Anda di halaman 1dari 11

TARI PATUDDU

Tari Patuddu

Asal: Sulawesi Barat

Jenis: Gerak - Gerak - Tarian

Klasifikasi: Terbuka

Kondisi: Masih Bertahan

Upaya Pelestarian:

Tarian ini umumnya dibawakan oleh para penari wanita dengan gerakannya yang lemah gemulai
dan juga akan menggunakan kipas sebagai alat menarinya. Tari Patuddu dahulunya ditampilkan
untuk menyambut para prajurit saat pulang dari medan perang. Menurut sejarahnya, zaman
dahulu di daerah Sulawesi Barat pernah terjadi sebuah peperangan antara Kerajaan Balanipa dan
Passokorang. Sepulangnya dari peperangan, Kerajaan Balanipa ini mempunyai caranya
tersendiri dalam menyambut para pasukan yang pulang dari tempat medan perang tersebut, salah
satunya adalah dengan menampilkan Tari Patuddu ini. Selain sebagai wujud dari penghormatan
untuk para pahlawan, tarian ini juga digunakan untuk hiburan bagi para pasukan. Seiring
berakhirnya peperangan, Tari Patuddu ini kemudian difungsikan sebagai tarian penyambutan
Raja ataupun para tamu penting yang datang ke sana. Hal ini berlanjut dan menjadi sebuah
tradisi masyarakat Mandar sampai ini. Tari Patuddu merupakan tarian tradisional yang lebih
bersifat tarian penyambutan atau hiburan sehingga tarian ini sering ditampilkan untuk acara
penyambutan para tamu terhormat maupun tamu dari kenegaraan. Tarian ini dimaknai sebagai
ungkapan rasa syukur serta kegembiraan atas kedatangan para tamu. Hal ini terlihat dari senyum
dan ekspresi dari para penari pada saat menari. Selain itu juga dari gerakannya yang lemah
lembut menggambarkan sifat wanita yang suci dan juga penuh kasih.
TARI ALANG BABEGA

Tari Alang Babega, salah satu kekayaan budaya daerah Sumatera Barat, merupakan tarian
tradisional yang telah menghiasi panggung seni ribuan tahun silam.

Tari Alang Babega ini menjadi bukti cinta dan apresiasi masyarakat terhadap keindahan alam
sekitar yang sederhana namun memukau.

Mengambil inspirasi dari gerakan burung elang yang gagah di udara, Tari Alang Babega
memperlihatkan keanggunan alam melalui gerakan sederhana namun penuh makna.

Konsepnya mencerminkan burung elang yang terbang tinggi di langit kemudian menukik tajam
untuk menyambar mangsanya, seperti halnya ayam di tanah.

Menariknya, tarian ini menjadi gambaran artistik tentang siklus alam dan kehidupan.

Dalam tampilannya, tari Alang Babega mengedepankan gerakan lengan yang menirukan sayap
elang saat terbang dan menyambar.

Gerakan tari ini menuntut keahlian dan kelincahan para penarinya untuk menciptakan kesan
seolah-olah mereka benar-benar menjadi burung elang yang perkasa.

Bagian tarian yang menggambarkan menyambar ayam menambah kesan dramatis dalam
pertunjukan ini.

Tak hanya menghadirkan keindahan gerakan, tari Alang Babega juga menampilkan busana dan
tata rias yang meriah.

Penari-penarinya berbusana menarik, dan gerakan mereka yang dinamis mempesona para
penonton.

Tari ini menawarkan sensasi yang lebih kontemporer dibandingkan dengan tari-tari tradisional
lainnya.
TARI ZAPIN

Mengenal Tari Zapin, Berakar dari Negeri Yaman Jadi Tarian Khas Riau

Foto: Tari Zapin Siak yang menggunakan pakaian adat Riau (Pemkab Siak)
Tari Zapin adalah salah satu tarian tradisional Melayu dari Provinsi Riau yang sangat mengakar
dan populer. Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki
cepat mengikut rentak pukulan.
Tari Zapin dibawakan secara berkelompok dengan diiringi dua alat musik utama yakni gambus
dan marwas yang berbentuk gendang kecil. Biasanya melalui syair-syairnya yang didendangkan
tari Zapin ini juga digunakan sebagai media dakwah.

Dikutip dari Balai Pelestarian Kebudayaan Riau oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan
RI, tari Zapin dikenal sebagai seni Melayu yang sangat dipengaruhi budaya Arab.

Sejarah tari Zapin berawal sebagai tarian hiburan di lingkungan istana di pesisir Selat Malaka
seperti Kerajaan Siak dan Indragiri. Tarian ini dibawa dari Hadramaut, Yaman oleh para
pedagang Arab sekaligus pendakwah agama Islam pada awal abad ke-16.

Karena masuk di lingkungan istana dengan cepat tari Zapin berakulturasi dengan budaya lokal.
Dalam setiap gerakannya disisipkan nilai-nilai dan norma Melayu. Akhirnya tari ini kerap
ditampilkan dalam acara seremonial kerajaan.

Sebelum tahun 1960, tari Zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki. Namun, dalam
perkembangannya kini sudah bisa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran
laki-laki dengan perempuan.

Tari Zapin telah mengalami penyesuaian dari segi bentuk dan ragamnya. Dengan itu tarian
Zapin biasanya mempunyai pecahan tersendiri menurut tempat ia ditarikan.

Kedua jenis tari Zapin, yaitu Zapin Arab dan Zapin Melayu merupakan tarian Zapin yang ada di
Indonesia. Zapin Arab disebut juga zapin lama, tumbuh dan berkembang di dalam kelompok-
kelompok masyarakat turunan Arab yang berada di berbagai tempat di Indonesia, terutama di
Jawa dan Madura.

Zapin Arab terbagi dalam dua jenis, yaitu: zapin hajjir mawaris dan zapin gembus. Sementara,
Zapin melayu dibedakan menjadi zapin Melayu Keraton dan zapin Melayu Rakyat.

Zapin Melayu Keraton diperuntukkan bagi kalangan istana seperti yang terdapat di Deli, Siak,
Sambas, dan Pontianak. Berkat berada di kalangan istana, Zapin melayu keraton mendapat
aturan-aturan yang disesuaikan dengan aturan istana.

Sementara Zapin Melayu Rakyat berkembang dalam masyarakat melayu di seluruh Indonesia
dan mempunyai kebebasan dalam sopan santun dan adat istiadat setempat.

4 Unsur Utama dalam Seni Tari Apa Saja? Yuk Simak Penjelasannya
Pola Gerakan Tari Zapin
Gerakan tari Zapin banyak terinspirasi dari keseharian manusia dan lingkungannya. Pola
gerakan tari Zapin sangat sederhana, perbedaan antara laki-laki dan perempuan pun hanya dalam
bentuk gerakan tangan saja. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang, meski demikian
semua gerakannya penuh makna dan filosofi.

Adapun gerakan tari Zapin adalah:


1. Tahto (1, 2, dan 3), yang merepresentasikan sikap merendah dan menghargai.
2. Bebas
3. Shut, mendahulukan sikap adil dan sabar dengan keseimbangan.
4. Siku keluang, melambangkan kehidupan yang dinamis.
5. Mata angin
6. Titik batang, merepresentasikan keteguhan hati dan ketrampilan dalam menghadapi cobaan.

Properti Busana Penari Zapin


Penari Zapin laki-laki menggunakan atasan baju kurung Melayu cekak musang atau teluk
belanga, bawahan seluar, kain sampin/samping, kopiah, dan bros.

Kain sampin terdiri dari kain pelekat atau kain songket atau tenun Siak yang disesuaikan dengan
lokasi tarian itu digelar. Misalnya jika ditampilkan untuk kalangan istana atau tamu khusus maka
digunakan kain tenun Siak. Namun untuk pementasan hiburan biasa cukup menggunakan kain
pelekat.

Adapun pakaian penari Zapin perempuan terdiri dari kebaya labuh, kain samping (sarung
pelekat atau songket Siak), selendang "tundung manto" penutup kepala.

Rambut disanggul Melayu (sanggul lipat pandan dan conget), dengan hiasan kepala berupa
bunga sanggul, atau kembang goyang. Asesoris lainnya adalah anting di kedua telinga, dan
kalung.

Tari Zapin merupakan tarian tradisional yang perlu dilestarikan dan memperkaya budaya
bangsa.
TARI JARANAN BUTO

Tari Jaranan Buto. Setiap daerah di Indonesia memiliki tari tradisional dengan keunikannya
masing-masing. Salah satu daerah di Tanah Air yang kaya akan seni tari adalah provinsi Jawa
Timur. Sebagian besar tari tradisional di provinsi ini merupakan tari yang diwariskan oleh
seniman terdahulu, seperti Tari Jaranan Buto.

Tari Jaranan Buto merupakan seni tari tradisional khas Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam
kesenian ini terdapat beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga
menjadi suatu keunikan dalam pementasannya. Keunikan seni ini meliputi inti cerita, kostum
penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan lainnya.

Para pemeran Jaranan Buto menggunakan kostum yang gagah serta tata rias wajah yang terkesan
seram. Para penari juga menggunakan kuda atau jaran tiruan seperti pada kesenian Kuda
Lumping.

1. Makna di balik nama Jaranan Buto.


Jaranan buto dapat diartikan "kuda lumping raksasa". Keberadaan kesenian Jaranan Buto, tidak
terlepas dari cerita rakyat yang melegenda yaitu Menak Jinggo seorang raja kerajaan
Blambangan. Konon Raja Menak Jinggo berperawakan besar dan kekar bagaikan raksasa atau
buto.

Sesuai dengan namanya Jaranan Buto, kesenian ini diperankan oleh para penari berperawakan
tinggi besar dan kekar, dengan memakai kostum yang mirip buto. Gerakan tarinya juga
mengekspresikan gerak-gerik raksasa.

2. Kuda Tiruan yang digunakan berbeda bari tari jaranan yang lainnya.
Kuda Tiruan yang digunakan berbeda bari tari jaranan yang lainnya.
Tari Jaranan Buto (Sumber: polri.go.id)
Kesenian Jaranan Buto menggunakan kuda atau jaran tiruan seperti pada kesenian Kuda
Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan. Namun, ada yang berbeda dari kuda tiruan yang
digunakan dalam tarian ini.
Kuda tiruannya tidak menggambarkan kuda secara nyata seperti pada tarian sejenis lainnya.
Kuda tiruan yang digunakan memiliki kepala menyerupai kepala raksasa atau buto yang
menyeramkan.

3. Keunikan tata rias dan kostum yang dipakai.


Keunikan tata rias dan kostum yang dipakai.
Tari Jaranan Buto
Seperti pada kesenian tari pada umumnya, kesenian Jaranan Buto juga memiliki keunikan riasan
wajah dan kostumnya tersendiri. Jika diperhatikan tata rias wajah pemain Jaranan Buto terlihat
menyeramkan karena menyesuaikan dengan karakter buto. Terdapat gambaran yang menyerupai
taring pada wajah pemainnya.

Kostum yang digunakan juga terlihat menyerupai kostum raksasa namun juga terlihat sangat
gagah dengan balutan kain tradisional, selendang dan hiasan kepala. Secara keseluruhan
penampilan pemain Jaranan Buto memang sangat jelas menggambarkan raksasa yang kekar dan
menyeramkan.

4. Musik pengiring yang berbeda dengan kesenian jaranan pada umumnya


Penari Jaranan Buto menari dengan gerakan-gerakan selayaknya raksasa. Gerakan tersebut
semakin terlihat menarik dengan mengikuti alunan musik tradisional pengiringnya. Musik
Pengiring yang digunakan dalam pementasan Tari Jaranan Buto memiliki perbedaan dari Tari
Jaranan secara umum.

Tari Jaranan Buto dalam pementasannya diiringi alunan alat musik seperti kendang, dua bonang,
dua gong besar, kempul terompet, kecer yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat
gamelan.

5. Mengalami perkembangan yang sangat pesat.


Mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Tari Jaranan Buto (Sumber: malangkota.go.id)
Tari Jaranan Buto berkembang di daerah Banyuwangi dan Blitar, Tarian ini dipertunjukkan pada
upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Seni Tari Jaranan Buto dalam perkembangannya
memiliki suatu perkembangan yang sangat pesat diantaranya adalah variasi musik pengiringnya
dan tata rias penarinya.

Bahkan, kostum Buto yang dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi dari tahun ke tahun.
Hal itu menunjukkan kreatifitas dari para seniman Jaranan Buto yang cukup dinamis.

6. Terdapat atraksi kesurupan.


Terdapat atraksi kesurupan.
Tari Jaranan Buto (Sumber: baritokualakab.go.id)
Pada puncak pertunjukan biasanya terdapat atraksi kesurupan para penari Jaranan Buto. Konon
para penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang-orang di sekitar pementasan yang
menggodanya dengan bersiul.

Penari yang dalam keadaan kesurupan memperlihatkan atraksi memakan pecahan kaca, api,
ayam hidup dan masih banyak atraksi lagi yang ditampilkan.

Di dalam pementasan Jaranan Buto biasanya terdapat seorang pawang yang berperan untuk
menyadarkan kembali para penari atau penonton yang juga ikut kesurupan saat pementasan.
TARIAN ARI COKEK

Tari Cokek adalah salah satu bentuk dari tari pergaulan bagi masyarakat Betawi sebagai
perpaduan antara nilai kebudayaan Betawi dan masyarakat luar. Menurut situs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tari Cokek digelar pada perayaan pernikahan,
selamatan keluarga maupun acara hiburan yang lain.

TARI INAI

Tari Inai adalah salah satu jenis pertunjukan seni tari dari daerah-daerah yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau. Namun, pada perkembangan penyebarannya, tarian sakral ini bisa ditemukan
dalam pelaksanaan upacara pernikahan masyarakat Melayu tidak hanya di Kepri, tetapi juga
Jambi dan daerah Melayu lainnya.
TARI KECAK

Tari kecak adalah seni tari yang berasal dari Bali. Seni tari kecak ini dipertunjukkan oleh
puluhan penari laki-laki yang duduk berbaris dengan pola melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan "cak, cak, cak" serta mengangkat kedua lengan.
Dalam buku karya Resi Septiana Dewi yang berjudul "Keanekaragaman Seni Tari Nusantara",
dalam menarikan tari kecak para penari duduk melingkar dan mengenakan kain khas Bali yang
bermotif kotak-kotak seperti papan catur yang ditaruh di pinggang. Beberapa penari juga
memerankan tokoh-tokoh seperti Rama, Shinta, Rahwana hingga Hanoman.

TARI SAJOJO

Tari Sajojo adalah tarian tradisional yang liriknya berbahasa Moi yang berasal dari daerah
Sorong, Papua Barat. Tarian ini sering dijadikan penampilan di berbagai acara, baik acara adat,
budaya, maupun sekadar hiburan saja. Tarian ini sangat terkenal di Papua
TARI ARI BEDANA

Tari Bedana merupakan salah satu tarian tradisional Zapin Melayu yang berasal dari daerah
Lampung. Tari Bedana biasa dibawakan oleh pemuda-pemudi Lampung dalam acara tertentu
sebagai ungkapan rasa gembira. Tari Bedana memiliki ciri khusus pada adat Lampung Pepadun
maupun adat Lampung Saibatin.

TARI GAMBYONG

Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal dari wilayah Surakarta
dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. Gambyong bukanlah satu
tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreografi, yang paling dikenal adalah Tari
Gambyong Pareanom dan Tari Gambyong Pangkur.
MAKALAH
SENI BUDAYA
Seni Tari Tradisional Yang Ada Di Indonesia
Guru Mapel : EMI AZIS, S.pd.

NAMA : A. WAHYUDI MET ARNAS

SMA NEGERI 1
WONOMULYO
TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai