Buku Dinamika Ekonomi Kesehatan Dr.M.labib
Buku Dinamika Ekonomi Kesehatan Dr.M.labib
DI RUMAH SAKIT
i
DINAMIKA EKONOMI KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT
Penulis:
dr. Mohammad Labib, MPH
ISBN : 978-623-315-993-7
Editor:
Wiwit Kurniawan
Design Cover:
Retnani Nur Brilliant
Layout:
Nisa Falahia
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
A. Infrastruktur Kesehatan
Semua negara ingin memenuhi kesehatan dan
kebutuhan medis penduduknya, dengan
mempertimbangkan kemampuan diri sendiri atau tanpa
menguras sumber daya yang melayani kebutuhan manusia
yang penting lainnya.Dalam menghadapi permasalahan di
bidang ekonomi, politik, budaya, lingkungan, epidemiologi
dan kekuatan demografi, setiap negara ingin memiliki
sistem pelayanan kesehatan yang baik dengan karakteristik
dan kebutuhan penduduknya yang spesifik.Setiap negara
membutuhkan infrastruktur kesehatan dasar masyarakat,
yang di negara-negara berkembang dapat bergantung pada
petugas kesehatan masyarakat. Pada negara-negara maju
lebih menekankan pada peran dokter, perawat, dan
profesional kesehatan lainnya, rumah sakit dan klinik, dan
beberapa cara untuk membayar baik untuk layanan klinis
dan obat-obatan, peralatan medis, dan intervensi lainnya.
Solusi yang berguna dan tepat untuk menghemat biaya
mungkin kadang-kadang datang dari negara berpenghasilan
rendah yang harus berinovasi dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.Pembuat kebijakan kesehatan
nasional harus melakukan pendekatan budaya dan politik
untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang paripurna
(Morrissey, et al, 2015).
Saat ini pelayanan kesehatan mengalami perubahan,
yang meliputi perubahan dalam karakter pasien juga sistem
pelayanan kesehatan, sehingga penyedia pelayanan
kesehatan harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut,
terlebih saat ini adalah era Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional.Saat ini penyedia layanan primer telah meningkat,
1
sehingga frekuensi pelayanan kesehatan meningkat
juga.Tentunya pelayanan yang diberikan harus tetap
berkualitas, efisien dan bermutu.(Anell, 2015).
Pelayanan kesehatan adalah hal yang sangat
diperhatikan oleh masyarakat Indonesia saat ini, terlebih
saat ini adalah era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Dengan adanya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional sikap
dari pemberi pelayanan kesehatan khususnya dokter perlu
diteliti.Misalnya dari sisi kepuasan dan persepsinya.Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional dengan lembaganya Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial membawa dampak ke banyak
hal. Perlu diperhatikan juga hal-hal yang berhubungan
dengan kepuasan pasien, dokter atau penyedia layanan
kesehatan harus mendengarkan dengan seksama,
menjelaskan hal-hal dengan cara yang mudah dimengerti,
menunjukkan rasa hormat terhadap apa yang mereka
katakan dan menghabiskan cukup waktu dengan mereka,
sehingga tercipta juga kepuasan dokter yang baik (Fenton, et
al, 2012).
Dari segi perubahan struktur, BPJS Kesehatan
merupakan transformasi dari program kesehatan
sebelumnya, yaitu Asuransi Kesehatan atau Askes, Jaminan
Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas, dan Jaminan
Kesehatan Daerah atau Jamkesda. Ketiga program asuransi
kesehatan ini sebelumnya dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara atau BUMN (Idris, 2014).
Karena penulisan ini berfokus di instalasi gawat
darurat, tentunya fokus pembahasannya meliputi kasus-
kasus penyakit emergensi dan meneliti para dokter yang
menangani kasus emergensi dalam pola pembayaran INA
CBG'S.Pengaturan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
hendaknya ditunjang juga dengan sistem informasi yang
memadai.Misalnya Pendaftaran, pembiayaan dan sosialisasi
melalui online (Burwell, 2015).
2
Era BPJS ini adalah dari sisi masyarakatnya.Sejauh
mana pengetahuan masyarakat tentang BPJS kesehatan,
karena tidak semua masyarakat memahami dunia asuransi,
khususnya jaminan sosial nasional.Adanya peran
pemerintah sebagai penentu kebijakan sangat diperlukan,
karena program Jaminan Kesehatan Nasional Ini pada
dasarnya adalah program pemerintah (Ubel, et al, 2015).
B. Kebijakan Pelayanan
Sebagai perbandingan dalam pelaksanaan JKN,
pemerintah perlu melihat sistem jaminan kesehatan di
negara lain, misalnya di Inggris dengan National Health
Service (NHS).Pelaksanaan JKN selain berfokus pada
pengobatan juga harus berfokus pada pencegahan penyakit
melalui penyuluhan kesehatan.Lalu perlu diperhatikan juga
pengaturan yang jelas mengenai peran dokter umum
sebagai layanan primer dan peran dokter spesialis sebagai
layanan untuk rujukan (Martin, 2015).
3
Misi pembangunan kesehatan Indonesia adalah
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau. Dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk
masyarakat miskin, kementerian Kesehatan Republik
Indonesia telah menetapkan kebijakan penerapan konsep
INA-CBG (Indonesia Case Base Groups) sebagai sistem
pembayaran pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011
(Mukti, 2011).
Di negara maju, mekanisme pay for performance
memberikan insentif finansial bila dokter menerapkan
standar prosedur berbasis bukti untuk mencapai outcome
klinis.Mekanisme pay for performance hanya dapat diterapkan
dengan sistem mutu pelayanan kesehatan yang lebih
mapan. Selain memerlukan pengukuran dan pelaporan
mutu dari fasilitas kesehatan yang
terstandarisasi,ketersediaan data klinis mutlak
diperlukan.Penerapan standar pedoman berbasis bukti serta
ketersediaan informasi mutu pelayanan bagi pasien juga
harusdikembangkan. Demikian pula data klinis yang
tersedia di lembaga jaminan dan asuransi kesehatan dapat
diumpan balikkan untuk meningkatkan mutu penyedia
pelayanan yang dikontrak. Di Indonesia, belum tersedianya
berbagai prasyarat tersebut merupakan realita yang tidak
terbantahkan (Utarini, 2011).
Kepuasan dokter merupakan suatu hal yang
penilaiannya dilihat dari persepsi dokter yang
bersangkutan. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
kepuasan kerja seorang dokter, misalnya kehidupan sosial
dan keluarga, kompetensi dokter dalam pekerjaannya,
komunikasi dengan pimpinan rumah sakit, pendapatan
yang diterima dan jenjang karir di rumah sakit. Di era BPJS
4
ini tentunya perlu diteliti secara mendalam sejauh mana
kepuasan dokter bekerja dalam era BPJS di Instalasi Gawat
Darurat khususnya (Wong, et al, 2010).
