Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN LOKA KARYA MINI 1

DI RUANGAN ZAM-ZAM RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PADANG


MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH:
KELOMPOK H

1. JEVY WENDY 22131305


2. RIFA TUL MAQMUDAH 22131279
3. WIDYA PURNAMA SARI 22131282
4. MELANDA RAMADHANI 22131317
5. AULIA RAHMATUL FAZRI 12131246
6. VIVI RISTIA PUTRI 22131231
7. WENTI MAISA PUTRI 22131309
8. RODRIGO ARRAYA 22131298
9. WINDI TUT FEBRIANI 22131261
10. ZULYANA PUTRI 22131308
11. RIRIN SERFITRI 22131229

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

LOKA KARYA MINI I di Ruangan Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang siklus

manajemen Keperawatan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik

Ruang Zam Zam dan Pembimbing Akademik Profesi Ners STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang untuk diseminarkan dihadapan Dewan Penguji Loka

Karya Mini I.

Padang, Juni 2023

Kelompok H

Menyetujui,

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

(Ns. Zulham Efendi, M.Kep) ( Isesreni, S.Kp. M.Kep)


NIDN. 1018028301 NIDN. 1018087402

Menyetujui,

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

(Ns. Evitarina Widayani, S. Kep) (Ns. Rasymi Delvi, S. Kep., M. Kep)


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan

tentang “Loka karya Mini I di Ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

Padang” dengan baik. Disusunnya loka karya ini berkat dukungan dari berbagai

pihak, pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

2. Kabid Keperawatan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

3. Kasi Askep Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

4. Kepala Ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

5. Pembimbing Klinik Manajemen Keperawatan di Ruangan Zam-Zam Rumah

Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

6. Ibuk Isesreni, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing Akademik Manajemen

Keperawatan.

7. Bapak Ns. Zulham Efendi, M.Kep selaku pembimbing Akademik Manajemen

Keperawatan.

8. Seluruh Perawat ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


Dalam penulisan laporan ini kelompok telah berusaha semaksimal mungkin

dengan mencurahkan segala kemampuan, waktu dan tenaga untuk menyelesaikannya.

Namun demikian kelompok menyadari ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman kelompok. Untuk itu

diharapkan adanya masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan ini.

Padang, Juni 2023

Kelompok H
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Tujuan Praktik.................................................................................................5

1.Tujuan Umum................................................................................................5

2. Tujuan Khusus..............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep Manajemen Keperawatan.....................................................................

D. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)................................................................

E. Sasaran Keselamatan Pasien..............................................................................

F. Perencanaan Pasien Pulang................................................................................

G. Handover..........................................................................................................

H. Supervisi Keperawatan......................................................................................

I. Dokumentasi Keperawatan.................................................................................

BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANGAN ZAM-

ZAM

A. Kajian Situasi RSI Ibnu Sina Padang................................................................

B. Kajian Situasi Di Ruang Annisa RSI Ibnu Sina Padang....................................

C. Analisa Terhadap Klien di Ruangan Rawat Annisa RSI Ibnu Sina Padang…..

BAB IV ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

ANALISA SWOT..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit didirikan dan bergerak di bidang Kesehatan untuk

melayani masyarakat. Rumah sakit memiliki program paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-

Undang No 44 2009). Rumah sakit juga merupakan suatu organisasi yang

padat dengan karya tenaga profesional yang terlibat dalam pelayanan

kesehatan. Seperti dokter, perawat dan lain-lainnya (Ratna D 2019).

Tenaga Kesehatan yang dominan di rumah sakit adalah perawat. Hal

tersebut juga di dukung oleh pernyataan bahwa proporsi tenaga Kesehatan

terbanyak yaitu tenaga keperawatan sebanyak 33,3% dari total semua tenaga

Kesehatan. (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016).(Togatorop et al. 2021)

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Gillies, 2016). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan

keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan

menjalankan lima fungsi manajemen. Adapun fungsi tersebut yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, ketenagaan dan

pengendalian/pengawasan.Kelima fungsi saling terkait serta saling

berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan


antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan

keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien.

Alasan inilah manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas

utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut

berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap

perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional

dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2023).

Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen

antara lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low

manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low

manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal

atau ruangan. Kepala ruangan keperawatan yang merupakan bagian dari

manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan

yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka

untuk memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara profesional (Nursalam, 2023).

Rumah sakit yang telah menerapkan 5 fungsi manajemen salah

satunya adalah RS Ibnu Sina Padang.Ruangan Zam-Zam di Ibnu Sina

merupakan salah satu ruangan yang memberikan pelayanan kesehatan pada

masyarakat. Ruang Zam-Zam memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari 17

orang perawat, 1 orang kepala ruangan, 5 ketua tim, dan 11 perawat


pelaksana. Ruangan Zam-Zam merupakan ruangan kelas I dan VIP dengan

berbagai penyakit.

Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah

sakit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan

produktif kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan

keperawatan kepada pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan

untuk mengambil langkah-langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien

dan keselamatan pasien (patient safety).

Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem asuhan

keperawatan pasien di rumah sakit yang membuat asuhan pasien menjadi

lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan

yang seharusnya diambil. Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient

safety solutions with joint commission international juga telah menjelaskan

bahwa sasaran keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah

sakit (PERSI, 2020) adalah : (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan

komunikasi yang efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai; (4) kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;

(5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6)

pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien,

manajemen ruangan harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety

dengan optimal (Siregar,2020).


