Anda di halaman 1dari 14

PENDEKATAN DAN METODA PENELITIAN FENOMENA GEMPA BUMI

Basuki
Mahasiswa Program Studi Doktor Arsitektur Konsentrasi Arsitektur Digital Unika Soegijapranata, Semarang
E-mail: bas1arst@gmail.com
Sri Rejeki
Program Studi Doktor Arsitektur Konsentrasi Arsitektur Digital Unika Soegijapranata, Semarang
E-mail: vege@unika.ac.id

Abstrak
Artikel ini membahas perkembangan berbagai pendekatan dan metode terhadap
gempa bumi. Studi dilakukan melalui pendekatan kualitatif berdasarkan data sekunder
dari artikel, laporan, buku yang diperoleh dari media internet. Keabsahan data dicek
melalui trianggulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menemukan bahwa
pengetahuan tentang gempa bumi bersifat multidisiplin yang melibatkan bidang
filsafat, teknik, sosiologi, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan manajemen bencana.
Sebelum abad ke-16, pengetahuan tentang gempa bumi berasal dari pengalaman,
mitos, kepercayaan, filsafat dan agama. Ilmu pengetahuan tentang gempa bumi dalam
pendekatan sains modern mulai berkembang sejak abad ke-16, awal era
insdustrialisasi abad ke-19 sampai sekarang. Pandangan sains modern mengalami
berbagai kemajuan dalam mengungkapkan sisi mekanis gempa bumi, serta aspek-
aspek lain sosio-kultural, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan manajemen yang saling
melengkapi. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif lintas
disiplin, seperti melalui studi fenomenalogi, etnografi, sejarah, studi kasus,
eksperimen, survei. Artikel ini merekomendasikan perlunya pendekatan holistik
melalui pendekatan sistem interdisipliner dalam pengembangan pengetahuan tentang
gempa bumi.

Kata kunci: pendekatan penelitian, metoda penelitian, gempa bumi.

Abstract
This article discusses the development of various approaches and methods to
earthquakes. The study was conducted through a qualitative approach based on
secondary data from articles, reports, books obtained from internet media. The
validity of the data was checked through triangulation of sources and methods. The
results of the study found that knowledge about earthquakes was multidisciplinary
involving the fields of philosophy, engineering, sociology, economics, health,
education and disaster management. Prior to the 16th century, knowledge about
earthquakes came from experience, myth, belief, philosophy and religion. The science
of earthquakes in a modern scientific approach began to develop since the 16th
century, the beginning of the 19th century industrialization era until now. The view of
modern science has made various advances in revealing the mechanical side of
earthquakes, as well as other complementary aspects of socio-cultural, economic,
health, educational and management. Research is conducted through cross-
disciplinary quantitative and qualitative approaches, such as through phenomenology
studies, ethnography, history, case studies, experiments, surveys. This article
recommends the need for a holistic approach through an interdisciplinary systems
approach in developing knowledge about earthquakes.

