Anda di halaman 1dari 6

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES

INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM


(Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

Esyuananik, Anis Nur Laili, Suryaningsih


Prodi Kebidanan, Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
ABSTRAK

Mobilisasi dini merupakan kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu setelah melahirkan
keluar dari tempat tidurnya untuk berjalan pada 2 jam post partum, agar mempercepat terjadinya proses involusi
uterus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap proses involusi pada ibu post
partum. Desain penelitian menggunakan survei analitik cross sectional, dengan desain penelitian Non Probability
Sampling. Variabel independen mobilisasi dini dan dependen proses involusi pada ibu post partum. Populasi
semua ibu nifas sejumlah 20 ibu post partum diambil secara accidental sampling. Pengambilan data
menggunakan lembar observasi dan partograf, kemudian analisis menggunakan uji statistik Chi Square.Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 13 (65%) ibu yang melakukan mobilisasi dini dengan baik, 16 (80%) ibu
mengalami proses involusi dengan normal. Berdasarkan uji statistik Chi Square didapatkan ρ = 0.020 < α = 0.05.
Kesimpulan terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap proses involusi pada ibu post partum. Saran penelitian
diharapkan bidan dapat berperan aktif dalam melakukan pemantauan kala IV, serta menganjurkan ibu untuk
melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat proses involusi uterus dan mencegah terjadinya sub involusi.

Kata Kunci : mobilisasi, involusi.


