OLEH
KELOMPOK A
Pembimbing Akademik:
Ises Reni, SKp, M.Kep
Ns. Dedi Adha, M.Kep
Pembimbing Klinik:
Ns. Muhammad Syakhri, S.Kep
Kelompok A
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing Klinik
iv
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang………………………………………………………….....1
B. Tujuan Praktek…………………………………………………………….5
A. Analisa SWOT………………………………………………………56
B. Daftar Masalah………………………………………………………59
C. Prioritas Masalah…………………………………………………….59
D. Planning Of Action (POA) …………………………………...….….62
iii
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEGIATAN
A. Kesimpulan …………………………………...….….…….........................75
B. Saran …………………………………...….….……...................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memasuki area reformasi yang ditandai dengan perubahan-
perubahan yang cepat disegala bidang. Munculnya reformasi total karena
ketimpangan dari hasil pembangunan dibidang kesehatan antar daerah dan
antar golongan, serta derajat kesehatan masih tertinggal di negara tetangga.
Ada lima fenomena formasi bidang kesehatan meliputi perubahan pada bidang
dinamika kependudukan, temuan substansial iptek kesehatan, tantangan global
perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang (Nursalam, 2014).
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan publik yang bergerak
di bidang kesehatan.Undang-undang tentang Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah pengelolaan dalam
manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 2016). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan lima fungsi
manajemen. Adapun fungsi tersebut yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, ketenagaan dan pengendalian/pengawasan. Kelima fungsi saling
terkait serta saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan
teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya
asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada
klien. Alasan inilah manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut
1
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2014).
Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen antara
lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low manager.
Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang
mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan.
Kepala ruangan keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen
keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka untuk
memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2015).
Pada tahun1999 RSUD, merupakan puskesmas plus yang dulunya
berada di bawah naungan Puskesmas Belimbing Kecamatan Kuranji Padang.
Sesuai dengan berjalannya waktu RSUD pada bulan agustus 2000 Pustu ini
berkembang menjadi RSUD yang mempunyai ruang rawat inap gabungan
dengan 40 tempat tidur. Pada Tahun 2002 RSUD ini diserahkan Dinas
Kesehatan Kota Padang ke Dinas Kesehatan Kota Padang ke Pemerintah
Daerah Ko Pemerintah Daerah Kota Padang yang dipimpin oleh Bapak dr. H.
Syafril Agus sebagai Direktur pertama pada RSUD Padang ini. Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Rasidin Padang merupakan salah satu Rumah Sakit Umum
Instansi Pemerintah Kota Padang dan terletak antara 00 44’00” dan 10 08’35”
LS serta antara 1000 05’ 05” dan 1000 34’09” bujur timur di Kecamatan
Kuranji Kota Padang.
Selanjutnya kepemimpinan RSUD kota Padang diteruskan oleh Bapak
Nazaruddin, SKM,M.Kes seorang Magister kesehatan hingga tahun 2012.
Berdasarkan SK Menkes No.1139/Menkes/SK/XI/2009 pada tanggal 25
November 2009 RSUD dr.Rasidin berubah status dari izin sementara menjadi
izin tetap dengan izin kelas Tipe C dan Oleh karena itu RSUD Kota Padang
mengikuti aturan mengenai penamaan rumah sakit. Wali kota Padang Drs.H.
Fauzi Bahar, Msi menyampaikan bahwa nama dr.Rasidin layak dipakai untuk
nama RSUD Kota Padang, karena beliau merupakan tokoh berjasa di bidang
2
kesehatan serta dokter yang merawat merawat para pejuang terluka pada saat
perjuangan dulu.Perubahan nama RSUD Kota Padang menjadi RSUD dr.
Rasidin di Resmikan berdasarkan SK Wako No.1038 berdasarkan SK Wako
No.1038 tahun 2009 tanggal 1 tahun 2009 tanggal 16 Desember 2009. 6
Desember 2009.
Semenjak tahun 2012 sampai tahun 2016, RSUD dr Rasidin Padang
dipimpin oleh seorang Ibu dr.Artati Suryani, MPH dan merupakan satuan kerja
Perangkat Daerah di lingkungan pemerintahan Kota Padang, berada di bawah
tanggung jawab langsung Walikota Padang yang saat ini di pimpin oleh Bapak
H.Mahyeldi Ansharullah,Sp.Dan sharullah,Sp. Dan terhitung terhitung
semenjak bulan Februari 2016 RSUD dr Rasidin Padang dipimpin oleh Ibu dr.
Hj. Herlin Sridiani, M.Kes sampai sekarang.
Rumah sakit yang telah menerapkan 5 fungsi manajemen salah satunya
adalah RSUD Rasidin Padang. Ruangan Bedah RSUD Rasidin Padang
merupakan salah satu ruangan yang memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Ruangan bedah memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari 17
orang perawat, 1 orang karu, 16 perawat termasuk ketua tim dan perawat
pelaksana. Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah
sakit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan
produktif kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan
keperawatan kepada pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan
untuk mengambil langkah-langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien dan
keselamatan pasien (patient safety).
Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system asuhan
keperawatan pasien di rumah sakit yang membuat asuhan pasien menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety
solutions with joint commission international juga telah menjelaskan bahwa
sasaran keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit
(PERSI, 2020) adalah : ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi
yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
3
tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan; dan pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk
mencapai sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan harus menjalankan
fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal. Pengurangan resiko
jatuh untuk keselamatan pasien juga termasuk dalam pelayanan kesehatan.
Jumlah yang didapatkan dari laporan insiden atau kejadian tidak diinginkan
(KTD) di Rumah Sakit Indonesia sebesar 96,67%, untuk rumah sakit umum
33,2%.
Berdasarkan data hasil observasi pada tanggal 13-15 Februari 2023 di
Ruang bedah RSUD Rasidin Padang, ditemukan ada beberapa masalah yaitu
belum optimalnya penerapan pasien safety terkait pengurangan resiko pasien
jatuh pada pasien dan belum optimalnya penerapan pemilahan sampah
infeksius dan non infeksius dan belum optimalnya penerapan perencanaan
pulang. Saat survey ditemukan beberapa tindakan pencegahan resiko jatuh
pasien yang belum diterapkan oleh perawat ruangan seperti belum
dilakukannya pemasangan stiker, hand rail dan pemasangan tanda segitiga
resiko jatuh pada bed. Kemudian pada pemilahan sampah infeksius dan non
infeksius yang berdasarkan hasil observasi didapatkan tempat sampah
infeksius ada beberapa sampah non sampah infeksius begitu juga sebaliknya.
Pada saat observasi, didapatkan tidak adanya brosur/ leaflet untuk edukasi
pasien pulang dan pada format perencanaan pulang di rekam medis hanya diisi
saat pasien akan pulang saja.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditetapkan permasalahannya yaitu
belum optimalnya penatalaksanaan resiko jatuh dan belum optimalnya
pemilahan sampah di ruang bedah RSUD Rasidin Padang. Dengan
permasalahan yang ditemukan diatas maka mahasiswa praktek profesi
manajemen keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruangan ruang bedah
RSUD Rasidin Padang tertarik untuk mengangkat masalah-masalah diatas
untuk dapat mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.
iv
B. Tujuan praktek
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan diruang Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Rasidin selama 3 minggu, diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit
pelayanan kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Rasidin mahasiswa mampu :
a) Mengumpulkan data dan memahami data masalah dalam pengorganisasian
asuhan keperawatan.
b) Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan.
c) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan.
d) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan.
e) Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan.
f) Mengidentifikasi masalah yang terjadi.
g) Merencanakan beberapa alternatif penyelesaian masalah.
h) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan.
i) Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Manajemen Keperawatan
I. Pengertian
Asmuji (2014), menyatakan manajemen keperawatan merupakan suatu
proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan
sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui
proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(Gilies 1985 dalam Agus Kuntoro 2013), menyatakan manajemen
keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga serta
masyarakat.
(R Terry dalam Sri Arini, dkk 2012), menyatakan manajemen suatu
proses atau kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang
nyata. Manajemen juga suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni
merupakan suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan
atau dalam kata lain seni merupakan kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen. Disimpulkan manajemen suatu
cara untuk menyelesaikan tugas atau tujuan secara maksimal dengan cara
bekerjasama dengan orang lain/staf lain untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Cecep (2013), menyatakan manajemen keperawatan secara singkat
diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien/keluarga serta masyarakat. Manajemen
keperawatan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
3
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat
maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
Gilies 2005 dalam Kholid, 2013, menyatakan manajemen keperawatan
suatu proses bekerja melaui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Manajemen keperawatan
merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan pendekatan
sistem terbuka. Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen
yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol, dan
mekanisme umpan balik.
2. Kerangka Konsep, Filosofi dan Tujuan Pelayanan Keperawatan
Kerangka konsep, keyakinan dasar manajemen keperawatan, filosofi, dan
tujuan dapat menjadi landasan pelaksana kegiatan keperawatan, pedoman
untuk pengambilan keputusan, dan dasar dalam evaluasi keberhasilan upaya
yang telah ditetapkan.
a. Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan merupakan manajemen
partisipatif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri
atas manusia, perawat/keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Manusia,
dalam manajemen partisipatif individu, keluarga/masyarakat yang diberikan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang
terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali
yang ditetapkan. Perawat/keperawatan merupakan tenaga keperawatan baik
tingkat manajerial puncak, menengah, maupun bawah, dan para pelaksana
keperawatan yang berada dalam rentang komunikai untuk bekerja sama
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar praktik
keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi
pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat melalui upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan
4
memulihkan. Aspek lingkungan merupakan area kewenangan dan
tanggungjawab keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi
pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.
1) Filosofi Manajemen Keperawatan
Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang
mengarahkan setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada
pencapaian tujuan bersama. Filosofi manajemen keperawatan merupakan
keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja,
koordinasi, dan evaluasi.
Dalam manajemen keperawatan, filosofi dapat diaktualisasikan dengan
menyakini bahwa mengerjakan hari ini lebih baik dari esok. Manajerial
keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan. Peningkatan
mutu kinerja perawat berarti peningkatan pengetahuan keperawatan bagi
pelaksana yang merupakan tanggung jawab bidang keperawatan.
Selain itu, tim keperawatan harus mempercayai bahwa pendidikan
berkelanjutan dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan
bagi pelaksana dan merupakan tanggung jawab bidang keperawatan. Tim
keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan pada kliennya. Tim perawat harus
menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan
yang bermutu. Perawat adalah advokasi pasien yang berpartisipasi melalui
fungsi komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan. Selain itu,
perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal
2) Tujuan Pelayanan Keperawatan
Tujuan pelayanan keperawatan merupakan pernyataan konkret dan spesifik
tentang pelayanan keperawatan, yang digunakan untuk menetapkan
prioritas kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan misi serta
filosofi yang diyakini.
Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta
5
meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan. Tujuan
ini dicapai dengan mendidik perawat agar mempunyai sikap profesional dan
bertanggung jawab dalam pekerjaan, meningkatkan pelaksanaan kegiatan
umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan pasien, dan
meningkatkan komunikasi antar staf serta meningkatkan produktivitas dan
kualitas kerja staf/karyawan.
Tujuan tersebut juga dicapai melalui penetapan kebijakan yang dibuat
secara kooperatif antara tim kesehatan dalam upaya menjamin kesejahteraan
sosial bagi perawat dan staf lain sehingga mempunyai kepuasan kerja, dan
pemberian kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih baik.
3) Fungsi Manajemen
Kholid (2013), menyatakan fungsi manajemen keperawatan, memudahkan
perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan yang holistik sehingga
seluruh kebutuhan klien dirumah sakit terpenuhi. Terdapat beberapa
elemen dalam manajemen keperawatan berdasarkan fungsinya yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian
(staffing), pengarahan (directing) dan pengendalian/evaluasi (controlling).
A. Perencanaan (Planning)
(Swanburg R., 2000 dalam Kholid, 2013), planning memutuskan
seberapa luas akan dilaku Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran
dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk
melakukan tindakan. Didalam proses keperawatan perencanaan membantu
perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan
dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan.
➢ Tujuan Perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif.
c) Efektif dalam hal biaya.
6
d) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
e) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
➢ Tahapan dalam perencanaan
a) Menetapkan tujuan.
b) Merumuskan keadaan sekarang.
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
➢ Manfaat perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan- perubahan lingkungan.
b) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebiih mudah
dipahami.
g) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Suatu rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil
penyelengaraan fungsi organic perencanaan, dilaksanakan oleh
sekelompok orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu.
Diperlukan berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah
tempat berbagai kegiatan akan diselenggarakan, tetapi juga tata krama
yang harus ditaati oleh setiap orang dalam organisasi dengan orang-orang
lain baik dalam suatu kerja tertentu maupun antar kelompok yang ada.
➢ Manfaat pengorganisasian:
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
7
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
➢ Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang
C. Kepegawaian (Staffing)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff,merupakan proses
yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan
dalam situasi tertentu.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing prinsip: rekruitmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Komponen tersebut merupakan suatu proses yang mana nantinya
berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua
personel yang ada.
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu
kerja dan istirahat pegawai, yaitu:
a) Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
b) Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaaan.
c) Memeriksa jadwal yang telah selesai
d) Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen
kperawatan.
e) Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staff.
8
f) Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.
D. Pengarahan (Directing)
➢ Pengertian Pengarahan
Marquis (2013), menyatakan pengarahan merupakan proses
penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelonpok
untuk mencapai tujuan melalui berbagai arahan.
Sri (2012), menyatakan pengarahan suatu cara untuk mengerjakan
dan memberikan bimbingan agar dapat bekerja secara optimal dan
melakukan pembagian tugas sesuai dengan sumber daya yang tersedia
berdasarkan kemampuan dan keahliannya.
Asmuji (2014), menyatakan pengarahan merupakan hubungan
manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta
efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen,
pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena di samping menyangkut
manusia juga, menyangkut berbagai tingkah laku manusia yang berbeda-
beda.
➢ Tujuan Pengarahan
Asmuji (2014), menyatakan terdapat lima tujuan dan fungsi
pengarahan, yaitu sebagai berikut:
a) Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi antara atasan dan
bawahan. Manajer keperawatan setingkat kepala ruangan yang
mampu menggerakkan dan mengarahkan bawahannya akan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi kerja. Sebagai
contoh, kegiatan supervisi tindakan keperawatan akan dapat
mengurangi atau meminimalisasi kesalahan tindakan sehingga akan
dapat meminimalisasi bahan, alat atau waktu tindakan bila
dibandingkan jika terjadi kesalahan karena tidak ada supervise.
b) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemapuan dan keterampilan
staf. Banyak hal yang terkait dengan kegiatan pengarahan di dalam
ruang perawatan. Seperti halnya supervisi, pendelegasian di dalam
9
ruang perawatan akan dapat memberikan peluang bagi yang diberikan
delegasi untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya secara
otonomi.
c) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan. Perawat yang diarahkan jika salah, diberi motivasi jika
kinerja menurun dan diberi apresiasi atas hasil kerja akan memberikan
penguatan rasa memiliki dan menyukai pekerjaanya.
d) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang
baik, pemimpin yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis.
Selain itu, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam
memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat
bawahan.
Unsur-unsur Pengarahan
Pengarahan atau juga disebut "penggerakan" merupakan upaya
memengaruhi bawahan agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Guna mengarahkan atau menggerakkan bawahan,
ada beberapa unsur yang perlu di dipahami dan diperhatikan bagi seorang
manajer keperawatan.
a) Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi kelompok
menuju pencapaian sasaran.
b) Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal.
c) Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Dalam organisasi pelayanan keperawatan,
dalam ada beberapa bentuk kegiatan pengarahan yang didalamnya
terdapat aplikasi komunikasi, antara lain sebagai berikut.
1. Overan; Merupakan suatu kEgiatan komunikasi yang
bertujuan mengoperkan asuhan keperawatan kepada shift
berikutnya.
10
2. Pre – Conference; Komunikasi ketua tim/penanggung jawab
shift dengan perawat pelaksana setelah selesai operan.
3. Post-Conference; Komunikasi ketua tim/perawat dengan
perawat pelaksana sebelum timbang terima mengakhiri dinas
dilakukan.
4. Pendelegasian; Kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang
lain bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai
tujuan yang telah ditetapkan.
5. Supervisi; Bentuk komunikasi yang bertujuan memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut.
E. Pengendalian (Controlling)
Kholid (2013), menyatakan controlling merupakan proses
pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi
lagi .Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut:
a) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
b) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting
dalam upaya mncapai tujuan organisasi.
c) Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk
meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk
mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja.
11
B. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
12
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan dijadikan sebagai dasar
hukum keperawatan (ANA,1973),serta untuk pengembagan standar praktik
keperawatan.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat serta keranjang
konsep berdasarkan kebutuhan individu, kelurga dan masyarakat seperti yang
disampaikan oleh Yura dan Walsh(1983) bahwa proses keperawatan adalah
suatu tahap desian tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan
keperawatan meliputi kualitas hidup.jadi apabila kita menggunakan proses
keperawatan harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan menjadi lebih
berkualitas,dalam kehidupannya melalui upaya kesehatan yang kita lakukan.
1.Pengkajian
Pada tahapan pengkajian dapat gunakan formulir pengkajian yang ada pada
institusi kerja anda masing-masing. Ingat bahwa pengakjian merupakan tahap
awal proses keperawatan ,proses sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber,mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
A. Data dasar
Dasar dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya
sendiri,hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lain. Contoh :
Biodata pasien, diangosa medis,riwayat kesehatan,pola pememuhan
kebutuhan dasar,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
B. Data Fokus
Adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatan dan hal-hal yang mencukup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien.contoh fokus pengkajian keperawatan.
1. Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar manusia
2. Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diangosa
keperawatan
13
Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi tipe, yaitu:
a. Data objektif : data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur bisa
didapat berdasarkan observasi dan pemariksaan langsung maupun
menggunakan alat. Contoh TD 120/80Mmhg, Hasil laboratorium Hb:
8gr%, konjungtiva anemis.
b. Data subjektif: data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien dan
bersifaf, contoh : pasien mengeluh pusing, mata berkunang kunang.
Demi ketepatan diangnosa keperawatan pada tahap berikutnya maka
karakteristik data harus lengkap, akurat, nyata dan relavan.seperti
orang terdekat klien, catatan klien, riwayat medis, dan anggota tim
kesehatan lain, perawatan lain.
2.Diangnosa keperawatan
Diangosa keperawatan adalah pernyatan tentang gangguan
status kesehatan baik aktual maupun potensial. Secara implisit
dalam diangosa inki terdapat pertanyaan tentang respon klien secara
legal dan berdasarkan ilmu perawat. Diangnosa keperawatan dapat
berupa aktul, resiko,wellness atau sindroma
A. Aktual
Diangnosa keperawatan actual merupakan pernyataan klinis
dimana perawat telah memfalidasikan karena adanya ciri-ciri
atau tanda-tanda utama yang mendukung diangnosa tersebut.
Contoh data focus: TD 100/60Mmhg mata cowong,turgor kulit
berkurang, terdapat penurunan BB, Total body water turun
8%BB,ada riwayat muntah dan BAB cair. Diangnosa
keperawatan adalah hipovolemia . tersebut diangnosa aktual
karena data yang dapat sangat mendukung.
B. Resiko
Diangnosa keperawatan risiko menjelaskan pernyataan klinis
dimana individu atau kelompok rentan mengalami masalah dan
pada orang lain dalam situasi yang sama atau mirip. Contoh data
14
fokus : pasien dengan riwayat mulai kemarin tidak makan atau
tidak ada nafsu makan,kondisi sekarang lemah, mual,porsi
makan yang disedikan habis 1/4 porsi,Hb 11gr%.Diangnosa
keperawatannya adalah resiko defisit nutrisi. Disebutkan resiko
karena dari data yang ada belum mendukung terjadinya
gangguan nutrisi, namun bila dibiarkan maka dapat berlanjut
manjadi defisit nutrisi
C. Welleness atau sindroma
Diangnosa keperawatan “wellness” adalah pernyataan klinis
tentang individu atau kelompok masyarakat yang berada pada
transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ketingkat
kesejahtaraan yang lebih tinggi. Diangosa keperawatan sindrom
menjelaskan sekelompok diangnosa aktual atau resiko yang
diprediksi akan menjadi karena adanya situasi atau kejadian
tertentu.
3. Intervensi Keperawatan
Tahap intervensi atau perencanan melibatkan serangkain
tahap dimana perawat dan pasien menyusun prioritas, menulis
tujuan dan hasil yang diharapakan,dan menulis rencana tindakan
guna menyelesaikan masalah klien. Jenis rencana keperawatan
meliputi:
a. Intervensi mandiri
Melihat aspek-aspek praktek keperawatan profesional yang secara
hukum dilakukan perawat dan tidak membutuhkan supervisi atau
arahan dari profesi lain. Contoh perawat luka , memasang dan
menberikan makanan melalui sonde, melakukan personal hygiene,
menyeimbangkan suhu (termoregulasi),memberikan kompes hangat
atau dingin, memberikan pendidikan kesehatan ke keluarga dirumah
sakit agar keluarga mampu merawat pasien dirumah. Pendidikan
kesehatan untuk keluarga diperlukan untuk memberdayaksn
keluarga pasien dalam mengatasi masalah secara bersama-
15
sama .program ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan
kelompokm besar dan kecil. isi program disesuaikan dengan
kebutuhan dan harapan keluarga untuk kesembuhan pasien.
e) Intervensi interdependensi ( kerja sama )
Dilakukan oleh perawat dengan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain contoh: ketika pasien membutuhkan latihan
rentang gerak maka perawat dapat melatihnya, namun untuk
rentang gerak kondisi tertentu maka perawat berkerja sama dengan
fisioterapi
f) Intervensi tergantung
Berdasarkan pada instrusi atau peran tertulis dari profesi lain
contoh : pemberian obat berdasarkn order dokter.
g) Implementasi keperawatan
Pada tahap ini perawatan melakukan tindakan sesuai dengan
rencana selama ini perawat melanjutkan mengumpulan data,
melakukan tindakan keperawatan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan,dan memvalidasi rencana keperawatan sebelum
melakukan tindakan perawat penting melakukan persiapan berikut.
h) Evaluasi keperawatan
adalah kegiatan yang terus dilakukan untuk menentukan apakah
rencanan keperawtaan tersebut efektik dan juga bagaimana rencana
keperawatan tersebut dilakukan, serta merevisi rencana atau
bahkan menghentikan rencana.
16
C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Defenisi Keselamatan Pasien
Menurut supara (2005) keselamatan pasien (patient safety ) adalah bebas
dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pasien akibat perawatan
medis dan kesalahan pengobatan.keselamatan pasien di RS adalah suatu sistem
dimana RS membuat asuhan keperawatan pasien lebih aman. Hal ini termasuk
assesment resiko, identifikasi dan pengololaaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar dari insident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan ( Depkes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan& Donaldson (2000), Keselamatan pasien
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecalakaan
keselamatan pasien adalah suatu suatu sistem dimana RS Membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, identifikasi dan
pengelolaan hal berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi
solusi untuk menimalkan timbulnya resiko.
17
1. mengidentifikasi pasien secara benar
2. meningkatkan komunikasi yang efektif
3. meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi
4. mengeliminasi kesalahan penampakan, kesehatan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. mengurangi resiko infeksi yang berhubungan dengan layanan kesehatan
6. mengurangi risiko pasien terlalu karena jatuh
18
gelang identifikasi, bercode, dan lain-lain. Nomor kamar pasien tidak
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur juga
menjelaskan penggunan dua identifikasi berbeda dilokasi yang
berbeda di RS , seperti di pelayanan rawat jalan, UGD, atau ruang
operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kalaboratif agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat didentifikasi.
20
gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan
elektrolit kontsentrat dari unit pelayanan passien kefarmasi. Secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur untuk
membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data
yang ada di RS. Kebijakan atau prosedur juga mengindentifikasi area
yang mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di
IGD, kamar operasi, serta pemberian laber secara benar pada elektolit
dan bagaimana penyimpanannya diarea tersebut, sehingga membatasi
akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang
hati-hati.
c. Elemen penilaian SKP III
1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat
2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit dan konsentrat tidak berada diunit pelayan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati diarea tersebut sesuai kebijakan
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien
harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi
ketat (restricted)
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a. Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien.
b. Maksud dan tujuan IV salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada
operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi
dirumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak
efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,kurang atau
tidak melibatkan pasien didalam penandaan lokasi (sitemarking), dan
21
tidak ada prosedur untuk verfikasi salah lokasi, salah prosedur operasi.
Disamping itu, assesment pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang
catatan medis yang tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian
singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah
sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan
prosedur yang efektif didalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien melakukan atas
satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara
konsisten dirumah sakit harus dibuat oleh operator atau orang yang
melakukan tindakan, dilaksanakan pada saat pasien terajga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat pada saat akan disayat. Penandaan
lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk semua sisi
(laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kakii, lesi) atau multiple
level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi Pra operatif adalah untuk memverifikasi
lokasi, prosedur, dan pasien yang benar, dan pastikan semua dokumen ,
foto, hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan yang
baik, dan dipampang, dan melakukan verfikasi persediaan peralatan
khusus atau implan-implan yang dibutuhkan. Tahap insisi (time out)
memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out
dilakukan tempat, dimana tempat akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
dimulai, dan melibatkan seluruh tim informasi. Rumah sakit menetapkan
bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan ceklis.
22
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO Guidelines
on Patient Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
23
yang dibutuhkan pasien (pemenuhan kebutuhan dasar manusia)
b. Risiko sedang
1. Pastikan lantai tidak licin,ruangan dan toilet terang
2. Tempatkan alat bantu seperti walkers atau tongkat dalam jangkauan
pasien
3. Pasang pagar atau pengaman tempat tidur
4. Pastikan lingkungan aman
5. Edukasi pasien dan keluarga
6. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi
tingkat kesadaran
7. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah
diagnostik atau terapi
8. Informasikan dan mendidik pasien dan atau anggota keluarga mengenai
rencana perawatan untuk mencegah jatuh
9. Bekerjasama dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan
yang dibutuhkan pasien (pemenuhan kebutuhan dasar manusia
c. Risiko Tinggi
1. Pakailah gelang risiko jatuh berwarna kuning
2. Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
3. Penjelasan pada pasien atau orang tua nya tentang protokol pencegahan
pasien jatuh
4. cek pasien minimal setiap satu jam
5. Temani pasien pada saat mobilisasi
6. Tempat tidur pasien harus di sesuaikan dengan perkembangan tubuh
pasien
7. Pertimbangan penempatan pasien,yang perlu di perhatikan di letakkan di
dekat nurse stadion
8. Perbandingan pasien dengan perawat 1:3 libatkan keluarga pasien
sementara perbandingan belum memadai
9. Evaluasi terapi sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan
keluar ruangan
10. Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
24
11.Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan
ruangan isolasi.
12.Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada
pasien yang ditunggu keluarga
13.Semua kegiatan yang di lakukan pada pasien harus didokumentasikan
D. Discharge Planning
1. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning atau perencanaan pulang adalah suatu mekanisme
untuk memberikan asuhan keperawatan secara terus-menerus, memberikan
informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang,
melaksanakan evaluasi dan mengarahkan untuk perawatan diri sendiri
(Rofi’i,Muhammad, 2018). Perencanaan pulang adalah suatu proses sistematik
untuk perkiraan,persiapan dan koordinasi yang dilakukan untuk memfasilitasi
pembekalan perawatan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan setelah
pemulangan (Carpenito L.J., 2019).
Perencanaan pulang pasien adalah suatu rencana pulang pasien yang ditulis
di lembar catatan keperawatan yang merupakan tujuan dari perencanaan perawatan
pasien, yang akhirnya bertujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat
keputusan dan berupaya untuk memaksimalkan potensi untuk hidup secara
mandiri,dan untuk memberdayakan pasien dengan melalui dukungan dan sumber-
sumber yang ada dalam keluarga atau masyarakat (NCSS, 2018).
25
3. Memastikan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya pada
pasien dibuat dengan tepat.
4. Rencana antisipasi dan dokumentasi menurunkan jumlah penolakan dari pihak
asuransi kesehatan;
5. Menurunkan jumlah kekambuhan dan akhirnya dirawat kembali di rumah sakit
ataupun kunjungan ke ruang kedaruratan yang tidak perlu kecuali pada beberapa
diagnosis tertentu.
6. Membantu pasien memahami tentang kebutuhan setelah perawatan dari rumah
sakit dan biaya pengobatan.
7. Untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus untuk mempertahankan atau
pencapaian fungsi yang maksimal setelah pemulangan
Perencanaan pulang pasien harus melibatkan pasien dan anggota keluarga
atau orang lain yang akan membantu memberikan perawatan pasien di rumah.
Perawat harus memastikan pada pasien sesegera mungkin perihal apakah ada
anggota keluarga atau orang lain di rumah yang membantu pasien selama di
rumah. Perawat perlu untuk mengajarkan pada pasien dan memberi perawatan
apa yang akan dilakukan di rumah (WHO, 2018).
26
6. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
Manfaat perencanaan pulang bagi perawat antara lain merasakan bahwa
keahliannya diterima dan dapat digunakan, menerima informasi kunci setiap
waktu, memahami perannya dalam sistem, dapat mengembangkan ketrampilan
dalam prosedur baru, memiliki kesempatan untuk bekerja dalam tempat yang
berbeda dan cara yang berbeda, dan bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
(Carpenito L.J., 2019).
27
4. Memilih perencanaan pulang yang paling sesuai dengan pasien.
28
6. Alur Discharge Planning
Pengkajian masuk
Masuk
Ringkasan Diagnosa
Pemulangan
Tindak lanjut
29
E. Pemilihan Sampah
1. Pengertian Pemilahan Sampah
Sampah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
2. Jenis-jenis Sampah
Bentuk sampah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung
di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut (ST. Hardianty S, 2013).
a. Sampah infeksius
Adalah sampah dari aktifitas suatu rumah sakit, klinik atau unit pelayanan
kesehatan yang membahayakan dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi
masyarakat, pengunjung dan petugas yang menangani (selang infus, kateter urine,
popok disable, plester kassa, perban, masker, sarung tangan, pembalut, kantong
darah, dapper, kapas alkohol).
b. Sampah non infeksius
Adalah hasil sampingan dari kegiatan manusia yang dirasakan tidak berguna dan
dapat mengganggu manusia dan lingkungannya (kardus, kertas, plastik, tissue
bekas, kaleng, botol minuman, sisa makanan dan minuman, sampah yang tidak
terkontaminasi oleh pasien).
c. Sampah benda tajam
Limbah benda tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi ujung, atau bagian penonjol yang dapat memotong ataumenusuk kulit. Misalnya,
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau
bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan
cidera melalui sobekan atautusukan. Benda-benda tajam diletakkan pada safety box.
30
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG BEDAH
31
b. RSUD dr. Rasidin dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :
1. penyelenggaraan pelayanan medis.
2. penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis.
3. penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan.
4. penyelenggaraan pelayanan rujukan
5. penyelenggaraan pelatihan sumber daya aparatur RSUD dr. Rasidin.
6. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan RSUD dr. Rasidin
7. penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan RSUD dr.Rasidin.
8.pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota terkait dengan
tugas dan fungsinya
B.Kajian Situasi Di Ruang Bedah RSUD Rasidin
1. Karakteristik Ruangan
a. Visi dan Misi Ruangan
Visi dan misi ruangan mengacu pada visi dan misi rumah sakit.
b. Sifat Kekaryaan Ruang
1) Fokus Telaah
Diruang rawat bedah merupakan ruang rawat inap yang
menerima dan melayani pasien dengan penyakit bedah seperti
bedah digestive, bedah urologi, bedah orthopedic, neurologi dan
bedah onkologi. Ruang rawat bedah menerima pelayanan bedah
untuk kasus dewasa maupun anak baik laki-laki maupun
perempuan.
2) Lingkup Garapan
Lingkup garapan di ruang bedah dalam pelayanan meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan
dan pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul
baik aktual maupun potensial. Elemen-elemen dalam lingkup
garapan ruang rawat bedah :
1. Pemeliharaan pola-pola normal dari fungsi-fungsi
dasar/kebutuhan dasar manusia
2. Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
32
3. Penanganan masalah psikis (emosional) berkaitan dengan
penyakit dan pengobatan
4. Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang
pemeliharaan kesehatan
5. Memfasilitasi selfcare (perawatan diri) pasien secara mandiri
oleh klien maupun keluarga
3) Basis intervensi
Basis intervensi ruang rawat bedah dalam bidang pelayanan
berupa ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Dalam bidang pendidikan berupa ketidaktahuan,
ketidakmampuan, dan ketidakmauan peserta didik dalam
mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman tertentu yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam bidang penelitian basic intervensinya adalah berupa
menjadi lahan penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin
meneliti permasalahan pada berbagai unsur di ruang bedah.
c. Model Layanan
Model layanan keperawatan yang diterapkan di ruangan bedah
RSUD Dr. Rasidin Padang adalah dengan menggunakan metode tim.
Tim di ruangan bedah ini dibagi menjadi 2 yaitu tim A dan tim B,
masing-masing tim mempunyai ketua tim yang sudah memiliki SK.
Pada dinas sore dan malam dipilih satu penanggung jawab saja, katim
dipilih oleh kepala ruangan.
d. Letak Ruangan
Letak ruang rawat bedah berada dilantai 3 berhadapan dengan
Irna Kebidanan dan Irna interne RSUD Dr. Rasidin Padang.
f. Kapasitas Ruangan
Ruang rawat inap bedah memiliki kapasitas 6 ruangan, dimana
ruangan kelas 1A ada 2 bed, kelas IB ada 2 bed, kelas II ada 4 bed, kelas
III pria ada 5 bed, kelas III wanita ada 5 bed dan ruangan isolasi ada 2
bed, dengan jumlah tempat tidur di seluruh ruangan yaitu 20 bed. Dari
hasil perhitungan BOR pada bulan didapatkan 40,17%.
