Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-


undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan
untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Penyelenggaraan pendidikan yang dikembangkan mencakup empat


aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual (untuk memperteguh
keimanan dan ketaqwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi
pekerti atau moral dan kewirausahaan); kecerdasan intelektual
(membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan
teknologi); kecerdasan emosional (meningkatkan sensitivitas, daya
apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya), dan
kecerdasan kinestetis (meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya
tahan, kesigapan fisik, dan keterampilan).

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut di atas, pemerintah


mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39
tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Pada tingkat teknis,
peraturan tersebut dijabarkan dalam bentuk Pedoman Pembinaan


Kesiswaan yang menjadi panduan dalam pengembangan berbagai
kegiatan siswa di sekolah.
Pelaksanaan pembinaan kesiswaan di sekolah adalah menjadi
tanggung jawab kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah
dalam kapasitas sebagai manajer maupun leader seharusnya dapat
memberdayakan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam pembinaan
dan pengembangan potensi, bakat serta minat siswa, wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan dan pembina OSIS harus berperan dalam
menyusun rencana program kegiatan pembinaan kesiswaan.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler


dan ekstrakurikuler di sekolah sangat tergantung pada komponen
warga sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan program
yang telah dibuat bersama komite sekolah berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah.

Fenomena di lapangan dalam hal ini di tingkat sekolah, kabupaten/


kota, ataupun provinsi menunjukkan masih terdapat banyak
perbedaan dalam penyusunan program kegiatan kesiswaan baik
dari segi manajemen maupun teknis operasionalnya. Oleh sebab itu,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen
Pendidikan Nasional memandang perlu adanya Panduan Teknis
Pembina OSIS.

Dengan adanya panduan ini, Pembina OSIS sebagai bagian penting


dalam menunjang keberhasilan pembinaan kesiswaan di sekolah,
diharapkan memiliki kompetensi manajerial dan teknis operasional
yang memadai dalam pengelolaan dan pengembangan program
kegiatan kesiswaan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

B. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan;

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Siswa yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;

9. Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan.

C. Tujuan

1. Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) memiliki persepsi


yang sama dalam memahami dan mengimplementasikan
program-program kegiatan kesiswaan di sekolah.

2. Meningkatkan kemampuan teknis manajerial dan operasional


bagi pembina OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat
siswa sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

3. Membantu pembina OSIS dan siswa untuk melaksanakan 10


(sepuluh) materi jenis kegiatan kesiswaan.

4. Menumbuhkembangkan sikap kerjasama, nasionalisme, rasa


persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Pembina OSIS mampu melaksanakan evaluasi dan pelaporan


yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dokumentasi, laporan


hasil belajar dan pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah.

D. Hasil Yang Diharapkan

1. Pembina OSIS dapat merencanakan dan melaksanakan


kegiatan sesuai panduan teknis.

2. Meningkatnya kemampuan teknis manajerial dan operasional


bagi pembina OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat
siswa sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

3. Pembina OSIS dan siswa dapat melaksanakan 10 (sepuluh)


materi jenis kegiatan kesiswaan.

4. Tumbuhkembangnya sikap kerjasama, nasionalisme, rasa


persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan oleh guru pembina OSIS


sebagai bahan dokumentasi dan pemetaan kegiatan kesiswaan
di sekolah.

E. Manfaat

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari buku panduan teknis ini
baik bagi sekolah secara khusus mapun bagi pemangku kepentingan
pendidikan secara umum.

1. Bagi Sekolah

a. Memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang arti


pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang seimbang dan
saling menunjang serta saling melengkapi antara kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

b. Menjadi acuan guru pembina OSIS dalam melakukan


kegiatan kesiswaan yang mampu menumbuhkembangkan
bakat, minat dan berbagai potensi siswa berdasarkan 10
(sepuluh) materi jenis kegiatan.

c. Sebagai panduan bagi guru pembina OSIS untuk


mengusulkan rencana program kegiatan kesiswaan yang
kreatif, inovatif, proporsional, efektif dan efisien.

d. Sebagai acuan dalam membangun kultur sekolah menuju


wawasan wiyata mandala dan ketahanan sekolah.

e. Sebagai panduan dalam melakukan evaluasi dan pelaporan


terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
hasil-hasilnya.

