Anda di halaman 1dari 24

IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN POLITIK DALAM

PEMENUHAN HAK-HAK KONSTITUSIONAL ANAK TELANTAR


SEBAGAI WARGA NEGARA
(Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan Percut
Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Politik
pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri
Medan
Dosen Pengampu: Drs. Halking, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 4 PPKn Reguler B 2019
Ketua Kelompok : Mychell Tambunan (3193311025)
Anggota Kelompok :

NO NAMA NIM NO NAMA NIM


1 Dwi Chaya Laudra 3191111003 4 Wilda Putriyansyah 3192411009
2 Nova Uli Siburian 3193311018 5 Putri Deliana 3193311033
Sembiring
3 Iqbal Al Ahamid 3193111016

PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2021
HALAMAN JUDUL
IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN POLITIK DALAM PEMENUHAN
HAK-HAK KONSTITUSIONAL ANAK TELANTAR
SEBAGAI WARGA NEGARA (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia pada
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Unversitas Negeri Medan
Dosen Pengampu : Drs. Halking, M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Reguler B 2019
Nama kelompok :
Mychell Tambunan (Nim 3193311026)
Dwi Chaya Laudra ( Nim 3191111003)
Iqbal Al Ahmid ( Nim 3193111016)
Nova Uli Siburian ( Nim 3193311018)
Putri Deliana Sembiring ( Nim 3193311033)
Wilda Putriyansyah ( Nim 3192411009)
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN POLITIK


PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya selaku ketua kelompok 4 kelas Reguler V/B PPKn Pada Mata Kuliah Pendidikan Politik
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mychell Tambunan
NIM : 3193311026
Judul Tulisan : “IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN POLITIK DALAM
PEMENUHAN HAK-HAK KONSTITUSIONAL ANAK TELANTAR
SEBAGAI WARGA NEGARA (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan tulisan ini berdasarkan hasil penelitian,
pemikiran dan pemaparan asli dari tim kelompok kami, baik untuk naskah laporan maupun
kegiatan programming yang tercantum sebagai bagian dari tulisan ini. Jika terdapat karya orang
lain, maka kami akan mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak lain.

Medan, 23 Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan

Ketua Kelompok 4
Mychell Tambunan
NIM: 3193311026
LEMBAR PENGESAHAN

Mini riset ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
mata kuliah Sistem Politik Indonesia

Universitas Negeri Medan


Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu

Dosen Pengampu Ketua Kelompok

Drs. Halking, M.Si Mychell Tambunan


NIP: 19630406 199303 1001 NIM: 3193331026
KATA PENGANTAR

Puji Syukur alhamdullilah kami ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan
Mini Riset ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Adapun Mini Riset kami ini berisikan mengenai bagiamana “Implementasi Aspek-Aspek
Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar Sebagai Warga
Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang)”.
Selanjutnya kami mengucapkan  terima kasih kepada Bapak Drs.Halking, M.Si selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Politik yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya
kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan laporan Mini Riset ini. Sehingga kami
memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama penulis membuat dan
menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan
yang membantu penyelesaian tugas ini baik berupa bantuan moril maupun materil.
Kami berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik seta saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil yang
lebih baik lagi.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 4
ABSTRAK
Mini riset ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui mengenai Kajian historis efekivitas
keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam mensejahterakan guru dalam
sistem polirik Indonesia. Adapun jenis penelitian yang kami lakukan adalah jenis studi pustaka
yakni menghimpun informasi yang relevan dengan topic atau masalah yang menjaidi objek
penelitian. Dimana informasi tersebut dapat diperoleh dari buku, karya ilmiah, tesis, disertadi,
ensiklopedia, internet dan sumber sumber bacaan lainnya. Dan metode penelitian yang kami
gunakan adalah metode kualitatif yaitu metode yang dapat menjelaskan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu. Salah satu kelompok kepentingan yang menjalankan kekuatan politik adalah
kelompok kepentingan Assosiasioanal yang termasuk didalamnya PGRI. PGRI adalah Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi perjuangan, profesi dan
ketenagakerjaan bersekala nasional yang anggotanya terdiri dari para guru dan tenaga
kependidikan. Efektivitas keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam
mensejahterakan guru pada era awal kemerdekaan belum dapat terwujud dengan sempurna
dengan alasan masih terdapat gangguan dan blokade yang mempersempit ruang gerakny. Di era
orde lama Efektivitas keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam
mensejahterakan guru juga belum terlaksana dengan baik sebab beberapa masalah yang muncul
seperti perseteruan antar PGRI dan PKI. Efektivitas keberadaan organisasi PGRI di orde baru
belum mampu menujukkan kontribusinya secara penuh dalam upaya mensejahterakan guru yang
disebabkan oleh PGRI masih dimobilisasi untuk kepentingan politik. Di era reformasi efektivitas
keberadaan PGRI mulai terlihat dan dirasakan sebab terbukanya ruang politik dan ditandai
dengan berdirinya organisasi guru lain yang sejalan dengan PGRI

