Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DALAM

MENGATASI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2022.

I. LATAR BELAKANG

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah untuk kebanyakan masyarakat Indonesia.
Kekhawatiran akan terjangkitnya penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk ini semakin bertambah saat
musim penghujan tiba. Deteksi dini dan penanganan yang terlambat mengakibatkan meningkatnya kasus
yang berakhir dengan kematian.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam serius yang ditularkan oleh nyamuk betina
Aedes aegypti yang menyerang sistem peredaran darah manusia. Oleh karena itu, penyakit ini bisa
menjadi lebih serius jika seseorang tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Perawatan terlambat
hanya akan memperbesar risiko dampak buruk hingga kematian.

Demam berdarah dengue bisa menjangkiti seseorang yang telah mendapat gigitan dari nyamuk betina
Aedes aegypti. Nyamuk tersebut membawa virus pemicu yang berasal dari keluarga Flaviviridae,
dengan empat jenis virus yang dikenal dengan serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4).

Serotipe tersebut bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Virus kemudian
mengambil alih mekanisme sel-sel tubuh seseorang. Serotipe demam berdarah dengue bekerja dengan
membentuk komponen protein baru untuk memperbanyak diri.

Setelah itu, komponen baru dari virus yang telah bertambah jumlahnya akan dilepaskan ke sistem
sirkulasi darah, dan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Ini adalah awal mula terjadinya berbagai gejala
yang akan dirasakan penderita demam berdarah dengue.

Kota Pematang Siantar merupakan salah satu kota yang merupakan daerah endemis DBD. Pada
tahun 2021 terjadi peningkatan kasus sebanyak 104 orang penderita DBD dan kematian akibat DBD
sebanyak 7. Berikut jumlah kasus penyakit DBD dan kematian akibat DBD berdasarkan bulan.

1. Data Kasus penyakit DBD dan kasus kematian karena penyakit DBD Tahun 2021 Berdasarkan bulan.

Bulan Jumlah Jumlah Kematian CFR


Kasus DBD
Januari 4 1 25,00%
Pebruari 2 1 50,00%
Maret 7 2 28,57%
April 8 1 12,50%
Mei 8 0 0%
Juni 15 0 0%
Juli 6 0 0%
Agustus 6 1 16,66%
September 6 0 0%
Oktober 8 0 0%
Nopember 27 1 3,70%
Desember 7 0 0%
Jumlah 104 7 6,73%

Data Kasus penyakit BDB dan kasus kematian karena penyakit DBD dari bulan Januari s/ April
2022.

Bulan Jumlah Jumlah Kematian CFR


Kasus DBD
Januari 47 3 6,38%
Pebruari 24 0 0%
Maret 38 1 2,63%
April 28 2 7,14%
Jumlah 137 6 5,04%
2. Analisis.

Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian penyakit DBD di Indonesia, yaitu


Permenkes 1501 tahun 2010 indikator penetapan wabah penyakit DBD adalah :
1. Munculnya kasus baru di suatu daerah dari belum pernah ada menjadi ada
2. Meningkatnya jumlah kasus minimal 2 kali lipat di bandingkan bulan sebelumnya
di tahun yang sama atau bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
3. Meningkatnya jumlah kematian (CFR) minimal 50% di bandingkan perode
sebelumnya.

a. Analisis penyakit DBD berdasarkan data pada Bulan Januari 2022


Jumlah kasus penyakit DBD 47 kasus dan angka kematian karena penyakit DBD sebanyak
3 orang, bila dibandingkan dengan :
 Bila di bandingkan dengan jumlah kasus pada bulan sebelumnya (Bulan Desember
tahun 2021) adalah 47: 7 = 6,71 kali lipat
 Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (Januari tahun
2021) adala 47:4 = 11,75 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan sebelumnya (Bulan
Desember tahun 2021) adalah 3:0= 3 dari yang belum ada menjadi ada
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan yang sama tahun
sebelumnya (Bulan januari tahun 2021) 3:1 = 3 kali lipat

b. Analisis penyakit DBD berdasarkan data pada bulan Pebruari 2022


Jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 24 kasus dan angka kematian karena penyakit DBD
sebanyak 0, bila dibandingkan dengan :
 Bila di bandingkan dengan jumlah kasus pada bulan sebelumnya (Bulan Januari
tahun 2022) adalah 24: 47 = 0,51 kali lipat
 Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (Pebruari tahun
2021) adala 24:2 = 12 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan sebelumnya (Bulan Januari
tahun 2021) adalah 0:3= 0 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan yang sama tahun
sebelumnya (Bulan Pebruari tahun 2021) 0:1 = 0 kali lipat

c. Analisis penyakit DBD berdasarkan data pada bulan Maret 2022


Jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 38 kasus dan angka kematian karena penyakit DBD
sebanyak 1 orang, bila dibandingkan dengan :
 Bila di bandingkan dengan jumlah kasus pada bulan sebelumnya (Bulan Pebruari
tahun 2022) adalah 38:24 = 1,58 kali lipat
 Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (Maret tahun
2021) adala 38:7 = 5,42 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan sebelumnya (Bulan
Pebruari tahun 2021) adalah 1:0= 1 dari sebelumnya tidak ada
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan yang sama tahun
sebelumnya (Bulan Maret tahun 2021) 1:2 = 0,5 kali lipat

d. Analisis penyakit DBD berdasarkan data pada bulan April 2022


Jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 28 kasus dan angka kematian karena penyakit DBD
sebanyak 2 orang, bila dibandingkan dengan :
 Bila di bandingkan dengan jumlah kasus pada bulan sebelumnya (Bulan Maret
tahun 2022) adalah 28:38 = 0,7 kali lipat
 Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (April tahun
2021) adala 28:8 = 3,5 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan sebelumnya (Bulan Maret
tahun 2022) adalah 2:1= 2 kali lipat
 Bila di bandingkan dengan jumlah kematian pada bulan yang sama tahun
sebelumnya (Bulan Maret tahun 2021) 2:1 = 2 kali lipat

3. Kesimpulan Analisis

a) Terjadi KLB DBD pada bulan Januari tahun 2022 di lihat dari peningkatan kasus dan
juga peningkatan angka kematian.
b) Terjadi KLB DBD pada bulan Pebruari tahun 2022 di lihat dari peningkatan kasus.
c) Terjadi KLB DBD pada bulan Maret tahun 2022 di lihat dari peningkatan kasus dan
juga peningkatan angka kematian.
d) Terjadi KLB DBD pada bulan April tahun 2022 di lihat dari peningkatan kasus dan juga
peningkatan angka kematian.

II. Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB

1. Pengobatan dan Perawatan Penderita


Penderita DBD derajat 1 dan 2 dapat dirawat di puskesmas yang mempunyai fasilitas perawatan
dan laboratorium memadai, sedangkan DBD derajat 3 dan 4 harus segera dirujuk ke Rumah
Sakit.
Laporan 1 x 24 Jam oleh Medical Record Rumah Sakit.

2. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi.


Adalah: Pencarian kasus infeksi dengue dan melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penularan
DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat umum radius
100m yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas, Dinas Kesehatan, kader kesehatan dan
kelurahan.

3. Pemberantasan Vektor
3.1 Penyemprotan Insektisida (Fogging)

a. Pelaksana : Petugas dinas kesehatan Kota Pematangsiantar, puskesmas, dan tenaga lain
yang telah dilatih.
b. Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit Sasaran : Rumah dan tempat-tempat
umum
c. Insektisida : Sesuai dengan dosis
d. Alat : hot fogger/mesin pengabut dan/atau ULV
e. Cara : Fogging/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu minggu

3.2 Pemberantasan sarang jentik/nyamuk (PSN 3Mplus)

a. Pelaksana : Masyarakat di lingkungan masing-masing.

b. Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya yang merupakan
satu kesatuan epidemiologis

c. Sasaran : Semua tempat potensial bagi perindukkan nyamuk: tempat penampungan air,
barang bekas ( botol aqua, pecahan gelas,ban bekas, dll) lubang pohon/tiang pagar/pelepah
pisang, tempat minum burung, alas pot, dispenser, tempat penampungan air di bawah
kulkas, dibelakang kulkas dsb, di rumah/ bangunan dan tempat umum
d. Cara : Melakukan kegiatan PSN 3Mplus.
• Menguras dan menyikat TPA (tempat penampungan air)
• Menutup TPA
• Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi TPA atau
membuangnya ke tempat pembuangan sampah tertutup

PLUS :

• Menaburkan bubuk larvasida


• Memelihara ikan pemakan jentik
• Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodia, lavender, geranium, dll)
• Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun oles),
• Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dan lainlain
• Menggunakan cara lain disesuaikan dengan kearifan lokal.

3.3 Larvasidasi

a. Pelaksana : Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/ dinas


kesehatan kabupaten/ kota
b. Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit
c. Sasaran : Tempat Penampungan Air (TPA) di rumah dan Tempat-Tempat
Umum (TTU)
d. Larvasida : Sesuai dengan dosis
e. Cara : larvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB

4. Penyuluhan

4.1 Penyuluhan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

Sasaran : Pasien dan keluarga

Metodenya :

1. Penyuluhan perorangan
2. Penyuluhan kelompok
3. Penyuluhan massa

Tujuan :

1. Individu, kelompok dan massa dapat mengetahui cara penularan DBD dan cara pencegahan DBD.
2. Individu, kelompok dan massa mengetahui tindakan yang dilakukan di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya dalam penanganan DBD.

4.2 Penyuluhan di Sekolah

Penyuluhan di sekolah dilakukan oleh guru, petugas puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya, melalui
program UKS (Jumantik Anak Sekolah, Dokter Kecil) ataupun melalui penugasan khusus yang
berkaitan dengan Pencegahan DBD.

Sasaran : Siswa-siswi sekolah

Metodenya :
1. Penyuluhan pada kelompok anak sekolah
2. Penugasan khusus (Misalnya : pengumpulan jentik nyamuk yang ditemukan dirumah, dll).

Tujuan

1. Murid – murid mengetahui cara penularan DBD dan pencegahan DBD.


2. Dapat menyebarluasan informasi mengenai DBD ke keluarga dan teman – teman sebaya.
4.3 Penyuluhan di Pemukiman Dapat dilakukan melalui penyuluhan secara perorangan,
kelompok dan massa.

4.3.1. Penyuluhan Perorangan

Penyuluhan perorangan dilakukan melalui kunjungan rumah dan pemantauan kartu rumah oleh kader
kesehatan/kader jumantik atau dasawisma.

Sasaran : Individu dan keluarga

Metode : Metode yang digunakan dalam melakukan penyuluhan perorangan adalah wawancara/tatap
muka dan atau demonstrasi atau peragaan.

Tujuan : Individu dan keluarga mengetahui tentang cara penularan dan cara pencegahan DBD.

4.3.2. Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kelompok dilakukan oleh kader kesehatan/kader jumantik, tokoh masyarakat, tokoh agama
dan tenaga kesehatan

Sasaran : Kelompok tani, kelompok arisan, kelompo agama, kelompok PKK dan sebaginya.

Metode : Metode yang digunakan dalam melakukan penyuluhan perorangan adalah wawancara/tatap
muka dan atau demonstrasi atau peragaan.

Tujuan :

a. Kelompok mengetahui tentang cara penularan, cara pencegahan DBD serta cara pertolongan pertama
penyakit DBD.
b. Dapat memberikan informasi tentang DBD kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya.

4.3.3 Penyuluhan Melaui Media Massa

Penyuluhan yang dilakukan melalui TV, Radio dan Koran. Pada penyuluhan melalui media massa
biasanya tidak terjadi tanya jawab (komunikasi satu arah).

Sasaran : Masyarakat luas. Metode : Melalui TV, Radio, Koran.

Tujuan : Masyarakat luas mengetahui informasi tentang cara penularan dan pencegahan DBD serta
bagaimana cara pertolongan pertama pada penyakit DBD.

4.3.4. Penyuluhan di Tempat-Tempat Umum

Penyuluhan yang dilakukan di sarana umum seperti terminal, pasar dll.

Sasaran : Masyarakat luas

Metode : Penyuluhan langsung atau melalui media cetak/media elektronik (foster, baligo, leaflet,
televisi, radio atau internet).

Tujuan : Masyarakat luas mengetahui informasi tentang cara penularan dan pencegahan DBD serta
bagaimana cara pertolongan pertama pada penyakit DBD.

5. GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK (JURU MANTAU JENTIK)

Adalah orang yang melakukan pemeriksaan dan pemberantasan jentik nyamuk, khususnya aedes
aegypti dan aedes albopictus. Dengan susunan struktur nya : Juru mantik rumah, Koordinator
Jumantik dan supervisor.
III. Rencana Anggaran Biaya, SDM dan pelaksanaan

1. Anggaran Biaya :

a. Biaya Penyemprotan Rp. 334.550.000


b. Biaya Penyuluhan Rp. 410.590.000
c. Pemberdayaan masyarakat (G1R1J) Rp. 952.920.000
d. Sekretariat Rp. 46.000.000

2. Sumber Daya Manusia


a. SDM Dinas Kesehatan, OPD Lintas sector terkait Aparat Kelurahan, Masyarakat

3. Jadwal Pelaksanaan

Dari Bulan Mei s/d Juni 2022

6. Penutup
Demikian kerangka acuan ini di buat, kiranya dapat terlaksana, sehingga harapan bersama dapat
terwujud yaitu menurunkan insidens penyakit DBD dan menurunkan jumlah kematian karena
penayakit DBD.

Pematangsiantar, Mei 2022


Kepala Dinas kesehatan Kota
Pematangsiantar

dr. Ronald H Saragih, M. Kes


Pembina Utama Muda
Nip. 19620818 199003 1 005

Anda mungkin juga menyukai