
18
yang ada di antara kenyataan dan harapan perlu dirumuskan secara eksplisit.
Masalah tersebut dapat ditangkap dari keluhan-keluhan yang ada dalam
lingkungan sosial yang bersangkutan. Gejala-gejala khusus dari masalah ini
diungkapkan secara jelas, untuk kemudian konsepnya dirumuskan secara
operasional. Akhirnya, perlu juga diungkapkan mengapa masalah itu penting
untuk diteliti, baik dari segi akademis maupun dari segi praktis. Dari segi
kepentingan akademis, suatu penelitian bisa mengukuhkan teori yang ada, atau
menyangkalnya, atau merevisinya. Sedangkan kepentingan praktis berhubungan
dengan pentingnya penelitian itu dalam pengembangan program atau pekerjaan
tertentu.
Konsep dari fungsi struktur sistem politik Indonesia adalah sistem politik
yang menggambarkan keterkaitan struktur dan bekerjanya fungsi-fungsi struktur
tersebut dalam suatu negara yang memb entuk satu kesatuan. Di dalam fungsi
tersebut diantaranya yang tim penulis bahas adalah berkaitan dengan media
massa, secara sederhana media massa dapat di pahami melalui defenisi umum
dan menurut para ahli,Media Massa adalah alat-alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.Di dalam
masyarakat modern maupun media memainkan peran penting untuk
perkembangan politik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan
informasi, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai
untuk berperan sebagai institusi yang dapat berkembang menjadi kelompok
19
penekan atau suatu ide gagasan , dan bahkan suatu kepentingan yang lebih
empiris .Media massa berfungsi menjadi agen perubahan dan rekayasa
social.Meskipun berada diluar system politik pemerintahan,media massa
memiliki posisi strategis sebagai alat control social dan sumber informasi bagi
masyarakat.
Dalam laporan ini berisi tentang media massa, dimana disusun dan diambil
dari berbagai referensi dan sumber-sumber yang terkait karena kami
menggunakan metode kepustakaan, maka dengan demikian kami mengambil dan
merangkum pembahasannya dari buku, jurnal, dan berbagai sumber lainnya dari
media sosial atau media online yang berkaitan dengan pembahasan yang kami
buat.
Jenis Data primer adalah Sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Jenis data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono,2017:308)
Adapun jenis data yang kami digunakan untuk penelitian ini adalah jenis data
sekunder yang di mana pada jenis data sekunder dapat berupa jurnal jurnal dan
buku yang sesuai dengan judul pnelitian mini riset ini.
20
3.4.2. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam hal ini, untuk dapat memperoleh informasi atau data yang akurat demi
berjalannnya mini riset yang akan dilakukan, kami mengambil beberapa
instrumennya, diantaranya:
A. BUKU
Nurdin Abd.Halim, I. R. (2016). Media dan Politik. Pekan baru Riau: Creative CV
Riau creative multi media.
Prof.Dr. Bagir Manan, S. M. (2012). Politik Publik Pers. Jakarta: Dewan Pers.
B. JURNAL
21
Rudiantara. (2016, Desember). Demokrasi Digital Dalam Pilkada Serentak 2017.
Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 1-80.
Setiawan, Z. (2021). MEDIA MASSA, NEGARA DAN DEMOKRASI:
KEKUATAN POLITIK MEDIA MASSA DALAM MENDORONG
PROSES DEMOKRATISASI DI INDONESIA PASCA ORDE BARU.
jurnal Media Massa, Negara dan Demokrasi, Vol 18, No 1, 1-18.
Solihat, M. (2015, Desember). DIVERSIFIKASI MEDIA MASSA DAN DEMOKRASI DI
INDONESIA. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Volume V No. 2, 95-102.
Syam, N. K. (2006, Juni). Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: Perspektif
Teori Normatif Media Massa. Volome 7 No 1, 1-6.
22
masalah yang tentang sebuah penelitian. Atau analisis data juga bisa diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari sebuah penelitian
menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan untuk mengambil sebuah
kesimpulan.
Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga
bisa di pahami, dan juga untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan
mengenai karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel, yang biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian
hipotesis.
23
3.5.2. Data Display (Penyajian Data)
Miles & Huberman (1992:17) mengatakan bahwa data yang sudah direduksi
maka langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan data sebagai
sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan Penyajian data digunakan untuk lebih
meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan
berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.Prastowo (2012:244)
mengatakan bahwa penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi
tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, kita akan dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan
atas pemahaman yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut Beberapa jenis
bentuk penyajian adalah matriks, grafik, jaringan, bagan, dan lain sebagainya.
Semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah kita raih. Dengan demikian, kita (sebagai seorang
penganalisis) dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah
menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang
berguna (Prastowo, 2012:245).
24
BAB IV
25
B) Display Data
1 Fungsi-fungsi media massa Fungsi media massa pada masa pergerakan
yang dijalankan di massa nasional Indonesia adalah untuk
awal kemerdekaan penyebarluasan suara nasionalisme
(kebangsaan) Indonesia dan sarana untuk
menyebarkan gagasan kemerdekaan.
Setelah mencapai kemerdekaan, media di
Indonesia dapat bebas memberitakan
tentang politik pemerintah. Pemerintah
Soekarno menganut demokrasi liberal pada
masa awal kemerdekaan,diantaranya media
mempunyai paradigma pers liberal.
26
4 Pengaruh pelaksanaan Surat kabar yang tumbuh merupakan
peraturan sebagai kekuatan sarana pendidikan dan latihan bagi orang-
politik media massa dalam orang Indonesia yang memperoleh
sistem politik Indonesia pekerjaan di dalamnya
C) Verifikasi Data
27
B) Display Data
28
pers tidak lagi menjadi media
untuk menyampaikan kebenaran
untuk masyarakat
2 Jenis media massa dalam sistem Jenis media massa pada masa orde
politik indonesia di masa orde lama lama sangat banyak seperti: surat
kabar, televisi, majalahh, radio,
dll. Dengan adanya media massa
digunakan untuk menyampaikan
informasi seputar kekuatan politik
di pemerintahan.
3 Sumber kekuasaan media massa di Kebebasan pers di Indonesia
masa orde lama merupakan bagian dari budaya
politik Indonesia. Kebebasan pers
di Indonesia dilandasi oleh Pasal
28F Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) yang
melindungi kebebasan penggunaan
berbagai media dalam hal mencari,
memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi.
Landasan hukum mengenai
kebebasan pers di Indonesia secara
jelas dibahas dalam beberapa
Undang-Undang Negara Indonesia
yang dibuat setelah era reformasi
yang dimulai sejak tahun 1998,
salah satunya adalah Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 1999 tentang
29
Pers (Undang-Undang Pers).
Penetapan kebebasan pers di
Indonesia sejalan dengan bentuk
pemerintahan yang diterapkan
yaitu demokrasi.
