Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PENYULUHAN IMUNISASI BAYI-BALITA

DI DESA GLA MEUNASAH BARO KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA


MINGGU, 23 JULI 2023

A. Latar Belakang
Bayi dan balita merupakan masa yang sering disebut golden age (masa emas)
karena pada saat ini terjadi proses tumbuh kembang yang cepat dan tidak pernah
terulang. Sehingga harus diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak termasuk kekebalan tubuh yang dapat diperoleh dari imunisasi
(Sutomo & Anggraini, 2010).
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Imunisasi merupakan salah
satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam
mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020). Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif
untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Senewe et al., 2017).
Menurut profil Kesehatan Aceh 2021 cakupan imunisasi dasar lengkap di
kabupaen Aceh Besar hanya sekitar 27 persen. Dari data yang dihimpun Puskesmas
Krueng Barona Jaya cakupan Imunisasi untuk baduta 2023 hingga Juni 2023 hanya
sebesar 13%. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di Desa Gla
Meunasah Baro terkait imunisasi dasar lengkap didapakan hasil 72,7% balita tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Bayi & balita yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dapat
dipengaruhi dari faktor- faktor orang tuanya seperti berpengetahuan rendah, tidak
mendapat dukungan dari keluarga, dan latar belakang pendidikan yang rendah, dan
orang tua yang tidak mendapatkan imunisasi dasar sebelumnya (Syukuriah,
Martomijoyo, dan Rahmawati, 2019). Berdasarkan data kuesioner diketahui
hambatan yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah terkait dengan
kandungan yang terdapat di dalam vaksin, akibat atau efek samping vaksin dan
tidak mendapat izin atau dukungan dari suami. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perubahan pemahaman dan kesadaran terkait masalah imunisasi dengan
dilakukannya penyuluhan terhadap ibu untuk datang ke posyandu. Sehingga dengan
dilakukan penyuluhan terkait “Pentingnya Imunisasi bagi Bayi-Balita di Desa Gla
Meunasah Baro” diharapkan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kepercayaan
ibu agar termotivasi untuk memberikan bayinya imunisasi.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan efektifitas perilaku pemeliharaan kesehatan bayi-
balita di Desa Meunasah Intan Kecamatan Krueng Barona Jaya.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan selama 1 x 60 menit, diharapkan ibu bayi-
balita mampu:
1) Mengetahui hal yang kemungkinan dapat terjadi jika anak tidak
mendapatkan imunisasi
2) Mengetahui pengertian, manfaat dan tujuan imunisasi dasar lengkap
bagi bayi-balita
3) Mengetahui efek samping dari tiap-tiap jenis imunisasi pada bayi-balita
4) Mengetahui pandangan islam dan kehalalan pemberian vaksin
imunisasi
C. Rencana Kegiatan
1. Nama Kegiatan : Penyuluhan Pentingnya Imunisasi bagi Bayi-Balita di Desa
Gla Meunasah Baro
2. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab
3. Media : Power point
4. Waktu & Tanggal : Minggu, 23 Juli 2023
5. Tempat : Gedung Serba Guna Kantor Keuchik Gla Meunasah Baro
6. Strategi Pelaksanaan:
Tabel Strategi Pelaksanaan Kegiatan
No. Alokasi Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
1 09.00-10.00 WIB Persiapan Tempat Panitia
2 10.01-10.10 WIB Pembukaan Acara Moderator
3 10.11-10.30 1. Mengetahui hal yang Pemateri
kemungkinan dapat
terjadi jika anak tidak
mendapatkan imunisasi
2. Mengetahui pengertian,
manfaat dan tujuan
imunisasi dasar lengkap
bagi bayi-balita
3. Mengetahui efek
samping dari tiap-tiap
jenis imunisasi pada
bayi-balita
4. Mengetahui pandangan
islam dan kehalalan
pemberian vaksin
imunisasi
4 10.31-10.50 WIB Sesi tanya jawab dan diskusi Moderator
5 10.51- 10.55 Evaluasi kegiatan Moderator
WIB
6 10.56-11.00 WIB Penutupan dan sesi foto Moderator dan
bersama panitia

D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan pendahuluhan telah dikonsulkan kepada pembimbing
b. Undangan kegiatan telah disebarkan kepada masyarakat sebagai sasaran
kegiatan
c. Media telah tersedia
d. Tempat kegiatan telah tersedia
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan diharapkan dapat terlaksana selama 60 menit
b. Ibu bayi-balita berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Tidak ada gangguan selama kegiatan
d. Media yang digunakan dapat dipahami oleh peserta kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. 10 dari 15 peserta mampu menyebutkan manfaat imunisasi
b. 10 dari 15 peserta mampu menyebutkan penyakit yang dicegah dengan
imunisasi
c. 10 dari 15 peserta mampu menyebutkan hal yang kemungkinan dapat terjadi
jika anak tidak mendapatkan imunisasi
E. Pengorganisasian Kelompok
1. Penganggung Jwaba Umum : Maulia Midari, S.Kep
2. Pemateri : Anisa Mulyani, S.Kep
3. Moderator : Cut Calisa Naura, S.Kep
4. Observer : Ayudia Aulia Dewi, S.Kep, Zhafarina, S.Kep
5. Dokumentasi : Siti Maisarah, S.Kep
6. Konsumsi : Muzaiyana, S. Kep
7. Fasilitator : Syiffa Az Zahra, S.Kep, Atrivia, S.Kep, Lisa
Margina, S.Kep, Suryani Dewi, S.Kep
F. Lampiran Materi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya
kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa
penyakit berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah
terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al.,
2017).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan utama dari imunisasi yaitu memberikan perlindungan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Permenkes RI (2017) Tujuan
keseluruhan dari program imunisasi Indonesia yaitu untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian (PD3I) akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Sedangkan sasaran khusus imunisasi ini antara lain
tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) bagi bayi sesuai target.
Tercapainya imunisasi anak universal / UCI di seluruh desa / kelurahan yaitu
lebih dari 80%, serta mencapai pengurangan, eliminasi dan pemberantasan
penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung
terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian
penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan
perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan perlindungan
kepada populasi Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan
yang paling efektif (Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat
memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi
dapat memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh
sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.
4. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Dalam buku ajar
imunisasi yang disusun oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
(2014), didalamnya menerangkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai berikut:
a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC yaitu penyakit yang disebakan adanya Mycobacterium
tuberculosa atau disebut juga dengan batuk darah yang ditularkan pernafasan
dan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini yaitu badan lemah,
penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala
selanjutnya berupa batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk
darah, sedangkan gejala lain yang dapat timbul tergantung pada organ yang
diserang lainnya oleh penyakit ini. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit TBC adalah kelemahan dan kematian.
b. Difteri
Difteri ialah penyakit yang dikarenakan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae yang mana ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan.
Gejala yang timbul seperti radang tenggorokan, hilangnya nafsu makan,
munculnya demam ringan, dalam 2-3 hari timbul selaput putih yang kebiru-
biruan yang mengenai tenggorokan dan juga tonsil. Komplikasi yang bisa
timbul dari penyakit difteri yaitu gangguan pernafasan yang berakibat
kematian.
c. Pertusis
Pertusis yaitu penyakit pada saluran pernafasan yang terjadi karena
adanya bakteri bordetella pertusis yang ditularkan lewat percikan ludah
(droplet infection) melalui batuk atau bersin. Gejala yang timbul seperti
pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang lama kelamaan
menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan keras. Komplikasi
yang dapat dikarenakan dari penyakit pertusis adalah Pneumonia bacterialis
yang bisa menyebabkan kematian.
d. Tetanus
Tetanus ialah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul diantaranya kaku otot pada
rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Sedangkan pada bayi terdapat gejala berhenti
menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala berikutnya dapat berupa
kejang dan tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang dapat disebabkan dari
penyakit tetanus misal patah tulang akibat kejang, pneumonia, infeksi lain
yang mana bisa menimbulkan kematian.
e. Hepatitis B
Hepatitis B yaitu penyakit yang dikarenakan oleh virus hepatitis B yang
dapat merusak hati (penyakit kuning). Yang ditularkan secara horizontal dari
produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah 17 melalui hubungan
dekat dan secara vertikal dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala
yang ditimbukan antara lain seperti merasa lemah, gangguan perut, flu, urin
menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan warna kuning bisa terlihat pada
mata ataupun kulit. Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit hepatitis B
yaitu penyakit bisa menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati,
kanker hati dan menimbulkan kematian.
f. Campak
Campak merupakan penyakit yang dikarenakan oleh virus myxovirus
viridae measles dan bisa ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari
bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam, bercak
kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah) dan koplik spots,
selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh
dan tangan serta kaki. Komplikasi dari penyakit campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, infeksi saluran nafas.
g. Rubella
Rubella atau campak jerman yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom untai
tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan dan bereplikasi dalam
nasofaring dan kelenjar getah bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari
setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Rubella juga dapat ditularkan
melalui oral droplet, dari nasofaring 18 atau rute pernafasan. Rubella dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi campak MR. Gejala rubella pada anak
biasanya berlangsung dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah
yang menyebar ke seluruh tubuh, demam posterior limfadenopati servikal.
Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan orang dewasa gejala
tambahan berupa pembengkakan kelenjar, dingin seperti gejala, dan sakit
sendi terutama pada wanita muda.
h. Poliomielitis
Poliomielitis yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang anak di bawah
usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan ditularkan melalui
kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa
demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit poliomielitis yaitu bisa
menyebabkan kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani.
i. Radang Selaput Otak
Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab paling sering
adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat
lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme
kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk
bakteri lebih berat. Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti
panas mendadak, letargi, muntah, dan kejang.
j. Radang paru-paru (pneumonia)
Pneumonia yaitu penyakit pada paru-paru dimana (alveoli) yang
bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh
cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,
termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru
dapat juga disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
terlalu berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang
paru-paru termasuk batuk, demam.
5. Jenis Imunisasi Dasar Lengkap
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi
dilaksanakan program imunisasi baik program rutin ataupun program tahunan
untuk mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) seperti
hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, dan campak. Bayi harus
mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari hepatitis B 3 kali, BCG 1
kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, dan campak 1 kali (Kemenkes, 2019).
a. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B bertujuan untuk melindungi bayi dengan memberikan
kekebalan terhadap hepatitis B, infeksi hati yang dapat menyebabkan sirosis,
kanker, dan kematian. Vaksin hepatitis B harus divaksinasi minimal 3 kali.
Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir. Karena respon antibodi
terbaik, jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0,16 bulan. Interval antara
dosis pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval
antara dosis pertama dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas
atau titer antibodi setelah imunitas lengkap (dosis ketiga).
Efek samping yang timbul biasanya reaksi lokal ringan yang mana
bersifat sementara. Terkadang menyebabkan demam ringan selama 1- 18 2
hari. Sejauh ini, tidak ada indikasi vaksin HBV yang benar-benar
kontraindikasi (Ranuh, 2014).
b. Imunisasi BCG
Bacile Calmette-Guerin adalah vaksin hidup berbahan Mycobacterium
bovis, yang dapat diperbanyak selama 1-3 tahun untuk mendapatkan basil
tidak beracun, namun tetap memiliki kekebalan. Vaksinasi BCG sensitif
terhadap tuberkulin. Masih banyak perbedaan pendapat mengenai
perkembangan sensitivitas tuberkulin dan perkembangan imunitas. Usia
inkulasi vaksin BCG kurang dari 2 bulan, lebih disukai anak dengan tes
Mantoux (tuberkulin) negatif. Ini akan memiliki efek perlindungan 8-12
minggu setelah injeksi. Efek perlindungan bervariasi antara 0-80% dan
terkait dengan banyak faktor, yaitu kualitas vaksin yang digunakan,
lingkungan mikobakteri atipikal atau faktor inang (usia, status gizi, dll.) 0,10
ml vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan untuk anak-anak dan 0,05 ml
untuk bayi (Ranuh, 2014).
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada
suhu 2-8 oC dan tidak boleh dibekukan. Vaksin yang diencerkan harus
digunakan dalam waktu 8 jam. Efek samping imunitas BCG yaitu adanya
ulkus di tempat suntikan, limfadenitis lokal, dan reaksi panas. Kontraindikasi
vaksin BCG antara lain respon tes tuberculin > 5 mm, risiko tinggi infeksi
HIV atau infeksi HIV, imunosupresi akibat terapi glukokortikoid, obat
imunosupresif, terapi radiasi, dan yang mempengaruhi sumsum tulang atau
19 sistem limfatik tumor ganas, malnutrisi, demam tinggi, infeksi kulit yang
luas, TBC dan kehamilan (Ranuh, 2014).
c. Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan vaksin yang digunakan untuk mencegah
poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Vaksin polio
oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, 2 tetes (0, 1
ml) per dosis. Kemudian mulai imunisasi OPV atau IPV dasar untuk bayi
usia 2-3 bulan, dengan 3 dosis berturut-turut, dengan interval 6-8 minggu.
Vaksin polio tetes sangat aman. Vaksin polio tetes sangat aman dan jarang
menimbulkan efek samping. Efek samping yang dilaporkan adalah
kelumpuhan. Kematian akibat imunisasi setelah vaksin polio tidak pernah
dilaporkan (Ranuh, 2014).
d. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT ialah imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Pemberian DPT mungkin memiliki efek samping ringan atau berat.
Efek ringan termasuk pembengkakan, nyeri di tempat suntikan, dan demam.
Imunisasi DPT dasar (imunisasi primer) mulai bisa diberikan sejak usia 2
bulan (sebaiknya DPT tidak diberikan sebelum usia 6 minggu), dengan
interval 4-8 minggu. Interval terbaik adalah 8 minggu, sehingga DPT-1
digunakan pada usia 2 bulan, DPT-2 digunakan pada usia 4 bulan, dan DPT3
digunakan pada usia 6 bulan. Tes intensif DPT berikutnya (DPT-4) diambil
satu tahun setelah DPT- 3, yaitu 18-24 bulan, dan DPT-5 diambil pada usia 5
tahun saat masuk sekolah (Ranuh, 2014).
e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
Imunisasi campak dilakukan di bawah kulit. Kekebalan ini memiliki efek
samping berupa ruam kulit dan demam di tempat suntikan. Dosis vaksin
campak adalah 0,5 ml. Meskipun dapat disuntikkan secara intramuskular,
dapat disuntikkan secara subkutan pada usia 9 bulan. Gejala KIPI (tindak
lanjut setelah imunisasi) dengan demam melebihi 39,5°C terjadi pada 5% -
15% kasus, dan demam mulai 5-6 hari setelah imunisasi dan berlangsung
selama 5 hari. Ruam ditemukan pada 5% penerima, terjadi 7-10 hari setelah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari (Ranuh, 2014).

6. Jadwal Pemberian Imunisasi menurtu IDAI 2023

G. Lampiran
- Power Point
- Leaflet
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. A., Jahis, R., Kuay, L. M., Jamaluddin, R., & Aris, T. (2017). Primary
immunization among children in malaysia: Reason for incomplete vaccination.
Journal of Vaccines & Vaccination, 8(3), doi: 10.4172/2157-7560.1000358.
Astuti, H., & Fitri. 2017. Analisi Faktor Pemberian Imunisasi Dasar. Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia, 3(1), 1.
Badan PPSDM Kesehatan. (2014). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
IDAI. 2023. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), tahun 2023.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Repusblik Indonesia Nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi; 2017.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. (2014). Buku ajar imunisasi.
Jakarta: Pusdinkes Kemenkes RI.
Syukuriah, N. L., Martomijoyo, R., & Rahmawati, A. (2019). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar pada balita di Desa Purwajaya
Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(2). doi: https://doi.org/10.31943/ afiasi.v4i2.62.
Senewe, M., Rompas, S., & Lolong, J. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado. Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 5(1), 109743.
Sutomo, B & Anggraini, D. Y. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita.
Jakarta: Demedia.

Anda mungkin juga menyukai