Kata Kunci : PGRI, Kelompok Kepentingan, Awal Kemerdekaan, Orde lama, Orde baru, Era
Reformasi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv

ABSTRAK.................................................................................................................................v

DAFTAR ISI.............................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................................1

B. IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................................2

C. PEMBATASAN MASALAH...........................................................................................3

D. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................3

E. TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................4

F. MANFAAT PENELITIAN...............................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................5

A. KERANGKA TEORI.......................................................................................................5

1. Pengertian Kekuatan Politik...........................................................................................5


2. Kekuatan Politik.............................................................................................................5
3. Sumber Kekuatan ..........................................................................................................7
4. Struktur Politik yang Menjalankan Kekuatan Politik.....................................................8

B. PENELITIAN YANG RELEVAN.................................................................................11

C. KERANGKA BERPIKIR...............................................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................13

A. DESAIN PENELITIAN.................................................................................................13
1. JENIS PENELITIAN..................................................................................................13

2. METODE PENELITIAN...........................................................................................13

B. FOKUS PENELITIAN.................................................................................................13
C. KONSEPTUALISASI PENELITIAN .........................................................................14
D. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................14
1. JENIS DATA........................................................................................................14
2. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA...................................14
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.....................................................................14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................................17

A. HASIL PENELITIAN..................................................................................................17

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.....................................................................19

BAB V PENUTUP...................................................................................................................35

A. KESIMPULAN............................................................................................................35

B. SARAN.........................................................................................................................36

DAFTAR REFERENSI............................................................................................................37