Identifikasi pasien merupakan standar keselamatan pasien yang sangat

penting yang mengharuskan rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien (Wibowo,

2018). Identifikasi pasien bertujuan untuk memperoleh pelayanan atau

pengobatan agar tidak terjadi kekeliruan (Fatimah et al., 2018). Identifikasi

pasien yang benar dapat menghindari terjadinya kesalahan pengobatan,

kesalahan transfusi dan kesalahan pengujian diagnostik (Australian

Commission on Safety and Quality in Health Care, 2022). Kesalahan yang

diakibatkan oleh pasien yang tidak memiliki gelang identitas memiliki risiko

terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien pada saat tindakan,

prosedur tindakan dan terapeutik (Neri et al., 2018). Identitas pasien

merupakan standar keselamatan pasien yang sangat penting yang

mengharuskan rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki

atau meningkakan ketelitian identifikasi pasien (Wibowo, 2018). Identifikasi

pasien bertujuan untuk memperoleh pelayanan atau pengobatan agar tidak

terjadi kekeliruan (Fatimah et al., 2018). Identifikasi pasien yang benar dapat

menghindari terjadinya kesalahan pengobatan, kesalahan transfusi dan

kesalahan pengujian diagnostik (Australian Commission on Safety and

Quality in Health Care, 2022). Kesalahan yang diakibatkan oleh pasien yang

tidak memiliki gelang identitas memiliki risiko terjadinya kesalahan dalam

mengidentifikasi pasien pada saat tindakan, prosedur tindakan dan terapeutik

(Neri et al., 2018).


Orientasi adalah melihat - lihat atau meninjau supaya kenal atau tahu.

Dalam konteks keperawatan orientasi berarti mengenalkan segala sesuatu

tentang Rumah Sakit meliputi lingkungan Rumah Sakit, tenaga kesehatan,

peraturan, prosedur dan pasien lain. Dalam orientasi, perawat dan klien

bekerja sama untuk menganalisa situasi sehingga mereka dapat mengenali,

memperjelas dan menentukan eksistensi sebuah masalah. Dengan demikian

klien dapat mempersiapkan diri dari keadaan cemas ke arah kondisi yang

lebih konstruktif dalam menghadapi masalahnya (Purwadarminta, 2020).

SOP rumah sakit merupakan alat pengendalian layanan yang diberikan

pasien dalam hal layanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Tujuan SOP

adalah untuk menciptakan komitmen pekerjaan dalam mewujudkan good

govermance sebagai alat penilaian kinerja yang bersifat internal dan eksternal

(Nazvia et al., 2019). Untuk meningkatkan kinerja rumah sakit yang efektif

dan efisien, perlu adanya SOP yang bersifat teknis, administratif dan

prosedural sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja rumah sakit

(Atmoko, 2019).

Pedoman pembuatan SOP rumah sakit mengacu pada Kementerian

Kesehatan dan Kementerian Keuangan. Kedua pedoman tersebut disesuaikan

dengan kondisi rumah sakit setempat baik rumah sakit swasta maupun

pemerintah. SOP rumah sakit merupakan pedoman keselamatan pasien un`tuk

mendapatkan layanan dan pelayanan kesehatan yang optimal. Masih banyak

rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dalam
menyusun SOP belum maksimal (SOP Peneriman dan SOP Pengeluaran).

SOP tersebut digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan dan layanan

kesehatan secara optimal (Atmoko, 2018; Banda, 2019 Nazvia et al., 2020).

Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang

digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang

sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan,

dan kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan

melalui sarana pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007)

adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan

dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai

kelompok, individu atau tim. Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan

oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala

ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil

direktur keperawatanSistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas,

feedback dan kesempatan perawat pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi

menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen

keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan

pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan

kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang

tanggapan/respon klien terhadap kegiatan - kegiatan pelaksanaan keperawatan

secara menyeluruh, sistematis dan terstruktur sebagai pertanggung gugatan


terhadap tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan (Prabowo, 2016). Apabila pendokumentasian tidak dilakukan

dengan lengkap akan dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena

tidak akan dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan

keperawatan yang telah diberikan. dalam aspek legal perawat tidak

mempunyai bukti tertulis jika suatu hari nanti klien menuntut ketidak puasan

akan pelayanan keperawatan (Yanti, 2019).

Berdasarkan Permenkes tersebut maka tenaga keperawatan

mempunyai kewajiban untuk mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien. Profesi keperawatan merupakan profesi yang

memiliki resiko hukum, kesalahan perawatan yang mengakibatkan

kecacatanatau kematian bagi pasien dapat menyeret perawat ke pengadilan,

karenanya segala aktifitas yang dilakukan terhadap pasien harus

didokumentasikan dengan baik dan jelas. Dokumentasi menjadi elemen

penting dari perawatan pasien, memungkinkan komunikasi antara tim

perawatan dan seluruh pergeseran keperawatan, memberikan catatan hukum

perawatan yang diberikan kepada pasien dan bertindak sebagai alat untuk

membantu mengelola perawatan pasien (Boucher, 2020).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal

19-20 Juni di ruang rawat inap Zam-Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan

metode observasi dan wawancara ditemukan pada beberapa masalah yaitu,


belum optimal pelaksanaan pre dan post conference di ruangan, dari hasil

observasi di dapatkan pre conference dilaksanakan tetapi tidak secara

berurutan sehingga memungkinkan terjadi resiko tertinggalnya suatu

Tindakan. belum optimalnya pencegahan pasien dengan resiko jatuh,

berdasarkan dari hasil opservasi ditemukan pasien yang bersiko jatuh tidak di

pantau secara optimal dan tidak ada pemberian stiker, dan segitiga. Kuning,

tindakan mengganti cairan infus dari hasil observasi tidak ditemukan adanya

label pada cairan infus, dimana pelabelan infus sangat penting dalam

mengidentifikasi pasien sesuai dengan SOP Penggantian cairan infus di

ruangan Zam-Zam RSI Ibnu Sina Padang.

Berdasarkan latar belakang di atas kami kelompok H tertarik untuk

mendalami masalah pelaksanaan pre dan post conference, pencegahan pasien

dengan resiko jatuh dan tindakan mengganti cairan infus, di ruangan Zam-

Zam RSI Ibnu Sina Padang. Dengan permasalahan yang ditemukan di atas,

maka mahasiswa praktek profesi manajemen keperawatan bersama tenaga

keperawatan diruangan rawat inap Zam-Zam tertarik untuk mengangkat

masalah – masalah di atas untuk dapat mencapai penyelesaian masalah

tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu

mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem solving) yang

ada di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu:

a) Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

b) Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di

Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

c) Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu

Sina Padang.

d) Melakukan implementasi (POA) bersama perawat ruangan untuk

pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

e) Melaksanakan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama

perawat ruangan dalam pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu

Sina Padang.

f) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai Planning Of Action

(POA) terhadap masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.


BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANGAN ZAMZAM

A. Kajian Situasi RSI Ibnu Sina Padang


Rumah Sakit Ibnu Sina terdiri dari 24 tempat dimulai dari bagian luar yaitu

ada pos satpam yang disambut langsung oleh jalan masuk dan keluar rumah

sakit. Masuk dari pintu parkir rumah sakit terdapat IGD dan ruang rontgen

disebelah kanan lantai 1, di lantai 2 ada ruang fisioterapi, labor, cacemik,

umum, dan mcu selanjutnya ada ruangan OK. Untuk ruang rawat inap biasa

ada ruang syafa yang terdiri dari 2 lantai yaitu 1 dan 2. Disebelah kiri IGD

terdapat Masjid As-Syifa. Di seberang bangunan Masjid As-Syifa terdapat

Gedung untuk pendaftaran, MR, apotek, dan polikinik berada di lantai 1 dan

2. Didepan ruangan poli terdapat titik kumpul pertama lalu dan disebelah kiri

terdapat kantor. Selain ruang rawat As-Syifa ada ruang rawat inap almarwah

kemudian terdapat Gedung apotik. Selanjutnya ada rungan inap marwah

kemudian ada Gedung apotek dan ada ruang VIP yaitu ruang Zam-Zam lantai

1 dan 2 untuk Kelas I, disamping itu ada ruang gizi. Selanjutnya ada Gedung

GD, TPS B3 selanjutnya ada ruang rawat Arraudah, Annisa, Multazam, dan

ruang terakhir laundry.


1. Visi Rumah Sakit

“Menjadi rumah sakit islam terkemuka di Sumatra Barat tahun 2025”

2. Misi Rumah Sakit

a. Mewujudkan / memberikan pelayanan yang Profesional dan islami

b. Mengembangkan SDM yang berkualitas dan berintegritas tinggi

c. Melengkapi sarana dan prasarana sesuai perkembangan ilmu

kedokteran dan peraturan yang berlaku

d. Menjadikan pelayanan kegawatdaruratan maternal sebagai produk

unggulan

3. Motto Rumah Sakit

“kesehatan anda prioritas kami”

4. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan :

Rumah sakit islam ibnu sina padang dapat memberikan pelayanan yang

komprehensif, professional dan islami

5. Falsafah

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang merupakan sarana Dakwah Bilhal

dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai pewujudan kemanusiaan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT.


6. Nilai-nilai Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

a. IKHLAS

Bekerja dengan mengharap ridha Allah

b. BERAKHLAK

Menjunjung tinggi moral dan etika islami.

c. NUANSA ISLAMI

Lingkungan dan tindakan sesuai dengan tuntunan islam

d. USWAH

Menjadi contoh teladan dalam pekerjaan maupun ibadah

e. SANTUN

Saling menghargai dan menyayangi antar sesama

f. INOVATIF

Menciptakan ide-ide baru untuk melakukan perubahan ke arah yang

lebih baik.

g. NORMATIF

Berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan RS sesuai dengan

norma agama dan undang-undang yang berlaku

h. AMANAH

Menjaga kepercayaan yang diberikan


B. Kajian Situasi Di Ruang Annisa RSI Ibnu Sina Padang
1. Karakteristik ruangan

a. Visi ruang dan misi ruangan

Ruangan Zam-Zam dalam pelaksanaan pengorganisasian di

ruangan Zam-Zam mengacu ke Visi dan Misi Rumah Sakit.

b. Sifat kekaryaan ruang

1) Fokus telaah

 Bidang pelayanan

Berdasarkan data yang didapatkan, pelayanan ruangan Zam-Zam

merupakan pelayanan pasien kelas 1 dan VIP dengan diagnose

gabung baik interne, bedah, anak maupun kebidanan baik aktual

maupun potensial yang memiliki indikasi rawat inap.

 Bidang Pendidikan

Berdasarkan data yang didapatkan, adapun fokus telaah ruang ra

wat inap Zam-Zam dalam bidang pendidikan adalah perawat, sta

ff, pasien, keluarga pasien, dan juga mahasiswa praktik yang din

as atau berada di ruang rawat inap di RSI Ibnu Sina Padang yang

membutuhkan pengetahuan dan atau pengalaman dalam memenu

hi kebutuhan pasien, dampaknya bagi kondisi kesehatan pasien.

2) Lingkup Garapan

a. Bidang Pelayanan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan di ruang rawat inap

Zam-Zam merupakan ruangan pelayanan yang mencakup

semua penyakit dan hanya dibatasi berdasarkan kelas dan jenis

ruang rawatan baik melalui pembayaran secara uumu maupun

BPJS.

b. Metode Asuhan

Berdasarkan data yang didapatkan, metode yang digunakan di

ruangan rawat inap Zam-Zam dalam memberikan asuhan

keperawatan adalah metode tim.

c. Basis intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap Zam-Zam merupakan salah

satu bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan

yang nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang profesional.

d. Letak ruangan

Lokasi ruang rawat inap Zam-Zam terletak dilantai 1 adalah

Kelas Rawatan VIP dan lantai II adalah ruang rawatan Kelas I.

e. Kapasitas ruangan

Ruangan zam-zam mempunyai 21 tempat tidur pasien untuk

pasien yaitu :

Tabel.1 jumlah ruangan dan bed


No. Ruangan Kelas Jumlah bed

1 Zam-Zam 1 - 7 VIP 7

2 Zam-Zam 8 - 14 Kelas 14

Total 21

A. Analisa Terhadap Klien di Ruangan Rawat Zam-Zam RSI Ibnu Sina


Padang

1. Karakteristik

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Berdasarkan informasi dari pasien didapat hasil analisa

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelompok umur dengan

tingkat kepuasan. Adanya hubungan antara umur dengan tingkat

kepuasan dimungkinkan karena pada dasarnya setiap pasien dari yang

muda maupun yang tua meninginkan perhatian dan kasih sayang,

setiap keluhannya ingin di dengar oleh dokter dan perawat. Jadi, baik

yang muda maupun yang tua sama-sama merasakan apabila

keadaannya sudah mulai membaik atau merasa sembuh maka mereka

dapat merasakan kecocokannya berobat di pelayanan kesehatan.

b. Karakteristik Tipe Pembiayaan Dengan Tingkat Kepuasan

Berdasarkan informasi dari pasien didapatkan pasien dengan tipe

pembiayaan umum maupun dengan jaminan kesehatan cendrung


merasa sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasien jaminan

kesehatan yang dimaksud adalah pasien BPJS dan lain-lain.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang merupakan sarana dakwah

bilhal dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai perwujud dan

kemanusiaan dan ketaqwaan kepada allah SWT. Pada pasien dengan

jaminan kesehatan/ asuransi lainnya apabila dikenakan biaya

tambahan, biaya yang dibebankan tidak memberatkan. Berbeda dengan

pasien yang tidak menggunakan pembiayaan jaminan kesehatan. Oleh

karena itu, pasien merasa mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya

tanpa membayar sehingga mereka mencapai kepuasan sendiri

terhadapnya. Hal ini berarti rumah sakit mempunyai komitmen

memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pelanggannya. Sehingga

hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada selisih pada responden

yang merasa puas pada pasien umum dan pengguna jaminan

kesehatan.

c. Tingkat Ketergantungan

Dari hasil pengamatan selama 5 hari pada tanggl 19 - 23 Juni 2023

pasien di ruangan zam-zam, rata-rata tingkat ketergantungan pasiennya

adalah parcial care.


2. Sumber daya/ kekuatan

a. Manusia

Tenaga keperawatan diruang zam-zam berjumlah 17 orang termasuk

kepala ruangan. Terdiri dari DIII Keperawatan sebanyak 12 orang,

S1/Ners 7 orang.

Tabel 2. Ketenagaan Ruangan Zam-Zam

NO PENDIDIKAN JUMLAH %
1. DIII 10 58,82%
2. NERS 7 41,18%
Total 17 100%

b. Non manusia

1) Metode

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 19-20

Juni 2023 wawancara secara langsung kepada kepala ruangan

diperoleh hasil bahwa ruang Zam-zam dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan menggunakan metode tim. Seluruh perawat pelaksana

asuhan keperawatan menggunakan metode tim, seluruh perawat

pelaksana bertanggung jawab atas semua pasien diruang perawatan

baik itu ruang kelas I dan VIP. Dimana dalam pelaksanaannya

setiap shift diruangan terdiri dari satu orang Katim yang

merangkap menjadi perawat pelaksana dan 1 orang Perawat


Pelaksana, kecuali tambahan pada shift pagi yakni adanya Kepala

Ruangan.

2) Material

- Denah ruangan

R.PER
WT

Z Z Z
Pr Z Z Z
Z
as 10 14
8 11 12 13
at 9 A

T K
G
R
K
G G
R
PRA Z Z Z Z Z Z
SaA Z
Ta 1 2 30 4 5 6 7

KET:
- K : Konter perawat
- TG : Tangga
- RKR : Ruang.karu
- G : Gudang
- S : Ruang Saji

3. Kajian Indikator mutu ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, dll)

RSI Ibnu Sina Padang memiliki indikator mutu pelayanan Kesehatan

yang dgunakan untuk meninilai tingkat keberhasilan atau memberikan


gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit. Penilaian ini biasa

dilihat dari berbagai segi, diantaranya adalah tinggal pemanfaatan sarana

pelayanan, moto pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. Untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan di rumah

sakit diperlukan berbagai indikator, selain itu agar informasi yang ada

dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai

banding antara factor dengan standar yang diinginkan.

Tabel 3. Gambaran indicator pelayanan RSI Ibnu Sina Padang

BULAN BOR% LOS TOI BTO

Januari 58,68% 3,35 2,47 5,19

Februari 53,57% 3,22 3,00 4,33

Maret 62,37 3,18 1,99 5,86

April 78,49 3,58 0,95 7,00

Standart 60-85% 6-9 Hari 1-3 >3,8 kali


Hari
Sumber : data rekam medis RSI Ibnu sina padang 2023

Keterangan:

BOR :Bed ocupacy ration


LOS : length of stay
TOI ; turn over interval
BTO : bed turn over
Dari data diatas dapat dilihat bahwa capaian indicator RSI Ibnu

sina padang terdapat mutu pelayanan belum sesuai dengan standar

indicator pelayanan.

4. Analisa Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen

a. Fungsi perencanaan (planning)

Metode Data

wawancara  Kepala ruangan mengatakan visi dan misi ruangan zam -


zam mengacu pada visi dan misi rumah sakit.
 Kepala ruangan mengatakan visi dan misi ruangan zam-
zam mengacu pada visi dan misi rumah sakit

Kuesioner  Berdasarkan hasil kuesioner dari 17 kuesioner (100%)


perawat zam-zam menyatakan visi dan misi ruangan
zam-zam mengacu pada visi dan misi rumah sakit. Dan
memiliki perencanaan bulanan.

Observasi  Berdasarkan hasil observasi tidak terlihat visi dan misi


rumah sakit di ruangan zam-zam.

Analisa Visi dan misi merupakan acuan dari tujuan suatu organisasi

Masalah Pontensial pelayanan keperawatan tidak mengacu pada visi


dan misi rumah sakit.

Tabel 3

b. Fungsi pengorganisasian
Metode Data

Wawancara kepala ruangan mengatakan sudah ada struktur


organisasi namun belum terpajang di ruangan zam-zam

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 17 kuesioner (100%) perawat


mengatakann struktur organisasi berjalan dengan baik
sesuai dengan tugas masing -masing dan Setiap
perawat mendapatkan informasi atau uraian tugas yang
jelas

Berdasarkan hasil dari 17 kuesioner ( 12,5%)


mengatakan pembagian jadwal atau shif kerja tidak
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien

Masalah Pontensial pelayanan Keperawatan tidak mengacu pada


struktur organisasi

c. Ketenagaan

Metode Data

wawancara Kepala ruangan mengatakan sudah mengklasifikasi


pasien diruangan berdasarkan tingkat ketergantungan,
dan kepala ruangan mengatakan bahwa tingkat
ketergantungan pasien tidak meningkatkan beban kerja
perawat.

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 17 kuesioner (12,5%)


menyatakan kurang nya tenaga perawat dalam satu
shif berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
yang ada.
 (43,8%) menyatakan bahwa dengan tingkat
ketergantungan pasien yang ada juga dapat
meningkatkan beban kerja perawat.
 (31,3%) menyatakan kekurangan tenaga
keperawatan

Analisa

Masalah Pengaturan ketenagaan belum sesuai dengan tingkat


ketergantungan pasien

d. Pengarahan

Metode Data

Wawancara kepala ruangan mengatakan pelaksanaan supervisi


dilaksanakan setiap minggunya dan kepala ruangan
menyampaikan hasil supervisi dan tidak lanjut untuk step
hasil supervisi

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 17 kuesioner (100%) bahwa


supervise, overan, serta penggunaan SBAR selalu dilakukan
di ruangan zam-zam
Berdasarkan hasil dari 17 kuesioner (18,8%) mengatakan
tidak melaksanakan pre conference dan post conference

Analisa

Masalah Belum optimal nya fungsi pengarahan (pre conference dan


post conference)

e. Pengawasan

Metode Data

Wawancara kepala ruangan mengatakan penilaian kinerja perawat terus


dilakukan
seluruh perawat mengatakan sudah memahami seluruh SPO
keperawatan

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (100%) bahwa perawat


memberikan asuhan keperawatan sesuai SPO seperti , SPO
pencegahan risiko jatuh.

Observasi SPO sudah ada di ruangan zam-zam


Adanya tidakkan keperawatan yang belum sesuai dengan SPO
Analisa

Masalah Belum optimalnya pengawasan terhadap SPO keperawatan

5. fungsi pelayanan

a. .Pre conference dan post conference

Metode Data

Wawancara  Kepala ruangan, Ketua tim dan perawat mengatakan Pre


conference dan post conference terlaksana setiap hari
 Dari 16 Perawat mengatakan (100%) katim selalu
membuat rencana kerja harian dan melakukan evaluasi
pekerjaan perawat pelaksana.

