PROGRAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
SPESIFIKASI TEKNIS
KEGIATAN :
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PRIMER
DAN SEKUNDER PADA DAERAH IRIGASI YANG LUASNYA DIBAWAH 1000 HA
DALAM 1 (SATU) DAERAH KABUPATEN/KOTA
SUB KEGIATAN :
Peningkatan Jaringan Irigasi Permukaan
PEKERJAAN :
Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong
SUMBER DANA
APBD PEMERINTAH KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA
SPESIFIKASI TEKNIS
PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI DI MANGKURAWANG KEC. TENGGARONG
BAB I
UMUM
Untuk mendukung misi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu
berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik kepada warganya yang salah satu
diantaranya adalah pada sarana dan prasarana pertanian. Untuk lebih mengoptimalkan
kegiatan baik pembangunan, peningkatan serta pemeliharaan Jaringan Irigasi maka
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pekerjaan Umum memandang
perlu adanya Pembangunan Dan Peningkatan Jaringan Irigasi Di Kecamatan Tenggarong
khusunya Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang
Kec. Tenggarong adalah sebagai berikut :
• Penyelesaian pekerjaan konstruksi Jaringan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya yang
tepat waktu.
• Pelaksanaan pekerjaan konstruksi Jaringan Irigasi yang sesuai dengan spesifikasi teknis
(Umum Dan Khusus).
• Mendapatkan Konstruksi Jaringan Irigasi Pertanian yang Optimal baik dari Segi Teknis dan
Waktu Pelaksanaan Konstruksi.
1.4 Sumber Dana
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber dana APBD Pemkab Kutai Kartanegara Tahun Anggaran
2023.
BAB II
RUANG LINGKUP
2.2.5 Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa dan
Pengawasan Konstruksi.
2.2.6 Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Rencana Keselamatan Konstruksi Yang telah di
identifikasi bahaya dan resiko di tiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan
antara lain :
1. Pekerjaan Persiapan
➢ Mobilisiasi dan Peralatan
Identifikasi Bahaya :
➢ Terjadi Kecelakaan pada saat mobiliasi dan Demobilisasi alat
Konstruksi
➢ Resiko Kendaraan Pembawa Alat Konstruksi terguling dan atau
tidak mampu saat menanjak
➢ Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang
➢ Jatuh dari Ketinggian atau pada tingkat yang berbahaya
➢ Kejatuhan Peralatan
➢ Pemotongan Pohon dan Pembersihan
➢ Jatuh dari Ketinggian atau pada tingkat yang berbahaya
➢ Kejatuhan Peralatan
➢ Tertimpa Reruntuhan Pohon
➢ Papan Nama Proyek
➢ Terjatuh dari ketinggian
➢ Balok Penyangga patah
➢ Tertimpa benda
2. Pekerjaan Tanah
Identifikasi Bahaya
➢ Terjatuh kedalam lubang galian menimbulkan luka ringan/sedang
➢ Terkena cangkul pada saat menggali
➢ Terkena benda bebahaya dalam tanah
➢ Tertimbun material tanah
3. Pekerjaan Beton
Identifiksi Bahaya
➢ Tertusuk Ujung Besi
➢ Terjepit Besi pada saat pengangkatan
➢ Perancah ambruk
➢ Bekisting Jebol
➢ Balok Perancah Patah
➢ Jatuh dari Platform
➢ Terbentur Benda jatuh
5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
2.4 KELUARAN
Keluaran dari Produk akhir Kegiatan ini merupakan tersedianya Jaringan Irigasi Yang
Kokoh yang dapat mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Masyarakat.
2.6 Personil
Personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
Mempunyai SKT Pelaksana Pekerjaan Jaringan Irigasi, dengan pengalaman kerja
minimal 2 (Dua) tahun dengan jumlah personil 1(satu) orang.
2. Petugas K3 Kontruksi
Memiliki Sertifikat Petugas K3 Kontruksi, dengan jumlah personil 1(satu) orang.
