Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

DINAS PEKERJAAN UMUM


Alamat :Jl. Wolter Monginsidi Kompleks Perkantoran Pemkab. Kutai Kartanegara
E-mail: Email : sekretariat@dpukukar.com Website : http://www.dpukukar.com
TENGGARONG 75511

PROGRAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

SPESIFIKASI TEKNIS
KEGIATAN :
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PRIMER
DAN SEKUNDER PADA DAERAH IRIGASI YANG LUASNYA DIBAWAH 1000 HA
DALAM 1 (SATU) DAERAH KABUPATEN/KOTA

SUB KEGIATAN :
Peningkatan Jaringan Irigasi Permukaan

PEKERJAAN :
Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong

SUMBER DANA
APBD PEMERINTAH KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA

TAHUN ANGGARAN 2023


PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
DINAS PEKERJAAN UMUM
Alamat :Jl. Wolter Monginsidi Kompleks Perkantoran Pemkab. Kutai Kartanegara
E-mail: Email : sekretariat@dpukukar.com Website : http://www.dpukukar.comTENGGARONG 75511

SPESIFIKASI TEKNIS
PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI DI MANGKURAWANG KEC. TENGGARONG

BAB I
UMUM

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka mendukung ketahanan pangan secara nasional, Kabupaten Kutai Kartanegara
melalui Dinas Pekerjaan Umum perlu melakukan kegiatan Pembangunan Dan Peningkatan
Jaringan Irigasi dengan item pekerjaan : Pembangunan Jaringan Irigasi dan Sarana
pendukung Lainnya. Sebagai bagian tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara
utuh, kegiatan tersebut diatas diarahkan untuk mendukung sub sektor tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.

Untuk mendukung misi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu
berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik kepada warganya yang salah satu
diantaranya adalah pada sarana dan prasarana pertanian. Untuk lebih mengoptimalkan
kegiatan baik pembangunan, peningkatan serta pemeliharaan Jaringan Irigasi maka
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pekerjaan Umum memandang
perlu adanya Pembangunan Dan Peningkatan Jaringan Irigasi Di Kecamatan Tenggarong
khusunya Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong

1.2 Maksud danTujuan


Spesifikasi Teknis ini merupakan pedoman bagi Pelaksana Konstruksi yang memuat masukan
(input), azas, kriteria, keluaran (output) dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan pekerjaan. Dan bertujuan agar Penyedia Jasa dapat
melaksanakan tugas dan tanggung kewajiban serta tanggung jawabnya dengan baik sesuai
dengan spesifikasi barang dan jasa yang diinginkan.

1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang
Kec. Tenggarong adalah sebagai berikut :
• Penyelesaian pekerjaan konstruksi Jaringan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya yang
tepat waktu.
• Pelaksanaan pekerjaan konstruksi Jaringan Irigasi yang sesuai dengan spesifikasi teknis
(Umum Dan Khusus).
• Mendapatkan Konstruksi Jaringan Irigasi Pertanian yang Optimal baik dari Segi Teknis dan
Waktu Pelaksanaan Konstruksi.
1.4 Sumber Dana
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber dana APBD Pemkab Kutai Kartanegara Tahun Anggaran
2023.

1.5 Nama Dan Organisasi Kerja Pejabat Pembuat Komitmen


Pejabat Pembuat Komitmen : NORJIKIN TRI WANTI, ST
Organisasi Kerja : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara

BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa adalah berpedoman pada:
Gambar Detail Desain Konstruksi, Daftar Kuantitas (BOQ), Metode Pelaksanaan, Spesifikasi
Teknis untuk pekerjaan Jaringan Irigasi yang dimaksud, Rencana Mutu Kontrak, serta
dokumen-dokumen lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Surat Perjanjian Jasa Konstruksi (Kontrak).
Lingkup kegiatan tersebut antara lain meliputi :

2,2 SPESIFIKSI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI


1.1.1 Perkerasan Beton Semen diklasifikasikan sebagai Cor Beton. Beton
yang dibuat dilokasi setempat (Site Mix) oleh Pelaksana Kegiatan dan
telah memenuhi standard Mutu Beton yang di Uji dan Campuran yang di
mana bahan- bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Pengawas;
1.1.2 Membuat tes pengujian terhadap material konstruksi sebelum memulai
dan sesudah pekerjaan selesai ( jobmix formula material dan test quality
material, test core dril (jika diperlukan), dan test lainnya yang dianggap
perlu dan harus dari pihak independen seperti universitas teknik sipil atau
kelembagaan lainnya
1.1.1 Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mempunyai mutu setara
Semen Portland, atau type lain yang disetujui oleh Direksi. Semen yang dipakai
harus produksi dalam negeri dan sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03 atau
standar lain yang setara atau lebih tinggi.
1.1.2 Besi yang digunakan harus wajib memenuhi standart SNI 07-2052-2002
1.1.3 Mengajukan Approval Material sebelum memulai Pekerjaan.

2.2 SPESIFIKASI PROSES KEGIATAN


2.2.1 Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang telah
disusun oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan spesifikasi teknis),dengan
segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing
pelelangan,serta ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis yang
dipersyaratkan);
2.2.2 Pelaksanaan pekerjaan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja
Pelaksanaan dan selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan hingga berita
acara serah terima pekerjaan yang dilanjutkan pemeriksaan pekerjaan oleh
panitia penerima pekerjaan. Semua administrasi pelaksanaan konstruksi dan
pengawasan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat beserta petunjuk teknis pelaksanaannya;
2.2.3 Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan
(bahan,tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan
kualitas hasil pekerjaan,seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis
Umum.
2.2.4 Empat Belas (14) hari setelah menerima Surat Penunjukan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan Jadwal Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan berisi jadwal
pelaksanaan semua pekerjaan dan pekerjaan sementara yang harus dikerjakan
berdasarkan Kontrak. Jadwal Pelaksanaan ini harus sesuai dengan hari
kalender, jangka waktu yang diperlukan, tanggal mulai paling awal, tanggal
selesai paling awal dan paling lambat, lama pelaksanaan dan sebagainya.
Jadwal tersebut diatas diserahkan sesuai dengan modifikasi dan perubahan yang
diperlukan oleh Direksi Pekerjaan di dalam waktu yang logis. Jadwal
Pelaksanaan yang direvisi yang sudah disetujui dan sudah ditandatangani oleh
Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus dianggap merupakan Jadwal
Pelaksanaan yang mengikat dan menjadi bagian dari Dokumen Kontrak.