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari kuesioner 16 (100%) menyatakan


dilaksanakan pre conference dan post conference setiap
pergantian shif yang di pimpin oleh ketua tim
 Dan (93,8%) menyatakan ketua tim memimpin post
conference.
 Berdasarkan hasil dari kuesioner 16 (100%) menyatakan
perawat pelaksana membuat asuhan keperawatan

Observasi Dari tanggal 21-23 juni 2023 belum tampak pelaksanaan pre
conference dan post conference sesuai SPO
Belum tampak katim membuat rencana kegiatan harian

Analisa Hal ini didukung oleh hasil penelitian Seniwati (2015)


mengatakan bahwa kinerja perawat sangat besar
mempengaruhi kegiatan pre dan post conference, karena
pelaksanaan pre dan post conference dapat dilihat dari kinerja
ketua tim dan juga perawat pelaksana. Jika pelaksanaan pre
dan post conference dapat dilakukan dengan baik, maka
kinerja perawat pelaksana juga akan baik

Masalah Belum optimalnya pelaksanaan pre conference dan post


conference di ruangan

b. Pencegahan resiko jatuh

Metode Data

Wawancara  Kepala ruangan melakukan observasi pada pasien resiko


jatuh
 Dan mengingatkan perawat untuk selalu memberikan
penandaan pasien resiko jatuh tinggi ( stiker, segitiga)
 Dari 16 Perawat (100%) mengatakan melakukan
observasi, memberikan edukasi pada pasien dan keluarga
terhadap pasien resiko jatuh tinggi

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (43,8%) menyatakan


bahwa perawat tidak perlu memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga mengenai resiko jatuh
 (50%) perawat menyatakan perlu melakukan penandaan
stiker kuning dan segitiga untuk pasien resiko jatuh

Observasi Dari tanggal 21-23 juni 2023 tampak pasien diruangan zam-
zam tidak beresiko jatuh tinggi tetapi segitiga kuning tetap
tergantung di tiang infus seperti zam -zam 2, 3, 5, dan 6
Dari 6 pasien di ruangan zam-zam yang beresiko jatuh tinggi
tidak terpasang stiker kuning dan segitiga kuning terpasang

Analisa

Masalah Belum optimalnya pencegahan pasien resiko jatuh

c. Penggantian cairan infus

Metode Data

Wawancara Perawat (100%) mengatakan identifikasi pasien setiap


melakukan pergantian cairan infus dan penempelkan
stiker infus pada sisi yang kosong
Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (50%) perawat
menyatakan tidak mematikan infus saat mengganti
cairan infus
 (37,5%) perawat tidak memeriksa adanya udara
diselang dan memastikan bilik drip terisi cairan
setiap penggantian cairan infus

Observasi Dari tanggal 21-23 juni 2023 dari 16 pasien yang terpasang
infus didapatkan 10% terpasang label identifikasi
Dari 16 perawat melakukan pergantian cairan infus ditemukan
80% yang tidak ada pemasangan label pada infus
Dari 16 perawat melakukan pergantian cairan infus (100%)
tidak melakukan identifikasi kepada pasien

Analisa Identifikasi Pasien merupakansasaran keselamatan pasien


yangpertama.Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien
terjadi di hamper semua aspek atau tahapan diagnosis dan
pengobatan sehingga diperlukan adanya ketepatan identifikasi
pasien.Identifikasipasien dilakukan pada saat
sebelummelakukan tindakan keperawatan atauprosedur lain,
pemberian obat, transfuseatau produk darah, pengambilan
darahdan pengambilan specimen lain untukuji klinis. Cara
identifikasi pasien yaitudengan tanggal lahir, nama
pasien,nomor rekam medis dan gelang berkodebatang. Nomor
kamar atau tempat tidurtidak dapat digunakan
untukidentifikasi. (Cintha, dkk 2016)

Masalah Belum optimalnya pelaksanaan pergantian cairan infus


BAB III
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

A. ANALISA SWOT

Komponen Analisa Lingkungan Internal Analisa Lingkungan Eksternal

Strength(Kekuatan) Weakness(Kelemahan) Opportunity(Peluang) Threat(Ancaman)