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................41

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu prinsip yang harus dijalankan dalam suatu negara hukum adalah jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia (HAM). Berbicara tentang hak konstitusional, berarti
membicarakan tentang hak dasar manusia yang dimuat dalam konstitusi. Hak-hak yang diatur
dalam konstitusi merupakan batas yang tidak bisa dilanggar oleh penyelenggara negara
dalam menjalankan kekuasaan negara, baik sebagai hak warga negara atau hak asasi. Dalam
UUD 1945, hak-hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi manusia. Salah satu hak
konstitusional yang diatur dalam UUD NRI 1945 adalah hak konsitutisional adalah
pendidikan. Pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia dimana anak terlantar
merupakan warga negara yang berhak mendapatkan layanan pendidikan. Indonesia telah
meratifikasi The Universal Declaration of Human Right, termasuk Kovenan internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, dan Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan.
Ratifikasi itu kemudian dituangkan dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2005 tentang
pengesahan kovenan Internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dan Undang-
undang Nomor 12 tahun 2005 tentang pengesahan kovenan tentang internasional tentang
hak-hak sipil dan politik. Bersama dengan itu juga terdapat Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM), yang telah dideklarasikan oleh Persatuan BangsaBangsa (PBB) untuk
membentuk Perjanjian Internasional tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Tiga perjanjian
internasional lainnya yang menjadi tolok ukur dalam upaya global menca`pai tujuan-tujuan
pendidikan untuk semua dan secara khusus untuk menghapus diskriminasi dalam pendidikan
yaitu: (1) Konvensi UNESCO tentang Penentangan Diskriminasi dalam Pendidikan; (2)
Konvensi tentang Penghapusan terhadap Diskriminasi Rasial; dan (3) Konvensi tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Negara di sini memiliki
tanggung jawab besar untuk menghormati (respect), memenuhi, melindungi hak asasi
manusia atas pendidikan seluruh warga negara.4 Oleh karena itu tidak ada alasan untuk
memungkiri tidak terpenuhinya hak atas pendidikan warga negara Indonesia.. Selain menjadi
tanggung jawab negara, masyarakat juga bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di
Indonesia. Diundangkannya UU Sisdiknas menjadi instrumen penting dalam paradigma baru
sistem pendidikan nasional, baik dari sisi penyelenggaraan maupun tenaga pendidik. UU
Sisdiknas dengan tegas telah mengamanatkan bahwa paradigma baru pendidikan nasional
antara lain bahwa tujuan dasar pendidikan tidak lagi sebatas mencerdaskan kehidupan
bangsa, tetapi juga terselenggaranya pendidikan secara demokratis yang menempatkan peran
serta masyarakat dalam proses pendidikan di Indonesia. Menurut UUD 1945 dalam Pasal 34
ayat (1) disebutkan bahwa fakir miskin dan anakanak yang terlantar dipelihara oleh Negara.
Dengan demikian Negara bertanggung Jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak
yang dimiliki fakir miskin dan anak-anak terlantar, khususnya hak asasinya. Hak-hak asasi
anak terlantar, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti
halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan
Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child
(Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal
sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan
pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya,
dan perlindungan khusus8 UndangUndang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
yang berbunyi “Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara”,
sehingga pemerintah dan negara sebagai pelaksana pembangunan di Indonesia wajib untuk
untuk menjamin, melindungi dan memastikan terpenuhinya hak-hak anak tersebut,
khususnya adalah anak-anak yang terlantar.
B. Identifikasi Masalah
Kami mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian
selanjutnya. Adapun identifikasi masalah tersebut adalah mengenai bagaimana Implementasi
Aspek-Aspek Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar
Sebagai Warga Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan mempertegas sasaran-sasaran yang
hendak diteliti, maka peneliti membatasi pada Hak Konstitusional (Pemerintah) dalam aspek
pendidikan politik di panti asuhan (Warga Negara).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan  batasan  masalah yang  telah penulis pilih maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik
Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar Sebagai Warga Negara (Studi
Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang)”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana impelentasi pemenuhan hak konstitusi pada pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam memberikan pemenuhan hak-hak konstitusi
pada pendidikan politik,
F. Manfaat Peneletian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sebuah pengetahuan akan
Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional
Anak Telantar Sebagai Warga Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Politik
Secara etimologis, pendidikan berasal dari kata latin, educare, yang berarti
melatih. Dalam lapangan pertanian, dikenal kata educere, yang berarti menyuburkan
atau mengolah tanah agar menjadi subur. Dalam arti demikian, pendidikan adalah
proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, menata,
dan mengarahkan. Khan (2010:1) mengartikan pendidikan sebagai proses
pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat
berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Pendidikan di
Indonesia diselenggarakan sebagai upaya untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, berdasarkan falsafah hidup Pancasila. Sejalan dengan misi ini,
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan istilah
political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara harfiah ke
dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan
menggunakan istilah political sosialization banyak yang mensinonimkan istilah
pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena keduanya memiliki
makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah pendidikan
politik dalam arti sempit.
Menurut Ramlan Surbakti (1999), sosialisasi politik dibagi dua yaitu: pendidikan
politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik
diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat
mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik
negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan
partai politik. Kartini Kartono (1990) memberikan pendapatnya tentang hubungan
antara pendidikan dengan politik yaitu pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan
kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga merupakan
pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa, dan
merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada. Pengertian dari pendidikan politik
yang lebih spesifik dapat diambil dari pendapatnya Alfian (1981) yang mengatakan
bahwa: pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah
proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka rnemahami dan menghayati
betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun. Rusadi Kartaprawira (1988) mengartikan pendidikan politik sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam sistem politiknya.
Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di suatu
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya bahu-membahu
dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu,
keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan
proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di
negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik di suatu
negara membawa dampak besar pada karakteristik pendidikan yang ada di negara
tersebut Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik
yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal
dalam suatu sistem politik. Merujuk pada beberapa pengertian pendidikan politik
yang telah disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan
utama. Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk
tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan
setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi
pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan
masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan. Inti dari
pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut dan disosialisasikan.
Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk menjelaskan proses perekrutan dan
upaya sosialisasi kepada rakyat untuk mengerti mengenai peranannya dalam sistem
politik serta agar dapat memiliki orientasi kepada sistem politik.
2. Pengertian Aspek-aspek Pendidikan Politik
Pendidikn politik menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam aspek
kognitif pendidikan politik memberikan pengetahuan dan pemahaman politik
terhadap setiap individu. Sedangkan dalam aspek psikomotor kurikulum pendidikan
politik hendaknya memberikan kemampuan keterampilan kepada individu untuk
memiliki keterampilan intelektual, tindakan, dan komunikasi politik secara efektif.
Kurikulum pendidikan politik secara efektif harus membuat individu menimbulkan
sikap politik sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Jenis Aspek Pendidikan Politik
a. Aspek Kognitif Pendidikan Politik
Tujuan pendidikan politik adalah aspek kofnitif yang arahnya adalah
membangunan pengetahuan politik warga negara (civic knowledge). Pengetahuan
dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu
menjadi sangat penting untuk dibangun karena tanpa kesadaran politik yang kritis
tidak mungkin ditumbuhkan. Padahal, kesadaran politik-kritis merupakan syarat
penting bagi suatu partisipasi warga negara yang otonom. Sekurang-kurangnya
ada lima persoalan pokok yang seharusnya dipahami dan diketahui oleh setiap
warga negara dalam kerangka pembangunan aspek kognitif ini. Kelima persoalan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Demokrasi dan hak-hak warga negara.
2. Kedaulatan Rakyat
3. Sistem kelembagaan negara
4. Hubungan kekuasaan pusat dan Daerah
5. Sistem Ekonomi
b. Aspek Afektif Pendidikan Pollitik
Pendidikan adalah proses mengenalkan dan mena-namkan nilai nilai tertentu pada
seorang warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan untuk
membentuk karakter dan keberpihakan warga negara dalam
mengimplementasikan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari baik
kapasitasnya sebagai individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara
yang bertanggung jawab.
c. Aspek Psikomotorik
Unsur dasar kedua pendidikan politik bagi warga negara di dalam masyarakat
yang demokratis adalah kecakapan-kecakapan warga negara. Jika warga negara
menguji hak-haknya dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai angota-anggota
komunitas yang mandiri, warga negara tidak cukup mempunyai bangunan
pengetahuan atau aspek-aspek politik tetapi juga membutuhkan penguasaan
terhadap kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipasi yang terkait.
Kecakapan-kecakapan warga negara meliputi dua kecakapan (keahlian) yaitu
kecakapan intelektual yakni kecakapan berpikir kritis dan kecakapan
partisipatoris, dalam pendidikan politik mencakup tiga keahlian yakni keahlian
berinteraksi (interacting), keahlian memantau (monitoring) isu publik, dan
keahlian mempengaruhi (influencing) kebijakan publik (Khoiron, 1999: 100-125
dan Ubaidillah, 2000: 76-78).
4. Hak Konstitusional Warga Negara
Hak konstitusional adalah norma-norma yang termuat dalam konstitusi, tidak hanya
yang mengatur organisasi kewenangan lembaga, dan hubungannya satu dengan yang
lain, yang melahirkan kewenangan atau constitutional authorities, tetapi juga
mengatur hubungan Negara dengan warganegara dalam konteks kewenangan.Negara
tersebut berhadapan dengan hak-hak konstitusional rakyat. Dalam hubungan dengan
kekuasaan Negara, hak-hak warganegara diatur dalam konstitusi sebagai
perlindungan dari perbuatan yang kemungkinan dilakukan penyelenggara Negara.
Pengertian konstitusi menurut para ahli
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tak tertulis.

Dengan demikian, Perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga


Negaraharus dilakukan sesuai dengan kondisi warga negara yang beragam. (Dedi
Sumanto, Desember 2013). Konstitusi berasal dari bahasa latin yaitu constitution,
atau Undang-Undang Dasar yang dipahami sebagai norma system politik dan hukum
pada suatu Negara yang terdokumen secara tertulis, di dalamnya terdapat aturan,
kelembagaan, dan pembagian kewenangannya hak dan kewajiban. Hak
konstitusional adalah hak warga Negara yang dijamin Undang-Undang. Warga negara
diartikan sebagai seseorang yang bertempat tinggal disuatu tempat yang menjadi
bagian dari suatu penduduk berdasarkan kedudukannya sebagai seseorang yang
berada pada wilayah atau tempat itu sendiri yang menjadi bagian dari unsur negara.
Membahas singkat tentang hak sebagai warga negara Indonesia yang baik,
tentunya menjadi setiap orang atau warga negara wajib memiliki hak-hak penuh dan
mutlak sebagai warga negara yang diakui sebagai penduduk berdasarkan unsur negara
tersebut diatas.Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa
terkecuali. Persamaan tersebut harus dijunjung penuh guna menghindari adanya
kecemburuan sosial yang terjadi di masyarakat dan mempunyai dampak yang negatif
yang akan muncul dikemudian hari.Hak setiap warga negara adalah hak mutlak yang
dilakukan oleh seorang warga negara yang baik yang bisa memajukan suatu negara
dengan hal-hal positif.
5. Hak Konstitusional Pada Panti Asuhan
UU Perlindungan Anak telah menghadirkan sejumlah persoalan, khususnya bagi
lembaga-lembaga pelayanan Anak yang berbasiskan pelayanan agama (Panti Asuhan,
Sekolah Minggu, Pengasuhan, dan Pendidikan Non-Panti). Hal ini terkait dengan
pasal-pasal UU PA, yakni Pasal 31-39 yang berbicara tentang pengesahan anak (Pasal
31-39) dan juga konsekuensi hukum berkaitan dengan Hak Konstitusional warga
Negara (Pasal 86).
Dalam Pasal 31-39 sangat jelas diatur bahwa Yayasan Sosial/Panti Asuhan tidak
boleh mengasuh anak yang berbeda agama karena konsekuensi hukumnya. Dalam
iklim seperti ini telah terjadi berbagai upaya teror berupa pemaksaan untuk menutup
suatu institusi yang melakukan pelayanan pengasuhan anak. Pemaksaan untuk
menutup panti sosial dan menghentikan pelayanan anak oleh sekelompok masyarakat,
serta menjerat pengasuh-pengasuh kesejahteraan anak dengan “memakai” UU PA,
justru merupakan pelanggaran hak anak.
Dari kasus-kasus tersebut makin disadari bahwa bagaimana pun juga UU ini
merupakan bagian dari produk politik yang di dalamnya berbagai kepentingan calon
diakomodasi sehingga tanpa disadari modus ini menciptakan modepelanggaran baru
terhadap hak anak. Misalnya, banyak panti digugat dan harus melepaskan anak asuh
tanpa ada jaminan dari negara apakah anak-anak tersebut mendapatkan pengasuhan
sebagaimana mestinya setelah tidak berada di panti yang selama ini mengasuh
mereka.
Data lapangan yang ada menunjukkan bahwa jumlah rumah sosial serta Usaha-usaha
Kesejahteraan Sosial dibandingkan jumlah anak telantar sangat tidak memadai.
Apalagi jika ada upaya pembatasan pengasuhan dan penampungan dengan berdalih
agama. Maka dapat dipastikan jumlah anak telantar yang tidak dapat ditampung akan
semakin banyak.
Berdasarkan realitas itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengadakan
beberapa amendemen pada UU PA dalam kerja sama dengan berbagai lembaga;
redefinisi terhadap misi panti asuhan, merumuskan ulang bentuk-bentuk pelayanan
dalam Panti Asuhan/Panti Sosial yang lebih tepat, agar pada satu sisi pengelola tetap
menjalankan tugas dengan berpegang pada undang-undang, pada sisi lain misi untuk
mewujudkan syalom Allah bagi anak-anak tetap dapat terwujud.
B. Kerangka Berfikir

