Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IMPLEMENTASI TEORI GABRIEL ALMOND DAN


DAVID EASTON DALAM WABAH PENYAKIT
MULUT DAN KUKU (PMK)

Disusun Oleh:
M. Yuniarhadi Satriawan
202110050311009

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2022
DAFTAR ISI

BAB 1......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Makalah............................................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Analisa masalah Kemiskinan menggunakan Teori David Easton................6

a) Input..........................................................................................................6

b) Proses........................................................................................................7

c) Output........................................................................................................8

B. Analisa masalah Kemiskinan menggunakan Teori Gabriel Almond............9

a) Sosialisasi .................................................................................................9

b) Komunikasi.............................................................................................10

c) Rekrutmen ..............................................................................................11

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakangan ini sedang ramai pemberitaan yang membahas tentang penyakit yang
sebenarnya sering muncul atau terjadi di Inonesia, penyakit ini dinamakan “
Penyakit Mulut dan Kaki” . Penyakit mulut dan kaki atau yang disingkat dengan
“PMK” merupakan penyakit hewan menular yang menyerang hewan berkuku
belah baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau, domba,
kambing, rusa dan lain-lain (Leestyawati, 2022a). Penyakit ini sebenarnya sudah
ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1887, kejadian
ini pertama kali ditemukan di daerah Malang, Jawa Timur yang menginnfeksi
banyak hewan ternak hingga meluas sampai Banyuwangi. Penyakit mulut dan
kuku saat itu dinilai sebagai akibat dari pemerintah yang melakukan impor sapi
yang berasal dari eropa tepatnya Belanda. Setelah kejadian di Malang dan
Banyuwangi tersebut, selanjutnya penyakit ini ditemukan di Jakarta tahun 1889,
Aceh tahun 1892, kalimantan tahun 1906 hingga ke Sulawesi pada tahun 1907.

Kebijakan pemerintah dalam mengimpor hewan ternak dari luar negeri tentu perlu
dikaji dan disusun dengan matang, pemerintah tidak hanya mendatangkan saja
akan tetapi pemerintah juga harus mengidentikasi dengan cermat hewan ternak
yang hendak akan di impor, mulai dari mengidentifkasi negara pemasok hewan
ternak impor apakah negara tersebut terbebas dari penyakit mulut dan kuku atau
malah sebaliknya. Dengan melakukan kejadian yang sudah berlalu terulang
kembali seperti pada tahun 1887.

Masalah hewan-hewan ternak yang dipasok secara ilegal oleh para pengusaha sapi
juga menjadi masalah utama bagi pemerintah saat ini, hewan ternak tersebut
masuk dalam negeri tanpa dilakukannya pengecekan dan evaluasi oleh dinas
terkait. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang luas
dan besar sehingga terdapat banyak pelabuhan-pelabuhan kecil yang bisa
dijadikan sebagai tempat atau sarana jual beli hewan ternak ilegal. Hal ini patut di
cermati oleh pemerintah sebagai pencegahan penyakit mulut dan kuku atau PMK.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah penting
yang saya jabarkan menurut teori pengambilan keputusan dari David Easton dan
Gabriel Almond sebagai berikut,
1. David Easton
a. Input: Apa itu penyakit mulut dan kuku dan mengapa bisa terjadi ?
b. Proses: Bagaimana kebijakan dan strategi pemerintah dalam mengatasi
penyakit ini ?
c. Output: Bagaimana hasil dan respon masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah dalam mengatasi penyakit ini ?
2. Gabriel Almond
a. Sosialisasi: Bagaimana bentuk sosialisasi pemerintah mengenai
penyakit ini?
b. Komunikasi: Apakah pemerintah bekerja sama dengan lembaga atau
instansi lain dalam mengatasi penyakit ini?
c. Rekrutmen: Apakah dalam mengatasi penyakit ini pemerintah
melakukan rekrutmen bagi warga sipil di dalam menekan penyeberan
penyakit ini ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengkaji upaya-upaya pengambilan keputusan
yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang telah dijabarkan
dibagian perumusan masalah. Adapun kajian teori yang saya pakai didasarkan
pada teori pengambilan keputusan oleh David Easton dan juga Gabriel Almond.

Selain itu dengan adanya makalah ini, saya berharap bisa memberikan informasi
yang didasarkan pada data dan fakta yang bisa memberikan pengetahuan kepada
para pembaca dan berharap makalah ini bisa digunakan dengan sebaiknya-baiknya
untuk bahan pengajaran berupa cara mengimplementasikan sebuah teori ke
kehidupan nyata.
BAB II
ISI/PEMBAHASAN

A. David Easton

1. Input
Input berisi tentang pendeskripsian mengenai permasalahan yang sedang
dihadapi pemerintah saat ini yaitu mewabahnya penyakit mulut dan kuku atau
PMK.

Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK adalah penyakit epizootika dengan daya tular
tinggi (highly contagious) pada hewan berkuku genap/belah yang paling ditakuti
di dunia karena menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi. (Baku,
2019). Masa inkubasi penyakit PMK berkisar antara 2-8 hari. Gejala penyakit ini
pada setiap jenis hewan bervariasi. Secara umum, penyakit ini menunjukkan
gejala demam tinggi mencapai 39°C selama beberapa hari, nafsu makan tidak ada
dan terjadi luka atau lepuh di daerah mulut seperti lidah, gusi, pipi bagian dalam
dan bibir serta keempat kaki pada bagian tumit, celah kuku dan bagian kaki
lainnya, Luka dan lepuh juga bisa terjadi pada liang hidung, moncong, dan puting
susu (Leestyawati, 2022a).

Tingkat penularan dari penyakit ini sangat tinggi dengan tingkat kematian yang
rendah. Virus dari penyakit ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan
hidup pada tulang, kelenjar, susu, dan bagian tubuh lainnya. Penyakit mulu dan
kuku bisa menyebar melalui kontak langsung maupun tidak langsung, melalui
angin, dan media yang membawa virus.
Indonesia pada saat ini kembali dilanda penyebaran penyakit mulut dan kuku pada
hewan ternak khusunya pada hewan ternak sapi. Penyakit ini mulai terdeteksi lagi
di daerah Jawa Timur dan menyebar hingga ke 18 daerah serta menyebar ke 213
kabupaten atau kota. Adapun daerah yang ikut terjangkit adalah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, DI Yogyakarta,
Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Banten, Jambi,
DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Riau, Bengkulu,
dan Kalimantan Tengah. Saat ini hewan ternak sapi yang terkonfirmasi positif
adalah sebanyak 226.317 ekor, hewan ternak mati sebanyak 1.262. Tentu
permasalahan ini harus segara disikapi dan diatasi oleh pemerintah dengan
secepat-cepatnya karena PMK ini bisa mengakibatkan pasokan daging akan
langka, menurunnya harga sapi serta masalah lainnya.
2. Proses Kebijakan

Proses kebijakan berisi tentang langkah, solusi, dan kebijakan yang dilakukan
pemerintah didalam mengenai permasalahan yang sedang dihadapi
pemerintah saat ini yaitu mewabahnya penyakit mulut dan kuku atau PMK
pada hewan ternak.

Dalam mengatasi permasalahan ini tentu saja harus membutuhkan perhatian yang
serius dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah, oleh karena itu, untuk
mengatasi permasalahan PMK ini pemerintah mengambil kebijakan dan strategi
sebagai berikut:

a. Pertama, dengan cara memberikan 800 ribu vaksin untuk tahap pertama
dan 2,2 juta vaksin untuk tahap kedua, vaksin tersebut akan segera
disuntikkan kepada hewan ternak di seluruh Indonesia. Dengan
dilakukannya vaksin pada hewan ternak diseluruh Indonesia maka akan
menekan angka positif PMK serta bisa menekan penyebaran PMK di
seluruh daerah Indonesia.

b. Kedua, Kementerian Pertanian ( Kementan) melakukan dan meningkatkan


tindakan “Biosekuriti”. Biosekuriti merupakan serangkaian tindakan yang
meliputi Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan,
pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans, melarang pemasukan
ternak dari daerah lain, terutama daerah tertular melakukan tindakan
karantina dengan ketat, menjaga kondisi ternak dengan manajemen
pemeliharaan yang baik, meningkatkan sanitasi dan mendesinfeksi
kandang dan sekitarnya secara berkala. Tindakan biosekuriti harus
diterapkan secara bersama-sama dan kompak oleh seluruh masyarakat baik
dari unsur pemerintah maupun petani, peternak dan pengusaha
(Leestyawati, 2022a).

c. Ketiga, berkaitan dengan poin kedua, pemerintah dalam hal ini


Kementerian Pertanian ( Kementan) berkoordinasi dengan Kepolisian
Republik Indonesia ( Polri) untuk melakukan pendampingan dan
pengawasan terkait penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada
hewan ternak. Kementerian Pertanian ( Kementan) dan Kepolisian
Republik Indonesia ( Polri) sepakat untuk mengawasi penanganan
penyakit tersebut agar tidak terjadi pergeseran ke luar dari wilayah
temuan. (Christiyaningsih, 2022).

d. Keempat, Kementerian Pertanian ( Kementan) mengalokasikan anggaran


Rp.48 miliar untuk pencegahan dan pengendalian penyakit mulut dan kaki
atau PMK. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk kebutuhan obat-
obatan berupa vitamin, antibiotik, antipiretik, disinfektan dan alat
pelindung diri (APD) ke sejumlah wilayah yang terdampak penyakit mulut
dan kuku atau PMK.

e. Kelima, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan pelatihan


penanganan penyakit mulut dan kuku atau PMK kepada pejabat otoritas
veteriner provinsi/kabupaten/kota hingga para tenaga kesehatan hewan,
seperti dokter hewan, paramedis veteriner, dan inseminator. 

3. Output

Output berisi tentang hasil, dampak, dan respon masyarakat mengenai


kebijakan yang dilakukan pemerintah didalam mengenai permasalahan yang
sedang dihadapi pemerintah saat ini yaitu mewabahnya penyakit ini.

Dari solusi, strategi, serta kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sukses menekan
penyebaran dan juga mengendalikan penyakit mulut dan kuku atau PMK. Selain
itu, Respon masyarakat sangat mendukung adanya solusi atau kebijakan dari
pemerintah berupa pemberian vaksin dan obat-obatan serta peningkatan
biosekurity. Hal ini dibuktikan dari adanya hewan ternak yang sembuh setelah
dilakukannya vaksin dan pemberian obat-obatan. Tercatat ada 71.780 hewan
ternak yang sembuh dari penyakit ini. Dari 226.317 ternak yang terjangkit, angka
ternak yang mati hanya sebanyak 1.262 ekor, itu menandakan bahwa angka
kematian hewan ternak akibat penyakit mulut dan kuku atau PMK ini tergolong
rendah atau dibawah 3 persen. Diharapkan untuk kedepannya pemerintah harus
terus bisa menekan angka penyakit mulut dan kuku atau PMK serta pemerintah
harus melakukan pencegahan dini agar tidak lagi menginfeksi hewan-hewan
ternak yang ada di Indonesia.

B. Gabriel Almond

1. Sosialisasi

Sosialisasi berisi tentang langkah pemerintah didalam memberikan penyuluhan


atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai permasalahan yang sedang
dihadapi saat ini yaitu mewabahnya penyakit ini.

Untuk mengatasi permasalahan penyakit mulut dan kuku atau PMK, pemeritah
pusat maupun pemerintah daerah gencar melakukan sosialisasi tentang penyakit
ini. Adapun pemerintah melakukan sosialisasi mulai dari pasar hewan, pusat
perbelanjaan sembako, pendopo kecamatan, kantor desa hingga lokasi lainnya.
Selain itu, pemerintah juga melakukan sosialisasi ke rumah-rumah warga yang
memiliki ternak. Sosialisasi ini diharapkan dihadiri oleh seluruh peternak sapi,
peternak kambing, peternak domba dan peternak lainnya. Tujuan dan maksud dari
sosialisasi ini adalah agar masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang
pencegahan penyakit mulut dan kuku atau PMK. Diharapkan juga para peternak
dapat lebih waspada, terhadap penularan penyakit mulut dan kuku pada hewan
ternak miliknya. Selain diberikan langkah untuk pencegahan penyakit, para
peternak juga diberikan edukasi mengenai bahaya penularan dari penyakit mulut
dan kuku atau PMK (DINPERPA, 2022). Tercatat hingga saat ini, beberapa
daerah sukses melakukan sosialisasi mengenai penyakit PMK ini kepada
masyarakat seperti Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang melakukan sosialisasi
di kabupaten setempat, kemudian ada Pemerintah Kediri yang langsung
melakukan sosialisasi ke pasar hewan ternak, lalu ada Pemerintah Kota
Pekalongan melakukan sosialisasi kepada puluhan peternak yang bertempat di
kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan serta masih banyak daerah
lainnya yang telah melakukan sosialisasi mengenai penyakit mulut dan kuku atau
PMK.

2. Komunikasi

Komunikasi berisi tentang bentuk kerjasama yang dilakukan pemerintah


dengan instansi atau lembaga lainnya didalam memberikan solusi dan strategi
terhadap permasalahan yang sedang dihadapi saat ini yaitu mewabahnya
penyakit ini.

Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian


(Kementan) menjalani kerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri),
adapun bentk kerjasamanya sebagai berikut,

a. Pertama, Kepolisian Republik Indonesia (Polri), bersedia untuk membantu


melakukan pendampingan serta pengawasan yang ketat terhadap hewa
ternak yang terpapar atau terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK,
penanganan ini dilakukan agar penyakit ini tidak menyebar dan
mengalami pergeseran ke luar wilayah temuan.

b. Kedua, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mendukung langkah


Kementan untuk melakukan lockdown sebagai upaya pencegahan dari
penyakit kuku dan mulut atau PMK. Polri akan ikut serta dengan
Kementan melalui dinas-dinas terkait melakukan pengecekan ketat
terhadap proses perdagangan hewan ternak yang didasarkan atau merujuk
dari hasil pemeriksaan dokter hewan Badan Karantina dan Dinas
Peternakan. Hal ini penting dilakukan guna menekan angka persebaran
penyakit ini.
c. Ketiga, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bersedia mengawal
pendistribusian dan pengalokasian kebutuhan obat-obatan berupa vitamin,
antibiotik, antipiretik, disinfektan dan alat pelindung diri (APD) ke
sejumlah wilayah yang terdampak penyakit mulut dan kuku atau PMK.

Selain bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), kementan juga
akan bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti Kementerian
Kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat pasca
mewabahnya penyakit ini. Dalam hal ini juga, peran warga sipil atau masyarakat
terutama para peternak dibutuhkan untuk menekan angka penyebaran penyakit ini,
peternak harus tetap menjaga kebersihan kandang dan terus memberikan vitamin
tambahan kepada para hewan ternak sehingga imunitas hewan ternak bertambah.

3. Rekrutmen

Rekrutmen berisi tentang pengekrutan tenaga ahli, relawan, dan pihak terkait
lainnya guna untuk membantu pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian
( Kementan) dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi saat ini
yaitu mewabahnya penyakit ini.

Dalam mengatasi mewabahnya penyakit ini, pemerintah melalui Kementerian


Pertanian ( Kementan) tentu membutuhkan tenaga tambahan didalam mengatasi
penyakit ini. Pemerintah akan merekrut dan menyiapkan tenaga kesehatan terlatih
untuk menangani wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada hewan ternak.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) telah menggelar pelatihan
tenaga kesehatan hewan yang terkait disetiap daerah. Mereka diharapkan mampu
melatih dan mengajarkan kepada para tenaga kesehatan lainnya di daerah masing-
masing untuk melaksanakan vaksinasi masal di daerah yang sudah ditentukan
untuk mencegah wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK. Peternak juga akan
diberikan pemahaman mengenai mekanisme pendataan ternak yang sekaligus
digunakan untuk penandaan ternak pascavaksinasi dan sebagai pembekalan
petugas vaksinasi (Simanjuntak, 2022). Selain membutuhkan tenaga kesehatan
yang terlatih, Kementerian Pertanian ( Kementan) bersama para relawan terus
melakukan upaya-upaya untuk memutus penyebaran Penyakit mulut dan kuku
atau PMK. Relawan dibutuhkan untuk mengcover dan membantu langkah-
langkah yang dilakukan oleh pemerintah seperti penyemprotan disinfektan
dikandang-kandang para peternak, meklakukan vaksinasi, serta pemberian obat-
obatan dan sejenisnya.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan fakta dan data yang telah dijabarkan diatas, penyebaran penyakit
mulut dan kuku atau PMK pada hewan ternak di beberapa wilayah bisa
dikendalikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan)
yang sejauh ini telah memberikan berbagai solusi kepada seluruh masyarakat
khususnya kepada para peternak hewan. Pemerintah juga terus mengupayakan
menekan penyebaran penyakit ini melalui kerja sama yang dilakukan dengan
pihak-pihak terkait seperti Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) serta para relawan kesehatan yang bersedian membantu
pemerintah dalam menanggulangi penyakit ini. Pemerintah melakukan sosialisasi
dari pasar hewan hingga mengunjungi rumah para peternak hewan dengan
melakukan sterilasi kandang, pemberian obat-obatan, vitamin, dan sejenisnya.
Langkah yang dilakukan pemerintah sejauh ini patut kita apresiasi mengingat
angka kematian hewa ternak akibat virus ini sangatlah rendah. Sementara itu,
angka kesembuhan dari penyakit mulut dan kuku atau PMK ini terus bertambah
dari hari ke hari. Kemajuan ini harus bisa ditingkatkan kedepannya sehingga
angka penyebaran penyakit ini bisa terus ditekan dan diputus. Berkaca dari
peristiwa yang sudah berlalu dan saat ini, pemerintah harus melakukan
pencegahan dini agar penyakit ini tidak lagi menyebar di Indonesia karena
dampak dari penyakit ini memberatkan para peternak hewan mengingat harga
hewan ternak akan melonjak turun akibat penyakit ini. Selain memberatkan para
peternak, akan terjadi kelangkaan daging seperti daging sapi, kerbau, kambing dan
lain-lain. Hal ini harus dicermati oleh pemerintah dan segera membuat kebijakan
baru untuk mengatasi permasalahan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Baku, P. O. (2019). Uji Elisa Liquid Phase Blocking ( LPB ) untuk Deteksi
Antibodi Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ). 031.

