Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KELANGKAAN GAS LPG 3KG TERHADAP MASYARAKAT

YANG KURANG MAMPU

Disusun :
Amalfi Rosita Dewi
F1117007

Jurusan Ekonomi Pembangunan Transfer


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kegiatan perekonomian di suatu negara, peran pemerintah sangat
berpengaruh terhadap kebijakan apa yang akan diambil untuk keberlangsungan
kegiatan perekonomian. Peran pemerintah tersebut diantaranya membantu
perkembangan bisnis secara umum, mendorong persaingan usaha yang sehat,
membantu para pelaku UMKM sebagai penyeimbang perekonomian. Setiap
kegiatan ekonomi yang dipilih selalu memiliki keterkaitan dengan kegiatan
ekonomi yang lainnya. Hal ini pasti menimbulkan permasalahan yang sangat
kompleks jika tidak terorganisir dengan baik.
Kegagalan pasar dapat terjadi ketika konsumen sudah tidak bisa lagi
menyamakan tarif marginal subtitusi serta ketika produsen menawarkan barang
untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya marjinal produksi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan pasar, diantaranya : adanya
Common Goods (barang publik), adanya unsur ketidaksempurnaan pasar,
adanya eksternalitas, adanya kegagalan informasi serta adanya ketidakpastian.
Pentingnya intervensi pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap
mengoreksi kegagalan pasar serta merangsang pembangunan dan
pertumbuhan. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab kegagalan
pemerintah, yaitu adanya campur tangan pemerintah yang kadang tidak
memperhitungkan dampaknya terlebih dahulu, adanya kegagalan dalam
pelaksanaan program pemerintah (sosialisasi yang tidak serentak di seluruh
Indonesia), perilaku pemegang kekuasaan atau pemegang kebijakan yang
mencari keuntungan pribadi serta yang terakhir kurang terampilnya SDM dalam
penguasaan teknologi. Kegagalan pasar tersebut juga pasti sangat memiliki
dampak langsung terhadap kebutuhan barang publik. Barang – barang publik
diantaranya, : barang, jasa atau sistem.
Bahan bakar juga merupakan barang yang harus dijamin ketersediaanya
oleh pemerintah karena merupakan barang publik yang sangat berpengaruh
terhadap hajat hidup orang banyak. Saat ini bahan bakar merupakan kebutuhan
pokok yang sangat penting bagi masyarakat. Bahan bakar sendiri terdiri dari
berbagai macam. Yang pertama bahan bakar minyak terdiri dari bensin, solar
serta minyak tanah. Yang kedua yaitu gas alam yang berupa LNG dan LPG yang
berasal dari metana (CH4). Saat ini bahan bakar gas alam atau yg lebih dikenal
gas elpiji (LPG) banyak digunakan untuk rumah tangga. Penyedia bahan bakar
di Indonesia yaitu PT. Pertamina sendiri memiliki berbagai macam jenis gas
LPG. Diantaranya yaitu gas berukuran 12 kg, 9 kg, 5,5 kg, serta 3 kg. Gas LPG
berukuran 3 kg atau yang sasarannya untuk masyarakat kurang mampu tersebut
kini mengalami kelangkaan. Hal ini dipengaruhi oleh program pemerintah yang
tidak tepat sasaran. Dimana gas LPG 3 kg seharusnya diperuntukkan bagi
masyarakat tidak mampu, namun data di lapangan menunjukkan banyak
digunakan untuk industri rumah makan, usaha laundry dengan setrika uap, serta
rumah tangga dalam kategori mampu. Sehingga banyak masyarakat yang dalam
kategori kurang mampu sendiri tidak mendapat pasokan gas LPG 3 kg.
BAB II
RUMUSAN MASALAH

2.1 Rumusan Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk cukup
padat. Hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan akan bahan bakar terutama gas
LPG. Saat ini gas LPG berukuran 3 kg sedang mengalami kelangkaan
dikarenakan program pemerintah yang tidak tepat sasaran. Selain itu adanya
kecurangan – kecurangan selama masa pendistribusian juga berdampak pada
kelangkaan serta melambungnya harga gas LPG 3 kg di berbagai tempat di
Indonesia.

2.2 Pertanyaan Penelitian


a. Penyebab terjadinya kelangkaan gas LPG berukuran 3 kg di Indonesia?
b. Bagaimana kebijakan pemerintah (pertamina) untuk menanggulangi
kelangkaan gas LPG 3 kg?

2.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengambilan kebijakan pemerintah atas kelangkaan gas
LPG 3 kg
2. Untuk mengetahui penyebab kelangkaan gas LPG 3 kg
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Kegagalan Pasar


Kegagalan Pasar (market failure) adalah situasi di mana pasar gagal
mengalokasikan sumber daya (resource) secara efisien (Mankiw; 2004).
Faktor Penyebab Kegagalan Pasar :
1. Barang Publik (Public Goods)
Barang publik adalah barang yang tidak eksklusif dan tidak bersaing untuk
mendapatkannya yang dapat disediakan dengan murah. Namun begitu tersedia,
akan sangat sulit mencegah orang-orang untuk mengkonsumsinya. Kegagalan
pasar muncul apabila pasar gagal menawarkan barang publik atau barang yang
bernilai bagi banyak orang. Penyebabnya adalah karena barang publik sering
menimbulkan fenomena pendomplengan (free rider), yaitu mereka yang
menikmatinya tanpa membayar. Jadi swasta tidak akan mau menyediakan barang
tersebut. Jadi biasanya barang publik disediakan oleh pemerintah. Contoh dari
barang publik adalah jalan umum, jembatan, dll.
2. Barang Bersama (Common goods)
Dasar adanya sistem pasar persaingan adalah adanya hak pemilikan yang
memberikan hak pemilikan kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia
dapat mengecualikan orang lain untuk memanfaatkan barang itu. Untuk beberapa
jenis barang, hak pemilikan tidak dapat diberikan kepada satu individu melainkan
diberikan kepada sekelompok masyarakat, misalnya saja sebidang padang rumput
milik desa dan sebagainya. Karena barang milik bersama, maka ada sekelompok
orang yang menggunakannya secara tidak wajar dan menimbulkan dampak
negatif terhadap orang lain. Misalnya, ada padang rumput yang diberikan kepada
seluruh peternak sapi di suatu desa. Lalu, ada sebagian orang yang menggunakan
padang rumput tersebut sewenang-wenangnya tanpa memperhatikan dampaknya
yang dapat merusak rumput. Akibatnya seluruh peternak sapi merasa dirugikan
akibat padang rumput yang sudah mati.
3. Monopoli
Tidak ada persaingan antar produsen dan memiliki konsumen yang tinggi
sehingga perusahaan sering kali menaikkan harga yang mengharuskan konsumen
membayar lebih mahal. Misalnya BBM yang pelaku pasar monopolistiknya PT.
Pertamina.
4. Adanya kegagalan informasi
Informasi yang Asimetris atau ketidakpastian (informasi yang inefisien).
Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi
yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Atau salah satu pihak yang
bernegosiasi di pasar memiliki informasi yang berhubungan dengan barang yang
diperdagangkan sementara pihak lain tidak. Ketidaksamaan informasi ini dapat
mengakibatkan keuntungan bagi salah satu pihak dan kerugian bagi pihak yang
lain. Misalnya seseorang yang berniat menjual tanah, tetapi tidak mengetahui
harga transaksi yang terjadi pada beberapa waktu terakhir. Maka si penjual
berpotensi mengalami kerugian dibandingkan calon pembeli yang telah memiliki
informasi tersebut. Kerugian penjual terjadi akibat tidak dimilikinya informasi yang
berakibat ketidakmampuannya untuk memperoleh harga yang adil sesuai
kehendak pasar yang efisien.
5. Adanya pasar yang tidak lengkap
Suatu pasar dikatakan lengkap apabila pasar tersebut menghasilkan
semua barang dan jasa yang biaya produksinya lebih kecil dari pada harga yang
mau dibayar oleh masyarakat. Ada beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh
pihak swasta dalam jumlah yang cukup walaupun penyediaan jasa tersebut lebih
kecil dari pada apa yang mau dibayar oleh masyarakat. Kondisi seperti ini yang
disebut pasar tidak lengkap. Jadi intinya disini ada barang - barang tertentu dimana
aspek pasar tidak mampu menyediakan barang yang cukup terhadap konsumen
atau penawarannya lebih kecil dibanding permintaan.

3.2 Kebijakan Pemerintah


Thomas R. Dye mengatakan Kebijaksanaan pemerintah itu adalah apa
saja yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Definisi Thomas R. Dye itu didasarkan pada kenyataan, bahwa banyak sekali
masalah-masalah yang harus diatasinya, banyak sekali kainginan dan kehendak
rakyat yang harus dipenuhinya. (Soenarko, 2003:41).
Carl J. Friedrich mengatakan kebijakan pemerintah adalah suatu arah
tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau Pemerintah dalam suatu
lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka
mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta suatu tujuan
tertentu. (Soenarko, 2003:42).
Sedangkan Anderson (1975) memberikan definisi kebijakan publik sehagai
kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah, dimana implikasi dan kebijakan itu adalah:
1. kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan;
2. kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah;
3. kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan;
4. kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu;
5. kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
(Tangkilisan, 2003:2)
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Perkenalan Produk Gas LPG 3 kg


Setelah PT. Pertamina memperkenalkan produk Gas LPG Premium
ukuran 12 kg, selanjutnya PT. Pertamina memperkenalkan produk Gas LPG
berukuran 3 kg yang diperuntukkan khusus kepada masyarakat kategori
kurang mampu. Program peluncuran Gas LPG 3 kg ini juga sebagai
penanda program konversi minyak tanah ke gas telah dilaksanakan.Hal ini
berdampak cukup bagus dalam pengurangan beban APBN mengenai
subsidi BBM minyak tanah. Selain itu, gas LPG menghasilkan tingkat polusi
yang lebih rendah dibanding dengan mmenggunakan minyak tanah.
Sehingga cepat atau lambat subsidi mengenai BBM kategori minyak tanah
akan segera dicabut. Namun, hal ini tidak langsung memberikan solusi yang
cukup bagus untuk masyarakat meskipun program konversi minyak tanah ke
gas sudah memasuki tahun ke 11 sejak diluncurkan pada tahun 2007
silam.Karena di beberapa daerah masih terdapat masyarakat yang
menggunakan minyak tanah meskipun sudah memiliki kompor gas. Selain
itu alasan takut akan beberapa kasus meledaknya tabung gas juga masih
menjadi persoalan masyarakat di daerah terpencil yang kurang sosialisasi
mengenai tata cara menggunakan gas LPG secara baik, benar, dan aman.

2. Penyebab Kelangkaan Gas LPG 3 Kg


Kenaikan harga gas LPG ukuran 12 kg mengawali terjadinya
kelangkaan gas LPG ukuran 3 kg. Hal ini menyebabkan masyarakat
berbondong – bondong beralih ke gas LPG berukuran 3 kg yang
seharusnya diperuntukkan untuk masyarakat kurang mampu. Banyak
industri rumah makan, laundry dengan menggunakan setrika uap, genset,
serta rumah tangga dalam kategori mampu juga ikut beralih ke gas LPG
berukuran 3 kg. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat kurang mampu
yang seharusnya menggunakannya menjadi tidak memperoleh pasokan
gas LPG 3 kg. Selain itu, adanya isu peluncuran LPG bright gas yang
merupakan gas nonsubsidi membuat masyarakat berfikir subsidi gas 3 kg
perlahan akan dicabut dan digantikan dengan gas nonsubsidi. Sehingga
masyarakat yang memiliki cadangan gas kosong juga berbondong –
bondong menukarkan gas isi ulangnya agar memiliki stok jika sewaktu –
waktu subsidi tersebut dicabut. Kelangkaan tersebut juga berdampak
pada tingginya harga gas LPG 3 kg. Seperti yang terjadi di Bogor,
harganya melonjak hingga Rp.24.000/tabung. Hal yang sama juga terjadi
di Sintang yaitu melonjak Rp.35000 hingga Rp.55000/tabung. Selain itu
juga banyak pedagang yang mengeluh karena berkurangnya pasokan gas
LPG tersebut. Meskipun dari pihak PT. Pertamina tidak pernah
mengurangi pasokan gas LPG 3 kg. Adanya perbedaan harga HET tiap
daerah juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendistribusian gas
dimana pangkalan akan memilih untuk mendistribusikan lebih banyak ke
daaerah yang memiliki HET cukup tinggi sehingga dapat menambah
keuntungan bagi mereka sendiri. Lemahnya tata niaga dalam
pendistribusian juga berdampak pada kelangkaan yang sedang terjadi.
Dampak lain dari kelangkaan gas tersebut juga berpengaruh terhadap
harga gas yang semakin melonjak tinggi di beberapa daerah contohnya di
Bogor berkisar Rp.24000/tabung dan di Sintang berkisar Rp.35000 hingga
Rp.55000/tabung dari harga normal Rp18.000/tabung.

3. Kebijakan yang dilakukan


Solusi yang dilakukan PT. Pertamina dalam kasus ini yaitu dengan
melakukan operasi pasar serta menindak tegas oknum – iknum yang
kedapatan melakukan kecurangan. Masyarakat juga bisa melakukan
pengaduan ke Pertamina call center di 500-000 jika mengetahui adanya
kecurangan. PT. Pertamina juga akan menambah pasokan gas LPG 3 kg
di agen dan pangkalan dengan harga resmi sehingga harga gas LPG 3 kg
akan ikut menurun. Serta akan terus memonitor pendistribusian gas untuk
menghindari adanya kecurangan pengoplosan sehingga tepat sasaran.
Selain itu PT. Pertamina juga akan melakukan pendistribusian di
beberapa SPBU yang tersebar diseluruh Indonesia. Sehingga masyarakat
dapat langsung membeli di SPBU dengan HET harga resmi. Dan
dihimbau kepada masyarakat agar tidak membeli gas di pengecer yang
kedapatan menjual diatas HET resmi yang dikeluarkan oleh PT.
Pertamina.
Solusi lain yang diberikan oleh PT. Pertamina yaitu menawarkan
variasi bright gas dan juga ease gas premium (nonsubsidi). Dimana dapat
dibeli melalui call center dengan harga yang lebih mahal tentunya. Variasi
bright gas memiliki ukuran seperti tabung konvensional yaitu12 kg dan
variasi ease gas premium memiliki dua ukuran yaitu 9 kg dan 14 kg.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari permasalahan kelangkaan ini yaitu penyebab utamanya


adalah tidak tepat sasaran peruntukkan gas LPG 3 kg untuk masyarakat kurang
mampu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya usaha rumah makan, laundry
dengan setrika uap, genset dan juga rumah tangga yang tergolong mampu ikut
menggunakan gas bersubsidi LPG 3 kg. Selain itu terdapat banyak kecurangan
pada pendistribusian di daerah – daerah tertentu. Terutama daerah yang memiliki
HET cukup tinggi. Solusi yang dilakukan PT. Pertamina atas kasus kelangkaan ini
diantaranya yaitu melakukan operasi pasar dan menindak tegas oknum yang
terlibat kecurangan dan terus memonitoring proses pendistribusian gas LPG 3 kg.
Selain itu menawarkan bright gas dan ease premium gas (nonsubsidi) sebagai
alternatif lain terutama untuk masyarakat yang tergolong mampu. Ini semua
dilakukan demi terlaksananya tujuan utama yakni agar gas LPG 3 kg tepat sasaran
kepada masyarakat yang kurang mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, G. N. 2003. Teori Mikro Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:


Lukman. Offset YPAPI.

Nizar, M.2017. Kegagalan Pasar. dari id.scribd.com/doc

Azzura, S. N. 2017. Fakta di balik kelangkaan gas elpiji 3 kg. dari


m.merdeka.com

Anderson, James A. (1975). Public Policy Making: Basic Concept in Political


Science. New York: Praeger University Series.

Anda mungkin juga menyukai