Man  Jumlah perawat di ruangan  Pendidikan perawat sebagian  Jumlah masyarakat  UU perlindungan
zam-zam sebanyak 17 orang besar masih D.III (58,82%), yang mengikuti konsumen
 Masa kerja perawat rata- sedangkan S1 (41,18%) ansuransi social  Mangkin tingginya
rata lebih dari >5 tahun  Belum adanya sosialisai semangkin meningkat tuntunan masyarakat
 Adanya kesempatan pelaksanaan pre dan post  Merupakan RS dengan terhadap kualitas
melajutkan pendidikan conference dari menejer cakupan dan layanan pelayanan Kesehatan
dengan biaya sendiri keperawatan yang lengkap dan yang bermutu
 Adanya program orientasi  Indicator mutu dirumah sakit canggih  Belum optimalnya
dilakukan sebelum perawat belum sesuai standar nasional  RS digunakan sebagai kompetensi perawat
ditempatkan lahan praktek oleh dalam melaksanakan
 Seluruh perawat sudah berbagai institusi intervensi keperawatan
mengikuti Latihan Pendidikan Kesehatan
keselamatan pasien yang berada diwilayah
Sumbar dan sekitarnya
Methode  Terdapat SPO (Standar  Berdasarkan hasil dari 17  Adanya kegiatan  Adanya RS swasta yang
Operasional Prosedur) kuesioner (12,5%) praktek manajemen berada disekitar RSI
Tindakan keperawatan menyatakan kurang nya keperawatan dari Ibnu sina padang
 Sudah memiliki struktur tenaga perawat dalam satu mahasiswa S1 STIKes dengan mencetuskan
organisasi RS dan struktur shif berdasarkan tingkat mercubaktijaya padang unggulan dengan akses
ruangan ketergantungan pasien yang di RSI Ibnu Sina mudah dijangkau
 Menggunakan metode ada. Padang  Adanya pelayanan
penugasan metode TIM  (43,8%) menyatakan bahwa praktek mandiri dokter,
 Sudah ada jadwal dinas di dengan tingkat perawat dan bidan.
ruangan ketergantungan pasien yang  Meningkatkan
 Tersedianya berbagai jenis ada juga dapat kesadaran masyarakat
pelayanan medis dan meningkatkan beban kerja tentang tanggung jawab
penunjang perawat. dan tanggung gugat
 Fungsi kendali mutu  (31,3%) menyatakan
dilaksanakan oleh bidang kekurangan tenaga
keperawatan dan kepala keperawatan
ruangan
Material  Gedung dan lahan milik  Belum lengkapnya fasilitas  Mempertahankan serta  Penggunaan pelayanan
sendiri yang menunjang pelaksanaan meningkatkan teknologi yang
 Tersedia kebutuhan logistic asuhan keperawatan pelayanan yang berbasis semangkin meningkat
Memiliki rungan rawat inap islami sebagai keunikan baik kedokteran
yang cukup dalam pelayanan maupun keperawatan
Money  Pola pengelolaan keuangan  Belum ada subsidi  Terdapat kebijakan  Belun optimalnya
RS dikelola oleh Yayasan pembiayaan dari RS uantuk pembiayaan Kesehatan system mengawasan
 Adanya jasa pelayanan bagi studi lanjut seperti BPJS dan budgeting dan
seluruh karyawan di RS  Belum adanya pemberian asuransi lainnya penganggaran
reward dan punishment bagi manajemen RS
karyawan
Machine  Sudah terdapat SIM RS  Belum adanya dokumentasi  Adanya Kerjasama  Menggunakan data base
sebagai dokumentasi data asuhan Keperawatan setiap dengan dokter spesialis yang tergantung pada
pasien pasien menggunakan provider sehingga
 Pelaporan PMKP dengan komputerisasi dalam membutuhkan
menggunakan sisten pelaksanaan dokumentasi maintance yang tinggi
komputerisasi asuhan keperawatan
Measuament  Akreditasi rumah sakit sudah  Perawat mengatakan bahwa  Merupakan rumah sakit  Perubahan tentang
mencapai tingkat paripurna system akreditasi belum bernuasa islami dengan pelaksanaan kebijakan
(bintang 5 ) akreditasi Snars optimal diterapkan secara berbagai keunggulan Akreditasi
1.1 konsisten oleh ruangan  Lokasi wilayah
 Lingkungan yang cukup Sumatera Barat yang
nyaman dan tenang merupakan daerah
rawan bencana
B. DAFTAR MASALAH

NO MASALAH
.

1 Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference

2 Belum optimalnya pencegahan resiko jatuh

3 Belum optimalnya pelaksanaan penggantian cairan infus

C. PRIORITAS MASALAH

Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan

perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan.

Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang

memperhatikan aspek sebagai berikut:

1. Magnitude (M)

Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah

2. Severity (S)

Besarnya kerugian yang ditimbulkan

3. Manageable (Mn)

Bisa dipecahkan

4. Nursing Consern (Nc)

Melibatkan perhatihan dan pertimbangan perawat

5. Affordability (Af)

Ketersediaan sumber daya

Aspek-aspek diatas dapat diukur dengan cara :


a. Magnitude/Prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih

banyak ditemukan (prevalensi tinggi)

b. Saverity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan

suatu masalah lebih serius

c. Manageable/Biasa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini

dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar)

d. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan

selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat

e. Affordability/ keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang

mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan

suatu masalah

Dengan rentang nilai 1-5 yaitu:

5 = sangat penting

4 = penting

3 = cukup penting

2 = kurang penting

1 = sangat kurang penting

Dimana yang terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai/skor paling

besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x A


Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

Di Ruang zam -zam Tahun 2023

No. Masalah M S Mn Nc Af Skor Masalah

Prioritas

1. Belum optimalnya 5 5 5 5 4 2500 1

pelaksanaan pre dan

post conference

2. Belum optimalnya 5 5 5 4 4 2000 2

pencegahan resiko

jatuh

3 Belum optimalnya 5 5 5 4 3 1500 3

pelaksanaan pergantian

cairan infus
PLANNING OF ACTION (POA)
Masalah 1 : Belum Optimalnya pelaksanaan pre dan post conference di ruang Zam-zam
Kegiatan Waktu Sasaran Pgg Jawab Tempat Indikator
1. Roleplay 27 juni Perawat - Ririn serpitri Ruang Zam- Tercapainya
pelaksaaan pre 2023 ruangan - Rifatul zam RSI Ibnu penerapan
dan post zam -zam maqmudah Sina Padang pelaksanaan
conference - Rodrigo pre dan post
2. Pembuatan arraya conference
format - Aulia sesuai dengan
dokumentasi rahmatul tindakan SPO
kegitan pre dan fazri setiap shif
post conference