4 Pengaruh pelaksanaan peraturan Pengaruh pemberitaan media
sebagai kekuatan politik media massa dalam pemberitaan gejolak
massa dalam sistem politik politik adalah di media elektronik
Indonesia seperti pertelevisian. dengan di
milikinya stasiun televisi swasta
yang di miliki para elite politik
menyebabkan Pemberitaan
Perpolitikan Menjadi tidak
seimbang, antara stasiun televisi
swasta yang satu
dengan yang lainnya.
C) Verivikasi Data
Pengaruh
pelaksanaan Struktur Politik yang Fungsi politik yang Sumber kekuasaan
peraturan sebagai menjalankan dijalankan pada politik pelaksanaan
kekuatan politik pelaksanaan pelaksanaan peraturan peraturan masa
masa orde lama masa orde lama orde lama
peraturan
30
3. Masa Orde Baru
A) Reduksi Data
Dalam masa orde baru perjuangan kebebasan pers yang sudah menjadi symbol
perjuangan pers seperti dalam revolusi Amerika. Demikian pula pers Indonesia
dengan tokoh-tokohnya berhasil mencantumkan kebebasan pers dalam UU Dasar
1945. Pada awalnya, pemerintah Orde Baru menjanjikan kebebasan pers melalui
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pers.
Namun, seiring berjalannya waktu, kebebasan pers pada masa Orde Baru tidak
lagi terwujud dan tidak selalu mendapatkan kebebasan itu. Pada era Orde Baru
dimana pers nyata-nyata dikendalikan oleh pemerintahan Ode Baru dibawah
Presiden Suharto.
B) Display Data
15
Struktur Politik dalam komunikasi Media massa dibawah kontrol
2) politik yang menjalankanya di penguasa Orba : Dalam liputan
massa orde baru. kampanye Golkar harus mendapat
porsi lebih besar.
16
C) Verivikasi Data
Pengaruh
pelaksanaan Sumber
Struktur Politik Fungsi politik yang
peraturan sebagai kekuasaan politik
yang menjalankan dijalankan pada
kekuatan politik pelaksanaan
pelaksanaan pelaksanaan peraturan
masa orde baru peraturan masa
peraturan masa orde baru
orde baru
4. Masa Reformasi
A) Reduksi Data
Orde Reformasi telah menjadi awal dimulainya upaya demokratisasi di
Indonesia. Orde Reformasi ini diyakini akan membawa harapan baru dan
menghasilkan perubahan yang lebih baik dibandingkan orde sebelumnya. Dari
sinilah kemudian kebebasan pers mulai menemukan titik terang untuk bisa
diwujudkan di Indonesia. Media massa pun relatif mendapatkan ruang gerak yang
lebih memadai untuk merepresentasikan situasi sosial politik yang terus
berkembang.
B) Display Data
1 Fungsi politik yang dijalankan oleh Pertama, fungsi monitoring
komunikasi politik di massa orde yang artinya pers harus
17
baru memberikan informasi kepada
masyaraka tentang masalah
publik, seperti kebijakan
pejabat,masalah pembangunan,
kebijakan pemerintah dan
sebagainya. Kedua, Fungsi
mendidik, dalam fungsi ini pers
harus memberikan informasi
yang dampaknya positif, baik
ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik khalayak. Ketiga,
Fungsi pengawas pemerintahan
artinya pers harus mengawasi
dan mengontrol kinerja
eksekutif,legislative, dan
yudikatif agar tidak terjadi
penyalah gunaan kekuasaan.
Keempat, Pers harus
memfasilitasi sarana debat dan
opini public.
2 Struktur Politik dalam komunikasi DPR,MPR,PDI
politik yang menjalankanya di Berdasarkan Pasal 6 UU Pers
massa orde baru Nasional melaksanakan perasan
sebagai berikut, Pertama,
Memenuhi hak masyarakat
untuk mengetahui nilai nilai
dasar demokrasi serta
mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan Hak
Asasi Manusia. Pers juga harus
menghormati kebinekaan dan
mengembangkan pendapat
umum bedasarkan informasi
yang tepat,akurat dan
melakukan pengawasan. Kedua,
Pers sebagai pelaku Media
Informasi.
3 Sumber kekuasaan politik Pada masa reformasi pada saat
komunikasi politik yang ini sumber kekuasaan politik
menjalankanya di massa orde baru komunikasi politik sangat
beragam, salah satu sumber
kekuasaan yang kuat ada pada
media massa terutama media
elektronik seperti televisi dan
radio. kehadiran media massa
ini memungkinkan para politisi
18
untuk mencapai hal layak yang
lebih luas dan secara efektif
mengkomunikasikan pesan
politik mereka. Selain itu
sumber kekuasaan politik juga
berasal dari kalangan aktivis
politik maupun partai politik
yang mereka menggunakan
komunikasi politik sebagai
sumber membentuk opini
publik.
Sehingga secara keseluruhan
sumber kekuasaan dalam
komunikasi politik selama masa
reformasi sangat beragam dan
media massa, partai politik,
tokoh-tokoh politik, dan
semuanya memainkan peran
dalam membentuk opini publik
dan mempengaruhi arah
kebijakan politik
4 Pengaruh pelaksanaan peraturan Pada masa reformasi, terjadi
sebagai kekuatan politik media perombakan besar-besaran
massa dalam sistem politik terhadap sistem hukum dan
Indonesia perundang-undangan di
Indonesia. Perkembangan
politik pada masa reformasi
ditengarai oleh beberapa
peristiwa dan kebijakan penting
seperti Sidang Istimewa MPR
1998, Otonomi Daerah,
Pencabutan pembatasan partai
politik, penghapusan Dwifungsi
Abri, dan penyelenggaraan
pemilu yang lebih demokratis.
Dalam jagad politik Indonesia,
komunikasi politik menjadi
salah satu faktor penting dalam
mempengaruhi opini publik dan
memenangkan suara dalam
pemilu. Namun, struktur politik
dalam komunikasi politik di
masa reformasi tidak terlepas
dari pengaruh media massa
sebagai kekuatan politik
19
c) Verifikasi Data
Kekuatan Politik
Media Masa Pada Era
Reformasi
BAB V
20
5.1 Kesimpulan
Peran media massa dalam menyalurkan informasi tentang peristiwa politik
yang terjadi, sering memberikan dampak signifikan bagi perkembangan dinamika
politik. Bahkan, seringkali peran media tidak sekedar sebagai penyalur informasi
atas peristiwa politik yang sungguh terjadi, lebih dari itu media massa mempunyai
potensi untuk membangun opini publik yang bisa mendorong terjadinya
perubahan atas konstruksi realitas politik.penciptaan sektor sipil dari media massa,
merupakan upaya non komersial untuk berbicara dan bagi kelompok sosial, ini
memberi kesempatan pada mereka untuk berbicara dengan suara mereka sendiri.
Sejak model demokrasi juga menjadi model parsipatoris, sektor sipil ini tidak
hanya akan terdiri atas media massa, namun juga media yang ter desentralisasi
atau media akar rumput.
Seperti halnya media kecil yang yang memberi perlawanan penting kepada
rezim otoriter dan berperan sebagai agen civil society dalam proses
pembentukannya dan juga tahap pelaksanaannya, ketika demokrasi tercapai,
mereka berperan dalam distribusi kekuatan komunikasi diantara kelompok sosial
(politik, ekonomi, etnis, budaya, agama, dan sebagainya) dan memainkan peran
khusus dengan mengekspresikan sikap, kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari
se ktor sosial pada tingkat lokal. Banyak aspek dari media massa yang membuat
dirinya penting dalam kehidupan politik. Memang harus diakui, efektivitas media
untuk suatu perubahan politik memerlukan situasi politik yang kondusif, yang
popular disebut keterbukaan politik. Tetapi pers yang bebas merupakan salah satu
indicator adanya keterbukaan politik itu sendiri, karena pers yang bebas juga
merangsng terjadinya kebebasan politik. Pemberitaan-pemberitaan politik yang
actual dan kritis dapat memberi kesadaran pada masyarakat tentang perlunya
sistem politik yang lebih demokratis
5.2 Saran
Kami berharap agar pemerintah lebih lagi memperhatikan kinerja dan fungsi media
massa di Indonesia agar lebih baik lagi kedepannya,dan semoga tugas mini riset dapat
bermanfaat bagi Semua orang termasuk bagi kami sendiri yang merupakan penulis
sekaligus peneliti serta Menambah wawasan kami dalam segi politik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adita Muara Padiatra, A. S. (2020, Juni). Pers pasca orde bru: sebuah tinjauan
sejarah kontenporer. jurnal sejarah dan kebudayaan islam, volume 10.
Nomor 1, 1-10.
Almanisa Nur F, A. R. (n.d.). PERS DAN JURNALISTIK MASA ORDE LAMA.
Bakri, Z. (2015, Desember). Pengaruh media terhadap pemerintahan dan politik
masa orde baru dan pasca reformasi. Volume 1. Nomor 1, 1-16.
DN, S. (2000). Kebebasan pers pasca orde baru. jurnal ilmu sosial dan ilmu
politik, Volume 4. Nomor 2, 1-29.
Erman Anom, D. W. (2016). MODEL DAN SISTEM MENGONTROL MEDIA
DI INDONESIA (Dari Perspektif Sejarah).
Finaka, A. W. (2020, Februari ). Sejarah Lahirnya Pers di Indonesia. Retrieved
from https://indonesiabaik.id/infografis/sejarah-lahirnya-pers-di-indonesia
Fitriyah, F. D. (2021). Media Sosial, Demokrasi, dan Penyampaian Pendapat
Politik Milenial di Era Pasca Reformasi. Retrieved from https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/view/3249
Hajad, V. (n.d.). MEDIA DAN POLITIK.
Herdiansyah Amanu, L. (2021). PERAN MEDIA MASSA DALAM
KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA. Jurnal Bayaludha, 1.
Masyarakat, U. H. (2019, maret rabu ). Peran Media dalam Perpolitikan
Indonesia. Peran Media dalam Perpolitikan Indonesia. Retrieved from
https://um.ac.id/berita/peran-media-dalam-perpolitikan-indonesia/
Setiawan, Z. (2021). MEDIA MASSA, NEGARA DAN DEMOKRASI:
KEKUATAN POLITIK MEDIA MASSA DALAM MENDORONG
PROSES DEMOKRATISASI DI INDONESIA PASCA ORDE BARU.
18.
Sulaiman, A. I. (2021). Dilema Elit Politik dan Kekuatan Media Massa. Mimbar.
Voges, S. O. (2014, desember). KEMERDEKAAN PERS DALAM
PERSPEKTIF. Lex et Societatis, Vol. II/No. 9, p. desember. Retrieved
from
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/lexetsocietatis_dk28,+5.+Stefan+Voge
s_MENTAH.pdf
15
Amaliah, D. (2022, November). Citra Rusia Di Media Indonesia- Pasca Orde Baru.
Jounal Of Communication Science, Vol. 4(No. 2), 116-132.
Amir Effendi Siregar, R. W. (2017). Manajemen Media Di Indonesia. 328 halaman.
Arfandianto, S. (2015). Pers Pancasila kehidupan pers pada masa orde
baru( tahun 1978-tahun 1993). Jurnal Pendidikan Sejarah, 554-
561.
Ashaf, A. F. (2006, Juni). Perlawanan Pers Islam Pada Masa Orde Baru. Vol 7(No
1), 1-14.
Ba`in, A. R. (2021). Pers Dan Pemberitaan Sosial-Politik Orde Baru Dalam Sorotan
Harian Sinar Harapan 1966-1986. Journal of Indonesian History,
Vol. 10(No. 1), 24-32.
Bakri, Z. (2015, Desember). Pengaruh Media Terhadap Pemerintahan dan Politik
Masa Orde Baru dan Pasca Reformasi. Vol 1(No. 1), 99-114.
DN, S. (2000, November). Kebebasan Pers Pasca Orde Baru. Vol. 4(No. 2), 221-
242.
Eddyono, A. S. (2021). pers alternatif pada era orde baru: dibungkam hingga
dijinakkan. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 8(No 1), 53-60.
Gazali, E. (2004, juli). Interaksi Politik dan Media: Dari Komunikasi Politik Ke
Politik Komunikasi. jurnal ilmu sosial dan politik, Vol 8(No. 1), 53-
74.
Herdiansyah Amanu, L. (2021, Januari). PERAN MEDIA MASSA DALAM
KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA. Jurnal Balayudha, Vol 1(No.
1), 01-08.
Hutagalung, I. (2013). Dinamika sistem pers di Indonesia. jurnal interaksi, Vol
2(No 2), 53-60.
Laksono, P. (2019, Oktober). KUASA MEDIA DALAM KOMUNIKASI MASSA. Jurnal
Al-Tsiqoh (Dakwah dan ekonomi), Vol 4(No. 2), 49-61.
Martini, R. (2014, Agustus). ANALISIS PERAN DAN FUNGSI PERS SEBELUM DAN
SESUDAH REFORMASI POLITIK DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Sosial,
Vol 13(No 2), 1-9.
Prof.Dr.Burhan Bungin, S. M. (2018). KOMUNIKASI POLITIK PENCITRAAN. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
16
Putra, P. (2019). Strategi dan Bentuk-bentuk Informasi Transmigrasi pada Masa
Orde Baru dalam Rangka Mensukseskan Program Pembangunan
Nasional. Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca,
Vol.35(No. 2), 001-015.
Rianto, P. (2019, Desember). Perbandingan Paradigma Otoritarianisme dan
Demokrasi dalam Regulasi Media Massa di Indonesia. Vol. 21(No.
2), 123--138.
Rinta Arina Manasikana, R. N. (2021, Februari). Peran Media Massa dan
Teknologi dalam Transformasi Keintiman di Indonesia. Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol 3(No 1), 7-19.
Sanusi, A. M. (2020, Januari-Juni). Pers Pasca Orde Baru: Sebuah Tinjauan Sejarah
Kontemporer. Vol. 10(No. 1), 41-50.
Saptohadi, S. (2011). Pasang Surut Kebebasan Pers di Indonesia.
Jurnal Dinamika Hukum, Vol 11(No 1), 128-138.