5
6
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasien IGD RS Bhineka Bakti Husada September 2013 - Juli 2014
Sumber : Instalasi Rekam MedisRSBhineka Bakti Husada
Keterangan : Sejak bulan September 2013 Sampai Juli 2014 terdapat penambahan jumlah pasien. Dengan
adanya penambahan jumlah pasien lalu diobservasiapakah kepuasan dokter meningkat atau
BAB II
JAMINAN KESEHATAN
7
JKN lahir melalui paradigma bahwa kesehatan adalah
hak asasi setiap manusia sementara biaya kesehatan dinilai
mahal, terlebih bagi pasien tidak mampu. Di sisi lain
pemberi pelayanan kesehatan perlu diberi kompensasi atau
ada pembiayaan pelayanan kesehatan. Sehingga dengan
adanya BPJS diharapkan dapat mengatasi masalah
pembiayaan kesehatan. Istilah Paradigma juga meliputi
pengembangan teknologi informasi yang memberikan arah
dan panduan bagaimana seharusnya perusahaan
menggunakan teknologi informasi dalam berhubungan
dengan lingkungan bisnisnya. Paradigma yang berkembang
meliputi : 1. Paradigma customer value, 2. Paradigma
continuous improvement, 3. Paradigma cross-functional, 4.
Paradigma pemberdayaan karyawan (employee
empowerment), 5. Paradigma peluang ( Mulyadi, 2007).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial( BPJS ) adalah
badan hukum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.BPJS Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan (Idris, 2014).
Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat
jaminan kesehatan. Selain itu, setiap peserta juga dapat
mengikutsertakan anggota keluarga lain yang menjadi
tanggungannya dengan penambahan iuran (Bastian,2008).
Tujuan akhir dari jaminan kesehatan adalah menjamin
pembiayaan kesehatan, memperbaiki pelayanan kesehatan
dan mendapatkan outcome klinis yang baik (Sar Adhikari,
2013).
Berbagai masalah dan kecenderungan pelayanan
kesehatan yang terjadi saat ini dipengaruhi berbagai faktor
yang saling berkaitan. Salah satu dari faktor tersebut adalah
cara memberikan penghargaan kepada dokter. Beberapa
masalah dan kecenderungan mendasar yang perlu ditinjau
dan dicarikan jalan keluar karena berkaitan dengan
8
kompensasi dokter, misalnya secara nasional pembayaran
masih didominasi sekitar 71%oleh pembayaran out of pocket
untuk setiap layanan yang diberikan kepada pasien, yang
dikenal sebagai fee for service. Kondisi ini mendorong
pemberian layanan yang sering tidak diperlukan,
menyebabkan pemborosan sumber daya dan menimbulkan
ketidakpastian biaya bagi pasien dan ketidakpastian
pendapatan bagi dokter ( Abidin, 2008).
Pada Bulan Maret 2012, Perhimpunan Dokter Umum
di Amerika Serikat membentuk Komisi Nasional untuk
reformasi pembiayaan dokter yang memaksimalkan hasil
klinis yang baik, bertambahnya kepuasan dan otonomi
pasien dan dokter, dan menyediakan pelayanan yang cost
effective. Pembentukan komisi ini didasari atas perlunya
perbaikan sistem pelayanan kesehatan di Amerika Serikat
dimana investasi masyarakat untuk kesehatan rendah,
sementara biaya pelayanan kesehatan tinggi. Komisi ini
dimulai dengan mengamati faktor-faktor yang
menyebabkan biaya pelayanan kesehatan di Amerika
Serikat tinggi. Terdapat kepercayaan bahwa rumah sakit
lebih mementingkan teknologi dan perawatan yang mahal
dibandingkan kepentingan pasien(Schroeder First, 2013).
Kekurangan yang paling utama dari asuransi
kesehatan di Amerika Serikat adalah pada sistemnya. Di
luar kota Massachusetts, yang baru-baru ini mengadakan
reformasi di bidang kesehatan, tidak satupun penduduk
usia kurang dari 65 tahun mendapat jaminan kesehatan.
Penyedia asuransi swasta berperan dalam pelayananan
kesehatan berkualitas tinggi yang diperlukan dan efisien.
Massachusetts telah lama dikenal sebagai pusat akademis
kedokteran, penelitian biomedis, perawatan kesehatan
berkualitas tinggi, dan disamping itu juga biaya perawatan
kesehatan yang tinggi (Weissman & Bigby, 2009).
9
Pelayanan kesehatan di Amerika Serikat mengalami 3
masalah utama : jutaan orang tidak memiliki asuransi, biaya
pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau dan kualitas
pelayanan yang tidak seharusnya. Institusi Affordable Care
Act (ACA) membuat solusi yaitu dengan membuat jaminan
kesehatan nasional (Wilensky, 2012). Sejak tahun 2010
institusi perlindungan pasien dan Affordable Care Act
(ACA) mengalami kendala. Institusi Affordable Care Act
(ACA) didirikan oleh obama dan partainya demokrat. Tetapi
ini melalui kongres tanpa voting partai republik sehingga
mengkritik obamacare di legislatif serta berusaha untuk
menarik dan meninjau kembali (Oberlander, 2012).
WHO membuat strategi global yang pertama tentang
sistem dan kebijakan kesehatan pada simposium global
kedua mengenai sistem kesehatan di Beijing. Strategi yang
digunakan adalah mengadakan penelitian pada negara-
negara yang sedang mengembangkan sistem kesehatannya
dan mengembangkan jaminan kesehatan nasional (Groves,
2012).
Berkaitan dengan JKN, institusi pelayanan kesehatan
hendaknya memperbaiki efisiensi dan keunggulan
kompetitif institusinya masing-masing dalam hubungannya
dengan keefektifan harga dan kualitas pelayanan kesehatan.
Alasan di belakang kemajuan ini adalah peningkatan
manajemen dari institusi pelayanan kesehatan dan
sistemnya, intensitas kompetisi di penyedia pelayanan
kesehatan (Utarini, 2011).
Di Amerika Serikat terdapat peristiwa penting
berkenaan dengan reformasi pembiayaan kesehatan yaitu
ketika pemerintah federal Washington DC giat
mensosialisasikan Jaminan Kesehatan Nasional dibawah
Affordable Care Act (ACA) pada tanggal 15 Januari.
Affordable Care Act menyediakan subsidi yang besar
kepada masyarakat. Tetapi politik dari reformasi
pembiayaan kesehatan ini mengalami pro dan kontra, 34
10
negara bagian menyatakan tidak ikut turut serta dalam
program jaminan kesehatan nasional (Abbe, Gluck, 2014).
Affordable Care Act juga giat memberi penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya asuransi kesehatan,
memberi investasi pada pelayanan kesehatan primer serta
memberi penyuluhan pencegahan penyakit (Rosenbaum,
2011).
Implementasi reformasi pelayanan kesehatan di
Carolina Utara mengalami kendala dan tidak berhasil
menjalankan program yang telah ditetapkan pemerintah.
Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya
manusia, sosialisasi dan kemampuan koordinasi. Para
pendukung Obamacare harus berkompetisi dengan
kelompok anti obamacare dari partai republik (Oberlander
Pereira, 2013).
Bagi sebagian besar orang Amerika yang
mendapatkan asuransi kesehatan melalui majikan mereka,
hukum tidak akan mengubah itu, tapi itu akan membuat
mereka dalam cakupan lebih aman dan terjangkau. Hari ini,
105 juta orang telah melihat topi seumur hidup pada
cakupan mereka terangkat, sehingga pasien anda tidak lagi
menghadapi tragedi mendekati batas seumur hidup di
tengah-tengah putaran kemoterapi atau episode di ICU.
Sebagian besar pasien Anda Sekarang bisa mendapatkan
perawatan pencegahan tanpa membayar deductible dan
copays, peduli bahwa anda tahu menyelamatkan nyawa, dari
awal usus besar dan kanker payudara pemutaran tes
kardiovaskular dan suntikan flu. Karena Batasan baru pada
biaya overhead asuransi, 13 juta orang Amerika Punya lebih
dari 1 miliar dolar dalam rabat dan pada 2019, ekonom
percaya, premi keluarga akan menjadi sekitar 2.000 dolar
kurang (Obama, 2012).
Sebagai Pemimpin pemerintahan Obama memiliki
lebih dari beberapa bulan terakhir pelaksanaan ditunda dari
berbagai bagian dari undang-undang Perawatan
1
1
Terjangkau(ACA), lawan politik Presiden ini telah menuduh
bahwa keputusannya adalah "terang-terangan ilegal," bahwa
pemerintahannya bertindak"seolah-olah tidak terikat oleh
hukum, "dan bahwa keputusannya" meningkatkan
kekhawatiran serius tentang memahami bahwa, tidak
seperti raja Inggris Abad pertengahan, presiden Amerika
harus di bawah konstitusi kita, bukan kekuasaan diskresi
untuk berhati-hati bahwa hukum menjadi setia dieksekusi.
Memang, DPR telah mengesahkan, pada suara partai untuk
menegakkan hukum Undang-Undang, menciptakan
yurisdiksi pengadilan federal untuk memungkinkan
kongresuntuk menuntut dan memaksaPresidenuntuk
menegakkan persyaratan hukum federal (Stoltzfus , Lazarus,
2014).
1
3
Seperti pemerintah Inggris Baru-baru ini,
pemerintah koalisi non konservatif Liberal Demokrat
Baru Melakukan perubahan struktural untuk National
Health Service(NHS) di Inggris. Perubahan tersebut
sedang membuat janji-janji kampanye meskipun oleh
Partai Konservatif Bahwa tidak akan mereorganisasi dan
meskipun satu dekade mantap meningkatkan pelayanan:
misalnya, menunggu untuk operasi elektif. Serta orang
yang diduga kanker sekarang dilihat oleh khusus dalam
waktu 2 minggu, dan tingkat kelangsungan hidup
diantara pasien yang dirawat di unit perawatan kritis
telah meningkat lebih dari 2% per tahun.(Black, 2010).
Pembayaran untuk kinerja program sedang
diadopsi secara internasional meskipun sedikit bukti
bahwa mereka meningkatkan hasil pasien.Pada tahun
2008, sebuah program yang disebut Memajukan Kualitas,
berdasarkan Rumah Sakit Kualitas Insentif Demonstrasi
di Amerika Serikat, diperkenalkan pada nama National
Health Service(NHS) rumah sakit di wilayah utara-barat
dari Inggris dengan penduduk sebanyak 6,8 juta (Sutton,
et al, 2012).
14
Tabel 3.Indikator Kinerja Kepala Instalasi Gawat Darurat
1
5
2. Konsep kepuasan
Kepuasan kerja adalah mediator untuk sumber
stres dan kesejahteraan fisik. Stres mempengaruhi
kesejahteraan fisik manajer melalui kepuasan.Kepuasan
berhubungan dengan sumber stres yang meliputi beban
kerja, penerimaan, serta keseimbangan antara hubungan
relasi dengan pekerjaan rumah. Kepuasan dalam
lingkungan kerja berhubungan dengan perasaan positif,
perasaan negatif dan sikap tentang pekerjaan.Kepuasan
kerja berhubungan dengan pemenuhan nilai kerja yang
penting dan merupakan penghargaan dari pekerjaan.
Kepuasan berhubungan dengan perasaan individu
terhadap lingkungan kerjanya(Wong, et al, 2010).
16
mereka lihat berdasarkan kepentingan, latar belakang,
pengalaman dan sikap mereka.
b. Proyeksi. Kecenderungan untuk menghubungkan
karakteristik-karakteristik diri sendiri dengan
individu lain, dalam menilai orang lain kita
beranggapan bahwa mereka menyerupai atau mirip
dengan kita.
c. Stereotip. Ketika menilai seseorang berdasarkan
persepsi tentang kelompok dimana dia tergabung.
d. Efek Halo. Membuat sebuah gambaran umum tentang
seseorang individu berdasarkan sebuah karakteristik,
seperti kepandaian, keramahan, dll.
18
Tabel 4.Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Kepuasan
Kerja
1
9
11. Voting Negatif Sedang
Masyarakat
12. Performa Positif Sedang
Pekerjaan
13. Kepuasan hidup Positif Sedang
20
BAB III
SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
A. Sistem Asuransi
Karena merupakan program baru, sehingga ketika
diterapkan di RS Bhineka Bakti Husada Para dokter
mengalami tanggapan yang beragam terhadap BPJS.
Sebelumnya penulis menanyakan terlebih dahulu kepada
para dokter IGD, pengetahuan masing-masing dokter
terhadap BPJS mendalam atau tidak. Karena idealnya,
pengetahuan dokter terhadap BPJS haruslah mendalam.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah Jaminan
kesehatan yang diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Jaminan kesehatan ini diselenggarakan dengan tujuan
menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah (Idris, 2014).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial( BPJS ) adalah
badan hukum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan (Idris, 2014)
“JKN adalah program pemerintah yang membantu
masyarakatnya dalam bidang kesehatan khususnya melalui
subsidi silang. Implementasinya sejauh ini baik hanya saja
ada beberapa sistem yang harus diperbaiki dan prosedur
diperjelas” (RespondenA).
2
1
”JKN adalah Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.Di
RS Bhineka Bakti Husada ini sudah melayani peserta JKN”
(Responden B).
B. Kepuasan Kerja
Pada dasarnya setiap dokter menginginkan agar
bekerja sesuai passionnya. Definisi kepuasan disini diartikan
oleh para dokter sebagai pendapatan. Penulis mengartikan
disini secara umum dalam menanyakan ke para
dokter.Untuk lebih tepatnya kepuasan dari segi apa, penulis
22
menanyakan ke faktor-faktor yang lebih detail yang terdapat
di halaman tesis berikutnya.
Kepuasan adalah suatu keadaan kesenangan dan
kesejahteraan, disebabkan karena orang telah mencapai
suatu tujuan atau sasaran dan satu perasaan yang menyertai
seseorang setelah ia memusatkan satu motif. Sementara
persepsi adalah kesadaran intuitif mengenai kebenaran
langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai
sesuatu.Kaitannya dengan profesi dokter, tentunya
kepuasan kerja dapat terwujud dengan misalnya
mengkomunikasikan transparansi keuangan dengan baik,
adanya pemimpin rumah sakit sebagai komunikator yang
baik dan dapat melakukan pendekatan yang baik dengan
para pekerjanya (Reed, et al. 2015).
2
3
penghargaan berupa bonus terhadap prestasi-prestasi yang
sudah dicapai. ”.(Responden D).