2.7 Peralatan
Jenis alat yang digunakan :
No. Nama Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Excavator Mini 40 - 60 HP 1 Unit
2 Molen 0,3 m3 2 Unit
2.8 Item Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi
2. Pembersihan Lahan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor mebuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Kontrak (RK3K), kemudian dilakukan
Rapat bersama dengan Pejaboat Pembuat Komitmen terkait, Pengawas terkait, dan juga
penyedia jasa, untuk membahas dan pemaparan metode pelaksanaan serta schedul
pelaksanaan. Dalam rapat ini juga dibahas permasalahan - permasalahan yang mungkin
muncul selama pelaksanaan pekerjaan serta penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan
untuk mengantisipasinya.
➢ Sosialisasi
Bersama Pengguna Jasa, Kontraktor harus melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang
akan dilaksanakannya proyek dengan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan
aparatur pemerintah setempat.
Kantor lapangan, gudang, bengkel, barak kerja dan laboratorium beserta fasilitas lainnya
Penyedia jasa akan membuat / menyiapkan kantor lapangan, gudang, bengkel, barak kerja
dan laboratorium beserta fasilitasnya yang akan digunakan Pengguna Barang / Jasa,
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan Pengguna Barang / Jasa.
Penyedia Jasa akan menyediakan akomodasi kantor lapangan yang cocok dan fasilitas
yang memenuhi kebutuhan proyek jumlah ruangan yang cukup untuk menampung seluruh
kegiatan disertai peralatan yang memadai.
➢ MOBILISASI
Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan
dan penyelesaian pekerjaan termasuk Koordinator Manajemen dan Keselamatan kerja
(KMKK) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar yang tercantum dalam
Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan ini.
➢ KESELAMATAN KERJA.
Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan dan memperhitungkan faktor
keselamatan umum dan pekerja pada saat proses pekerjaan berlangsung. Pelaksana wajib
menyediakan peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), memberikan BPJS
Tenaga Kerja sesuai dalam Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS,
kepada para pekerja sebagai antisipasi kecelakaan kerja, menyediakan APD (Alat
Pelindung Diri) untuk pekerja sesuai dengan kebutuhan jika diperlukan.
Penyedia jasa dan pengguna jasa melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi pekerjaan untuk menyiapkan
gambar kerja / shop drawing (Mutual Check 0%).
B. Pekerjaan bekisting
1. Penyanggah dinding disusun berjajar bersamaan dengan penyanggah untuk dinding
yang sejajar. Karena posisi pelat dinding dapat saling menahan terhadap dorongan.
2. Pada U-head dipasang horizontal balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
3. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood
dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan
kebocoran pada saat pengecoran.
4. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar
beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
5. Setelah pemasangan bekisting dinding, dianggap selesai selanjutnya pengecekan tinggi
level pada bekisting dinding dengan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk
pelat sudah siap.
C. Pekerjaan penulangan
1. Pembesian dinding cor (wiremesh) bersamaan dengan besi tulangan diangkat
menggunakan tenaga manusia dan dipasang.
2. Letakkan beton deking dibawah tulangan untuk mendapatkan posisi pembesian
ditengah-tengah lebar atau selimut beton. Pasang juga tulangan siku pada sudut-sudut
dinding.
5. Setelah pembesian pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist/ pemeriksaan untuk
tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, jarak
tulangan, pembesian siku, pembesian pelat terhadap dinding, jumlah dan jarak tulangan
ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di dinding dan kebersihannya.
D. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran pelat dilakukan apabila pekerjaan bekisting dan pembesian telah selesai
dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui
surat izin pengecoran dari konsultan pengawas.
Tahap-tahap pekerjaan pengecoran pelat lantai :
1. Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran pelat
kepada konsultan pengawas.
2. Periksa kebersihan lokasi balok dan pelat sebelum pengecoran.
3. Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.
➢ PEKERJAAN DEMOBILISASI
·Jika seluruh pekerjaan fisik telah selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan demobilisasi sisa-sisa material, bongkaran, tenaga kerja dan peralatan dan
Personil. Lokasi pekerjaan dibersihkan dari bekas-bekas (sisa pelaksanaan).
· Persiapan pekerjaan akhir
Sebelum waktu pelaksanaan berakhir dilakukan persiapan untuk serah terima pekerjaan
yang pertama (PHO)
a) Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan Syarat-
syarat Kontrak. Program tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart dan
network planning yang dilengkapi dengan daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan :
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan pekerjaan
sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang diperlukan untuk persiapan dan
persetujuan gambar-gambar, pengiriman peralatan dan bahan kelapangan dan juga
kelonggaran dengan adanya hari libur umum maupun keagamaan.
Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Mingguan yang sudah
disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk minggu berikutnya. Rencana
tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, dan pekerjaan konstruksi lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan bahan, pengangkutan dan
peralatan dan lain-lain yang diminta Direksi.
Penyedia jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara
tertulis, semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun untuk
hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah, pekerjaan beton
dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistim barchart
pada akhir bulan dan untuk bulan-bulan berikutnya. Rencana kerja ini harus
memperlihatkan tenggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan
volume pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan pada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.
c) Dokumentasi
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan
album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan penjelasan
foto. Untuk setiap bagian tertentu dari pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi
minimal dibuat 3 seri foto yaitu sebelum pelaksanaan (0%), pada saat pelaksanaan
(50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%), dimana pada setiap tahap
pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari titik dan arah yang
sama sesuai yang sudah ditentukan sebelumnya.
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan suatu set
pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada akhir
pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada Direksi dalam album-
album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara beraturan menurut lokasinya
masing-masing. Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0 %, 50 % dan 100 % dan
ditempelkan pada satu halaman.
Penyedia jasa supaya menyerahkan rancangan tempat kerja dan bangunan sementara
secara umum kepada Direksi untuk mendapat persetujuan pada waktu yang ditetapkan.
Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan Direksi.
Perkampungan staf Penyedia jasa dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan
semua pelayanan yang perlu seperti saluran pembuang, penerangan, jalan, gang, tempat
parkir, pemagaran, kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan
pencegahan api sesuai dengan batas yang ditentukan dalam kontrak.
Penyedia jasa supaya juga melengkapi keperluan air bersih dan penerangan yang cukup
untuk kantor Penyedia jasa, perkampungan stafnya, pemondokan buruh, bengkel dan
tempat lainnya didaerah kerja.
a. Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara papan tanda proyek.
Papan tanda proyek harus menunjukkan dan memuat nama Pemilik Pekerjaan /
Proyek dan nama Penyedia jasanya, judul nama proyek disertai perkiraan jumlah
hari pelaksanaan.
2.13 Pengendalian Mutu
Bersama dengan Konsultan Pengawas, penyedia Jasa Harus melakukan pengendalian
Mutu dengan melakukan :
c. Melakukan survey pengukuran ulang sebagai dasar dalam menyusun Field Engineering
terhadap kondisi awal dan rekayasa lapangan (penyesuaian rencana awal dan
kondisi/kebutuhan lapangan), sebagai syarat utama untuk membuat gambar kerja/shop
drawing dalam pelaksanaan konstruksi.
f. Melaksanakan kegiatan konstruksi berdasarkan pada Shop Drawing dan Request for
Work dan Rencana Mutu Kontrak.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan perhatian serta ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami sampaikan ucapan terima kasih.
1. PENDAHULUAN
1.1. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut,
pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan,
cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air
yang akan dibangun.
1.2. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
pemilhan bahan dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu
dan berpedoman pada Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) tercantum
pada Acuan Normatif.
1.3. Pedoman ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel,
pengisi sambungan plastik, pipa PVC, pipa Galvanis lubang drainase, pekerjaan
gebalan rumput, pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan pengamanan,
jalan penghubung sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. KETENTUAN UMUM
1.12. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
1.13. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan
utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.14. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya.
1.15. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
1.16. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah,
mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk
bangunan didalamnya.
1.17. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai
setelah bangunan pompa sampai lahan yang diari.
1.18. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa atau pemerintah desa.
1.19. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter
dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
1.20. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum
tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.
1.21. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasiyang dibentuk oleh
petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola
irigasi.
1.22. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
1.24. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya sebagai
unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.24. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah kabupaten
kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
1.25. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.26. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari
sumber air untuk kepentingan pertanian.
1.27. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air
dari sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
1.28. Komisi Irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
1.29. Komisi Irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan
wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi kabupaten/kota yang
terkait.
1.30. Komisi Irigasi antar provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan irigasi di suatu daerah
irigasi lintas provinsi.
1.31. Menteri adalah Menteri yang membidangi sumber daya air.
1.32. Dinas adalah Instansi Pemerintah Provinsi atau Pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi.
1.33. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
1.34. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di
wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
1.35. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan
irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan
daerah irigasi.
1.36. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
1.37. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, meyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
1.38. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya.
1.39. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
1.40. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manjemen yang terstuktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin.
3. LATAR BELAKANG
3.1. Sistim Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan Lainnya yang sesuai standar sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan
produksi beras pada Daerah-daerah Irigasi tersebut diatas dan sekaligus memudahkan
pelaksanaan Exploitasi dan Pemeliharaan (E&P) yang efektif dan efisien,
sehingga
didapatkan tingkat maksimum usia teknis dan waktu dari Irigasi tersebut yang sesuai
dengan disain dan pelaksanaan program pola tanam dan tertib tanam, serta menjamin
pendayagunaan pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk meningkatkan
pendayagunaan areal irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi dalam upaya
mencapai kecukupan pangan yang berkesinambungan.
Oleh sebab itu diperlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah
dan perencanaan teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem
pengelolaan air yang baik, sehingga roda kehidupan dan perekonomian masyarakat
dengan memanfaatkan dan pengembangan lahan ada.
3.2. Salah satu permasalahan dari permasalahan–permasalahan yang dihadapi bangsa
Indonesia pada Umumnya dan Khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini,
adalah masalahpangan. Masalah pangan ini secara umum diakibatkan oleh
pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan perkembangan lahan tanaman
pangan yang produktif. Hal ini disebabkan:
Maksud dan Tujuan pekerjaan Program Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec.
Tenggarong adalah untuk melaksanakan Pembangunan Irigasi, study, identifikasi, analisa
data yang tepat dan merancang Jaringan Irigasi pada daerah irigasi, rawa maupun tadah
hujan yang akan dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam program
pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang efektif, di Kabupaten Kutai Kartanegara
menjadi areal persawahan teknis lengkap yang sesuai standar dengan Pedoman Operasi
dan Pemeliharaan dalam rangka pelaksanaan O & P yang efisien. Untuk itu diperlukan peta
daerah irigasi, peta skema jaringan, skema bangunan, gambar-gambar profil memanjang dan
melintang saluran.
5. SASARAN PEKERJAAN
Sasaran Program Peningkatan Jaringan Irigasi DI Mangkurawang Kec. Tenggarong adalah
pembangunan jaringan irigasi termasuk bangunan-bangunannya secara teknis, sehingga
dapat mencapai antara lain :
5.1. Membuat kembali sistem pengelolaan sumber air baku pada Jaringan Irigasi
berdasarkan potensi sumber daya air baku yang ada.
5.2. Menentukan letak, jumlah dan jenis bangunan-bangunan yang dapat dibangun
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
5.3. Sebagai acuan atau patokan teknis bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, dimana dilapangan disesuaikan dengan kebutuhan atau
kondisi setempat.
6.1. Peserta Lelang Pengadaan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Kutai Kartanegara Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kabupaten
Kutai Kartanegara Sumber Dana APBD Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2020,
harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini
dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut
secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan
dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak
memahami, tidak memenuhi petunjuk , ketentuan dalam gambar, atau pernyataan
kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.
6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum pada bestek ini. Penjelasan yang tidak tercantum dalam syarat-syarat ini
akan ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau ditugaskan oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kutai Kartanegara.
7. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan yang direncanakan menjadi sasaran pekerjaan ini adalah Daerah Irigasi di
Kabupaten Kutai Kartanegara Desa Kerta Buana Kec. TenggarongJaya/Kerta Buana Kec.
Tenggarong
8. LINGKUP PEKERJAAN
Dikeluarkan dan dinyatakan adanya Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (BAP
PHO) setelah Semua Item Pekerjaan Telah selesai dikerjakan sesuai dengan kontrak dan
dinyatakan 100 % Selesai.
9.1.1. Tenaga yang cukup dan ahli sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditugaskan.
9.1.2. Bahan lain yang cukup dan berkualitas baik yang didatangkan ke tempat
pekerjaan tepat pada waktunya sehingga pekerjaan bisa berlangsung sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
9.1.4. Pekerjaaan harus diselesaikan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan
yang tertera dalam uraian dan syarat–syarat gambar serta keputusan Direksi
9.2.2. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber daya alam
dan hayati;
9.2.3. Undang – undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
9.2.6. Peppres No. 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
dan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;
9.2.7. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI-
1.2.53.1987)
9.2.8. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. 8 Tahun 1972
9.2.9. Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 yang diterbitkan Yayasan
Normalisasi Indonesia SKSN I>I-15 1991-03;
9.2.10. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan Indonesia Algemene
Voorwaaden Voor de Uitvoering bij aaneming van open Werken (AV) 1941.
9.2.13. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan pemanfa’atan Jaringan Irigasi bagi Petani
Pengguna Air.
Sebelum memulai pekerjaan yang ada dalam kontrak, kontraktor diharuskan terlebih dahulu
membersihkan lokasi pekerjaan dari segala macam tumbuh-tumbuhan dan rintangan yang
terdapat disekitar daerah tersebut, demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan
pembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon,
semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain sebagainya.
Kontraktor harus membuat Direksi Keet sebagai pelayanan Kantor dari Kontraktor, Barak
Kerja untuk para pekerja dan gudang penyimpanan barang-barang yang dapat dikunci dan
tempatnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas, dimana pembongkaran
bangunan Direksi Keet, Barak Kerja dan Gudang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
kearah lokasi tersebut pada tempat yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa juga harus
membuat fasilitas yang diperlukan untuk melintasi sungai, aliran atau jalan air yang
ada atau harus memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas yang ada untuk
digunakan menuju lokasi pekerjaan, jika diperlukan.
Penyedia Jasa boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi pada
saluran yang ada atau saluran baru atau saluran pembuang dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus membayar pembuatan,
pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan perjanjian bersama antar Penyedia
Jasa.
10.3.2. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima tuntutan terhadap pemakaian
bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Penyedia Jasa.
10.7.2. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Bar Chart / S Curve.
10.7.3.Network Planning.
10.8.1. Semua bahan & barang untuk proyek ini harus memenuhi standar / mutu yang
disebut dalam gambar rencana & RKS. Bila dalam RKS disebutkan nama dan
pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan
menunjukkan standard minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang
digunakan.
10.8.2. Bila Direksi Proyek meragukan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka
dapat mengeluarkan kualitas bahan dan barang dimaksud, maka dapat
mengeluarkan perintah untuk mengadakan pengujian melalui test laboratorium
atas biaya Pemborong.
10.8.3. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui
Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh
sebelum pekerjaannya dimulai.
10.8.4. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus
diadakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka
bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.
10.8.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk
dijadikan dasar penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai
tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
10.8.7. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pemborong tetap bertanggung jawab pula
atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas
perintah Direksi Teknis.
10.9.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan
persetujuan untuk dasar pekerjaan selanjutnya.
10.9.6. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan melaporkan kepada Direksi Proyek setiap terdapat selisih /
perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
Tidak dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa
persetujuan Direksi Proyek.
