Anda di halaman 1dari 2

Lasso memerintahkan polisi dan militer turun ke jalan atasi narkoba.

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Guillermo Lasso telah mengumumkan


keadaan darurat di tengah lonjakan kekerasan terkait narkoba. Lasso memerintahkan polisi dan
militer turun ke jalan.

"Angkatan bersenjata dan polisi kami akan mengerahkan kekuatan di jalan-jalan, karena kami
menetapkan keadaan darurat di seluruh wilayah nasional," kata Lasso, dilansir Aljazirah, Selasa
(19/10).

Lasso mengatakan bahwa, perdagangan narkoba telah menjadi musuh nasional. Dia
menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir Ekuador telah berubah dari negara penyelundup
narkoba menjadi negara yang mengonsumsi narkoba.

Sebelumnya pada Senin (18/10), Lasso menunjuk seorang menteri pertahanan baru.  Dalam
beberapa bulan terakhir, Ekuador menghadapi kekerasan mematikan di sejumlah penjara. Hal ini
mendorong Lasso mengumumkan keadaan darurat dalam sistem penjara, dan mengerahkan
pasukan untuk mengamankan penjara serta mencegah kerusuhan.

Pada September, setidaknya 116 narapidana tewas dan puluhan lainnya terluka di Penitenciaria
del Litoral di provinsi Guayas, dalam pecahnya kekerasan penjara paling mematikan dalam
sejarah negara itu. Sejauh ini pada 2021, sekitar 200 narapidana telah tewas dalam kekerasan di
penjara Ekuador.

Penjara telah menjadi medan pertempuran bagi ribuan tahanan yang terkait dengan kartel
narkoba Meksiko. Pada tahun lalu, lebih dari 100 tahanan tewas dalam kekerasan di penjara.
Beberapa diantaranya tewas secara tragis dengan kepala yang dipenggal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.i

59 Anak di Garut Diduga Dibaiat Gabung NII Kompas.com - 07/10/2021, 15:48 WIB
Bagikan: Komentar 2 Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota menunjukkan surat pernyataan
yang dibuat pengikut NII untuk kembali ke NKRI, Kamis (7/10/2021). Lihat Foto Sekretaris
MUI Kecamatan Garut Kota menunjukkan surat pernyataan yang dibuat pengikut NII untuk
kembali ke NKRI, Kamis (7/10/2021).(KOMPAS.com/ARI MAULANA KARANG) Penulis
Kontributor Garut, Ari Maulana Karang | Editor Abba Gabrillin GARUT, KOMPAS.com -
Sebanyak 59 anak di Garut, Jawa Barat, diduga dibaiat untuk masuk organisasi Negara Islam
Indonesia (NII). Hal ini terungkap dari hasil konfirmasi atau tabayun yang dilakukan pengurus
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Garut Kota terhadap para pengikut sebuah pengajian
di Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota. Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota
Aceng Amirudin mengatakan, pihaknya mengetahui adanya pengajian baiat di sebuah masjid di
Kelurahan Sukamenteri setelah diberi tahu oleh pengurus MUI Kabupaten Garut. Setelah itu,
Aceng memantau aktivitas pengajian di masjid tersebut. Baca juga: Densus 88 Selidiki Dugaan
Puluhan Warga di Garut Dibaiat Gabung NII Namun, menurut Aceng, saat itu pengajian tersebut
sudah tidak ada, dan diduga para pengikut pengajian tersebut sudah mengetahui aktivitas mereka
diketahui. Meski demikian, menurut Aceng, pihaknya berupaya mendalami dan mengembangkan
informasi tersebut, hingga akhirnya bisa bertemu dengan salah seorang orangtua dari anak yang
mengikuti pengajian. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Orangtua itu menceritakan tentang aktivitas pengajian yang diikuti anaknya. “Setelah ketemu
Pak M (orangtua anak peserta pengajian), saya berinisiatif untuk mengumpulkan orang-orang
tersebut untuk konfirmasi atau tabayun. Alhamdulillah, Selasa 15 Oktober 2021 di Aula Desa,
tabayun bisa dilakukan,” kata Aceng saat ditemui Kantor Kelurahan Sukamenteri, Kamis
(7/10/2021). Baca juga: Mantan Panglima NII Sebut Belasan Atlet Masuk Kelompok Radikal
Dari hasil tabayun tersebut, menurut Aceng, para pengikut pengajian tersebut akhirnya membuat
pernyataan siap keluar dari Negara Islam Indonesia (NII) dan kembali ke Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Aceng menceritakan, saat dilakukan tabayun, memang ada anak
yang menyebut Negara Indonesia sebagai thogut, karena hukum yang digunakan bukan hukum
Islam. Bahkan, sebelumnya anak tersebut tidak mau mengakui NKRI. Namun, setelah diberitahu
akibatnya, akhirnya anak tersebut mau kembali mengakui NKRI. “Kemarin waktu bicara di sini,
dia itu mengatakan bahwa Indonesia hukumnya bukan Islam, kalau seperti itu, itu thogut. Tapi
setelah diberi tahu akibatnya, dia akhirnya mau kembali ke NKRI,” kata Aceng. Baca juga: Saat
Eks DI/TII dan NII Kembali ke Pangkuan Pancasila... Aceng menceritakan, dari keterangan para
pihak yang dikumpulkan saat tabayun, aktivitas mereka saat itu hanya pengajian biasa. Namun,
ada beberapa anak yang memang pernah dibaiat oleh salah seorang sesepuh pengajian tersebut di
rumahnya. Sesepuh tersebut mengakui anak-anak dibaiat, namun tidak terkait ajaran-ajaran lain.
“Tapi dia (sesepuh pengajian) enggak tahu kalau (baiat) NII. Katanya, 'Saya cuma membaiat
agar anak-anak itu jangan mabuk atau maksiat', cuma sebatas itu. Kalau ada ajaran-ajaran lain
dia enggak tahu,” kata Aceng.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "59 Anak di Garut Diduga Dibaiat Gabung
NII", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2021/10/07/154855778/59-anak-di-
garut-diduga-dibaiat-gabung-nii.
Penulis : Kontributor Garut, Ari Maulana Karang
Editor : Abba Gabrillin

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Anda mungkin juga menyukai