2.2.5 Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa dan
Pengawasan Konstruksi.
2.2.6 Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Rencana Keselamatan Konstruksi Yang telah di
identifikasi bahaya dan resiko di tiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan
antara lain :
1. Pekerjaan Persiapan
➢ Mobilisiasi dan Peralatan
Identifikasi Bahaya :
➢ Terjadi Kecelakaan pada saat mobiliasi dan Demobilisasi alat
Konstruksi
➢ Resiko Kendaraan Pembawa Alat Konstruksi terguling dan atau
tidak mampu saat menanjak
➢ Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang
➢ Jatuh dari Ketinggian atau pada tingkat yang berbahaya
➢ Kejatuhan Peralatan
➢ Pemotongan Pohon dan Pembersihan
➢ Jatuh dari Ketinggian atau pada tingkat yang berbahaya
➢ Kejatuhan Peralatan
➢ Tertimpa Reruntuhan Pohon
➢ Papan Nama Proyek
➢ Terjatuh dari ketinggian
➢ Balok Penyangga patah
➢ Tertimpa benda
2. Pekerjaan Tanah
Identifikasi Bahaya
➢ Terjatuh kedalam lubang galian menimbulkan luka ringan/sedang
➢ Terkena cangkul pada saat menggali
➢ Terkena benda bebahaya dalam tanah
➢ Tertimbun material tanah
3. Pekerjaan Beton
Identifiksi Bahaya
➢ Tertusuk Ujung Besi
➢ Terjepit Besi pada saat pengangkatan
➢ Perancah ambruk
➢ Bekisting Jebol
➢ Balok Perancah Patah
➢ Jatuh dari Platform
➢ Terbentur Benda jatuh
5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

2.4 KELUARAN
Keluaran dari Produk akhir Kegiatan ini merupakan tersedianya Jaringan Irigasi Yang
Kokoh yang dapat mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Masyarakat.

2.5 Jangka Waktu Penyelesaian


Jangka waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan yaitu 90 (Sembilan Puluh) hari
kalender terhitung sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan.

2.6 Personil
Personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
Mempunyai SKT Pelaksana Pekerjaan Jaringan Irigasi, dengan pengalaman kerja
minimal 2 (Dua) tahun dengan jumlah personil 1(satu) orang.
2. Petugas K3 Kontruksi
Memiliki Sertifikat Petugas K3 Kontruksi, dengan jumlah personil 1(satu) orang.

2.7 Peralatan
Jenis alat yang digunakan :
No. Nama Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Excavator Mini 40 - 60 HP 1 Unit
2 Molen 0,3 m3 2 Unit
2.8 Item Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi
2. Pembersihan Lahan

II. PEKERJAAN SALURAN


1. Galian Tanah Biasa Sedalam > 0 s/d 1 m
2. Bekisting
3. Pasir Urug
4. Besi Wiremesh M8 (Ø8 mm)
5. Besi Tulangan Ø8
6. Pembuatan 1m3 Beton Fc = 14,5 Mpa (K175)
7. Finishing Acian

III. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

2.9 Spesifikasi Metode Pelaksanaan Kerja Konstruksi

➢ RAPAT PCM (Pre Contruction Meeting)

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor mebuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Kontrak (RK3K), kemudian dilakukan
Rapat bersama dengan Pejaboat Pembuat Komitmen terkait, Pengawas terkait, dan juga
penyedia jasa, untuk membahas dan pemaparan metode pelaksanaan serta schedul
pelaksanaan. Dalam rapat ini juga dibahas permasalahan - permasalahan yang mungkin
muncul selama pelaksanaan pekerjaan serta penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan
untuk mengantisipasinya.
➢ Sosialisasi
Bersama Pengguna Jasa, Kontraktor harus melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang
akan dilaksanakannya proyek dengan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan
aparatur pemerintah setempat.
Kantor lapangan, gudang, bengkel, barak kerja dan laboratorium beserta fasilitas lainnya
Penyedia jasa akan membuat / menyiapkan kantor lapangan, gudang, bengkel, barak kerja
dan laboratorium beserta fasilitasnya yang akan digunakan Pengguna Barang / Jasa,
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan Pengguna Barang / Jasa.
Penyedia Jasa akan menyediakan akomodasi kantor lapangan yang cocok dan fasilitas
yang memenuhi kebutuhan proyek jumlah ruangan yang cukup untuk menampung seluruh
kegiatan disertai peralatan yang memadai.
➢ MOBILISASI
Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan
dan penyelesaian pekerjaan termasuk Koordinator Manajemen dan Keselamatan kerja
(KMKK) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar yang tercantum dalam
Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan ini.

➢ KESELAMATAN KERJA.
Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan dan memperhitungkan faktor
keselamatan umum dan pekerja pada saat proses pekerjaan berlangsung. Pelaksana wajib
menyediakan peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), memberikan BPJS
Tenaga Kerja sesuai dalam Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS,
kepada para pekerja sebagai antisipasi kecelakaan kerja, menyediakan APD (Alat
Pelindung Diri) untuk pekerja sesuai dengan kebutuhan jika diperlukan.

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI TINGKAT RESIKO


BAHAYA
(1) (2) (3) (4)
1. PEKERJAAN PASANGAN Jenis Bahaya dan Resiko Kecil
Cor Beton K-175 ✓ Terluka akibat
material (pasir,
batu, sisa
bekisting)

➢ JAMINAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA


Untuk menjamin pekerja yang bergerak di bidang jasa konstruksi perusahaan jasa
konstruksi wajib mendaptarkan pekerjanya dalam program BPJS jasa konstruksi
sebagaimana telah di atur dalam undang-undang dan peraturan lainnya.

