Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Judul penyuluhan : Kepatuhan Berobat


Sasaran : Klien dan Keluaganya di RSJ Mutiara Sukma.
Tempat : Di Klinik Rawat Jalan
Hari/Tanggal : Kamis , 16 Februari 2016
Waktu : 30 Menit, (Pkl : 09. 00- 09.30 Wita).

A. ANALISA SITUASI
1. Peserta
Peserta penyuluhan ialah Klien Keluarga yang ada di RSJ Mutiara Sukma. Umur
rata-rata ≥ 25 tahun.
2. Kelas / Ruangan/ tempat
a) Tempat yang digunakan ialah : Di Klinik Rawat Jalan RSJ Melati Sukma.
b) Vasilitas yang tersedia antara lain
3. Pengajar / fasilitator : Mahasiswa STIKES MATARAM

B. TUJUAN INSTUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan kelurga klien bisa mengetahui
pentingnya berobat secara teratur.

C. TUJUAN KHUSUS :
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien dapat :
1. Mengetahui faktor yang mendukung kepatuhan klien berobat
2. Mengetahui faktor ketidakpatuhan klien berobat
3. Mengetahui jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan peningkatan
kepatuhan pada penggunaan obat.

D. MATERI PENYULUHAN
1. Faktor yang mendukung kepatuhan klien berobat
2. Faktor ketidakpatuhan klien berobat
3. Jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan peningkatan kepatuhan pada
penggunaan obat.

1
E. METODE :
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. MEDIA :
1. Leaflet

G. KEGIATAN
Waktu Kegiatan Kegiatan Responden
5 Menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan di berikan penyuluhan 3. Mendengarkan
15 Menit 1. Menjelaskan faktor yang mendukung kepatuhan klien berobat 1. Mendengarkan

2. Menjelasjkan faktor ketidakpatuhan klien berobat


2. Mendengarkan
3. Menjelaskan jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan
3. Mendengarkan
peningkatan kepatuhan pada penggunaan obat.

5 Menit 1. Meminta salah seorang audiens menjelaskan faktor 1. Menjelaskan


yang mendukung kepatuhan klien berobat
2. Menjelaskan
2. Meminta salah seorang audiens menjalaskan faktor
ketidakpatuhan klien berobat 3. Menjelaskan
3. Meminta salah seorang audiens menjalaskan jenis
kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan
peningkatan kepatuhan pada penggunaan obat.

5 Menit 1. Menyampaikan kesimpulan penyuluhan 1. Mendengarkan


2. Memberikan pesan moral kepada audiens 2. Mendengarkan
3. Mengucapkan salam penutup 3. Menjawab salam

H. EVALUASI
Standar Evaluasi
1. Klien dapat menjelaskan faktor yang mendukung kepatuhan klien berobat

2
2. Klien dapat menjelaskan faktor ketidakpatuhan klien berobat
3. Klien dapat menjelaskan jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan
peningkatan kepatuhan pada penggunaan obat.
Pertanyaan Evaluasi
1. Jelaskan faktor yang mendukung kepatuhan klien berobat
2. Jelaskan faktor ketidakpatuhan klien berobat
3. Jelaskan jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan peningkatan kepatuhan
pada penggunaan obat.

I. PENGORGANISASIAN
Moderator : Baiq Rohana Ayu Lasmi
Penyaji : Lalu Widakte
Fasilitator : Sri Suwarni
Fasilitator : Ijnah

J. SETTING TEMPAT

Keterangan
= Moderator

= Penyaji

= Observer

= Fasilitator

= Peserta penyuluhan

3
MATERI PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

A. Konsep Kepatuhan
Kepatuhan (complience), juga dikenal sebagai ketaatan (adherence) adalah
derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya.
Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi perjanjian, mematuhi dan menyelesaikan
program pengobatan, menggunakan medikasi secara tepat, dan mengikuti anjuran
perubahan perilaku atau diet.perilaku kepatuhan tergantg pada situasi klinis
tertentu, sifat penyakit dan program pengobatan (Kaplan & Sadock,2010)
Sackett dalam Niven (2002) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai
“sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
professional kesehatan”.
1. Berikut ini faktor yang mendukung kepatuhan pasien, juga mneyampaikan
suatu program tindakan yang terdiri dari lima elemen:
a. Pendidikan
Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti
penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien
yang dapat mempengaruhi kepatuhan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-
teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan terhadap program-program pengobatan.
d. Perubahan model terapi
Program-program pengobatan dapat dibuat sederhana mungkin, dan
pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara
ini komponen-komponen yang lebih kompleks.

4
e. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien.
Merupaksuatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada
pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebab
dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti ini.

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya
diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang,
penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar
dan tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit
menahun.
2. Terdapat lima faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan yaitu :
a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan tersebut,
b. Tidak mengertinya tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan
yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya,
c. Sukarnya memperoleh obat luar rumah sakit,
d. Mahalnya harga obat,
e. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada
pasien.

3. Terdapat jenis kepatuhan, akibat dari ketidakpatuhan dan peningkatan


kepatuhan pada penggunaan obat, antara lain:
a. Jenis ketidakpatuhan
Pengobatan akan efektif apabila mematuhi aturan dalam pengobatan,
adapun bebrapa jenis ketidak patuhan yang terjadi adalah disebabkan
oleh sebagai berikut:
1) Ketidakpatuhan pada minum obat, mencakup kegagalan menebus
resep, melalaikan dosis, kesalahan dosis, kesalahan dalam waktu
pemberian/ konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum
waktunya.

5
2) Tidak menebus resep obatnya, yaitu karena pasien/keluarga pasien
tidak merasa memerlukan obat atau tidak menghendaki
mengambilnya. Ada juga pasien yang tidak menebus resepnya
karena tidak mampu membelinya.
3) Kesalahan pada waktu konsumsi obat, yaitu dapat mencakup situasi
yang obatnya dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu
makan. Contohnya 1 jam sebelum makan dan 2 jam sesudah
makan.
4) Penghentian pemberian obat sebelum waktunya, pasien harus
diberitahu pentingnya penggunaan obat antibiotik yang dikonsumsi
sampai habis selama terapi.
5) Pemberian obat kurang dari dosis yang tertulis dan penghentian
obat sebelum waktunya, faktor lain yaitu ketidak patuhan
mencakup pengetiketan yang tidak benar dan penggunaan”sendok
teh” yang mempuyai berbagai volume yang berbeda.
6) Pasien rawat jalan yang tidak patuh karena tidak mengerti intruksi
penggunaan dengan benar dan ada yang salah menginterpretasikan,
selain itu kemugkinan ketidak patuhan pasien rawat jalan karena
kurangnya pengawasan terafi.
b. Akibat ketidakpatuhan
1) Ketidak patuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang
kurang. Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat terafi
yang diantisipasi dan kemungkinan mangakibatkan kondisi yang
diobati secara bertahap menjadi buruk.
2) Seorang pasien menghentikan penggunaan antibiotik untuk
pengobatan suatu infeksi apabila gejala telah mereda, dan
karenanya tidak menggunakan semua obat yang ditulis, hal ini
menyebabkan kembali kekambuhan, penyakit kambuh lagi karena
diakibatkan oleh ketidak patuhan dari pada disebabkan timbulnya
resisten terhadap obat.

6
c. Peningkatan kepatuhan
Dalam meningkatkan kepatuhan komunikasi merupakan cara antara tim
medis dan pasien dalam berbicara mengenai obat yang ditulis.
Keefektifan komunikasi akan terjadi penentu utama kepatuhan pasien.

Dibawah ini merupakan peranan dalam menghadapi masalah


ketidakpatuhan yaitu:
1) Mengidentifikasi faktor resiko yaitu mengenai individu yang
mungkin tidak patuh, sebagai mana diduga oleh suatu
pertimbangan berbagai resiko yang perlu diperhitungkan dalam
merencanakan terafi pasien, agar regimen sejauh mungkin
kompatibel dengan kegiatan normal pasien.
2) Pengembangan rencana pengobatan harus didasarkan pada
kebutuhan pasien, apabila mungkin pasien harus menjadi partisipan
dalam kepatuhan pemberian regimen terafi. Untuk membantu
ketidak nyamanan dan kelalaian, regimen harus disesuaikan agar
dosis yang diberikan pada waktu yang sesuai dengan jadwal pasien.
3) Alat bantu kepatuhan yang meliputi pemberian label dan kalender
pengobatan dan kartu pengingat obat sehingga pasien mengerti
tentang penggunaan dalam membantu pasien mengerti obat yang
digunakan, kapan digunakan, dan mengenai dosis obat yang
digunakan.

B. Konsep Psikofarmakologi
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat
neuroleptika (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental
bersifat komprehensif, yang meliputi:
1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka,
lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT)
2. Psikoterapeutik
3. Terapi modalitas

7
Psikofarmakologi
1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi
2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan
GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan
menimbulkan kekacauan atau gangguan mental
5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan
neurotransmitter
6. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur
jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak
7. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat
mempengaruhi sistem saraf
8. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi
akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan
antara dopamin dan asetilkolin
9. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat
penggunaan obat penghambat acetilkolin.

Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:
1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson
2. Anti depresi
3. Anti maniak
4. Anti cemas (anti ansietas)
5. Anti insomnia
6. Anti obsesif-kompulsif
7. Anti panik

8
Yang Paling Sering Digunakan Oleh Klien Jiwa
1. Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik:
neuroleptika.
Mekanisme kerja: Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan
substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi:
delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak
dan paranoid
Efek Samping Antipsikotik
a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)
1) Parkinsonisme
Efek samping ini muncul setelah 1 – 3 minggu pemberian obat.
Terdapat trias gejala parkonsonisme:
 Tremor: paling jelas pada saat istirahat
 Bradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan
reiprokal pada saat berjalan
 Rigiditas: gangguan tonus otot (kaku)
2) Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota
tubuh tidak terkontrol
3) Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan,
seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup,
langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk.
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible
(bisa hilang/kembali normal).
4) Tardive dyskinesia

9
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah
pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah
hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada
lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari,
dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang
termasuk efek samping anti kolinergik adalah:
 Mulut kering
 Konstipasi
 Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese
otot-otot siliaris) menyebabkan presbiopia
 Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik
 Kongesti/sumbatan nasal
Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan:
 Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)
 Halloperidol disingkat Haldol
 Serenase
2. Anti Parkinson
Mekanisme kerja: Mmeningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.
Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).
3. Anti Depresan
Hipotesis: Syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa
aminergic neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada
sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem limbik.
Mekanisme kerja obat:
 Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter
 Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter

10
 Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine
Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik
neurotransmitter pada neuron di SSP.

Efek farmakologi: Mengurangi gejala depresi


Penenang
Indikasi: syndroma depresi
Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor,
amitriptyline (nama dagang).
Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem
saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur,
konstipasi, hipotensi orthostatik.

4. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate


Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamin.
Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.
Efek farmakologi:
 Mengurangi agresivitas
 Tidak menimbulkan efek sedatif
 Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea
Indikasi: Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania
dengan kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan
obat antipsikotik.
Efek samping: Efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan
terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.
Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang
koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal
(meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan
oedema.

11
5. Anti Ansietas (Anti Cemas)
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain:
diazepam (chlordiazepoxide).
6. Obat Anti Insomnia: phenobarbital
7. Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine
8. Obat Anti Panik: imipramine
Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
1. Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi:
2. Diagnosa medis
3. Riwayat penyakit
4. Riwayat pengobatan
5. Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan)
6. Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian
7. Program terapi lain
8. Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas
9. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum
obat dan penanganan efek samping obat
10. Monitor efek samping penggunaan obat
Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka
1. Persiapan
a. Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status)
b. Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat,
dosis, efek samping dan cara pemberian
c. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
d. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
a. Gunakan pendekatan tertentu
b. Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
c. Pastikan bahwa obat telah diminum
d. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek
legal

12
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

EVALUASI
Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi

13
Daftar Pustaka

http://kumpulan askep.com/blog/satuan-acara-penyuluhan-SAP jiwa

http://perawatan home-care.blog spot.com/2010/07/sap peran keluargq dalam

pencegahan.html

Videbeck,s.l 2012 Buku Ajar keperawatan jiwa jakarta :EGC

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA KLIEN GANGGUAN JIWA
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ MUTIARA SUKMA
NTB

OLEH :

LALU WIDAKTE
NPM. 015.02.0281

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2016

15

Anda mungkin juga menyukai