Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan tent
ang “Loka karya Mini II di Ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padan
g” dengan baik. Disusunnya loka karya ini berkat dukungan dari berbagai pihak, pada
kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.


2. Ka.Ins Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
3. Kabid Keperawatan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
4. Kasi Askep Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
5. Kepala Ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
6. Pembimbing Klinik Manajemen Keperawatan di Ruangan Zam-Zam Rumah Sa
kit Islam Ibnu Sina Padang.
7. Pembimbing akademik Manajemen Keperawatan
8. Seluruh Perawat ruangan Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Dalam penulisan laporan ini kelompok telah berusaha semaksimal mungkin d


engan mencurahkan segala kemampuan, waktu dan tenaga untuk menyelesaikannya.
Namun demikian kelompok menyadari ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dise
babkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman kelompok. Untuk itu diharapk
an adanya masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempu
rnaan ini.

Padang, Juli 2023

Kelompok H
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Praktik..............................................................................................9
1. Tujuan Umum...........................................................................................9
2. Tujuan Khusus..........................................................................................9

BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN


ZAMZAM...................................................................................................................11

A. Kajian Situasi RSI Ibnu Sina Padang.......................................................11

B. Kajian Situasi Di Ruang Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.....................14

C. Analisa Terhadap Klien di Ruangan Rawat Zam-Zam RSI Ibnu Sina


Padang.................................................................................................................16

D. Analisa Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen.....................................21

E. Analisa fungsi pelayanan............................................................................28

BAB III ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN..............................................34

A. ANALISA SWOT........................................................................................34

B. DAFTAR MASALAH.................................................................................37

C. PRIORITAS MASALAH...........................................................................37

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.......................................................41

A. IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN...........................................41

B. HASIL EVALUASI KEGIATAN..............................................................42

BAB V PEMBAHASA...............................................................................................43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................44

A. Kesimpulan.......................................................................................44

B. Saran.................................................................................................44
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jumlah ruangan dan bed.....................................................16


Tabel 2. 2 ketenagaan ruangan zam-zam.............................................18
Tabel 2. 3Gambaran indikator pelayanan RSI ibnu Sina Padang....20
Tabel 2. 4 fungsi perencanaan (Planning)............................................21
Tabel 2. 5 fungsi pengorganisasian.......................................................22
Tabel 2. 6ketenagaan..............................................................................23
Tabel 2. 7 Pengarahan...........................................................................25
Tabel 2. 8 Pengawasan...........................................................................27
Tabel 2. 9 pre dan post conferen...........................................................28
Tabel 2. 10 pencegahan resiko jatuh....................................................30
Tabel 2. 11 pergantian cairan infus......................................................32

Tabel 3. 1 Analisa SWOT......................................................................35


Tabel 3. 2 Daftar masalah......................................................................38
Tabel 3. 3 priotas masalah manajemen keperawatan.........................40
Tabel 3. 4 Planning of action.................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit didirikan dan bergerak di bidang Kesehatan untuk melaya

ni masyarakat. Rumah sakit memiliki program paripurna yang menyediakan p

elayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang No 44 2

009). Rumah sakit juga merupakan suatu organisasi yang padat dengan karya t

enaga profesional yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Seperti dokter, per

awat dan lain-lainnya (Ratna D, 2019).

Tenaga Kesehatan yang dominan di rumah sakit adalah perawat. Hal te

rsebut juga di dukung oleh pernyataan bahwa proporsi tenaga Kesehatan terba

nyak yaitu tenaga keperawatan sebanyak 33,3% dari total semua tenaga Keseh

atan. (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016).(Togatorop et al. 2021)

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui ang

gota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesio

nal (Gillies, 2016). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawat

an profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan lima fun

gsi manajemen. Adapun fungsi tersebut yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, ketenagaan dan pengendalian/pengawasan. Kelima fungsi saling t

erkait serta saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan te

knis, hubungan antar manusia dan konseptual


yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya gun

a dan berhasil guna kepada klien. Alasan inilah manajemen keperawatan perlu

mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di

masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan globa

l bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,

2023).

Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen a

ntara lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low man

ager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager

yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruan

gan. Kepala ruangan keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen ke

perawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC (Pla

nning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka untuk memajukan st

af keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (N

ursalam, 2023).

Rumah sakit yang telah menerapkan 5 fungsi manajemen salah satuny

a adalah RS Ibnu Sina Padang.Ruangan Zam-Zam di Ibnu Sina merupakan sal

ah satu ruangan yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Rua

ng Zam-Zam memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari 17 orang perawat, 1

orang kepala ruangan, 5 ketua tim, dan 11 perawat pelaksana. Ruangan Zam-Z

am merupakan ruangan kelas I dan VIP dengan berbagai penyakit.

2
Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah sa

kit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan pro

duktif kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan keperawatan k

epada pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengamb

il langkah-langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien dan keselamatan p

asien (patient safety).

Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem asuhan kep

erawatan pasien di rumah sakit yang membuat asuhan pasien menjadi lebih a

man. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan a

kibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang sehar

usnya diambil. Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety solu

tions with joint commission international juga telah menjelaskan bahwa sasara

n keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit (PERSI, 20

20) adalah : (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komunikasi yan

g efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian

tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan risiko infek

si terkait pelayanan kesehatan; dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk

mencapai sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan harus menjalankan

fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal (Siregar,2020).

Identifikasi pasien merupakan standar keselamatan pasien yang sangat

penting yang mengharuskan rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien (Wibowo, 2018).

3
Identifikasi pasien bertujuan untuk memperoleh pelayanan atau pengobatan a

gar tidak terjadi kekeliruan (Fatimah et al., 2018). Identifikasi pasien yang ben

ar dapat menghindari terjadinya kesalahan pengobatan, kesalahan transfusi da

n kesalahan pengujian diagnostik (Australian Commission on Safety and Qual

ity in Health Care, 2022). Kesalahan yang diakibatkan oleh pasien yang tidak

memiliki gelang identitas memiliki risiko terjadinya kesalahan dalam mengide

ntifikasi pasien pada saat tindakan, prosedur tindakan dan terapeutik (Neri et a

l., 2018). Identitas pasien merupakan standar keselamatan pasien yang sangat

penting yang mengharuskan rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki atau meningkakan ketelitian identifikasi pasien (Wibowo, 2018).

Identifikasi pasien bertujuan untuk memperoleh pelayanan atau pengobatan ag

ar tidak terjadi kekeliruan (Fatimah et al., 2018). Identifikasi pasien yang bena

r dapat menghindari terjadinya kesalahan pengobatan, kesalahan transfusi dan

kesalahan pengujian diagnostik (Australian Commission on Safety and Qualit

y in Health Care, 2022). Kesalahan yang diakibatkan oleh pasien yang tidak

memiliki gelang identitas memiliki risiko terjadinya kesalahan dalam mengide

ntifikasi pasien pada saat tindakan, prosedur tindakan dan terapeutik (Neri et a

l., 2018).

Orientasi adalah melihat - lihat atau meninjau supaya kenal atau tahu.

Dalam konteks keperawatan orientasi berarti mengenalkan segala sesuatu tent

ang Rumah Sakit meliputi lingkungan Rumah Sakit, tenaga kesehatan, peratur

an, prosedur dan pasien lain. Dalam orientasi, perawat dan klien bekerja sama

4
untuk menganalisa situasi sehingga mereka dapat mengenali, memperjelas dan

menentukan eksistensi sebuah masalah. Dengan demikian klien dapat memper

siapkan diri dari keadaan cemas ke arah kondisi yang lebih konstruktif dalam

menghadapi masalahnya (Purwadarminta, 2020).

SOP rumah sakit merupakan alat pengendalian layanan yang diberikan

pasien dalam hal layanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Tujuan SOP a

dalah untuk menciptakan komitmen pekerjaan dalam mewujudkan good gove

rmance sebagai alat penilaian kinerja yang bersifat internal dan eksternal (Naz

via et al., 2019). Untuk meningkatkan kinerja rumah sakit yang efektif dan efi

sien, perlu adanya SOP yang bersifat teknis, administratif dan prosedural seba

gai pedoman dalam melaksanakan kinerja rumah sakit (Atmoko, 2019).

Pedoman pembuatan SOP rumah sakit mengacu pada Kementerian Ke

sehatan dan Kementerian Keuangan. Kedua pedoman tersebut disesuaikan den

gan kondisi rumah sakit setempat baik rumah sakit swasta maupun pemerintah

SOP rumah sakit merupakan pedoman keselamatan pasien un`tuk mendapatk

an layanan dan pelayanan kesehatan yang optimal. Masih banyak rumah sakit,

baik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dalam menyusun SOP be

lum maksimal (SOP Peneriman dan SOP Pengeluaran). SOP tersebut digunak

an untuk mengukur efisiensi pelayanan dan layanan kesehatan secara optimal

(Atmoko, 2018; Banda, 2019 Nazvia et al., 2020).

5
Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang di

gunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang s

udah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan,

dan kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melal

ui sarana pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah k

egiatan yang menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan,

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok, in

dividu atau tim. Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku

jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kep

ala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatanSistem

supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawa

t pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merup

akan suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada

pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus

pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan

tugas.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang tanggap

an/respon klien terhadap kegiatan - kegiatan pelaksanaan keperawatan secara

menyeluruh, sistematis dan terstruktur sebagai pertanggung gugatan terhadap t

indakan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan asuhan k

eperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Prabowo,

2016). Apabila pendokumentasian tidak dilakukan dengan lengkap akan dapat

6
menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena tidak akan dapat mengidenti

fikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberi

kan. dalam aspek legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika suatu hari

nanti klien menuntut ketidak puasan akan pelayanan keperawatan (Yanti, 201

9).

Berdasarkan Permenkes tersebut maka tenaga keperawatan mempunya

i kewajiban untuk mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberi

kan kepada pasien. Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki resi

ko hukum, kesalahan perawatan yang mengakibatkan kecacatanatau kematian

bagi pasien dapat menyeret perawat ke pengadilan, karenanya segala aktifitas

yang dilakukan terhadap pasien harus didokumentasikan dengan baik dan jela

s. Dokumentasi menjadi elemen penting dari perawatan pasien, memungkinka

n komunikasi antara tim perawatan dan seluruh pergeseran keperawatan, mem

berikan catatan hukum perawatan yang diberikan kepada pasien dan bertindak

sebagai alat untuk membantu mengelola perawatan pasien (Boucher, 2020).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal

19-20 Juni di ruang rawat inap Zam-Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan meto

de observasi dan wawancara. Beberapa SPO yang teridentifikasi 10 SPO yaitu

: SPO Pemasangan infus, SPO Overan, SPO Injeksi Bolus, SPO Tukar Verban

SPO Pre dan Post Conference, SPO Penggantian cairan , SPO Pencegahan

Resiko Jatuh, SPO Monitor TTV, SPO Pemeriksaan Gula Darah dan SPO

7
Pemberian Oksigen. Maka dari 10 tindakan di ruangan Zamzam, 3 tindakan

terindentifikasi belum sesuai SPO Keperawatan.

Dimana masalah tersebut adalah belum optimal pelaksanaan pre dan p

ost conference di ruangan, dari hasil observasi di dapatkan pre conference dila

ksanakan tetapi tidak secara berurutan sesuai dengan urutan SPO sehingga me

mungkinkan terjadi resiko tertinggalnya suatu Tindakan. Belum optimalnya p

encegahan pasien dengan resiko jatuh, berdasarkan dari hasil observasi ditemu

kan pasien yang bersiko jatuh tidak di pantau secara optimal dan tidak ada pe

mberian stiker, dan segitiga. Kuning. Dan berdasarkan hasil wawancara dari

PMKP didapatkan kejadian pasien jatuh di rumah sakit Islam Ibnu Sina

Padang pada tahun 2021-2023 yaitu sebanyak 9 kasus kejadian. Dari 9 kasus

kejadian ditemukan 4 kejadian pasien jatuh di ruangan zam-zam yaitu pada

bulan maret dan November 2021, dan pada bulan oktober, November 2022. T

indakan mengganti cairan infus dari hasil observasi tidak ditemukan adanya l

abel pada cairan infus, dimana pelabelan infus sangat penting dalam mengiden

tifikasi pasien sesuai dengan SOP Penggantian cairan infus di ruangan Zam-Z

am RSI Ibnu Sina Padang.

Berdasarkan latar belakang di atas kami kelompok H tertarik untuk me

ndalami masalah pelaksanaan pre dan post conference, pencegahan pasien de

ngan resiko jatuh dan tindakan mengganti cairan infus, di ruangan Zam-Zam

RSI Ibnu Sina Padang. Dengan permasalahan yang ditemukan di atas, maka m

ahasiswa praktek profesi manajemen keperawatan bersama tenaga keperawata

8
n diruangan rawat inap Zam-Zam tertarik untuk mengangkat masalah – masal

ah di atas untuk dapat mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu

mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem solving) yang

ada di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu:

a) Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

b) Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di

Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

c) Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu

Sina Padang.

d) Melakukan implementasi (POA) bersama perawat ruangan untuk

pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

9
e) Melaksanakan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama

perawat ruangan dalam pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu

Sina Padang.

f) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai Planning Of Action

(POA) terhadap masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Zam-Zam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

10
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANGAN ZAMZAM

A. Kajian Situasi RSI Ibnu Sina Padang


Rumah Sakit Ibnu Sina terdiri dari 24 tempat dimulai dari bagian luar yait

u ada pos satpam yang disambut langsung oleh jalan masuk dan keluar rumah

sakit. Masuk dari pintu parkir rumah sakit terdapat IGD dan ruang rontgen dis

ebelah kanan lantai 1, di lantai 2 ada ruang fisioterapi, labor, cacemik, umum,

dan mcu selanjutnya ada ruangan OK. Untuk ruang rawat inap biasa ada ruang

syafa yang terdiri dari 2 lantai yaitu 1 dan 2. Disebelah kiri IGD terdapat Masj

id As-Syifa. Di seberang bangunan Masjid As-Syifa terdapat Gedung untuk pe

ndaftaran, MR, apotek, dan polikinik berada di lantai 1 dan 2. Didepan ruanga

n poli terdapat titik kumpul pertama lalu dan disebelah kiri terdapat kantor. Se

lain ruang rawat As-Syifa ada ruang rawat inap almarwah kemudian terdapat

Gedung apotik. Selanjutnya ada rungan inap marwah kemudian ada Gedung a

potek dan ada ruang VIP yaitu ruang Zam-Zam lantai 1 dan 2 untuk Kelas I, d

isamping itu ada ruang gizi. Selanjutnya ada Gedung GD, TPS B3 selanjutnya

ada ruang rawat Arraudah, Annisa, Multazam, dan ruang terakhir laundry.

11
1. Visi Rumah Sakit

“Menjadi rumah sakit islam terkemuka di Sumatra Barat tahun 2025”

2. Misi Rumah Sakit

a. Mewujudkan / memberikan pelayanan yang Profesional dan islami

b. Mengembangkan SDM yang berkualitas dan berintegritas tinggi

c. Melengkapi sarana dan prasarana sesuai perkembangan ilmu

kedokteran dan peraturan yang berlaku

d. Menjadikan pelayanan kegawatdaruratan maternal sebagai produk

unggulan

3. Motto Rumah Sakit

“kesehatan anda prioritas kami”

4. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan :

Rumah sakit islam ibnu sina padang dapat memberikan pelayanan yang

komprehensif, professional dan islami

5. Falsafah

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang merupakan sarana Dakwah Bilhal

dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai pewujudan kemanusiaan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT.

12
6. Nilai-nilai Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang

a. IKHLAS

Bekerja dengan mengharap ridha Allah

b. BERAKHLAK

Menjunjung tinggi moral dan etika islami.

c. NUANSA ISLAMI

Lingkungan dan tindakan sesuai dengan tuntunan islam

d. USWAH

Menjadi contoh teladan dalam pekerjaan maupun ibadah

e. SANTUN

Saling menghargai dan menyayangi antar sesama

f. INOVATIF

Menciptakan ide-ide baru untuk melakukan perubahan ke arah yang

lebih baik.

g. NORMATIF

Berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan RS sesuai dengan

norma agama dan undang-undang yang berlaku

h. AMANAH

Menjaga kepercayaan yang diberikan

13
B. Kajian Situasi Di Ruang Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang
1. Karakteristik ruangan

a. Visi ruang dan misi ruangan

Ruangan Zam-Zam dalam pelaksanaan pengorganisasian di ruangan

Zam-Zam mengacu ke Visi dan Misi Rumah Sakit.

b. Sifat kekaryaan ruang

1) Fokus telaah

 Bidang pelayanan

Berdasarkan data yang didapatkan, pelayanan ruangan Zam-

Zam merupakan pelayanan pasien kelas 1 dan VIP dengan

diagnose gabung baik interne, bedah, anak maupun

kebidanan baik aktual maupun potensial yang memiliki indi

kasi rawat inap.

