Anda di halaman 1dari 2

MENGAJAR TPA

Setelah beberapa hari ditanjung sembilang Aku dan teman- teman mulai
terbiasa dengan situasi dan kondisi yang ada di kampung tersebut. Memang sudah
menjadi rutinitas kami sehari- hari menjalankan solat lima waktu dimasjid. Suatu
hal yang cukup menarik perhatian masyarakat disana melihat lima pemuda yang
hampir setiap saat lalu lalang didepan rumah mereka untuk menuju kemasjid.

Dari kebiasaan kami itulah, yang setiap waktu azan dikumandangkan selalu
hadir di masjid, membuat masyarakat setempat terkhusus lagi salah satu tokoh
masyarakat setempat memberikan sebuah kepercayaan untuk mengajar TPA.
Padahal kalau mau dibilang kami masih sangat membutuhkan arahan dan
bimbingan. Bukan Cuma mengajar satu dua anak, tetapi seluruh kegiatan TPA
selama sebulan kami yang menanganinya.

Kami mengajar TPA disalah satu rumah masyarakat setempat, yang tak lain
dan tak bukan adalah rumah pak subur. Memang luar biasa kontribusi bapak yang
satu ini untuk perkembangan pembelajaran al Quran dikalangan masyarakat
tanjung sembilang. Sampai rela menjadikan salah satu sudut rumahnya menjadi
tempat pembelajaran al Quran atau TPA. Suatu saat bapak beristri satu ini bercerita
asal usul kenapa di bangun tempat belajar al Quran di rumah beliau, kalau TPA
yang ada di rumahnya hadir atas dasar dorongan hati yang tulus. Melihat kondisi
masyarakat yang rusak serta pergaulan yang kian liar, ditambah lagi anak- anak
tanjung sembilang yang terbawa arus, dan semakin jauh dari yang namanya
batasan- batasan dalam agama.

Karena rasa penasaran, Aku mengajukan beberapa pertanyaan yang kian


mengundan cerita yang mungkin tidak Aku dapatkan di tempat lain. Setelah lama
beliau bercerita ada satu hal yang belum beliau ceritakan, yaitu kapan didirikannya
tempat pembelajaran al Quran yang ada di rumah beliau.

“Ooh kalau berdirinya sekitar tahun dua ribu tujuh kim ”, ucap beliau
dengan nada khas jawanya. Sekitar sebelas tahunan TPA ini berdiri. Bukan waktu
yang singkat.

Anda mungkin juga menyukai