24
apabila dokter umum di RS Bhineka Bakti Husada tidak
puas, dokter spesialis akan tidak puas.
Harapan tentang pekerjaan dipengaruhi oleh
kepuasan kerja, stress dan pemenuhan hasil kerja. Kepuasan
kerja adalah mediator untuk sumber stres dan
kesejahteraan fisik. Stres mempengaruhi kesejahteraan fisik
manajer melalui kepuasan.Kepuasan berhubungan dengan
sumber stres yang meliputi beban kerja, penerimaan, serta
keseimbangan antara hubungan relasi dengan pekerjaan
rumah.(Wong, et al. 2010).Kepuasan dalam lingkungan kerja
berhubungan dengan perasaan positif, perasaan negatif dan
sikap tentang pekerjaan. Kepuasan kerja berhubungan
dengan pemenuhan nilai kerja yang penting dan merupakan
penghargaan dari pekerjaan.Kepuasan berhubungan dengan
perasaan individu terhadap lingkungan kerjanya (Wong, et
al. 2010).
2
5
”Pekerjaan yang tidak membuat saya stress dan
tertekan. Di RS Bhineka Bakti Husada saya belum merasa
nyaman”.(Responden E).
26
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan
kerja adalah adanya persepsi awal terhadap suatu pekerjaan
dan apakah imbalan seseorang terhadap pekerjaan itu
ternyata sesuai dengan persepsi awalnya tadi.Kecintaan
seseorang terhadap pekerjaannya juga mempengaruhi
kepuasan, lalu nanti mempengaruhi performa kerjanya.
Kaitannya dengan kepuasan kerja dokter, sikap pasien
terhadap dokter berhubungan dengan kepuasan kerja, juga
perhatian manajer rumah sakit terhadap dokter (Muchlas,
2008).
”Pola pembayaran INA CBG'S belum sesuai dengan
real di lapangan dan banyak hal yang tidak diperhitungkan
“ (Responden A).
2
7
E. Kepuasan Dokter Umum IGD terhadap Fasilitas
Fasilitas di rumah sakit mempunyai peran penting
dalam praktek medis. Meskipun sumber daya manusia
adalah yang paling utama, dokter yang berpraktek di rumah
sakit pasti sangat memerlukan fasilitas yang, terlebih lagi
dokter yang bertugas di IGD. Fasilitas rumah sakit yang
lengkap sangat diharapkan karena penatalaksanaan pasien
kasus kritis, sesudah penanganan awal, untuk selanjutnya
memerlukan peralatan dan fasilitas yang lengkap.
Saat ini pelayanan kesehatan mengalami perubahan,
yang meliputi perubahan dalam karakter pasien juga sistem
pelayanan kesehatan, sehingga penyedia pelayanan
kesehatan harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut,
terlebih saat ini adalah era Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional.Saat ini penyedia layanan primer telah meningkat,
sehingga frekuensi pelayanan kesehatan meningkat
juga.Tentunya pelayanan yang diberikan harus tetap
berkualitas, efisien dan bermutu.(Anell, 2015).
28
”Tipe RS ini sudah lengkap dan sesuai dengan tipe D,
tetapi belum sepenuhnya memadai” (Responden A).
2
9
BAB IV
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
30
”Memberikan pelayanan yang baik, cepat,
bertanggung jawab kepada warga sekitar.Menjaga
lingkungan hidup tidak membuang limbah rumah sakit ke
sungai atau lingkungan sekitar.” (Responden D).
32
C. Pendapat tentang perlindungan hukum
Pada dasarnya tidak ada profesi yang kebal hukum.
Perlindungan hukum disini maksudnya, dalam menjalankan
profesinya yaitu melakukan anamnesa, melakukan tindakan
dan memberi obat ke pasien tidak diartikan negatif. Karena
niat seorang dokter untuk memeriksa pasien adalah dengan
niat baik. Apabila seorang pasien tidak berhasil
diselamatkan nyawa-nya, bukanlah kesalahan dokter.
Dokter bukanlah Tuhan yang dapat memastikan sembuh,
tetapi hanya perantara yang melakukan penyembuhan.
Perkembangan dalam bidang hukum kesehatan hendaknya
diimbangi juga dengan pengetahuan dokter-dokter terhadap
aspek hukum kesehatan.
Perlindungan hukum adalah aspek yang selalu
diperhatikan oleh para dokter.Semua negara ingin
memenuhi kesehatan dan kebutuhan medis penduduknya,
dengan mempertimbangkan kemampuan diri sendiri atau
tanpa menguras sumber daya yang melayani kebutuhan
manusia yang penting lainnya.Dalam menghadapi
permasalahan di bidang ekonomi, politik, budaya,
lingkungan, epidemiologi dan kekuatan demografi, setiap
3
3
negara ingin memiliki sistem pelayanan kesehatan yang baik
dengan karakteristik dan kebutuhan penduduknya yang
spesifik (Morrissey, et al. 2015).
”Belum merasa aman, selama ini belum ada kejelasan
bagaimana posisi kita tentang perlindungan hukum di RS
BBH”. (Responden A).
34
D. Rekan kerja medis dan non medis
Manusia adalah makhluk sosial. Begitu pula dengan
dokter. Performa dokter dokter di rumah sakit pasti
membutuhkan orang lain, baik internal maupun eksternal.
Koordinasi dokter di rumah sakit mempunyai peran
penting. Seringkali koordinasi dokter dipengaruhi oleh
permasalahan pribadi. Hal ini yang harus dihindari. Dokter
di IGD karena selalu berkutat dengan kasus-kasus kritis,
harus dapat menjalin koordinasi yang baik dengan para
stafnya. Harus dapat tegas, tangkas dan tepat dalam
memberi instruksi, tanpa menyinggung perasaan rekan
kerja yang diberi instruksi.
Kepuasan dalam lingkungan kerja berhubungan
dengan perasaan positif, perasaan negatif dan sikap tentang
pekerjaan.Kepuasan kerja berhubungan dengan pemenuhan
nilai kerja yang penting dan merupakan penghargaan dari
pekerjaan. Kepuasan berhubungan dengan perasaan
individu terhadap lingkungan kerjanya (Wong, et al. 2010).
”Sangat penting, harus lebih ditingkatkan karena saat
ini banyak tidak satu kata antara medis dan non medis
tentang pelayanan pasien JKN. (Responden A).
3
5
”Hubungan dengan rekan sekerja disini
baik”.(Responden B).
36
terlepas dari adanya BPJS, masalah pengembangan karir
tidak banyak dibicarakan,tetapi menjadi bagian yang tidak
bisa dipisahkan dalam pembicaraan mengenai karir dokter.
Pengembangan karir termasuk aspek yang penting
dalam profesi dokter.Pada negara-negara maju lebih
menekankan pada peran dokter, perawat, dan profesional
kesehatan lainnya, rumah sakit dan klinik, dan beberapa
cara untuk membayar baik untuk layanan klinis dan obat-
obatan, peralatan medis, dan intervensi lainnya. Solusi yang
berguna dan tepat untuk menghemat biaya mungkin
kadang-kadang datang dari negara berpenghasilan rendah
yang harus berinovasi dengan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.Pembuat kebijakan kesehatan
nasional harus melakukan pendekatan budaya dan politik
untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang paripurna
(Morrissey, et al. 2015).
“Harapannya bisa diberikan kemudahan bila
mengikuti seminar atau sejenisnya dan ada beasiswa ppds.
Selama ini tidak ada pengembangan karir di rumah sakit
Bhineka Bakti Husada, berhenti di tempat”.(Responden A).
3
7
“Karir di RS Bhineka bakti Husada harus jelas,
terutama untuk kontrak sebagai dokter jaga.Seharusnya
lebih transparan terhadap pendapatan dokter-dokter, dan
harus lebih cermat apabila dokter bersangkutan tidak dapat
hadir, harus segera mencari pengganti dokter.Kelebihan
Beban kerja harus dihitung.(Responden F).
38
BAB V
MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT
A. Performa Profesi
Ditinjau dari teori tentang perilaku organisasi terdapat
hal-hal yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu
motivasi, kesulitan dalam pekerjaan, komitmen organisasi,
perilaku karyawan, ketidakhadiran, keterlambatan,
pengetahuan karyawan, penggantian karyawan, penyakit
jantung, stres yang dirasakan, voting masyarakat, performa
pekerjaan, kepuasan hidup dan kesehatan mental.
Kaitannya dengan profesi dokter, tentunya stress yang
dirasakan dapat diakibatkan adanya rasa tidak aman
terhadap profesi medis dari segi perlindungan dari resiko
medis dan salah satu solusinya adalah memperkuat
prasarana hukum di rumah sakit.Solusi lainnya adalah
mensosialisasikan asuransi profesi kepada para dokter jaga
IGD. Untuk persoalan jenjang karir, tentunya perlu
dilakukan komunikasi yang intensif dan efektif kepada para
dokter IGD, karena sesuai dengan teori perilaku organisasi
komitmen dalam organisasi dan pengetahuan para dokter
terhadap konsep kerja mempengaruhi kepuasan dokter
terhadap pengembangan karir di rumah sakit (Kreitner,
Kinicki,2008).
Hal lain yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen
rumah sakit adalah melakukan sosialisasi terkait Sistem
Jaminan Sosial Nasional khususnya dalam aspek
perlindungan hukum dan jenjang karir dokter. Berdasarkan
teori tentang perilaku organisasi bahwa pengetahuan
dokter, dalam hal ini tingkat pemahaman dokter terhadap
BPJS, sangat mempengaruhi persepsi dokter terhadap JKN
sehingga mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner,
Kinicki,2008).
3
9
Ditinjau dari teori tentang kepuasan kerja, terdapat
beberapa cara mengukur kepuasan. Hal-hal yang
mempengaruhi adalah persepsi selektif, proyeksi,stereotip
dan efek halo. Kaitannya dengan JKN, maka untuk
mengatasi persoalan dalam bidang perlindungan hukum
dan ketidakpuasan jenjang karir maka perlu dikaji dari
aspek kepribadian dokter yang bersangkutan.Pihak
manajemen rumah sakit harus melakukan pendekatan
kepada para dokter, sesuai dengan karakteristik dan
kepribadian masing-masing (Muchlas, 2008).
B. Pelayanan Kesehatan
Anatomi pelayanan klinis Rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada terdiri dari ruang IGD, poli umum, poli spesialis,
ruang rawat inap, ruang bersalin (VK), ruang high care dan
ICU. Permasalahan yang terjadi di setiap ruangan meliputi
kasus medis darurat dan tidak darurat, biaya pelayanan
kesehatan, sejauh mana komunikasi efektif pihak rumah
sakit dengan pasien dan keluarganya dan sejauh mana
kepuasan pasien terhadap hasil pengobatan. Hal-hal penting
yang mempengaruhi pelayanan medis adalah proses tata
laksana kasus kritis di suatu RS, kompetensi petugas medis,
cara pembayaran pasien dari sisi kemampuan. Hal-hal
penting yang mempengaruhi proses bisnis di rumah sakit
adalah Visi dan Misi RS, sebaliknya pandangan positif
pasien terhadap pelayanan kesehatan dapat juga
berpengaruh dan sejauh mana pengetahuan pasien terhadap
pembiayaan pelayanan kesehatan. Kaitannya dengan JKN,
pelayanan di RS tentunya harus memperhatikan tujuh
standar untuk 16 jenis pelayanan RS yang di akreditasi
KARS yaitu : aspek falsafah dan tujuan, administrasi dan
manajemen, staf dan kepemimpinan, fasilitas dan peralatan,
kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu (Koentjoro T,
2011).
40
Dalam menganalisa kepuasan kerja dokter di era JKN,
tidak lepas dari sejarah pelayanan kesehatan di
Indonesia.Misalnya terdapat pemahaman bahwa bekerja di
RS pemerintah adalah pengabdian, sementara bekerja di RS
Swasta adalah bisnis untuk mencari profit .Sementara BPJS
di implementasikan di RS Swasta maupun di RS
pemerintah.Hal yang penting disini adalah pengetahuan
dokter terhadap BPJS mendalam atau tidak. Idealnya
apabila pengetahuan dokter terhadap dokter BPJS
mendalam, dokter akan berpikir positif terhadap BPJS.
Karena BPJS diadakan,seharusnya membawa manfaat yang
lebih dalam pelayanan kesehatan di Indonesia dibanding
sebelumnya. Selain bermanfaat untuk masalah kesehatan
masyarakat, adanya BPJS justru didesain agar lebih
meningkatkan kesejahteraan dokter (Trisnantoro, 2005).
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan
kerja dalam suatu organisasi yang dalam hal ini adalah
instansi rumah sakit yaitu melalui penghargaan. Terdapat
jenis-jenis Penghargaan. Yaitu penghargaan positif dan
penghargaan negatif. Yang termasuk penghargaan positif :
otonomi, kekuasaan, kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, kenaikan gaji/upah,
bonus, opsi saham, sanjungan, pengakuan, kenaikan
pangkat, gelar/sebutan, pemberian tugas penting,
pemberian ruang kantor, tempat parkir khusus,
keanggotaan di klub eksekutif, jaminan pekerjaan,
penghargaan berupa barang, perjalanan wisata, partisipasi
dalam program pengembangan eksekutif, time off. Yang
termasuk penghargaan negatif : campur tangan dari atasan,
kehilangan pekerjaan, kenaikan gaji nol, penugasan
pekerjaan tidak penting, tidak dinaikkan pangkatnya,
demosi, dipermalukan secara umum, hukuman umum atau
hukuman pribadi (Mulyadi, 2007).
4
1
BAB VI
PENUTUP
42
Sosialisasi terhadap implementasi UU BPJS diharapkan
mampu menciptakan sinkronisasi program antara pusat dan
daerah, demi meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan program jaminan sosial.Hal ini mengingat,
cukup banyak pemda yang menjalankan program jaminan
sosial bagi masyarakat di daerahnya, baik dikelola sendiri
maupun oleh pihak ketiga.Pada bidang kesehatan, cukup
banyak pemda yang bekerjasama dengan PT Askes (Persero)
dalam Program Kesehatan Jaminan Masyarakat Umum
(PJKMU).
4
3
Yang
Kesesuaian Perlindungan Rekan kerja
Pengetahuan Fasilitas Pendapat diharapkan
Kepuasan Harapan upaya Lingkungan hukum medis
Responden Tentang rumah tentang tentang
Kerja Pekerjaan dengan sekitar RS terhadap dan
SJKN sakit manajemen pengembangan
pendapatan pekerjaan non medis
karir
Paham Tidak
+ - + - + - + - + - + - + - + - + -
BPJS Paham
BPJS
1.Dr.A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2.Dr.B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3.Dr.C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4.Dr.D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5.Dr.E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6.Dr.F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7.Dr.G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8.Dr.H √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9.Dr.I √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10. Dr.J √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11. Dr.K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
44
12. Dr.L √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Total 33 % 67% 33% 67% 33% 67% 58% 48% 42% 58% 50% 50% 30% 70% 8% 92% 50% 50% 8% 92%
Tabulasi Wawancara
43
General Practice
The way general practices are contracted and funded is complex and
very different from other parts of the health and care system. This
explainer sets out how general practices are contracted and paid in
England, looking at the services they are contracted to deliver,
and the different streams of funding they receive.
Salaried GPs
Some GPs work as salaried employees of a practice without
owning a share in the overall business (so they are not GP partners).
The British Medical Association (BMA) has a model salaried
employment contract for these staff and practices with a General
Medical Services (GMS) contract are required to offer this contract or
an equal alternative to salaried GPs.
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 2 of 8
Who commissions general practice?
Responsibility for commissioning primary care services, including
general practice, sits
45
formally with NHS England. However, over time clinical
commissioning groups (CCGs) have increasingly taken on full or
partial delegation of these commissioning powers for primary care
(https://www.england.nhs.uk/commissioning/pc-co-comms/).This
nowmeansmostCCGs
(https://www.england.nhs.uk/commissioning/pc-co-comms/ccgs-
arrangements/) have at least some responsibility for commissioning
general practice in their local area, while keeping
to national guidelines to ensure consistency.
(https://digital.nhs.uk/data-and-
information/publications/statistical/nhs-payments-to-general
practice/england-2018-19) of GP practices operated under it2. This
contract is negotiated nationally every year between NHS England
and the General Practice Committee of the BMA, the trade union
representative of GPs in England. It is then used by either NHS
England and/or CCGs (depending on delegated powers) to contract
local general practices in an area. The PMS contract is another form of
core contract but unlike the GMS contract, is negotiated and agreed
locally by CCGs or NHS England with a general practice or practices.
This contract offers commissioners an alternative route with more
flexibility to tailor requirements to local need while also keeping
within national guidelines and legislation. The PMS contract is being
46
phased out, but in 2018/19, 26 per cent of practices held one.
The APMS contract offers greater flexibility than the other two
contract types. The APMS framework allows contracts with
organisations (such as private companies or third sector providers)
other than general practitioners/partnerships of GPs to provide
primary care
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 3 of 8 services. APMS contracts can also be
used to commission other types of primary care service, beyond that
of ‘core’ general practice. For example, a social enterprise could be
contracted to provide primary health care to people who are
homeless or asylum seekers. In 2018/19, 2 per cent of practices held
this type of contract.
1.AnewIntegratedCareProvider(ICP)contract
(/publications/integrated-care-systems-explained) has recently been
made available to allow for greater integration of services. This can
offer and additional contracting route
(https://www.england.nhs.uk/publication/gp-participation-in-an-
integrated-care-provider/) for general practice but there has been no
uptake so far.
47
What’s in a GP contract?
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 4 of 8
(https://www.gov.uk/government/publications/gp-contract-
directions-2019-to-2020) to their practices
in their contract and the locally negotiated and set Local Enhanced
Services (LES) thatvary by area.
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
49
contracts-explained Page 5 of 8
(https://www.bma.org.uk/advice-and-support/gp-practices/funding-
and-contracts/global-sum- allocation-formula) (eg, the additional
costs of serving a rural or remote area or the effect of geography on
staff markets and pay), not on the actual recorded delivery of
services. The global sum payment for each practice is based on a
weighted sum for every patient on the practice list. The Carr-Hill
formula is used to apply these weightings, which account for factors
such as age and gender. The global sum amount is reviewed
quarterly to account for changes to the practice’s patient population.
50
Figure 1 summarises how the global sum payment to a practice is
calculated.
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 6 of 8
Example indicator
Example indicator from The Quality and Outcomes Framework
2019/20RA002 – The percentage of patients with rheumatoid arthritis,
on the register,who have had a face-to-face review in the preceding
12 months.
Premises payment
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 7 of 8
Source: GP income streams based
on NHS payments recorded in NHS payments to general practice –
Partners pay themselves from the money that remains after other
expenditure has been accounted for. Part of this personal income is
used to pay their pension contributions, tax, indemnity, General
Medical Council and other subscriptions. Partners may also decide to
reinvest some of the remaining income into the practice. It is
important to note that partners in GP practices are also personally
liable for any losses made by the practice.
https://www.kingsfund.org.uk/publications/gp-funding-and-
contracts-explained Page 8 of 8
22 - 25 February 2021 - Virtual conference
(/events/health-and-care-explained-february-2021)
24 December 2021
NHS Providers | ON THE DAY BRIEFING |
Page 1
2022/23 operational planning guidanceOn Friday 24 December, NHS
54
England and NHS Improvement (NHSE/I) published the 2022/23
operational planning guidance. The priorities included in the
document set out the task for the next financial year as the provider
sector works to restore services, reduce the care backlog, and expand
capacity. This briefing highlights the key takeaways from the
guidance.
Key points
• NHSE/I have acknowledged that the immediate operational focus
for trusts should be on delivering on the objectives set out in the
recent letter, ‘Preparing the NHS for the potential impact of the
Omicron variant’. The planning timetable and submission deadlines
will therefore be extended to the end of April 2022 and draft plans
will be due in mid-March.
• The detailed annexes on revenue and capital allocations have not
yet been published. However senior leaders in NHSE/I hope to share
more of the detail likely to be included in those ahead of its
publication, through their finance networks.
• Given the uncertain timeframe for the passage of the Health and
Care Bill, the move to placing integrated care systems (ICSs) on a
statutory footing will be pushed back to 1 July 2022.
• The priorities set out in the planning guidance are based on
COVID-19 activity and disruption returning to early summer 2021
levels.
• Systems are being asked to deliver on the following ten priorities:
A. Investing in the workforce and strengthening a compassionate and
inclusive culture
B. Delivering the NHS COVID-19 vaccination programme
C. Tackling the elective backlog
D. Improving the responsiveness of urgent and emergency care and
community care
E. Improving timely access to primary care
F. Improving mental health services and services for people with a
learning disability and/or autistic people
G.Developing approach to population health management, prevent
55
ill-health, and address health inequalities
H.Exploiting the potential of digital technologies
I . Moving back to and beyond pre-pandemic
levels of productivity
J. Establishing ICBs and enablin collaborative system working
NHS Providers | ON THE DAY BRIEFING |
Page 2
Summary of planning guidance Workforce The guidance is clear
about the need to prioritise support for the NHS workforce, given
theirexperience during the pandemic so far, and the efforts which are
now being asked of them.
Section A
lists the priorities for workforce management
in 2022/23:
Look after our people by delivering the People Plan 2020/21, with
particular focus on flexible working, career conversations, and
supporting staff to understand pension options. Root causes of
sickness absence should also be addressed, while supporting staff to
access the ongoingvaccination programme, health and wellbeing
support, and to rest.
• Improve belonging in the NHS by delivering the six high impact
actions to overhaul recruitment and promotion practices and
implementing plans to promote equality.
• Work differently by increasing new roles (e.g. anaesthetic
associates), delivering care closer to home, e-job planning and e-
rostering, and use of volunteers.
• Grow for the future with international recruitment of nurses and
midwives, more collaborative staff banks (leading to less reliance on
agency staff), protected time for supervisors to maintain doctors’
education and training, and expanding clinical placement capacity for
students. Support for these actions will come from Health Education
England (HEE) and NHSE/I, focussing on:
• International nurse recruitment programme- eligibility will be
expanded to include allied health professionals, but there is no clarity
56
in the guidance on whether social care nurses can access this funding.
• Health care support workers
• Mental health hubs, with enhanced health and wellbeing offers for
staff
• GP recruitment and retention
• Creating multi-disciplinary teams,particularly through delivery of
the Additional Roles Reimbursement Scheme (ARRS) in Primary Care
Networks (PCNs). Notably, there is no mention of this scheme taking
staffing pressures across the system into account (for example, to
manage the risk of creating additional vacancies across the paramedic
workforce within ambulance trusts).Vaccines The guidance details the
ask of the NHS to offer every eligible adult over the age of 18 a
booster vaccination by 31 December 2021, and the ongoing
prioritisation of the vaccination programme for the year ahead.
Systems are therefore asked to maintain infrastructure to enable the
service to respond to need in the vaccination programme as it arises.
58
Diagnostics
61
The guidance acknowledges that the complexity of demand
has increased because of the pandemic and this, in addition to a pre-
existing treatment gap within mental health, is increasing
pressureswithin services and pathways across all ages. To address
these pressures systems are asked to:
• increase the provision of alternatives to A&E and improve the
ambulance mental health response.
• ensure admissions are intervention-focused, therapeutic, and
supported by multidisciplinary teams.
• maintain a focus on improving equalities across all programmes,
noting the actions and resources
identified in the advancing mental health equalities strategy.
• continue expansion and transformation of services. The guidance
signposts to the 2022/23 mental
health delivery plan to support systems in understanding their
delivery requirements.
NHS Providers | ON THE DAY BRIEFING | Page 7
On funding, the guidance confirms the delivery of the MHIS
remains a mandatory requirement, andthat system development
funding (SDF) will continue beyond 2023/24. Capital funding
madeavailable through system allocations is expected to support
urgent patient safety projects for mentalhealth trusts, and funding to
eradicate mental health dormitories will continue in 2022/23
and2023/24.To support the expansion and transformation of the
workforce, systems are asked to develop amental health workforce
plan to 2023/24 in collaboration with mental health providers, HEE
andpartners in the voluntary care and social enterprise (VCSE)
andeducation sectors.People with a learning disability and autistic
people.
The guidance recognises the pandemic has exacerbated the
significant health inequalities experienced by people with a learning
disability and autistic people. This means making reasonable
adjustments and tailored responses, including considering the
ongoing need for face-to-faceappointments as digital healthcare
develops.
62
Service development funding support of £75 million will be
made available to systems in 2022/23 tosupport people with a
learning disability and autistic people. This will help increase the rate
of annualhealth checks for people aged 14 and over on a GP learning
disability register towards the 75%ambition in 2023/24; improve the
accuracy of GP learning disability registers, particularly for
underrepresented groups such as children and young people and
people from ethnic minority groups; andimplement actions from
Learning Disability Mortality Reviews (LeDeRs).
Health inequalities
The guidance sets out the ambition to continue to develop
approaches to population health management and prevention, with
ICSs driving the shift towards targeting interventions and supporting
prevention as well as treatment. Systems are asked to develop plans
by June 2022 to put in place the systems, skills and data safeguards
necessary for robust population health management, and to have the
technical capability in place by April 2023. This includes the capacity
to use data and analytics to redesign care pathways and measure
outcomes with a focus on improving access and health equity for
underserved communities. The guidance reiterates the importance of
adopting culturally competent approaches to increasing vaccination
uptake.
Systems are asked to develop robust plans for the rollout of
tobacco dependence services, improve uptake of lifestyle services
including the diabetes prevention programme, and restore diagnosis
and monitoring of long term conditions including hypertension, atrial
fibrillation and diabetes. There should be further progress across the
LTP’s high impact actions, across respiratory, stroke and cardiaccare,
with the target of restoring detection and management of
hypertension, atrial fibrillation and high cholesterol to pre-pandemic
levels. Systems are also asked to nominate a senior responsible officer
covering prevention deliverables.
Digital
The guidance confirms systems will be allocated capital over
three years from 2022/23 for digital investment. £250m of capital
63
funding will initially be made available to systems in 2022/23 to
support the digitisation of services and settings that are currently the
least digitally mature. Providers must meet the LTP objective of
reaching a core level of digitisation by March 2025. Costed three-year
digital investment plans should be completed by June 2022 to meet
expectations set out in the What Good Looks Like framework.
64
• Clarity over capital allocations: multi-year operational capital
allocations will be set at ICB level, and NHSE/I will provide further
clarity about the allocation of national capital programmes.
• Financial balance at system level: ICBs and partner trusts are
collectively tasked with delivering a breakeven financial position
across their system and, although possibly delayed, the Health and
Care Bill will hold ICBs and trusts responsible for their use of revenue
and capital resources.
• Contracts and locally determined prices: providers are expected to
return to signed contracts and local ownership for setting payment
values (additional guidance will be provided by NHSE/I). Written
contracts should be signed before the start of the financial year. The
guidance also recommends systems and organisations sustain a
‘partnership approach’ payment and contracting. The final version of
the NHS Standard Contract will be published in February 2022.
• Enabling elective recovery: as highlighted above, additional
revenue and capital funding will support systems deliver the
ambitions for elective recovery.nICBs and collaborative system
working Given the uncertain timeframe for the passage of the Health
and Care Bill, the move to placing integrated care systems (ICSs) on a
statutory footing will be pushed back to 1 July 2022. Timelines for
national and local plans will therefore be adjusted. An extended
‘preparatory phase’ will begin from 1 April 2022 whereby clinical
commissioning groups (CCGs) remain in place as statutory
organisations, and CCG leaders are expected to work closely with
designate ICB leaders on issues likely to affect future ICBs
(particularly commissioning and contracting). In Q4 2021/22 NHSE/I
will consult with several CCGs about boundary changes to ensure
they align with the ICS boundary changes announced in July 2021.
NHSE/I does not plan any further CCG mergers before the
establishment ofICBs. CCGs and ICBs should reset their
implementation plans and ensure people, property and liabilities are
appropriately and safely transferred from CCGs to future ICBs. This
also means designate ICB chairs and chief executives should continue
with recruitment plans. NHSE/I regional teams, designate ICB
leaders, and CCG accountable officers should agree ways of working
65
for 2022/23 by the end of March 2022. The deadline for ICB Readiness
to Operate and System Development Plan submissions will be
extended (with details about these plans to be set out in January
2022). ICBs refreshed five-year plans are expected in March 2023, and
ICBs are expected to undertake preparatory work throughout 2022/23
in collaboration with local authority partners.
NHS Providers | ON THE DAY BRIEFING | Page 10
NHS Providers view
We welcome the pragmatic approach in the planning
guidance, resetting priorities while signalling that these will need to
be kept under review.The scope and scale of these actions highlights
the formidable array of challenges facing the NHS.These include the
impact of Omicron and the booster vaccination programme against a
backgroundof unprecedented demand for urgent and emergency care
and the need to address the treatmentbacklog in hospitals,
community and mental health services, and the need for urgent
capitalinvestment.All of the priorities in the guidance are important,
and we particularly welcome the prominence givento growing,
adapting and focusing on the wellbeing of the workforce. Eight of the
nine priorities inthis programme won’t be fully possible without
addressing the first – securing a properly costed and
fundednworkforce plan is fundamental to the future success of the
NHS. Trusts tell us that workforce capacity is the constraining factor
in the health and care system at the moment underpinned by a lack of
national long term plan, challenges with recruitment and rising staff
absences connected with COVID-19.
67
Konflik Dalam Organisasi
Jenis-jenis konflik
76
Macam-macam konflik berdasarkan pihak yang terlibat
77
Macam-macam konflik berdasarkan fungsinya
78
Macam-macam konflik berdasarkan dampak yang
timbul
-Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau
keuntungan bagi organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan
dengan baik
79
-Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu
atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil
oleh organisasi
.
Macam-macam konflik berdasarkan bentuknya
.
-Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan
yang meredakan ketegangan
.
Macam-macam konflik berdasarkan tempat terjadinya
.
80
Akibat konflik
86
Revolusi Industri
87
mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Ini
membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan
yang besar memangsa yang kecil atau yang lebih lemah.
88
setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan
menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.,
melaksanakan (actuating) adalah melaksanakan apa yang sudah
direncanakan dan sudah tetapkan suatu institusi sehingga menjadi institusi
yang berintegritas , Mengatur (controlling ) memastikan bahwa kinerja
sesuai dengan rencana. Tugas manusia berusaha (ikhtiar), tetapi manusia
harus bertawakal atau ikhlas menerima akan hasil dari usahanya tersebut.
Pentingnya memikirkan apa yang terjadi dimasa depan adalah bijak. Karena
tidak seorangpun yang bisa memastikan apa yang akan terjadi di kemudian
hari, tetapi manusia wajib berusaha untuk mencapai cita-citanya.
Pandemi Covid-19
89
pasarnya telah ditutup. Virus korona sebagian besar menyebabkan infeksi
saluran pencernaan dan pernafasan dan secara inheren dikategorikan
menjadi empat jenis utama: Gammacoronavirus, Deltacoronavirus,
Betacoronavirus dan Alphacoronavirus. Dua tipe pertama terutama
menginfeksi burung, sedangkan dua yang terakhir kebanyakan menginfeksi
mamalia. Enam jenis CoV pada manusia telah diakui secara resmi.
Pernapasan Akut Parah Syndrome coronavirus (SARS-CoV) yang merupakan
jenis dari Betacoronavirus, HCoV229E dan HCoV-NL63, yang merupakan
anggota Alphacoronavirus. Coronavirus tidak menarik perhatian global
sampai pandemi SARS 2003, didahului oleh MERS 2012 dan terakhir oleh
wabah COVID-19. SARS-CoV dan MERS-CoV diketahui sangat patogen dan
menyebar kelelawar menjadi musang palem atau unta dromedaris dan
akhirnya ke manusia. Meskipun negara tropis seperti Indonesia awalnya
tidak mungkin terkena virus Covid-19, tetapi pada kenyataannya virus ini
ada di Indonesia dan tempat berkumpulnya orang banyak menjadi rentan
penularan.
91
dengan internet, seseorang bisa terhubung ke dunia virtual global
untuk mendapatkan ataupun menyebarkan informasi dalam satu waktu.
Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia
pendidikan adalah e-learning atau pembelajaran elektronik. Saat ini e-
learning mulai dimanfaatkan dan diaplikasikan, baik dari kalangan
akedemisi, profesional, perusahaan maupun industri. Hampir di
semua institusi , e-learning telah membuka pemahaman baru dalam hal
proses belajar mengajar. Dengan metode pembelajaran e-learning
diharapkan tujuan pembelajaran tetap dapat terlaksana, kualitas peserta
didik tetap terjaga mutunya dan siswa atau siswi tetap dapat memahami
mata pelajaran yang diberikan guru. Sikap sabar, tekun dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT perlu diterapkan oleh para siswa’I dan orang tua
murid, agar dapat memahami kondisi pandemi Covid-19 ini dengan
perubahanpolabelajar .
93
mengukur suhu pengguna layanan, menyediakan tempat cuci
tangan/handsanitizer dan menjaga jarak serta tetap waspada terhadap
potensi penularan dengan cara memakai masker dan selalu membawanya.
Daftar Pustaka
Fong, S. J., Dey, N., & Chaki, J. (2020). Artificial Intelligence for Coronavirus
Outbreak. An Introduction to COVID-19, 1–22. https://doi.org/10.1007/978-
981-15-5936-5
Coser, Lewis A., 1913-2003. (2001). The functions of social conflict. London:
.Routledge. ISBN 978-1-135-63908-2. OCLC 823319505
Robbins, Stephen P., 1943-. Organizational behavior. Judge, Tim. (edisi ke-
.Edition 16). Boston. ISBN 978-0-13-350764-5. OCLC 848756214
95
instructor's ed). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall. ISBN 0-13-108747-9.
.OCLC 30814896
96
Theffidy,S.G.A.(2020).RetrievedFrom:
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pendidikan-era-revolusi-
industri-40-di-tengah-covid-19
Tsang, T. K., Wu, P., Lin, Y., Lau, E. H. Y., Leung, G. M., & Cowling, B. J.
(2020). Effect of changing case definitions for COVID-19 on the epidemic
curve and transmission parameters in mainland China: a modelling study.
The Lancet Public Health, 5(5), e289–e296.
https://doi.org/10.1016/S2468-2667(20)30089-X
Vaidya, S., Ambad, P., & Bhosle, S. (2018). Industry 4.0 - A Glimpse.
Procedia Manufacturing, 20, 233–238.
https://doi.org/10.1016/j.promfg.2018.02.034
97
Koentjoro T. (2011). Regulasi kesehatan di Indonesia.Edisi
revisi.Yogyakarta. Penerbit Andi.
98
US National Library For Medicine. National Institute of
Health.126: 130–135
Schroeder S, Frist W. (2013). Phasing Out Fee For Payment. The New
England Journal For Medicine. 368: 2029 - 2023.
99
Wilde, E. T. (2009). Do Emergency Medical System Response Times
Matter for Health Outcomes?. New York: Columbia University.
2 :86.
10
0