 Bidang Pendidikan

Berdasarkan data yang didapatkan, adapun fokus telaah ruan

g rawat inap Zam-Zam dalam bidang pendidikan adalah pera

wat, staff, pasien, keluarga pasien, dan juga mahasiswa prakt

ik yang dinas atau berada di ruang rawat inap di RSI Ibnu

Sina Padang yang membutuhkan pengetahuan dan atau peng

alaman dalam memenuhi kebutuhan pasien, dampaknya bagi

kondisi kesehatan pasien.

14
2) Lingkup Garapan

a. Bidang Pelayanan

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan di ruang rawat inap

Zam-Zam merupakan ruangan pelayanan yang mencakup

semua penyakit dan hanya dibatasi berdasarkan kelas dan jenis

ruang rawatan baik melalui pembayaran secara umum maupun

BPJS.

b. Metode Asuhan

Berdasarkan data yang didapatkan, metode yang digunakan di

ruangan rawat inap Zam-Zam dalam memberikan asuhan

keperawatan adalah metode tim.

c. Basis intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap Zam-Zam merupakan salah

satu bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan

yang nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang profesional.

d. Letak ruangan

Lokasi ruang rawat inap Zam-Zam terletak dilantai 1 adalah

Kelas Rawatan VIP dan lantai II adalah ruang rawatan Kelas I.

e. Kapasitas ruangan

Ruangan zam-zam mempunyai 21 tempat tidur pasien untuk

pasien yaitu :

15
Tabel 2. 1 Jumlah ruangan dan bed

No. Ruangan Kelas Jumlah bed

1 Zam-Zam 1 – 7 VIP 7

2 Zam-Zam 8 – 14 Kelas 14

Total 21

C. Analisa Terhadap Klien di Ruangan Rawat Zam-Zam RSI Ibnu Sina


Padang
1. Karakteristik

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Berdasarkan informasi dari pasien didapat hasil analisa

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelompok umur dengan

tingkat kepuasan. Adanya hubungan antara umur dengan tingkat

kepuasan dimungkinkan karena pada dasarnya setiap pasien dari yang

muda maupun yang tua meninginkan perhatian dan kasih sayang,

setiap keluhannya ingin di dengar oleh dokter dan perawat. Jadi, baik

yang muda maupun yang tua sama-sama merasakan apabila

keadaannya sudah mulai membaik atau merasa sembuh maka mereka

dapat merasakan kecocokannya berobat di pelayanan kesehatan.

b. Karakteristik Tipe Pembiayaan Dengan Tingkat Kepuasan

16
Berdasarkan informasi dari pasien didapatkan pasien dengan tipe

pembiayaan umum maupun dengan jaminan kesehatan cendrung

merasa sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasien jaminan

kesehatan yang dimaksud adalah pasien BPJS dan lain-lain.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang merupakan sarana dakwah

bilhal dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai perwujud dan

kemanusiaan dan ketaqwaan kepada allah SWT. Pada pasien dengan

jaminan kesehatan/ asuransi lainnya apabila dikenakan biaya

tambahan, biaya yang dibebankan tidak memberatkan. Berbeda dengan

pasien yang tidak menggunakan pembiayaan jaminan kesehatan. Oleh

karena itu, pasien merasa mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya

tanpa membayar sehingga mereka mencapai kepuasan sendiri

terhadapnya. Hal ini berarti rumah sakit mempunyai komitmen

memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pelanggannya. Sehingga

hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada selisih pada responden

yang merasa puas pada pasien umum dan pengguna jaminan

kesehatan.

c. Tingkat Ketergantungan

Dari hasil pengamatan selama 5 hari pada tanggl 19 - 23 Juni 2023

pasien di ruangan zam-zam, rata-rata tingkat ketergantungan pasiennya

adalah parcial care.

2. Sumber daya/ kekuatan

a. Manusia

17
Tenaga keperawatan diruang zam-zam berjumlah 17 orang termasuk

kepala ruangan. Terdiri dari DIII Keperawatan sebanyak 12 orang,

S1/Ners 7 orang.

Tabel 2. 2 ketenagaan ruangan zam-zam

NO PENDIDIKAN JUMLAH %
1. DIII 10 58,82%
2. NERS 7 41,18%
Total 17 100%

b. Non manusia

1) Metode

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 19-20

Juni 2023 wawancara secara langsung kepada kepala ruangan

diperoleh hasil bahwa ruang Zam-zam dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan menggunakan metode tim. Seluruh perawat pelaksana

asuhan keperawatan menggunakan metode tim, seluruh perawat

pelaksana bertanggung jawab atas semua pasien diruang perawatan

baik itu ruang kelas I dan VIP. Dimana dalam pelaksanaannya

setiap shift diruangan terdiri dari satu orang Katim yang

merangkap menjadi perawat pelaksana dan 1 orang Perawat

Pelaksana, kecuali tambahan pada shift pagi yakni adanya Kepala

Ruangan.

18
2) Material

- Denah ruangan

R.PER
WT

Z Z Z
Pr Z Z Z
Z
as 10 14
8 11 12 13
at 9 A

T K
G
R
K
G G
R
PRA Z Z Z Z Z Z
SaA Z
Ta 1 2 30 4 5 6 7

KET:
- K : Konter perawat
- TG : Tangga
- RKR : Ruang.karu
- G : Gudang
- S : Ruang Saji

3. Kajian Indikator mutu ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, dll)

19
RSI Ibnu Sina Padang memiliki indikator mutu pelayanan Kesehatan

yang dgunakan untuk meninilai tingkat keberhasilan atau memberikan

gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit. Penilaian ini biasa

dilihat dari berbagai segi, diantaranya adalah tinggal pemanfaatan sarana

pelayanan, moto pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. Untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan di rumah

sakit diperlukan berbagai indikator, selain itu agar informasi yang ada

dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai

banding antara factor dengan standar yang diinginkan.

Tabel 2. 3Gambaran indikator pelayanan RSI ibnu Sina Padang

BULAN BOR% LOS TOI BTO

Januari 58,68% 3,35 2,47 5,19

Februari 53,57% 3,22 3,00 4,33

Maret 62,37 3,18 1,99 5,86

April 78,49 3,58 0,95 7,00

Standart 60-85% 6-9 Hari1-3 >3,8 kali


Hari
Sumber : data rekam medis RSI Ibnu sina padang 2023

Keterangan:

BOR :Bed ocupacy ration


LOS : length of stay
TOI ; turn over interval
BTO : bed turn over

20
Dari data diatas dapat dilihat bahwa capaian indicator RSI Ibnu
sina padang terdapat mutu pelayanan belum sesuai dengan standar
indicator pelayanan.

D. Analisa Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen


1. Fungsi perencanaan (planning)

Tabel 2. 4 fungsi perencanaan (Planning)


Metode Data

Wawancara  Kepala ruangan mengatakan visi dan misi ruangan zam -


zam mengacu pada visi dan misi rumah sakit.
 Perawat mengatakan pelayanan keperawatan mengacu
pada visi misi rumah sakit
 Dari 6 perawat yang di wawancara sudah memahami
visi dan misi diruangan

Kuesioner  Berdasarkan hasil kuesioner dari 16 kuesioner (100%)


perawat zam-zam menyatakan visi dan misi ruangan
zam-zam mengacu pada visi dan misi rumah sakit. Dan
memiliki perencanaan bulanan.

Observasi  Berdasarkan hasil observasi terlihat visi dan misi rumah


sakit ada di ruangan zam-zam.

Analisa Visi dan misi merupakan acuan dari tujuan suatu organisasi

Masalah Pelayanan keperawatan mengacu pada visi dan misi rumah


sakit.

21
Diagram 3.1 Distribusi frekuensi visi misi di ruangan zam-zam
RSI Ibnu Sina Padang

2. Fungsi pengorganisasian

Tabel 2. 5 fungsi pengorganisasian

Metode Data

Wawancara Kepala ruangan mengatakan sudah ada struktur


organisasi namun belum terpajang di ruangan zam-zam

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (100%) perawat


mengatakann struktur organisasi berjalan dengan baik
sesuai dengan tugas masing -masing dan Setiap
perawat mendapatkan informasi atau uraian tugas yang
jelas

Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (12,5%)


mengatakan pembagian jadwal atau shif kerja tidak
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien di
karenakan lay out ruangan.

Masalah Pontensial pelayanan Keperawatan tidak mengacu pada


struktur organisasi

22
Diagram 3.2 Distribusi frekuensi kuesioner struktur organsisasi di
ruangan Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang
Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat ruangan mengatakan struktur
organisasi diruang Zam-zam berjalan dengan baik sesuai tugas masing-masing, Berda
sarkan hasil kuesioner, didapatkan 100% perawat ruangan mengatakan belum
terpajang stuktur organisasi di ruangan.

Analisis : Potensial struktur organisasi di ruangan.

3. Ketenagaan

Tabel 2. 6ketenagaan

Metode Data

Wawancara Kepala ruangan mengatakan sudah mengklasifikasi


pasien diruangan berdasarkan tingkat ketergantungan,
dan kepala ruangan mengatakan bahwa tingkat
ketergantungan pasien tidak meningkatkan beban kerja
perawat.

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (12,5%)


menyatakan kurang nya tenaga perawat dalam satu
shif berdasarkan tingkat ketergantungan pasien yang
ada.
 (43,8%) menyatakan bahwa dengan tingkat
ketergantungan pasien yang ada juga dapat
meningkatkan beban kerja perawat.
 (31,3%) menyatakan kekurangan tenaga keperawatan

Analisa Jumlah ketenagaan berdasarkan tingkat ketergantungan

23
belum sesuai dikarenakan lay out ruangan.

Masalah Potensial ketenagaan belum sesuai dengan tingkat


ketergantungan pasien.

Diagram 3.1 Distribusi frekuensi kuesioner ketenagaan sesuai tingkat ketergant


ungan pasien di ruangan zam-zam RSI Ibnu Sina Padang

didapatkan 12,5% perawat menyatakan bahwa kurangnya tenaga perawat dalam


satu shift dengan tingkat ketergantungan pasien yang ada.

Diagram 3.2 Distribusi frekuensi kuesioner ketergantungan terhadap


beban kerja di ruangan zam-zam RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan 43,8% data bahwa jumlah tenaga perawat di

ruangan dalam satu shift tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan pasiennya.

24
Diagram 3.3 Distribusi frekuensi kuesioner kekurangan tenaga
keperawatan RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan 31,3 % data bahwa perawat kekurangan

tenaga dan tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan pasiennya.

4. Pengarahan

Tabel 2. 7 Pengarahan

Metode Data

Wawancar kepala ruangan mengatakan pelaksanaan supervisi


a dilaksanakan setiap minggunya dan kepala ruangan
menyampaikan hasil supervisi dan tidak lanjut untuk
step hasil supervise

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (100%) bahwa


supervise, overan, serta penggunaan SBAR selalu
dilakukan di ruangan zam-zam
Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (18,8%)
mengatakan tidak melaksanakan pre conference dan
post conference

Analisa Pre dan post conference dapat meningkatkan kegiatan


kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan
perubahan non konigtif (McKeachie, 1962).

25
Pre dan post conference juga membantu koordinasi
dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga
tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997)

Masalah Belum optimal nya fungsi pengarahan (pre conference


dan post conference)

Diagram 4.1 Distribusi frekuensi supervisi di ruangan zam-zam


RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan 100% data bahwa supervise dan

overan serta penggunaan SBAR selalu dilakukan di Ruangan Zam-Zam

untuk mengevaluasi setiap pelaksanaan kegiatan yang ada di ruangan

Zam-Zam.

Analisis: Optimalnya pelaksanaan supervise

26
Diagram 4.1 Distribusi frekuensi pelaksanaan kegiatan pre dan post
conference di ruangan Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan 18,8% data bahwa tidak ada dilakukan

pelaksanaan pre dan post conference di ruangan Zam-Zam.

5. Pengawasan

Tabel 2. 8 Pengawasan

Metode Data

Wawancara Kepala ruangan mengatakan penilaian kinerja perawat


dilakukan per semester dan tahunan berdasarkan level
kompetensi.
seluruh perawat mengatakan sudah memahami seluruh
SPO keperawatan

Kuesioner Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (100%) bahwa


perawat ada di lakukan penilaian kinerja oleh kepala
ruangan

Observasi  Pada tanggal 21 juni 2023 didapatkan dari 17 pasien


ditemukan 5 orang pasien dengan resiko tinggi
dimana 2 diantaranya tidak ditemukan terpasang
stiker kuning resiko tinggi jatuh.

 Dan tanggal 21-23 didapatkan 10 perawat yang

27
melakukan penggantian infus didapatkan 8 perawat
tidak melakukan identifikasi dengan benar.

 Pada tanggal 22 juni 2023 didapatkan dari 16 pasien


ditemukan 6 orang pasien dengan resiko tinggi
dimana 3 diantaranya tidak ditemukan terpasang
stiker kuning resiko tinggi jatuh. Dan dari 16 pasien (14
pasien yang terpasag infus ditemukan 2 pasien yang tidak
dilakukan pengidentifikasian

 Pada tanggal 23 juni 2023 didapatkan dari 13 pasien


ditemukan 5 orang pasien dengan resiko tinggi
dimana 2 diantaranya tidak ditemukan terpasang
stiker kuning resiko tinggi jatuh. Dan dari 13 pasien
(11 pasien yang terpasag infus ditemukan 1 pasien
yang tidak dilakukan pengidentifikasian

Analisa Pengawasan adalah suatu proses untuk menentapkan


suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya
dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semua (M.
Manullang, 2015). Tujuan pengawasan adalah agar hasil
pelaaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna
(efiesien), dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Masalah Belum Optimalnya pengawasan resiko jatuh, identifikasi


dan pelebelan cairan infus

E. Analisa fungsi pelayanan


1. Pre conference dan post conference
Tabel 2. 9 pre dan post conferen

Metode Data

Wawancar  Kepala ruangan, Ketua tim dan perawat mengatakan Pre


a conference dan post conference terlaksana setiap hari
 Dari 16 Perawat mengatakan (100%) katim selalu
membuat rencana kerja harian dan melakukan evaluasi

28
pekerjaan perawat pelaksana.

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari kuesioner 16 (100%) menyatakan


dilaksanakan pre conference dan post conference setiap
pergantian shif yang di pimpin oleh ketua tim
 Dan (93,8%) menyatakan ketua tim memimpin post
conference.
 Berdasarkan hasil dari kuesioner 16 (100%) menyatakan
perawat pelaksana membuat asuhan keperawatan

Observasi Dari tanggal 21-23 juni 2023 belum tampak pelaksanaan pre
conference dan post conference sesuai SPO
Belum tampak katim membuat rencana kegiatan harian yang
terdokumentasi

Analisa Kinerja perawat sangat besar mempengaruhi kegiatan pre dan


post conference, karena pelaksanaan pre dan post conference
dapat dilihat dari kinerja ketua tim dan juga perawat
pelaksana. Jika pelaksanaan pre dan post conference dapat
dilakukan dengan baik, maka kinerja perawat pelaksana juga
akan baik. (Seniwati, 2015)

Masalah Belum optimalnya pelaksanaan pre conference dan post


conference di ruangan

Diagram 5.1 Distribusi frekuensi kepala ruangan atau ketua tim


memimpin pelaksanaan kegiatan pre dan post conference di ruangan
Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menyatakan kepala

ruangan atau ketua tim yang memimpin pre dan post conference

29
Diagram 5.2 Distribusi frekuensi ketua tim menutup pelaksanaan

kegiatan post conference di ruangan Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 93,8% perawat menyatakan ketua tim

yang menutup pre dan post conference

Diagram 5.3 Distribusi frekuensi perawat pelaksana membuat rencana

asuhan keperawatan

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menyatakan perawat

pelaksana membuat rencana asuhan keperawatan

2. Pencegahan resiko jatuh

Tabel 2. 10 pencegahan resiko jatuh

Metode Data

Wawancara  Kepala ruangan melakukan observasi pada pasien resiko jatuh


 Dan mengingatkan perawat untuk selalu memberikan
penandaan pasien resiko jatuh tinggi (stiker, segitiga)
 Dari 16 Perawat (100%) mengatakan melakukan observasi,

30
memberikan edukasi pada pasien dan keluarga terhadap
pasien resiko jatuh tinggi

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (43,8%) menyatakan


bahwa perawat tidak perlu memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga mengenai resiko jatuh
 (50%) perawat menyatakan perlu melakukan penandaan
stiker kuning dan segitiga untuk pasien resiko jatuh

Observasi  Pada tanggal 21 juni 2023 didapatkan dari 1 shif ditemukan 5


pasien yang beresiko tinggi jatuh 2 diantaranya tidak
dilakukan observasi
 tanggal 22 juni 2023 didapatkan dari 2 shif ditemukan 6
pasien yang beresiko tinggi jatuh 3 diantaranya tidak
dilakukan observasi
 Pada tanggal 23 juni 2023 didapatkan dari 2 shif ditemukan 5
pasien yang beresiko tinggi jatuh 2 diantaranya tidak
dilakukan observasi
 Hasil observasi tgl 21-23 ditemukan dari 10 perawat yang
melakukan pengkajian ulang sabanyak 2 jam. 70% perawat
tidak melakakukan pemasangan stiker kuning pada resiko
jatuh

Analisa Stiker indikasi resiko adalah salah satu media yang bisa
diberikan sebagai penanda kondisi atau sebagai peringatan saat
petugas kesehatan melakukan pelayanan atau pengobatan. Warna
yang dimiliki juga mengacu pada aturan WHO, KARS hingga
JCI. Yaitu, merah untuk alergi, ungu untuk status resusitasi dan
kuning sebagai penanda resiko jatuh. (Maharani, 2022)

Masalah Belum optimalnya pencegahan pasien resiko jatuh

31
Diagram Distribusi frekuensi perawat perlu memasang stiker kuning dan

segitiga resiko pada pasien yang beresiko jatuh

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 50% perawat menyatakan perawat

tidak perlu melakukan pemasangan stiker kuning dan segitiga resiko jatuh

pada pasien beresiko jatuh

Diagram Distribusi frekuensi perawat perlu memberikan edukasi kepada

pasien dan keluarga mengenai pasien dengan resiko jatuh

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 43,8% perawat menyatakan perawat

tidak perlu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pasien

dengan resiko jatuh

3. Penggantian cairan infus

Tabel 2. 11 pergantian cairan infus

Metode Data

Wawancara Perawat (100%) mengatakan identifikasi pasien setiap


melakukan pergantian cairan infus dan penempelkan stiker
infus pada sisi yang kosong

Kuesioner  Berdasarkan hasil dari 16 kuesioner (50%) perawat


menyatakan tidak mematikan infus saat mengganti
cairan infus
 (37,5%) perawat tidak memeriksa adanya udara
diselang dan memastikan bilik drip terisi cairan setiap
penggantian cairan infus

32
Observasi  Pada tanggal 21 juni 2023 dari 17 pasien (10 pasien
yang terpasag infus ditemukan 2 pasien yang tidak
dilakukan pengidentifikasian
 Pada tanggal 22 juni 2023 dari 16 pasien (14 pasien
yang terpasag infus ditemukan 2 pasien yang tidak
dilakukan pengidentifikasian
 dari 13 pasien (11 pasien yang terpasag infus ditemukan
1 pasien yang tidak dilakukan pengidentifikasian
 Dari tangggal 21-23 ditemukan dari 10 perawat yang
melakukan penggantian cairan infus 70% perawat tidak
melalukan pemasangan label terhadap cairan infus dan
melakukan identifikasi saat penggantian cairan

Analisa
Identifikasi Pasien merupakan sasaran keselamatan pasien
yang pertama.Kesalahan karena kekeliruan identifikasi
pasien terjadi di hampir semua aspek atau tahapan
diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya
ketepatan identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan
pada saat sebelum melakukan tindakan keperawatan atau
prosedur lain, pemberian obat, transfuse atau produk
darah, pengambilan darah dan pengambilan specimen lain
untuk uji klinis. Cara identifikasi pasien yaitu dengan
tanggal lahir, nama pasien, nomor rekam medis dan gelang
berkode batang. Nomor kamar atau tempat tidur tidak
dapat digunakan untuk identifikasi. (Cintha, dkk 2016)
Pemberian label pada saat pemasangan infus sangat
penting karena termasuk salah satu cara untuk
mengingatkan perawat kapan harus melakukan pergantian
infus Kembali dan sebagai salah satu Upaya dalam
pencegahan infeksi.

Masalah Belum optimalnya pelaksanaan pergantian cairan infus

33
Diagram Distribusi frekuensi perawat tidak mematikan infus saat

mengganti cairan infus

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 50% perawat menyatakan perawat

tidak mematikan infus saat mengganti cairan infus

Diagram Distribusi frekuensi perawat tidak memeriksa adanya udara

diselang dan memastikan bilik drip terisi cairan

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 37,5% perawat menyatakan perawat

tidak memeriksa adanya udara diselang dan memastikan bilik drip terisi cairan

34
BAB III
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

A. ANALISA SWOT
Tabel 3. 1 Analisa SWOT

Komponen Analisa Lingkungan Internal Analisa Lingkungan Eksternal

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)

Man  Jumlah perawat di ruangan  Pendidikan perawat sebagian  Jumlah masyarakat yang  UU perlindungan
zam-zam sebanyak 17 orang besar masih D.III (58,82%), mengikuti ansuransi konsumen
 Masa kerja perawat rata-rata sedangkan S1 (41,18%) social semangkin  Mangkin tingginya
lebih dari >5 tahun  Belum adanya sosialisai meningkat tuntunan masyarakat
 Adanya kesempatan pelaksanaan pre dan post  Merupakan RS dengan terhadap kualitas
melajutkan pendidikan dengan conference dari menejer cakupan dan layanan pelayanan Kesehatan
biaya sendiri keperawatan yang lengkap dan canggih yang bermutu
 Adanya program orientasi  Indicator mutu dirumah sakit  RS digunakan sebagai  Belum optimalnya
dilakukan sebelum perawat belum sesuai standar nasional lahan praktek oleh kompetensi perawat
ditempatkan berbagai institusi dalam melaksanakan
 Seluruh perawat sudah Pendidikan Kesehatan intervensi keperawatan
mengikuti Latihan yang berada diwilayah
keselamatan pasien Sumbar dan sekitarnya

35
Methode  Terdapat SPO (Standar  Berdasarkan hasil dari 17  Adanya kegiatan praktek  Adanya RS swasta yang
Operasional Prosedur) kuesioner (12,5%) manajemen keperawatan berada disekitar RSI Ibnu
Tindakan keperawatan menyatakan kurang nya tenaga dari mahasiswa S1 sina padang dengan
 Sudah memiliki struktur perawat dalam satu shif STIKes mercubaktijaya mencetuskan unggulan
organisasi RS dan struktur berdasarkan tingkat padang di RSI Ibnu Sina dengan akses mudah
ruangan ketergantungan pasien yang Padang dijangkau
 Menggunakan metode ada.  Adanya pelayanan praktek
penugasan metode TIM  (43,8%) menyatakan bahwa mandiri dokter, perawat
 Sudah ada jadwal dinas di dengan tingkat ketergantungan dan bidan.
ruangan pasien yang ada juga dapat  Meningkatkan kesadaran
 Tersedianya berbagai jenis meningkatkan beban kerja masyarakat tentang
pelayanan medis dan penunjang perawat. tanggung jawab dan
 Fungsi kendali mutu  (31,3%) menyatakan tanggung gugat
dilaksanakan oleh bidang kekurangan tenaga
keperawatan dan kepala keperawatan
ruangan
Material  Gedung dan lahan milik sendiri
 Belum lengkapnya fasilitas yang  Mempertahankan serta  Penggunaan pelayanan
 Tersedia kebutuhan logistic menunjang pelaksanaan asuhan meningkatkan pelayanan teknologi yang semangkin
Memiliki rungan rawat inap keperawatan yang berbasis islami meningkat baik
yang cukup sebagai keunikan dalam kedokteran maupun
pelayanan keperawatan
Money  Pola pengelolaan keuangan RS  Belum ada subsidi pembiayaan  Terdapat kebijakan  Belun optimalnya system
dikelola oleh Yayasan dari RS uantuk studi lanjut pembiayaan Kesehatan mengawasan budgeting
 Adanya jasa pelayanan bagi  Belum adanya pemberian seperti BPJS dan asuransi dan penganggaran
seluruh karyawan di RS reward dan punishment bagi lainnya manajemen RS
karyawan

36
Machine  Sudah terdapat SIM RS sebagai  Belum adanya dokumentasi  Adanya Kerjasama  Menggunakan data base
dokumentasi data pasien asuhan Keperawatan setiap dengan dokter spesialis yang tergantung pada
 Pelaporan PMKP dengan pasien menggunakan provider sehingga
menggunakan sisten komputerisasi dalam membutuhkan maintance
komputerisasi pelaksanaan dokumentasi yang tinggi
asuhan keperawatan
Measuament  Akreditasi rumah sakit sudah  Perawat mengatakan bahwa  Merupakan rumah sakit  Perubahan tentang
mencapai tingkat paripurna system akreditasi belum optimal bernuasa islami dengan pelaksanaan kebijakan
(bintang 5 ) akreditasi Snars 1.1 diterapkan secara konsisten oleh berbagai keunggulan Akreditasi
 Lingkungan yang cukup ruangan  Lokasi wilayah Sumatera
nyaman dan tenang Barat yang merupakan
daerah rawan bencana

37
B. DAFTAR MASALAH
Tabel 3. 2 Daftar masalah

NO MASALAH
.

1 Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference

2 Belum optimalnya pencegahan resiko jatuh

3 Belum optimalnya identifikasi dan pelabelan cairan infus

C. PRIORITAS MASALAH
Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan

perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan.

Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang

memperhatikan aspek sebagai berikut:

1. Magnitude (M)

Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah

2. Severity (S)

Besarnya kerugian yang ditimbulkan

3. Manageable (Mn)

Bisa dipecahkan

4. Nursing Consern (Nc)

Melibatkan perhatihan dan pertimbangan perawat

5. Affordability (Af)

Ketersediaan sumber daya

38
Aspek-aspek diatas dapat diukur dengan cara :

a. Magnitude/Prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih

banyak ditemukan (prevalensi tinggi)

b. Saverity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan

suatu masalah lebih serius

c. Manageable/Biasa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini

dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar)

d. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan

selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat

e. Affordability/ keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang

mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan

suatu masalah

Dengan rentang nilai 1-5 yaitu:

5 = sangat penting

4 = penting

3 = cukup penting

2 = kurang penting

1 = sangat kurang penting

Dimana yang terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai/skor paling

besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x A

39
Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

Di Ruang zam -zam Tahun 2023

Tabel 3. 3 priotas masalah manajemen keperawatan

No. Masalah M S Mn Nc Af Skor Masalah


Prioritas
1. Belum optimalnya pel 5 5 5 5 4 2500 1
aksanaan pre dan post
conference

2. Belum optimalnya pen 5 5 5 4 4 2000 2


cegahan resiko jatuh

3 Belum optimalnya 5 5 5 4 3 1500 3


identifikasi dan
pelabelan cairan infus

40
PLANNING OF ACTION (POA)
Tabel 3. 4 Planning of action
Masalah 1 : Belum Optimalnya pelaksanaan pre dan post conference di ruang Zam-zam
Kegiatan Waktu Sasaran Pgg Jawab Tempat Indikator
1. Pembuatan 30 juni Perawat - Ririn serpitri Ruang Zam- Tercapainya
video pre dan 2023 ruangan - Rifatul zam RSI Ibnu penerapan
post conferen zam -zam maqmudah Sina Padang pelaksanaan
yang - Rodrigo pre dan post
disebarkan arraya conference
melalui via - Aulia sesuai dengan
grup Wa rahmatul tindakan SPO
perawat fazri setiap shif
ruangan zam -
zam
2. Pembuatan
format
dokumentasi
kegitan pre dan
post conference

Masalah 2 : Belum optimalnya pencegahan pasien jatuh sesuai SOP di Ruangan zam-zam

1. Pembuatan 30 juni Perawat - Windi tut Ruang Zam- Tercapainya


video edukasi 2023 ruangan di febriani zam RSI Ibnu penerapan
pencegahan ruangan - Wenti maisa Sina Padang pencegahan
resiko jatuh zam -zam putri pasien jatuh
yang - Mela sesuai dengan
disebarkan Ramadhani tindakan SPO
melalui via - Jevy wendi
grup Wa
perawat
ruangan zam -
zam
2. Pembuatan
lembar balik
resiko jatuh

Masalah 3 : Belum optimalnya identifikasi dan pelabelan cairan infus

1. Pembuatan 30 juni Perawat - Vivi ristia Ruang Zam- Tercapainya


video 2023 ruangan putri zam RSI Ibnu penerapan
identifikasi zam-zam - Zulyana Sina Padang Penggantian
putri cairan infus
pergantian

41
cairan infus - Widya sesuai
yang disebarkan purnama dengan
melalui via sari SPO
grup Wa
perawat
ruangan zam -
zam
2. Pembuatan label
cairan infus

42
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN


Berdasarkan hasil local karya mini 1 pada tanggal 26 Juni 2023 disepakati
permasalahan di ruangan rawat inap Zam – zam RSI Ibnu Sina Padang yaitu:

1. Belum Optimalnya pelaksanaan pre dan post conferen di Ruangan


Zam-zam RSI Padang Ibnu Sina

a. Pembuatan video pelaksaanaan pre dan post conferen


Pembuatan video dIperankan oleh mahasiswa pada Hari Rabu
tanggal 28 juni 2023. Penyebaran video Pelaksanaan pre dan post
conferen dilakukan pada hari Jumat, tanggal 30 Juni 2023, pukul 11.00
yang di sebarkan melalui whatsapp grup Zamzam dan memastikan
perawat Zamzam sudah melihatnya.
(ss video)
b. Pembuatan format dokumentasi kegiatan pre dan post conferen
Pembuatan format dokumentasi kegiatan pre dan post conferen.
Pelaksanaan pembuatan format pre dan post conferen dilakukan pada
hari Jumat, 30 Juni 2023 dan sudah di setujui oleh kepala ruangan
untuk diterapkan diruangan Zam -zam.
Pada tahap persiapan ini kelompok menyesuaikan isi format
dengan SPO yang telah disetujui oleh Kepala ruangan, guna
mempermudah perawat di ruangan zam-zam dalam pengisian kegiatan
pelaksanaa pre dan post conferen.

43
2. Belum optimalnya pencegahan pasien resiko jatuh sesuai SOP di
ruangan Zam-zam RSI Padang Ibnu Sina

a. Melakukan pembuatan vidio pencegahan resiko jatuh


Pembuatan video edukasi pencegahan resiko jatuh yang di lakukan
oleh mahasiswa dan Vidio pencegahan resiko jatuh tersebut
disebarkan melalui via grup wa oleh kepala ruangan. pada hari
jumat, 30 Juni 2023. yang di sebarkan melalui whatsapp grup
Zamzam dan memastikan perawat Zamzam sudah melihatnya.
(ss video)
b. Pembuatan lembar balik pencegahan resiko jatuh

Pembuatan lembar balik yang dibuat oleh mahasiswa dilakukan pada


hari Kamis, 29 juni 2023 pukul 16.00 WIB sudah di setujui oleh
pembimbing untuk diterapkan diruangan zam-zam.

44
Pada tahap persiapan ini kelompok menyesuaikan isi materi
lembar balik yang telah disetujui oleh Kepala ruangan, guna
mempermudah perawat di ruangan Zam-zam dalam memberikan
edukasi pencegahan resiko jatuh.

3. Belum Optimalnya Tindakan indetifikasi dan pelebalan Cairan


Infus di Ruangan Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.
a. Pembuatan video Tindakan identifikasi dan pelabelan
penggantian cairan infus
Pembuatan video Tindakan identifikasi dan pelabelan penggantian
cairan infus dilakukan oleh mahasiswa pada tanggal 28 Juni 2023,
dan disebarkan oleh kepala ruangan melalui via grup wa pada
tanggal 30 juni 2023. dan memastikan perawat Zamzam sudah
melihatnya.

(SS VIDIO )
b. Pembuatan pelabelan infus

Penerapan dengan menempelkan label infus pasien yang berisi tenta


ng nama, nomor rekam medis, tanggal dan jam pemasangan, klof ke,
jenis cairan obat yang ditambahkan, tetesan dan paraf tangan perawa

45
t. Label infus diletakkan di troli injeksi. Pada hari sabtu 03 Juni 2023
pukul 08.00 WIB. Pada tahap persiapan ini kelompok menyediakan
label infus dan memberi tahu tempat letak label infus.

B. HASIL EVALUASI KEGIATAN


Masalah 1 : Belum Optimalnya pelaksanaan pre dan post conferen
diruangan zam-zam RSI Padang Ibnu Sina

a. Bedasarakan hasil observasi pelaksanaan pre dan post conferen


sebelumnya implementasi diruangan zam -zam RSI Padang Ibnu Sina.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap perawat mela


lui observasi untuk pelaksanaan pre dan post conferen pada tanggal 21-23
juni 2023 didapatkan belum terlaksananya pelaksanaan pre dan post
conferen diruangan zam -zam. Dan belum tersedianya format dokumentasi
pelaksanaan pre dan post comprent di ruang zam-zam.

b. Bedasarakan hasil observasi pelaksanaan pre dan post conferen


sesudah implementasi diruangan zam -zam RSI Padang Ibnu Sina.

Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai


pelaksanaan pre dan post conferen di dapatkan hasil keseluruhan setiap
sift 100% sudah melaksanakan pre dan post conferen serta mengisi format
pre dan post comprece setiap sift dinas. perawat dapat melakukan perencan
aan pre dan post conferen. Dan pelaksanaan pre dan post comprens sesuai

46
dengan video yang kami rancang. Sehingga dapat memudah dan tentunya
membantu perawat dalam melaksanakan Tindakan keperawatan yang akan
dilakkan dan yang akan diberikan oleh perawat di ruangan zam-zam RSI I
bnu Sina Padang.

Masalah 2 : Belum optimalnya pencegahan pasien resiko jatuh sesuai


SOP di ruangan Zam-zam RSI Padang Ibnu Sina
a. Bedasarakan hasil observasi pencegahan resiko jatuh
sebelumnya diruangan zam -zam RSI Padang Ibnu Sina.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap perawat
melalui lembar observasi untuk pencegahan resiko pada tanggal 21-
23 juni 2023 didapatkan dari 10 perawat dimana 7 perawat belum
melakukan pemasangan stiker kuning dan segitiga pada pasien resiko
jatuh tinggi.
Berdasarkan wawancara kusioner sebelumnya kepada perawat
didapatkan 50% perawat menyatakan perawat tidak perlu melakukan
pemasangan stiker kuning dan segitiga pada pasien beresiko jatuh.
b. Bedasarkan hasil observasi pencegahan resiko jatuh dan
penayangan edukasi pencegahan resiko jatuh diruangan zam-zam
RSI Padang Ibnu Sina.
Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai
pencegahan resiko jatuh dengan memberikan stiker kuning dan
segitiga kuning di dapatkan hasil dari 9 perawat yaitu 100% perawat
dapat melakukan edukasi dan melakukan pemberian stiker kuning dan
segitiga kuning pada pasien resiko jatuh tinggi. Selama evaluasi tgl 3-
5 Juli 2023 didapatkan 8 orang pasien yang beresiko jatuh tinggi, hasil
observasi 100% pasien sdh di berikan stiker kuning, segitiga kuning
dan diberikan edukasi resiko tinggi kepada pasien dan keluarga
memakai lembar balik. Sehingga dapat membantu perawat dalam

47
melaksanakan tindakan keperawatan yang mencegah pasien agar tidak
cedera ruangan zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.
Masalah 3 :Belum Optimalnya Tindakan indetifikasi dan pelebalan Cairan
Infus di Ruangan Zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.
a. Bedasarakan hasil observasi Tindakan identifikasi dan pelabelan cairan
infus saat penggantian cairan infus sebelumnya implementasi diruangan
zam -zam RSI Padang Ibnu Sina.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap perawat melalui lembar
observasi untuk Tindakan identifikasi dan pelabelan cairan infus pada
Tindakan penggantian cairan infus dimana tanggal 21-23 juni 2023
didapatkan dari 10 perawat 8 diantaranya tidak melakukan pengidentifikasian
dan pelabelan cairan infus saat penggantian cairan infus pada pasien.
b. Bedasarakan hasil observasi Tindakan identifikasi dan pelabelan cairan
infussaat penggantian cairan infus sesudah implementasi diruangan zam
-zam RSI Padang Ibnu Sina
Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai Tindakan
indentifikasi dan pelabelan cairan infus dapatkan hasil dari 9 perawat
100% perawat sudah melakukan identifikasian sebelum pemberian cairan
dan pemberian label cairan infus pada saat mengganti cairan infus pada
pasien dan tentunya membantu perawat dalam melaksanakan Tindakan
keperawatan sesuai dengan SPO ruangan zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.

BAB V
PEMBAHASAN

48
A. Pelaksanaan pre dan post conferen sesudah implementasi diruangan
zam -zam RSI Padang Ibnu Sina.

Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai


pelaksanaan pre dan post conferen di dapatkan hasil keseluruhan setiap
sift 100% sudah melaksanakan pre dan post conferen serta mengisi format
pre dan post comprece setiap sift dinas. perawat dapat melakukan perencan
aan pre dan post conferen. Dan pelaksanaan pre dan post comprens sesuai
dengan video yang kami rancang. Sehingga dapat memudah dan tentunya
membantu perawat dalam melaksanakan Tindakan keperawatan yang akan
dilakkan dan yang akan diberikan oleh perawat di ruangan zam-zam RSI I
bnu Sina Padang

Pertemuan pre conference adalah komunikasi antara katim dan per


awat pelaksana setelah pergantian dinas untuk rencana kegiatan tim dipim
pin oleh pemimpin atau pemimpin tim Isi pra konferensi yaitu rrencana ha
rian, dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Nursalam, 2011). Pre co
nference merupakan diskusi aspek klinis sebelum melanjutkan dengan per
awatan, aspek klinis perawatan pasien dan pasca pertemuan yaitu pasca dis
kusi merawat pasien. Menerapkan perawatan cara yang paling ideal adalah
dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, sehingga perawat har
us memberikan pelayanan keperawatan sebelum dan sesudah pertemuan,
mengoptimalkan dan meningkatkan kinerja perawat (Darwita,2022).

B. Pelaksanaan pencegahan resiko jatuh dan penayangan edukasi


pencegahan resiko jatuh diruangan zam-zam RSI Padang Ibnu Sina.
Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai
pencegahan resiko jatuh dengan memberikan stiker kuning dan segitiga

49
kuning di dapatkan hasil dari 9 perawat yaitu 100% perawat dapat
melakukan edukasi dan melakukan pemberian stiker kuning dan segitiga
kuning pada pasien resiko jatuh tinggi. Selama evaluasi tgl 3-5 Juli 2023
didapatkan 8 orang pasien yang beresiko jatuh tinggi, hasil observasi
100% pasien sdh di berikan stiker kuning, segitiga kuning dan diberikan
edukasi resiko tinggi kepada pasien dan keluarga memakai lembar balik.
Sehingga dapat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang mencegah pasien agar tidak cedera ruangan zam-zam
RSI Ibnu Sina Padang.
Insiden jatuh ini tidak hanya berdampak pada cedera, namun juga
meningkatkan lama rawatan, serta biaya rawatan pasien. Mengurangi
angka insiden jatuh pada pasien di rawat inap. Pencegahan risiko pasien
jatuh yaitu dengan penilaian awal risiko jatuh, Risk Assessment pasien
jatuh merupakan elemen pertama pada program pengurangan risiko jatuh,
suatu metode penilaian risiko untuk pasien jatuh yang dilakukan oleh
perawat. penilaian berkala setiap ada perubahan kondisi pasien, serta
melaksanakan langkah–langkah pencegahan pada pasien berisiko jatuh.
Implementasi di rawat inap berupa proses identifikasi dan penilaian pasien
dengan risiko jatuh serta memberikan tanda identitas khusus kepada pasien
tersebut, misalnya gelang kuning, memberikan penanda risiko,
merendahkan tempat tidur pasien, pemasangan pengaman tempat tidur
pasien serta informasi tertulis kepada pasien atau keluarga pasien .
Meskipun upaya pencegahan risiko pasien jatuh sudah dilakukan akan
tetapi masih ada beberapa rumah sakit yang mengalami insiden pasien
jatuh khususnya di rawat inap. (Maharani, 2022).

C. PelaksanaanTindakan identifikasi dan pelabelan cairan infussaat


penggantian cairan infus sesudah implementasi diruangan zam -zam
RSI Padang Ibnu Sina

50
Berdasarkan hasil observasi post implementasi mengenai Tindakan
indentifikasi dan pelabelan cairan infus dapatkan hasil dari 9 perawat
100% perawat sudah melakukan identifikasian sebelum pemberian cairan
dan pemberian label cairan infus pada saat mengganti cairan infus pada
pasien dan tentunya membantu perawat dalam melaksanakan Tindakan
keperawatan sesuai dengan SPO ruangan zam-zam RSI Ibnu Sina Padang.
Identifikasi adalah menetapkan atau menyamakan identitas
seseorang dengan cara mengumpulkan data dan catatan dari individu yang
berkaitan. Kim, Yoo, & Seo (2018), menyebutkan bahwa kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien bisa di minimalkan dengan cara mengidentifikasi
pasien dengan cara memodifikasi tanda pengenal nama pasien dan nomor
kamar tidur atau pun bed pasien (Andriyanti et al., 2022).
Kesalahan identifikasi dapat disebabkan karena tiga hal, yaitu
kesalahan dalam pemasangan lebel, kesalahan penulisan, dan kesalahan
dalam konfirmasi identitas kepada pasien atau keluarga (Anggraeni,
Hakim, & Widjiati, 2014).
Kesalahan yang mengakibatkan pasien cedera dapat berupa
ketidaktepatan identifikasi pasien yang berakibat kesalahan atau
keterlambatan diagnosis, kegagalan dalam bertindak, kesalahan
pengobatan, dan kesalahan dosis atau metode dalam pemberian obat
(Darliana, 2016).
Pemberian label pada saat pemasangan cairan infus sangat
penting,karena hal tersebut termasuk salah satu cara untuk mengingat kan
kita mengenai:kapan kita harus melakukan penggantian infus lagi sebagai
salah satu upaya dalam pencegahan infeksi dapat membantu memonitor
ketepatan waktu dalam penggantian cairan infus kepada pasien.sehingga
kebutuhan pasien dapat termonitor dan benar2 sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan pasien Dapat membantu kita dalam efisiensi waktu.

51
52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari analisa SWOT, diidentifikasi 3 masalah pelayanan sebagai
berikut :
a. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conferen
b. Belum optimalnya pencegahan resiko jatuh
c. Belum optimalnya identifikasi dan pelabelan cairan infus
2. Berdasarkan prioritas PSBN didapatkan prioritas masalah yaitu:
a. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conferen
b. Belum optimalnya pencegahan resiko jatuh
c. Belum optimalnya identifikasi dan pelabelan cairan infus

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dalam hal ini dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Bidang Keperawatan


Perlunya bimbingan yang berkesinambungan dari bagian
keperawatan, reinforcement positif untuk meningkatkan kinerja tenaga
keperawatan serta penilaian rutin dari manajer pelayanan dan bagian
keperawatan orientasi pasien baru, identifikasi pasien dengan benar, dan
pengaplikasian tindakan mengganti cairan infus di ruangan Multazam
RSI Ibnu Sina Padang.
2. Bagi kepala ruangan

53
Perlunya mengingatkan dan memotivasi semua perawat di ruangan
untuk dapat melakukan dan menerapakan hal yang telah di pelajari.

3. Bagi ketua tim dan perawat pelaksana

Perlu adanya kerjasama dan tanggung jawab antara perawat


diruangan dan mempertahankan pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan optimal di ruangan Multazam RS Islam Ibnu Sina Padang.

4. Bagi mahasiswa manajemen keperawatan

Agar mahasiswa yang berpraktek manajemen keperawatan


diruangan Multazam RS Islam Ibnu Sina Padang dapat
mempertahankan dan melanjutkan pelaksanaan secara optimal dan
berkesinambungan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Adventus, Mahendra, D., & Martajaya, I. M. (2019). Modul Manajemen Pasien


Safety. Modul Manajemen Pasien Safety, 22. http://repository.uki.ac.
id/2730/1/BUKUMODULMANAJEMENPASIENS A FETY.pdf

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2022). Patient


identification. 1–2.

Kesalahan identifikasi pasien berdasarkan sasaran keselamatan pasien. Inovasi


Teknologi Informasi Untuk Mendukung Kerja PMIK Dalam Rangka
Kendali Biaya Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 5–11.

Dan, P., Risiko, P., Terhadap, J., Keselamatan, I., & Di, P. (2022). Jurnal Pendid
ikan dan Konseling. 4, 2298–2307.

Desilawati, & Alini. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam
Mengidentifikasi Pasien Dengan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Di
Ruang Rawat Inap Hospital Pekanbaru Aulia. 1.

Dewi, A. Donaldson, L., Ricciardi, W., Sheridan, S., & Tartaglia, R. (2021). Patien
t Safety in the World. In Textbook of Patient Safety and Clinical Risk
Management. https://doi.org/10.1007/978-3-030-59403-9_8

Evi Stiyowati. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient


Safety Dengan Pelaksanaan Identifikasi Pasien. 8(5), 55.

Fatimah, F. S., Sulistiarini, L., & . F. (2018). Gambaran Pelaksanaan Identifikasi


Pasien Sebelum Melakukan Tindakan Keperawatan di RSUD Wates.

Indonesian Journal of Hospital Administration, 1(1), 21. https://doi.org/10.219


27/ijhaa.v1i1.754

Firdaus, M., Tonis, M., Handoko, B., & Zaky, A. (2020). Kesehatan Pasien. A
Journal Of Community Service, 12-16.

Herlina, L. (2020). Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam


Pelaksanaan Identifikasi Pasien Sebagai Bagian Dari Keselamatan Pasien
Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Kesehatan, 10(1), 1253–1258. https://
doi.org/10.38165/jk.v10i1.4

Kemenkes. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Nasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–158. Komisi Akredit
asi

55
Peraturan Menteri Kesehatan. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan. 3, 1–80.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI. (2017). PERATURAN
MENTERI KESEHATAN RI.

Putra, CS. 2016. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: In Media

Sriningsih, N. N., Kep, S., Marlina, M. K. E., Sriningsih, N. N., Kep, S., Kep, M.,
Sakit, R., & Kabupaten, U. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan
Pasien ( Patient Safety ) Pada Petugas Kesehatan Menurut Joint Commi
ssion Internasional ( JCI ) dan world Health Organitation ( WHO ) melapo
rkan beberapa negara terdapat 70 % kejadian. 9(1). https://doi.org/10.370
48/kesehatan.v9i1.120

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Metode


Penelitian Kuantitatif, kualitatif , dan R&D.

Usman, A., Rosdiana, & Misnawati, A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Persalinan
Prematur Di Rumah Sakit Umum Polewali Tahun 2021. Jurnal Kesehatan,
9(1), 40–50.

Wahyuningsih, D. N., Mahfud, & Zulpahiyana. (2017). Hubungan Pelaksanaan


Standar Prosedur Operasional Pemasangan Gelang Identitas Pasien
Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Penerimaan Pasien Rawat Inap Rsud
Wates Kulon Progo. Wibowo, S. E. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang
Ketepatan Identifikasi Pasien. Jurnal Kesehatan, 2(2).

Wigiarti, S. herni, Yetti, K., Mashudi, D., Sari, R. P., & Sutini, T. (2020). Jurnal
Keperawatan Komprehensif. Jurnal Keperawatan, 6 No.2.

Yudhawati, D. D., & Listiowati, E. (2016). Evaluasi Penerapan Identifikasi Pasie


n Di Bangsal Rawat Inap Rsi Siti Aisyah Madiun. 1–10.

56

Anda mungkin juga menyukai