Anda di halaman 1dari 50

SISTEM EKONOMI

DALAM KONSTITUSI IRAN PASCA REVOLUSI


TENTANG KEPEMILIKAN DAN IMPLIKASINYA PADA INVESTASI

Disertasi
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Salah Satu Syarat Meraih Gelar Doktor
dalam Bidang Pengkajian Islam

Oleh:
Endang Mintarja
NIM: 31151200000077

Pembimbing
Prof. Dr. Muhammad Atho Mudzhar, MSPD
Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA.

Kosentrasi/Peminatan Politik Islam


Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2019
ii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Endang Mintarja
NIM : 31151200000077
Judul Disertasi : Sistem Ekonomi Iran Pasca Revolusi Tentang
Kepemilikan dan Implikasinya Pada Investasi.
Menyatakan bahwa draft disertasi telah diverifikasi oleh Prof. Dr. Didin Saepudin,
MA. pada tanggal 23 Januari 2019
Draf disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran verifikasi meliputi :
1. Perbaikan tanda baca
2. Perbaikan catatan kaki
3. Penambahan Penelitian Terdahulu
4. Pemisahan literatur Daftar Pustaka anatara buku dan Jurnal

Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan pertimbangan


untuk menempuh Ujian Promosi Doktor.

Jakarta, 25 Januari 2019


Yang membuat pernyataan,

(Endang Mintarja)

iii
iv
Lembar Persetujuan Promotor

v
vi
Lembar Persetujuan Promotor

vii
viii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Endang Mintarja
NIM : 31151200000077
No. Kontak : 08171051699
Menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “Sistem Ekonomi Iran Pasca Revolusi
Tentang Kepemilikan dan Implikasinya pada Investasi” adalah hasil karya saya
sendiri. Ide/gagasan orang lain yang ada dalam karya ini saya sebutkan sumber
pengambilannya. Apabila di kemudian hari terdapat hasil plagiarisme maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan sanggup mengembalikan gelar dan
ijazah yang saya peroleh sebagaimana peraturan yang berlaku.

Jakarta, 25 Januari 2019


Yang Menyatakan

Endang Mintarja

ix
x
Lembar Persetujuan Hasil Pendahuluan

xi
xii
PENGANTAR PENULIS
Keunikan sistem politik Iran pasca revolusi Islam yang khas dibandingkan
dengan sistem politik manapun, baik dibandingkan dengan sistem politik Barat
maupun dengan sistem politik yang berlaku di negara-negara Islam kontemporer,
mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap sistem lainnya, terutama
sistem ekonomi yang dianut di negara yang dikuasai para mullah itu. Sistem politik
yang dikenal dengan Wila>yat Faqi>h sebagai hasil ijtihad politik The Founding
Father Imam Ayatullah Ruhullah Khomeini ini pada dasarnya merupakan gagasan
alternatif dari akibat kegaiban kubro Imam Mahdi al-Muntaz}ar (Imam ke-12) dalam
doktrin Syi’ah Imamiyah, di mana pimpinan tertinggi berada dalam genggaman
seorang Wali Faqih (Rahbar/Ulama Tertinggi) sebagai ‘pengganti’ Imam yang ghaib
tersebut dengan wewenang eksklusif (walau tidak sama persis dengan kedudukan
dan wewenang Imam Ghaib).
Posisi dan wewenang eksklusif Rahbar sebagai pimpinan tertinggi dan
representasi kekuasaan tersebut berdampak pada sistem ekonomi yang dianut
sebagai akibat dari pengaruh keyakinan dari ajaran-ajaran dasar Syiah (imamiyah),
terutama pada pola kepemilikan, di mana posisi Imam sebagai pemilik yang
sebenarnya dari segala sumber daya yang ada, terutama yang diklasifikasi menguasai
hajat hidup orang banyak. Sistem politik dan ekonomi seperti itu kemudian
termanifestasi dalam konstitusi negara sebagai pengejewantahan ide-ide besar
Khomeini. Implikasi dari sistem kepemilikan tersebut sangat berpengaruh pada pola
dan iklim investasi di Iran pasca Revolusi yang menurut penelitian ini berkutat pada
stagnasi dengan berbagai sebab, baik internal maupun eksternal.
Penyusunan penelitian ini berlangsung dalam rentang waktu 2013 hingga
2018, termasuk observasi lapangan di negeri para mullah itu pada akhir 2014. Dalam
bentangan waktu seperti itu, tentu saja, sebagai akibat dari keterbatasn penulis dan
dinamika dalam negeri Iran yang sangat dinamis, akan banyak ditemukan
kekurangan dalam hasil penelitian ini yang dapat menjadi bahan penelitian
selanjutnya untuk dikritisi.
Dengan memuji dan rasa syukur yang dalam kepada Allah SWT dan
bershalawat pada Rasulullah SAW dan keluarganya atas selesainya proses penelitian
dan penulisan karya ini, banyak pihak yang sangat berjasa, baik langsung maupun
tidak langsung dalam mendampingi dan mendukung penulisan ini selama proses
berlangsung dari awal hingga akhir. Mereka yang berjasa dan patut kami doakan
dengan berbagai kebaikan di antaranya adalah:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. DR. Hj. Amany Lubis,
MA. dan Rektor sebelumnya Prof. DR. H. Dede Rosyada, MA. yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus
pembaruan ini.

xiii
2. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.
DR>. H. Masykuri Abdullah, MA. yang telah memberikan arahan,
pendampingan sejak penulis S1-S2 sebagai Pembimbing Skripsi dan Tesis
hingga menguji pada Program Doktor ini. Demikian juga penulis haturkan
pada Direktur sebelumnya, Prof. DR. Azyumardi Azra, MA. yang
memberikan wawasan pemikiran dan mentalitas sebagai seorang
intelektual yang kritis dan terbuka.
3. Prof. DR. H. Atho Mudzhar, MSPD dan Prof. DR. H. Fathurrahman
Djamil, MA. sebagai pembimbing penulisan disertasi ini dengan penuh
dedikasi dan kesabaran atas kekurangan penulis.
4. Para Dosen dan Staf di Sekolah Pascasarjana yang telah mentransformasi
ilmu pengetahuan yang begitu luas dan pelayanan yang sangat baik dan
berharga selama penulis menimba ilmu di SPS UIN Jakarta ini.
5. Segenap Civitas Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan
Jakarta (dari masa Prof. DR. H. Fathurrahman Djamil, MA. hingga
periode DR. Mukhaer Pakkana, SE>., MA.) yang telah merekomendasi dan
mendukung penulis selama masa studi.
6. Segenap Civitas Akademika Sadra Institute Jakarta, terutama Oqoye
Mohsen Zangganeh dan Oqoye Wahyu Hidayat yang banyak membantu
dalam proses penelitian di Iran dan penelusuran sumber-sumber literatur
berbahasa Persia.
Demikian juga penghargan dan sanjungan yang setinggi-tinginya ananda
haturkan untuk Ayahanda H. Awat Abd Aziz dan Ibunda Hj. Ade Sukaesih yang
doa-doanya didengar Penduduk langit sehingga ananda menggapai cita-cita dengan
bahagia. Terimakasih juga dihaturkan kepada istri tercinta Dr. Izzatul Mardhiah
yang tulus ikhlas mendampingi penulis terutama selama studi, anak-anak tersayang
Indira Marja Aulia, Shadradin Marja Hukama dan Huzefa Marja Nuqoya yang
memompa semangat Abah untuk menjadi Ayah nomor satu di dunia (setidaknya
menurut kalian). Adik-adiku Dede Nugraha dan Nur Endang Amelia, Apak (alm.)
H. Darwin Marhoni, Ibu Mertua Hj. Radiatul Haida, serta para Ipar Diah dan Agus,
Uda Hosnil Mubarak, Husnatul Mardhiah dan Ed Fauzan Ofratos atas dorongan
moril buat Aa selama ini.,
Terakhir, terimakasih dihaturkan buat teman-teman seangkatan selama studi
S3 (BS-10) terutama yang senasib dalam proses penyelesaian masa studi yang sangat
berkesan dan melelahkan ini. Semoga ilmu kita bernilai buat membumikan nilai-
nilai Islam dan kemanusiaan di Tanah Air dan mancanegara. Amin.
Depok, Januari 2019
Penulis

xiv
ABSTRAK
Penelitian disertasi ini bertujuan untuk mengungkapkan posisi sistem
ekonomi Iran di antara ragam sistem ekonomi dunia dan bagaimana pengaruhnya
terhadap sistem kepemilikan dan iklim investasi yang berlaku, khususnya pasca
embargo yang menimpa Iran sejak revolusi Islam dengan sistem baru wila>yat faqi>h.
Penelitian menggunakan paradigma deskriptif-kualitatif, dengan pengumpulan data
melalui kajian kepustakaan. Adapun pendekatan studi ini merupakan studi
interdisipliner dengan pendekatan politik ekonomi, pendekatan sejarah dan
penafsiran kritis (Hermeneutical Aproach). Untuk memperoleh keabsahan data,
peneliti melakukan triangulasi data dengan menggunakan sumber data yang
beragam, yakni studi pustaka yang terdiri dari sumber primer berupa konstitusi
Republik Islam Iran, serta karya para ideolog Revolusi, seperti Ayatullah Khomeini,
Mahmud Thaleqani dan Muhammad Baqir Sadr. Keterangan data dikonfirmasi
melalui wawancara para ahli dan beberapa orang penduduk dan observasi lapangan
di beberapa kota di Iran.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Iran di bawah sistem Wila>yat Faqi>h
dikategorikan ke dalam ideologi ekonomi Jalan Ke-Tiga atau Jalan Tengah, di mana
negara sebagai regulator menjalankan perannya sebagai penentu arah kebijakan
pembangunan yang bertanggungjawab menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
mengontrol sumber ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Sistem ini
berpengaruh pada perumusan konsep kepemilikan yang proporsional antara
kepemilikan negara, publik dan individu. Akan tetapi dalam prakteknya, pemerintah
Iran tidak benar-benar berada di tengah yang menerapkan moderatisme antara
sosialisme dan kapitalisme, tapi justeru lebih cenderung ke kiri (sosialis). Indikasi
dari kecenderungan kiri tersebut terlihat dari kuatnya kontrol negara baik secara
politik maupun ekonomi. Pelaksanaan privatisasi setengah hati dengan adanya
perusahaan pemerintah yang berbaju swasta (parastatal) merupakan salah satu
indikasi kuat dominasi kekuatan negara dalam dunia usaha. Hal itu berdampak
langsung pada lemah dan lesunya pola dan iklim investasi di Iran sejak revolusi Islam
hingga saat ini.
Basis teori penelitian ini selaras dengan pendapat para ulama klasik yang
menekankan pentingya peran proporsional negara dalam ekonomi, seperti Ibnu
Taymiyah al-Hanbali, Al-Ba>ji> al-Andalu>si al-Maliki, Abd al-Qa>sim al-Ra>fi’i, Imam
Nawawi as-Sha>fi’i dan Al-Mawardi al-Shafi’i. Di antara cendikiawan muslim
kontemporer yang cenderung berpandangan sama di antaranya Imam Khomeini,
Taleghani, Muhammad Baqir Sadr, Umar Chapra, Monzer Kahf, Sa>lih Sa>lihi>, Anas
Zarqa>, Usa>mah al-Sayyid. Sedangkan dari pemikir lainya bisa disebut Michael
Zweigh, John Kenneth Galbraith, Lester C. Thurow. Joseph Eugene Stiglitz, Susan
George, dan Dani Rodrik. Demikian juga secara substansial, penelitian ini selaras
dengan pendapat para ahli ekonomi Indonesia, di antaranya; Sri-Edi Swasono dan
Sri Tua Arief yang mengokohkan cita-cita Founding Father dan para pendahulunya,
seperti Sukarno dan Muhammad Hatta (Sang Proklamator), Syafrudin
Prawiranegara dan HOS Cokro Aminoto.
Keywords: sistem ekonomi Iran, kepemlikikan, investasi, wilayah faqih
xv
xvi
ABSTRACT
This dissertation study aims to reveal the position of the Iranian economic
system among the various economic systems in the world and their influence on the
existing system of ownership and investment, especially after the embargo on Iran
since the Islamic revolution with the new system, wilayat faqih. The study uses a
descriptive-qualitative paradigm, by collecting data through literature review. The
approach of this study is an interdisciplinary study with a political economy
approach, historical approach and critical interpretation (Hermeneutical Approach).
To obtain the validity of the data, researchers triangulated the data using several
data sources, namely library studies consisting of primary sources in the form of the
constitution of the Islamic Republic of Iran, as well as the work of Revolutionary
ideologists, such as Ayatollah Khomeini, Mahmud Thaleqani and Muhammad Baqir
Sadr. Data information was confirmed through interviews of experts and several
residents and field observations in several cities in Iran.
The results of this study conclude that Iran under the Wila> yat Faqi>h system
is categorized into the Third Way or Middle Road, where the State as the regulator
carries out its role as a determinant of the direction of development policy that is
responsible for creating a conducive business climate and controlling economic
resources control the livelihood of many people. This system influences the
formulation of the concept of ownership that is proportional between State
ownership, the public and individuals. But in practice, the Iranian government is not
really in the middle of applying moderateism between socialism and capitalism, but
it is actually more likely to be left (socialist). The indication of the left tendency is
seen from the strength of state control both politically and economically.The
privatization not fully implemented with the existence of government companies
that are dressed in private (parastatal) is one indication of the strong dominance of
state power in the business world. This has a direct impact on the weak and sluggish
pattern and investment climate in Iran since the Islamic revolution to date.
The theoretical basis of this research is in line with the opinions of classical
scholars who emphasize the importance of the proportional role of the state in the
economy, such as Ibn Taymiyah al-Hanbali, Al-Ba'i> al-Andalu> al-Maliki, Abd al-Qa>
sim al-Rafi'i, Imam Nawawi as-Shafi'i and Al-Mawardi al-Shafi'i. Among
contemporary Muslim scholars who tend to share the same views are Imam
Khomeini, Taleghani, Muhammad Baqir Sadr, Umar Chapra, Monzer Kahf, Sa> cf.
Saihi>, Anas Zarqa>, Usa> mah al-Sayyid. Whereas the other thinkers can be called
Michael Zweigh, John Kenneth Galbraith, Lester C. Thurow. Joseph Eugene
Stiglitz, Susan George, and Dani Rodrik. Likewise substantially. This research is in
line with the opinions of Indonesian economists, including; Sri-Edi Swasono and Sri
Tua Arief who cemented the ideals of the Founding Father and its predecessors.
Keywords: Iranian economic system, ownership, investment, wilaya>t faqi>h

xvii
xviii
‫نبذة مختصرة‬
‫تهدف هذه الدراسة إلى الكشف عن موقف النظام االقتصادي اإليراني بين األنظمة االقتصادية المختلفة في‬
‫العالم وتأثيرها على النظام الحالي للملكية واالستثمار خاصة بعد الحظر على إيران منذ الثور اإلسمامية م‬
‫النظام الجديد والية الفقيه‪ . .‬تستخدم الدراسة نموذ ًجا وصفيًا نوعيًا من خمال جم البيانات من خمال مراجعة‬
‫األدبيات‪ .‬نهج هذه الدراسة هو دراسة متعدد التخصصات م نهج االقتصاد السياسي النهج التاريخي والتفسير‬
‫الناقد (النهج الهرميري)‪ .‬للحصول على صحة البيانات قام الباحثون بتثليث البيانات باستخدام عد مصادر‬
‫للبيانات أي دراسات للمكتبات تتكون من مصادر أولية في شكل دستور جمهورية إيران اإلسمامية باإلضافة‬
‫إلى عمل األيديولوجيين الثوريين مثل آية الله الخميني‪ .‬ومحمود ذلقاني ومحمد باقر الصدر‪ .‬تم تأكيد معلومات‬
‫البيانات من خمال مقابمات م خبراء وعد مقيمين ومماحظات ميدانية في عد مدن إيران‪.‬‬
‫وخلصت نتائج هذه الدراسة إلى أن إيران في إطار نظام واليات فاقيه تصنف في الطريق الثالث أو الطريق‬
‫األوسط حيث تقوم الدولة باعتبارها الجهة التنظيمية بدورها كمحدد التجاه سياسة التنمية المسؤولة عن خلق‬
‫مناخ عمل موات ومراقبة الموارد االقتصادية تتحكم في معيشة العديد من الناس‪ .‬يؤثر هذا النظام على صياغة‬
‫مفهوم الملكية المتناسب بين ملكية الدولة والجمهور واألفراد‪ .‬لكن من الناحية العملية فإن الحكومة اإليرانية‬
‫ليست في الواق في وسط تطبيق النزعة المعتدلة بين االشتراكية والرأسمالية ولكن من المرجح في الواق أن‬
‫تترك (اشتراكية)‪ .‬وينظر إلى مؤشر االتجاه األيسر من قو سيطر الدولة سياسيا ً واقتصادياً‪ .‬الخصخصة التي‬
‫لم تنفذ بالكامل م وجود شركات حكومية ترتدي ممابس خاصة (شبه حكومية) هي مؤشر على الهيمنة القوية‬
‫لسلطة الدولة في عالم األعمال‪ .‬هذا له تأثير مباشر على النمط الضعيف والراكد ومناخ االستثمار في إيران‬
‫منذ الثور اإلسمامية حتى اآلن‪.‬‬
‫األساس النظري لهذا البحث يتماشى م آراء العلماء الكماسيكيين الذين يؤكدون على أهمية الدور النسبي للدولة‬
‫في االقتصاد مثل ابن تيمية الحنبلي البعي > األندلس> المالكي عبد القاسم الرفي الرفاعي اإلمام‬
‫النووي الشافعي المواردي الشافعي‪ .‬بين علماء المسلمين المعاصرين الذين يميلون إلى مشاركة نفس اآلراء‬
‫هم اإلمام الخميني تلغاني محمد باقر الصدر عمر شبر منذر الكهف صالح صالحى‪ ,‬أنس الزرقى‬
‫أسامة السيد‪ .‬في حين يمكن استدعاء المفكرين اآلخرين مايكل زويغ جون كينيث غالبريث وليستر سي‪.‬‬
‫ثوروف‪ .‬جوزيف يوجين ستيجليتز سوزان جورج وداني رودريك‪ .‬وبالمثل إلى حد كبير‪ .‬هذا البحث‬
‫يتماشى م آراء االقتصاديين االندونيسيين بما في ذلك ؛ سري ادي ‪ Swasono‬وسري طوا العريف الذي‬
‫عزز المثل العليا من اآلباء المؤسسين وأسمافها‪.‬‬
‫الكلمات المفتاحية‪ :‬النظام االقتصادي اإليراني الملكية االستثمار والية الفقيه‬

‫‪xix‬‬
xx
‫چکیده‬

‫اين مقاله با هدف بررسي وضعیت نظام اقتصادي ايران در میان نظام هاي مختلف اقتصادي جهان و تأثیر آنها‬
‫بر نظام موجود مالكیت و سرمايه گذاري‪ ،‬بويژه پس از تحريم ايران از زمان انقالب اسالمي با نظام جديد‪ ،‬ويالت فقیه ‪.‬‬
‫اين مطالعه با استفاده از يک پارامتر توصیفی‪-‬کیفی با جمع آوری داده ها از طريق مرور ادبیات انجام شده است‪ .‬رويکرد‬
‫اين مطالعه يک مطالعه بین رشته ای با رويکرد اقتصاد سیاسی‪ ،‬رويکرد تاريخی و تفسیر انتقادی (رويکرد هرمنوتیک)‬
‫است‪ .‬برای به دست آوردن اعتبار داده ها‪ ،‬محقق داده ها را با استفاده از چندين منبع داده‪ ،‬يعنی مطالعات کتابخانه ای‬
‫متشکل از منابع اولیه در قالب قانون اساسی جمهوری اسالمی‪ ،‬و نیز کار ايدئولوژيست های انقالبی نظیر آيت الله‬
‫خمینی ‪ ،‬محمود طالقانی و محمد باقر صدر‪ .‬اطالعات مربوط به داده ها با مصاحبه های متخصصین و چندين ساکن‬
‫و مشاهدات میدانی در چندين شهر ايران تايید شد‪.‬‬

‫نتايج اين مطالعه نشان می دهد که ايران تحت سیستم الواليات الفقیه به مسیر سوم يا جاده میانی طبقه بندی‬
‫شده است‪ ،‬جايی که دولت به عنوان تنظیم کننده نقش خود را به عنوان تعیین کننده جهت سیاست توسعه ای که مسئول‬
‫ايجاد يک محیط تجاری سودمند و کنترل منابع اقتصادی‪ ،‬معیشت مردم را کنترل می کند‪ .‬اين سیستم بر فرمول مفهوم‬
‫مالکیت تأثیر می گذارد که متناسب با مالکیت دولتی‪ ،‬عمومی و افراد است‪ .‬اما در عمل‪ ،‬دولت ايران واقعا در میان‬
‫اعمال مدرنیسم بین سوسیالیسم و سرمايه داری نیست‪ ،‬اما در واقع احتمال بیشتری وجود دارد (سوسیالیست)‪ .‬نشانه‬
‫گرايش چپ از قدرت کنترل دولت از نظر سیاسی و اقتصادی ديده می شود‪ .‬خصوصی سازی که به طور کامل با وجود‬
‫شرکت های دولتی که در خصوصی (متعارف) لباس می پوشند‪ ،‬به طور کامل اجرا نمی شود‪ ،‬يکی از نشانه های قدرت‬
‫قوی در قدرت دولت در دنیای تجارت ‪ .‬اين تا به امروز از انقالب اسالمی تا به امروز تاثیر مستقیمی بر الگوی ضعیف و‬
‫تنبل و شرايط سرمايه گذاری در ايران دارد‪.‬‬

‫مبنای نظری اين تحقیق مطابق با نظرات دانشمندان کالسیک است که بر اهمیت نقش متناسب دولت در‬
‫اقتصاد تاکید می کنند‪ ،‬مانند ابن تیمیه الحنبلی‪ ،‬الباع> الندلو> مالکی‪ ،‬عبدالقاع‪ ،‬سیم الرفیعی‪ ،‬امام نووی صهیونیسف‬
‫و المواردی الشفیعی‪ .‬از میان محققان معاصر مسلمان که تماشا می کنند‪ ،‬نمايش امامان امام خمینی‪ ،‬طالقانی‪ ،‬محمد‬
‫باقر صدر‪ ،‬عمر چپرا‪ ،‬مونزر كهف‪ ،‬صالح صالحى‪ ,‬أنس الزرقى أسامة السید‪. .‬در حالی که متفکران ديگر می توان به نام‬
‫مايکل زيويگ‪ ،‬جان کنت گالبريت‪ ،‬لستر سی تورو‪ .‬جوزف يوجین استیگلیتز‪ ،‬سوزان جورج و دانی رودريک‪ .‬به طور قابل‬
‫مالحظه ای اين تحقیق مطابق با نظرات اقتصاددانان اندونزی‪ ،‬از جمله؛ سريعیو سوسونو و سری تیو آرفیف که آرمانهای‬
‫پدر بنیانگذار و پیشینیانش را به عهده داشتند‪.‬‬

‫کلیدواژگان‪ :‬نظام اقتصادي ايران‪ ،‬مالکیت‪ ،‬سرمايه گذاري‪ ،‬واليات فقیه‬

‫‪xxi‬‬
xxii
TRANSLITERASI

Table of the system of transliteration of Arabic words and names used by the Library
of Congress.

b = ‫ب‬ z = ‫ز‬ f = ‫ف‬

t = ‫ت‬ s= ‫س‬ q = ‫ق‬

th = ‫ث‬ sh= ‫ش‬ k = ‫ك‬

j = ‫ج‬ s{ = ‫ص‬ l = ‫ل‬

h{ = ‫ح‬ d{ = ‫ض‬ m= ‫م‬

kh= ‫خ‬ t{ = ‫ط‬ n= ‫ن‬

d = ‫د‬ z{ = ‫ظ‬ h = ‫ه‬

dh= ‫ذ‬ ‘ = ‫ع‬ w= ‫و‬

r = ‫ر‬ gh = ‫غ‬ y= ‫ي‬

Short: a = ´ ; i = ِ ; u= ِ
Long: a< = ‫ ; ا‬i> = ‫; ي‬ ū=‫و‬

Diphthong: ay = ‫ ; ا ي‬aw = ‫ا و‬

xxiii
xxiv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI III


LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR V
LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR VII
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME IX
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL PENDAHULUAN XI
PENGANTAR PENULIS XIII
ABSTRAK XV
ABSTRACT XVII
‫نبذة مختصرة‬ XIX
TRANSLITERASI XXIII
DAFTAR ISI XXV
DAFTAR TABEL XXVII
DAFTAR DIAGRAM XXVIII

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 12
C. Tujuan Penelitian 13
D. Signifikansi dan manfaat Penelitian 13
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 14
E. Signifikansi Penelitian 16
F. Metodologi Penelitian 16
G. Sistematika Penulisan 22

BAB II 23
HUBUNGAN NEGARA DAN EKONOMI 23
DALAM BERBAGAI ARUS PEMIKIRAN 23
A. Problem Peran Ekonomi Negara 23
B. Maz{hab Intervensionisme tentang Peran Negara Terhadap Ekonomi 26
C. Mazhab Pasar Bebas tentang Hubungan Negara dan Ekonomi 31
D. Gagasan Jalan Tengah 35
E. Peran Ekonomi Negara dalam Fikih dan Polarisasi Kecenderungan
Intelektual Muslim 44

BAB III 55
SISTEM POLITIK DAN EKONOMI IRAN 55
A. Sistem Politik dan Ekonomi Dinasti Safawi dan Qajar 57
B. Sistem Politik dan Ekonomi Dinasti Pahlevi 69
C. Sistem Politik dan Ekonomi Republik Islam Iran 77

xxv
BAB IV 96
SISTEM KEPEMILIKAN DALAM KONSTITUSI IRAN 96
A. Kepemilikan dalam Perspektif Ulama Imamiyah 98
B. Kepemilikan dalam Konstitusi Republik Islam Iran 130

BAB V 139
IMPLIKASI SISTEM KEPEMILIKAN TERHADAP INVESTASI 139
B. Prinsip Kemandirian Ekonomi Nasional 144
C. Konsep Ketahanan Ekonomi Nasional 146
D. Iklim Investasi 150
E. Pasang Surut Privatisasi dan Investasi Asing 153
F. Kritik atas Pengelolaan Ekonomi Iran 159

BAB VI 177
PENUTUP 177
A. Kesimpulan 177
B. Saran dan Rekomendasi 178

DAFTAR PUSTAKA 179


INDEKS 199
GLOSSARY 201
LAMPIRAN 204
TENTANG PENULIS 218

xxvi
DAFTAR TABEL

Tabel I. Indikator Ekonomi Iran 167

xxvii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram I . Persentase Pengangguran Warga Iran Usia 15-24 139


Diagram II. Hambatan Pertumbuhan Ekonomi Iran 161
Diagram III. Kenaikan Harga Barang di Iran (2005-2016) 163
Diagram IV Pengangguran Warga Iran Usia 15-24 (2005-2016 164
Diagram V. Konsumsi Pangan di Iran 164
Diagram VI. Iran PDB Nominal 173
Diagram VII> Pertumbuhan Indeks Produksi Industri Iran 174
Diagram VIII. Tren Tingkat IPM negara Iran Sejak Tahun 1990 175

xxviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Joseph E. Stiglitz seorang ekonom Amerika yang mengamati langsung
proses pengambilan kebijakan ekonomi lewat pelbagai jabatan penting yang pernah
disandangnya dalam Dewan Penasehat Ekonomi Bill Clinton maupun Bank Dunia,
menyaksikan bagaimana keserakahan pelaku pasar yang mempengaruhi negara
(bukan sebaliknya) telah mengakibatkan petaka ekonomi dunia di era 90-an.1
Sementara di sisi lain pada dekade yang sama sosialisme (seolah) sedang mengalami
kebangkrutan total dengan terpecahnya Soviet dan negara pengikutnya di Eropa
Timur.
Krisis dua ideologi besar tersebut menegaskan relevansi pernyataan
Muhammad Nejatullah Siddiqi dalam bukunya Role of The State in The Economy
bahwa sampai saat ini dua ideologi besar itu (sosialisme2 dan kapitalisme3) belum
dapat menjadi solusi dari problem ekonomi dunia, khususnya dalam merumuskan
hubungan ideal antara negara dan ekonomi. Sosialisme dengan motivasi artifisial
dan peran besar negara banyak terjerumus pada mismanagement yang banyak
menyebabkan inefesiensi, korupsi dan otoritarianisme. Sedangkan kapitalisme
sangat miskin sekali dengan insentif dan menciptakan ketergantungan.4 Akan tetapi,
pernyataan Nejatullah ini tidak menyurutkan perdebatan mengenai posisi Islam
terhadap dua ideologi besar tersebut yang sebetulnya lahir belakangan dari pada

1
Lihat Joseph E. Stiglitz, The Roaring Nineties: A New History of The World’s Most
Prosperous Decade (New York: WW. Norton and Company, Inc., 2003), ii.
2
Secara etimologi, kata sosialisme berasal dari bahasa latin socius yang berarti
makker (Belanda), friendly (Inggris) dalam bahasa Indonesia mengandung arti pertemanan
atau persahabatan. A S. Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary (Oxford University
Press, 1995), ed. V, 1127. Lihat juga HOS.Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme (Jakarta:
LPP-RI, 1963), 9. Dalam bahasa Arab kata padanan bagi sosialisme biasa diasosiasikan pada
kata Ishtirkiyyah (Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (London: George
Allen and Unwin LTD, 1971), 469.
3
Secara historis, sistem ekonomi kapitalisme muncul di abad ke 18 dengan dimotori
oleh Adam Smith. Tetapi cikal bakal pemikirannya sudah diletakkan sebelumnya oleh tokoh-
tokoh aliran fisiokratisme yang berpandangan bahwa tata susunan masyarakat pada
umumnya, tata susunan ekonomi khususnya, penataannya diatur (seharusnya) menurut
kekuatan-kekuatan hukum alam, yaitu the natural order of things atau the order of things
according to natural law. Welfarisme atau kaptalisme yang dikenal dengan ekonomi klasik
merupakan sistem ekonomi yang menganjurkan pasar bebas ( free market) yang mana
pemerintah atau negara tidak boleh kut campur dalam masalah ekonomi, karena jika terjadi
maka yang terjadi justru pasar akan mengalami distorsi sehingga membawa perekonomian
pada ketidakefisienan (inefficiency) dan ketidakseimbangan. (lihat Sumitro
Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakart:,Yayasan Obor Indonesia,
1991), 13.
4
Maksudnya ketergantungan negara miskin pada negara kaya. Muhammad Nejatullah
Siddiqi, Role of The State in The Economy (Leicester: The Islamic Foundation, 1996), 1.
1
Islam. Perdebatan itu melahirkan berbagai kecenderungan, apakah Islam lebih
kompatibel dengan sosialisme atau kapitalisme? Atau Islam memiliki cara pandang
tersendiri dalam menjawab problem ekonomi ini khususnya yang berkaitan dengan
hubungan negara dan ekonomi.
Untuk lebih dapat memahami posisi Islam di antara pertarungan ideologi
besar ini, pernyataan-pernyataan dari kedua kubu dapat membantu untuk
mengidentifikasinya. Misalnya saja Michael Zweigh yang menyatakan bahwa
kapitalisme bukan jaminan terwujudnya kesejahteraan ekonomi, bahkan sebaliknya
kapitalisme menciptakan kondisi ketidakadilan dan ketimpangan sosial dimana
sumber-sumber ekonomi yang diproduksi oleh banyak pekerja hanya dinikmati oleh
segelintir orang.5 Oleh karena itu, ada yang menyatakan ekonomi sosialis dengan
beragam variannya dipandang sebagai anti tesis system ekonomi kapitalistik yang
ternyata menciptakan kesenjangan kelas dan ketidakmerataan kepemilikan modal
dan sumber-sumber produksi serta distribusi pendapatan. Untuk menciptakan
distribusi modal dan alat-alat produksi secara merata diperlukan peran negara dalam
bentuk penghapusan kepemilikan alat-alat produksi oleh privat dan selanjutnya
dikuasai penuh oleh negara. Kepemilikan dan kontrol penuh negara terhadap
sumber-sumber produksi merupakan sendi utama ekonomi sosialisme. Hal tersebut,
menurut Kolakowski, merupakan jalan untuk mewujudkan keadilan dan persamaan
tidak hanya secara politis, akan tetapi juga secara ekonomis.6
Keyakinan akan pentingnya negara dalam ranah ekonomi juga dinyatakan
John Kenneth Galbraith dalam The Culture of Contentment,7 Lecter C. Thurow
dalam Creating Wealth: The New Rules for Individual, Companies and Countries in
a Knowledge Based Economy.8 Mereka berdua meyakini jika pasar tidak dikontrol
negara akan ada dominasi oleh kekuatan besar dan terjadi penindasan terhadap
kekuatan ekonomi kecil. Demikian juga dengan John Maynard Keynes yang
merekomendasikan peran pemerintah dalam upaya optimalisasi dalam bidang
ekonomi khususnya masalah ketenagakerjaan yang menjadi masalah bagi negara-
negara kapitalis modern.9 Bahkan George Soros, seorang pialang brilian pasar uang
yang memanfaatkan bobroknya sistem ekonomi dunia, menyatakan dalam The
Crisis of Global Capitalism bahwa kekuatan pasar bebas, apabila diberi wewenang

5
Michael Zweigh, Religion and Economic Justice (Philadelphia: Temple, University
Press, 1991), vii.
6
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx (Jakarta: Gramedia, 2001), 19. Dari
Leszek Kolakowski, Main Currens of Marxism (Oxford: Clarendon Press 1978), 209. Lihat
juga C.J. Arthur, Marx Engels; The German Ideology (London: Lawrence and Wishart, 1989)
.48-53.
7
John Kenneth Galbraith, The Culture of Contentment (Boston: Houghton Mifflin,
1992), 150.
8
Lester C. Thurow, Creating Wealth: The New Rules for Individual, Companies and
Countries in a Know-ledge Based Economy (London: Nicholas Brealy, 2000), 238.
9
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money
(New Delhi: Atlantic, 2008), viii.
2
penuh dalam ekonomi dan keuangan akan menimbulkan kekacauan karena
mengesampingkan etika dan moral.10
Dalam sudut pandang yang lain, sikap manusia yang cenderung serakah ini
dianggap bukan masalah, bahkan menjadi peluang pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana dikemukakan oleh begawan ekonomi liberal, Adam Smith, sikap
manusia yang rakus seperti dikemukakan oleh Plato dan para filosof lainnya 11
bukanlah sesuatu yang buruk, karena bagi Smith sifat egois manusia ini tidak akan
mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas.12
Beberapa ekonom muslim ada yang meyakini persaingan bebas ala Adam
Smith ini, bahkan menurut Norman Barry, para pemikir muslim seperti Ibnu
Khaldun telah mengemukakan ide pasar bebas ini jauh sebelum Adam Smith13.
Sedangkan para ekonom muslim kontemporer yang meyakini pasar bebas ini di
antaranya ‘Abd Alla>h ‘Abd al-Ghani> Gha>nim,14 ‘Abd al-H{ami>d Mah}bu>b,15 ‘Abd al-
‘Azi>z Fahmi> Haykal,16 mereka semua mempunyai keyakinan jika pemerintah ikut
campur dalam urusan pasar, maka yang terjadi adalah pemborosan, distorsi dan
ketidakadilan ekonomi. Jika terjadi ketimpangan di pasar, menurut mereka akan
cukup diselesaikan dengan persaingan sempurna yang terjadi di pasar.
Anggapan kemampuan pasar yang dapat mengoreksi dirinya sendiri ini
banyak menuai kritik dari kalangan LSM, akademisi, para peraih Nobel, sampai para
mantan pejabat IMF. Di antara mereka sebut saja misalnya Joseph Stiglitz,17 Susan

10
George Soros, The Crisis of Global Capitalism (New York: Public Affairs, 1998),
22.
11
Plato melihat bahwa manusia adalah makhluk yang rakus. Oleh karena itu kalau
kerakusan tersebut tidak dikendalikan maka kesejahteraan tidak dapat tercipta secara
merata. Akibatnya hanya orang-orang yang cerdik, pintar dan berkuasa sajalah yang dapat
hidup berkecukupan dan bahkan dalam kemewahan sedang yang lain akan hidup dalam
kesengsaraan dan kehinaan. Dia sangat mengkhawatirkan menyatunya kepentingan politik
dengan ekonomi individual, yang dia harapkan adalah menyatunya politik dengan kebajikan.
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 70.
12
Adam Smith, An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nation, with
Introduction by Andrew S. Skinner (London: Penguin Books, 1997), 12-13.
13
Norman Barry, Masyarakat Sipil, Agama dan Islam, dalam Atilla Yayla (ed.), Islam,
Masyarakat Sipil dan Ekonomi Pasar (Jakarta: Friedrich Naumann Stiftung, 2004), 44.
14
‘Abd Alla>h ‘Abd al-Ghani> Gha>nim, al-Mushkilah al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Uju>r wa al-
As‘a>r fi> al-Isla>m (Alexandria: New University Press, 1984).
15
‘Abd al-H{ami>d Mah}bu>b, “‘Al-Su>q wa al-As‘a>r fi >al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>: Muna>fasah
Ka>milah aw Ih}tika>r?,” Journal of Social Science (Kuwait: University of Kuwait, 1992).
16
‘Abd al-‘Azi>z Fahmi> Haykal, Madkhal ila> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> (Bayru>t: Da>r Nahd}ah
al-‘Arabiyyah li al-T{iba>‘ah wa al-Nashr, 1983). 158.
17
Joseph Eugene Stiglitz, Globalization and its Discontents (New York: W.W Norton
& Company, 2002).
3
George18 dan Dani Rodrik,19 yang kesemuanya dapat berkesimpulan bahwa tidak ada
bukti sistem pasar bebas (kapitalisme) mampu mengoreksi dirinya sendiri, malahan
yang terjadi adalah ketidakadilan global dan penindasan dari negara kuat pada
negara yang lemah.
Kritik terhadap pasar bebas pada khususnya dan kapitalisme pada umumnya
sesungguhnya sudah sejak lama datang dari para pemikir muslim, baik dari kalangan
muslim yang menyatakan Islam kompatibel dengan sosialisme, seperti Muhammad
Iqbal dari Pakistan, Jamal Abdul Nasser dari Mesir, HOS Cokro Aminoto, Sukarno,
Muhammad Hatta, Syafrudin Prawiranegara yang semuanya dari Indonesia,20
maupun dari pemikir muslim yang menyatakan ekonomi Islam sebagai mad{hab
murni yang sama sekali berbeda dengan kedua ideologi besar bermasalah tersebut.
Di antara para pemikir ekonomi Islam kontemporer yang melakukan kritik terhadap
kapitalisme dan sekaligus sosialisme ialah Taqiyyudin al-Nabhani,21 Sayyid
Muhammad Baqir Shadr,22 Umar Chapra,23 Ziya< al-Di<n Ahmad,24 Monzer Kahf,25
Sa<lih Sa<lihi<26 dan lain-lain.
Menurut Maxim Rodinson dalam bukunya Islam and Capitalism dalam
sejarah hanya ada dua sistem ekonomi yang paling berpengaruh, yaitu sosialisme
dan kapitalisme, dan tidak ada sistem ekonomi lain selain produk dua ideologi

Susan George, The Lugano Report: On Preserving Capitalism in the Twenty-first


18

Century (Pluto Press, 1999).


19
Dani Rodrik, “Trade Liberalization in Developing Countries: Do Imperfect
Competition and Scale Economies Matter?,” The American Economic Review 97 (2007).
20
Semangat sosialisme yang muncul dalam alam pikiran intelektual muslim karena
ada semangat yang kurang lebih di mana Islam merupakan agama yang sangat menekankan
prinsip persamaan sebagai nilai dasar keyakinan. Ketidaksamaan dapat jadi muncul karena
penyimpangan kekuasaan, kekayaan dan pendapatan, ras gender, agama dan kebudayaan,
tetapi faktor ketidaksamaan distribusi pengahsilan seringkali menjadi sumber utama
ketegangan yang kemudian berimplikasi pada terjadinya ketidaksamaan lainnya. Lihat
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respons Intelektual Muslim
Terhadap Konsep Demokrasi (19866-1993). (Yogyakarta: Tiara Wacana Ilmu, 1999), 111.
Lihat juga Endang Mintarja, Politik Berbasis Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
3.
21
Taqy al-Din Al- Nabhani, al-Niz{a>m al-Iqtis{a>dy fi> al-Isla>m (Beirut: Da>r al-Ummah},
2004).
22
Syahid Muhammad Baqir Al-Shadr, Iqtis}a>duna> (Khura>sa>n: Maktab al-I‘la>m al-
Isla>mi, 1425 H>).
23
Umar Chapra, The Fututre of Economics: an Islamic Perspective (United Kindom:
The Islamic Foundation, 2000). Baca juga Umar Chapra, Islam and the Economic Challenge
(USA: The Islamic Foundation and the International Institute of Islamic Thought, 1995).
24
Ziya>’ al-Di>n Ah}mad, Islam, Poverty, and Income Distribution (Lahore: The Islamic
Foundation, t.t).
25
Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of the Functioning of the Islamic
Economic System (Canada, Plainfield, 1978).
26
S{a>lih} S{a>lih}i>, Maka>nat Mu’assasat al-H{isbah fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> wa Dauruha> fi> al-
Qad}a>’ ‘ala> al-Fasa>d al-Iqtis}a>di> (Al-Jaza>ir: Ja>mi‘at Sat}i>f, t.t.).
4
tersebut. Semua sistem ekonomi, termasuk sistem ekonomi Islam hanyalah derivasi
dari sosialisme atau kapitalisme.27
Posisi ekonomi Islam pun kemudian menuai perdebatan, Rodinson
berpendapat bahwa Islam cenderung menganut prinsip-prinsip kapitalisme terutama
dalam Kapitalisme Perdagangan (Commercial Capitalism).28 Pandangan Rodinson
ini sejalan dan mungkin juga mengilhami adanya anggapan bahwa sistem ekonomi
Islam lebih kompatible dengan nilai-nilai kapitalisme yang dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan (Kapitalisme Humanis) atau Kapitaslisme Religius.29
Di sisi lain, Rodinson juga` menunjukkan bahwa sistem Ekonomi Islam
sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi sosialis, terutama pandangan mengenai
keadilan sosial dalam ekonomi. Pandangannya tersebut sekaligus membantah
keyakinan bahwa Islam merupakan alternatif guna terwujudnya jalan ketiga. Karena
pilihan terhadap sosialisme secara moral masih dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan watak Islam yang mengandung nilai-nilai humanitarian rasional.30 Lebih
jauh dikatakan, bahwa pilihan kepada sosialisme untuk modernisasi tidak akan
melunturkan watak dasar dan jati diri serta otentisitas Islam sebagai agama dan
budaya.
Sebenarnya, pertentangan antara ‘kanan’ dan ‘kiri’ sudah sejak lama
dipertanyakan relevansinya.31 Sebagian mempercayai bahwa pertentangan itu akan
berlangsung abadi, sedangkan sebagian lain menganggap sudah tidak ada
relevansinya karena masing-masing golongan, baik kiri maupun kanan, sudah
banyak memodifikasi doktrinnya. Usaha memodifikasi doktrin tersebut
mengakibatkan semakin melonggarnya doktrin lama dan lebih cenderung
kompromistis. Usaha-usaha kompromi itulah yang kemudian banyak diyakini
sebagai jalan tengah (The Third Way/Al-Naz}ariyah Al-‘A>lamiyah Al-Tha>lithah}).
Tidak dapat dipungkiri bahwa kompromi ideologis telah dan terus

27
Kesimpulan Leonard Binder atas paparan Maxime Rodinson, Islam and Capitalism
(London: Saqi Essential, 2007). Leonard Binder, Islamic Liberalism; A Critique of
Development Ideologies (Chicago: The University of Chicago Press, 1988), 212.
Sebagaimana dikutip pula oleh Peter Nolan, Capitalism and Freedom: The Contradictory
Character of Globalisation (London: Anthem Press, 2008), 243-244.
28
Kapitalisme Islam adalah Kapitalisme Humanis, www.madina.co.id (diakses pada
12 Juni, 2010).
29
Dawan Raharjo termasuk pemikir yang mendukung tentang pandangan nilai-nilai
kapitalistik dalam ekonomi Islam, namun berbeda dengan Cak Nur yang juga mendukung
pandangan bahwa Islam menganut prinsip Kapitalisme Religius menyatakan sekularisasi
ekonomi dan menolak gagasan ekonomi Islam, sebaliknya Dawan mendukung implementasi
system ekonomi Islam secara praktis. www.madina.co.id (diakses pada 12 Juni, 2010).
30
Sebagaimana dikutip Leonard Binder, Islamic Liberalism; A Critique of
Development Ideologies, 212.
31
Klaim bahwa perbedaan kanan dan kiri telah melemah dinyatakan pada tahun 1890-
an oleh para pendudkung sindikalisme dan pendukung solidarisme. Klaim itu secara teratur
diulangi pada tahun-tahun berikutnya. Jean Paul Sartre juga berargumen seperti itu di tahun
1960-an, tetapi tesis tersebut telah sering dikemukakan oleh mereka yang muncul dari kanan.
Antony Gidden, The Third Way (Jakarta:, Gramedia, 2000) 43.
5
berlangsung antara kiri dan kanan. Implikasinya adalah membuat kabur dogma-
dogma tradisonal kiri maupun kanan. Dari kelompok kanan, kesadaran akan
pentingnya kompromi ideologis tersebut diantaranya dikemukakan oleh mantan
presiden Amerika, Franklin D. Rosevelt dengan menawarkan gagasan Philoshopy of
The New Deal. Dalam gagasannya tersebut Roosevelt pada tahun 1932 ingin
mengubah Amerika Serikat menjadi masyarakat yang peduli terhadap sesama,
sebagian hak milik merupakan hak bagi orang yang tak berpunya, jaminan sosial
bagi pekerja menjadi keharusan dan orang jompo tidak dibiarkan merana. Walaupun
itu semua ia usahakan dalam kerangka liberalisme, individualisme dan demokrasi.32
Pada sisi lain, aliran kiri pun bermetamorfosa ke dalam beberapa bentuk
aliran, mulai dari yang demokratik sampai pada yang totaliter.33 Pada saat yang
bersamaan juga dikenal kata komunisme, namun kedua kata yang semula artinya
identik, salah satunya menempuh cara sendiri untuk mencapai cita-citanya, yakni
ketika komunisme dipakai untuk aliran sosialis yang totaliter, menuntut
penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan
keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari
perjuangan kaum terhisap sendiri.34
Usaha mutakhir untuk mewujudkan jalan ketiga, dicetuskan oleh Anthony
Giddens yang dipandang sebagai intelektual unggulan Tony Blair telah melakukan
apa yang dianggap mustahil oleh banyak orang. Gidden membentuk sebuah definisi
jalan ketiga yang koheren dan persuasif. Lebih penting lagi, ia berhasil menegaskan
bahwa jalan ketiga tidak berada di luar kiri dan kanan, akan tetapi jalan itu bagian
dari kiri, yaitu pembaharuan demokrasi sosial.35
Uraian di atas mendeskripsikan bahwa dari diskursus global mengenai
kapitalisme vis a vis sosialisme, kaum intelektual muslim dalam hal diskursus
hubungan negara dan ekonomi dapat dipetakan dalam tiga kelompok:
1. Pemikiran yang menyatakan bahwa Islam lebih dekat ke mazhab sosialisme
yang cenderung menggunakan ekonomi terencana yang diatur oleh negara.
Tokoh dari kelompok ini misalnya; Muhammad Iqbal dari Pakistan, Jamal

32
Pada mulanya Franklin D. Rosevelt dalam mengajukan Philoshopy of The New Deal
untuk mengatasi Greet Deepretion agar keluar dari dampak buruk kapitalisme purba yang
sangat individualistik. Sebagaimana diterjemahkan oleh Deliar Noor, Pemikiran Politik di
Negeri Barat (Bandung: Mizan, 1998), 248.
33
Pierre Leroux, seorang penganut Saint Simonisme, mengklaim bahwa dialah yang
pertama kali memperkenalkan kata “socialism”. Oleh karena itu kata sosialisme diasumsikan
muncul di Perancis sekitar tahun 1830. Namun, menurut penulusuran Theimer, istilah
sosialisme sudah dikenal pada tahun 1827 di kalangan pengikut Owen. Franz Magnis
Suseno, Pemikiran Karl Marx; dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme ( Jakarta:
Gramedia, 2001), 19.
34
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, 19.
35
Baca komentar Will Hutton (Editor-in-Chief), The Observer, Anthony Giddens,
The Third Way, sampul belakang.
6
Abdul Nasser dari Mesir,36 HOS Cokro Aminoto,37 Sukarno, Muhammad
Hatta,38 Syafrudin Prawiranegara.39
2. Pemikiran yang menyatakan Islam lebih dekat pada kapitalisme khususnya
mengenai ekonomi pasar yang tidak memerlukan negara dalam
aktivitasnya. Dalam kelompok ini dapat dirujuk Vali Nasr, The Rise of
Islamic Capitalism, Abd Alla>h ‘Abd al-Ghani> Gha>nim dalam Al-Mushkilah
al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Uju>r wa al-As‘a>r fi> al-Isla>m ,40 Abd al-H{ami>d Mah}bu>b
Al-Su>q wa al-As‘a>r fi> Iqtis}a>d Isla>mi>: Muna>fasah Ka>milah aw Ih}tika>r?,41
Abd al-‘Azi>z Fahmi> Haykal Madkhal ila> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> .42
3. Pemikiran yang menyatakan bahwa Islam merupakan mazhab tersendiri
dalam ranah ekonomi yang meletakan secara proposional peran negara
dalam kegiatan ekonomi atau lebih khususnya pasar. Dalam kelompok ini
dapat disebut Muhammad Baqir Shadr dalam Iqtis{o>duna>,43 Taqiy al-di>n al-
Nabhani dalam al-Niz{a>m al-Iqtis{ady fi> al-Isla>m,44 Muhammad Nejatullah
Siddiqi dalam Role of The State in The Economy, Umar Chapra dalam The
Future of Economics: an Islamic Perspective, Ziya> al-Di>n Ahmad Islam,
Poverty and Income Distribution,45 Monzer Kahf dalam The Islamic
Economy: Analytical of the Functioning of the Islamic Economic System,
46
Sa>lih Sa>lihi dalam Maka>nat Mu’assasat al-H{isbah fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>

36
Baca W. Mongomery Watt, Islamic Political Thought; The Basic Concept
(Edinburg: Edinburg University Press, 1968). Lihat juga Edward Mortomer, Faith and Power;
The Politics of Islam (New York: Vintage Book, 1982).
37
HOS. Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme (LPPS RI, tt).
38
Lihat Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial: dari Klasikal
dan Neoklasikal Sampai ke The End of Laissez-Faire (Jakarta: Perkumpulan Prakarsa, 2010),
100-102.
39
Jene S. Mintz, Muhammad, Marx dan Marhaen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002). Baca juga Endang Mintarja, Politik Berbasis Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005).
40
‘Abd Alla>h ‘Abd al-Ghani> Gha>nim, Al-Mushkilah al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Uju>r wa al-
As‘a>r fi> al-Isla>m (Alexandria: New University Press, 1984).
41
‘Abd al-H{ami>d Mah}bu>b, “Al-Su>q wa al-As‘a>r fi> Iqtis}a>d Isla>mi>: Muna>fasah Ka>milah
aw Ih}tika>r?,” Journal of Social Science, University of Kuwait 20 (1992).
42
‘Abd al-‘Azi>z Fahmi> Haykal, Madkhal ila> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> (Bayru>t: Da>r Nahd}ah
al-‘Arabiyyah li al-T{iba>‘ah wa al-Nashr, 1983).
43
Syahid Muhammad Baqir Al-Shadr, Iqtis}a>duna> (Khura>sa>n: Maktab al-I‘la>m al-
Isla>mi, 1425 H>).
44
Taqy al-Din al- Nabhani, al-Niz{a>m al-Iqtis{a>dy fi> al-Isla>m (Beirut: Da>r al-Ummah},
2004).
45
Ziya>’ al-Di>n Ah}mad, Islam, Poverty, and Income Distribution (Lahore: The Islamic
Foundation, t.t).
46
Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of the Functioning of the Islamic
Economic System (Canada, Plainfield, 1978).
7
wa Dauruha> fi> al-Qad}a>’ ‘ala> al-Fasa>d al-Iqtis}a>di> ,47 Muh}ammad Lawal
Ah}mad Bas}ar dalam karyanya Price Control in an Islamic Economy48 dan
lain-lain.
Salah satu kajian yang cukup menarik dan aktual mengenai peran negara
dalam ekonomi adalah sistem politik dan ekonomi Republik Islam Iran. Negara yang
dihasilkan dari sebuah revolusi Islam yang sangat fenomenal itu49, sejak awal telah
mengukuhkan pentingnya peran negara dalam pembangunan dalam segala bidang.50
Untuk itu, sejak terbentuknya pemerintahan baru, negara segera melakukan
nasionalisasi pada industri-industri besar terutama yang berkaitan dengan hajat
hidup orang banyak.51
Selain faktor di atas, beberapa hal yang membuat Iran menarik dan layak
untuk dikaji antara lain; Pertama, faktor historis. Dalam sejarah, terungkap bahwa
Persia telah menyumbangkan Dirham yang terbuat dari perak sebagai mata uang
yang terbaik dan diterima Nabi Muhammad saw di samping Dinar emas dari
Romawi.52 Ketika penaklukan Persia di bawah kekaisaran Sasanid oleh bangsa Arab
muslim, bangsa Persia dengan cepat menerima Islam dan bergabung ke dalam
masyarakat muslim.53 Dalam perkembanganya, sejarah mencatat kristalisasi
pemahaman Islam bangsa Persia yang didominasi oleh paham Islam Syi’ah
Imamiyah, terutama setelah dinasti Safavi berkuasa dan berhasil menorehkan
sejarahnya tersendiri dalam berbagai bidang termasuk ekonomi.54

47
S{a>lih} S{a>lih}i>, Maka>nat Mu’assasat al-H{isbah fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> wa Dauruha> fi> al-
Qad}a>’ ‘ala> al-Fasa>d al-Iqtis}a>di> (Al-Jaza>ir: Ja>mi‘at Sat}i>f, t.t.).
48
Muh}ammad Lawal Ah}mad Bas}ar, “Price Control in an Islamic Economy ,” Journal
of King Abdul Aziz University: Islamic Economics 9 (1997).
49
Saking fenomenalnya, salah seorang pakar Timur Tengah Richard Chotta menyebut
revolusi Islam sebagai “one of the greatest populist explosions in human history” . Richard
Cottam, “Inside Rovulutionary Iran”, dalam Iran’s Revolution: The Search for Consensus,
editor: R.K. Ramazani (Bloomington: Indiana University Press, 1990), 3. Sebagaimana
dikutip Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1996),
xi.
50
Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam konstitusi baru Republik Islam Iran yang
meruntuhkan monarki absolute yang telah berumur ribuan tahun. Namun peran negara dalam
konstitusi Republik Islam Iran banyak menuai kritik dari kalangan pendukung revolusi
sendiri akibat dari peran agamawan (mullah) yang sangat besar. Nasir Tamara, Revolusi Iran
(Jakarta: Sinar Harapan, 1980), 289.
51
Nasir Tamara, Revolusi Iran, 279.
52
Hasanudin, Sejarah Mata Uang, lampiran dalam Adiwarman Karim, Ekonomi
Makro Islami (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), 309.
53
ICRO, Iran Tanah Peradaban, (Jakarta, Kedutaan Besar Republik Islam Iran, 2009).
13.
54
Andrew J. Newman, Safavid Iran: Rebirth of a Persian Empire (St. Martins Press,
New York, 2006), 65. Lihat juga Susans Babai, at.al., Slaves of The Shah: New Elit of
Safavid Iran (New York: St. Martins Press, 2004). Rudolp P. Matthee, The Politics of Trade
in Safavid Iran (Silk for Silver 1600-1730) (Cambridge: Cambridge University Press, 1999),
14.
8
Setelah berbagai dinasti secara bergantian menguasai Iran, di mana Islam
sebagai ajaran dan pedoman hidup masyarakat dihargai, tidak banyak hal mendasar
yang berubah pada masyarakat Iran. Namun setelah tampuk kekuasaan jatuh pada
Syah Reza Pahlevi, keyakinan masyarakat Iran yang muslim mulai terusik oleh
kecenderungan Syah Reza menerima budaya dan ideology Barat yang merusak
tatanan keyakinan dan basis social muslim Iran. Di antara yang diadopsi oleh Syah
adalah system ekonomi Barat yang kapitalistik dan menghisap.55
Kedua, faktor revolusi Islam yang sangat fenomenal. Kecenderungan Syah
Reza pada Barat direspon oleh para ulama Iran yang didukung oleh rakyat sehingga
lahir Revolusi 1979 yang diikuti oleh referendum yang menghantarkan bangsa Iran
menuju pembentukan Republik Islam Iran.56 Revolusi yang gemilang ini membahana
ke seluruh penjuru dunia dan punya andil atas tersebarnya intelektualisme Islam Iran
dan mad}hab Syi’ah ke seluruh dunia57. Sejak saat itu, sytem pemerintahan Iran
berubah dari monarki ke dalam bentuk kepemimpinan ulama atau faqih (wila>yat
Faqi{>h) yang merupakan tafsir baru atas kepemimpinan atau pemerintahan yang
merupakan legitimasi politik berdasarkan teori ajaran Syi’ah (ima>mah).58
Tafsir baru yang digagas oleh Imam Khomeini berdasarkan keyakinan Syi’ah
bahwa Imam yang terakhir dalam kondisi kegaiban besar. Sedangkan umat tetap
membutuhkan bimbingan untuk melaksanakan ajaran agama. Oleh karena itu
kalangan awwam harus merujuk atau bertaklid kepada para mujtahid atau ahli fikih
dalam pengambilan dan permasalahan yang berkaitan dengan ajaran Islam.59 Di
antara hukum-hukum syariat ada yang membutuhkan keberadaan pemerintah atau
negara untuk mengimplementasikannya, maka menurut Khomeini adalah
keniscayaan bagi umat untuk mempunyai pemerintahannya sendiri.60
Sang ideolog revolusi Islam di Iran, baik Imam Khomeini sebagai penggagas
system pemerintahan, dan Ayatullah Taleghani sebagai perumus sistem ekonomi
mempunyai pemikiran yang saling melengkapi satu sama lain. Khusus dalam bidang
ekonomi, Khomeini menempatkan kemandirian sebagai salah satu tujuan penting
system ekonomi Islam. Ia menyerukan berbagai penolakan terhadap segala bentuk
ketergantungan pada pihak asing. Menurutnya, setelah ketergantungan intelektual,

55
Menurut Nikki R. Keddie kecenderungan Barat memihak Shah di antaranya adalah
kebijakan lunak diktator Shah Reza terhadap kepentingan ekonomi Barat. Lihat Nikki R.
Keddie, Roots of Revolution: an Interpretative History of Modern Iran (London: Yale
University Press, 1981), 143.
56
Baca Beverly Milton Edwards, Contemporary Politics in The Middle East
(Cambridge: Polity Press, 2003), 138. Lihat juga ICRO, Iran Tanah Peradaban, 25.
57
Nasir Tamara, Revolusi Iran (Jakarta: Sinar Harapan, 1980).
58
Shireen T. Hunter, Iran after Khomeini (Washington DC: The Center for Strategic
and International Studies, 1992), 18-19.
59
Lihat Muhammad al-Musawi, Mazhab Syiah: Kajian Al-Qur’an dan Sunnah
(Bandung: Muthahari Press, 2005), 166. Baca juga Yan Richard, Shi’ite Islam: Polity,
Ideology and Creed (USA: Blackwell, 1995), 44.
60
Imam Khomeini, Vela>yat Faqi{}>h (Qum: Muassasah Tanzim wa Nasyr As}a>r Ima>m
Khomeini, 1418 H), 25-30.
9
ekonomi merupakan sumber segala ketergantungan budaya, politik dan sosial.
Bahkan ditegaskannya, tanpa upaya mencapai kemandirian ekonomi, tidak dapat
mencapai kemandirian di area lain. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut kemudian
dijadikan prinsip-prinsip yang krusial untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan
pembangunan yang berkesinambunngan.61
Selain Khomeini, Sayyid Mahmud Taleghani adalah ideolog Revolusi Islam
yang tidak dapat diabaikan. Dia dikenal sebagai teolog, reformis dan ulama syi’ah
senior. Sebagai pendiri Freedom Movement of Iran, ia dianggap sebagai wakil dari
kecenderungan banyak ulama syi’ah yang meracik syi’ah dengan cita-cita Marxis
dengan tujuan mengimbangi atau bersaing dengan aliran kiri di tahun 1960-an. Oleh
karena itu, ketika Taleghani mengemukakan Islam sebagai alternatif, khususnya
mengenai kepemilikan dan system ekonomi, ia dengan lantang menolak folisofi
marxis maupun kapitalis.62 Selain itu juga, Taleghani mengusulkan adanya pasar
‘terpimpin’ di mana Negara memainkan peranan penting sebagai pelindung dan
regulator kegiatan ekonomi yang berpartisipasi langsung dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.63
Setelah revolusi, Iran menjadi Negara pertama yang secara penuh melarang
segala transaksi perbankan dan keuangan yang melibatkan riba (bunga). Sesuai
dengan hal itu, pasal 49 Undang-Undang Republik Islam (1979) menyebut riba
sebagai contoh utama cara yang tidak dapat diterima untuk mencari keuntungan.64
Ada beberapa tahapan yang dilakukan pemerintah hasil revolusi dalam
mereformasi bidang ekonomi; pertama, reformasi perbankan, kontrol devisa dan
pembatasan suku bunga. Kedua, disahkannya UU Perbankan Islam pada Agustus
1983. Implikasinya antara lain Bank-Bank harus mengkonversi giro, tabungan, dan
depositonya sesuai syari’ah dalam waktu satu tahun dan mengkonversi seluruh
operasinya dalam waktu tiga tahun. Ketiga, mengintegrasikan system perbankan ke
dalam ekonomi nasional yang di mulai pada 1986. Perbankan digunakan sebagai
instrument untuk merestrukturisasi perekonomian dari ekonomi berbasis jasa dan
konsumsi ke ekonomi berbasis produksi.
Dalam operasional sistem perbankan Islam, Iran mempunyai keunikan dan
keistimewaan tersendiri di banding implementasi sistem perbankan Islam di
sebagian besar negara-negara Islam lainnya, di antaranya, sebagaimana di Sudan,
negara melalui Bank Central mematok komposisi mura>bah}ah 30% untuk
memaksimalkan pembiayaan bagi hasil melalui skema mud}a>rabah dan musha>rakah.
Implikasinya skema mud}a>rabah dan musha>rakah lebih besar dibandingkan
mura>bah}ah (jual beli) yang disinyalir sebagai hi>lah dari praktek bunga bank

61
Purkon Hidayat, “Pembangunan dalam Prespektif Imam Khomeini”, Al-Huda, No.
13, Juni, 2007, 137.
62
Mahmoud Taleghani, Islam and Ownership, dalam Mohamed Alam Hanef,
Contemporary Islamic Economics Thought, (Kuala Lumpur: Ikraq, 1995), 94.
63
Mohamed Alam Hanef, Contemporary Islamic Economics Thought, 129.
64
The Constitution of Islamic Republic of Iran, http://www.iranchamber.com
(diakses selasa, 25 September 2012)
10
konvensional65. Dengan demikian, konsep dan sistem ekonomi shari’ah di Iran lebih
mencerminkan nilai-nilai Islam yang menekankan pada pembiayaan sektor riil.

Ketiga, hal yang membuat Iran layak dikaji dari aspek ekonomi adalah realitas
Iran yang relatif mampu bertahan dari berbagai macam embargo yang diberlakukan
oleh Amerika dan sekutunya dengan memperalat badan Persyarikatan Bangsa-
Bangsa66. Sebagaimana dikemukakan oleh wakil mentri keuangan Mr. Alishiri,
bahwa memang diakui ada sedikit gangguan akibat dari dampak sanksi politik
Amerika dan beberapa negara Barat terhadap Iran. Namun Iran masih dapat
berhubungan dengan berbagai perusahaan swasta yang tidak peduli dengan sanksi
tersebut, termasuk perusahaan dari negara yang memberlakukan sanksi67. Selain itu,
ada beberapa negara yang tidak mengindahkan sanksi Amerika, seperti Rusia, cina,
India dan beberapa negara lainnya yang mempunyai hubungan dagang dengan Iran.
Dengan demikian perlu penyelidikan lebih mendalam mengenai kemungkinan
adanya keterkaitan ide-ide pemikiran ekonomi Iran produk revolusi yang sarat
dengan ide besar sosialisme dalam ajaran Islam terutama mengenai keadilan dan
pemerataan pemanfaatan sumber-sumber dan alat-alat produksi oleh negara. Kajian
ini sekaligus untuk mengkritisi pandangan Rodinson ketika memposisikan bahwa
sistem ekonomi Islam lebih dekat dengan ideologi ekonomi kapitalisme. Hal itu
sangat dimungkinkan sebagaimana yang dapat terlihat dengan kasat mata bahwa
pada umumnya ide-ide yang bersumber dari ajaran agama samawi sarat dengan nilai-
nilai sosialisme.
Kajian penelitian ini juga menekankan apakah peran negara dalam
kepemilikan sumber-sumber produksi, distribusi modal dan intervensi dalam
kegiatan ekonomi secara umum merupakan jalan efektif untuk mewujudkan cita-cita
keadilan sosial ekonomi yang digariskan dalam Islam, mengingat instrumen-
instrumen pemerataan alat-alat produksi dan distribusi pendapatan juga modal
seperti zakat, wakaf, penyaluran pembiayaan oleh institusi-insitusi keuangan Islam
belum menunjukkan perannya dalam menciptakan cita-cita keadilan distributif
dalam Islam.
Penelitian ini juga mengeksplorasi sistem ekonomi Islam sebagai sistem
ekonomi alternatif untuk menggerakkan kreatifitas pelaku-pelaku ekonomi dalam
masyarakat, menciptakan persaingan sehat yang lebih menekankan pada pola

65
Ascarya dan Diana Yumanita, “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil
di Perbankan Syari’ah Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (Jakarta: Bank
Indonesia, 2005), 14.
66
Berdasarkan pengamatan penulis saat melakukan kunjungan ke Iran pada bulan
November-Desember 2014 keadaan ekonomi Iran masih dapat dikatakan relatif mengatasi
masalah ekonomi dalam negeri. Walaupun setelah hampir dua tahun embargo pada sektor
keuangan dan perbankan, terjadi kemerosotan nilai mata uang Iran hampir 300% dan di
bawah nilai mata uang Rupiah.
67
Alishiri, “Foreign Companies Ignore Irasn’s Sanctions”, Ministry of Economic
Affairs and Finance of Iran; Organization for Investment Economic and Technical Assistance
of Iran, www.investiniran.ir (Diakses pada senin, 12 Oktober 2012)
11
kerjasama yang berdampak pada pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi yang
berkeadilan sosial.
Demikian juga mengenai ciri khas sistem politik Republik Islam Iran yang
dibangun atas konsep politik wila>yat al-faqi>h yang dibangun di atas dasar fondasi
paradigma Islam syi’ah, sedikit banyaknya berpengaruh pada pola dan implementasi
dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan oleh keunikan pola demokrasi terpimpin
oleh dewan revolusi yang tunduk dan patuh kepada otoritas para mullah yang
dipimpin dan bertanggung jawab langsung kepada seorang Ayat Alla>h al-‘Uz}ma>
(Grand Ayatullah)68.
Namun, karena ranah negara dalam ekonomi cukup luas, dalam penelitian ini
hanya akan diungkapkan peran negara dalam mengatur masalah kepemilikan dan
kebijakan negara atas iklim investasi swasta atau asing dalam perekonomian
nasional dalam system pemerintahan wila>yat faqi>h pada kurun waktu pasca
wafatnya Khomeini 1989 sampai observasi penelitian pada akhir 2014. Lebih
jelasnya, penelitian akan mengacu pada hasil perubahan konstitusi pada masa
kepemimpinan Ayat Alla>h al-‘Uz{ma> Sayyid Ali Khamenei hingga saat ini.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dilatarbelakangi oleh fakta-fakta yang terungkap tentang perkembangan
ekonomi Republik Islam Iran pasca revolusi, terdapat sejumlah masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Pengaruh peran negara dalam ekonomi Iran sehingga keadaan ekonomi
Iran seperti yang disaksikan saat ini.
b. Dugaan kuat adanya hubungan antara doktrin pemahaman keagaman di
Iran yang didominasi mazhab Syiah Imamiyah terhadap sistem ekonomi
yang dituangkan dalam konstitusi Iran? Sebab sistem yang dibangun
dalam suatu negara mencerminkan alam pikiran warga negara atau
setidaknya para pendiri atau pembentuk sistem dari suatu negara.
c. Pengaruh embargo internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Iran yang
terlihat cendrung stagnan walaupun dapat bertahan bahkan mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan bidang lainya seperti sains dan
teknologi.
d. Posisi Iran dalam berbagai arus sistem ekonomi di dunia yang dihadapkan
pada kutub sosialisme pada satu sisi dan kapitalisme di sisi yang lain
e. Geopolitik ekonomi Iran di Timur Tengah terutama di kawasan negara-
negara teluk yang sama-sama bergantung pada minyak dan tidak sepi dari
persaingan dan konflik.
f. Kebijakan fiskal dan moneter di Iran sebagai negara kaya minyak yang
dihantam embargo sejak berdirinya hingga saat ini.
g. Bagaimana pengaruh sistem ekonomi terhadap dunia perbankan dan dunia

68
Nasir Tamara, Revolusi Iran, 256.

12
usaha serta implikasinya terhadap tingkat kesejahteraan rakyat Iran.

2. Perumusan dan Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka rumusan utama
penelitian ini adalah; Bagaimana sistem ekonomi dalam konstitusi Republik
Islam Iran di dalam mengatur system kepemilikan dan implikasinya terhadap
investasi di Iran? Pertanyaan utama ini muncul di tengah realitas riskannya
ketahanan dan stagnasi perekonomian Iran.
Fokus penetilian ini hanya akan membatasi masalah mengenai hal-hal di
bawah ini semenjak kepemimpinan Ayatullah Ali Khamnei dalam rentang waktu
1989 di mana suksesi terjadi setelah mendiang Imam Khomeini meninggal dunia
hingga observasi lapangan dilakukan penulis pada akhir 2014;
1. Posisi ideologi ekonomi politik Iran dalam berbagai arus pemikiran
ideologi ekonomi dunia.
2. Sistem kepemilikan yang dianut dalam sistem ekonomi Iran sebagaimana
yang termaktub dalam konstitusi Iran pasca revolusi.
3. Implikasi sistem kepemilikan yang dianut Iran pada iklim investasi baik
domestik maupun asing.
Untuk menjawab permasalahan utama dalam penelitian ini, maka dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut;
1. Di mana posisi Sistem Ekonomi Iran di tengah berbagai arus sistem ekonomi
dunia?
2. Bagaimana sistem ekonomi dalam konstitusi Iran pasca revolusi tentang
system kepemilikan?
3. Bagaimanakah implikasi kepemilikan sebagaimana diatur dalam konstitusi
Iran pasca revolusi terhadap investasi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan;
1. Mengelaborasi posisi sistem ekonomi Iran pasca Revolusi Islam di tengah
berbagai arus pemikiran sistem ekonomi dunia.
2. Menganalisa pengaruh sistem ekonomi yang dianut dalam konstitusi Iran
pasca revolusi pada sistem kepemilikan.
3. Mengungkapkan pengaruh sistem kepemilikan pada iklim investasi di
Iran.
D. Signifikansi dan manfaat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki signifikansi
dan manfaat secara akademik, yaitu untuk mengekplorasi sekaligus mengkritisi
pemikiran ekonomi di Republik Islam Iran mengenai hubungan Negara dan ekonomi
dengan merujuk kepada para pemikir dan penggagas revolusi seperti Imam
Khomeini, Mahmud Thaleghani dan para Pemikir lainya yang ikut andil dalam
revolusi maupun referensi klasik Islam Syiah Imamiyah yang merupakan Maz}hab
resmi Negara. Begitu juga dengan produk perundang-undangan dan regulasi dalam
13
bidang ekonomi di Iran sebagai referensi utama. Dengan demikian akan diketahui
secara mendalam alam pikiran para pendiri bangasa di bawah Republik Islam Iran
yang membentuk sistem ekonomi Iran khususnya dalam bidang kepemilikan dan
pengaruhnya pada iklim investasi.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Oleh karena Iran merupakan salah satu negara yang mencuri perhatian dunia,
maka tidak mengherankan jika banyak akademisi yang tertarik mengkajinya dalam
berbagai aspek. Beberapa karya penting dan referensi utama yang berkaitan dengan
peran ideologis dalam ekonomi Iran selain Imam Khomeini yang menekankan
pentingnya arah Pembangunan yang sesuai dengan pesrpektif Islam, yang mengurai
tentang pentingnya kemandirian dalam bidang ekonomi dan pembangunan yang
berkelanjutan, antara lain: Pertama, Mahmud Taleghani dalam Islam and
Ownership69 yang mencoba mengukuhkan pola dan konsep kepemilikan dalam
Islam yang berbeda dengan kapitalisme maupun marxisme dan ideology kiri lainnya.
Kedua, Muhammad Baqir Sadr dengan karya magnum opusnya Iqtis}aduna70 > yang
disebut sebagai buku induk ekonomi Islam secara komprehensif menjelaskan
keunikan ekonomi Islam dalam berbagai aspeknya. Walaupun Baqir Sadr tidak
terlibat secara langsung dengan proses revolusi Islam Iran, namun sebagai ulama
Syiah terkemuka yang tinggal di Irak, karya-karyanya tersebar ke dunia Islam
khususnya Syiah sebelum terjadi revolusi, seperti buku Iqtis}a>duna> yang ditulis pada
tahun 1961. Apalagi secara keilmuan Baqir Sadr pernah bertemu langsung dengan
Khomeini saat pengasingannya di Najaf Irak. Ketiga, yang sekaligus menjadi
referensi primer penelitian ini adalah Undang-Undang Dasar Republik Islam Iran
(Islamic Republic of Iran Constitution). Terutama pasal-pasal yang berkaitan
dengan ekonomi dan keuangan.71
Karya para aktor revolusi lainnya yang tidak kalah penting adalah pemikiran
Abul Hasan Bani Sadr yang mengupas masalah ekonomi Islam dalam aspek
kepemilikan dan hubungannya dengan tauhid dalam karyanya Islamic Economics:
Ownership and Tawhid.72 Bani Sadr menganggap bahwa kepemilikan mutlak
bertentangan dengan ajaran Islam, sebab dalam konsep Islam kepemilikan mutlak
hanya ada pada Allah sedangkan manusia hanyalah penerima titipan yang harus
mempertanggungjawabkan kepada Allah
Adapun peneletian terdahulu yang dianggap relevan mengenai kondisi

69
Mahmud Taleghani, Islam and Ownership, terj. Ahmad Jabbari Farhang Rajaee
(Lexington: Mazda Publiahers, 1983), 204. Lihat juga. Mahmud Taleghani, Society and
Economics in Islam (Berkeley: Mizan Press, 1982)
70
Muhammad Baqir Al-Shadr, Iqtis}a>duna> (Khura>sa>n: Maktab al-I‘la>m al-Isla>mi, 1425
H>).
71
Dalam Bab IV tentang Economy and Financial Affairs dari pasal 43-55 (Islamic Republic
of Iran Constitution). www.iranonline.com (diakses 1 Mei 2014)
72
Abul Hasan Bani-Sadr, “Islamic Economics: Ownership and Tauhid” dalam Islam
in Transition Muslim Perspective. John Donomue dan John L. Esposito, eds. (New York:
Oxford University Press), h.22.
14
mutakhir ekonomi Iran, khususnya yang berkaitan dengan pola dan iklim investasi,
diantaranya; Suzanne Maloney dalam The Revolutionary Economy yang mengkritisi
ekonomi Iran pasca revolusi yang dianggapnya tidak efisien dan banyak terjadi
mismanajemen, sehingga potensi ekonomi Iran tidak dapat dioptimalkan
sebagaimana mestinya.73 Secara argumentatif penelitian ini menjelaskan
karakteristik pemerintahan yang sangat dominan (otoriter) sehingga menyulitkan
dirinya sendiri untuk mewujudkan pembangunan yang efektif dan terbuka.
Penelitian penting lainnya adalah hasil penelitian Shayerah Iliyas tentang
ekonomi Iran yang diperuntukan bagi kongres Amerika Serikat dengan judul Iran’s
Economic Conditions: U.S. Policy Issues. Dalam penelitiannya Ilyas
mengemukakan bahwa ekonomi Iran lebih banyak bergantung pada minyak. Bahkan
diduga kuat pengayaan uranium untuk keperluan nuklir pun dipasok dari hasil
penjualan minyak yang semenjak tahun 2000 membuat ekonomi Iran semakin kuat.
Namun faktor pengangguran dan rendahnya investasi akibat dari embargo Amerika
serta krisis ekonomi Eropa membuat ekonomi Iran sepanjang 2009 dan 2010
melambat.74 Salah satu kesimpulan yang ingin dakemukakan dalam penelitian
tersebut adalah sebab masih bertahannya Iran di tengah berbagai embargo yang
dideritanya, sehingga menjadi info penting bagi musuh Iran untuk mencari cara
efektif menghancurkan Iran.
Selanjutnya penelitian mengenai perdagangan bebas dan zona ekonomi
eksklusif Iran dibahas oleh Hassan Hakimian seorang dosen ekonomi senior di City
University London dengan judul Iran’s Free Trade and Special Economic Zones:
Challenges and Opportunities. Hasil peneletian tersebut dipresentasikan pada
Conference on Iranian Economy at a Crossroads: Domestic and Global Challenges
di University of Southern California (USC) 18–19 September 2009.75 Informasi
penting dari hasil penelitina Hakimian bahwa pemerintah Iran telah berupaya untuk
menciptakan beberapa kawasan terbuka secara ekonomi untuk menggairahkan
perdagangan dan menarik investasi luar negeri. Selain itu, ia juga menyajikan
beberapa faktor yang menghambat dan tantangan upaya pemerintah itu, seperti
faktor konstitusi dan regulasi turunannya serta kultur politik yang kurang kondusif
bagi iklim pasar yang lebih terbuka.
Hasil peneletian penting berikutnya adalah karya Abdelali Jbili, Vitali
Kramarenko, dan José Bailén yang mengupas manajemen ekonomi Iran menuju

Suzanne Maloney, “The Revolutionary Economy”. United State Institute of Peace;


73

The Iran Primer. http://iranprimer.usip.org. (diakses pada 25 September 2012) Suzanne


Maloney is a senior fellow at the Saban Center for Middle East Policy at the Brookings
Institution. She is the author of “Iran’s Long Reach” (2008) and a forthcoming book on Iran’s
political economy since the revolution.
74
Shayerah Ilyas, “Iran’s Economic Conditions: U.S. Policy Issues” (2010),
Congressional Research Service 7-5700 www.crs.gov RL34525. (Diakses pada 1 Oktober
2012).
75
Hassan Hakimian, “Iran’s Free Trade and Special Economic Zones: Challenges and
Opportunities”, The Middle East and North Africa Region, Social and Economic
Development Group (MNSED) of the World Bank
15
ekonomi pasar yang membahas pertumbuhan ekonomi Iran, isu-isu reformasi
keuangan, pengelolaan ekonomi berbasis ekonomi moneter dan isu pengelolaan
sumber minyak 76. Hasil penting dari penelitian ini adalah informasi mengenai
hubungan program pemerintah untuk memperbaiki bidang ekonomi dengan
kenyataan di lapangan dan hasil-hasil capaian dari program pemerintah tersebut.
Sedangkan deskripsi pengalaman praksis ekonomi Iran khusus dalam bidang
perbankan yang berangkat dari sebuah ideology Islam, dikemukakan oleh Sayyid
Abbas Musawiyan dalam berbagai makalah dan seminar-seminar maupun bahan ajar
yang berlangsung selama pemerintahan Islam dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir77.
Selain pengalaman praksis dalam bidang ekonomi, karya Mustafa Abdul
Rahman mengenai Iran pasca revolusi, menjelaskan bagaimana pengalaman Iran
dalam riak dinamika politik, di mana terjadi kompetisi antara kubu reformis dan
konservatif yang berpengaruh, baik pada arah dan bentuk cita-cita revolusi yang
dicita-citakan, maupun pada citra Iran di dunia muslim secara khusus dan dunia
international pada umumnya. Kompetisi antara kubu reformis dan konservatif ini
sangat berpengaruh juga pada upaya Iran membangun hubungan dengan negara-
negara Barat terutama Amerika Serikat.78
E. Signifikansi Penelitian
Di tengah perdebatan mengenai rumusan yang tepat mengenai hubungan
Negara dan ekonomi dalam rangka menciptakan kesejahteraan yang berkeadilan,
diperlukan munculnya sebuah rumusan alternatif yang dapat memperkaya konsep-
konsep hubungan Negara dan ekonomi yang sudah ada menjadi sangat penting dan
bermanfaat. Di samping itu, penelitian ini dapat memperkaya khazanah pemikiran
ekonomi Islam mengenai hubungan Negara dan ekonomi yang selama ini di dominasi
oleh pemikiran dari luar Islam.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Secara umum, pembahasan penelitian ini tergolong kepada penelitian dengan
menggunakan paradigma deskriptif-kualitatif,79 yaitu jenis penelitian dimana data
yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa
angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variable.

76
Abdelali Jbili, Vitali Kramarenko, and José Bailén, Islamic Republic of Iran:
managing the transition to a market economy (Washington D.C.: International Monetary
Fund, 2007).
77
Sayyid Abbas Musawiyan, Sistem Perbankan Islam; Berkaca Pada Iran (Jakarta:
Sadra International Institute, 2012)
78
Musthafa Abdul Rahman, Iran Pasca Revolusi; Fenomena Pertarungan Kubu
Reformis dan Konservatif (Jakarta: Kompas, 2003).
79
Cik HAsan Bisri, Model Penelitian Fiqh; Paradigma Penelitian Fiqh dan Fiqh
Penelitian, Jilid 1 ( Jakarta; Kencana, 2003), 100.
16
Adapun pendekatan penelitian disertasi ini merupakan studi interdisipliner80
dengan tiga pendekatan keilmuan yang berbeda. Pertama, pendekatan politik
ekonomi yang mana didefinisikan sebagai semua usaha, perbuatan dan tindakan
dengan maksud mengatur, mempengaruhi atau langsung menetapkan jalannya
kejadian-kejadian ekonomi di dalam suatu Negara, daerah dan wilayah.81
Pendekatan ini sangat penting bagi penelitian ini yang mengangkat masalah-
masalah ekonomi yang sangat erat kaitannya dengan negara. Segala hal yang
berkaitan dengan produk-produk kebijakan pasti tidak akan lepas dari dinamika
internal pemerintahan maupun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya,
seperti stabilitas dalam negeri dan pengaruh yang ada kaitnnya dengan hubungan
luar negeri.
Kedua, melalui pendekatan sejarah (historical approach),82 dalam hal ini
penulisan akan mengeksplorasi perkembangan konsep ataupun permikiran serta
ekonomi Islam Iran dan dinamika implementasinya secara kronologis, terutama
kebijakan pemerintah dalam mengatur kepemilikan alat-alat produksi dan
distribusinya dalam masyarakat setelah revolusi.
Ketiga, menggunakan pendekatan penafsiran kritis (Hermeneutical
Approach) yakni sebuah metode yang secara sederhana biasa didefinisikan sebagai
filsafat penafsiran makna.83 Objek pendekatan ketiga ini adalah berupa teks-teks suci
keagamaan seperti AL-Quran dan Hadis baik dalam perspektif Syi’ah maupun
Sunny. Demikian juga teks-teks berupa ayat-ayat konstitusi dan regulasi resmi
lainnya yang berlaku di Republik Islam Iran.
Dengan pendekatan model ketiga ini, penelitian ini membahas inti atau pokok
pembahasan berupa eksplorasi gagasan-gagasan atau ide yang melatar belakangi
dirumuskannya paradigma ekonomi Iran. Kemudian hasil dari eksplorasi tersebut
penulis mencoba untuk memahaminya dengan penafsiran yang kritis terhadap ide
dan gagasan tersebut. Penafsiran dilakukan dengan mengamati hasil dari eksplorasi
historis dari perkembangan konsep secara kronologis. Hasil yang diharapkan

80
Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), 23
81
Yanuar Akbar, Ekonomi Politik Internasional (Bandung,Penerbit Angkasa,
Cetakan Pertama, 1995), 133.
82
Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusun ke dalam suatu
interpretasi yang menyeluruh. Lihat: Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah
(Jakarta: Logos, 1999), 64.
83
Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics (London, Routledge, 1980) 1. istilah
ini juga biasa dipakai unutk menyebut suatu aliran Filsafat tertentu. Pada akhirnya,
Hermeneutik diartiakan proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti. Tokoh-tokoh Hermeneutik diantaranya F.D.E. Schleirmacher, Wilhem Dilthey,
Hans-Georg Gadamer, Jurgen Hebermas, Paul Ricour, Jacques Derrida. Lebih jelas baca
Richad E Palmer, Hermeneutik (Evanston, Northwestern Univ. Press, 1969) 3. Lihat juga,
Nafisul Atho’ dan Arif Fahruddin (ed.), Hermeneutika Transendental dari Konfigurasi
Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies, Yogyakarta: IRCiSod, 2003), 14 dan 144.
17
kemudian dapat menjawab seluruh pertanyaan penelitian dan memberikan
kesimpulan yang akurat dan bermanfaat.
3. Data dan Sumber Data
a. Sumber Primer
Bahan atau data dari sumber tulisan yang berkaitan dengan penulisan
disertasi, baik dari sumber-sumber primer seperti Undang-Undang Dasar Republik
Islam Iran dan karya-karya para pemikir Islam Iran baik yang klasik maupun
kontemporer seperti Imam Khomeini, Mahmoud Taleghani, Muhammad Baqir Sadr
dan ulama Iran lainnya yang terkait dengan masalah ekonomi.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder dengan memberikan kategorisasi dan pengelompokan
kualitas pada data-data yang diperoleh, baik yang berasal dari dokumen-dokumen
pustaka yang berkaitan dengan penelitian tentang Iran, khususnya dalam bidang
ekonomi, atau hasil dari pengamatan langsung realitas kehidupan ekonomni Iran
mutakhir, yang kemudian data-data dan observasi tersebut akan dianalisa dengan
kritis secara akademis. Oleh karena itu, referensi penulisan akan merujuk pada
pengkajian Pustaka, baik dari sumber primer maupun sekunder dan karya lokal
lainnya yang mendukung atau sesuai dengan tema penulisan.
Untuk menegaskan adanya hubungan ideologis dari ketiga ideolog Iran hasil
revolusi tersebut, disertasi ini juga akan mencoba mengungkap hubungan dan
kesinambungan dan pengaruh doktrin Syiah pada ketiga ideolog tersebut dengan
mencoba menelusuri empat buku induk dalam doktrin Syiah Imamiyah sebagai
mazhab dominan di Iran (al-Kutub al-Arba’ah).
Keempat buku tersebut adalah Tahdhi>b al-Ah}ka>m84 dan al-Istibs}a>r85
keduanya karya Abu Ja’far at-T}usi, al-Ka>fi86 > karya Abu Ja’far al-Kulaini, dan man
la> yah}d}uruh}u> al-Faqi>h}87 karya Abu Ja’far al-Qu>mi.
Untuk mempertegas basis teologis, sumber-sumber Islam klasik dari
kalangan sunni yang sangat berkaitan dengan tema ini juga menjadi bahan rujukan,
misalnya saja; al-Ahka>m al-S{ult{o>niyyah wa al-Wala>ya>t al-Di>niyyah karya Abu al-
Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Habi>b al-Mawardi (450 H), al-Hisbah aw Waz}i>fatu
al-huku>miyyah al-Isla>miyyah karya Taqiyy al-Di>n Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Abd
al-H{ali>m ibn Taymiyah, (1263-1328 M/661-728 H)
c. Tehnik Analisis Data

84
Abu Ja’far Muhammad ibn al-H}asan al-T}u>si, Tahdhi>b al-Ah}ka>m (Qum: Ans}a>riya>n,
2005) merupakan kitab syarah al-Muqni’ah karya syaikh Mufid.
85
Abu Ja‘far Muhammad ibn al-H}asan al-T}u>si, al-Istibs}a>r (Qum: Ans}a>riya>n, 2005)
86
Abu Ja‘far Muhammad ibn Ya’ku>b al-Kulaini, al-Ka>fi> (Qum: Ans}a>riya>n, 2005).
Merupakan kitab hadits tertinggi di kalangan Syi’ah Imamiyah semisal Sahih Bukhari dalam
aliran sunny.
87
Abu Ja‘far al-S}adu>q ibn Babawaih al-Qummi, man la> yah}d}uruh}u> al-Faqi>h} (Qum:
Ans}a>riya>n, 2005). Kitab berupa kumpulan fatwa-fatwa dari para ulama syi’ah imamiyah.
18
Pada dasarnya jenis analisis data yang dipakai adalah analisis kualitatif.88
Artinya penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan
deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang
diteliti dengan menggunakan logika ilmiah, di mana permasalahan penelitian akan
dijawab melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.89 Secara lebih spesifik
metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif,90 deduktif91 dan
komparatif. Metode deskriptif dipakai misalnya untuk mendapatkan deskripsi yang
jelas dan utuh tentang paradigm ekonomi Iran dalam masalah terkait, yang
kemudian dirumuskan konsepnya tentang hubungan Negara dan ekonomi. Metode
deduktif misalnya dipakai untuk mendeduksi konsep Negara dan ekonomi dari ajaran
Islam di bidang ekonomi, di samping mendeduksi konsep hubungan Negara dan
ekonomi dalam kajian ekonomi konvensional. Selanjutnya dengan metode
komparatif rumusan konsep hubungan Negara dan ekonomi dari paradigm ekonomi
Iran tersebut dilihat relevansinya dengan konsep ekonomi Islam dan kajian ekonomi
konvensional.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui posisi atau tingkat pertumbuhan
ekonomi Iran, penelitian ini akan mengacu pada kategori yang digunakan Rostow
dalam karyanya The Stages of Economics Growth: a non Communist Manifesto.92
d. Keabsahan data
Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini, penulis melakukan
teknik trianggulasi.93 Proses trianggulasi dilakukan untuk mencapai peningkatan
validitas dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian tehnik triangulasi yang
digunakan adalah trianggulasi data (data triangulation) yaitu peneliti dalam
mengumpulkan data dengan menggunakan beragam sumber data yang berbeda,
yaitu:
a. Studi Pustaka

88
Analisa kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan
logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat: Tatang M.
Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), 95.
89
Saifuddin Azhar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 5.
90
Metode deskriptif menurut Whitney, sebagaimana dikutip Moh. Nazir, adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Lihat: Moh. Nazir, Metode Penelitian
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63.
91
Metode deduktif dalam kajian ekonomi Islam menurut Monzer Kahf adalah
mendeduksi prinsip-prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya yang diaplikasikan pada
ekonomi Islam. Lihat: Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of the Functioning of
the Islamic Economic System (Plainfield, Ind.: Muslim Students Association of U.S. and
Canada, 1978), 10.
92
Walt Whitman Rostow, The Stages of Economics Growth: a non Communist
Manifesto (Cambridge University Press, 1990), 4-12
93
Sutopo, , 2007, 7-8
19
Pengumpulan data melalui metode ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi awal dari diskursus para akademisi mengenai ekonomi Iran
sehingga diperoleh deskripsi yang cukup komprehensif. Adapun sumber-
sumber yang mendukung terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder
sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya.
b. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil temuan dalam studi
pustaka. Ada dua kategori responden dalam pengumpulan data melalui
metode ini, yaitu pertama; responden merupakan para akademisi dan
petinggi Iran. Adapun peneliti melakukan wawancara terhadap responden
secara langsung dengan melakukan kunjungan ke Teheran dan beberapa
kota di Iran seperti Tehran, Mashhad, Qom dan Isfahan pada rentang
waktu November-Desember 2014.
Kedua, responden merupakan beberapa anggota masyarakat dari kalangan
pejabat maupun akademisi yaitu; Prof. DR. Sayyid Abbas Musawiyan
sebagai Deputi Bank Markazi Iran (Bank Sentral Iran) dan Peneliti di
Pusat Kajian Islam dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Mushtafa Qom, Prof.
DR. Mehmara Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tehran, Prof. DR.
sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Ferdausi, Zahedi Wafa,
Phd. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Imam Sodiq dan Sayyid
Ahadiyan sebagai Redaktur Harian Khurasan.
c. Observasi.
Observasi lapangan dilakukan untuk mengkonfirmasi data-data yang
terkumpul melalui studi pustaka dan hasil wawancara. Observasi ke
sejumlah tempat dilakukan juga dalam rangka memperkuat kesimpulan
sementara dari hasil temua penelitian. Adapun beberapa tempat yang
menjadi objek observasi yakni Tehran, Mashhad, Qom dan Isfahan.

20
21
G. Sistematika Penulisan
Rancang bangun penelitian disertasi ini, penulisannya secara sistematis dibagi
ke dalam enam bab berikut:
BAB I. Permulaan bab yang merupakan pendahuluan ini adalah landasan dan
latar belakang permasalahan yang diajukan dalam kajian ini, identifikasi dan
perumusan masalah, kajian pustaka dan penelusuran peneletian terdahulu yang
berkaitan dengan Iran, khususnya dalam bidang ekonomi, metodologi penelitian
yang digunakan dalam mengkaji paradigma ekonomi Republik Islam Iran.
BAB II menguraikan berbagai arus pemikiran yang ada tentang konsep
hubungan negara dan ekonomi, baik dari mazhab intervensionisme yang lahir dari
rahim sosialisme maupun mazhab pasar bebas yang lahir dari rahim kapitalisme dan
gagasan jalan tengah. Demikian juga akan dipetakan polarisasi kecenderungan
intelektual muslim dalam menyikapi perdebatan tersebut.
BAB III. Bab ini memaparkan konstruksi pemikiran ekonomi Iran dengan
menjelaskan sistem wila>yat al-Faqi>h sebagai sistem politik Iran. Didahului dengan
pokok-pokok pikiran Khomeini tentang sistem pemerintahan Islam dan terutama
menjelaskan peran ulama dalam pemerintahan Republik Islam Iran.
BAB IV setelah memaparkan sistem politik ekonomi Iran pada bab
sebelumnya, Bab ini memaparkan konsep kpemilikan dalam konstitusi Iran dengan
terlebih dahulu memaparkan wacana fikih Islam, batas kepemilikan individu dan
kekuasaan negara serta menelusuri hasil-hasil produk perundang-undangan yang
berkaitan dengan kepemilikan di Republik Islam Iran. Menjelaskan konsep
kepemilikan ini menjadi kerangka pemikiran dasar untuk memahami realitas dari
pola dan iklim investasi pada bab berikutnya.
BAB V. Sebagai implikasi dari konsep kepemilikan yang ditetapkan dalam
konstitusi, maka bab ini menjelaskan bagaimana pengaruh dari konsep kepemilikan
tersebut terhadap pola dan iklim invesatsi di Iran sebagai bagian dari sestem
perekonomian nasional. Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana negara ini
mendefinisikan kemandirian ekonomi nasional sebagai upaya menjaga kepentingan
rakyatnya. Oleh karena itu bab ini akan memaparkan prinsip kemandirian ekonomi,
konsep kerjasama ekonomi dan sejumlah regulasi pemerintah yang berkaitan dengan
privatisasi sebagai pintu masuk investasi.
BAB VI. Dalam bab penutup ini akan dikemukakan kesimpulan dari kajian
yang telah dilakukan, termasuk memuat rekomendasi dan saran-saran.

22

Anda mungkin juga menyukai