➢ PAPAN NAMA PROYEK


Papan nama kegiatan/proyek dipasang sebelum pekerjaan akan dimulai, yang berguna
untuk memberitahukan kepada masyarakat sekitar bahwa di lokasi/daerah sekitar akan
dilakukan kegiatan proyek dengan isian data-data umum tentang kegiatan.
Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan
Tujuan pengukuran adalah untuk memproyeksikan hasil desain ke lapangan, baik itu posisi
koordinat, elevasi pekerjaan agar tidak berubah pada lokasi yang telah direncanakan.
➢ Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengukuran antara lain:
GPS (Global Position System) untuk mengukur jarak, Waterpass 1 unit untuk mengukur
profil melintang, Meteran 1 Unit, 50 M
➢ Material/Bahan
Kayu Kaso,Uk.4x6, Cat Minyak, Spidol ,dan Kamera
➢ Teknik Pengukuran
Untuk Profil Melintang ,Pengukuran menggunakan meteran baik itu lebar atas maupun
lebar bawah secara Detail sesuai Gambar Perencanaan ( Desain ).
Pengukuran Profil Memanjang Dan Bangunan Pelengkap
Untuk Pengukuran Profil Memanjang terhadap Bentuk Saluran, Saluran Pasangan, Saluran
Pembawa, Lenning Dan Lain- Lain Dengan Cara Di Track Dan Lain – Lain Cukup Di Ambil
Titik Koordinat ( Poin ), Selain Mengunakan GPS Pengukuran Di Bantu Dengan
Mengunakan Meteran.
Untuk profil melintang Saluran pengukuran menggunakan meteran,baik itu lebar atas
saluran maupun lebar bawah saluran dan kedalaman saluran secara detail sesuai pada
gambar perencanaan (desain).
Setelah dilakukan pengukuran jarak dan pengukuran profil melintang saluran dilakukan
pematokan pada jarak per 100 meter dengan menggunakan patok kayu Reng panjang (50
s/d. 70 cm) yang sudah diruncing, dicat dan sudah ditandai jarak dengan menggunakan cat
warna /spidol yang tidak luntur.

Penyedia jasa dan pengguna jasa melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi pekerjaan untuk menyiapkan
gambar kerja / shop drawing (Mutual Check 0%).

➢ Perhitungan Awal dan Rescheduling


Perhitungan awal digunakan untuk mengetahui kebutuhan volume yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi riil lapangan saat ini serta untuk mengantisipasi barangkali ada pekerjaan
tambah kurang sehingga dapat dilakukan perubahan di awal sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai dan menyusun ulang Schedule pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
hasil perhitungan kembali yang dilakukan bersama dengan pengawas lapangan.
Hasil pemeriksaan bersama di tuangkan dalam Berita Acara, Apabila dalam pemeriksaan
bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak, maka akan dituangkan dalam addendum
kontrak ( Berita Acara Mutual Check 0 % ).
Pelaksanaan : Pemasangan profil yang menjadi batas pekerjaan
➢ PEKERJAAN GALIAN
Semua dimensi galian harus dikerjakan menurut syarat-syarat yang ditentukan pada
gambar atau ditentukan Konsultan Pengawas/ Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK).
Galian tidak boleh dimulai sebelum ada izin dari Konsultan Pengawas/ Pejabat Pembuat
Komitmen ( PPK ). Galian harus mencakup pembuangan pada tempat ditentukan pada
gambar rencana atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas/ Pejabat Pembuat Komitmen (
PPK ).
Teknis pelaksanaan pekerjaan
A. Pekerjaan persiapan
1). Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan galian tanah.
2). Persiapan lahan kerja.
3). Persiapan alat bantu kerja, antara lain: theodolith, meteran, waterpass, cangkul,
belincong, pengki, benang, selang air, dll.
B. Pekerjaan pembersihan lahan
Lokasi pekerjaan dibersihkan dari semak-semak, pepohonan, rerumputan, sampah-
sampah, dll.
C. Pekerjaan pengukuran
1). Setelah posisi titik ukur tetap ditentukan, berdasarkan titik tetap tetap tersebut
dilakukan pengukuran terhadap titik dan elevasi galian tanah.
2). Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat.
D. Pekerjaan galian tanah
1). Pekerjaan galian tanah dengan menggunakan alat manual cangkul dan belincong,
apabila kondisi lahan memungkinkan pekerjaan galian tanah dapat menggunakan alat
bantu excavator.
2). Pasang patok dan benang untuk acuan galian.
3). Gali tanah dengan acuan patok dan benang yang telah dipasang.
4). Buang tanah sisa galian pada area yang telah ditentukan dan tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
5). Galian tanah dilakukan sampai kedalaman dan lebar sesuai rencana.
6). Pada setiap periode tertentu kedalaman galian tanah selalu diperiksa dengan
menggunakan alat ukur manual atau dengan theodolith.
7). Bila ada genangan air dalam galian maka disediakan pompa drainase secukupnya
supaya air dapat segera dipompa ke luar, sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.
8). Melakukan pembersihan lahan pekerjaan dari bekas-bekas hasil pekerjaan.

➢ PEKERJAAN COR BETON K-175


Teknis pelaksanan pekerjaan
A. Pekerjaan persiapan
1. Pekerjaan pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian Cor lantai,
dinding. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur theodolithe
2. Pembuatan bekisting
3. Pekerjaan bekisting lantai, dinding harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam
pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan
pelat yang akan dibuat. Pekerjaan pelat dilakukan langsung di lokasi dengan
mempersiapkan material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.
4. Bekisting dinding dipasang di dua sisi luar dan dalam , dinding cor.
5. Pabrikasi tulangan
Pembesian plat diletakan diatas elevasi yang telah siap, dengan tahapan galian,
pengurugan pasir, pemasangan plastic cor.
Pemasangan bekisting dinding lantai dilakukan setelah pengecoran lantai dilakukan
pengecoran terlebih dahulu.

B. Pekerjaan bekisting
1. Penyanggah dinding disusun berjajar bersamaan dengan penyanggah untuk dinding
yang sejajar. Karena posisi pelat dinding dapat saling menahan terhadap dorongan.
2. Pada U-head dipasang horizontal balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
3. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood
dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan
kebocoran pada saat pengecoran.
4. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar
beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
5. Setelah pemasangan bekisting dinding, dianggap selesai selanjutnya pengecekan tinggi
level pada bekisting dinding dengan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk
pelat sudah siap.

C. Pekerjaan penulangan
1. Pembesian dinding cor (wiremesh) bersamaan dengan besi tulangan diangkat
menggunakan tenaga manusia dan dipasang.
2. Letakkan beton deking dibawah tulangan untuk mendapatkan posisi pembesian
ditengah-tengah lebar atau selimut beton. Pasang juga tulangan siku pada sudut-sudut
dinding.
5. Setelah pembesian pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist/ pemeriksaan untuk
tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, jarak
tulangan, pembesian siku, pembesian pelat terhadap dinding, jumlah dan jarak tulangan
ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di dinding dan kebersihannya.

D. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran pelat dilakukan apabila pekerjaan bekisting dan pembesian telah selesai
dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui
surat izin pengecoran dari konsultan pengawas.
Tahap-tahap pekerjaan pengecoran pelat lantai :
1. Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran pelat
kepada konsultan pengawas.
2. Periksa kebersihan lokasi balok dan pelat sebelum pengecoran.
3. Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.

E. Pekerjaan pembongkaran bekisting


Pembongkaran bekisting dinding dilakukan 3 hari setelah pengecoran. Hal ini didasarkan
pada usia beton yang masih rawan pecah.

F. Perawatan atau Curing Beton Pelat


Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap baik
dilakukan perawatan beton. Perawatan dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi
permukaan beton dengan bahan Compound yang dilakukan minimal 1 kali dalam
seminggu.

➢ PEKERJAAN DEMOBILISASI
·Jika seluruh pekerjaan fisik telah selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan demobilisasi sisa-sisa material, bongkaran, tenaga kerja dan peralatan dan
Personil. Lokasi pekerjaan dibersihkan dari bekas-bekas (sisa pelaksanaan).
· Persiapan pekerjaan akhir
Sebelum waktu pelaksanaan berakhir dilakukan persiapan untuk serah terima pekerjaan
yang pertama (PHO)

Pelaksanaan pekerjaan untuk MC 100% :


a. Pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan yang telah dilaksanakan
b. Penggambaran untuk dibuat gambar purna laksana As Built Drawing
c. Perhitungan MC 100 % untuk mengetahui nilai pekerjaan yang dilaksanakan
d. Pemeriksaan bersama dengan Tim penerima akhir pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan serah terima pekerjaan

2.10 Laporan dan Foto

a) Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan Syarat-
syarat Kontrak. Program tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart dan
network planning yang dilengkapi dengan daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :

• Mulai tanggal paling awal


• Mulai tanggal paling akhir
• Waktu yang diperlukan
• Waktu float
• Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan

Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan pekerjaan
sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang diperlukan untuk persiapan dan
persetujuan gambar-gambar, pengiriman peralatan dan bahan kelapangan dan juga
kelonggaran dengan adanya hari libur umum maupun keagamaan.

b) Laporan Kemajuan Pelaksanaan


Sebelum tanggal (10) sepuluh tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Penyedia jasa harus menyerahkan 5 (lima) salinan laporan Kemajuan Bulanan
dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu.

Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :

• Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai


pada bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan
pada bulan berikutnya.
• Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
prosentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan
yang dicapai pada bulan laporan.
• Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan
ramalan tanggal permulaan dan penyelesaiannya.
• Daftar tenaga setempat
• Daftar perlengkapan konstruksi, peralatan dan bahan dilapangan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang
dan dipindahkan dari lapangan.
• Jumlah volume pekerjaan merupakan bagian pekerjaan tetap harus
diuraikan Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan
selama masa laporan.
• Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan kebutuhan
pembayaran yang diperlukan bulan berikutnya.
• Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul
atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan laporan.

b) Rencana Kerja Harian, Mingguan Dan Bulanan

Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang sudah
disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk minggu berikutnya. Rencana
tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, dan pekerjaan konstruksi lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan bahan, pengangkutan dan
peralatan dan lain-lain yang diminta Direksi.
Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara
tertulis, semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun untuk
hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah, pekerjaan beton
dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistim barchart
pada akhir bulan dan untuk bulan-bulan berikutnya. Rencana kerja ini harus
memperlihatkan tenggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan
volume pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan pada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.

c) Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan
album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan penjelasan
foto. Untuk setiap bagian tertentu dari pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi
minimal dibuat 3 seri foto yaitu sebelum pelaksanaan (0%), pada saat pelaksanaan
(50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%), dimana pada setiap tahap
pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari titik dan arah yang
sama sesuai yang sudah ditentukan sebelumnya.

Tiap foto berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut :


a. Detail Kontrak
b. Nama atau Lokasi
c. Tanggal Pengambilan
d. Tahap Pelaksanaan

Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan suatu set
pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada akhir
pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada Direksi dalam album-
album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara beraturan menurut lokasinya
masing-masing. Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0 %, 50 % dan 100 % dan
ditempelkan pada satu halaman.

2.11 Kantor Penyedia jasa, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh dsb

Penyedia jasa supaya menyerahkan rancangan tempat kerja dan bangunan sementara
secara umum kepada Direksi untuk mendapat persetujuan pada waktu yang ditetapkan.
Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan Direksi.
Perkampungan staf Penyedia jasa dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan
semua pelayanan yang perlu seperti saluran pembuang, penerangan, jalan, gang, tempat
parkir, pemagaran, kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan
pencegahan api sesuai dengan batas yang ditentukan dalam kontrak.

Penyedia jasa supaya juga melengkapi keperluan air bersih dan penerangan yang cukup
untuk kantor Penyedia jasa, perkampungan stafnya, pemondokan buruh, bengkel dan
tempat lainnya didaerah kerja.

2.12 Papan Tanda Proyek

a. Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara papan tanda proyek.
Papan tanda proyek harus menunjukkan dan memuat nama Pemilik Pekerjaan /
Proyek dan nama Penyedia jasanya, judul nama proyek disertai perkiraan jumlah
hari pelaksanaan.
2.13 Pengendalian Mutu
Bersama dengan Konsultan Pengawas, penyedia Jasa Harus melakukan pengendalian
Mutu dengan melakukan :

a. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala dengan unsur Konsultan


Pengawas, membuat laporan harian, laporan mingguan dan bulanan pekerjaan
konstruksi, dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan mingguan dan
bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas dan juga
Menyelenggarakan rapat secara berkala, membicarakan kemajuan pekerjaan yang
sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas
permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

b. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan


dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

c. Melakukan survey pengukuran ulang sebagai dasar dalam menyusun Field Engineering
terhadap kondisi awal dan rekayasa lapangan (penyesuaian rencana awal dan
kondisi/kebutuhan lapangan), sebagai syarat utama untuk membuat gambar kerja/shop
drawing dalam pelaksanaan konstruksi.

d. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan


dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

e. Membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dikoreksi oleh konsultan


pengawas untuk disahkan oleh PPK Kegiatan Konstruksi.

f. Melaksanakan kegiatan konstruksi berdasarkan pada Shop Drawing dan Request for
Work dan Rencana Mutu Kontrak.

g. Membuat gambar-gambar yang telah sesuai dengan pelaksanaan (As-Built


Drawing) sebelum serah terima pertama.

2.14 . Pengukuran Dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi saluran harus memuat :
a. Pengukuran
Kuantitas untuk pekerjaan konstruksi harus diukur berdasarkan jumlah unit/satuan yang
terpasang dan memenuhi garis dan elevasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Dasar Pembayaran
Kuantitas pekerjaan yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar dengan Harga
Satuan per satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan,
penanganan, pemancangan, penyambungan, perpanjangan, pemotongan, pengecatan,
perawatan, pengujian dan setiap peralatan lain yang diperlukan dan semua biaya lain yang
perlu dan biasa dialokasikan untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan dalam masing-
masing item pekerjaan.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan perhatian serta ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami sampaikan ucapan terima kasih.

Tenggarong, 12 April 2023


Pejabat Pembuat Komitmen

NORJIKIN TRI WANTI, ST


NIP.19730602 200112 1 003
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1. PENDAHULUAN

1.1. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut,
pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan,
cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air
yang akan dibangun.

1.2. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu
dan berpedoman pada Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) tercantum
pada Acuan Normatif.
1.3. Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel,
pengisi sambungan plastik, pipa PVC, pipa Galvanis lubang drainase, pekerjaan
gebalan rumput, pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan,
jalan penghubung sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. KETENTUAN UMUM

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2006, dalam


Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat.
1.2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
diatas, ataupun dibawah permukaan tanah.
1.3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
1.4. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
1.5. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialoksikan
dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan
mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
1.6. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air irigasi.
1.7. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan
primer dan/atau jaringan sekunder.
1.8. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari
jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
1.9. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk
mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
1.10. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan air
yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
1.11. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

1.12. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
1.13. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan
utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.14. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.15. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
1.16. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah,
mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk
bangunan didalamnya.
1.17. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai
setelah bangunan pompa sampai lahan yang diari.
1.18. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa atau pemerintah desa.

1.19. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter
dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
1.20. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum
tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.
1.21. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasiyang dibentuk oleh
petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola
irigasi.
1.22. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
1.24. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya sebagai
unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.24. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah kabupaten
kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.25. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.26. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari
sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.27. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air
dari sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
1.28. Komisi Irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
1.29. Komisi Irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan
wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi kabupaten/kota yang
terkait.
1.30. Komisi Irigasi antar provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan irigasi di suatu daerah
irigasi lintas provinsi.
1.31. Menteri adalah Menteri yang membidangi sumber daya air.
1.32. Dinas adalah Instansi Pemerintah Provinsi atau Pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi.
1.33. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
1.34. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di
wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
1.35. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan
irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan
daerah irigasi.
1.36. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.

1.37. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, meyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

1.38. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya.
1.39. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
1.40. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manjemen yang terstuktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin.

3. LATAR BELAKANG
3.1. Sistim Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan Lainnya yang sesuai standar sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan
produksi beras pada Daerah-daerah Irigasi tersebut diatas dan sekaligus memudahkan
pelaksanaan Exploitasi dan Pemeliharaan (E&P) yang efektif dan efisien,
sehingga
didapatkan tingkat maksimum usia teknis dan waktu dari Irigasi tersebut yang sesuai
dengan disain dan pelaksanaan program pola tanam dan tertib tanam, serta menjamin
pendayagunaan pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk meningkatkan
pendayagunaan areal irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi dalam upaya
mencapai kecukupan pangan yang berkesinambungan.
Oleh sebab itu diperlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah
dan perencanaan teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem
pengelolaan air yang baik, sehingga roda kehidupan dan perekonomian masyarakat
dengan memanfaatkan dan pengembangan lahan ada.
3.2. Salah satu permasalahan dari permasalahan–permasalahan yang dihadapi bangsa
Indonesia pada Umumnya dan Khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini,
adalah masalahpangan. Masalah pangan ini secara umum diakibatkan oleh
pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan perkembangan lahan tanaman
pangan yang produktif. Hal ini disebabkan:

3.2.1. Terjadinya Pertukaran Fungsi Lahan (Matching Of Area Function)


3.2.2. Terjadinya Keausan Lahan (Malfunction Area)
3.2.3. Perluasan Lahan Yang Lambat (Slowly Area Extensification)
3.2.4. Intensifikasi Yang Tidak Optimum (Unoptimum Intensification)
3.2.5. Dan Lain - Lain Sebagainya.

4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan pekerjaan Program Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec.
Tenggarong adalah untuk melaksanakan Pembangunan Irigasi, study, identifikasi, analisa
data yang tepat dan merancang Jaringan Irigasi pada daerah irigasi, rawa maupun tadah
hujan yang akan dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam program
pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang efektif, di Kabupaten Kutai Kartanegara
menjadi areal persawahan teknis lengkap yang sesuai standar dengan Pedoman Operasi
dan Pemeliharaan dalam rangka pelaksanaan O & P yang efisien. Untuk itu diperlukan peta
daerah irigasi, peta skema jaringan, skema bangunan, gambar-gambar profil memanjang dan
melintang saluran.
5. SASARAN PEKERJAAN
Sasaran Program Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong adalah
pembangunan jaringan irigasi termasuk bangunan-bangunannya secara teknis, sehingga
dapat mencapai antara lain :
5.1. Membuat kembali sistem pengelolaan sumber air baku pada Jaringan Irigasi
berdasarkan potensi sumber daya air baku yang ada.
5.2. Menentukan letak, jumlah dan jenis bangunan-bangunan yang dapat dibangun
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.

5.3. Sebagai acuan atau patokan teknis bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, dimana dilapangan disesuaikan dengan kebutuhan atau
kondisi setempat.

6. PETUNJUK DAN URAIAN UMUM

6.1. Peserta Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Kutai Kartanegara Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kabupaten
Kutai Kartanegara Sumber Dana APBD Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2020,
harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini
dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut
secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan
dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak
memahami, tidak memenuhi petunjuk , ketentuan dalam gambar, atau pernyataan
kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum pada bestek ini. Penjelasan yang tidak tercantum dalam syarat-syarat ini
akan ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau ditugaskan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kutai Kartanegara.

7. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan yang direncanakan menjadi sasaran pekerjaan ini adalah Daerah Irigasi di
Kabupaten Kutai Kartanegara Desa Kerta Buana Kec. TenggarongJaya/Kerta Buana Kec.
Tenggarong

8. LINGKUP PEKERJAAN

8.1. Pekerjaan Persiapan, yang terdiri dari :


8.1.1. Mobilisasi Peralatan dan K3
8.1.2. Penebangan Pohon dan Pembersihan
8.1.3. Papan nama proyek
8.1.4. Pemasangan bowplank

8.2. Pekerjaan Tanah, Manual, terdiri dari :

8.2.1. Pekerjaan Galian Tanah.


8.2.2 Timbunan tanah Kembali
8.3. Pekerjaan Beton, terdiri dari :

8.3.1. Urugan Pasir


8.3.2 Pemasangan Plastik Cor
8.3.3 Pekerjaan Cor Beton K-250.
8.3.4. Bekisting Beton
8.3.5 Pembesian Besi Beton Biasa.

8.4. Pekerjaan Dewatering, terdiri dari :

8.5.1. Pekerjaan Kisdam Pasir/Tanah Uk. 43x65


8.5.2. Rangka Kayu Kisdam Pasir/Tanah.
8.6.3. Pengoperasian Pompa Air Per Hari.
8.6.4. Pipa 8”

Dikeluarkan dan dinyatakan adanya Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (BAP
PHO) setelah Semua Item Pekerjaan Telah selesai dikerjakan sesuai dengan kontrak dan
dinyatakan 100 % Selesai.

9. SYARAT-SYARAT DAN PERATURAN TEKNIS


9.1. Dalam Syarat-Syarat dan Peraturan Teknis pekerjaan ini termasuk :

9.1.1. Tenaga yang cukup dan ahli sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditugaskan.

9.1.2. Bahan lain yang cukup dan berkualitas baik yang didatangkan ke tempat
pekerjaan tepat pada waktunya sehingga pekerjaan bisa berlangsung sesuai
jadwal yang telah ditentukan.

9.1.3. Kontraktor diharuskan menghitung dan mengajukan permintaan barang/material


kepada logistik atas barang yang berhubungan dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.

9.1.4. Pekerjaaan harus diselesaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan
yang tertera dalam uraian dan syarat–syarat gambar serta keputusan Direksi

9.2. Pengaturan Teknis Pembangunan

Dalam melaksanakan Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,


Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya, kecuali bila ditentukan lain dalam rencana dan
Syarat-syarat (RKS) ini, sesuai Peppres No. 54 tahun 2010 dengan lampiran-
lampirannya, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di dalam ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya, dan berdasarkan ketentuan :

9.2.1. Undang – undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;

9.2.2. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber daya alam
dan hayati;
9.2.3. Undang – undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

9.2.4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;

9.2.5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1982 tentang Irigasi;

9.2.6. Peppres No. 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
dan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;
9.2.7. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI-

1.2.53.1987)
9.2.8. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. 8 Tahun 1972

9.2.9. Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 yang diterbitkan Yayasan
Normalisasi Indonesia SKSN I>I-15 1991-03;
9.2.10. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan Indonesia Algemene
Voorwaaden Voor de Uitvoering bij aaneming van open Werken (AV) 1941.

9.2.11.Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.

9.2.12.Revisi SNI 03-2835-2002 dan Revisi SNI DT - 91- 0006 - 2007.

9.2.13. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan pemanfa’atan Jaringan Irigasi bagi Petani
Pengguna Air.

10. PEKERJAAN PERSIAPAN


10.1. Pembersihan Areal Pekerjaan.

Sebelum memulai pekerjaan yang ada dalam kontrak, kontraktor diharuskan terlebih dahulu
membersihkan lokasi pekerjaan dari segala macam tumbuh-tumbuhan dan rintangan yang
terdapat disekitar daerah tersebut, demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan
pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon,
semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain sebagainya.

10.2. Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang

Kontraktor harus membuat Direksi Keet sebagai pelayanan Kantor dari Kontraktor, Barak
Kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan barang-barang yang dapat dikunci dan
tempatnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas, dimana pembongkaran
bangunan Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang menjadi tanggung jawab Kontraktor.

10.3. Jalan Penghubung Sementara dan Jalan Inspeksi


10.3.1. Jika tidak terdapat jalan penghubung untuk mencapai lokasi pekerjaan, Penyedia
Jasa harus membuat dan memelihara jalan penghubung sementara

kearah lokasi tersebut pada tempat yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa juga harus
membuat fasilitas yang diperlukan untuk melintasi sungai, aliran atau jalan air yang
ada atau harus memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas yang ada untuk
digunakan menuju lokasi pekerjaan, jika diperlukan.
Penyedia Jasa boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi pada
saluran yang ada atau saluran baru atau saluran pembuang dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus membayar pembuatan,
pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan perjanjian bersama antar Penyedia
Jasa.

10.3.2. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima tuntutan terhadap pemakaian
bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Penyedia Jasa.

10.4. Papan nama Proyek


Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek pada setiap lokasi pekerjaan. Bedeng
kerja pada lokasi pekerjaan.

10.5. Mobilitas Peralatan


Kontraktor harus menggunakan alat angkut yang sesuai dengan karakter peralatan dan
bahan-bahan yang diangkut serta kondisi lokasi yang dilalui.

10.6. Peil dan Pengukuran ;

10.6.1. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun


bagian - bagiannya dan memberitahukan Direksi Proyek tentang setiap perbedaan
yang ditemukan didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan
(kondisi lapangan), pemborong baru diijinkan membetulkan kesalahan dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.
10.6.2. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut Peil-
Peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
10.6.3. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan
sungguh-sungguh. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi
Proyek berhak membongkar pekerjaan atas biaya Pemborong.
10.6.4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya
diwajibkan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

10.7. Jadwal Pelaksanaan, Pengadaan, Penggunaan

Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum dilaksanakan pekerjaan lapangan Pemborong


diharuskan mengajukan :

10.7.1.Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan.