11.1.1.Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai,
bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan
sementara jika diperlukan. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua
pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan di lokasi
dimana terdapat sisa konstruksi atau instalasi yang berada di bawah tanah yang sudah
tidak berfungsi lagi sesuai dengan petunjuk Pengawas. Membuang semua bahan-
bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang
telah ditentukan. Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat
galian dan melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini.
a) Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan Kuntur
Permukaan Tanah.
b) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
d) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
e) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
f) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus
melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas, sampai kedalaman yang
memiliki permukaan yang sesuai.
g) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
h) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
i) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
j) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
k) Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar
untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
l) Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Pengawas
dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
m) Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Pengawas
untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
n) Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas Lapangan sebelum menempatkan bahan urugan.
o) Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus
melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas, sampai kedalaman yang
memiliki permukaan yang sesuai.
p) Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum pekerjaan
berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak
permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang dinding
penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian.
Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan
saluran pengeringan sementara atau pompa.
q) Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus
diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
a. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi
pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
b. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan
terdahulu disetujui Pengawas.
c. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh
Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan
selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan
harus disetujui Pengawas.
d. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal 14
hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
e. Urugan kembali lubang pondasi / pasangan harus dilakukan dengan persetujuan
Pengawas.
f. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan tiap-tiap lapis dipadatkan, Kontraktor
harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan
urugan maupun daerah galian. Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan
harus dilakukan sampai tercapai pemadatan sesuai ketentuan. Bahan yang
ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan
dan atau harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Pengawas.
b. Contoh Bahan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, Pasir, Split (Kerikil) atau Besi Tulangan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
c. Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
d. Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum melakukan
pengecoran.
a) Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya yang masih
tersegel dan berlabel pabriknya.
b) Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
d) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor
sendiri.
b) Semen.
Semen harus dari Type I dan memenuhi persyaratan SII-0013. Sebelum
pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan kepada Pengawas untuk
disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus disertakan. Semen
harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan dari
Pengawas.
d) Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari
unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik
lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu
diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah disebutkan di
atas, harus diuji dan disetujui Pengawas.
e) Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan besi
U24 =2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136. Untuk besi dengan
diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U32 = 3200
kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.
11.2.5. Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan.
a) Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kaitkait dan pembuatan sengkang ( ring ) persyaratannya harus sesuai
dengan ketentuan PBI 1971.
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama disetiap
bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi tulangan yang digunakan dilokasi
pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari 2 (dua) % diameter yang telah
ditentukan. Besi tulangan harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cacat–
cacat pembuatannya.
Jika oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 copy daftar besi
tulangan yang dikeluarkan oleh pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
mendatangkan besi tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan harus
sesuai dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.
a) Pemasangan
Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar
konstruksi.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 2 jam setelah ada perintah tertulis dari Pengawas Lapangan.
Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak,
kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang ditempat
yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan dijaga kedudukannya
agar tetap dan tidak berubah selama berlangsungnya pengecoran, penggetaran
dan pemadatan beton.
Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.Kawat pengikat besi
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI - 2 ( PBI
1971 ).
Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa harus mempunyai
kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menempatkan tulangan dengan jarak tertentu dan
terikat kuat pada tempatnya.
Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecora, dan harus bebas dari papan acuan atau lantai
kerja dengan memasang beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan dengan besi
tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat. Besi tulangan harus diikat
dengan kawat baja lunak yang disetujui Direksi Pekerjaan, dan pengikatan harus
cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan melaksanakan pengecoran, sebelum
penulangannya disetujui Direksi Pekerjaan.
Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus disingkirkan
sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari permukaan beton tanpa merusak.
Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan dan permukaan harus tetap halus,
rata dan seragam dalam warna.
a) Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
b) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan.
11.2.7. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap dijamin sesuai dengan
persyaratan.
12.1.3. Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kist dam) agar
membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
12.1.4 Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, kami akan membongkar
dan membersihkan material kistdam sehingga tidak mengganggu aliran sungai.
Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang
akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering,
bebas dari genangan ataupun rembesan air.
12.1.5 Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan akibat sampingan negatif
terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat.