PENDAHULUAN
yang dilakukan dapat perilaku hidup sehat yang merupakan salah satu dari tiga
lingkungan yang sehat serta penyediaan layanan kesehatan yang bermutu dan
Perilaku hidup sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun
sehat. Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal
langsung makan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci tangan
diare.
1
Cuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
mengatakan bahwa cuci tangan dengan sabun secara konsisten dapat mengurangi
diare dan penyakit pernafasan. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat mengurangi
diare sebanyak 31 % dan menurunkan penyakit infeksi saluran nafas atas (ISPA)
sebanyak 21 %.
untuk membuat anak-anak lebih sehat dan kemungkinan lebih kecil untuk
mungkin dapat menularkan penyakit; dan dukungan dari masyarakat dan perawat
secara konsisten dapat memperkuat perilaku sehat dan praktek dari waktu ke
peningkatan pada tahun 2010, dari angka prevalensi diare pada anak usia sekolah
sebanyak 5,2% pada tahun 2007 (Riskesdas Jatim, 2007). Di propinsi Jawa Timur
cakupan pelayanan diare pada tahun 2012 sebesar 72,43% dan masih berada
dibawah target nasional yaitu 100%. Kabupaten Jember merupakan salah satu
Kabupaten di propinsi Jawa Timur dengan cakupan pelayanan diare yang berada
Jumlah kasus pada anak usia sekolah sebanyak 10.863 kasus. Puskesmas
di kabupaten Jember dengan jumlah kasus diare terbanyak pada anak usia sekolah
pada tahun 2014 yaitu Puskesmas Kemuningsari Kidul sebanyak 927 kasus,
2
Puskesmas Sukorejo sebanyak 460 kasus, dan Puskesmas Panti sebanyak 403
menunjukkan bahwa jumlah kasus diare pada anak usia sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Kemuningsari Kidul sebanyak 87 kasus. Pada tahun 2013 dan 2014
terjadi peningkatan kasus pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Kemuningsari Kidul masing-masing menjadi 733 kasus dan 927 kasus diare
(Dinkes Jember,2014).
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan atau
menyebutkan bahwa diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. Diare adalah keadaan buang air dengan banyak
gangguan lain (Tjay & Rahardja, 2007). Salah satu penyebab terjadinya diare
yaitu memakan makanan yang tidak diawali dengan cuci tangan dengan
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2013 terlihat bahwa frekuensi
kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang
penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92% 3.
3
Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun pada waktu
merupakan agen perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan
2011).
2017 jam 09.00 dengan sampel 20 anak didapatkan data sebagai berikut 64.2%
cuci tangan terlebih dahulu sebelum makan atau mau beli jajanan di area
tentang cuci tangan baik dan benar dan fenomena yang terjadi di SDN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 TujuanPenelitian
Kab. Jember.
Jember.
1.4 ManfaatPenelitian
5
1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat
6
1.5 Keaslian Penelitian
1. pengaruh pendidikan Andi jaya 2014, SDN survai dengan Variable Ada perbedaan
kesehatan cuci tangan 003Kabupaten survai dengan bebas:pendidikn pengetahuan sebelum
terhadap kejadian Polewali desain cross kesehatan cuci tangan
diare pada anak , SDN Mandar. sectional dan sesudah pemberian
003Kabupaten pendidikan kesehatan
Polewali Mandar.. berupa cuci tangan
Variabel terikat:
kejadian diare
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih
dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan atau
menyebutkan bahwa diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja.Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari padaanak yang
sebelumnya sehat.Diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan (mencret)
(Tjay&Rahardja, 2007).
dkk, 2000). Penyebab diare pada anak adalah infeksi, malabsorbsi, makanan,
8
4. imunodefisiensi;
1. diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan
gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan difisiensi imun
terutama Ig A sekretorik;
kalori protein(KKP).
dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada
anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi. Diare dapat eksplosif atau
bertahap dalam sifat awitan. Gejala yang berkaitan langsung dalam diare
Klien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan
merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
9
Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari
120kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka
dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul
anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyulit
Pada anak, awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
makin cair, mungkin mengandung darah dan/lendir, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila
telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan
turun, ubun-ubun menjadi cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
cara yaitu mulut yang memakan makanan yang tercemar atau tidakhigienis, feses
yang mengandung kuman penyakit, dan proses pengolahan makanan yang tidak
serupa, misalnya dari fekal oral seperti dari tinja ke makanan atau air, yang
10
2.1.5 Pencegahan
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan
1. Keturunan yaitu tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan
dirinya sebagai warisan dari orang tua, yang termasuk dalam faktor ini adalah
individu sebagai makhluk sosial dan lingkungan yang membuat wajah budaya
bagi individu. Lingkungan tersebut dapat berupa tempat seseorang berada dan
sebelum makan untuk mencegah diare akan menjadi perilaku yang sifatnya
menetap pada anak. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
11
tingkat emosional, dan jenis kelamin, serta faktor eksternal yakni lingkungan
untuk membuat anak-anak lebih sehat dan kemungkinan lebih kecil untuk
perawat secara konsisten dapat memperkuat perilaku sehat dan praktek dari
menyajikan makanan.Cuci tangan yang dilakukan setelah dari toilet, buang air
tangan pakai sabun.Biasakan juga menggunakan air yang mengalir .Hal-hal yang
(Sitorus,2012).
Cucilah tangan di bawah air kran atau air mengalir agar kotoran tidak
banyak tersedia di dekat tempat cuci tangan. Diketahui bahwa variabel yang
12
berhubungan dengan kejadian diare di Kecamatan Semarang Utara
KotaSemarang adalah kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar, dan
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan hasil penelitian dilakukan oleh (Ana,
2015)
Selain cuci tangan, perawatan kaki dan kuku juga penting untuk dilakukan.
Perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan
kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air
hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah
dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari
tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus (Isroin & Andarmoyo,2012).
2.2.1 Pengertian
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan
13
pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak
dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang
nyata.
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk –
dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus
yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.(Azwar, 2007)
14
merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku
meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai – nilai, sifat kepribadian dan sikap
yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor lingkunga dalam menentukan
bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu.
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Secara sederhana, teori ini
memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin
subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini
berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan
15
2007). Menurut Green dalam buku (Notoatmodjo, 2003) menganalisis bahwa
causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya
sebagainya.
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung
16
2.2.4 Cara Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
Pengukuran atau cara mengamati perlaku dapat dilakukan melalui dua cara,
dari pernyataan positif dan negatif diukur menggunakan skala ordial. Skala ordinal
ialah skala yang didasarkan pada rangking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi
Menurut Riduwan (2013 : 23) skala likert terdiri yang terdiri dari pernyataan
17
1) Selalu (SL) jika respon sangat setuju dengan pertanyaan koesioner dan
4) Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pertanyaan koesioner
1) Selalu (SL) jika respon sangat setuju dengan pertanyaan koesioner dan
4) Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pertanyaan koesioner
Skor yang dihasilkan dikategorikan dibagi tiga sama besar sehingga diperoleh
1) Baik (76-100)
3) Kurang (<56%)
18
2.3 Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir
(Riskesdas, 2007) dan menurut (Wati, 2011).PHBS (perilaku hidup bersih dan
tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab penyakit
seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih.
Terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang berbahan dasar
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang bertujuan
salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan tangan dan jari-jemari
dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang bertujuan agar tangan menjadi
bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar adalah dengan menggunakan sabun
19
2.3.2 Langkah-Langkah Cuci Tangan
Gambar 1: Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air dan sabun (WHO,
2008)
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan 40-
20
1. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun dengan
2. Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan
5. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
7. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan.
Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara
membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan, maka
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan
kulit,infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan
Rahmawati, 2012)
1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun dll)
21
3. Sebelum memegang makanan
6. Setelah bermain
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Motivasi
4. Lingkungan
22
2.3.6 Konsep Anak Usia Sekolah
anak usia sekolah merupakan anak dengan usia 6-12 tahun. Periode anak
usia sekolah terbagi menjadi tiga tahapan usia yaitu: tahap awal 6-7 tahun, tahap
pertengahan 709 tahun, dan tahap pra remaja 10-12 tahun (Potter dan Perry,
2010). Sekolah dapat memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari
kehidupan yang secara relative bebas bermain. Anak pada usia sekolah menurut
sehingga individu dapat menjadi anggota masyarakat yang diterima dan menjadi
seorang yang produktif (Potter dan Perry, 2010). Lingkungan pada anka usia
dengan orang lain. Anak usia sekolah identic dengan hubungan perkelompokan
usia sekolah lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan masa sebelumnya
Karakteristik anak usia sekolah yang sedang dalam pertumbuhan biasanya akan
mengkonsumsi segala jenis makanan agar asupan energy yang dibutuhkan sesuai
berpikir dengan cara yang logis bukan sesuatu yang abstark (Potter dan Perry,
2010). Pada usia 7 tahun anak memasuki tahap pieget ketiga yakni perkembangan
nyata dan runut dari apa yang ia rasakan. Mereka mulai menggunakan proses
23
Perkembangan psikososial anak usia sekolah dilihat dari perjuangan anak
mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang penting bagi mereka untuk dapat
sejajar dengan orang dewasa. Anak usia sekolah menurut (Erikson dan
Wong,2009) berada dalam fase industry. Anak mulai mengarahkan energy untuk
belajar berkompetisi dan beekerja sama dari aturan yang diberikan (Wong, 2009).
social (Santrock, 2008,;Wong, 2009). Anak usia sekolah sangat rentan dengan
positive, namun jika mendapatkan kegagalan anak akan menarik diri dari
aturan sebagai prinsip dasar kehidupan mereka, bukan hanya perintah dari orang
lain yang memiliki otoritas. Hubungan dengan teman sebaya juga terlihat pada
konvesional (Muscari, 2007). Perkembangan moral sejalan dengan usia piker anak
usia sekolah yang lebih logis (Hockenbery dan Wilson, 2007). Anak pada usia
sekolah dapat memahami standart perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada
24
bagaimana harus memperlakukaan orang lain sesuai dengan apa yang ingin
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembekatau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Survei Kesehatan Nasional tahun
2006 menempatkan diare pada posisi tertinggi kedua sebagai penyakit paling
berbahaya. Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-
dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-
dapat dikurangai dengan perilaku hidup sehat yaitu cuci tangan pakai sabun
cuci tangan pakai sabun (CTPS) bagi kesehatan. Secara klinis penyebab diare
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
25
Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, oleh karena itu sangat
penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun
berbagai penyakit menular seperti diare. Praktek CTPS juga dapat mencegah
Perilaku sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia.Hal ini
karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di
masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun.
mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja
melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir
tangan(Syahputri, 2011).
26
BAB 3
KERANGKA KONSEP
: yang di teliti
27
3.2 Hipotesis
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
dan menguji antara 2 variabel yang menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data variabel hanya satu kali pada satu saat (Notoatmodjo,
4.2.1 Populasi
2010).Populasi pada penelitian ini adalah semua anak kelas I,II,III,IV,VI di SDN
penelitian sebanyak 95 siswa yang terdiri 10 orang dari kelas I, 15 siswa dari
kelas II, 25 siswa dari kelas III, 25 siswa dari kelas IV dan 20 siswa dari kelas VI.
4.2.2 Sampel
29
2010).Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Pada Setiap Kelas Dengan Menggunakan Simple
( rumus slovin )
Keterangan
a. Kriteria Inklusi
sampel penelitian (Nursalam, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
b. Kriteria Eksklusi
karena tidak mempengaruhi syarat, pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah:
30
1. Mengundurkan diri saat penelitian
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada. Pada penelitian ini pengambilan sampling dengan
2010).
Kabupaten Jember.
dimaksut atau tentang apa yang dikur oleh variabel yang bersangkutan
31
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
32
jumlah
skor )X 100:
28
Dikatagorikan
1. Cuci
tangan
baik, jika
skor
dalam
rentang
(76%-
100%)
2. Cuci
tangan
cukup,
jika skor
dalam
rentang(6
0%-75%)
3. Cuci
tangan
kurang,
jika skor
dalam
rentang
(<60%)
5.
kuesioner Nominal
Variabel Penyakit Hasil 1. Ya
dependen diare yang jawaban (kejadi
: pernah responden an
Kejadian dialami 1.Pernah diare)
Diare siswa/siswi sakit diare 2. Tidak
SDN dalam kurung (kejadi
Kertonegoro waktu 3 an
03 dalam 3 bulan terakhir diare)
bulan
terakhir: 2. Tidak
Dengan Pernah
tanda-tanda mengalami
1. Bab dalam sakit diare
sehari dalam 3
lebih bulan terakhir
dari tiga
kali
2. Kualitas
feses yang
33
di
keluarkan
cair
3. Mengeluh
kram perut
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses
1. Data primer yaitu data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Pada penelitian ini menggunakan
data primer siswa siswi kelas 1,2,3, 4 dan 6 SDN Kertonegoro 03 Jenggawah
Jember.
yang sedang dihadapi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah
34
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mendatangi sekolah
Kabupaten Jember.
peneliti.
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar
diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
menjawabnya yaitu responden memilih salah satu jawaban dari salah satu soal
35
baik, cukup dan kurang. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan score agar
soal 1, cara menjawabnya yaitu responden memilih salah satu jawaban dari salah
satu soal dengan cara mencentang/memberi tanda contreng (√) dengan memilih
Kuesioner sebagai alat ukur penelitian perlu diuji coba terlebih dahulu
1. Validitas
instrument dan pengumpulan data instrument harus dapat mengukur apa yang
2. Reliabilitas
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali kali dalam waktu yang berlainan.
Alat dan cara mengukur atau mengamati sama sama memegang peranan yang
penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reliable belum
tentu akurat dalam suatu penitian non sosial reabilitas suatu pengukuran atau
36
pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada penitian keperawatan, terutama
a) Editing
1. Memriksakelengkapanjawabanpertanyaanpadakuisionersecarakeseluruhan
b) Coding
Memberi tanda code pada jawaban secara angka.Hal ini dimaksudkan untuk
37
3) Kode untuk variabel jenis kelamin ada 2 karegori yaitu :
c) Scoring
variabel skor yang ada dijumlah, masing – masing responden mendapat total skor
(2)Cukup 56%-75%
(3)Kurang <56%
d) Cleaning
a. AnalisisUnivariat
38
Adalah analisis terhadap tiap variable dari hasil penelitian baik variable
b. AnalisisBivariat
cuci tangan dengan kejadian diareUji statistiknya adalah uji komparasi data
square, alpha α=0,05 keteranganya H0 ditolak bila > 0,05 dan Hα di terima bila <
0,05.
1. Informed consent
akan di teliti agar subjek mengerti maksud dan tujuan dari penelitian .bila
(hidayat, 2007)
2. Tanpanama (Anonimity)
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
39
Semua informasi yang telah di kumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan kepada pihak yang
40