PEMENUHAN HAK- HAK


KONSTITUSIONAL WARGA
NEGARA PADA PENDIDIKAN
POLITIK

ANALISIS IMPLEMENTASI
PEMENUHAN HAK-HAK
KONSTITUSIONAL

PENGERTIAN PENGERTIAN ASPEK- HAK KONSTITUSIONAL HAK


PENDIDIKAN POLITIK ASPEK PENDIDIKAN WARGA NEGARA KONSTITUSIONAL
POLITIK PADA PANTI ASUHAN

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini ialah jenis penelitian Kuantitatif,
yaitu penelitian yang dilakukan dalam konteks wilayah yang lebih sempit dan biasanya
dalam pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sistem pembagian
angket dan melakukan wawancara terhadap narasumber. Dalam kegiatan ini kami
melakukan wawancara dan pembagian kuisoner (angket).
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah yang penting dalam suatu penelitian. Metode
penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan
langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai
metode penelitian, bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun
juga dapat mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak
penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia pendidikan.
Adapun metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskripstif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala yang ada, didefinisikan
dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara pendekatannya,
mengumpulkan data sebagai bahan untuk membuat laporan. Dalam penelitian ini penulis
ingin menganalisis bagaimana pemenuhan hak-hak konstitusional warga negara anak
terlantar yang terdapat di panti asuhan.
3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitiana yang akan dilaksanakan adalah di Panti Asuhan Nurani
Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah salah satu unsure pemusatan yang sangat penting dalam
penelitian. Fokus penelitian merupakan garis terbesar dalam penelitian mahasiswa, sehingga
observasi dan analisa hasil pelitian menjadi lebih terarah. Peneliti menetukan fokus penelitian
melalui beberapa tahapan observasi yang dilakukan untuk menarik masalah yang ditentukan
secara rasioanal dan fleksibilitas, sehinggatercapai fokus penelitian yang akan dilalui oleh
penelitian dalam rancangan penelitiannya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana impelentasi
pemenuhan hak konstitusi pada pendidikan dan mengetahui apa saja kendala dalam
memberikan pemenuhan hak-hak konstitusi pada pendidikan politik. Dalam hal ini penelitian
ini terlebih dahulu memfokuskan masalah terhadap implementasi pemenuhan hak
konstitusional dalam pendidikan politik anak terlantar yang terdapat di panti asuhan Nurani
Desa Lau Dendang sehingga tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
C. Konseptualisasi Penelitian

Konseptualisasi adalah proses pembentukkan konsep dengan berdasarkan gejala-gejala


pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara
individual, kemusian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep ini bersifat abstrak dan
dibentuk dengan merealisasikan hal-hal khusus.
Dalam proses ini diawali dengan mengungkapkan permasalahan penelitian, latar
belakang penelitian, perumusannya, dan signifikansinya. Masalah tersebut dapat diperoleh
dari keluhan-keluhan yang ada dalam lingkungan sosial yang bersangkutan. Gejala-gejala
kusus ini di ungkapkan secara jelas, untuk kemudian dirumuskan secara operasional.
Konseptualisasi tidak hanya merumuskan masalah, tetapi juga mengungkapkan cara-cara
tentang bagaimana masalah tersebut diteliti. Dengan demikian terdapat dua masalah pokok
yang akan dijelaskan dalam konseptualisasi penelitian tersebut yaitu menjelaskan substansi
yang diteliti dan penjelasan tentang khusus dalam penelitian.
Konsep dari pendidikan politik ini adalah bagaimana implementasi dari pendidikan
politik tersebut dimana anak terlantar yang terdapat di panti asuhan tersebut apakah
pemenuhan hak nya sudah terpenuhi dan terimplementasi dengan baik karena anak terlantar
juga memiliki peran penting sebagai kekuatan dalam proses politik di Indonesia saat ini.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpula Data


1. Jenis Data

Jenis data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Alasan
kami menggunakan dalam penelitian ini karena pada mini riset yang kami lakukan,
menggunakan informasi atau penjelasan yang dinayatakan dalan bentuk jumlah siswa di
panti asuhan, jumlah guru, dan hasil angket, observasi, wawancara serta dokumentasi.
a. Angket

(Sugiyono, 2018:124) angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberi kesepakatan pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.
b. Wawancara

(Sugiyono, 2018:137-138) wawancara adalah suatu percakapan antara dua


orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal haldari responden yang akan lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
c. Dokumentasi

(Sugiyono, 2018) dokumentasi adalah untuk memperoleh data langsung dari


tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Dokumentasi
dilakukan dalam penelitian untuk mengambil gambar panti asuhan yang akan
diteliti dan aktivitas peserta didik
2. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.Hadjar (1996:160) berpendapat
bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.Instrumen pengumpul
data menurut Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan ntuk merekam- pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-
atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya
adalah pernyataan.Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variable yang sedang diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalan observasi ini adalah ;


a. Observasi Langsung

Dimana pada metode peneliti langsung terjun kelapangan yaitu melakukan


pemantauan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera ke panti asuhan tersebut.

b. Angket

Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi


dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

c. Wawancara

Pada metode ini peneliti melakukan percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara
adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

d. Dokumentasi

Mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari


catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip
dari lembaga yang di teliti.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
diinterpretasikan. Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan
untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Analisis data
merupakan salah satu kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengelolaan data
guna menafsirkan data yang telah diperoleh.
Teknik analisis data yang kami gunakan analisis deskriptif. analisis deskriptif merupakan
analisis yang mengemukakan tentang data diri responden, yang diperoleh dari jawaban
responden melalui kuesioner. Kemudian, data yang diperoleh dari jawaban responden
tersebut dihitung presentasinya. Analisis deskriptif dalam penelitian pada dasarnya
mengemukakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan.
Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel populasi. Alternatif jawaban dengan
menggunakan skala likert yaitu memberikan masing-masing skor pada masing-masing
jawaban pertanyaan alternative tersebut di proses dan diolah untuk dipergunakan sebagai alat
pengukuran variabel diteliti, untuk lebih jelasnya kriteria bobot penilaian dari setiap
pertanyaan dalam kuesioner yang dijawab oleh responden pertanyaan-pertanyaan pada
angket tertutup menggunakan skala Likert 1-5 dengan menggunakan pernyataan berskala.
Jawaban untuk setiap instrumen skala likert mempunyai gradasi dari negatif sampai positif.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi skor sesuai dengan tabel
berikut :
Tabel Skala Model Likert
Bobot Nilai
Pilihan Jawaban Pertanyaan Pertanyaan
positif (+) negatif (-)
Sangat setuju/Selalu/sangat baik/..... 5 1
Setuju/Sering/baik/...... 4 2
Ragu-ragu/Kadang-kadang/cukup 3 3
baik/....
Tidak setuju/Jarang/kurang baik/...... 2 4
Sangat tidak setuju/Tidak 1 5
pernah/tidak baik /.......
sumber: Sugiyono (2016:94)

Pada tabel diatas dilihat jawaban dan bobot skor untuk item-item instrument pada
pertanyaan dalam kuesioner. Sugiyono (2014:93) bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.

Anda mungkin juga menyukai