Masalah 2 : Belum optimalnya pencegahan pasien jatuh sesuai SOP di Ruangan zam-zam

1. roleplay 30 juni Perawat - Windi tut Ruang Zam- Tercapainya


pencegahan resiko 2023 ruangan di febriani zam RSI Ibnu penerapan
jatuh ruangan - Wenti maisa Sina Padang pencegahan
2.Pembuatan zam -zam putri pasien jatuh
lembar balik - Mela sesuai dengan
resiko jatuh Ramadhani tindakan SPO
- Jevy wendi

Masalah 3 : Belum optimalnya penggantian cairan infus

1. Roleplay 01 juni Perawat - Vivi ristia Ruang Zam- Tercapainya


Tindakan 2023 ruangan putri zam RSI Ibnu penerapan
2. penggantian zam-zam - Zulyana Sina Padang Penggantian
cairan infus putri cairan infus
Penyediaan - Widya sesuai
label cairan purnama dengan
infus sari SPO
DAFTAR PUSTAKA

Adventus, Mahendra, D., & Martajaya, I. M. (2019). Modul Manajemen Pasien


Safety. Modul Manajemen Pasien Safety, 22.
http://repository.uki.ac.id/2730/1/BUKUMODULMANAJEMENPASIENS
A FETY.pdf

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2022). Patient


identification. 1–2.

Kesalahan identifikasi pasien berdasarkan sasaran keselamatan pasien. Inovasi


Teknologi Informasi Untuk Mendukung Kerja PMIK Dalam Rangka
Kendali Biaya Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 5–11.

Dan, P., Risiko, P., Terhadap, J., Keselamatan, I., & Di, P. (2022). Jurnal
Pendidikan dan Konseling. 4, 2298–2307.

Desilawati, & Alini. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam
Mengidentifikasi Pasien Dengan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Di
Ruang Rawat Inap Hospital Pekanbaru Aulia. 1.

Dewi, A. Donaldson, L., Ricciardi, W., Sheridan, S., & Tartaglia, R. (2021).
Patient Safety in the World. In Textbook of Patient Safety and Clinical Risk
Management. https://doi.org/10.1007/978-3-030-59403-9_8

Evi Stiyowati. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient


Safety Dengan Pelaksanaan Identifikasi Pasien. 8(5), 55.

Fatimah, F. S., Sulistiarini, L., & . F. (2018). Gambaran Pelaksanaan Identifikasi


Pasien Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan di RSUD Wates.

Indonesian Journal of Hospital Administration, 1(1), 21.


https://doi.org/10.21927/ijhaa.v1i1.754

Firdaus, M., Tonis, M., Handoko, B., & Zaky, A. (2020). Kesehatan Pasien. A
Journal Of Community Service, 12-16.

Herlina, L. (2020). Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam


Pelaksanaan Identifikasi Pasien Sebagai Bagian Dari Keselamatan Pasien
Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Kesehatan, 10(1), 1253–1258.
https://doi.org/10.38165/jk.v10i1.4
Kemenkes. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Nasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–158. Komisi
Akreditasi
Peraturan Menteri Kesehatan. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan. 3, 1–80.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI. (2017). PERATURAN
MENTERI KESEHATAN RI.

Putra, CS. 2016. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: In Media

Sriningsih, N. N., Kep, S., Marlina, M. K. E., Sriningsih, N. N., Kep, S., Kep, M.,
Sakit, R., & Kabupaten, U. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan
Pasien ( Patient Safety ) Pada Petugas Kesehatan Menurut Joint
Commission Internasional ( JCI ) dan world Health Organitation ( WHO )
melaporkan beberapa negara terdapat 70 % kejadian. 9(1).
https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.120

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Metode


Penelitian Kuantitatif, kualitatif , dan R&D.

Usman, A., Rosdiana, & Misnawati, A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Persalinan
Prematur Di Rumah Sakit Umum Polewali Tahun 2021. Jurnal Kesehatan,
9(1), 40–50.

Wahyuningsih, D. N., Mahfud, & Zulpahiyana. (2017). Hubungan Pelaksanaan


Standar Prosedur Operasional Pemasangan Gelang Identitas Pasien
Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Penerimaan Pasien Rawat Inap Rsud
Wates Kulon Progo. Wibowo, S. E. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang
Ketepatan Identifikasi Pasien. Jurnal Kesehatan, 2(2).

Wigiarti, S. herni, Yetti, K., Mashudi, D., Sari, R. P., & Sutini, T. (2020). Jurnal
Keperawatan Komprehensif. Jurnal Keperawatan, 6 No.2.

Yudhawati, D. D., & Listiowati, E. (2016). Evaluasi Penerapan Identifikasi


Pasien Di Bangsal Rawat Inap Rsi Siti Aisyah Madiun. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai