BAB 1
pendahuluan
Luas wilayah daratan Kabupaten Buru Selatan 6.723 Km², yang terdiri dari luas laut 1.663 Km² dan luas
daratan 5.060 Km². Adapun kondisi topografi Kabupaten Buru Selatan terbagi menjadi 3 satuan, yaitu
pegunungan, perbukitan dan dataran. Ditinjau dari luas menurut kecamatan, masing-masing antara lain
Kecamatan Leksula adalah 1.900 KM², Kecamatan Kapala Madan 1.276 Km², Kecamatan Waesama 724
KM², Kecamatan Namrole 326 KM² dan yang terkecil adalah Kecamatan Ambalau adalah 306 Km²,
ditambah satu kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Leksula yaitu Kecamatan Fena Fafan yang
memilki luas 528 Km². Luas Lautan adalah 1.603 Km², pada lautan tersebut terdapat 130 daratan
kepulauan sejumlah 11 pulau dengan 3 pulau yang berpenghuni dan 8 pulau tidak berpenghuni. Wilayah
kepulauan tersebut merupakan Kecamatan Ambalau yang berada di gugus kepulauan Ambalau, yakni
gugus pulau-pulau yang ada di Laut Buru.
Jumlah penduduk Kabupaten Buru Selatan berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Buru Selatan adalah 75.102 jiwa, dimana 38.503 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan
36.599 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 5.060,00 Km², Kabupaten Buru Selatan memiliki
tingkat kepadatan penduduk 15,92 jiwa/Km². Penyebaran penduduk kabupaten Buru Selatan kurang
merata. Hal ini terlihat dari angka kepadatan penduduk yang berbeda secara signifikan antara daerah
satu dengan daerah lainnya. Daerah yang terpadat penduduknya adalah kecamatan Namrole yaitu 57,00
jiwa/Km² dan daerah yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan Fena Fafan yaitu 0,14 jiwa/Km²
(data sementara).
Permasalahan dalam kota Kecamatan Namrole sebagai pusat ibu kota Kabupaten Buru Selatan adalah
penataan drainase yang tidak optimal/buruk dan belum tersistem dengan baik. Sistem drainase induk
Kota Namrole maupun di permukiman warga pada saat ini sistem drainasenya belum terbangun secara
terstruktur dan tersistem baik hulu maupun hilir hal ini perlu adanya perencanaan yang terukur dan
berkualitas untuk pembangunan drainase mulai dari hulu sampai ke hilir agar tersistem secara baik. Hal
ini penting supaya musim penghujan sirkulasi air berjalan lancar dan tidak menimbulkan banjir di dalam
Kota Namrole.
Sesuai fungsinya, drainase kota merupakan jaringan pembuangan yang digunakan untuk mengeringkan
bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal
maupun sungai yang melintas di dalam kota. Lebih jauh lagi sungai yang tidak diperlakukan sesuai
dengan peruntukannya dapat mengakibatkan terjadinya luapan air pada musim hujan dan akhirnya akan
menyebabkan terjadinya banjir.
Permasalahan banjir dan genangan air di kawasan perkotaan di Indonesia tidak terlepas dari
permasalahan buruknya sistem jaringan drainase. Namun meningkatnya permasalahan banjir, genangan
air, dan pencemaran air di kawasan perkotaan serta sedimentasi sampai saat ini belum dapat diatasi dan
terus meningkat seiring dengan perkembangan kota. Pengendalian permasalahan diatas belum dapat
diatasi meskipun telah dilaksanakan berbagai upaya pembangunan infrastruktur drainase. Pemulihan
kualitas aliran saluran drainase perkotaan dapat dilakukan jika masyarakat dilibatkan didalam
pengelolaan saluran drainase. Sesuai dengan sasaran pembangunan Kabupaten Buru Selatan bidang
drainase, yaitu terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan
fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan dan berkurangnya wilayah genangan permanen dan
temporer hingga 75 % dari kondisi saat ini, maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar sasaran
pembangunan nasional tersebut dapat terwujud.
Berdasar pada hal diatas maka Pemerintah Kabupaten Buru Selatan melalui Dinas Pekerjaan Umum
Dan Penataan Ruang Kabupaten Buru Selatan akan melakukan kegiatan “Revisi Master Plan Drainase
Dalam Kota Namrole”
Adapun tujuan dari Pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase dalam Kota Namrole ini adalah
merevisi sistem drainase yang dapat mengatasi permasalahan yang selama ini ada, serta memberikan
acuan rekomendasi bagi penataan ruang di wilayah yang bersangkutan dengan mempertimbangkan
aspek potensi dan daya lingkungan.
Sesuai dengan maksud dan tujuan di atas, maka sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini sebagai
berikut:
Tersedianya suatu model aplikasi dokumen Perencanaan Teknis Drainase dalam kota Namrole
Tersedianya suatu konsep pengelolaan kelembagaan untuk saluran drainase perkotaan secara
terpadu yang berwawasan lingkungan di kawasan permukiman di sepanjang saluran/sungai di
dalam kota Namrole.
Bab-1 Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum, lingkup
perencanaan, dan keluaran/ output dari pelaksanaan pekerjaan Revisi Master Plan Drainase Dalam Kota
Namrole Kabupaten Buru Selatan.