Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH HANDOVER TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT

DI RSU BUNDA THAMRIN

SKRIPSI

Oleh :

ZULFIAN ZUHDI
2014201241B

PROGRAM STUDI NERS – S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2022
PENGARUH HANDOVER TERHADAP BEBAN KERJA PERAWAT
DI RSU BUNDA THAMRIN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Program Program Studi Ners S1 KeperawatanSekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Flora Medan

Oleh :

ZULFIAN ZUHDI
2014201241B

PROGRAM STUDI NERS – S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan yang natural dan

berurutan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien (Douglas, 1984). Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 tahun 2019,

Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik sehat maupun sakit.

Kegiatan keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan

dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan, sesuai wewenang, tanggung

jawab dan etika profesi keperawatan sehingga memungkinkan setiap individu

mencapai kemampuan hidup sehat.

Pengembangan dan peminatan terhadap handover di klinis telah

berkembang selama beberapa tahun terakhir ini, baik secara nasional maupun

internasional, terutama setelah World Health Organization meluncurkan The Nine

Patient Safety Solutions pada Mei 2007. Salah satusolusi ini berhubungan dengan

"komunikasi selama penyerahan pasien" (Australian Healtcare and Hospitals

Association, 2009).

Era globalisasi pada sector kesehatan berakibat pada persaingan antar rumah

sakit baik pemerintah, swasta dan asing. Dengan perkembangan masalah


kesehatan yang semakin kompleks menimbulkan tuntutan pemenuhan kebutuhan

akan pelayanan kesehatan yang prima. Pada saat ini organisasi pelayanan

kesehatan menghadapi dua tekanan secara simultan. Pertama, tekanan atau

tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bermutu dengan

harga terjangkau. Kedua, sulitnya mendapatkan sumber daya yang semakin

terbatas untuk memberi pelayanan kesehatan yang bermutu (Ilyas, 199). Hal ini

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya agar mampu memberikan

kepuasan kepada pelanggan dan bersaing dengan rumah sakit lain.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan cerminan

dari pelayanan rumah sakit. Tenaga keperawatan baertanggung jawab

memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam meningkatkan dan

mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24 jam

secara berkesinambungan (Depkes, 1999).

Pelayanan keperawatan yang efektif dapat diberikan kepada pasien dan

keluarga bila dikelola oleh seorang manajer keperawatan yang melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin serta

mengontrol, keuangan, material dan sumber daya manusia yang ada (Gillies,

1994). Pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat tergantung dari upaya

manajer keperawatan dalam mengelola pelayanan/asuhan keperawatan. Menurut

Nuracmah (2001) kelancaran pelayanan keperawatan disuatu ruang rawat

dipengaruhi oleh beberawapa aspek antara lain : visi, misi dan tujuan rumah sakit,

struktur organisasi, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik


kuantitas dan kualitas, metode pemberian asuhan keperawatan, tersedianya

fasilitas yang mendukung, kesadaran dan motivasi dari tenaga keperawatan dan

komitmen dari pimpinan rumah sakit.

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh perawat selama tugas disuatu unit pelayanan keperawatan (Marquis &

Huston, 2000). Beban kerja perawat pada suatu unit dapat diperkirakan dengan

memperhatikan komponen-komponen yaitu jumlah pasien yang dirawat per hari,

per bulan, dan per tahun, kondisi pasien, rata-rata pasien dirawat. Frekwensi

masing-masing tindakan yang diperlukan dan rata-rata waktu yang dibutuhkan

dalam melaksanakan tindakan (Gillies, 1994).

Handover merupakan transfer informasi pada saat pergantian shift.

Informasi yang ditransfer terkait dengan keadaan klinis pasien, kebutuhan,

keadaan personal, sosial yang bertujuan untuk menyampaikan informasi serta

memastikan efektifitas dan keamanan dalamperawatan pasien. McCLoughen, et

al. 2008 ( dikutip dalam Scovell S., 2010). Menurut Ghufron (2016) handover

adalah bentuk komunikasi untuk menyampaikan berbagai informasi yang

diberikan oleh perawat dalam pertukaran shift. Berdasarkan hasil penelitian

Bomba & Prakash (2005) kurangnya komunikasi akan menimbulkan ancaman

terhadap keselamatan pasien dan kualitas perawatan. Sedangkan menurut Leonard

(2014) kegagalan komunikasi adalah penyebab utama kegagalan dalam pemberian

pelayanan yang aman.

Sejak era pandemic wabah Covid-19, pelayanan kesehatan dituntut untuk

bekerja lebih baik. Pemberi layanan kesehatan dalam memberikan layanan kepada
masyarakat dan meningkatkan mutu jaminan keselamatannya harus mengikuti

standar protocol kesehatan nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Perawat

sampai sekarang juga mengalami kendala dalam melakukan tugasnya. Hal ini

dapat berhubungan dengan komunikasi dengan pasien atau bahkan dengan sesama

rekan sejawat atau tenaga medis lainnya.

Berdasarkan data didapatkan informasi bahwa handover dilakukan oleh

perawat antar shift di ruang perawat dengan memberikan informasi secara lisan

kepada perawat shift berikutnya dan tertuang di status pasien. Seluruh kondisi

pasien dan tindakan delegasi dokter seluruhnya tertuang di status pasien. Perawat

juga mengatakan jarang melakukan handover di depan pasien bersamaan dengan

perawat shift berikutnya, hal itu karena dianggap kurang efisien dan buang waktu.

Perawat juga mengatakan kepala ruangan jarang melakukan supervisi terkait

pelaksanaan handover sehingga mereka jarang mendapat teguran tentang hal

tersebut jika tidak dilakukan. Kontak dengan pasien hanya dilakukan saat akan

memberikan tindakan delegasi dokter dan ketika dokter melakukan kunjungan ke

pasien.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di RSU Bunda Thamrin,

pelaksanaan hand over belum berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

Pelaksanaan hand over yang telah ditetapkan untuk setiap unit keperawatan tiap

bulannya pun belum terlaksana optimal. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan

pengamatan pada 3 bulan yang diamati peneliti yakni pada bulan Agustus -

Oktober 2021 belum optimal dilaksanakan. Pelaksanaan hand over keperawatan

terkadang memberatkan perawat dan terkadang beberapa perawat mengeluh


dengan sistem hand over yang semakin memberatkan pekerjaan, dikarenakan

komponen operan yang dituntut sesuai prosedur dalam melakukan hand over yang

ditetapkan oleh manajemen keperawatan, sehingga rencana penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Mei selama satu bulan di RSU Bunda Tamrin.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU

Bunda Thamrin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah adakah Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU Bunda

Thamrin.

1.3. Hipotesa penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah adanya Pengaruh handover

terhadap beban kerja perawat di RSU Bunda Thamrin.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU

Bunda Thamrin.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hand over di RSU Bunda Thamrin

b. Untuk mengatahui beban kerja perawat di RSU Bunda Thamrin.

c. Untuk mengetahui Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU

Bunda Thamrin.
1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Pengetahuan

Penelitian ini diharaplan dapat memberikan informasi dan bahan

pertimbangan Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU Bunda

Thamrin.

1.5.2. Manfaat Praktis

Dimanfaatkaan sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan Pengaruh

handover terhadap beban kerja perawat di RSU Bunda Thamrin.

1.5.3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah menambah wawasan dan

pengetahuan keperawatan khususnya tentang Pengaruh handover terhadap beban

kerja perawat di RSU Bunda Thamrin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Handover

2.2.1. Definisi Handover

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu

diantaranya Handover, handoffs, shift repot, signover dan cross coverage.

Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan

perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2012) menyebutkan tentang defenisi

dari Handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan

tanggung gugat) selama perpindahan perawat yang berkelanjutan yang mencakup

tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoofs juga

meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama

dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan

melanjutnya perawatan.

Nursalam (2012) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam

menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover

adalah waktu dimana perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien

dari perawat yang satu dengan perawat yang lain. Tujuan dari Handover adalah

menyediakan waktu , informasi yang akurat tentang rencana perawat pasien,

terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya

2.2.2. Tujuan Handover

1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data focus).


2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien.