Keywords: research approach, research method, earthquake


I. PENDAHULUAN ramai-ramai sebagai peringatan dini terhadap
Gempa bumi tidak hanya berhubungan gempa. Masyarakat tradisional Indonesia telah
dengan ilmu pengetahuan alam, tetapi terkait lama mengembangkan bangunan simetris dan
dengan banyak disiplin ilmu lain yang berkaitan fleksibel untuk bertahan terhadap gempa.
(Davidson, 1997; McCallen, 2020). Masyarakat tradisional juga menghubungkan
Pengetahuan tentang gempa bumi memilik fenomena gempa bumi dengan tanda-tanda
sejarah panjang dalam kehidupan manusia. alam.
Gempa bumi tidak hanya berkaitan dengan Era Renaissance abad ke-16 dan abad
pergerakan lempengan bumi, runtuhnya ke-17 merupakan awal dari sejarah seismologi.
infrastruktur akibat gempa, namun juga terkait Breventano pada pertengahan abad ke-15 dari
dengan bahaya sekunder seperti kebakaran, Pavia, sebuah kota kecil di Italia Utara menulis
tanah longsor dan tsunami. Akhir-akhir ini, ―Treatise on the earthquake‖ [Risalah tentang
pengetahuan gempa bumi tidak hanya terkait gempa] (Albini, 2009; Albini et al., 2012).
dengan ilmu rekayasa (engenering), namun juga Breventano melakukan penelitian dengan
melibatkan ilmu-ilmu sosial (social memeriksa sumber-sumber sejarah abad-abad
engineering), ekonomi, filsafat, sejarah bahkan sebelumnya tentang gempa bumi dan fenomena
agama (Goltz et al., 2017; Davidson, 1997; alam lainnya. Hal yang menonjol dalam
McCallen, 2020). "Risalah"-nya adalah bahwa Breventano
Pengetahuan tentang gempa telah berhasil mengambil informasi tentang lebih dari
muncul sebelum era sains modern. Masyarakat dua ratus gempa bumi, selama dua ribu tahun,
Yunani kuno, Romawi, Babilonia, Ibrani, antara tahun 504 SM. dan 1575 M, meliputi
mitologi Hindu, masyarakat tradisional seluruh wilayah Eropa-Mediterania, dan Hindia
Indonesia sering menghubungkan fenoma Barat pada awal abad ke-16. Esai Breventano
gempa dengan kepercayaan masyarakat serta karya penulis kontemporer Inggris Stephen
terhadap kekuasan Sang Pencipta dan Batman, "The Doome warning all man to the
keseimbangan alam. Alam melakukan Judgement" pada tahun 1580-an. Sebuah risalah
penyesuaian alami terhadap ketidakseimbangan kemudian disajikan juga, karya Marcello Bonito
sendiri baik pengaruh manusia atau tanpa pada akhir abad ke-16 "Terra Tremante [Bumi
intervensi manusia. Masyarakat tradisional Gemetar]", yang dapat dengan mudah
Indonesia seperti masyarakat Jawa zaman didefinisikan sebagai daftar gempa bumi di
dahulu, ada kebiasaan memukul kentongan seluruh dunia. Karya Bonito dan Breventano
dianggap sebagai pendekatan modern riset awal pandangan filosofis alam atau ilmiah tentang
yang membuka jalan menuju sejarah seismologi gempa bumi, dan pada kisah-kisah religius dan
modern (Albini, 2009; Albini et al., 2012). mitologis tentang fenomena tersebut,
Ilmu pengetahuan tentang gempa telah menunjukkan kebutuhan pemahaman yang lebih
berkembang cepat sejak periode industrialisasi lengkap tentang gempa bumi di luar batas
di paruh kedua abad kesembilan belas. Manusia pengetahuan tradisional. Sejauh ini, belum
telah belajar berdasarkan pengalaman serta tersedia penjelasan secara lengkap mengapa
beradaptasi terhadap pelepasan tiba-tiba energi gempa bumi terjadi – baik pengetahuan kuno
seismik dari lempengan Bumi. Ilmu atau modern, religius atau ilmiah..
pengetahuan tentang gempa mengalami
kemajuan yang signifikan terkait seismologi dan II. METODE PENELITIAN
teknik gempa. Pendekatan utama lainnya Penelitian dilakukan melalui pendekatan
berkaitan dengan pemahaman baru tentang kualitaif melalui pendekatan penelitian sejarah.
sistem sosial dan ekonomi. Dua pendekatan Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk
yang saling melengkapi. Penelitian dilakukan memahami perkembangan pendekatan dan
melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif metode penelitian tentang gempa dari
lintas disiplin, seperti melalui studi pendekatan tradisional sebelum era sains
fenomenalogi, etnografi, sejarah, studi kasus, modern, sampai pendekatan sains modern dan
eksperimen, survei. PenelItian diantaranya era sistem (post modern). Periode pendekatan
terkait dampak ekonomi, sosial, kesehatan dan tradisional yaitu pada periode sebelum abad ke-
manajemen risiko terhadap gempa. PenelItian 16 sebagai awal metode ilmiah tenatng gempa
juga terkait dengan peran kebijakan, perusahaan bumi. Periode sains modern dimulai abad ke-16
asuransi dan partisipasi masyarakat luas. sampai akhir abad ke-20. Periode pasca sains
Misalnya, kemiskinan, akses lapangan kerja, modern dimulai akhir abad ke-20 sampai
akses politik, membuat sebagian masyarakat sekarang. Penelitian ini menggunakan
hidup di wilayah rawan gempa dengan sumberdata sekunder dari literatur internet baik
konstruksi rumah tidak layak untuk ketahanan dalam bentuk: sejarah alam, risalah filosofis,
terhadap gempa. Kepercayaan masyarakat, kisah-kisah religius dan mitologis, buku, artikel
akhirnya banyak masyarakat tidak banyak dan laporan. Analisis dilakukan dengan
mengindahkan peringatan dini terhadap bahaya pendekatan deksriptif kualitatif.
gempa. Perhatian khusus diberikan pada
III. PEMBAHASAN banyak kasus, cerita tidak hanya diturunkan ke

Pendekatan dan metoda penelitian generasi berikutnya, tetapi juga lintas budaya

fenomena gempa bumi dari pendekatan dan geografi.

tradisional sebelum era sains modern, sampai Dalam memahami ontology gempa bumi

pendekatan sains modern dan era sistem (post kita dapat belajar dari mitologi Yunani kuno,

modern) diuraian sebagai berikut. orang-orang Yunani Kuno percaya bahwa


gempa bumi disebabkan marahnya dewa lautan

1. Sebelum Era Sains Modern yang bernama Poseidon. Ketika Poseidon

Sejak zaman purbakala, manusia marah, ia akan memukul tongkat trisulanya

senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepermukaan laut dan membuat bumi ini

tentang dunia sekitarnya, maupun tentang bergoyang. Tingkah lakunya yang susah ditebak

peranannya sendiri di dunia itu. Upaya untuk dan kasar membuat ia juga dijuluki sebagai

mencari pengetahuan (love of wisdom) oleh para ―Earth Shaker‖. Mitologi serupa di Yunani

ahli Junani kuno sebagai "ilmu filsafat". dapat kita jumpai di pelosok Nusantara sebagai

Sewaktu manusia secara progresif mulai melihat kearifan local yang luhur.