BKTM Bersama Tim Relawan PMK Kunjungi Peternakan Sapi Di Desa


Pakisrejo. (n.d.). Tribata News Polres Blitar Kota.

Christiyaningsih. (2022). Kapolri Dukung Upaya Kementan Tangani Wabah


PMK. Republika.Co.Id.

DINPERPA. (2022). Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Penyakit Mulut dan


Kuku ( PMK ), DINPERPA adakan sosialisasi. 2022.

Harjanti, D. W. (2022). Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak - Begini
Penjelasan Pakar Kesehatan. Sistem Informasi Desa Tegal Yoso.
https://tegalyoso.id/artikel/2022/6/7/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-
ternak-begini-penjelasan-pakar-kesehatan

Hewan, D. P. dan K. (2019). Laporan Surveilans Eksotik Penyakit Mulut dan


Kuku (PMK) dan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE). 1–20.

Ibrahim, A. malik. (2022). Pemerintah sudah bisa kendalikan penyebaran PMK.


Antara.Co.Id.

Komalasari, T. D. (2022). Kementan Anggarkan Rp 48 Miliar untuk Atasi Wabah


PMK. Katadata.Co.Id.

Leestyawati, N. W. (2022a). Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dinas Pertanian


Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.
https://distanpangan.baliprov.go.id/penyakit-mulut-dan-kuku-pmk/

Leestyawati, N. W. (2022b). Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dinas Pertanian


Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.
https://distanpangan.baliprov.go.id/penyakit-mulut-dan-kuku-pmk/

Menko PMK : Minta Vaksin Hewan Ternak Dipercepat. (2022). Kementeri an


Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan Republik
Indonesia.

NAIPOSPOS, T. S. P. (2014). Impor Ternak dan Risiko PMK. Center for


Indonesian Veterinary Analytical Studies, 1–3.
Pelayanan Keswan Dan Sosialisasi PMK. (2022). Dinas Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Ternak Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Peta Sebaran Penyakit Mulut Dan Kuku Nasional. (2022). Kementerian Pertanian
Republik Indonesia.

PMK pada Hewan, Presiden: Segera Berikan Vaksin. (2022). Kementerian


Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Polri Kerja Sama Dengan Kementan Awasi Wabah PMK. (2022). CNN
IndonesIa.

Silitonga, R. J. (2017). Ancaman Masuknya Virus Penyakit Mulut dan Kuku


Melalui Daging Ilegal di Entikong, Perbatasan Darat Indonesia dan
Malaysia. Jurnal Sain Veteriner, 34(2), 147.
https://doi.org/10.22146/jsv.27222

Simanjuntak, R. A. (2022). Pemerintah Siapkan Tenaga Kesehatan Tangani


PMK.

Anda mungkin juga menyukai