33
2. Analisis Terhadap Klien
a. Karakteristik
Ketenagaan
38% D3 Keperawatan
62% Ners
b. Non manusia
1) Metode
Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang rawat inap
34
bedah adalah metode tim, yaitu kepala ruangan memilih ketua tim
(tim A dan Tim B) yang telah memiliki SK. Kepala ruangan
memilih perawat pelaksana untuk bertugas pada masing-masing
tim kemudian katim dan perawat pelaksana berkolaborasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Pada dinas sore dan
malam dipilih satu penanggung jawab saja, katim dipilih oleh
kepala ruangan.
2) Material
a. Denah ruangan
Apt
Kls Kls
Kls 2
3W 3P
Kls Kls W
Iso R.K C
IB IA R.P
P
KET:
- Apt: Apotek
- WC
- P: pintu masuk ruang
bedah
- K : Konter
- R.P : Ruang perawat
- R.K : Ruang karu
- Iso : Ruang isolasi
- Kls 1B: Kelas 1B
- Kls 1A: Kelas 1A
- Kls 3W: Kelas 3 Wanita
- Kls 3P: Kelas 3 Pria
- Kls 2: Kelas 2
b. Inventaris ruangan
- Troli emergency
Untuk alat- alat yang kurang lengkap sedang dalam perbaikan dan dalam
anggaran penyediaan yang baru.
35
NO NAMA OBAT JUMLAH KET
STOK
1 AMLODIPIN TAB 5
2 AQUA PRO INJEKSI 5
3 ASAM TRANEXSAMAT 5
INJEKSI
4 ATROPIN SUPLAT 5
INJEKSI
5 CA GLUCONAS INJEKSI 5
6 DEXAMETASON INJEKSI 5
7 DEXTRO 5
8 EPINEPRIN INJEKSI 5
9 EFEDRIN INJEKSI 5
10 FUROSEMID INJEKSI 5
11 NOR EFINEFRIN INJEKSI 5
12 VIT K (PHYTOMENADIE) 2
INJEKSI
13 EXTENSION TUBE/ TREE 2
WAY BEREKOR
14 FEEDING NO 3,5 2
15 FEEDING NO 5 2
16 FEEDING NO 8 2
17 FEEDING NO 12 2
18 FEEDING NO 14 2
19 FEEDING NO 16 1
20 FEEDING NO 18 2
21 FOLLEY CATETER NO 16 2
22 FOLLEY CATETER NO 18 2
23 MASKER NON 2
REBREATHING
24 MASKER REBREATHING 2
25 MASKER NEBULIZER 2
BIASA
26 NASAL CANUL DEWASA 2
27 SUCTION DEWASA NO 16 2
28 SUCTION ANAK NO 8 2
29 BLOOD SET 5
30 INFUS SET MICRO 5
31 INFUS SET MACRO 5
32 IV CATH 18 5
33 IV CATH 20 5
34 IV CATH 22 5
35 IV CATH 24 5
36 IV CATH 26 5
37 SPUIT 1 CC 5
38 SPUIT 3 CC 5
36
39 SPUIT 5 CC 5
40 SPUIT 10 CC 5
41 SPUIT 20 CC 3
42 SPUIT 50 CC LUBANG 3
TENGAH
43 SPUIT 50 CC LUBANG 3
TEPI
44. TREE WAY 3
45 RL 2
46 NACL 0,9% 2
47 D5% 2
48 D10% 2
37
3. Tempat tidur pasien 20 Baik
4. Lemari pasien 20 Baik
5. Tiang infus 17 Baik
6. Tempat tidur jaga 0 Baik
7. Pispot 3 Baik
8. Kursi jaga 20 Baik
d. Fasilitas staf
No Nama barang Jumlah Kondisi
1. Kursi 25 Baik
2. Komputer 2 Baik
3. Telfon 0 Baik
4. Jam dinding 2 Baik
5. Kipas angin 2 Baik
6. Kamar mandi 8 Baik
7. Meja 5 Baik
8. Cermin 1 Baik
9. Rak sepatu 1 Baik
10. Wastafel 8 Baik
11. Dapur 0 Baik
e. Alat perasat
No NAMA OBAT JUMLAH KET
STOK
1 REDRESING 3
2 GIVING BLOOD 1
3 GIVING SET 3
4 IV CATH 5
5 Nacl 0,9% 7
6 RL 14
7 DECT 1
8 ASERING 3
9 SPUIT 1 1
10 SPUIT 3 6
11 SPUIT 5 6
12 SPUIT 10 33
13 SPUIT 20 1
14 SPUIT 50 0
15 KATETER 2
16 NGT 0
17 THRYWEEY 0
18 HANDSCOOND 1 (kotak)
STERIL
19 KASSA GULUNG 4
38
4. Lingkungan Kerja
Rumus :
40, 17%
39
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien di
rawat)
yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9
Rumus :
(Jumlah lama dirawat)
(Jumlah pasien keluar (hidup + mati))
225
77
= 2,92
40
c. TOI (Turn Of Internal)
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
Jumlah tempat tidur
77 orang pasien
20 tempat tidur
=3,85
Berdasarkan data rekam medik BTO Februari tahun 2023 diruang
bedah RSUD Rasidin Padang didapatkan data frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, yaitu pada bulan Februari sebanyak 4
kali.
e. Ketepatan Identifikasi Pasien
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan penanggung
41
jawab mutu, menyatakan ketepatan identifikasi pasien sudah dilakukan
pengisian format identifikasi pasien di ruangan. Berdasarkan observasi,
format identifikasi pasien sudah terisi seperti nama pasien, tanggal lahir
No. MR dan lain-lain.
f. Resiko Jatuh
Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab mutu ruangan,
menyatakan tidak ada pasien yang jatuh / hampir jatuh selama 3 bulan
terakhir ini.
g. Visite Dokter
Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab mutu ruangan,
menyatakan adanya dilakukan visite dokter setiap hari.
VISI MISI RS
Ya Tidak
0%
100%
42
dan misi Rumah Sakit sudah ada diruangan bedah, namun visi misi ruangan
tidak terpajang. Hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menyatakan
ruangan sudah sesuai dengan visi misi RS.
PERENCANAAAN STRATEGIS
RUANGAN
Ya Tidak
34%
66%
43
B. Pengoranisasian
1. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal
16 Februari 2023 didapatkan bahwa sudah ada pembagian struktur
organisasi diruang bedah namun struktur organisasi belum terpajang di
ruangan bedah. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa struktur
organisasi diruang bedah yaitu terdiri dari kepala ruangan, Katim A dan
Katim B dan Perawat Pelaksana sudah ada. Tetapi kadang-kadang ada
saat hanya satu katim dalam satu shif karena jika pasien rata- rata
dibawah 10 orang. Masing-masing perawat pelaksana tim dibagi sesuai
dengan jumlah pasien.
STRUKTUR
ORGANISASI
Ya Tidak
0%
100%
44
C. Ketenagaan
7%
93%
data bahwa jumlah tenaga perawat di ruangan dalam satu shift sesuai
bahwa jumlah tenaga perawat di ruangan dalam satu shift tidak sesuai
dan 16 orang perawat yang terdiri dari 6 orang Ners, 8 orang DIII
Tabel 3.1
Klasifikasi dan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas
Jumlah Klasifikasi Klien
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Tabel 3.2
Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan (17 Februari
2023)
46
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah total perawat yang
dibutuhkan dalam shift pagi adalah sebanyak 3 orang, total perawat yang
dibutuhkan dalam shift sore adalah sebanyak 2 orang dan total perawat yang
dibutuhkan dalam shift malam adalah sebanyak 1 orang. Dari data terlihat
jumlah perawat yang dibutuhkan sesuai tingkat ketergantungan pasien.
Perawat yang bertugas bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
D. Pengarahan
1. Kegiatan Supervisi
SUPERVISI
Ya Tidak
0%
100%
2. Kegiatan Overan
Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 100% perawat menyatakan
telah melaksanakan overan asuhan keperawatan setiap hari dan perawat
berinteraksi dengan pasien saat berlangsungnya overan.
Hasil observasi prosedur overan selama ini telah dilakukan pada
setiap pergantian shift, dari hasil wawancara timbang terima dilakukan 3
shift yaitu pagi ke sore pukul 14.00, sore ke malam pukul 21.00, malam ke
47
pagi pukul 08.00 dengan melibatkan karu, katim serta perawat pelaksana.
Saat overan, tim membahas tentang keadaan pasien diantaranya nama,
dokter yang menjaga, keluhan, tindakan yang dilakukan selanjutnya, dan
pada saat datang ke pasien.
OVERAN
Ya Tidak
0%
100%
PRE CONFERENCE
Ya Tidak
0%
100%
48
4. Kegiatan Post Conference
POST CONFERENCE
Ya Tidak
0%
100%
5. Metode SBAR
METODE SBAR
Ya Tidak
0%
100%
49
mengatakan diruangan tidak menggunakan metode SBAR
Ya Tidak
0%
100%
7. Perencanaan Pulang
Hasil kuesioner didapatkan 100% perawat ada memberikan
edukasi kepada keluarga saat perencanaan pulang. Didapatkan 100%
perawat menyatakan adanya format perencanaan pulang direkam medis.
Hasil kuesioner didapatkan 93% perawat menyatakan belum adanya
brosur/ leaflet mengenai edukasi saat perencanaan pulang pasien.
Berdasarkan hasil observasi, belum ada terdapat brosur brosur/ leaflet
mengenai edukasi saat perencanaan pulang pasien. Hasil kuesioner
didapatkan 100% perawat ada memberikan edukasi kepada keluarga
terkait jadwal kunjungan kepada keluarga. Berdasarkan observasi,
masih banyaknya keluarga pasien yang berkunjung tidak sesuai jadwal
kunjungan. Berdasarkan observasi, format perencanaan pasien pulang
di rekam medis hanya diisi saat pasien akan pulang saja.
Analisis : Belum optimalnya penerapan perencanaan pulang
50
PERENCANAAN PULANG
Ya Tidak
0%
100%
8. Pemilahan Sampah
Hasil kuesioner didapatkan 100% perawat ada memberikan edukasi
kepada keluarga terkait pemilahan sampah infeksius dan non infeksius.
Namun berdasarkan observasi, masih banyak keluarga pasien yang tidak
menempatkan sampah sesuai dengan sampah infeksius atau non infeksius.
Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien, keluarga pasien
mengatakan tidak ada diberikan edukasi/ informasi terkait pemilahan
sampah infeksius dan non infeksius.
PEMILAHAN SAMPAH
Ya Tidak
0%
100%
E. Pengawasan
1. Program Pengendalian Mutu
51
menyatakan adanya evaluasi kinerja perawat. Berdasarkan
lama pasien dirawat yaitu 3 hari, laporan mengenai TOI yaitu 4 hari,
keperawatan.
PROGRAM PENGENDALIAN
MUTU
Ya Tidak
0%
100%
52
2. Pengembangan Standar (SOP)
PENGEMBANGAN STANDAR
(SOP)
Ya Tidak
0%
100%
bed yang tidak ada pengaman/ pagar tempat tidur, sebagian ada bed
53
yang pengaman/ pagar tempat tidur yang rusak serta masih banyak
0%
100%
54
EDUKASI CUCI TANGAN
Ya Tidak
0%
100%
MANAJEMEN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Ya Tidak
0%
100%
55
BAB IV
A. ANALISA SWOT
56
• Berdasarkan observasi,
belum terdapatnya
tempat sampah infeksius
diruangan pasien
• Berdasarkan observasi,
hanya tersedia tempat
sampah non infeksius di
ruangan pasien
• Hasil kuesioner didapatkan • Berdasarkan observasi, masih • Perawat mendapat • Akan berdampak Belum optimalnya
pengetahuan buruk bagi keamanan pengurangan resiko
100% perawat menyatakan ada beberapa bed yang tidak
tentang pengkajian dan kesalamatan jatuh
memahami SOP tentang resiko ada pengaman/ pagar tempat
resiko jatuh pasien.
pasien jatuh. tidur. melalui pelatihan • Tingginya tuntutan
ataupun media dan dari pasien untuk
• Hasil kuesioner didapatkan • Berdasarkan observasi,
sarana yang mendapatkan
100% perawat menyatakan ada sebagian ada bed yang
disediakan pelayanan yang lebih
menjelaskan kepada pasien dan pengaman/ pagar tempat tidur baik.
59
masih banyak keluarga pasien
tidur.
wawancara keluarga
mengatakan belum
mendapatkan edukasi
keluarga.
57
panduan edukasi resiko jatuh
ruangan bedah.
• Berdasarkan hasil kuesioner • Berdasarkan hasil Adanya kebijakan Rumah sakit akan Belum optimalnya
didapatkan 100% perawat ada kuesioner, didapatkan dari rumah sakit bersaing dengan penerapan
memberikan edukasi kepada 93% belum adanya untuk memberikan rumah sakit lain dalam perencanaan pulang
keluarga saat perencanaan brosur/ leaflet mengenai edukasi hal pelayanan yang
pulang. edukasi saat perencanaan perencanaan pulang terbaik
• Berdasarkan hasil kuesioner pulang pasien. dengan pemberian
didapatkan 100% terdapat brosur/leaflet
format perencanaan pasien • Berdasarkan hasil
pulang di rekam medis observasi, belum ada
terdapat brosur brosur/
leaflet mengenai edukasi
saat perencanaan pulang
pasien.
• Berdasarkan observasi
format perencanaan
pasien pulang di rekam
medis hanya diisi saat
pasien akan pulang saja
58
59
B. DAFTAR MASALAH
NO. MASALAH
C. PRIORITAS MASALAH
1. Magnitude (M)
Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah
2. Severity (S)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageable (Mn)
Bisa dipecahkan
4. Nursing Consern (Nc)
Melibatkan perhatihan dan pertimbangan perawat
5. Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya
59
4. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut
akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
5. Affordability/ keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya
yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah
Dengan rentang nilai1-5 yaitu : 5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, dan 1 = sangat kurang penting. Dimana yang
terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai/skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x Af
.
PRIORITAS MASALAH dengan PSBN
Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan
Di Ruang Bedah RSUD Dr. RASIDIN Padang Tahun 2023
61
D. PLANNING OF ACTION (POA)
Masalah 1 : Belum optimalnya penerapan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius
Penanggung Indikator
Kegiatan Waktu Sasaran Tempat
Jawab
23-25 Februari Pasien 1. Agung
1. Mensosialisasikan pemilahan 2023 dan Pratama Ruang Bedah 1. 100% pasien dan
sampah infeksius dan non Keluarga 2. Yurlaylan RSUD Dr Rasidin keluarga ikut dalam
infeksius dengan cara edukasi 3. Yolanda Padang kegiatan sosialisasi
kepada pasien dan keluarga Yusman mengenai sampah
dengan menggunakan lembar 4. Resti Yanda infeksius dan non
balik infeksius
2. Menyediakan ruangan dengan
poster dan stiker pemilahan 2. 90% keluarga
sampah infeksius dan non pasien membuang
infeksius sampah pada tempat
sampah yang sesuai
3. Menyediakan 3
buah poster dengan
ukuran 210x297 mm
4. Poster terpasang
di tempat yang
strategis, yang
mudah dilihat oleh
keluarga dan pasien
5. Menyediakan 7
stiker dengan ukuran
62
16x12 cm, dengan
sampah infeksius
berwarna kuning,
dan sampah non
infeksius berwarna
hijau
6. Stiker ditempel di
setiap tong sampah
1. Mensosialisasikan mengenai 23-25 Karu 1. Azra Anna Stasia Ruang Bedah 1. 80% perawat
Februari 2023 Katim 2. Indah Mayang Sari RSUD Dr hadir dan ikut
pelaksanaan edukasi perencanaan
Perawat 3. Yelvi Desriani Rasidin sosialiasi
pasien pulang dengan Pelaksana Padang mengenai
perencanaan
menggunakan lembar balik
pasien pulang
2. Menyediakan leaflet untuk
2. 75% perawat
pasien pulang di ruangan Bedah sudah membuat
RSUD Dr Rasidin Padang perencanaan
pulang dari awal
pasien masuk
3. Menyediakan
64
leaflet 19 lembar
sesuai dengan
penyakit yang
dominan di
ruangan bedah
4. Leaflet di
letakkan di
ruangan bedah, di
tempat yang
mudah di akses
oleh keluarga agar
keluarga dapat
membaca leaflet
dan menambah
informasi tentang
penyakit
keluarganya
65
LAPORAN LOKA KARYA MINI 2
DI RUANGAN BEDAH RSUD RASIDIN PADANG
OLEH
KELOMPOK A
Pembimbing Akademik:
Ises Reni, SKp, M.Kep
Ns. Dedi Adha, M.Kep
Pembimbing Klinik:
Ns. Muhammad Syakhri, S.Kep
menyediakan lembar balik dan leaflet untuk edukasi mengenai resiko jatuh,
non infeksius
IB, Isolasi, II, IIIW dan IIIP. Sosialisasi dilakukan oleh mahasiswa
66
profesi manajemen keperawatan.
dapatkan hasil observasi bahwa 90% pasien dan keluarga sudah dapat
infeksius.
bedah
ruangan pasien, yaitu di ruangan IA, IB, II, IIIW, IIIP dan ruangan
67
3 lembar dan juga menyediakan stiker resiko jatuh untuk gelang pasien.
dengan bukti bahwa handle bed pasien yang terpasang saat pasien
(Dischard Planning)
awal pasien masuk. Dari hasil observasi sudah ada beberapa status
pasien terisi tentang perencanaan pulang dan masih ada yang belum
terisi.
68
tindak lanjut terkait dengan permasalahan yang ditemukan yaitu :
infeksius
(Dischard Planning)
sakit.
69
BAB VI
PEMBAHASAN
fenomena yang perlu direspon pihak manajerial keperawatan, salah satunya respon
yang harus muncul adalah pemahaman terhadap fungsi manajemen itu sendiri dengan
teori yang ada sehingga dapat diidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
oleh rumah sakit tersebut. Selama proses mahasiswa praktek profesi manajemen
fungsi manajemen keperawatan dirumah sakit. Berikut ini akan dibahas pelaksanaan
yang berbentuk padat. Sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau
pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi
berlebihan atau ditolak atau buangan. Sementara itu, limbah merupakan sisa
dari suatu proses produksi yang dibuang, yang dapat berbentuk padat, cair, atau
gas. Dalam penggunaan sehari-hari, istilah sampah dari limbah tidak perlu
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua yang dihasilkan oleh
dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan
limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu sampah limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair (Asmadi, 2013).
3 buah poster dengan ukuran 210x297 mm. Poster di pasang di tempat yang
strategis, yang mudah dilihat oleh pasien dan keluarga pasien. Mahasiswa
berwarna kuning, dan sampah non infeksius berwarna hijau. Stiker ditempel di
setiap tong sampah yang ada di ruangan bedah RSUD Rasidin Padang.
dilakukan bahwa pemilahan sampah infeksius dan non infeksius sangat penting
dilakukan agar tidak terjadi percampuran sampah rumah sakit. Dari hasil
keperawatan pasiaen di rumah sakit yang membuat asuhan pasien menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
seharunya diambil. WHO for patient safety with joint commision international
juga telah menjelaskan bahwa sasaran keselamatan pasien yang perlu tercapai
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko
(PERSI, 2020)
72
resiko jatuh disediakan oleh mahasiswa sebanyak 3 lembar dan juga
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Februari-01 Maret 2023,
didapatkan hasil observasi bahwa sekitar 95% pasien dan keluarga sudah
melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh pada pasien, yaitu dengan bukti
bahwa handle bed pasien yang terpasang saat pasien tidur, ditinggal sendiri, dan
mendampingi pasien saat berjalan dan pergi ke kamar mandi. Sehingga hal
tersebut dapat mengurangi terjadinya resiko pasien jatuh di ruang bedah RSUD
Rasidin Padang.
keluarga pasien atau orang lain yang akan membantu memberikan perawatan
perihal apakah ada anggota keluarga atau orang lain di rumah yang membantu
73
pasien selama di rumah. Perawat perlu untuk mengajarkan pada pasien dan
untuk perawat sendiri. Manfaat perencanaan pulang bagi perawat antara lain
untuk bekerja dalam tempat yang berbeda dan cara yang berbeda, dan bekerja
balik.
mungkin
mulai dari awal pasien masuk yang sebelumnya hanya dibuat dan diisi pada saat
74
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
sebagai berikut :
atau memperbaharui tempat tidur yang tidak berfungsi dengan baik, dan
menyediakan tempat sampah yang lebih besar dari pada yang ada di ruangan saat
ini.
82
75
dan non infeksius, dan perencanaan pulang pasien.
76
DAFTAR PUSTAKA
82
77
LAMPIRAN
82