3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas

berikutnya

4. Menyusun kerja untuk dinas berikutnya

Timbang terima (Handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,

mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan

yang digunakan untuk kesenimbungan dalam keselamatan dan keefektifan

dalam bekerja.

Timbang terima (Handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu :

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan

perasaan perawat.

b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan

keputusan dan tindakan perawat.

2.2.3. Langkah-Langkah dalam Handover

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

2. Shift yang menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang perlu disampaikan.

3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab selanjutnya

meliputi :

a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum

b. Tindak lanjut untuk shift yang menerima operan

c. Rencana kerja untuk shift yang menerima operan


d. Penyampaian Handover diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru

e. Perawat primer dan anggota kedua shift Bersama-sama secara langsung

melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2010).

2.1.4.Prosedur Handover

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dalam keadaan siap/

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan handover kepada masing-masing penanggung

jawab :

a. Handover dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan

b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan handover dengan

mengkaji secara komperhensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan

klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal

penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah-terimakan kepada

perawat selanjutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat handover adalah :

1) Identitas klien dan diagnosa medis.

2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.


4) Intervensi kolaborasi dan dependen

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi, pemerikasaan laboratorium atau

pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau

prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.

e. Perawat yang melakukan handover dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukanvalidasi terhadap hal-hal yang kurang jelas.

f. Lama handover untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

g. Pelaporan untuk handover dilakukan secara langsung pada buku laporan

ruangan perawat. (Nursalam, 2010).

3. Handover memiliki 3 tahap yaitu :

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung

jawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga

sebelumnya.

b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang

akan melakukan pertukaran informasi yang memungkinkan adanya

komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat

shift yang akan datang.

c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung

jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang

menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada

medical record atau pada pasien langsung


2.1.5.Metode Dalam Handover

1. Handover dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassen dan Jagoo (2012) di

sebutkan bahwa operan jaga (Handover) yang masih tradisional adalah :

a. Dilakukan hanya di meja perawat.

b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan

munculnya pertanyaan atau diskusi.

c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara

umum

d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga

proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak

up to date.

2. Handover dengan metode bedside handover

Menurut Kassen dan Jagoo (2012) Handover yang dilakukan sekarang

sudah menggunakan model bedside Handover yaitu Handover yang dilakukan

di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien

secara langsung untuk mendapatkan feedback.

Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik

secara tradisional maupun bedside Handover tidak jauh berbeda, hanya pada

Handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya :

a. Mengingatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait

kondisi penyakit secara up to date


b. Mengingatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan

perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien

secara khusus

Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika

ada informasi yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi

medis yang lain.

3. Handover memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya

a. Menggunakan tape recorder

Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan

saat jaga selanjutnya datang. Metode itu berupa one way communication

(komunikasi satu arah), menggunakan komunikasi oral atau spoken

(lisan), melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.

b. Menggunakan komunasi tertulis

Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record

(rekam medis) saja atau media tertulis lain. Berbagai metode yang

digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa

rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasikan.

2.1.6.Faktor-Faktor dalam Handover

1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.

2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.

3. Kemampuan menginterpretasi medical record (rekam medis).

4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.


5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.1.7.Efek Handover dalam Shift Jaga

Handover atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi

diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift

kerja atau operan adalah sebagai berikut:

1. Efek psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis

hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan

mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (2010)

mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat

yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu

bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak

dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari

lingkungan masyarakat.

2. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku

kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

3. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.


4. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang

dilakukan Smith et. Al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi

terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan

0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa

kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu

kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan

lebih banyak terjadi pada shift malam. (Adiwardana, 2011)

2.1.8.Dokumentasi dalam Handover

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen

pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Keterampilan dokumentasi yang

efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga

kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan

oleh perawat.

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain :

1. Identitas pasien.

2. Dokter yang menangani

3. Kondisi umum pasien saat ini

4. Masalah keperawatan.

5. Intervensi yang sudah dilakukan

6. Intervensi yang belum dilakukan


7. Tindakan kolaborasi

8. Rencana umum dan persiapan lain

9. Tanda tangan dan nama terang

2.1.9.Evaluasi dalam Handover

1. Evaluasi Struktur

Handover, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara

lain: Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.

Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada

pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada

shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer

2. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan

oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.

Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan

mengganti shift.Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian

ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station.Isi timbang terima mencakup

jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang

belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang

terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.

3. Evaluasi Hasil

Handover dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat

dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan

dengan baik.
2.2. Tinjauan Beban Kerja Perawat

2.2.1. Defini Beban Kerja

Beban berarti tanggungan yang harus dikerjakan sebagai tanggungan yang

menjadi tanggung jawabnya. Kerja adalah kegiatan melakukan sesatu yang

dilakukan bertujuan mendapatkan hasil pekerjaan (Sunarso dan Kusdi; 2010).

Menurut Danang Sunyoto (2012; 64), beban kerja adalah yang terlalu banyak

dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan

stress. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi,

kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan

sebagainya. Menurut Arika (2011), Tubuh manusia dirancang untuk dapat

melakukan aktivitas pekerjaan sehari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir

lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan

dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi

kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif

sebagai satu tujuan hidup.

2.2.2. Beban Kerja Perawat

Beban kerja perawat (nursing workload/nursing intensity) didefinisikan

sebagai jumlah dari perawatan dan kerumitan perawatan yang diperlukan oleh

pasien yang dirawat di rumah sakit (Huber; 2006). Sementara itu, Marquis dan

Huston (2001) mendefinisan beban kerja dalam bidang keperawatan sebagai

jumlah hari pasien (pattient days), dalam istilah lain unit beban kerja dikaitkan

dengan jumlah, prosedur, pemeriksaan, kunjungan pasien, injeksi, dan tindakan


lainnya yang diberikan kepada pasien. Beban kerja perawat adalah seluruh

kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di

suatu unit pelayanan keperawatan (Marquis dan Huston dalam Mastini; 2013).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Dalam literatur-literatur yang membahas beban kerja, beban kerja selalu

dijelaskan sebagai faktor yang memiliki pengaruh terhadap kinerja. Lysaght, dkk.

(dalam Damos; 1991) menegaskan hal tersebut dalam beberapa faktor yang

memengaruhi beban kerja. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tuntutan Situasi dan Pengaruh Eksternal

1. Kebutuhan kerja dan pembagian tugas, yaitu pembagian antara fungsi

sistem dan manusia merupakan langkah awal dalam desain sistem dan

pembagian ini akhirnya akan menimbulkan tuntutan situasi pada pekerja.

Selama desain sistem dilakukan, tim yang mendesain memutuskan fungsi

mana yang diberikan pada manusia dan mana yang diberikan pada sistem.

Sekali telah dilakukan pembagian, fungsi dan juga desain dari kendali dan

display akan mengarahkan tugas dari pekerja. Tugas yang dibagi kepada

pekerja merepresentasikan pekerjaan pekerja. Teknik faktor manusia dari

analisa tugas (task analysis) berpusat pada pemahaman bagaimana tugas ini

akan memengaruhi keseluruhan kerja dari pekerja, dan sejauh mana tugas-

tugas tersebut tak dapat dikerjakan pada tingkat yang diinginkan. Task

(tugas) dapat memengaruhi beban kerja yang dirasakan oleh pekerja melalui

banyak cara. Misalnya, melalui tindakan apa yang harus dilakukan oleh

seorang pekerja dalam memenuhi tugasnya, melalui jumlah dan tipe dari
tugas yang akan ditampilkan, melalui keterbatasan waktu yang tersedia

dalam menyelesaikan tugas maupun melalui tingkat akurasi yang

dibutuhkan dalam meyelesaikan tugas. Kesemua hal di atas menjadi faktor

yang berkontribusi terhadap munculnya tuntutan situasi.

2. Konteks lingkungan, yaitu tugas yang dikerjakan oleh pekerja tidaklah

dikerjakan sendiri. Suatu tugas dilakukan di dalam suatu keadaan yang

berbeda-beda yang dapat memengaruhi tingkat kesulitan yang dialami oleh

pekerja. Bagaimana seorang pekerja berinteraksi dengan sekelilingnya juga

memberikan dampak yang penting terhadap kinerja dan beban kerja.

Beberapa faktor eksternal yang dapat mengubah tuntutan situasi dan

memengaruhi tingkat kesulitan yakni lingkungan eksternal di mana tugas

dilakukan (misalnya panas, kelembaban, suara, penerangan, getaran, dan

gaya gravitasi), desain dari unit pertukaran informasi manusia-mesin

(misalnya tipe dan ukuran dari display dan kendali, serta bentuk

susunannya), desain dari pengemasan manusia (misalnya pakaian pelindung,

posisi duduk) serta desain dari keseluruhan tempat kerja (misalnya ukuran,

pencahayaan di dalamnya, ventilasi, kendali kelembaban dan suhu, dan

pengurangan getaran).

3. Pekerja, Setiap pekerja memasuki suatu situasi dengan membawa pengaruh-

pengaruh yang dapat memengaruhi kinerja. Kondisi sementara yaitu

merujuk kepada kondisi awal misalnya kondisi kesegaran tubuh seseorang,

yang bisa saja berpengaruh kepada pelaksanaan tugas. Sifat/ bawaan

menetap, yaitu tidak hanya kondisi sementara, kondisi seorang pekerja


dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang tidak mudah berubah,

misalnya tujuan/ motivasi, pengetahuan/ keterampilan, dan kemampuan

proses berpikir. Kemampuan proses berpikir ini akan berinteraksi dan

berintegrasi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan

dari tugas. Individu berbeda-beda di dalam hal tujuan, sejauh apa tujuan

tersebut sudah terpuaskan hingga saat ini, dan sejauh mana pemenuhan

tugas dipandang sebagai pencapaian tujuan. Mereka juga berbeda dalam hal

persepsi mengenai kecepatan dan akurasi yang dibutuhkan saat

menyelesaikan tugas. Faktor-faktor ini akhirnya menentukan tingkat

motivasi dalam pemenuhan tugas dan sebagai akibatnya, menentukan sejauh

mana usaha yang secara sukarela diberikan oleh individu tersebut. Kapasitas

proses berpikir dari seorang individu dibedakan dari pengetahuan dan

keterampilan yang telah diperolehnya melalui pelatihan dan pengalaman.

Pengetahuan (misalnya mengenai fakta-fakta, peraturanperaturan, prosedur

pemakaian peralatan) dapat dianggap sebagai sumber yang dimiliki oleh

individu yang dapat dimanfaatkan oleh proses kognitif. Untuk menggunakan

pengetahuan tersebut, seorang individu harus melibatkan proses dinamis

lainnya untuk mengingat dan memanipulasi pengetahuan yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan tugas. Kemampuan proses kognitif dibutuhkan untuk

mengumpulkan informasi yang didapat dari display dan memanipulasi

kendali yang ada. Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada

sebuah unit pasien tertentu, manajer harus mengetahui beberapa faktor yang
mempengaruhi beban kerja diantaranya (Caplan & Sadock dalam Mastini;

2013) :

1. Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit perhari, bulan atau tahun

2. Kondisi pasien di unit tersebut

3. Rata-rata pasien menginap

4. Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang akan dibutuhkan

oleh masing-masing pasien

5. Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan.

6. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing

tindakan perawatan langsung dan tak langsung.

2.2.4. Indikator Beban Kerja

Menurut (Suci R.Mar’ih; 2017) Untuk mengidentifikasi hal hal didalam

dunia kerja dikenal beberapa indiaktor untuk mengetahui seberapa besar beban

kerja yang harus diemban oleh karyawan. Indiaktor tersebut antara lain :

a. Kondisi Pekerjaan

Kondisi pekerjaan yang dimaksud adalah begaimana seseorang karyawan

memahami pekerjaan tersebut dengan baik.

b. Penggunaaan Waktu Kerja

Waktu kerja yang sesuai dengan SOP tentunya akan meminimalisisr beben

kerja karyawan. Namun ada kalanya suatu organisasi tidak memiliki SOP atau

tidak konsisten dalam melaksanakan SOP, Penggunakan kerja yang

diberlakukan kepada karyawan cenderung berlebih atau sangat sempit.

c. Target yang Harus Dicapai


Target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan tentunya secara langsung akan

memepengaruhi beban kerja yang diterima oleh karyawan. Semakin sempit

waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu atau tidak

seimbangnya antara waktu penyelesaian target pelaksanaan dan volume kerja

yang diberikan, akan semakin besar beban kerja yang diterima dan dirasakan

oleh karyawan.

2.2.5. Dimensi Beban Kerja

Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) pertama kali

dikembangkan oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong

Laboratory, Ohio USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh

seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik

maupun mental yang bermacam-macam dan muncul akibat meningkatnya

kebutuhan akan pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam lingkungan

yang sebenarnya (real world environment) (Mastini; 2013).

Dalam penerapannya SWAT akan memberikan penskalaan subjektif yang

sederhana dan mudah dilakukan untuk mengkuantitatifkan beban kerja dari

aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja. SWAT akan menggambarkan sistem

kerja sebagai model multi dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga

dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort

load), dan beban psikologis (psychological stress load). Masing- masing terdiri

dari 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi (Sritomo dalam Mastini: 2013).

Yang dimaksud dengan dimensi secara definisi adalah sebagai berikut:


1. Time Load adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam

perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas. Beban waktu rendah, beban

waktu sedang, beban waktu tinggi).

2. Mental Effort Load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak

usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

tugas (beban usaha mental rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha

mental tinggi).

3. Psychological Stress Load adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan,

frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas

(Beban tekanan psikologis rendah, beban tekanan psikologis sedang, beban

tekanan psikologis tinggi)

2.1.10.

2.3. Hubungan Handover dengan Beban Kerja Perawat

Handover adalah sebuah rangkaian aktivitas yang melibatkan perpindahan

atau transfer tanggung jawab terhadap pasien dari perawat yang satu kepada

perawat yang lain (Maftukhin, 2016).

Beban kerja adalah frekuensi rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam

jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit akibat

kerja (Morika, 2017).


Beban kerja perawat didefinisikan sebagai kebutuhan pelayanan

keperawatan kepada pasien. Beban kerja perawat adalah menghitung aktivitas

kerja perawat dan ketergantungan klien pada pelayanan keperawatan. Aktivitas

perawatan dibedakan menjadi perawatan langsung dan tidak langsung (Huber;

Sutami, 2008).

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Kerangka konsep penelitian

Pengaruh Handover Terhadap Beban Kerja Perawat Di RSU Bunda Thamrin.

Handover Beban Kerja Perawat

Gambar. 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bersifat studi potong

lintang dengan pendekatan observasional, yaitu penelitian ini dilakukan observasi

dan pengukuran variable pada satu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak

terbatas pada satu waktu bersama, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek

dilakukan satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan

pengukuran (Setiadi, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

Handover terhadap beban kerja perawat di RSU Bunda Thamrin.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul pengaruh Handover terhadap beban kerja perawat

di RSU Bunda Thamrin, yang dilakukan di RSU Bunda Thamrin.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul pengaruh Handover terhadap beban kerja perawat

di RSU Bunda Thamrin, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2022 selama satu

bulan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011). Populasi dalam


penelitian ini adalah seluruh perawat di RSU Bunda Tamrin yaitu sebanyak 150

orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau

mewakili (Arikunto, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat di RSU

Bunda Tamrin. Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik

purposive sampling yaitu yaitu yang merupakan tekhnik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Dengan Kriteria Inklusi dan

Eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Perawat yang sedang bertugas.

2. Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1. Perawat yang sedang tidak bertugas.

2. Perawat yang sedang cuti.

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistik

yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin. Rumus tersebut digunakan untuk

menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya yaitu

sebanyak 150 pasien. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan

sampel adalah 5 %. Rumus Slovin :

150
n=
1+ N (d 2)
150
n=
1+ 150(0,52 )

150
n=
1+ 150(0,025)

150
n=
151(0,025)

n = 39,7

n = 39,7 dibulatkan menjadi 40

Maka sampel dari penelitian ini adalah 40 orang.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek,atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2015). Pada penelitian

ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dalam

penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent :

a. Variabel independent : yaitu handover.

b. Variabel dependent : yaitu beban kerja perawat.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengisian

kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi, serta data tambahan yang diambil bukan dari kuesioner.

a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil

pengukuran, pengamatan, survei dan lain-lain (Setiadi, 2007). Data primer

yang digunakan penulis adalah data yang langsung diambil dari responden

dengan menggunakan kuesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau

instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data sekunder

yang digunakan penulis adalah data dari rekam medis atau data yang diperoleh

dari rekam medis RSU Bunda Tamrin.

3.6. Definisi Operasional

Menurut Dahlan (2008), definisi operasional adalah unsur penelitian yang

menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu

variabel, menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam

penelitian secara operasional untuk mempermudah dalam membaca makna

penelitian.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variable Definisi Alat Ukur Kriteria Skala


Penelitian Operasional Objek Ukur
1. Handover Handover Kuesioner Baik, jika Ordinal
merupakan kegiatan skor
perpindahan ≥ 12
tanggung jawab Kurang
terhadap pasien dari baik jika
satu shift perawat skor < 12
kepada shift
perawat lain.
2. Beban Beban kerja adalah Kuesioner Baik, jika Ordinal
kerja frekuensi rata-rata skor
perawat dari masing-masing ≥ 12
pekerjaan dalam Kurang
jangka waktu baik jika
tertentu. skor < 12

3.7. Metode Pengukuran

Untuk mengetahui Pengaruh handover terhadap beban kerja perawat di RSU

Bunda Thamrin, maka peneliti menggunakan pengukuran:

3.7.1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan

selalu) lembar observasi. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Donsu, 2016). Untuk lembar pemeriksaan berkas

supervise kepala ruangan dengan pencegahan infeksi RS dengan menggunakan

skala model ordinal dimana jika SL (selalu) skornya 4, SR (sering) skornya 3, JR

(jarang) skornya 2, TP (tidak pernah) skornya 1.

(Jumlah pertanyaan x Skor terendah) + (Jumlah Pertanyaan x Skor tertinggi)


2

( 10 x 1 )+(10 x 4) 10+40 50
= = = 25
2 2 2

Sehinga nilai median 25. Rendah, jika skor < 25, Tinggi, jika skor ≥ 25.

Skala yang di gunakan dalam penelitian supervisi ini adalah skala model ordinal.

Handover berisi 20 item pertanyaan menggambarkan keyakinan seseorang dalam

kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan skala

ordinal SL (selalu) skornya 4, SR (sering) skornya 3, JR (jarang) skornya 2, dan

TP (tidak pernah) skornya 1. Sehingga nilai median 50, Rendah jika skor < 50,

tinggi jika skor ≥ 50.


3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan

data melalui beberapa tahap yaitu :

a. Editing

Data yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu, apakah partanyaan

dalam kuisioner telah diisi sesuai petunjuk, bila terdapat kesalahan atau

kekurangan dalam pengisian kuisioner maka akan diperbaiki dengan

pendataan ulang.

b. Coding

Data yang tela diedit, diubah kedalam kode atau angka untuk

mempermudah.

c. Tabulating

Memasukkan data dari masing-masing responden yang telah diberi

kode dengan bantuan komputer dan dimasukkan ke dalam table distribusi

frekuensi.

3.8.2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian

dengan menggunakan table distribusi frekuensi sehingga menghasilkan

distribusi dan persentasedata setiap variabel penelitian.


b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat yang diduga berhubungan, dalam penelitian ini

digunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan 95% (α : 0.05).

3.9. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian tetap berpedoman pada prinsip-prinsip etik penelitian

yaitu :

a. Prinsip manfaat (Beneficence), berpedoman pada prinsip ini peneliti lebih

dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan

penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

b. Jika calon responden bersedia maka responden harus menandatangani surat

persetujuan menjadi responden (Informed Consent). Tetapi jika responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya

sesuai dengan prinsip Autonomy.

c. Prinsip kerahasiaan yaitu untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,

maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar

kuesioner (Anonimity). Pada lembar kuesioner hanya dituliskan kode

tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh

penulis (Confidentiality).

Anda mungkin juga menyukai