PENDAHULUAN Dalam laporan kesehatan ibu yang terjadi di
Masa nifas merupakan masa yang dimulai dari Provinsi Jawa Timur tahun 2011, angka perdarahan
beberapa jam setelah plasenta lahir sampai 6 pada saat masa nifas akibat kegagalan berinvolusi
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ mencapai 29,35 % (Dinkes Jatim, 2011). Dari
reproduksi secara perlahan akan mengalami laporan kesehatan tersebut yang menjadi
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. penyebab kegagalan involusi pada ibu nifas
Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi dikarenakan adanya sisa placenta, kurangnya
(Maritalia, 2012). Proses involusi ditandai dengan asupan gizi pada ibu nifas, tidak melakukan
penurunan tinggi fundus uteri (TFU) yang mobilisasi dini setelah persalinan dan kurangnya
berlangsung selama 6 minggu. Pada hari pertama aktifitas pada saat perawatan masa nifas.
TFU berada diatas symphisis pubis atau sekitar 12 Berdasarkan hasil data pendahuluan yang
cm. Proses ini terus berlangsung dengan diperoleh, pada bulan Januari di polindes Rabiyan
penurunan TFU 1 cm setiap harinya (Bahiyatun, Kecamatan Bunten Barat Kabupaten Sampang
2009). Untuk mengembalikan organ reproduksi terdapat 10 ibu nifas. Terdapat 4 ibu nifas yang
kembali seperti keadaan sebelum hamil, terutama melakukan mobilisasi dini. dan 6 ibu nifas yang
penurunan TFU memerlukan perawatan nifas yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan alasan ibu
efektif dan optimal salah satunya dengan lelah setelah melahirkan, mules pada perutnya dan
melakukan mobilisasi dini. takut untuk bergerak. Dari 6 ibu nifas yang tidak
Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang melakukan mobilisasi dini secara baik didapatkan
dilakukan segera setelah beristirahat berapa jam 20% ibu nifas yang mengalami sub involusi uteri.
dengan beranjak dari tempat tidur ibu (Manuaba, Berjalan baik tidaknya proses involusi selama
2009). Waktu pelaksanaan mobilisasi dini masa nifas dapat disebabkan oleh penyebab klinis
tergantung pada keadaan normal, setelah yang meliputi usia, paritas, status gizi, menyusui,
beberapa jam istirahat boleh melaksanakan mobilisasi dini, senam nifas, sisa placenta, atonia
mobilisasi dini dengan gerakan ringan. Keuntungan uteri. Dan faktor penyebab kurangnya mobilisasi
dengan dilakukannya mobilisasi dini dapat dini pada ibu setelah melahirkan dikarenakan ibu
mencegah terjadinya sumbatan pada aliran darah, masih takut untuk bergerak. Sedangkan menurut
melancarkan pengeluaran lokhea sehingga dapat Rahayu dkk (2012), faktor yang paling
mempercepat involusi uteri (Dewi dan Sunarsih, berpengaruh pada lambatnya ibu nifas yang
2011). Namun, mobilisasi yang terlambat dilakukan melakukan mobilisasi dini yaitu faktor kelelahan
akan berpengaruh terhadap proses involusi, setelah melahirkan. Akan tetapi peran petugas
sehingga proses involusi tidak berjalan dengan kesehatan sangatlah penting untuk selalu
baik, maka akan menimbulkan suatu keadaan yang memberikan konseling informasi edukatif (KIE) dan
disebut subinvolusi yang akan menyebabkan motivasi pada ibu nifas agar melakukan mobilisasi
perdarahan (Prawirohardjo, 2008). dini setelah melahirkan. Di wilayah Madura
pemasangan gurita dan stagen menjadi salah satu
1
penyebab kurangnya ibu nifas melakukan 2. Bagaimanakah gambaran proses involusi pada
mobilisasi dini, hal ini dikarenakan pengaruh ibu post partum di Polindes Desa Rabiyan
budaya dan lingkungan yang masih menyakini Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang?
dengan pemakain stagen dan gurita dapat 3. Apakah ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
membantu merampingkan bentuk tubuh dan proses involusi pada ibu post partum di Polindes
mengurangi perut yang kendor (Sunaryo, 2004). Desa Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten
Selain itu juga bisa karena kurangnya aktifitas ibu Sampang?
dalam melakukan perawatan selama masa nifas,
