Anda di halaman 1dari 9

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)


(STUDI KASUS PEMBELAJARAN PKn KELAS III
DI SDN 9 MENTENG PALANGKA RAYA)

Oleh : Ady Ferdian Noor *

Abstrak
Pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru hanya menjelaskan dan mencatat materi
di papan tulis sehingga peserta didik hanya mendengarkan, melihat dan mencatat tanpa
memperhatikan pembelajaran afektif dan psikomotor. Hal tersebut menyebabkan terjadi
kasus asusila yang mempengaruhi perkembangan karakter peserta didik di SDN 9 Menteng
Palangka Raya. Kasus asusila seperti menggunakan tangan kiri untuk berbagai kegiatan,
permainan menirukan gulat, kurang menjaga kebersihan, membuang sampah sembarangan,
coret mencoret fasilitas sarana dan prasarana, dan kurang mengenal pahlawan dan
kebudayaan daerah setempat.
Tujuan penelitian ini adalah membahas pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang diajarkan guru dalam membentuk karakter peserta didik Kelas
III di SDN 9 Menteng Palangka Raya berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan.
Data penelitian ini berfokus pada guru PKn SDN 9 Menteng Palangka Raya sebagai
data utama. Dan peserta didik kelas III SDN 9 Menteng Palangka Raya sebagai data
pendukung.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian
kasus (studi kasus) sifat mengeksplorasi pada strategi pembelajaran PKn yang diterapkan
guru dalam membentuk karakter peserta didik kelas III SDN 9 Menteng Palangka Raya.
Hasil penelitian yang diperoleh pengetahuan (civic knowledge/kognitif) lebih banyak
diajarkan guru Pkn daripada psikomotor (civic skills) dan afektif (civic participation) untuk
membentuk karakter peserta didik kelas III SDN 9 Menteng Palangka Raya.

Kata Kunci : Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan


Karakter Peserta Didik.

PENDAHULUAN didik di SDN 9 Menteng Palangka Raya


Hasil obervasi yang dilakukan kasus asusila yang terjadi seperti
bahwa pembelajaran PKn belum mampu menggunakan tangan kiri untuk berbagai
merubah ranah afeksi dan psikomotor, kegiatan, permainan menirukan gulat,
guru hanya menerangkan/menjelaskan kurang menjaga kebersihan, membuang
dan mencatat materi/pengetahuan sampah sembarangan, coret mencoret
(kognitif) di papan tulis. Dalam strategi fasilitas sarana dan prasarana, dan
pembelajaran ini peserta didik lebih kurang mengenal pahlawan dan
banyak melihat, mendengarkan dan kebudayaan daerah setempat, masih
mencatat materi yang diajarkan. Dalam banyak dijumpai, (2) SDN 9 Menteng
hal ini dapat ditunjukkan (1) banyaknya Palangka Raya telah mempunyai
kasus asusila yang mempengaruhi indikator 18 karakter siswa tetapi
perkembangan karakteristik peserta ketercapaiannya belum maksimal, (3)
didik, secara khusus karakter peserta Masyarakat Kalimantan Tengah

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 21


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

khususnya Palangka Raya adalah Secara teori peserta didik yang


majemuk (suku jawa, sunda, bali, banjar, dalam penelitian ini adalah anak usia
dan lain-lain), (4) untuk memberi SD/MI (6-12 tahun) dengan tahap
pengetahuan dasar tentang persatuan perkembangnya adalah seorang anak
mengingat pada tahun 2001 silam telah yang sedang tumbuh dan berkembang,
terjadi kerusuhan antar suku. Untuk itu perkembangan seorang anak dengan
topik yang diambil yang sesuai dengan segala potensi yang dimilikinya akan
permasalahan di atas adalah kompetensi dapat diantarkan mejadi seorang pribadi
dasar PKn kelas III sekolah dasar, dan yang dewasa. Pribadi yang dewasa
(5) bahwa dalam pembelajaran PKn guru adalah individu yang sampai pada
hanya menerapkan model pembelajaran kemampuan untuk mengerti dan
tradisional dengan menggunakan metode memahami siapa diri dan apa peran yang
ceramah. Guru-guru PKn kurang harus dilakukannya secara sehat (wajar,
mengembangkan kemampuan normal) dan bertanggungjawab.
mengajarnya. Dalam mengajar guru PKn Menanamkan kebiasaan berperilaku
seharusnya menyeimbangkan antara sehat dalam arti wajar dan normal serta
kognitif (civic knowledge), afeksi (civic bertanggungjawab, tidaklah harus
skills), dan psikomotor (civic menunggu seorang anak memasuki usia
participation) di kelas yaitu penerapan dewasa, sebab kedewasaan tidak selalu
tidak hanya sebatas melaksanakan berhubungan dengan bertambahnya usia
pengajaran dan tugas menghapal serta (Al-Lamri dan Ichas, 2006:38). Substansi
guru menerangkan/menjelaskan tetapi mata pelajaran Pendidikan
juga memberikan contoh sikap, Kewarganegaraan (PKn) tetap sebagai
perbuatan, dan tingkah laku yang ada materi pelajaran yang diberikan mulai
dalam kehidupan sehari-hari. Djahiri, tahap awal yang memiliki tujuan khusus
dkk. (2006:9) menyatakan PKn atau dalam penanaman nilai dasar yang harus
Civic Education adalah program dipahami dan dilaksanakan oleh siswa
pendidikan/pembelajaran yang secara sekolah dasar – madrasah ibtidaiyah (Al-
programatik – prosedural berupaya Lamri dan Ichas, 2006:3) dan
memanusiakan (humanizing) dan (Winataputra, 2001:1-2).
membudayakan (civilizing) serta Kelas III adalah tahap orientasi atau
memberdayakan (empowering) pengenalan berbagai macam
manusia/anak didik (diri dan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
kehidupannya) menjadi warga negara (Al-Lamri dan Ichas, 2006: 19).
yang baik sebagaimana tuntutan Winataputra, dkk. (2008:1.1-1.2) dan Al
keharusan/ yuridis konstitusional Muchtar, dkk. (2009:i) dan
bangsa/negara yang bersangkutan. Bagi mengemukakan pembelajaran PKn
siswa agar benar-benar memahami dan mengajarkan sesuai dengan taksonomi
dapat menerapkan pengetahuan, mereka tujuan pendidikan yaitu (1)
harus bekerja memecahkan masalah, pengembangan keterampilan pemecahan
menemukan segala sesuatu untuk masalah yang terkait pada peran warga
dirinya, berusaha dengan susah payah negara dalam proses kebijakan publik
dengan ide-ide (Trianto, 2007:13). (civic skills/psikomotor), (2)
pengembangan wawasan

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 22


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

kewarganegaraan (civic dengan guru dalam hari dan jam-jam


knowledge/kognitif), (3) pengembangan pelajaran efektif yang telah ditetapkan.
keterampilan partisipasi
Subjek penelitian adalah guru PKn
kewarganegaraan (civic kelas III dan peserta didik kelas III SDN
participation/afektif).
9 Menteng Palangka Raya.
Sesuai latar belakang maka penulis Penelitian ini menggunakan
merumuskan masalah utama sebagai pendekatan Kualitatif dengan model
berikut: Bagaimanakah pembelajaran Naturaltistik, Sudjana dan Ibrahim
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (2001:195-200) dan Sugiyono (2007)
berdasarkan taksonomi tujuan mengemukakan metode penelitian
pendidikan dalam membentuk karakter kualitatif adalah metode penelitian
peserta didik kelas III di SDN 9 Menteng observasi di lapangan dan datanya
Palangka Raya selama ini? dianalisa dengan cara non-statistik.
Penelitian kualitatif lebih menekankan
Masalah utama diperjelas dengan
pada penggunaan diri si peneliti sebagai
beberapa sub permasalahan sebagai
alat. Peneliti harus mampu
berikut:
mengungkapkan gejala sosial di
1. Pengetahuan (civic knowledge) apa lapangan dengan mengerahkan segenap
yang diajarkan guru PKn dalam fungsi inderawinya. Dengan demikian,
membentuk karakter peserta didik peneliti harus dapat diterima oleh
kelas III di SDN 9 Menteng Palangka responden dan lingkungannya.
Raya? Penelitiannya bersifat induktif, mencoba
2. Sikap (civic skills/psikomotor) apa mencari dan menemukan suatu teori
yang diajarkan guru PKn dalam berdasarkan data yang dikumpulkan.
membentuk karakter peserta didik
Penelitian kualitatif ini
kelas III di SDN 9 Menteng Palangka
menggunakan jenis strategi penelitian
Raya?
kasus. Silalahi (2003:62) dan Sudjana
3. Nilai (civic participation/afektif) apa
yang diajarkan guru PKn dalam dan Ibrahim (2001:69-71)
membentuk karakter peserta didik mengemukakan penelitian kasus adalah
(a) studi yang akan melibatkan kita
kelas III di SDN 9 Menteng Palangka
Raya? dalam penyelidikan yang lebih
mendalam dan pemeriksaan secara
menyeluruh terhadap tingkah laku
METODE PENELITIAN
seorang individu, (b) penelitian terhadap
Tempat penelitian adalah SDN 9
latar belakang dan kondisi dari individu,
Menteng Palangka Raya Khususnya
kelompok, atau komunitas tertentu
kelas IIIA dan IIIB, karena SDN 9
dengan tujuan untuk memberikan
Menteng Palangka Raya adalah sekolah
gambaran yang lengkap mengenai
dasar konvensional. Sekolah dasar
subyek atau kejadian yang diteliti, dan
konvensional merupakan sekolah dasar
yang menyelenggarakan pendidikan (c) suatu penelitian yang dilakukan
intensif, terinci dan mendalam terhadap
dengan sistem guru kelas dan
pembelajaran tatap muka antara siswa organisme, lembaga atau gejala tertentu.

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 23


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

Studi kasus ini digunakan karena subyek Moleong (2004:5) menyatakan


yang diteliti sempit dan terbatas. data yang bersifat kualitatif akan diolah
dan dianalisis menggunakan analisis data
Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam proses pengumpulan secara induktif. Warsono (2008:41)
mengemukakan induksi adalah
data pada penelitian ini (Sudjana dan
Ibrahim, 2001), antara lain: 1. Studi pemikiran atau penalaran yang bergerak
dari yang khusus ke yang umum.
Pustaka, 2. Observasi Partisipatif,
Sugiyono (2007:310) mengemukakan Peneliti mempersiapkan segala
sesuatunya baik secara fisik, moral, dan
observasi partisipatif adalah peneliti
materi. Semua itu terangkum dalam
terlibat dengan kegiatan sehari-hari
langkah-langkah sebagai berikut: (1)
orang yang sedang diamati atau yang
Tahap pra penelitian, (2) Tahap
digunakan sebagai sumber data
penyusunan daftar wawancara, (3)
penelitian, 3. Teknik Wawancara secara
mendalam (Interview Indepth) dilakukan Prosedur penelitian, dan (4) Pelaksanaan
semistructure Interview, di mana penelitian.
pelaksanaannya lebih bebas bila Untuk menjamin keabsahan data
dibandingkan dengan wawancara digunakan teknik triangulasi. Iskandar
terstruktur (Sugiyono, 2007:320), dan 4. (2008:230) menyatakan Triangulasi
Dokumentasi, digunakan untuk adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang
mendapatkan data sekunder berupa data
lain di luar data itu untuk keperluan
tambahan yang bersumber dari peralatan
pengecekan atau sebagai pembanding
audio, handycam, kantor statistik,
terhadap suatu data. Sugiyono
pemerintah daerah dan lain-lain bila
(2007:373-374) menyatakan ada tiga
diperlukan. Pengabadian moment-
macam triangulasi yaitu 1. triangulasi
moment yang penting baik dari dalam
teknik, dengan cara mengecek data
ruang kelas IIIA dan IIIB maupun
kepada sumber yang sama dengan teknik
lingkungan sekolah.
yang berbeda. Ada beberapa teknik yang
Dalam proses pengumpulan data dilakukan baik dengan wawancara
tersebut peranan peneliti adalah sebagai terstruktur dan bebas, di obervasi dan di
instrumen (Sudjana dan Ibrahim, dokumentasikan lewat photo dan video,
2001:202 dan Bogdan, dkk). Peneliti 2. dengan cara mengecek data yang telah
dituntut untuk memahami bagaimana diperoleh melalui beberapa sumber
para subjek berpikir, berpendapat, (absen penelitian lapangan terlampir). ,
berperilaku, sesuai dengan apa yang ia dan 3. triangulasi waktu, dengan cara
lakukan sehari-hari dalam hidupnya data yang dikumpulkan dengan teknik
dalam hal ini pelaksanaan proses wawancara di pagi hari pada saat
pembelajaran PKn di SDN Menteng 9 narasumber masih segar, belum banyak
Palangka Raya. Peneliti berusaha masalah, akan memberikan data yang
menjalin hubungan komunikasi yang lebih valid. Hal ini dilakukan antara jam
baik dengan kepala sekolah, guru-guru, 10.20-10.30 s/d 11.00-11.15.
guru PKn, tata usaha, ibu kantin, dan
peserta didik khususnya kelas IIIA dan HASIL PENELITIAN
kelas IIIB.

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 24


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

Hasil penelitian yang diperoleh pembelajaran ini peserta didik lebih


bahwa: A. Pengetahuan (civic banyak melihat, mendengarkan dan
knowledge/kognitif) yang diajarkan guru mencatat materi yang diajarkan.
Pkn untuk membentuk karakter peserta
didik kelas III di SDN 9 Menteng PEMBAHASAN
Palangka Raya yaitu (1) menjelaskan Berdasarkan analisis hasil
pentingnya harga diri, (2) menjelaskan penelitian, didapatkan temuan-temuan
pengertian harga diri, (3) menjelaskan yang akan dibahas. Pembelajaran PKn
bahwa manusia memiliki harga diri lebih mengajarkan sesuai dengan taksonomi
tinggi dari makhluk lain, (4) memberi tujuan pendidikan yaitu (1)
alasan mengapa seseorang disegani, (5) pengembangan keterampilan pemecahan
memberi alasan mengapa seseorang masalah yang terkait pada peran warga
dihormati, (6) memberi alasan mengapa negara dalam proses kebijakan publik
seseorang didengar pendapatnya, (civic skills/psikomotor), (2)
dihargai, diakui sebagai warga pengembangan wawasan
masyarakat dan disenangi (7) kewarganegaraan (civic
menyebutkan kebhinnekaan bangsa knowledge/kognitif), (3) pengembangan
Indonesia, (8) menyebutkan contoh keterampilan partisipasi
kekayaan alam Indonesia, (9) kewarganegaraan (civic
menjelaskan keramahtamahan bangsa participation/afektif). Dan memberi
Indonesia, (10) menyebutkan tokoh sumbangan pemikiran terhadap
proklamator bangsa Indonesia, (11) fenomena yang terjadi.
mengidentifikasikan perilaku yang Teori tersebut diatas reduksi dari
menunjukkan rasa bangga sebagai anak beberapa teori yang dikembangkan
Indonesia, (12) menjelaskan cara antara lain oleh Branson (1998), Vedhuis
mengisi kemerdekaan bagi pelajar, B. (1998) (dalam Arif, Dikdik Baehaqi,
Sikap (civic skills/psikomotor) yang http//74.125.153.132/search?q=cache:O
diajarkan guru Pkn untuk membentuk DL6qQMaydEJ:www.scribd.com/doc/17
karakter peserta didik kelas III di SDN 9 283638/Masyarakat-Multikultural-
Menteng Palangka Raya yaitu memberi MelaluiPendidikan+Kewarganegaraan+p
contoh bentuk harga diri, C. Nilai (civic endidikan+
participation/afektif) yang diajarkan karaktermelalui+PKn&cd=4&hl=id&ct=
untuk membentuk karakter peserta didik clnk&gl=id,Winataputra, Udin S.
kelas III di SDN 9 Menteng Palangka (2008:1.1-1.2) dan Al Muchtar, dkk.
Raya yaitu berperilaku yang (2009:i).
mencerminkan harga diri, dan D. Jadi A. Pengetahuan (civic
pengetahuan (civic knowledge/kognitif) knowledge/kognitif) yang diajarkan
yang paling banyak diajarkan guru PKn dalam membentuk karakter
dibandingkan sikap (civic peserta didik kelas III di SDN
skills/psikomotor) dan nilai (civic Menteng 9 Palangka Raya.
participation/afektif). Dari hasil penelitian di lapangan
Guru hanya melalui observasi, dan dokumentasi pada
menerangkan/menjelaskan dan mencatat kelas IIIA dan IIIB di SDN 9 Menteng
materi di papan tulis. Dalam strategi Palangka Raya bahwa strategi

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 25


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

pembelajaran PKn yang diterapkan oleh daerah setempat dalam setiap KD yang
guru PKn lebih banyak menggunakan akan diajarkan dalam perbuatan yang
metode ceramah, mendikte, dan mencatat nyata dalam kehidupan sehari-hari.
di papan tulis serta evaluasi dengan Untuk Palangka Raya misalnya ”Huma
menggunakan soal yang dicatat dipapan betang” yang berarti kebersamaan.
tulis atau didiktekan untuk mentransfer Rumah besar yang dihuni oleh beberapa
pengetahuan dalam membentuk karakter keluarga yang dapat hidup rukun
peserta didik kelas III di SDN 9 Menteng walaupun berbeda sifat tetapi dapat
Palangka Raya berdasarkan visi dan misi hidup bersama dan saling membantu,
sekolah. ”Isen Mulang” artinya semangat pantang
Mulai dari perencanaan yaitu mundur apabila berjuang dan
membuat Rencana Pelaksanaan menghadapi musuh, dan ”Oh Indang Oh
Pembelajaran (RPP) dan silabus ini Apang Oh Pahari tuntang jalahan
terlihat bahwa kemampuan guru kurang samandiai sahindai tau mampendeng
dapat mengembangkan pembelajaran petak danum, uluh dayak ngaju” artinya
ditambah dengan belum adanya patokan Oh Ibu Oh Bapak Oh Saudara-Saudara
buku materi pelajaran PKn yang penting dan Teman-Teman semua...Jangan Cuma
sudah sesuai KTSP atau ada tulisannya berdiri-diri menjual muka sebelum bisa
sesuai SK dan KD KTSP. membangun Tanah Air, orang Dayak
B. Sikap (civic skills/psikomotor) yang Ngaju.”
diajarkan guru PKn dalam Juga di Kalimantan Tengah
membentuk karakter peserta didik khususnya adalah mempunyai ciri
kelas III di SDN Menteng 9 Palangka khusus yaitu bertutur kata yang sopan
Raya. dan ramah. Setiap peserta didik kelas III
Dari hasil penelitian di lapangan menjadi mengetahui cara melakukan
melalui observasi, dan dokumentasi pada bertutur kata yang sopan dan ramah dan
kelas IIIA dan IIIB di SDN 9 Menteng melakukan aktivitas dengan
Palangka Raya bahwa strategi menggunakan tangan kanan.
pembelajaran PKn yang diterapkan oleh C. Nilai (civic participation/afektif)
guru PKn lebih banyak menggunakan yang diajarkan guru PKn dalam
metode ceramah, mendikte, dan mencatat membentuk karakter peserta didik
di papan tulis serta memberi pengarahan kelas III di SDN Menteng 9 Palangka
dan motivasi untuk mengajarkan sikap Raya.
berperilaku dalam membentuk karakter Dari hasil penelitian di lapangan
peserta didik kelas III di SDN 9 Menteng melalui observasi, dan dokumentasi pada
Palangka Raya berdasarkan visi dan misi kelas IIIA dan IIIB di SDN 9 Menteng
sekolah. Palangka Raya bahwa strategi
Guru kurang pengalaman dalam pembelajaran PKn yang diterapkan oleh
organisasi, pergaulan dalam masyarakat, guru PKn lebih banyak menggunakan
dan perkembangan pengetahuan dari luar metode ceramah, mendikte, dan mencatat
misalnya mengembangkan banyak di papan tulis serta memberikan contoh
membaca dan suka browsing internet. untuk menjelaskan nilai dalam
Dengan memperkenalkan istilah- membentuk karakter peserta didik kelas
istilah dan semboyan dari kebudayaan III di SDN 9 Menteng Palangka Raya

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 26


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

berdasarkan visi dan misi sekolah yang 2. Pembelajaran yang dilakukan oleh
diterjemahkan ke 18 indikator karakter Guru PKn masih mengandalkan
siswa SDN 9 Menteng Palangka Raya. strategi secara umum artinya
Pengembangan pembelajaran pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang
nilai yang dibelajarkan dapat belajar dari
pengetahuan yang berupa kebudayaan berdasarkan taksonomi tujuan
pendidikan belum diterapkan
daerah setempat. Di Kalimantan Tengah
misalnya ada beberapa seni musik sepenuhnya atau kurang seimbang
yaitu pembelajaran lebih banyak
misalnya Mansana Kayau adalah kisah
membelajarkan aspek pengetahuan
kepahlawan yang dilagukan kembali.
(civic knowledge/kognitif).
Biasanya dinyanyikan bersahut-sahutan
Pembelajaran domain ini
dua sampai empat orang baik perempuan
dilaksanakan dengan metode
maupun laki-laki. Atau Karungut yang
juga biasa disebut pantun yang dilagukan ceramah dan sekali-kali melontarkan
adalah sastra lisan nusantara sebagai pertanyaan kepada siswa;
ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia. 3. Dalam membelajarkan aspek sikap
Karungut biasanya dipakai untuk hajatan (civic skills/psikomotor) dan nilai
misalnya upacara perkawinan, khitanan, (civic participation/afektif) guru PKn
upacara pemakaman, penyambutan tamu, melaksanakannya dengan lebih
banyak memberikan ceramah,
hari ulang tahun, ulang tahun kantor,
membuat mencatat materi dengan
bahkan sekarang digunakan kampanye
mendikte sedangkan evaluasi hanya
pilkada. Atau manasai yaitu tarian
diberikan berupa soal yang ditulis
menyambut tamu yang datang.
dibuku atau papan tulis;
Dilakukan bersama-sama tua muda
4. Berdasarkan catatan lapangan, hasil
sambil bergembira.
wawancara, dan observasi kelas
PENUTUP bahwa guru PKn dalam pembelajaran
Simpulan tidak aktif, inovatif, kreatif, efektif,
Secara umum dapat disimpulkan dan menyenangkan karena beberapa
bahwa guru PKn dalam pembelajaran faktor yaitu (1) latar belakang
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pendidikan guru, (2) kurangnya
berdasarkan taksonomi tujuan minat membaca guru, (3) buku
pendidikan dalam membentuk karakter materi pendukung yang sesuai
peserta didik kelas III lebih banyak dengan tingkat sekolah dasar masih
membelajarkan pengetahuan (civic kurang, (4) kondisi kesejahteraan
knowedge/kognitif). Secara khusus guru, (5) kurang adanya pelatihan
simpulan yang dapat diambil sebagai yang sesuai dengan bidang pelajaran,
berikut: (6) usia, (7) kurang maksimalnya
1. Dalam membentuk karakter peserta guru bekerja pada jam-jam sekolah,
didik di SDN 9 Menteng Palangka (8) LPTK yang masih kurang
Raya telah dirumuskan dalam visi maksimal dalam membangun
dan misi yang diterjemahkan dalam laboratorium untuk mata pelajaran,
18 indikator karakter siswa SDN 9 (9) sertifikasi yang tidak
Menteng Palangka Raya; menimbulkan dampak pada

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 27


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

pembelajaran, dan (10) tidak terfokus sehingga mengurangi


digunakannya metode pengawasan keributan menjadi bermakna dan
RPP, pembelajaran, dan laporan hasil akhirnya menjadi pengetahuan yang
pembelajaran pada guru-guru yang selalu diingat oleh peserta didik, dan
telah disertifikasi; dan 2) menggunakan alat musik seperti
gitar untuk bernyanyi bersama
Saran menggunakan lagu-lagu nasional
Secara umum yang harus segera (yang terlupakan) atau lagu-lagu
diperbaiki adalah pembelajaran PKn daerah yang hampir tidak pernah
yang dilakukan oleh guru dengan lebih terdengar di stasiun radio maupun
banyak lagi mengkreasikan RPP melalui televisi swasta sehingga pola
diskusi dan latihan-latihan baik di rumah pembelajaran belajar sambil bermain
ataupun di kelas. Secara khusus saran yang sesuai dengan kelas rendah
yang harus dilaksanakan sebagai berikut: dapat terlaksana. Peserta didik tidak
1. Strategi pembelajaran mata pelajaran bosan, jenuh, dan merasa kelelehan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 3. Dalam pembelajaran PKn
kelas III sekolah dasar perlu berdasarkan taksonomi tujuan
diterapkan sesuai dengan taksonomi pendidikan, guru perlu memakai
tujuan pendidikan dalam artian pakaian adat, menjadi ujung tombak
menyeimbangkan pembelajaran menjaga sikap dan nilai yang perlu
pengetahuan (civic ditanamkan kepada peserta didik, dan
knowledge/kognitif), sikap (civic bernyanyi dan menari bersama-sama;
skills/psikomotor) dan nilai (civic dan
participation/afektif) dalam 4. SDN 9 Menteng Palangka Raya
membentuk karakter peserta didik; adalah sekolah konvensional, jadi
2. Metode pembelajaran PKn perlu bagi sekolah dasar konvensional lain
dikembangkan sesuai dengan materi yang kondisinya sama dalam masa
yang diajarkan tidak hanya sedang berkembang maka perlu
menggunakan metode ceramah, merubah pembelajaran mata
mencatat, dan mendikte; Misalnya, 1) pelajaran PKn berdasarkan visi dan
guru dalam pembelajaran harus misi yang diterjemahkan ke dalam 18
menggunakan pakaian adat/daerah indikator karakter siswa SDN 9
atau batik yang mempunyai ciri khas Menteng Palangka Raya tidak hanya
sesuai dengan daerah masing-masing. melalui tatap muka dan klasikal
Dengan begitu konsentrasi khususnya PKn kelas III.
pembelajaran peserta didik menjadi

DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar, Suwarma, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta: Universitas
Terbuka
Al-Lamri dan Ichas. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Pendidikan
Tinggi, Direktorat Ketenagaan

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 28


Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, (21 – 29 )

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,


and Assessing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives).
New York: Addison Wesley Longman
http://74.125.153.132/search?q=cache:gY4-YB1QhXUJpembelajaranguru.wordpress.
com/ 2008 / 05 / 20 / pembelajaran – bermakna – sekilas – pandang / +
pembelajaran + bermakna & cd = 1&hl=id&ct=clnk&gl=id
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Silalahi, Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo:
Citramedia
Soejanto, Agoes. 1995. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Sudjana dan Ibrahim, 2001, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru
Algensindo, Bandung
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Winataputra, Udin S. 2001. “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi.” Jakarta : Balitbang Depdiknas
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Warsono. 2008. Logika Cara berpikir Sehat. Surabaya : Unesa University Press

*Ady Ferdian Noor, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 29

Anda mungkin juga menyukai