kekompleksan dunia, maka ia membedakan Dalam mitologi Hindu yang masih

secara lebih formal: bagian dunia eksternal, dipegang kuat dibeberapa tempat di bali, bumi

objektif, atau bagian fisikal dunia dan dunia ditopang oleh seekor gajah raksasa yang berdiri

internalnya sendiri. Pengetahuan dimasukkan ke di atas punggung kura-kura Bedawang-nala,

bidang filsafat dalam artinya yang lebih sempit yang berdiri di atas lilitan ular. Gempa bumi

dan filsafat fisikal atau science dalam artinya terjadi ketika salah satu dari hewan-hewan

yang lebih luas. tersebut bergerak. Dalam cerita pewayangan

Sejak 2000 SM, masyarakat Babilonia, Jawa dengan seting cerita Mahabarata, gempa

Ibrani, Yunani, Romawi, Cina, Jepang, bumi dikaitkan dengan tokoh dewa bernama

Indonesia dan pulau-pulau Pasifik lainnya, Anantaboga dan dewa Bedawang-nala.

penduduk asli Amerika, penduduk Eropa Anantaboga merupakan dewa berwujud naga. Ia

Selatan dan Cekungan Mediterania, dan banyak mempunyai anak Dewi Nagarini yang tinggal di

kelompok lain telah menceritakan kisah-kisah khayangan Saptapratala atau Saptabumi. Ketika

tentang peristiwa gempa bumi (Albini, 2009; gempa bumi terjadi, diyakini itu disebabkan

Albini et al., 2012; Lomnitz & Wisner, 2012). Dewa Anantaboga yang sedang marah besar

Cerita dalam bentuk tertulis dan lisan. Dalam hingga mengguncang bumi. Mitos dalam cerita
pewayangan Jawa ini terpengaruh oleh budaya kan sebagai upaya memberi tahu yang maha
hindu berasal dari India. Bagi masyarakat Jawa kuasa penguasa batu agar menghentikan
zaman dahulu, ada kebiasaan memukul guncanganya karena masih ada umat manusia.
kentongan ramai-ramai hingga bertalu-talu saat Di Pulau Nias, masyarakat percaya mitos
gempa terjadi. Irama kentongan disebut gempa bumi disebabkan marahnya dewa-dewa
kenthong ―titir” dan menjadi peringatan agar yang tinggal di bawah tanah.Menurut legenda
masyarakat waspada. Saat memukul kentongan, masyarakat Pulau Nias dalam legenda yang
masyarakat juga mengucapkan mantara yang dipercaya ditopang oleh dewa bernama
berbunyi “kukuh bakuh... kukuh Bauwadanohia yang juga disebut
bakuh…” beberapa kali. Tujuan membaca Simayamayarao atau Lature Dano.Selain
mantra itu agar bangunan rumah tetap kuat dan Bauwadanohia, ada dewa lain yang membantu
tidak roboh sekaligus meminta agar Anantaboga menopang dan sekitarnya. Yakni Lasorogae
tak lagi marah. Kearifan local jawa yang sangat Sitolu Daha atau Lasorogae Sidua
luhur dalam rangka mitigasi bencana gempa, Demo.Namun, dewa-dewa ini bisa marah
kearifan ini menjadi satu pelajaran yang bisa karena banyaknya penduduk setempat yang
diambil. Masyarakat sejak dahulu sudah sangat melanggar aturan yang disebut Fondrako atau
peduli dengan sesamanya dalam memberi tahu Famato Harimao.
akan bahaya yang dapat mengancam jiwa dan Sehingga, para dewa mengguncang bumi
hara benda mereka (Zamidra, 2012). dan masyarakat menyebut peristiwa gempa
Masyarakat Sunda menyebut gempa bumi dengan nama 'duru dano.'Sama seperti
bumi dengan sebutan 'lini' atau 'lindu' (jawa). masyarakat Sunda, masyarakat akan berteriak-
Menurut mitos masyarakat Sunda, gempa bumi teriak saat gempa terjadi.Teriakan mereka
disebabkan oleh sebuah batu di sebuah gunung berbunyi, "Biha tua! Biha tua! Biha tua!" yang
yang bisa bergerak mengguncang bumi. Sebagai artinya "Sudah kek! Sudah kek! Sudah
mana masyarakat jawa, masyarakat sunda pun kek!"Teriakan ini bertujuan agar para dewa tak
akan membunyikan peralatan seadanya saat lagi marah. Selain itu, biasanya masyarakat
bumi berguncang akibat gempa. Bunyi bunyian Pulau Nias menggelar ritual pemujaan dan
dan teriakan suara masyarakat dimaksudkan pengakuan melanggar aturan setelah gempa
untuk meberitah keluarga dan tetangga agar bumi terjadi. ini juga bertujuan agar bencana
menyelamatkan jiwa dan harta bendanya. gempa bumi tak terulang lagi.
Dalam cerita mitologi yang arif teriakan disebut
Di Mongolia, penduduk setempat Kemajuan besar adalah penggunaan
mengidentifikasi korelasi antara gerakan pengukuran satelit bumi yang tepat (geodesi)
tertentu katak, seperti menggelengkan yang menggunakan sistem penentuan posisi
kepalanya atau merentangkan salah satu global atau dikenal dengan global position
kakinya, dengan gempa di wilayah tertentu. system (GPS). Ini telah memungkinkan untuk
Cerita serupa seperti: kura-kura oleh suku mengamati piring gerak di waktu riil, sehingga
Indian Algonquin dan Iroquois di Amerika mengkonfirmasikan prediksi dari lempeng
Utara, 6 tentang ular di Maluku dan di tektonik (NRC 2003).
Sumatera, tentang kepiting di Persia, dan Gempa bumi di USA dan Jepang (Albini
tentang babi di Sulawesi (sebelumnya Celebes). et al., 2012) memberikan dampak langsung
kerugian ekonomi yang meningkat secara
2. Era Sains Modern eksponensial sejak 1970. Selama periode yang
Pengetahuan fisika gempa mengalami sama telah terjadi bencana gempa bumi besar di
perkembangan sejak era manajemen ilmiah. negara-negara berkembang. Bahaya sekunder,
Gerak lempeng didorong oleh arus konveksi seperti sebagai tsunami, dan tanah longsor juga
besar di lapisan luar bumi. Penemuan ini meningkat. Gempa Peru tahun 1970 (M7.8)
menimbulkan banyak pertanyaan yang belum menewaskan 66.800 orang. Hampir setengahnya
terpecahkan, seperti: apakah konveksi adalah karena longsoran dari es dan salju, yang
melibatkan seluruh lapisan, atau hanya bagian mengubur kota Yungay. Tidak ada yang selamat
luarnya saja? Bagaimana aliran plastis lapisan dari longsoran salju. Tsunami, tanah longsor
luar menyebabkan patahan di kerak bumi? dan likuifaksi adalah bahaya gempa sekunder
Mengapa bisa kita memprediksi gempa bumi? yang umum terjadi. Tsunami adalah gelombang
Masalahnya adalah bahwa manusia tidak laut besar yang dihasilkan oleh gempa.
memiliki akses langsung ke dalam bumi. Pada prinsipnya, semua struktur dapat
Pengetahuan tidak langsung tentang dalam bumi dibuat tahan gempa karena percepatan
berasal dari apa yang dapat disampaikan oleh pergerakan tanah secara horizontal pada periode
gelombang seismik kepada manusia. Lubang puncak jarang mencapai dua kali percepatan
terdalam dibor ke dalam bumi pada kedalaman gravitasi. Dengan demikian ada kontribusi
13 km - kurang dari 0,3 persen dari jalan ke desain dan rekayasa untuk pengurangan risiko
pusat bumi. Gempa bumi sebagian besar berasal gempa bumi. Selain itu, ada kontribusi dari
sampai ke 20 km dari permukaan bumi.
perencanaan, regulasi, teknologi peringatan 2010. Pada tahun 2000 - 2009 menjadi yang
gempa dan aksi berbasis masyarakat . paling banyak menimbulkan korban, dengan
Misalnya, di Jepang ada kelompok memberikan dampak 450.000 korban jiwa. Pada
relawan pemadam kebakaran berbasis tahun 1994, gempa Northridge California
lingkungan dan bangunan tradisional di Jepang Magnitude (M) 6,7, memberikan dampak
cenderung menggunakan bahan yang ringan dan kerugian finansial US $ 44 miliar, meskipun
fleksibel. Pasca bencana gempa bumi yang hanya tujuh puluh dua korban meningggl duni),
menghancurkan Lisbon, Portugal pada tahun pada tahun 1995 gempa Kobe, Jepang dengan
1755, Lisbon membangun kembali kota Lisbon Magnitude M6.8, memberikan dampak kerugian
dengan izin wajib bangunan untuk mencegah finansial $100 miliar, 6.434 tewas), gempa bumi
kebakaran, lebar jalan dan tinggi maksimum dan tsunami Sumatra-Andaman pada tahun
bangunan. Pengetahuan berkembang tentang 2004 M 9.3, diperkiraan memberikan dampak
penyebab dari gempa bumi, bermacam gerakan kerusakan dalam kisaran beberapa miliar dolar
tanah (percepatan) yang di permukaan. Pada AS, dengan 229.866 tewas), gempa bumi
akhir 1920-an dan awal 1930-an Jepang dan Kashmir (M7.6) pada tahun 2005 menewaskan
California melakukan kodifikasi bangunan yang 79.000 di Pakistan dan 1.400 di India, gempa
resisten terhadap desain horizontal sebesar Haiti pada 2010 dengan M7.0, memberikan
sepuluh persen dari gaya gravitasi. Struktur dampak korban 200.000 tewas dan gempa Chili
direkayasa dibangun untuk menahan dorongan tahun 2010 dengan M8.8, sekitar 1.000 tewas).
dari segala arah sebesar sepuluh persen dari Angka kerusakan yang dilaporkan untuk dua
gaya gravitasi. Pada tahun 1967 terjadi revolusi gempa bumi terakhir ini mencapai miliaran
dalam pemahaman tentang penyebab geologis dolar (Albini et al., 2012).
gempa bumi. Pemahaman tersebut yaitu Pemikiran baru tentang bencana dan
penemuan lempeng tektonik, mengikuti gagasan keberlanjutan semakin berpengaruh dalam
umum pergeseran benua yang dikemukakan membentuk kebijakan, khususnya dalam
oleh Alfred Wegener (Albini et al., 2012). analisis bahaya seismik dan pengurangan risiko.
Gempa bumi juga dapat dampak yang Ini mungkin dikaitkan dengan wawasan bahwa
luas terhadap kehidupan sosial dan ekonomi. sistem sosial tidak hanya rentan tetapi juga
Perusahaan asuransi Swiss memperkirakan berkontribusi terhadap risiko secara tidak
bahwa lebih dari 1 juta orang meninggal di 360 langsung. Sebagai contoh, deforestasi dapat
gempa bumi besar dalam periode tahun 1960 – meningkatkan ketidakstabilan lereng dan
karenanya bahaya sekunder terhadap gempa seluruh dunia menyumbang sekitar empat puluh
bumi. Pendekatan social diantaranya terinspirasi dua persen kerugian ekonomi dari peristiwa
oleh penelitian yang fokus pada akses dekat bencana alam dari tahun 1950 – 2008.
dengan mata pencaharian, sumberdaya alam dan Jumlahnya mencapai $819 miliar. Sejak tahun
sumberdaya lainnya. Orang miskin dan 1960 biaya rata - rata bencana gempa bumi telah
terpinggirkan hidup di daerah rawan gempa meningkat secara eksponensial di seluruh dunia.
dengan konstruksi bangunan rumah yang belum Hal ini berlaku untuk kerugian baik yang
mengantisipasi risiko gempa. diasuransikan dan tidak diasuransikan. Swiss
Ilmu sosial juga memberikan wawasan memperkirakan bahwa ekonomi dunia
tentang persepsi risiko. Sebuah contoh pada kehilangan $230 miliar pada tahun 2005 karena
para korban gempa Chile tahun 2010. bencana, tetapi hanya $83 miliar yang
Kebanyakan dari para korban disebabkan oleh diasuransikan. Bencana yang dipicu oleh
tsunami, meskipun sistem peringatan tsunami bencana alam memberikan kontribusi terbesar.
itu beroperasi di sepanjang pantai. Orang-orang Badai Katrina menyumbang $ 135 miliar dari
memiliki persepsi rasa aman. Filosofi pasar kerugian pada tahun tersebut, namun bencana
bebas yang dominan yang telah ada sejak awal gempa Pakistan / Kashmir hnay berdampak
1980-an cenderung menyebabkan pemerintah fiannsial sebesar $ 5 miliar karena nilai aset
untuk menolak tanggung jawab untuk yang rendah (Albini et al., 2012).
manajemen risiko bencana. Manajemen risiko Metoda penelitian fenomena gempa
sebagian besar ditransfer ke perusahaan swasta bumi meliputi pendekatan kualitaif dan
seperti perusahaan asuransi, dan peran kuantitatif. Penelitian kualitatif memiliki ciri
pemerintah yang terbatas pada regulasi dan mengggunakan setting alami dengan peneliti
tanggap darurat. Di banyak negara, sebagian sebagai istrumen utama dalam mengambil data
besar infrastruktur kehidupan (air, listrik, dari settingnya, penelitian bersifat deskriptif dan
telekomunikasi), serta banyak layanan sosial data berupa kata kata bukan angka. Penelitian
(pendidikan, perawatan kesehatan), telah lebih menekankan pada proseskerja atau
diprivatisasi. Sektor swasta diasumsikan lebih tanggapan terhadap suatu kejadian/ fenomena
efisien daripada dikelola pemerintah atau dalam kehidupan manusia sehari-hari, dan
perusahaan negara. menggunakan pendekatan induktif untuk
Asuransi gempa telah muncul sebelum mendapatkan makna dari proses menelaah
gempa 1906 di San Francisco. Gempa bumi di kehidupan masyarakat. Telaah terhadap
kehidupan masyarakat dilakukan secara dalam tempat terhadap gempa berdasar mitologi, akan
dpat dimulai dari mitos yang terjadi didalam dapa meilihat sejauh mana perilaku kultural
masyarakat dan catatn sejarah yang mungkin masyarakat saat peristiwa gempa terjadi. Riset
didapat dari dongeng. tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat,
Dari ketiga mitos sebagai tanggapan atas peneliti harus tinggal dan menjadi bagian dari
peristiwa alam gempa bumi, masyarakat pelaku saat merespon fenomena gempa. Apakah
Indonesia merespon dengan berbagai cara. respon kultur masyarakat menanggapi gempa
Fenomena ini bisa diteliti dengan berbagai teori saat ini berbeda dengan masa lalu, dan
penelitian salah satunya Metoda Fenomenologi. bagaimana respon masyarakat sekarang adalah
Metoda ini berfokus pada mencari sumber data pertanyaan yang yang harus dijawab melalui
dari cerita pengalaman pelaku dalam kehidupan riset ini.
sehari-hari dalam merespon suatu kejadian. Peristiwa gempa bumi menimbulkan
Pendekatan hermeneutika dapat digunakan mitos pada daerah tertentu, mitos ini diceritakan
untuk menginterpretasikan atau menafsirkan secara turun temurun melaluli budaya tutur,
makna dari mitos yang berkembang di dongeng, pementasan, dan catatan sejarah. Pada
masyarakat. Dalam setting masyarakat di atas daerah dimana gempa jarang terjadi mitos
dapat dilihat bagaimana respon masyarakat terkait gempa bumi mungkin tidak ada, jejak
tradisional menanggapi gejala alam gempa bumi sejarah gempa mungkin dapat diteliti melalui
dalam kehidupan sehari hari, apakah respon penelitian Historis. Penenlitian Historis
tersebut masih dilakukan dan pelajaran apa yang berusaha merekonstruksi kondisi masa lampau
bisa diambil dari riset terhadap mitos tersebut, secara obyektif dan akurat melalui pengumpilan
ini pertanyaan ilmiah yang harus dijawab catatan artefak dan laporan verbal dari dari
melalui riset ini. naskah dan tutur. Data dalam penelitian Historis
Peristiwa mitos gempa juga dapat disusun secara sistematis berdasar periodisasi
ditelaah menggunakan penelitian Etnografi, peristiwa dari sumber langsung yang otentik.
dimana penelitian ini menekankan pada perilaku Artefak peninggalan budaya termasuk
budaya masyarakat. Dalam penelitian etnografis bagaimana bangunan masa lampau disusun
peneliti harus menjadi bagian dari perilaku menjadi focus penelitian histori dilakukan
kebudayaan masyarakat itu sendiri agar terhadap fenomena gempa bumi di suatu
mendapatkan data yang lebih dalam. Penelitian masyarakat.
etnografi melihat respon masyarakat suatu
Penelitian Kasus bisa dipilih untuk manakala gempa mengguncang. Hasil penelitian
mendapat data lapangan secara apa adanya saat kuantitatif dapat berupa pengembangan ilmu
peristiwa gempa bumi baru saja terjadi, riset ini pengetahuan terkait kegempaan maupun temuan
dilakukan untuk mendapat gambaran latar pemecahan masalah praktis terkait struktur dan
belakang kenapa bangunan dapat rusak atau bentuk bangunan.
runtuh. Apakah masyarakat membangun Metoda penelitian campuran kualitaif
bangunan bardasar kearifan local yang sudah dan kuantitatif dapat dilakukan secara bersama
berjalan turun temurun atau menggunakan dalam kasus ini. Penelitian campuran
teknologi baru. Penelitian ini memiliki subyek dimaksudkan agar hasil penelitian bisa saling
yang terbatas dengan variable dan focus yang melengkapi hingga akan dicapai hasil yang
luas dimensinya. Penelitian dilakukan pada lebih obyektif, terukur, mendalam dan factual.
lingkup kelompok sosial atau masyarakat Model penggabungan metoda penelitian
tertentu saja untuk mendapat gambaran yang dimungkinkan untuk digabung (Bryman, 1988;
lebih mendalam. Creswell, 1994):
Penelitian Kuantitatif mendasarkan 1) Penelitian kualitatif digunakan untuk
telaah pada epistemologi posivistik yang memfasilitasi penelitian kuantitatif.
didasari pada data dan fakta yang dapat diukur. 2) Penelitian kuantitatif digunakan untuk
Semua variable yang diteliti merupakan sesuatu memfasilitasi penelitian kualitatif.
yang sudah ada sebelumnya dan dapat dilihat 3) Kedua pendekatan diberi bobot yang sma.
secara empiris. Penelitian dilakukan seputar 4) Trianggulasi
bagaimana hubungan antar variable saling Penelitian kualitatif dan kuantitatif
terkait satu sama lain. Dalam kasus tanggapan memiliki dasar filosofis yang berbeda hingga
respon masyarakat terkait gempa maka data kadang tidak dilakukan secara bersama,
dapat diambil dari pengukuran terkait dimensi setidaknya beberapa ahli tidak menyarankannya.
bangunan, ukuran strukrtur, susunan elemen, Penenelitian kuantitatif berdasar pada
umur, kekuatan, yang dibangun masyarakat. pendekatan epistemology obyektif positivis
Data yang diambil akan dicari korelasinya, yang mengedepankan realitas dengan ukuran,
dibuat prediksi nya (regresi) dan dicari factor hitungan matematis dan dilakukan dengan bukti
determinannya. Adakah semua data data yang empiris. Sementara penelitian kulitatif lebih
diperoleh mempunyai keterkaitan langsung mengedepankan fakta naturalistis
dengan kesiapan dan dampak yang akan terjadi
fenomenologis yang kadang melibatkan unsur terjadi di sepanjang batas lempeng tetapi malah
subyektifitas penelitinya. mengguncang bagian dalam benua Amerika
Dalam pengumpulan data peneitian Utara. Hal ini salah satu tantangan terbesar ilmu
kuantitatif instrument yang akan digunakan pengetahuan.
mencari data telah terlebih dahulu dipersiapkan Kajian-kajian terhadap interkonektivitas
secara cermat dan terstruktur, biasanya berupa semesta yang non linier dan kompleks
angket (kuesioner). Instrumen ini mengurangi melahirkan beberapa sains baru, seperti Chaos
risiko masuknya imajinatif dan subyektifitas dan Komplekstisitas. Beberapa pendekatan sains
peneliti, karena penenliti tidak secara langsung baru, seperti Chaos dan Komplekstisitas
terlibat. Jenis penelitian ini mudah digunakan tersebut merupakan tanggapan terhadap
dalam skala penenelitian yang luas namun kegagalan era sains modern dan menjadi babak
kurang mendalam dalam menggali masalah. baru lahirnya sains pasca modern
Penggunaan dua metoda akan saling (Posmodernisme). Max Weber, memprediksi
menguatkan dan saling melengkapi kekurangan bahwa pada awal tahun dari abad ke-20 orang
masing masing, hasil kombinasi metoda akan yang akan terperangkap di dalam kandang besi
lebih obyektif, terstruktur, namun factual dan yang disebut "rasionalitas". Epistemology
mendalam. modernist mengasumsikan pola orde yang bisa
dicerna dalam dunia fisik dan sosial, dan dalam
3. Manajemen Sains Pasca Modern dunia sosial ini mengasumsikan sebuah
Fenomena yang tidak terduga dan tidak assosiasi positivist dan rasional diantara sarana
sepenuhnya belum pahami tentang gempa bumi, dan tujuan. Modernisme adalah pencapaian
memberi tantangan batas-batas pengetahuan. pengetahuan melalui penalaran dan pengetahuan
Ketidakstabilan dan ketidakpastian ini menjadi sehingga didapatkan diasiumsikan faktual dan
paling jelas dalam menghadapi fenomena fisik benar.
seperti gempa bumi, yang terus menentang Pada era modern, manusia berupaya
pemahaman manusia. Teori global lempeng untuk "membongkar dunia" untuk menganalisis
tektonik menjelaskan banyak hal yang diketahui isinya dan pengalaman-pengalaman kita
tentang gempa bumi, tetapi tidak menjelaskan tentangnya, yang membawa kita ke bagian-
semuanya. Fenomena baru sering di luar bagian akhir yang tak mungkin dibagi lagi. Era
jangkauan teori ilmiah, misalnya, adalah gempa sains modern bermuara pada reduksionisme
bumi New Madrid tahun 1811-1812, yang tidak yang mengijinkan bahwa semua fenomena alam
hanya dapat diterima jika dapat direduksi lain atau perkembangan Keseluruhan. beerapa
menjadi pengertian-pengertian umum yang kasus menjadi semakin kabur sebagai gabungan
kebenarannya tidak dapat lagi diragukan. (hybrid) dari disiplin baru yang berkembang,
Elemen-elemen tersebut dianggap berhubungan sebagai contoh bidang dari paleobiogeography,
melalui hukum-hukum kausal, yakni hukum- geoarchaeology, dan rchaeoseismology.
hukum yang menyebabkan dunia berperilaku Dorongan untuk mendefinisikan disiplin baru
seakan-akan mesin. Konsep mekanistik atau hibrida sering berasal dari kebutuhan
demikian tentang dunia tidak memberikan menggunakan beberapa pendekatan dan
tempat pada ilmu untuk mempelajari metodologi untuk lebih efektif menjawab
"kebebasan keinginan" mencari tujuan. pertanyaan penelitian tertentu atau untuk
Salah satu keuntungan untuk menyelidiki fenomena fisik tertentu.
mendefinisikan alam sebagai entitas yang Demikian juga dalam studi untuk
berbeda dari moral dan agama adalah bahwa memahami gempa bumi, kurangnya pemahaman
menciptakan kesempatan untuk menjelajahi yang tepat membutuhkan dan mengilhami jenis
dunia fisik dan banyak karakteristik dan pertanyaan baru dan jalan baru bagi penelitian.
perilakunya secara lebih rinci. Disiplin yang Batas-batas disiplin penting karena mereka
berbeda memiliki nama berbeda yang mendefinisikan siapa yang bertanggung jawab
dimaksudkan untuk menentukan jenis ilmu yang atas apa, yang membantu melegitimasi dan
dilakukan peneliti, seperti biologi, kimia, atau memberi makna kepada individu dan institusi
fisika. Beberapa spesialis merasa perlu untuk yang terlibat. Namun, mereka juga dapat
secara berkala memperkuat batas-batas yang berfungsi sebagai penghalang, terutama ketika
menentukan dari disiplin ilmu mereka masing - fenomena fisik yang dipelajari tidak dapat
masing, tetapi batas - batas di antara mereka didefinisikan dan tidak selalu beroperasi dalam
tidak selalu jelas. Dalam segala perkembangan batas yang diketahui. Pemasangan karakter
itu kemudian timbul pikiran bahwa Bagian gempa bumi dengan dunia yang sarat dengan
(Part) tidak mungkin lagi menentukan batas-batas dari manajemen ilmiah dan
Keseluruhan (Whole). Memang Bagian tetap pengalaman manusia menciptakan tantangan
penting dan harus diusahakan yang sangat besar, yang membutuhkan inovasi
kesempurnaannya. Akan tetapi usaha itu tidak dan kemampuan beradaptasi.
dapat lepas dari keharusan untuk juga Spesialisasi dalam ilmu pengetahuan
memperhatikan perkembangan Bagian-Bagian tetap penting, tetapi harus dilengkapi dengan
pendekatan antar-disiplin ilmu. Berkembanglah tersebut; ia merupakan suatu peleburan
pendekatan sistem (System’s Approach) dan (amalgamasi) semua bagian dari ilmu
Analisa Sistem (System’s Analysis) (Bertalanffy. mcnjadi suatu keseluruhan yang terintegrasi.
1972; Corning, 2002). Analisa dalam cara Jadi: Systems science bikanlah sebuah
berpikir tetap penting, tetapi harus dilanjutkan science, tetapi, ia adalah science dipandang
dengan observasi secara menyeluruh atau secara kcseluruhan dan ia diterapkan
holistik (Holistic Approach) (Corning, 2002). terhadap studi mengenai keseluruhan (The
Terdapat interpretasi yang berbeda-beda secara Study of Wholes). Bahkan, systems science
radikal tentang apa artinya tapi munculnya melangkah lebih lanjut: ia tidak mengakui
"reduksionis" dan teoretikus "Holistik" memiliki nilai pemisahan ilmu dan humanities. Kcdua
pandangan yang sangat berbeda tentang masalah hal tersebut dianggapnya sebagai dua sisi
sebab-akibat. Namun, dua posisi kutub mata uang logam tertentu.
berlawanan tampaknya tidak dapat damaikan.
Reduksionisme, atau bagian analisis rinci dan IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
interaksi mereka, sangat penting untuk Karakteristik gempa yang tidak dapat
menjawab "bagaimana" dalam evolusi cara diprediksi, tidak dapat ditentukan, dan
kerja sistem yang kompleks? Pendekatan berpotensi merusak memberikan tantangan
Holistik diperlukan untuk menjawab pertanyaan berbagai pemahaman multi perspektif. Masih
"Mengapa" - mengapa susunan tertentu bagian banyak yang belum diketahui tentang gempa
berevolusi? Dalam rangka untuk menjawab bumi, termasuk secara spesifik kapan dan di
pertanyaan "Mengapa", sebuah paradigma lebih mana tepatnya gempa akan terjadi. Komunitas
luas diperlukan. (Corning, 2002) ilmiah selalu berusaha melakukan studi gempa
5) Tidak seperti halnya. disiplin-disiplin ilmiah bumi baik dalam batas-batas dari pengetahuan
sebelumnya yang berupaya untuk saling maupun diluar batas-batas penelitian ilmiah.
memisahkan diri dan kemudian Terlepas dari warisan mitos kuno cerita gempa
melaksanakan sub pembagian; interdisiplin- bumi selama ribuan tahun dan penting bagi
interdisiplin baru justru bcrupaya untuk orang-orang yang mencoba memahami
memperluas diri, melaksanakan kombinasi fenomena alam. Ilmuwan modern banyak
dan mereka makin lama makin mengabaikan warisan ini demi pendekatan
memperhatikan lebih banyak aspek iralitas. ilmiah untuk penelitian gempa. Misalnya: tanda-
Systems science merupakan limit bagi proses tanda binatang tertentu terhadap gempa, struktur
bangunan lokal dapat menjadi inspirasi untuk Corning@complexsystems.orgWebsite:
www.complexsystems.org
penelitian ilmiah.
Creswell. John W. (1994). Research Design,
Ilmuwan fisika tidak mungkin mempelajari Qualitative, Quantitative, and Mixed
cerita rakyat atau agama untuk pengetahuan Methods Approachs, Second edition,
London: Sage Publications.
baru tentang mengapa gempa bumi terjadi.
Davidson, R. (1997). EERI Annual Student
Namun demikian, pengetahuan dari kitab-kitab Paper Award a Multidisciplinary Urban
agama tentang gempa bumi harus dapat diakui Earthquake Disaster Risk Index.
Earthquake Spectra, 13(2), 211–223.
sebagai sumber pengetahuan berharga bagi https://doi.org/10.1193/1.1585942
pemahaman tentang sejarah dan masyarakat. Goltz, James D.; Bourque, Linda B.
Perspektif Agama sering diabaikan dalam (2017). Earthquakes and human behavior:
A sociological perspective. International
pendekatan ilmiah, padahal perspektif agama Journal of Disaster Risk Reduction, 21(),
tidak hanya memberikan pengetahuan namun 251–265. doi:10.1016/j.ijdrr.2016.12.007
juga makna dalam menangani masalah. Hal ini Lomnitz, C. & Wisner, Ben. (2012).
Earthquakes. The Routledge Handbook of
memerlukan pendekatan Holistik di samping Hazards and Disaster Risk Reduction. 310-
Analitik.. 321.
McCallen, D., Petrone, F., Miah, M., Pitarka,
A., Rodgers, A., & Abrahamson,, N.
DAFTAR PUSTAKA (2021). EQSIM—A multidisciplinary
Albini, (2009), "Treatises on Earthquakes" in framework for fault-to-structure earthquake
late Renaissance (16th-17th cent), at the simulations on exascale computers, part II:
roots of historical seismology. held 19-24 Regional simulations of building response.
April, 2009 in Vienna, Austria Earthquake Spectra, 37(2), 736–761.
http://meetings.copernicus.org/egu2009, https://doi.org/10.1177/8755293020970980
p.1516 Zamidra (2012). Makhluk Mitologi
Albini, Paola & Calvi, G. & Stucchi, Sedunia. CIF Jakarta
Massimiliano. (2012). The Ferrara
earthquakes of 1570 -1574 and the
flowering of essays on earthquake history.
Progettazione Sismica
Bertalanffy. (1972). The History and Status of
General System Theory. The Academy ofd
Managerial Journal Vol. 15 No. 407-426
Corning, (2002). The Re-Emergence Of
“Emergence”: A Venerable Concept In
Search Of A Theory. Institute For the Study
of Complex

Anda mungkin juga menyukai