2. Bagi Pemangku Kepentingan Pendidikan

a. Menjadi panduan untuk melakukan langkah-langkah


pembinaan kesiswaan melalui kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler dan ekstrakurikuler.

b. Menjadi panduan dalam upaya meningkatkan koordinasi


dan komunikasi tentang pelaksanaan dan pengembangan
program kegiatan kesiswaan di sekolah.

c. Sebagai panduan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan


sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan kesiswaan.

d. Sebagai panduan dalam melakukan supervisi tentang


keterlaksanaan program kegiatan kesiswaan di sekolah yang
dapat dijadikan pemetaan kegiatan kesiswaan pada tingkat
sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.


BAB II
PRINSIP DAN TEKNIS PELAKSANAAN

A. Prinsip Pelaksanaan

Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan


prestasi akademis antara lain Olimpiade Sains, lomba-lomba
keilmuan, LPIR, Debat Bahasa Inggris, maupun nonakademis
antara lain: Olahraga, Seni, Kepribadian, Bela Negara, Wawasan
Kebangsaan berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Untuk itu sangat dibutuhkan peran dan kreativitas warga
sekolah terutama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru
pembina OSIS, pelatih dan siswa.

Pembina OSIS sebagai salah satu perangkat pembinaan kesiswaan


di sekolah, diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan
program kegiatan baik secara manajerial maupun teknis operasional.
Pembina OSIS dalam menyusun dan melaksanakan program
kegiatan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Mudah dan Bermanfaat

Pelaksanaan pembinaan kesiswaan dibuat dalam program


kegiatan yang mudah dilaksanakan, sederhana, terukur dan
dapat dilakukan sesuai waktu yang telah direncanakan. Kegiatan
yang dilaksanakan harus berdampak positif (bermanfaat), yaitu
dapat membawa perubahan pada sikap, perilaku dan perbuatan
siswa yang semakin cerdas secara intelektual, emosional,
spiritual dan kinestetik.

2. Normatif dan Bernilai

Pelaksanaan pembinaan kesiswaan harus didasarkan pada


aturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta


nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh warga sekolah. Norma dan
nilai-nilai harus menjadi ukuran dan acuan dalam penyusunan
program kegiatan kesiswaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi sampai dengan pelaporan.

3. Fleksibel dan Berkembang

Program kegiatan pembinaan kesiswaan dikemas dalam


bentuk yang dinamis sehingga dapat menyesuaikan dengan
situasi, kondisi dan fasilitas sekolah. Program kegiatan yang
telah dirancang harus dapat dikembangkan untuk kepentingan
penyaluran bakat dan minat siswa, baik kegiatan yang bersifat
situasional sampai pada tahap tertentu maupun kegiatan pada
jenjang berkelanjutan (kabupaten/kota, provinsi, nasional,
internasional).

4. Tidak Diskriminatif

Pelaksanaan program kegiatan pembinaan kesiswaan harus


dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua warga sekolah. Sekolah
memberi kesempatan dan keleluasaan untuk menentukan
program kegiatan yang direncanakan.

5. Kreatif dan Menyenangkan

Setiap program kegiatan kesiswaan yang dilaksanaan sekolah


menuntut peran aktif dari pelaksana kegiatan. Program kegiatan
sedapat mungkin menumbuhkan kreativitas dan inovasi
di kalangan siswa. Pelaksanaan suatu program kegiatan
sesungguhnya merupakan aspirasi siswa yang selalu diupayakan
agar dapat membangkitkan keceriaan dan penuh semangat.

6. Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa

Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program kegiatan


harus memperhatikan potensi, minat dan bakat siswa. Hal
ini penting karena suatu program kegiatan yang disusun dan
dilaksanakan sudah merupakan hasil penelusuran potensi, minat
dan bakat siswa.


7. Terprogram dan Berkelanjutan

Dalam pembinaan kesiswaan diperlukan perencanaan yang


terprogram dengan baik dan berkelanjutan agar hasil yang
diharapkan setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat terukur
dan menunjang mutu pendidikan. Program kegiatan juga harus
berkesinambungan.

8. Koordinatif dan Kolaboratif

Program kegiatan diselenggarakan melalui koordinasi dengan


semua pelaksana kegiatan baik dalam tahap persiapan maupun
pelaksanaan. Dalam koordinasi diperlukan upaya menggabungkan
beberapa unsur yang relevan dan saling menunjang.

9. Akuntabel

Penyusunan dan pelaksanaan suatu program kegiatan


kesiswaan harus dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan
aturan dan moral, baik kepada warga sekolah maupun pemangku
kepentingan.

B. Teknis Pelaksanaan

1. Waktu dan Tempat

Pada saat penyusunan suatu program kegiatan, masalah waktu


dan tempat harus dipilih secara cermat. Pemilihan waktu,
harus berpedoman pada kalender pendidikan dan kegiatan
tahunan sekolah. Untuk kepentingan pemilihan waktu dan
tempat, agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan para wakil
kepala sekolah. Pengaturan alokasi waktu dan tempat harus
disesuaikan dengan jenis kegiatan, alokasi dana yang tersedia,
akses dan mobilitas, serta memenuhi unsur-unsur keamanan
dan kenyamanan.


2. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan (panitia) baik dari unsur pimpinan, guru


maupun siswa agar sejak persiapan, pelaksanaan sampai
dengan pelaporan selalu diikutsertakan. Jika menginginkan
suatu kegiatan dapat terlaksana sesuai rencana, maka sejak
awal pembentukan kepanitiaan, semua memiliki komitmen
yang jelas dan mampu bekerja dalam tim (team work)
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (the right man
on the right place). Wujudkan iklim yang kondusif dalam
koordinasi, komunikasi, demokrasi, dan sosialisasi serta
junjung tinggi transparansi. Para pelaksana kegiatan harus
mampu menunjukkan dedikasi, loyalitas dan pengabdian
yang tinggi agar setiap program kegiatan yang dilaksanakan
selalu sukses, baik sukses dalam penyelenggaraan maupun
sukses hasil.

3. Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana merupakan bentuk fisik yang menjadi


pendukung dalam setiap pelaksanaan suatu program
kegiatan baik yang dilakukan di sekitar areal sekolah maupun
di luar sekolah. Betapapun suatu perencanaan kegiatan
telah disusun dengan baik, namun jika tidak ditunjang oleh
sarana dan prasarana yang memadai maka hasilnya tidak
akan optimal. Oleh karena itu, upayakan sejak persiapan
suatu kegiatan agar terlebih dahulu diinventarisir apa yang
menjadi kebutuhan pokok dan penunjang selama kegiatan
berlangsung. Sebelum kegiatan dilaksanakan, lakukan
check and recheck tentang kelayakan, keamanan dan
kenyamanannya baik untuk kepentingan panitia (petugas
pelaksana) maupun peserta. Perlu dipikirkan sejak awal
alternatif solusi yang dapat diambil jika dalam pelaksanaan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


4. Pendanaan

Masalah pendanaan merupakan salah satu unsur penting yang


akan menentukan terlaksana atau tidaknya suatu kegiatan, besar
kecilnya jumlah peserta dan meriah tidaknya suatu kegiatan
berlangsung. Sebaiknya sejak awal penyusunan program
kegiatan harus dengan jelas tertulis sumber dana yang akan
masuk dan rincian penggunaanya. Bila dana dari sekolah dan
komite sekolah tidak memadai perlu dikembangkan kreativitas
dalam menggalang dana untuk mencari pembiayaan alternatif.

Demi baiknya pengelolaan dana, bendahara harus orang yang


memiliki komitmen tentang ketelitian, kejujuran, akuntabilitas dan
transparansi.

10
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa

Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha


Esa mencakup berbagai aspek kegiatan yang dapat dilaksanakan
di sekolah untuk mendorong peningkatan kepribadian siswa yang
berbudi pekerti luhur, bertaqwa, dan berakhlak mulia, dengan tujuan
sebagai berikut :

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa, sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing.

2. Memberdayakan potensi siswa dalam bidang keagamaan.

3. Memotivasi siswa dalam menggali makna hari-hari besar


keagamaan.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam melaksanakan nilai-nilai


keagamaan.

5. Meningkatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama


dan antar umat seagama

11
Rambu-Rambu Kegiatan pada Materi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

12
diberikan pada tabel berikut:

Waktu
Unsur
No Jenis Kegiatan Tujuan Indikator Contoh Pelaksana
Terkait
an

1 Melaksanakan • Menumbuhkan • Tingkat • Dorongan dari • MGMP Juli sampai


peribadatan sesuai motivasi siswa partisipasi guru agama Pendidikan dengan Juni
dengan ketentuan untuk menga- • Kehadiran • Kegiatan keaga- Agama pada tahun
agama masing- malkan ajaran • Kepedulian maan rutin • Pengawas berjalan
masing agama masing- • Keteladanan Pendidikan
masing oleh warga Agama
sekolah • Warga
Sekolah

• Melaksanakan • Perilaku sesuai • Kegiatan


ibadah ritual ajaran agama tadarusan
sesuai dengan • Bersikap hormat • Sholat wajib
agamanya terhadap berjamaah dan
masing-masing. sesama sholat sunnah
• Sabar, rendah • Kebhaktian
hati dan • Dan lain-lain
toleransi
• Pemanfaatan
tempat ibadah
secara optimal
2 Memperingati • Menumbuhkan • Tingkat • Ajakan oleh • Guru-Guru Juli sampai
hari-hari besar motiviasi partisipasi guru agama/ Pendidikan dengan Juni
keagamaan siswa dalam • Kehadiran OSIS/Pem-bina Agama. pada tahun
meneladani • Kepedulian Kesiswaan • MGMP berjalan
dan menggali • Keteladanan • Keteladanan oleh Pendidikan (sesuai
makna /arti tiap- warga sekolah Agama. kalender
tiap hari besar • Mencari sumber • Tokoh pendidikan)
keagamaan. informasi Agama.
tentang • Warga
peringatan Sekolah
hari besar
keagamaan
• Melaksanakan • Menegakkan tertentu.
peringatan hari- sholat 5 waktu
hari besar keaga- • Memiliki - Peringatan
maan untuk semangat maulid
meningkatkan juang dalam - Peringatan
keimanan dan melaksanakan Isra’mi’raj
ketakwaan ajaran agama - Natal
terhadap Tuhan • Menerima - Waisak
Yang Maha Esa. adanya - Nyepi
perbedaan - Dan lain-lain
• Kerja sama
dalam
melakukan

13
kegiatan sosial
14
3 Melaksanakan • Menumbuhkan • Tingkat • Dorongan dari • Guru-guru Juli sampai
perbuatan kesadaran partisipasi OSIS, guru aga- Pendidikan dengan
amaliah sesuai siswa untuk • Kehadiran ma/Pembina agama
dengan norma berinteraksi • Kepedulian kesiswaan • MGMP
Juni pada
agama. sesuai dengan • Dukungan Pendidikan tahun
norma-norma warga sekolah, Agama berjalan
agama dan komite sekolah • Tokoh agama (sesuai
norma-norma dan stakeholder • Warga kebutuhan,
sosial. Sekolah
• Stakeholder
situasi dan
• Komite kondisi)
Sekolah

• Beramal tanpa • infaq Jum’at


• Melakukan pamrih • Berkurban,
kegiatan amal • Kerjasama • Kolekte
sosial, agar antar sesama • Aksi Sosial
lebih peduli • Kebersamaan
terhadap orang dan
lain. kekeluargaan
• Meringankan
beban orang
lain
4 Membina toleransi 
Menumbuhkan  Tingkat  Ajakan oleh guru  Guru-guru Juli sampai
kehidupan antar kesadaran partisipasi agama/PKn/ Pendidikan dengan
umat beragama siswa untuk  Keteladanan OSIS/Pembina Agama
Juni pada
bertoleransi  Kepedulian Siswa  Warga Sekolah
terhadap umat /  Keakraban  Keteladanan  Orang tua dan tahun
pemeluk agama warga sekolah masya-rakat berjalan
lain.  Tokoh agama (sesuaikan
 Masyarakat dengan

Melaksanakan  Kerjasama dalam - Donor darah sekitar
situasi dan
hubungan sosial berbagai aspek - Gotong royong
keagamaan kehidupan - Kerja bakti kondisi)
dalam  Kerukunan antar
mewujudkan pemeluk agama
kerukunan hidup  Kedamaian dan
antar umat ketenteraman
beragama. dalam
melaksana-kan
ibadah
 Saling menghor-
mati dan rendah
hati

15
16
5 Mengadakan  Menumbuhkan  Tingkat partisipasi  Dorongan dari  Guru-Guru Juli sampai
kegiatan lomba motivasi siswa  Kehadiran OSIS, guru aga- Pendidikan dengan Juni
yang bernuansa dalam kegiatan  Kepedulian ma/Pembina Agama. pada tahun
keagamaan lomba yang  Perencanaan kesiswaan  MGMP berjalan
bernuansa  Dukungan warga Pendidikan
keagamaan. sekolah, komite Agama.
sekolah dan  Warga
stakeholder Sekolah
 Orang tua.

 Melaksanakan  Kerja sama yang - MTQ


kegiatan lomba baik - Lomba Kaligrafi
untuk menyalur-  Kompetisi antar - Lomba Lagu
kan bakat, minat siswa/sekolah Rohani
dan potensi siswa  Semangat untuk
yang bernuansa melakukan yang
keagamaan. terbaik
 Perilaku kondusif
6 Mengembangkan  Menumbuhkan  Tingkat  Dorongan dari  Warga Juli sampai
dan memberda- kesadaran siswa partisipasi OSIS, guru aga- Sekolah dengan
yakan kegiatan untuk memberda-  Kehadiran ma/Pembina  Guru-guru Juni pada
keagamaan di yakan seluruh  Kepedulian kesiswaan Pendidikan tahun
sekolah potensi keagama-  Keteladanan  Dukungan warga Agama berjalan
an yang ada di sekolah, komite  Komite
sekolah. sekolah dan Sekolah
stakeholder  Stakeholder
 Tokoh Agama

 Pemberdayaan  Aktivitas keaga- - Wisata spiritual


seluruh potensi maan - Istigosah
keagamaan yang  Pembinaan oleh - Marawis
ada di sekolah guru agama - Retreat.
untuk meningkat-  Kreativitas dalam
kan keimanan berbagai kegiatan
terhadap Tuhan  Semangat untuk
Yang Maha Esa. berkompetisi
 Prestasi yang
diraih

17
B. Pembinaan Budi Pekerti Luhur dan Akhlak Mulia

Pembinaan Budi Pekerti Luhur dan Ahlak Mulia mencakup berbagai


aspek kegiatan yang dapat dilaksanakan disekolah untuk mendorong
peningkatan kepribadian siswa yang berbudi pekerti luhur dan
berakhlak mulia, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah

2. Melaksanakan gotong-royong dan kerja bakti

3. Menerapkan norma-norma dan tatakrama dalam pergaulan

4. Menumbuhkan kesadaran, sikap dan perilaku rela berkorban

5. Menumbuhkembangkan sikap saling menghormati dan


menghargai

6. Melaksanakan kegiatan 7 K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban,


Keindahan, Kedamaian, Kekeluargaan, dan Kerindangan).

18
Rambu-Rambu Kegiatan pada Materi Pembinaan Budi Pekerti Luhur atau Akhlak Mulia diberikan pada
tabel berikut:

Indikator Waktu
No Jenis Kegiatan Tujuan Contoh Unsur Terkait
Keberhasilan Pelaksanaan
1. Melaksanakan tata  Menumbuhkan  Tingkat  Motto/ajakan  Warga Juli sampai
tertib dan kultur kesadaran partisipasi untuk sekolah, dengan Juni
sekolah disiplin sesuai  Kehadiran mematuhi tata  Dinas pada tahun
dengan tata  Kepedulian tertib Pendidikan berjalan
tertib dan kultur  Keteladanan  Sikap dan  Stakeholder
sekolah. perbuatan  Tokoh
yang masyarakat
memberikan
tauladan
 Melaksanakan  Peduli  Memberikan
tata tertib terhadap reward dan
dan kultur lingkungan. punishment
sekolah untuk  Ikhlas dan
meningkatkan spontan - Disiplin waktu
prestasi  Disiplin dan - Mematuhi tata
akademis dan patuh tertib
non akademis  Hormat pada - Budaya salam
sesama - Membuang
teman, guru sampah pada
dan orang tua tempatnya

19
 Rapi, bersih,
dan tertib.
20
2. Melaksanakan  Menumbuhkan  Tingkat  Motto/tulisan  Warga Juli sampai
gotong royong dan kesadaran siswa partisipasi ajakan untuk sekolah, dengan
kerja bakti pentingnya  Kebersamaan membangun  Dinas Juni pada
kerja bakti di  Kehadiran kerja sama Pendidikan tahun
lingkungan  Kepedulian  Stakeholder berjalan
 Dorongan
sekolah dan  Keteladanan  Tokoh
dari OSIS,
masyarakat. masyarakat
guru/ Pembina
kesiswaan
 Dukungan
warga sekolah,
komite dan
stakeholder
 Melaksanakan  Dilaksanakan
gotong royong dengan ikhlas
- Kerja bakti kelas
dan kerja  Tanggung Jawab
dan lingkungan
bakti sebagai  Semangat
sekolah
wujud untuk bekerja
- Bersih-bersih
mem-bangun  Keterlibatan
tempat ibadah
semangat banyak unsur
kebersamaan.

Anda mungkin juga menyukai