dimana ibu yang setelah melahirkan dibantu oleh Tujuan Penelitian
orang tua ataupun keluarga dalam melakukan 1. Tujuan Umum
perawatan diri dan bayinya, sehingga ibu nifas Diketahuinya pengaruh mobilisasi dini terhadap
cenderung lebih banyak berdiam diri ditempat tidur proses involusi pada ibu post partum di Polindes
tanpa melakukan aktifitas setelah 2 jam post Desa Rabiyan Kecamatan Bunten Barat Kabupaten
partum. Sampang.
Untuk mengatasinya diperlukan peran petugas 2. Tujuan Khusus
kesehatan khususnya bidan yang sangat berperan a. Mengidentifikasi mobilisasi dini pada ibu post
penting dalam perawatan ibu pada masa nifas. partum di Polindes Desa Rabiyan Puskesmas
Bidan merupakan orang yang dalam melakukan Bunten Barat Kabupaten Sampang.
tindakan didasari pada ilmu pengetahuan serta b. Mengidentifikasi proses involusi pada ibu post
memiliki keterampilan yang jelas dalam partum di Polindes Desa Rabiyan Puskesmas
keahliannya (Maritalia, 2011). Dengan Bunten Barat Kabupaten Sampang.
begitu bidan dapat memberikan KIE dan c. Menganalisis peranan mobilisasi dini terhadap
penyuluhan kepada ibu nifas akan pentingnya proses involusi pada ibu post partum di Polindes
mobilisasi dini untuk percepatan proses involusi. Desa Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten
Kebijakan program nasional ibu nifas dianjurkan Sampang.
untuk melakukan kunjungan paling sedikitnya
dilakukan 4 kali. Hal ini dilakukan untuk menilai Manfaat Penelitian
status ibu dan bayi baru lahir serta untuk 1. Manfaat teoritis
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah- Penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan
masalah yang terjadi (Bahiyatun, 2009). Program referensi yang dapat bermanfaat sebagai bahan
bidan desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan acuan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada
untuk mencegah terjadinya perdarahan yang ibu post partum.
disebabkan oleh sub involusi dengan 2. Manfaat praktis
menganjurkan ibu yang setelah melahirkan untuk Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
segera melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam sebagai masukan dalam pengembangan ilmu
post partum dengan tujuan agar peredaran darah kebidanan dan sebagai sarana pembelajaran
dapat berjalan dengan baik sehingga ibu dapat terutama mengenai manfaat mobilisasi dini untuk
melakukan senam nifas. Selain itu bidan desa percepatan proses involusi uterus pada ibu post
memberikan KIE dan penyuluhan kepada ibu nifas partum.
agar melakukan senam nifas yang sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan. Baik METODE PENELITIAN
saat pelaksanaan ditempat praktek bidan maupun Penelitian ini merupakan penelitian analitik,
di rumah ibu nifas itu sendiri secara teratur setiap dengan desain rancangan penelitian yang
hari. Diharapkan dengan melakukan senam nifas digunakan adalah Cross Sectional. Populasi dalam
dapat mengurangi rasa sakit pada otot, penelitian ini adalah semua ibu nifas di Polindes
memperbaiki peredaran darah, mengencangkan Desa Rabiyan Kecamatan Bunten Barat Kabupaten
otot-otot perut dan perineum, melancarkan Sampang periode bulan April–Mei 2015, sedangkan
pengeluaran lokhea dan mempercepat involusi sampelnya Pada penelitian ini sampel yang diambil
sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang adalah semua ibu nifas periode bulan April- Mei
timbul pada saat masa nifas (Bahiyatun, 2009). 2015 Polindes Desa Rabiyan Kecamatan Bunten
Barat Kabupaten Sampang dengan menggunakan
Pembatasan Masalah kriteria inklusi dan ekslusi. Variabel independen
Dari beberapa faktor yang berperan proses adalah mobilisasi dini dan variabel dependen
involusi pada masa nifas karena adanya adalah proses involusi pada ibu post partum.
keterbatasan, sehingga peneliti membatasi pada Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar
pengaruh mobilisasi dini terhadap proses involusi observasi dan partograf. Hasil dianalisis dengan uji
pada masa nifas. statistik Chi Square.

Masalah Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari batasan masalah diatas, peneliti membuat
Hasil Penelitian
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Usia
1. Bagaimanakah gambaran mobilisasi dini pada
Dari hasil pengumpulan data didapatkan
ibu post partum di Polindes Desa Rabiyan
gambaran ibu post partum berdasarkan usia. Untuk
Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang?
2
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah Ketapang Kabupaten Sampang bulan April s/d Mei
ini: Tahun 2015.
Tabel 1: Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia di Polindes Rabiyan Desa Rabiyan Proses Frekuensi Persentase (%)
Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang bulan involusi
April s/d Mei Tahun 2015. Normal 16 80
Tidak 4 20
Usia Frekuensi Presentase (%) normal
18-22 5 25 Jumlah 20 100
23-27 8 40
28-32 5 25 Setelah dilakukan pengumpulan data
33-37 2 10 didapatkan 16 (80%) ibu post partum yang proses
Jumlah 20 100 involusi berjalan dengan normal.

Setelah dilakukan pengumpulan data 5. Analisis Peranan Mobilisasi Dini terhadap Proses
didapatkan ibu post partum yang berusia 26-29 Involusi
tahun sebanyak 8 (40%). Pada data khusus untuk mendapatkan
2. Paritas gambaran tentang ada tidaknya pengaruh antara
Dari hasil pengumpulan data didapatkan variabel mobilisasi dini terhadap proses involusi
gambaran ibu post partum berdasarkan paritas. digunakan tabel silang dengan menngunakan uji
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 Chi square. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
dibawah ini : tabel 5 dibawah ini :
Tabel 2: Distribusi frekuensi responden Tabel 5 : Hasil Analisis pengaruh mobilisasi dini
berdasarkan Paritas di Polindes Rabiyan Desa terhadap proses involusi pada ibu post partum di
Rabiyan Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang Polindes Rabiyan Desa Rabiyan Kecamatan
bulan April s/d Mei Tahun 2015. Ketapang Kabupaten Sampang bulan April s/d Mei
Tahun 2015.
Paritas Frekuensi Persentase (%)
I 7 35 Mobilisasi Proses Involusi Total
II 13 65 Dini Normal Tidak
Jumlah 20 100 Normal
∑ % ∑ % ∑ %
Setelah dilakukan pengumpulan data Baik 12 92,31 1 7,69 13 100
didapatkan ibu post partum yang multiparitas Cukup 2 50 2 50 4 100
sebanyak 13 (65%). Kurang 1 33,33 2 66,67 3 100
3. Mobilisasi dini
Dari hasil pengumpulan data didapatkan Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi
gambaran ibu post partum yang melakukan square didapatkan bahwa ada 5 cell yang
mobilisasi dini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat mempunyai nilai exepected kurang dari 5, hal
pada tabel 3 dibawah ini. tersebut tidak memenuhi syarat penggunaan uji
Tabel 3 : Distribusi frekuensi responden Chi Square. Oleh karena itu peneliti menggunakan
berdasarkan mobilisasi dini di Polindes Rabiyan uji Fisher’s Test yang menunjukkan nilai probability
Desa Rabiyan Kecamatan Ketapang Kabupaten (0,020) < nilai α : 0.05 (0,020 < 0,05), maka H1
Sampang bulan April s/d Mei Tahun 2015. diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
pengaruh mobilisasi dini terhadap proses involusi
Mobilisasi Frekuensi Persentase (%) ibu post partum.
Dini
Baik 13 65 Pembahasan
Cukup 4 20 1. Mobilisasi dini
Kurang 3 15 Dari hasil penelitian yang diperoleh dari 20 ibu
Jumlah 20 100 post partum yang melakukan mobilisasi dini
didapatkan 13 (65%) ibu post partum mobilisasi
Setelah dilakukan pengumpulan data dininya baik, sedangkan yang melakukan mobilisasi
didapatkan 13 (65%) ibu post partum yang dini secara kurang 3 (15%) ibu post partum.
melakukan mobilisasi dini dengan baik. Mayoritas yang melakukan mobilisasi dini
4. Proses involusi dengan baik ibu yang mempunyai pengalaman
Dari hasil pengumpulan data didapatkan melahirkan sebelumnya, sedangkan pada ibu yang
gambaran ibu post partum berdasarkan proses mobilisasi dininya kurang dikarenakan ibu takut
involusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bergerak akibat laserasi di perineum dan vagina
tabel 4 dibawah ini. ibu dan terjadinya perdarahan sehingga ibu tidak
Tabel 4 : Distribusi frekuensi responden melakukan gerakan sedini mungkin setelah proses
berdasarkan proses involusi pada ibu post partum melahirkan.
di Polindes Rabiyan Desa Rabiyan Kecamatan
3
Mobilisasi dini memerlukan beberapa tahap sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan
gerakan, mobilisasi berjalan dengan baik apabila memandirikan pasien dapat dipenuhi dan serta
ibu melakukan gerakan miring kanan dan miring dapat segera merawat bayinya.
kiri, setelah itu berusaha duduk dan turun dari Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi
tempat tidur. Cukup apabila ibu hanya melakukan tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
gerakan miring kanan atau miring kiri dan nifas dan sembuhnya luka. Klien dengan penyulit
berusaha duduk, serta dikatakan kurang apabila misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru
ibu hanya melakukan gerakan miring kanan atau dll, tidak dianjurkan untuk melakukan mobilisasi
miring kiri dini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi ibu untuk
melakukan mobilisasi dini pada 2 jam post partum 2. Proses Involusi
salah satunya adalah jumlah paritas, pengalaman Berdasarkan hasil penelitian dengan
serta keadaan fisik ibu. Jumlah paritas dan menggunakan alat ukur partograf, didapatkan 16
pengalaman persalinan yang lalu mempengaruhi (80%) ibu post partum proses involusi berjalan
ibu post partum untuk melakukan mobilisasi dini. dengan normal, dan ibu post partum yang proses
Semakin ibu sering melahirkan, maka ibu tidak involusinya tidak normal didapatkan 4 (20%).
takut lagi dan termotivasi untuk melakukan Proses involusi yang normal terbanyak dialami
gerakan-gerakan setelah melahirkan, dan berusaha oleh ibu yang berusia > 20 tahun, interval usia
untuk berjalan kekamar mandi dengan bantuan antara 24-33 tahun dan proses involusi yang tidak
atau tidak tanpa bantuan orang lain. Begitu pula normal terbanyak dialami oleh ibu yang berusia <
dengan ibu yang keadaan fisiknya normal setelah 20 tahun. Keadaan ini dipengaruhi oleh usia,
melahirkan, tanpa adanya komplikasi. Pada ibu dimana ibu yang usianya < 20 tahun alat-alat
yang mengalami komplikasi ataupun gerakannya reproduksinya belum cukup sehingga proses
terhalang oleh pemasangan infus, akan involusi berjalan lambat. Ibu yang berusia > 20
mempengaruhi ibu dalam melakukan mobilisasi dini tahun atau < 35 tahun, alat-alat reproduksinya
sehingga ibu cenderung berdiam diri diatas tempat sudah matang sehingga proses involusinya berjalan
tidur. dengan baik dan kemungkinan kecil mengalami sub
Dalam hal ini peran petugas kesehatan involusi.
terutama bidan sangatlah penting, agar setelah Untuk memperlancar proses involusi uterus ada
melahirkan ibu bersedia melakukan aktivitas beberapa hal yang harus bidan lakukan yaitu
setelah dua jam post partum, dengan dengan menganjurkan ibu menyusui dan
menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini mengosongkan kandung kemihnya. Dianjurkan 1
dengan gerakan secara sederhana dan bertahap jam setelah melahirkan, ibu menyusui bayinya
seperti miring kanan dan miring kiri, duduk setelah karena rangsangan sentuhan pada payudara saat
itu berdiri dari tempat tidur dan berusaha untuk bayi menghisap puting susu ibu menyebabkan
berjalan. Serta memberitahu ibu akan pentingnya timbulnya rangsangan dan mengeluarkan produksi
mobilisasi dini. Dengan bergerak, hal ini akan oksitosin sehingga merangsang uterus untuk
mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga berkontraksi. Dan tidak lupa setelah melahirkan,
mengurangi nyeri, melancarkan peredaran darah petugas kesehatan terutama bidan menganjurkan
dan pengeluaran lokhea yang pada akhirnya justru ibu untuk BAK secara teratur. hal ini dilakukan
akan mempercepat proses involusi uterus sehingga untuk memastikan kandung kemih tetap kosong,
tidak menyebabkan perdarahan abnormal ataupun apabila kandung kemih penuh akan mempengaruhi
sub involusi. uterus untuk berkontraksi sehingga akan
Menurut Dewi, dkk (2011), mengemukakan menyebabkan terjadinya perdarahan. Diharapkan
bahwa mobilisasi atau disebut juga Early dengan begitu, ibu tidak menahan BAK setelah
Ambulation adalah kemampuan seseorang untuk proses melahirkan agar kontaksi uterus berjalan
berjalan bangkit, berdiri dan kembali ke tempat dengan baik. Pada saat dilakukan observasi Kala IV
tidurnya dengan kemampuan menggerakkan atau setelah 2 jam post partum, proses involusi
ekstremitas dalam 24-48 jam post partum. dikatagorikan normal apabila penurunan TFU
Mobilisasi dini penting dilakukan untuk berada 2 jari dibawah pusat serta kandung kemih
mengembalikan otot-otot perut dan panggul kosong dan kontraksi uterus baik. Dikategorikan
kembali normal, dalam melakukan mobilisasi dini tidak normal apabila penurunan TFU tidak baik
ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan atau lebih dari 2 jari bawah pusat serta didukung
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi kontraksi uterus yang tidak baik.
rasa sakit pada punggung. Menurut Marmi (2012) Involusi uterus atau
Menurut Sulistyawati (2009), mengemukakan pengerutan uterus merupakan suatu proses
bahwa sebelum ibu dianjurkan untuk berdiri dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil,
ataupun berjalan, ibu diminta untuk melakukan dengan bobot hanya 60 gram. Segera setelah
latihan menarik nafas yang dalam serta latihan plasenta lahir TFU berada di 2 jari bawah pusat
tungkai yang sederhana dan harus duduk serta dan setiap harinya TFU akan mengalami
menganyunkan tungkainya dari tepi ranjang. penurunan, pada hari ke-7 TFU berada
Kegiatan ini dilakukan secara meningkat secara dipertengahan antara pusat dan symphisis. Hingga
berangsur-angsur frekuensi dan intensitas pada hari ke-10 TFU sudah tidak teraba lagi.
aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya
4
3. Peranan Mobilisasi Dini terhadap Proses proses involusi uteri. Sehingga pada akhirnya
involusi pada ibu post patrum dapat mengurangi insiden perdarahan post partum.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa 13 (100%) ibu post partum melakukan
mobilisasi dini dengan baik. Dan terdapat 12 SIMPULAN DAN SARAN
(92,31) ibu post partum proses involusinya Simpulan
berjalan dengan normal. Berdasarkan uji statistik Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh
Chi Square dengan tingkat kemaknaan sehingga ρ mobilisasi dini terhadap proses involusi pada ibu
= 0.020 < α = 0.05, yang berarti terdapat post partum di Polindes Rabiyan Desa Rabiyan
pengaruh mobilisasi dini terhadap proses involusi Kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang bulan
ibu post partum. April s/d Mei 2015, maka dapat disimpulkan
Hal ini disebabkan karena mobilisasi dini sebagai berikut :
memperlancar pengeluran lokhea sehingga 1) Ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini
mempercepat involusi uterus dan tidak dengan baik rata-rata (65%)
menyebabkan perdarahan yang abnormal. Apabila 2) Ibu post partum yang mengalami proses involusi
ibu melakukan mobilisasi dini dengan baik, maka dengan normal Mayoritas (80%)
akan berpengaruh terhadap percepatan proses 3) Terdapat pengaruh peranan mobilisasi dini
involusi dan tidak akan menyebabkan terjadinya terhadap proses involusi pada ibu post partum
sub involusi pada ibu post partum.
Selain itu faktor tenaga kesehatan terutama Saran
bidan juga berperan penting dalam mencegah 1. Bagi petugas kesehatan terutama Bidan
terjadinya sub involusi misalnya dalam melakukan Lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
pertolongan persalinan pada kala III, apabila dengan bidan memberikan KIE dan penyuluhan
terdapat sisa plasenta didalam uterus akan tentang pentingnya mobilisasi dini terhadap proses
menyebabkan lemahnya kontraksi uterus sehingga involusi dan menganjurkan ibu untuk melakukan
memperlambat proses involusi. Pemantauan kala senam nifas dalam waktu 24 jam setelah
IV yaitu pemantauan kontraksi uterus untuk persalinan.
mencegah adanya perdarahan oleh karena atonia 2. Bagi ibu post partum
uteri. Apabila kontraksinya lembek, TFU tidak Diharapkan ibu yang melahirkan secara normal
sesuai kriteria yaitu 2 jari dibawah pusat, serta segera melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam
kandung kemih yang penuh akan memperlambat post partum yang dilakukan secara bertahap
berlangsungnya proses involusi. Pada ibu post dimulai dengan gerakan miring kanan dan miring
partum sebaiknya melakukan mobilisasi dini karena kiri, mencoba untuk duduk dan bangun dari tempat
mempunyai pengaruh yang baik terhadap proses tidur serta berusaha untuk berjalan dengan
penyembuhan dan proses pemulihan kesehatan bantuan keluarga agar proses involusi uterus dapat
sebelum hamil. berlangsung dengan lancar.
Hal ini didukung dengan pernyataan Varney 3. Bagi peneliti selanjutnya
(2002) yaitu mobilisasi dini merupakan suatu aspek Pada penelitian ini mengalami keterbatasan
yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal terhadap instrumen penelitian dan responden,
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum memperbaiki kekurangan yang ada dalam
terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari penelitian ini, salah satunya adalah instrumen
setelah melahirkan, jika gerakannya tidak terhalang penelitian yang diharapakan bagi penelitian
oleh pemasangan infus dan tanda-tanda vitalnya selanjutnya dapat memperbaiki kompenen
juga memuaskan. Maka ibu dianjurkan untuk observasi dari lembar observasi sehingga dapat
melakukan mobilisasi dini dan diperbolehkan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan maksimal.
mandi ataupun pergi ke kamar mandi dengan
dibantu, satu atau dua jam setelah proses DAFTAR ACUAN
melahirkan secara normal. Ibu nifas yang
melakukan mobilisasi dini juga akan merasa lebih Ambarwati, E, (2010), Asuhan Kebidanan Nifas,
sehat dan kuat, dan memiliki kesempatan yang Jogjakarta, Nuha Medika.
baik untuk mengajari merawat atau memelihara Bahiyatun, (2009), Asuhan Kebidanan Nifas
anaknya.
Normal, Jakarta, EGC.
Menurut Prawiroharjo (2009), involusi uteri
yaitu dimana otot-otot uterus berkontraksi Dinkes Jatim Prov. Profil Kesehatan Jatim
sehingga pembuluh-pembuluh darah terbuka 2011. Bersumber dari http://dinkes.jatim
akibatnya, perlekatan placenta akan terjepit, prov.go.id
sehingga perdarahan post partum dapat dicegah. Manuaba, C, dkk (2009), Memahami Kesehatan
Involusi uteri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu Reproduksi Wanita, Jakarta, EGC
autolysis, aktifitas otot dan iskemik. Dari 3 hal yang
Maritalia, D, (2012), Asuhan Kebidanan Nifas
mempengaruhi terjadinya proses involusi uteri,
mobilisasi dini juga dapat meningkatkan tonus otot dan Menyusui, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat

5
Marmi, (2012), Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas “Pueperium Care”, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo, S, (2009), Ilmu Kebidanan,
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
Rahayu, Y, (2012), Masa Nifas dan Menyusui,
Jakarta, Mitra Wacana Medika.
Sulistyawati, A, (2009), Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas, Yogyakarta, ANDI.
Sunarsih, Dewi , (2011), Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas, Jakarta, Salemba Medika
Sunaryo, (2004), Psikologi untuk
Keperawatan, Jakarta, EGC
Varney, H, (2007), Asuhan Kebidanan Edisi 4,
Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai