Disusun Oleh:
Kelompok 4 PPKn Reguler B 2019
Ketua Kelompok : Mychell Tambunan (3193311025)
Anggota Kelompok :
PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2021
HALAMAN JUDUL
IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN POLITIK DALAM PEMENUHAN
HAK-HAK KONSTITUSIONAL ANAK TELANTAR
SEBAGAI WARGA NEGARA (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia pada
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Unversitas Negeri Medan
Dosen Pengampu : Drs. Halking, M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Reguler B 2019
Nama kelompok :
Mychell Tambunan (Nim 3193311026)
Dwi Chaya Laudra ( Nim 3191111003)
Iqbal Al Ahmid ( Nim 3193111016)
Nova Uli Siburian ( Nim 3193311018)
Putri Deliana Sembiring ( Nim 3193311033)
Wilda Putriyansyah ( Nim 3192411009)
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA
Saya selaku ketua kelompok 4 kelas Reguler V/B PPKn Pada Mata Kuliah Pendidikan Politik
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mychell Tambunan
NIM : 3193311026
Judul Tulisan : “IMPLEMENTASI ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN POLITIK DALAM
PEMENUHAN HAK-HAK KONSTITUSIONAL ANAK TELANTAR
SEBAGAI WARGA NEGARA (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan tulisan ini berdasarkan hasil penelitian,
pemikiran dan pemaparan asli dari tim kelompok kami, baik untuk naskah laporan maupun
kegiatan programming yang tercantum sebagai bagian dari tulisan ini. Jika terdapat karya orang
lain, maka kami akan mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak lain.
Ketua Kelompok 4
Mychell Tambunan
NIM: 3193311026
LEMBAR PENGESAHAN
Mini riset ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
mata kuliah Sistem Politik Indonesia
Dosen Pengampu
Puji Syukur alhamdullilah kami ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan
Mini Riset ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Adapun Mini Riset kami ini berisikan mengenai bagiamana “Implementasi Aspek-Aspek
Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar Sebagai Warga
Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang)”.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Halking, M.Si selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Politik yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya
kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan laporan Mini Riset ini. Sehingga kami
memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama penulis membuat dan
menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan
yang membantu penyelesaian tugas ini baik berupa bantuan moril maupun materil.
Kami berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik seta saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil yang
lebih baik lagi.
Kelompok 4
ABSTRAK
Mini riset ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui mengenai Kajian historis efekivitas
keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam mensejahterakan guru dalam
sistem polirik Indonesia. Adapun jenis penelitian yang kami lakukan adalah jenis studi pustaka
yakni menghimpun informasi yang relevan dengan topic atau masalah yang menjaidi objek
penelitian. Dimana informasi tersebut dapat diperoleh dari buku, karya ilmiah, tesis, disertadi,
ensiklopedia, internet dan sumber sumber bacaan lainnya. Dan metode penelitian yang kami
gunakan adalah metode kualitatif yaitu metode yang dapat menjelaskan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu. Salah satu kelompok kepentingan yang menjalankan kekuatan politik adalah
kelompok kepentingan Assosiasioanal yang termasuk didalamnya PGRI. PGRI adalah Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah sebuah organisasi perjuangan, profesi dan
ketenagakerjaan bersekala nasional yang anggotanya terdiri dari para guru dan tenaga
kependidikan. Efektivitas keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam
mensejahterakan guru pada era awal kemerdekaan belum dapat terwujud dengan sempurna
dengan alasan masih terdapat gangguan dan blokade yang mempersempit ruang gerakny. Di era
orde lama Efektivitas keberadaan organisasi PGRI sebagai kelompok kepentingan dalam
mensejahterakan guru juga belum terlaksana dengan baik sebab beberapa masalah yang muncul
seperti perseteruan antar PGRI dan PKI. Efektivitas keberadaan organisasi PGRI di orde baru
belum mampu menujukkan kontribusinya secara penuh dalam upaya mensejahterakan guru yang
disebabkan oleh PGRI masih dimobilisasi untuk kepentingan politik. Di era reformasi efektivitas
keberadaan PGRI mulai terlihat dan dirasakan sebab terbukanya ruang politik dan ditandai
dengan berdirinya organisasi guru lain yang sejalan dengan PGRI
Kata Kunci : PGRI, Kelompok Kepentingan, Awal Kemerdekaan, Orde lama, Orde baru, Era
Reformasi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
ABSTRAK.................................................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................................2
C. PEMBATASAN MASALAH...........................................................................................3
D. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................3
E. TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................4
F. MANFAAT PENELITIAN...............................................................................................4
A. KERANGKA TEORI.......................................................................................................5
C. KERANGKA BERPIKIR...............................................................................................12
A. DESAIN PENELITIAN.................................................................................................13
1. JENIS PENELITIAN..................................................................................................13
2. METODE PENELITIAN...........................................................................................13
B. FOKUS PENELITIAN.................................................................................................13
C. KONSEPTUALISASI PENELITIAN .........................................................................14
D. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................14
1. JENIS DATA........................................................................................................14
2. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA...................................14
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.....................................................................14
A. HASIL PENELITIAN..................................................................................................17
BAB V PENUTUP...................................................................................................................35
A. KESIMPULAN............................................................................................................35
B. SARAN.........................................................................................................................36
DAFTAR REFERENSI............................................................................................................37
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu prinsip yang harus dijalankan dalam suatu negara hukum adalah jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia (HAM). Berbicara tentang hak konstitusional, berarti
membicarakan tentang hak dasar manusia yang dimuat dalam konstitusi. Hak-hak yang diatur
dalam konstitusi merupakan batas yang tidak bisa dilanggar oleh penyelenggara negara
dalam menjalankan kekuasaan negara, baik sebagai hak warga negara atau hak asasi. Dalam
UUD 1945, hak-hak yang secara tegas disebut sebagai hak asasi manusia. Salah satu hak
konstitusional yang diatur dalam UUD NRI 1945 adalah hak konsitutisional adalah
pendidikan. Pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia dimana anak terlantar
merupakan warga negara yang berhak mendapatkan layanan pendidikan. Indonesia telah
meratifikasi The Universal Declaration of Human Right, termasuk Kovenan internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, dan Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan.
Ratifikasi itu kemudian dituangkan dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2005 tentang
pengesahan kovenan Internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dan Undang-
undang Nomor 12 tahun 2005 tentang pengesahan kovenan tentang internasional tentang
hak-hak sipil dan politik. Bersama dengan itu juga terdapat Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM), yang telah dideklarasikan oleh Persatuan BangsaBangsa (PBB) untuk
membentuk Perjanjian Internasional tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Tiga perjanjian
internasional lainnya yang menjadi tolok ukur dalam upaya global menca`pai tujuan-tujuan
pendidikan untuk semua dan secara khusus untuk menghapus diskriminasi dalam pendidikan
yaitu: (1) Konvensi UNESCO tentang Penentangan Diskriminasi dalam Pendidikan; (2)
Konvensi tentang Penghapusan terhadap Diskriminasi Rasial; dan (3) Konvensi tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Negara di sini memiliki
tanggung jawab besar untuk menghormati (respect), memenuhi, melindungi hak asasi
manusia atas pendidikan seluruh warga negara.4 Oleh karena itu tidak ada alasan untuk
memungkiri tidak terpenuhinya hak atas pendidikan warga negara Indonesia.. Selain menjadi
tanggung jawab negara, masyarakat juga bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di
Indonesia. Diundangkannya UU Sisdiknas menjadi instrumen penting dalam paradigma baru
sistem pendidikan nasional, baik dari sisi penyelenggaraan maupun tenaga pendidik. UU
Sisdiknas dengan tegas telah mengamanatkan bahwa paradigma baru pendidikan nasional
antara lain bahwa tujuan dasar pendidikan tidak lagi sebatas mencerdaskan kehidupan
bangsa, tetapi juga terselenggaranya pendidikan secara demokratis yang menempatkan peran
serta masyarakat dalam proses pendidikan di Indonesia. Menurut UUD 1945 dalam Pasal 34
ayat (1) disebutkan bahwa fakir miskin dan anakanak yang terlantar dipelihara oleh Negara.
Dengan demikian Negara bertanggung Jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak
yang dimiliki fakir miskin dan anak-anak terlantar, khususnya hak asasinya. Hak-hak asasi
anak terlantar, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti
halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan
Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child
(Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal
sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan
pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya,
dan perlindungan khusus8 UndangUndang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
yang berbunyi “Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara”,
sehingga pemerintah dan negara sebagai pelaksana pembangunan di Indonesia wajib untuk
untuk menjamin, melindungi dan memastikan terpenuhinya hak-hak anak tersebut,
khususnya adalah anak-anak yang terlantar.
B. Identifikasi Masalah
Kami mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian
selanjutnya. Adapun identifikasi masalah tersebut adalah mengenai bagaimana Implementasi
Aspek-Aspek Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar
Sebagai Warga Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan mempertegas sasaran-sasaran yang
hendak diteliti, maka peneliti membatasi pada Hak Konstitusional (Pemerintah) dalam aspek
pendidikan politik di panti asuhan (Warga Negara).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik
Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Anak Telantar Sebagai Warga Negara (Studi
Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang)”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana impelentasi pemenuhan hak konstitusi pada pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam memberikan pemenuhan hak-hak konstitusi
pada pendidikan politik,
F. Manfaat Peneletian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sebuah pengetahuan akan
Implementasi Aspek-Aspek Pendidikan Politik Dalam Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional
Anak Telantar Sebagai Warga Negara (Studi Kasus Panti Asuhan Nurani Desa Lau Dendang
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Politik
Secara etimologis, pendidikan berasal dari kata latin, educare, yang berarti
melatih. Dalam lapangan pertanian, dikenal kata educere, yang berarti menyuburkan
atau mengolah tanah agar menjadi subur. Dalam arti demikian, pendidikan adalah
proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, menata,
dan mengarahkan. Khan (2010:1) mengartikan pendidikan sebagai proses
pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat
berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Pendidikan di
Indonesia diselenggarakan sebagai upaya untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, berdasarkan falsafah hidup Pancasila. Sejalan dengan misi ini,
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan istilah
political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara harfiah ke
dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan
menggunakan istilah political sosialization banyak yang mensinonimkan istilah
pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena keduanya memiliki
makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah pendidikan
politik dalam arti sempit.
Menurut Ramlan Surbakti (1999), sosialisasi politik dibagi dua yaitu: pendidikan
politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik
diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat
mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik
negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan
partai politik. Kartini Kartono (1990) memberikan pendapatnya tentang hubungan
antara pendidikan dengan politik yaitu pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan
kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga merupakan
pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa, dan
merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada. Pengertian dari pendidikan politik
yang lebih spesifik dapat diambil dari pendapatnya Alfian (1981) yang mengatakan
bahwa: pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah
proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka rnemahami dan menghayati
betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun. Rusadi Kartaprawira (1988) mengartikan pendidikan politik sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam sistem politiknya.
Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di suatu
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya bahu-membahu
dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu,
keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan
proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di
negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik di suatu
negara membawa dampak besar pada karakteristik pendidikan yang ada di negara
tersebut Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik
yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal
dalam suatu sistem politik. Merujuk pada beberapa pengertian pendidikan politik
yang telah disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan
utama. Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk
tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan
setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi
pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan
masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan. Inti dari
pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut dan disosialisasikan.
Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk menjelaskan proses perekrutan dan
upaya sosialisasi kepada rakyat untuk mengerti mengenai peranannya dalam sistem
politik serta agar dapat memiliki orientasi kepada sistem politik.
2. Pengertian Aspek-aspek Pendidikan Politik
Pendidikn politik menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam aspek
kognitif pendidikan politik memberikan pengetahuan dan pemahaman politik
terhadap setiap individu. Sedangkan dalam aspek psikomotor kurikulum pendidikan
politik hendaknya memberikan kemampuan keterampilan kepada individu untuk
memiliki keterampilan intelektual, tindakan, dan komunikasi politik secara efektif.
Kurikulum pendidikan politik secara efektif harus membuat individu menimbulkan
sikap politik sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Jenis Aspek Pendidikan Politik
a. Aspek Kognitif Pendidikan Politik
Tujuan pendidikan politik adalah aspek kofnitif yang arahnya adalah
membangunan pengetahuan politik warga negara (civic knowledge). Pengetahuan
dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu
menjadi sangat penting untuk dibangun karena tanpa kesadaran politik yang kritis
tidak mungkin ditumbuhkan. Padahal, kesadaran politik-kritis merupakan syarat
penting bagi suatu partisipasi warga negara yang otonom. Sekurang-kurangnya
ada lima persoalan pokok yang seharusnya dipahami dan diketahui oleh setiap
warga negara dalam kerangka pembangunan aspek kognitif ini. Kelima persoalan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Demokrasi dan hak-hak warga negara.
2. Kedaulatan Rakyat
3. Sistem kelembagaan negara
4. Hubungan kekuasaan pusat dan Daerah
5. Sistem Ekonomi
b. Aspek Afektif Pendidikan Pollitik
Pendidikan adalah proses mengenalkan dan mena-namkan nilai nilai tertentu pada
seorang warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan untuk
membentuk karakter dan keberpihakan warga negara dalam
mengimplementasikan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari baik
kapasitasnya sebagai individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara
yang bertanggung jawab.
c. Aspek Psikomotorik
Unsur dasar kedua pendidikan politik bagi warga negara di dalam masyarakat
yang demokratis adalah kecakapan-kecakapan warga negara. Jika warga negara
menguji hak-haknya dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai angota-anggota
komunitas yang mandiri, warga negara tidak cukup mempunyai bangunan
pengetahuan atau aspek-aspek politik tetapi juga membutuhkan penguasaan
terhadap kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipasi yang terkait.
Kecakapan-kecakapan warga negara meliputi dua kecakapan (keahlian) yaitu
kecakapan intelektual yakni kecakapan berpikir kritis dan kecakapan
partisipatoris, dalam pendidikan politik mencakup tiga keahlian yakni keahlian
berinteraksi (interacting), keahlian memantau (monitoring) isu publik, dan
keahlian mempengaruhi (influencing) kebijakan publik (Khoiron, 1999: 100-125
dan Ubaidillah, 2000: 76-78).
4. Hak Konstitusional Warga Negara
Hak konstitusional adalah norma-norma yang termuat dalam konstitusi, tidak hanya
yang mengatur organisasi kewenangan lembaga, dan hubungannya satu dengan yang
lain, yang melahirkan kewenangan atau constitutional authorities, tetapi juga
mengatur hubungan Negara dengan warganegara dalam konteks kewenangan.Negara
tersebut berhadapan dengan hak-hak konstitusional rakyat. Dalam hubungan dengan
kekuasaan Negara, hak-hak warganegara diatur dalam konstitusi sebagai
perlindungan dari perbuatan yang kemungkinan dilakukan penyelenggara Negara.
Pengertian konstitusi menurut para ahli
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
tak tertulis.
ANALISIS IMPLEMENTASI
PEMENUHAN HAK-HAK
KONSTITUSIONAL
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini ialah jenis penelitian Kuantitatif,
yaitu penelitian yang dilakukan dalam konteks wilayah yang lebih sempit dan biasanya
dalam pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sistem pembagian
angket dan melakukan wawancara terhadap narasumber. Dalam kegiatan ini kami
melakukan wawancara dan pembagian kuisoner (angket).
2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah yang penting dalam suatu penelitian. Metode
penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan
langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai
metode penelitian, bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun
juga dapat mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak
penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia pendidikan.
Adapun metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskripstif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala yang ada, didefinisikan
dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara pendekatannya,
mengumpulkan data sebagai bahan untuk membuat laporan. Dalam penelitian ini penulis
ingin menganalisis bagaimana pemenuhan hak-hak konstitusional warga negara anak
terlantar yang terdapat di panti asuhan.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitiana yang akan dilaksanakan adalah di Panti Asuhan Nurani
Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah salah satu unsure pemusatan yang sangat penting dalam
penelitian. Fokus penelitian merupakan garis terbesar dalam penelitian mahasiswa, sehingga
observasi dan analisa hasil pelitian menjadi lebih terarah. Peneliti menetukan fokus penelitian
melalui beberapa tahapan observasi yang dilakukan untuk menarik masalah yang ditentukan
secara rasioanal dan fleksibilitas, sehinggatercapai fokus penelitian yang akan dilalui oleh
penelitian dalam rancangan penelitiannya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana impelentasi
pemenuhan hak konstitusi pada pendidikan dan mengetahui apa saja kendala dalam
memberikan pemenuhan hak-hak konstitusi pada pendidikan politik. Dalam hal ini penelitian
ini terlebih dahulu memfokuskan masalah terhadap implementasi pemenuhan hak
konstitusional dalam pendidikan politik anak terlantar yang terdapat di panti asuhan Nurani
Desa Lau Dendang sehingga tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
C. Konseptualisasi Penelitian
Jenis data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Alasan
kami menggunakan dalam penelitian ini karena pada mini riset yang kami lakukan,
menggunakan informasi atau penjelasan yang dinayatakan dalan bentuk jumlah siswa di
panti asuhan, jumlah guru, dan hasil angket, observasi, wawancara serta dokumentasi.
a. Angket
b. Angket
c. Wawancara
Pada metode ini peneliti melakukan percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara
adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
d. Dokumentasi
Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
diinterpretasikan. Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan
untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Analisis data
merupakan salah satu kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengelolaan data
guna menafsirkan data yang telah diperoleh.
Teknik analisis data yang kami gunakan analisis deskriptif. analisis deskriptif merupakan
analisis yang mengemukakan tentang data diri responden, yang diperoleh dari jawaban
responden melalui kuesioner. Kemudian, data yang diperoleh dari jawaban responden
tersebut dihitung presentasinya. Analisis deskriptif dalam penelitian pada dasarnya
mengemukakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan.
Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel populasi. Alternatif jawaban dengan
menggunakan skala likert yaitu memberikan masing-masing skor pada masing-masing
jawaban pertanyaan alternative tersebut di proses dan diolah untuk dipergunakan sebagai alat
pengukuran variabel diteliti, untuk lebih jelasnya kriteria bobot penilaian dari setiap
pertanyaan dalam kuesioner yang dijawab oleh responden pertanyaan-pertanyaan pada
angket tertutup menggunakan skala Likert 1-5 dengan menggunakan pernyataan berskala.
Jawaban untuk setiap instrumen skala likert mempunyai gradasi dari negatif sampai positif.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi skor sesuai dengan tabel
berikut :
Tabel Skala Model Likert
Bobot Nilai
Pilihan Jawaban Pertanyaan Pertanyaan
positif (+) negatif (-)
Sangat setuju/Selalu/sangat baik/..... 5 1
Setuju/Sering/baik/...... 4 2
Ragu-ragu/Kadang-kadang/cukup 3 3
baik/....
Tidak setuju/Jarang/kurang baik/...... 2 4
Sangat tidak setuju/Tidak 1 5
pernah/tidak baik /.......
sumber: Sugiyono (2016:94)
Pada tabel diatas dilihat jawaban dan bobot skor untuk item-item instrument pada
pertanyaan dalam kuesioner. Sugiyono (2014:93) bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.