10.7.2. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Bar Chart / S Curve.
10.7.3.Network Planning.

10.7.4.Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja dan Personil Inti.

10.7.5.Jadwal Pengadaan Bahan Material.

10.7.6.Jadwal Penggunaan Peralatan.

10.8. Pengajuan Bahan / Material dan Barang :

Bagian-bagian yang disebutkan diatas 1 s/d 3 harus mendapatkan persetujuan dari


Direksi Proyek sebagai dasar / patokan Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan
dan pemborong wajib mengikutinya.

10.8.1. Semua bahan & barang untuk proyek ini harus memenuhi standar / mutu yang
disebut dalam gambar rencana & RKS. Bila dalam RKS disebutkan nama dan
pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan
menunjukkan standard minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang
digunakan.

10.8.2. Bila Direksi Proyek meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka
dapat mengeluarkan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat
mengeluarkan perintah untuk mengadakan pengujian melalui test laboratorium
atas biaya Pemborong.

10.8.3. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui
Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh
sebelum pekerjaannya dimulai.

10.8.4. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus
diadakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka
bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.

10.8.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk
dijadikan dasar penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai
tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

10.8.6. Dalam pengajuan harga penawaran. Pemborong harus sudah memasukkan


sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.

10.8.7. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula
atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas
perintah Direksi Teknis.

10.8.8. Pada waktu mengajukan penawaran, Rekanan harus menyertakan /


melampirkan “Daftar Material” yang lebih terperinci dari semua bahan yang
akan dipasang pada proyek dan harus disebutkan nama pabrik, merk,
spesifikasi teknis lengkap dengan brosur / katalog. Daftar material yang
diajukan pada waktu penawaran ini adalah mengikat, dan harus diajukan
lengkap, tidak boleh sebagian-sebagian.

10.8.9. Direksi Proyek akan mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan bahan /


barang yang tidak disetujui dalam tempo 1 x 24 jam keluar lapangan pekerjaan,
atas biaya Pemborong.

10.9 Pengukuran & Pematokan :


10.9.1. Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran ulang untuk
menentukan batas-batas pekerjaan.

10.9.2. Sebelum pelaksanaan pematokan, Pemborong wajib memberitahukan secara


tertulis kepada Direksi Proyek.

10.9.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan
persetujuan untuk dasar pekerjaan selanjutnya.

10.9.4. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan


menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar rencana
dan RKS.
10.9.5. Mengingat setiap kesalahan selalu mempengaruhi Mengingat setip kesalahan
selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka
ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.
Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak ditolerir dan Direksi Proyek berhak
membongkar pekerjaan atas biaya Pemborong.
10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
Tidak dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa
persetujuan Direksi Proyek.

10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
Tidak dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa
persetujuan Direksi Proyek.

11. PEKERJAAN STRUKTUR

11.1. Galian Tanah, Urugan Kembali Dan Pemadatan

11.1.1.Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai,
bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan
sementara jika diperlukan. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua
pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan di lokasi
dimana terdapat sisa konstruksi atau instalasi yang berada di bawah tanah yang sudah
tidak berfungsi lagi sesuai dengan petunjuk Pengawas. Membuang semua bahan-
bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang
telah ditentukan. Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat
galian dan melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini.

11.1.2.Pelaksanaan Pekerjaan Penggalian :

a) Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan Kuntur
Permukaan Tanah.
b) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
d) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
e) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
f) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus
melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas, sampai kedalaman yang
memiliki permukaan yang sesuai.
g) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
h) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
i) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
j) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
k) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
l) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
m) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
n) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
o) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus
melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas, sampai kedalaman yang
memiliki permukaan yang sesuai.
p) Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum pekerjaan
berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak
permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang dinding
penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian.
Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan
saluran pengeringan sementara atau pompa.
q) Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus
diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

11.1.3.Urugan dan Timbunan.

a. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi
pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
b. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan
terdahulu disetujui Pengawas.
c. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh
Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan
selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan
harus disetujui Pengawas.
d. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal 14
hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
e. Urugan kembali lubang pondasi / pasangan harus dilakukan dengan persetujuan
Pengawas.
f. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan tiap-tiap lapis dipadatkan, Kontraktor
harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan
urugan maupun daerah galian. Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan
harus dilakukan sampai tercapai pemadatan sesuai ketentuan. Bahan yang
ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan
dan atau harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Pengawas.

11.2. Beton Bertulang


11.2.1. Lingkup Pekerjaan.

Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan bahan, peralatan dantenaga


kerja serta pelaksanaan pekerjaan beton pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada Lantai Kerja dan
Pondasi dari pada pekerjaan beton lainnya seperti ditunjukkan alam Gambar Kerja.

11.2.2. Prosedur Umum.


a. Gambar Detail Pelaksanaan.
Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan Kontraktor kepada Pengawas untuk
disetujui. Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan,
sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Persyaratan teknis Baja Tulangan
Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran, sambungan,
sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.

b. Contoh Bahan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, Pasir, Split (Kerikil) atau Besi Tulangan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
c. Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
d. Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum melakukan
pengecoran.

11.2.3. Syarat Pengiriman dan Penyimpanan.

a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya yang masih
tersegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
d) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor
sendiri.

11.2.4. Bahan – Bahan


a. Mutu Beton.
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah sesuai dengan
gambar kerja yakni beton K250, dan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam PBI 1971. Adapun beton ini dipakai untuk pekerjaan sloof, kolom
praktis, ring balok, pondasi, lantai, dan lain-lain seuai dengan gambar kerja.

b) Semen.
Semen harus dari Type I dan memenuhi persyaratan SII-0013. Sebelum
pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan. Semen
harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan dari
Pengawas.

c) Pasir & Batu Gunung.


Pasir / batu pecah harus memenuhi NI-3

d) Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari
unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik
lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu
diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah disebutkan di
atas, harus diuji dan disetujui Pengawas.

e) Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan besi
U24 =2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136. Untuk besi dengan
diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U32 = 3200
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.
11.2.5. Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan.
a) Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kaitkait dan pembuatan sengkang ( ring ) persyaratannya harus sesuai
dengan ketentuan PBI 1971.
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama disetiap
bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang digunakan dilokasi
pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % diameter yang telah
ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cacat–
cacat pembuatannya.
Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy daftar besi
tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan harus
sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.

b) Penyiapan Gambar Penulangan


Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar– gambar
penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh Direksi
Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Gambar
penulangan tersebut harus mencakup gambar penempatan besi tulangan, daftar
besi tulangan dan gambar lain yang diperlukan untuk memudahkan pembuatan
dan pemasangan tulangan.

a) Pemasangan
Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar
konstruksi.

Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 2 jam setelah ada perintah tertulis dari Pengawas Lapangan.

Penulangan harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, diameter jumlah


serta jaraknya harus benar-benar sesuai dalam arti phisik serta final. Batang
tulangan yang dibengkokkan tidak boleh dengan cara dipanaskan.

Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak,
kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang ditempat
yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan dijaga kedudukannya
agar tetap dan tidak berubah selama berlangsungnya pengecoran, penggetaran
dan pemadatan beton.

Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.Kawat pengikat besi
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI - 2 ( PBI
1971 ).
Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus mempunyai
kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan tulangan dengan jarak tertentu dan
terikat kuat pada tempatnya.
Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecora, dan harus bebas dari papan acuan atau lantai
kerja dengan memasang beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan dengan besi
tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi tulangan harus diikat
dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi Pekerjaan, dan pengikatan harus
cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan pengecoran, sebelum
penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus disingkirkan
sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari permukaan beton tanpa merusak.
Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan dan permukaan harus tetap halus,
rata dan seragam dalam warna.

Sebelum dilakukan pemasangan pembesian pondasi pada bagian dasar galian


pondasi telapak harus diberi lantai kerja diatas pasir urug dengan beton 1
PC:3PS:5Kr.

11.2.6. Perancah dan Acuan.

a) Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
b) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan.
11.2.7. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap dijamin sesuai dengan
persyaratan.

11.2.8. Cara Pengadukan.

a) Cara pengadukan harus tunduk ketentuan PBI 1971.


b) Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pengawas Lapangan.
c) Hanya untuk beton praktis, lantai kerja, beton tumbuk yang diperkenankan memakai
mesin pengaduk beton/molen, mengaduk dengan sekop/cangkul dilarang.
d) Jika diperlukan pada setiap pengecoran pada bagian-bagian yang penting, Kontraktor
harus membuat kubus-kubus beton percobaan/ pengetesan, sedangkan jumlah serta
cara pengambilan kubus-kubus beton tersebut harus sesuai dengan peraturan PBI
1971.
e) Pengetesan terhadap kubus-kubus beton tersebut dilakukan pada laboratorium
yangdisetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

11.2.9. Pengecoran Beton.

a) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan


membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
b) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pengawas
Lapangan.
c) Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat, dan
harus dihindrkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos, dan
sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
d) Apabila pengecoran beton akan dihentikan, dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
e) Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan cepat.Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya
hujan harus diperhatikan.
f) Beton harus dibasahi paling sedikit 10 ( sepuluh ) hari setelah pekerjaan
pengecoran.

11.2.10. Pembongkaran Perancah/Acuan

Pembongkaran bekesting hanya boleh dilakukan dengn ijin tertulis dari


Pengawas Pekerjaan. Setelah bekesting dibuka tidak diijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton, tanpa persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan.

11.2.11. Syarat Pengamanan Pekerjaan


a) Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b) Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan
dari pekerjaan-pekerjaan lain.
c) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sendiri.
d) Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 ( satu )
minggu atau lebih ( sesuai dengan ketentuan PBI 1971 ).

12. PEKERJAAN DEWATERING


12.1. Pembuatan Dan Pembongkaran Kisdam
12.1.1. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan pengeringan
dilokasi pekerjaan guna menjamin mutu, kemudahan dan kelancaran
pelaksanaan pekerjaan dengan membuat bangunan sementara yang berupa
tanggul, bangunan / saluran pengelak, bangunan pengamanan, penyediaan
pompa air, dan lainnya untuk memindahkan aliran air sehingga tidak
menggenangi lokasi pekerjaan dan membongkar / membersihkannya bila
pekerjaan telah selesai dikerjakan.
Pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut :
Pembuatan kistdam H > 0,50 m : untuk pembuatan kisdam pada pekerjaan di
saluran / bangunan / pekerjaan sejenis dengan tinggi muka air lebih besar 0,50
m.
12.1.2 Pembongkaran kistdam : untuk pembongkaran kisdam pada pekerjaan di
saluran / bangunan / pekerjaan sejenis dengan tinggi muka air lebih besar 0,50
m termasuk pembersihannya. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan
kisdam ini sudah termasuk biaya pengurasan / pengeringan, kecuali bila sudah
disediakan secara tersendiri dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka harga
satuan tersebut dianggap sudah termasuk dalam harga satuan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

12.1.3. Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kist dam) agar
membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.

12.1.4 Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, kami akan membongkar
dan membersihkan material kistdam sehingga tidak mengganggu aliran sungai.
Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang
akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering,
bebas dari genangan ataupun rembesan air.

12.1.5 Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan akibat sampingan negatif
terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat.

12.1.6. Pekerjaan tersebut terbagi sebagai berikut :


1. Dewatering : untuk pekerjaan khusus pengeringan, termasuk pemasangan
Pipa Pengalihan.
2. Pembuatan coffering dan pengerigan : untuk membuat coffering dengan alat
berat termasuk pemompaan / pengeringannya pada pekerjaan di persungaian,
dll yang sejenis.
3. Pembongkaran coffering : untuk membongkar pekerjaan tersebut pada point (2) di atas
termsuk pembersihannya.

12.1.7. Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut


diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) m3, sedangkan harga satuan
pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material
yang dipakai, peralatan yang dipergunakan Bila detail penyangga pipa
bergambar, maka penunjang itu harus mengikutinya. Dan terpasang seperti
yang ditunjukkan, sedemikian rupa sehingga penyangga pipa tampak (tidak di
dalam tanah), harus lengkap dan betul, sekalipun perlengkapan penunjang
tersebut ada atau tidak tergambar secara khusus harus dipasang pula di mana
ditentukan balok bantalan dan penyambung yang memakai pengekang.

Anda mungkin juga menyukai