Setiawan, A. (2019, Januari-Juni). PERAN MEDIA MASSA DALAM POLITIK LUAR
NEGERI: KASUS DI INDONESIA. Jurnal Hubungan Internasional,
Vol.2 (No.1), 45-63.
Setiawan, Z. (2021). MEDIA MASSA,NEGARA DAN DEMOKRASI: KEKUATAN
POLITIK MEDIA MASSA DALAM MENDORONG PROSES
DEMOKRATISASI DI INDONESIA PASCA ORDE BARU. Jurnal Ilmu
Politik Hubungan Internasional, Vol 18(No 1), 1-18.
Sunardi. (2021). Peran majalah hiburan Varia dalam menyebarkan wacana
kebijakan pemerintah orde baru pada tahun 1967-1972. Vol
12(No. 1), 13-27.
Sundoro, P. (2018). Studi kritis historis komunikasi menteri penerangan Harmoko
dengan pers di era orde baru. jurnal pustaka komunikasi, Vol
1(No. 1), 45-57.
Suwirta, A. (2017). Pers dan kritik sosial pada masa orde baru. Jurnal of islamic
studies in Indonesia and Southeast Asia, Vol 2(No 2), 101-122.
T.Hill, D. (2011). Pers Di Masa Orde Baru. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan.
Vicky Verry Angga, J. A. (2020). DINAMIKA MENJELANG PENDIRIAN PARTAI
RAKYAT DEMOKRATIK PADA TAHUN 1992-1996. Journal of Social
Science and Education, Vol 1(2), 55-66.
17
Widyawati, N. (2017). Peran pemerintah, kapitalis, dan Netters dalam
mengontrol media (analisis terhadap studi media di LIPI). Vol
19(No. 3), 469-483.
18
LAMPIRAN KARTU
Kode :-
Perpustakaan : Perpustakaan Nasional
Tanggal : 2020
Kartu Catatan
Pada 1907, RM Tirto mendirikan Medan Prijaji, sebuah surat kabar berbahasa Melayu pertama yang
dimiliki secara penuh oleh rakyat pribumi. RM Tirto mendirikan Medan Prijaji dengan tujuan
memperjuangkan hak-hak rakyat pribumi. Malangnya, gagasan RM Tirto dipandang dapat
membahayakan kedudukan Belanda di Indonesia sehingga ia diasingkan. Kendati begitu, semangat
yang dimiliki RM Tirto justru memotivasi surat kabar lain untuk berani mengkritik pemerintah
kolonial. Dengan demikian, pada masa kebangkitan nasional, pers difungsikan sebagai alat perjuangan
dan pembangkit cita-cita kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, pengekangan terhadap pers masih terus
berlangsung. Banyak surat kabar beserta para pemimpinnya ditangkap oleh pemerintah kolonial
karena dianggap menghasut, merusak ketentraman, dan ketertiban umum. Pemerintah kolonial yang
terus merasa khawatir terhadap peranan pers nasional memutuskan untuk melakukan tindakan keras.
Pada 7 September 1931, pemerintah kolonial mengeluarkan UU pers baru yang disebut Persbreidel
Ordonantie. Di UU baru ini banyak memuat tentang pasal-pasal karet yang dapat digunakan sesuai
kemauan pemerintah Belanda. Peraturan ini pun terus ditetapkan oleh Belanda hingga mereka
menyerah kepada Jepang pada 1942.
Jekson Saragih
15
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal : 2022
Pengarang:
Judul jurnal : Perkembangan Pers dari Masa ke Masa
Tahun:2022
Halaman :
Kartu Catatan
Kontrol sosial sebagai sarana media massa menjadi sangat krusial di negara demokrasi. Di dalam
Dalam fungsi ini, media massa memposisikan dirinya untuk mengontrol keputusan eksekutif dalam
pembangunan proses. Namun fungsi media massa lebih dari sekedar menjadi pengawas, banyak teori
tentang fungsi media massa dari perspektif normative dirumuskan oleh para sarjana komunikasi
massa. Setidaknya ada 6 (enam) teori tentang sistem media massa yang melahirkan fungsi media
massa: (1) Otoriter; (2) Pers Bebas; (3) Tanggung Jawab Sosial; (4) Pers Soviet; (5) Pers
Pembangunan;(6) Demokrat-Partisipan. Sedangkan bagi Indonesia, untuk mencapai tujuan nasional
berdasarkan proses demokrasi, sistem pers harus berkembang dengan cara-cara yang menghargai
keragaman perspektif multikultural dan pluralisme opini publik.
Jekson Saragih
16
Kode : Volume 1 No. 1
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Sistem pers Pancasila yang selama ini dianut sepertinya menjadi bumerang bagi pers (media massa)
Indonesia. Keterkungkungan sikap dan ketidakberdayaan serta monotonitas isi pemberitaan sepertinya
menjadi ciri khas pers Pancasila. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem pers tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, yakni sebagai alat kontrol sosial dan bukan alat penguasa dan berpihak pada
pengusaha dan kelompok- kelompok tertentu yang berkepentingan.Terjadinya reformasi di negara kita
merupakan momen yang sangat tepat sekali dan membawa angin segar bagi kehidupan media
massa. Karena, bagaimana pun media massa kita harus menyesuaikan diri dengan perkembangan di
masa sekarang (era globalisasi) dan masa yang akan izin siaran) tidak diperlukan lagi datang Serta
media massa juga harus memerhatikan berbagai kepentingan yang memengaruhinya sebagai sebuah
sistem atau institusi sosial.Guna menghadapi kondisi di atas, jelas pers Indonesia harus mereformasi
diri. Menghadapi tantangan semacam ini, sungguh sangat tidak memungkinkan pers Indonesia
bertahan dengan sistem pers Pancasila yang nota bene dalam prakteknya lebih banyak membatasi
ruang gerak media massa
Ture Ayu
17
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Sebagai sebuah institusi sosial, media massa tidak berada padaruang hampa. Ia akan berinteraksi
dengan berbagai institusi di luardirinya. Media massa akan berinteraksi dengan negara pada satu
sisi,dan masyarakat serta pasuu pada sisi yang lainnya. Setelah negara danmasyarakat, instifusi "pasar"
muncul sebagai elemen penting yang tidakdapat diabaikan, terutama dengan semakin berpengaruhnya
ekspansi kapital pada media massa di Indonesia. Relasi media dengan tigainstitusi : negara,
masyarakat, dan pasar merupakan kajian yang eratdengan studi ekonomi politik tentang bagaimana
negara, kelompok bisnis, dan berbagai kekuatan struktural dalam masyarakat berusahamempengaruhi
praktek-praktek komunikasi melalui media. Hal ini seiring dengan pendapat Smythe, tentang adanya
relasi dialektik antarapraktek komunikasi fbermedia - non media) dan konstruksi sosial -politik dalam
masyarakat.
Ture Ayu
18
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Pada awal kemerdekaan, atmosfir kebebasan pers betul-betul dinikmati oleh media.Setelah mencapai
kemerdekaan, media di Indonesia dapat bebas memberitakan tentang politik pemerintah.Pemerintah
Soekarno menganut demokrasi liberal pada masa awal kemerdekaan,diantaranya media mempunyai
paradigma pers liberal. Kemudian dalam paruh kedua masa kepemimpinan Soekami, pada era
terpimpin pers berperan menjadi corong Soekamo, pers dikendalikan oleh Soekarno sesuai dengan
arah politik yang dianutnya. Pada masa ini pers milik suatu partai yang ada di Indonesia adalah milik
segolongan anggota partai saja, sedangkan masyarakat awam lebih memilih pers atau harian yang
tidak memihak atau independen. Di luar Jakarta pada masa itu telah terbit pula pers yang tergolong
besar yang di antaranya sekarang ini masih terns terbit seperti Waspada dan Mimbar Umum (Medan),
Pikiran Rakyat (Bandung), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Hariam Umum, Jawa Post, dan Surabaya
Post (Surabaya).
19
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Munculnya surat kabar Kedaulatan Rakyat pasca kemerdekaan sedikit banyak telah memberikan
pengaruh bagi kehidupan politik di Yogyakarta pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Kemunculan surat kabar Kedaulatan Rakyat pun menjadi hal penting karena surat kabar tersebut
merupakan media yang pertama kali terbit di Yogyakarta pasca kemedekaan guna membantu dalam
penyebaran informasi mengenai kemerdekaan Indonesia. Pada periode 1950-1967, surat kabar
Kedaulatan Rakyat berkembang menjadi salah satu surat kabar revolusi yang tetap berusaha
independen dalam pemberitaannya, meskipun keadaan pemerintahan di Indonesia pada waktu itu
sedang mengalami pergolakan.
15
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Di Indonesia, sejak pemerintah mengundangkan UU no 40 tahun 1999, secara normatif, pers Indo
telah menganut teori pers tanggungjawab sosial (kebebasan pers yang bertanggung jawab
masyarakat/kepentingan umum). Berbeda dengan UU no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun
yang memberi kewenangan pada pemerintah untuk mengontrol sistem pers, UU no 40 tahun
memberi kewenangan kontrol kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, sistem pers Indo
dewasa ini berada dalam kontek kebebasan dan komersialisasi yang telah menciptakan plura
media, yang pada hakekatnya merupakan kelanjutan Tata Komunikasi Dan Informasi Dunia B
dimana sejak paruh tahun 1980-an tidak lagi mencerminkan upaya media untuk membangun p
sphere (sebagai bagian tanggung jawab sosial) yang benar-benar membebaskan.
Manotar Sinaga
16
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memaparkan gambaran umum Yogyakarta pada masa revo
tahun 1945-1949. (2) Menjelaskan perkembangan poster di Yogyakarta tahun 1945-1949.
Menganalisis fungsi dan dampak poster bagi masyarakat Yogyakarta pada tahun 1945-19
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi tahap heuristik, kritik sum
interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa poster pada masa revolusi dib
oleh seniman sanggar seni PTPI, SIM dan Pelukis Rakyat atau kerja sama sanggar dengan pemerin
atau badan pemerintah tertentu yang memiliki bagian pembuat poster sendiri.
Manotar Sinaga
17
2. Pada Masa Orde Lama
1. Jurnal/Buletin/Artikel
Kartu Catatan
Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno memegang kekuasaan tunggal d
membubarkan konstituante. Presiden Soekarno mulai bertindak otoriter, termasuk pada pers. Kr
terhadap pemerintah mulai melunak dan kebebasan pers perlahan mulai tergerus pada m
demokrasi terpimpin. Dalam buku Perkembangan Pers di Indonesia (2010) karya Akhmad Efen
dijelaskan bahwa masa demokrasi terpimpin merupakan masa terburuk bagi kebebasan pers di
orde lama. Pada masa ini, pers diatur secara ketat dan harus berfungsi sebagai alat revol
pemerintah. Pers juga digunakan untuk mendukung keberadaan pemerintah serta kebijak
kebijakannya.
Dewi Romantika
18
Kode : Vol. 10 No. 1
Perpustakaan : -
Tanggal :
Kartu Catatan
Perkembangan dunia pertelevisian diawali ketika Indonesia menjadi tuan rumah perhelata
olahraga akbar Asian Games IV di Jakarta tahun 1962, dimana saat itu TVRI muncul sebaga
pelopor industri televisi Nasional. Masyarakat Indonesia mulai menikmati televisi di tahun 196
ketika itu televisi merupakan media komunikasi dan antara pemerintah dengan masyaraka
disamping sebagai hiburan kaum elite politik dan pemerintahan. Deddy Mulyana menyebut TVR
sebagai televisi ideologis karena sifatnya mengagung-agungkan pemerintah terutama para petingg
Negara yang tugas utamanya untuk melanggengkan kekuasaan rezim saat itu. Hampir seluruh is
TVRI berupa berita resmi dan semi resmi dari kegiatan pemerintah beserta pejabat yang sedan
berkuasa.
Media televisi mengajarkan agar setiap warga masyarakat patuh kepada pemerintah
penguasa. Biasanya program televisi didominasi acara resmi, dan pemyataan birokrat. Masyaraka
pemirsa TV dipaksa mengkonsumsi informasi dan pesan pembangunan yang dilakuka
pemerintah/penguasa. Secara umum media televisi mengajarkan budaya afirmatif, dan konformisti
kepada pemirsanya.
Dewi Romantika
19
Kode : Vol. 14 No. 2
Perpustakaan : -
Tanggal :
Kartu Catatan
Gerakan mahasiswa pada masa pasca kemerdekaan serta Orde Lama mengalami pasang
surut seiring dengan suasana sosial politik yang ada. Gerakan mereka memasuki dimensi baru
ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945. Banyak di antara mahasiswa
yang bergabung pada sejumlah organisasi atau lasykar bersenjata dan dikenali sebagai “pelajar
pejuang”. Sementara pada masa Demokrasi Liberal, corak aktifisme mahasiswa berubah Seiring
dengan dinamika politik kebangsaan yang meningkat pesat, khususnya menjelang Pemilihan
Umum 1955, mahasiswamengalami politisasi yang tinggi, terseret dalam arus kepentingan partai-
partai politik yang menerobos memasuki dunia universitas. Universitas kemudian menjadi salah
satu tempat “pergulatan kekuasaan” dan perebutan pengaruh kekuatan eksternal. Bahkan, pada
masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) gerakan mahasiswa telahpun berkembang lebih jauh
sejajar dengan perkembangan politik nasional. Kehidupan universitas yang sebelumnya telah
terpecah-belah, semakin parah. Konflik di antara kelompok dan organisasi mahasiswa, khususnya
dengan mahasiswa “kiri” meningkat. Pada tahap ini, kalangan kiri, dengan berbagai cara,
berusaha mendominasi kehidupan universitas dan mahasiswa. Akan tetapi, keadaan tersebut
berakhir dengan antiklimaks ketika pada tahun 1965 pihak Komunis dituduh terlibat dalam aksi
kudeta yang gagal, sehingga seluruh sayap organisasi kiri, termasuklah organisasi mahasiswanya
dihancurkan.
Jojor Mindo
20
Kode : Vol. 8 No. 1
Perpustakaan : -
Tanggal :
Kartu Catatan
Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksi
ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa
nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sement
sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas)
berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal
kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu
politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.
Jojor Mindo
21
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal :
Kartu Catatan
Setelah tumbangnya pemerintahan Soekarno, dan pasca tumbangnya Soeharto pada Mei 19
Kendala terbesar yang dihadapi pers dalam memperoleh kebebasan pers adalah kebijakan pengu
yang Seringkah mematikan industri pers. Pemerintahan yang berkuasa memiliki senjata maut da
menghadapi pers yang dianggap terlalu kritis terhadap penguasa negara, yaitu pembreide
Pelarangan terbit atau pembreidelan terhadap surat kabar dapat berlaku untuk sementara wa
maupun seterusnya. Tak jarang dalam aksi pembreidelan pers seringkah disertai penahanan terha
pimpinan surat kabar yang bersangkutan. Banyak peristiwa, rekaman tekanan, intimidasi
pemberangusan terhadap pers Indonesia melalui ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang dipas
pemerintah masih dapat terangkum dengan jelas, balikan peristiwa-peristiwa serupa masih san
mungkin terjadi pada era reformasi seperti saat ini.
Laras Sati
Kartu Catatan
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal :
Laras Sati
23
Kode : 5 (1)
Perpustakaan : -
Tanggal :
Kartu Catatan
Sejarah pers di Semarang berawal dari pertumbuhan industri pers milik orang Eropa yang di rintis oleh
perusahaan Olifent & Co pada tahun 1846, di daerah Semarang. Perusahaan ini memperoleh izin dari
Gubernur Jendral J.J Rouchussen untuk menerbitkan Semarangscbe Adventieblad dan Semarang
Courant. Tahun 1852, P.J. De Groot menerbitkan Semarang Nieuwsen Advertentiebland, yang pada
1866 berganti nama De Locomotief. Pergantian nama surat kabar tersebut dikaitkan dengan berdirinya
Nederlandsch-Indisch Spoorweg Maatschappij pada tahun 1862. G.C.T. Van Dorp menerbitkan
Selompert Melajoe pada tahun 1960 dan Tjahaja India pada tahun 1882. Jasz Bros menerbitkan
Tamboor Melajoe pada tahun 1888. Keberadaan industri pers milik orang Eropa itu disusul dengan
kemunculan perusahaan pers milik orang Cina. Sebagai contoh, pada tahun 1899 di Semarang berdiri
Hoang Thaij & Co, yang menerbitakan harian Sinar Djava (Dewi Yuliati, 2008:4-5).Di bawah
kepemimpinan Hetami Soeloeh Rakjat, setelah Indonesia mencapai masa kemerdekaannya pada masa
revolusi tepatnya pada 1945-1949, maka Hetami mengambil alih Soeloeh Rakjat dan dari surat kabar
Soeloeh Rakjat Hetami mulai merintis surat kabar di Semarang yang diberi nama Suara Merdeka.
Tepatnya pada tanggal 11 Februari 1950, pada waktu itu pendirian surat kabar Suara Merdeka
mulai dirintis oleh Hetami.
Esra Natasya
24
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Pada masa ini, pers dibagi menjadi dua golongan yaitu pers yang diterbitkan oleh tentarasekutu dan
Belanda atau disebut Pers NICA serta pers yang diterbitkan oleh rakyat Indonesia atau disebut Pers
Republik. Kedua pers tersebut memiliki agenda yang berbeda. Pers Nica berisikan propaganda yang
ditujukan untuk memengaruhi rakyat Indonesia agar menerima kembali Belanda untuk berkuasa di
Indonesia. Sementara Pers Republik berisi kobaran semangat Pada tanggal 9 Februari 1946 para
wartawan berkumpul di gedung Sociteit atau Sasono Suko Solo (sekarang Monumen Pers Nasional)
mendirikan organisasi profesi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Ini merupakan organisasi profesi
wartawan pertama setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dengan Ketua Mr.R.M
Sumanang Suryowinoto.
Esra Natasya
25
1. Pada Masa Orde Baru
1. Jurnal/Buletin/Artikel
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Kebijakan orde baru mendukung sepenuhnya pers Pancasila untuk kembali dalam masyarakat
menyuarakan aspirasi rakyat yang sebelumnya dibungkam oleh Soekarno.Pada periode awal orde
baru,persepsi sikap dan perlakuan terhadap pers,telah berubah secara berarti.Pemerintah orde baru
memandang dan memberlakukan pers sebagai partner of power-nya untuk membantu pemerintah
menstabilkan negara ,serta alat konsolidasi kekuasaan Presiden Soeharto untuk membangun
Kode :-
pemerintahan orde baru secara penuh .
Perpustakaan : -
Tanggal
Irawati Sihite :-
Pengarang: Arfandianto
Judul jurnal : Pers Pancasila Kehidupan Pers Pada Masa Orde Baru (Tahun 1978-1993)
Tahun:2015
Halaman : 554-561
26
Kartu Catatan
Pers pancasila menjadi alat kontrol pemerintahan Orde Baru terhadap pers nasional ,alat kontrol yang
dilakukan dari dalam tubuh pers yang terstruktur dengan baik.Pemerintah an orde baru memanfaatkan
breidel terhadap pers yang tidak sejalan dengan keinginan pemerintah dengan alibi pembreidelan
karena berita dalam pers menggangu stabilitas nasional dan tidak sesuai dengan demokrasi
pancasila.Kontrol dari dalam pers Pancasila menjadi kemenangan mutlak bagi pemerintahan Orde
Baru terhadap kebebasan pers nasional ,pers terus berada dibawah bayang bayang breidel dengan tetap
berlakunya pencabutan Surat Izin Usaha Penerbita Pers.
Irawati Sihite
Kode ;Volum18 no 1
Perpustakaan : -
Tanggal :-
27
Kartu Catatan
Sejalan dengan perkembangan demokrasi di sebuah negara, peran media massa juga ikut membesar
karena adanya kebebasan berpendapat dan berekspresi. Institusi media massa menjadi bagian tak
terpisahkan dari kematangan demokrasi di sebuah negara. Ini tidak lain karena media massa besuara
secara kritis terhadap isuisu yang muncul di dalam masyarakat termasuk terhadap kebijakan
pemerintah. Media massa juga menjadi penyalur opini publik yang mampu mempengaruhi kebijakan
pemerintah. Untuk tingkat tertentu fenomena ini terlihat di Indonesia sejak reformasi politik 1998
dimana media massa tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Media cetak dan media elektronik
tumbuh subur dimana-mana setelah pintu demokrasi mulai dibuka. Secara alamiah, pemerintah juga
memperhatikan isu-isu yang berkembang dalam masyarakat yang terekam dan disalurkan oleh media
massa. Situasi ini berbeda ketika masa Orde Baru dimana media dibatasi keberadaan dan pengaruhnya.
Joy Novi
Kode : Vol. 2 No 1
Perpustakaan : -
Tanggal : Januari-Juni 2019
Pengarang:Asep Setiawan
Judul jurnal : Peran Media Massa Dalam Politik Luar Negeri: Kasus di Indonesia
Tahun:2019
Halaman : 1-19
Kartu Catatan
28
Orde Baru adalah rezim yang kehadirannya dipertegas oleh kekerasan yang membuat aktor
utamanya, Soeharto, berkuasa hingga 32 tahun lamanya (Shiraishi, 2001). Sejak awal kehadirannya,
rezim ini telah menorehkan darah sebagai tinta pada “kertas
kerjanya” yang ditandai oleh pembunuhan massal orang-orang yang dianggap terlibat Komunis atas
nama keamanan dan ketertiban. (Siegel, 1998) mengatakan, “Orde Baru mengawali lembar
sejarahnya dengan pembantaian besar-besaran; ia mengulang gerak mematikan itu, membuktikan
otonominya dari apa pun sebelumnya”. Kekerasan lain Orde Baru adalah kontrol ketat terhadap pers.
Pemerintah mengontrol pers sedemikian rupa melalui mekanisme surat izin, seperti Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers(SIUPP). Mengapa? Dengan lisensi yang dikeluarkan oleh aparatus negara melalui
Departemen Penerangan, maka akan terlihat bahwa negara berkuasa atas hak hidup sekaligus mati
pada pers, terutama yang bertentangan dengan kemauannya
Joy Novi
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal : 22 Desember 2020 2019
Kartu Catatan
Seiring runtuhnya kekuasaan pemerintah orde lama dan digantikan dengan pemerintahan orde baru,
kehidupan pers di Indonesia pun perlahan memperoleh kebebasan. Kebebasan tersebut diperoleh setelah
pemerintahan orde baru mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Prinsip-Prinsip
29
Dasar Pers. Undang-undang tersebut mengatur bahwa pers nasional tidak dapat disensor atau
dikendalikan dan kebebasan pers dijamin sebagai bagian dari hak-hak dasar warga negara serta
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal : 26 April 2019
Kartu Catatan
Kebebasan pers adalah wujud dari keikutsertaan warganya dalam melaksanakan kekuasaan negara.
Kebebasan pers ini menurut undang-undang ada batasnya. Karena di samping adanya kebebasan itu
juga ada rasa tanggung jawab nasional dan pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Adanya
undang-undang itu juga membatasi kebebasan pers, seperti adanya SIT dan SIC, lalu SIUPP.
Kebebasan pers itu adalah kebebasan menyampaikan pendapat melalui pers. Pada akhirnya mengenai
kebebasan pers itu tergantung kepada falsafah negaranya yang mengontrol dan menentukan power.
Komunikasi yang dilakukan pemerintah terhadap pers Indonesia adalah komunikasi politik, karena
pers Indonesia ditujukan untuk kepentingan politik Orde Baru, yaitu melanggengkan pemerintahan
Orde Baru yang anti komunis yang di setujui pers dan pembangunan nasional karena rakyat
menghendaki adanya pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan.
Kania Nova
30
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal : 26 April 2019
Kartu Catatan
Ketika Orde Baru berkuasa, pemerintahan ini langsung dihadapkan pada tugas berat yaitu
menghentikan proses kemerosotan ekonomi dan berupaya menciptakan stabilitas ekonomi dan politik.
Setelah keadaan krisis teratasi dalam rangka untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur,
pemerintah mulai fokus untuk melaksanakan program pembangunan nasional. Dalam rangka
pembangunan nasional, GBHN menjadi pola umum pembangunan jangka panjang dan pola umum
PELITA (Pembangunan Lima Tahun). Dalam usaha pemecahan masalah tersebut, yang dilakukan
adalah mengatur pertumbuhan dan penyebaran penduduk secara terprogram. Transmigrasi merupakan
program nasional sebagai suatu usaha pemerataan distribusi penduduk di Indonesia dan
pembangungan secara menyeluruh. Perlu berbagai strategi dan cara untuk menjalankan program
transmigrasi. Kompleksitas persoalan informasi transmigrasi merupakan tantangan dan perlu
merumuskan program dan strategi penyampaian kebijakan informasi transmigrasi secara
tepat.Penerangan yang tepat dan tidak berlebih-lebihan, informasi tentang hak dan kewajiban,
masalah dan keadaan yang akan dijumpai, secara langsung maupun tidak langsung perlu disampaikan
kepada penduduk calon transmigran.
Mima Defliyanti
31
Kode :
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah
memasuki era reformasi, keran demokrasi di Indonesia mulai terbuka. Hal ini ternyata memberi
dampak kebebasan pers yang luar biasa. Pers tidak lagi terkungkung oleh aturan penguasa, sehingga
pers dapat dimanfaatkankan oleh berbagai pihak untuk membela kepentingan institusi pemiliknya,
tidak terkecuali untuk kepentingan politik. Kecenderungan yang terlihat saat ini, organisasi-organisasi
sosial-politik di Indonesia mulai berlomba- lomba mendominasi perusahaan-perusahaan media guna
menigkatkan citranya di mata publik. Para elit politik berusaha membangun komunikasi politik secara
intens guna menarik simpati massa agar mau berpihak kepada mereka. Media begitu diburu oleh
banyak pihak karena kekuatannya dalam membentuk opini publik.
Mima Defliyanti
Kartu Catatan
32
1. Pada Masa Era Reformasi
1. Jurnal/Buletin/Artikel
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Pengarang:
Judul jurnal : Manajemen Pres pada Media Massa dalam Era Reformasi (Study Penyampaian Dakwah
Islam )
Tahun:2018
Halaman :127 -128
Kartu Catatan
Orde Reformasi merupakan era baru bagi kehidupan pers di Indonesia, dimana pada era
sebelumnya terutama selama orde baru, pers sepenuhnya dibawah kendali penguasa. Pers yang dinilai
tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah akan dicabut Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) atau tidak boleh lagi melakukan kegiatan jurnalistik dan publikasi. Saat ini posisi
pemerintah tidak lagi seperti dimasa orde baru, sehingga perusahaan pers mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat, seperti televisi swasta nasional, diantaranya Rajawali Citra Televisi Indonesia
(RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Metro TV, TV One, Trans TV, dan masih banyak lagi, atau
televisi lokal yang mengudara di kota Palembang seperti PAL TV, Sriwijaya TV, dan SKY TV. Belum
lagi lembaga pers dalam bentuk media cetak, baik skala nasional maupun lokal atau media cetak yang
terbit diberbagai daerah mulai dari level propinsi hingga
33 kabupaten/kota yang tersebar diberbagai
daerah di Indonesia, sebut saja di Sumatera Selatan; ada Sumatera Ekspres, Sriwijaya Post, Berita
Pagi, Pal Post, dan lain-lain.
Kode :-
Perpustakaan : -
Tanggal : Juni 2019
Kartu Catatan
Media massa yang ada dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari demokrasi tidak hanya dilihat
dari eksistensinya namun juga dari fungsi-fungsi yang harus dijalankan. Jika kita mengacu pada
UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers dalam Pasal 3 ayat (1) maka disebutkan “pers nasional
mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.”
Pendidikan yang dimaksud dalam hal ini bersifat luas termasuk didalamnya adalah pendidikan
politik. Pendidikan politik yang dilaksanakan media massa berdasarkan penjelasan sebelumya
ialah pendidikan non formal yakni pendidikan yang diadakan diadakan di masyarakat secara bebas
dan non formal. Pendidikan termasuk juga pendidikan politik yang bersifat laten menurut bahasa
J, Bender (1967) yakni pendidikan yang dikembangkan dilingkungan sosial.
Chairun Nisa
34
Kode : Volume 1 No. 1
Perpustakaan : Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Selatan, Palembang
Tanggal : Januari
Kartu Catatan
Shoemaker and Reess seperti yang dikutip oleh Werner J. Severin dan James W. Thankard
(2011:277), mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi isi media massa yaitu, 1)
Pengaruh dari pekerja media secara individu, 2) Pengaruh rutinitas media, 3)Pengaruh organisasi
terhadap isi, 4) Pengaruh terhadap isi dari luar organisasi media, dan 5) Pengaruh ideology.
Peran media massa yang begitu kuat mempengaruhi komunikasi politik.Pertarungan antar elite media
dalam memperjuangkan ideologi ataupun kepentingan mereka akan terus berlangsung sehubungan
dengan semakin matangnya iklim demokrasi di Indonesia. Media massa masih akan menjadi
instrumen utama dalam membangun serta memantapkan komunikasi politik yang diinginkan.
Dules Ery
35
Kode : Volume 9 No. 1
Perpustakaan : Universitas Indonesia & Universitas Pelita Harapan
Tanggal : Juni
Kartu Catatan
Kehadiran media sosial sebagai ranah dalam berdemokrasi telah menjadi budaya baru dalam
pendistribusian gagasan atau pemikiran rakyat. Bahkan melalui media sosialjuga, sebuah gagasan
tidak lagi terkendala lokasi geografis.
Dules Ery
36
Kode : Volume 7 No. 1
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Upaya reformasi di media media massa pada dasarnya ditunjukkan pada tujuan untuk
mewujudkan sistem dan kehidupan media massa nasional yang demokratis dan adil bagi segenap
lapisan masyarakat.Untuk itu perlu dilakukan upaya upaya pembenahan secara menyeluruh,
mencangkup berbagai aspek dan sistem kebijaksanaan media massa nasional secara makro,Sampai ke
sistem dan pola pengolahan berbagai aspek mikro operational media massa.Sistem ideal tentu saja
yang diharapkan mampu memenuhi tuntutan aspirasi dan kepentingan segenap lapisan masyarakat
serta antisipasi terhadap tantangan dan perkembangan situasi era globalisasi, komunikasi dan
informasi di masa mendatang.
Muthi’ah Lathifa
37
Kode : Volume 2 No.-
Perpustakaan : -
Tanggal :-
Kartu Catatan
Demokrasi sebagai bentuk ideologi dimana rakyat sebagai pemilik kekuasaan membutuhkan
„jembatan‟ untuk dapat menyalurkan aspirasinya. Media massa memiliki banyak fungsi, khususnya
yang berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi di suatu negara. Upaya mewujudkan Indonesia yang
demokratis, maju, adil, dan kuat, merupakan cita-cita reformasi selama ini. Namun nampaknya
memang masih jauh dari realitas. Kondisi transisi hingga sekarang masih terasa, keadaannya masih
“serba memprihatinkan”. Media massa adalah gigamedium yang setiap saat hadir sebagai ruang public
yang menjadi cermin bagi siapapun. Dampaknya demikian besar pada keberlangsungan kehidupan
manusia. Perkembangan sosial politik di dalam masyarakat bangsa ini tidak bisa dipisahkan dari
bagaimana semuanya direpresentasikan di dalam berbagai media komunikasi, khususnya televisi dan
internet. Menurut teori normative komunikasi massa modern, yang layak diimpikan untuk kehidupan
media massa di suatu negara yang demokratis
38
Muthi’ah Lathifa
Daftar Lampiran
Instrumen Penelitian : diskusi kelompok terkait ( Fokus Group Discussion )
Daftar Riwayat Anggota Peneliti :
Ketua Peneliti:
Nama : Jekson saragih
Jenis Kelamin : Laki-Laki
NIM : 3223111019
Tempat dan Tanggal Lahir : Dame raya 28 juli 2004
Alamat Email : jeksonsumbayak28@gmail.com
No Telp/ Hp : 08216963740
Anggota Peneliti 1 :
Nama : Chairun Nisa
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3222311001
Tempat dan Tanggal Lahir : Padang Genting, 21 januari 2004
Alamat Email : chairun547@gmail.com
No Telp/ Hp : 085362216019
Anggota Peneliti 2 :
Nama : Dewi Romantika Tinambunan
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3223111054
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan 13 November 2002
Alamat Email : romantikadewi7@gmail.com
39
No Telp/ Hp : 083185954393
Anggota Peneliti 3:
Nama : Dules Ery Pratama
Jenis Kelamin : Laki-Laki
NIM : 3223311018
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan,23 Oktober 2004
Alamat Email :erydules@gmail.com
No Telp/ Hp : 081262028723
Anggota Peneliti 4:
Nama : Esra Natasya Br Sitepu
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3223311018
Tempat dan Tanggal Lahir : Namutrasi,11 Juli 2004
Alamat Email : esranatasyabrsitepu@gmail.com
No Telp/ Hp : 089524096212
Anggota Peneliti 5:
Nama : Irawati Sihite
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3223111029
Tempat dan Tanggal Lahir : Tiga Raja,01 Februari 2004
Alamat Email : irawatisihite4@gmail.com
No Telp/ Hp :083194480430
Anggota Peneliti 6:
40
Nama : Ivana Theo Phillia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 15 Agustus 2003
Alamat Email : ivanasmjntk@gmail.com
No Telp/Hp : 081277869656
Anggota Peneliti 7:
Nama : Jojor Mindo Manullang
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3222411004
Tempat dan Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 29 April 2004
Alamat Email : jojormindomanullang29@gmail.com
No Telp/ Hp : 083877922081
Anggota Peneliti 8:
Nama : Joy Novi Yanti Lumbantobing
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3221111002
Tempat dan Tanggal Lahir : Tarutung, 06 November 2004
Alamat Email : joylumbantobing44@gmail.com
No Telp/ Hp : 082267307513
Anggota Peneliti 9
Nama : Kania Nova Ramadhani
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 3223111034
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 19 November 2003
Alamat Email : kanianovaramadani@gmail.com
41
No.Telp/Hp : 082168352515
42
Nama : Muthi'ah Lathifah
Jenis Kelamin : Perempuan
Nim : 3223311003
Tempat dan tanggal lahir : Medan, 9 juli 2004
Alamat Email : muthialathifah7@gmail.com
No Telp/Hp : 083181365062
43